Anda di halaman 1dari 7

Teknologi Informasi Kesehatan pada Tatanan Pelayanan Kesehatan dan Jejaringan

16 Desember 2012 04:14 |Diperbarui: 24 Juni 2015 19:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili
pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh Rio Rahmawati

Mahasiswa Program Magister Keperawatan

Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan

Abstrak

Penyajian data pada sistem informasi kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan kemajuan teknologi
yang ada. Oleh kerana itu dibutuhkan suatu teknologi informasi kesehatan yang memiliki jejaringan yang
komprehensif untuk dapat digunakan oleh seluruh elemen yang terkait dengan pemberi jasa pelayanan
kesehatan. Beberapa peneliti menyarankan bahwa adopsi teknologi sistem informasi kesehatan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan jasa yang diberikan kepada penerima kesehatan (Bates, Leape, &
Cullen, 1998; Chaudhry et al, 2006;. Kucher et al, 2005 dalam Brown 2012). Teknologi Informasi
Kesehatan/ Health Information Technology (HIT) didefinisikan sebagai penerapan pengolahan informasi
yang melibatkan baik hardware dan software komputer yang berhubungan dengan penyimpanan,
pencarian, berbagi, dan penggunaan informasi kesehatan, data, dan pengetahuan untuk komunikasi dan
pengambilan keputusan (Brailer, 2004 dalam Liu 2009). Berbagai jenis lingkup pelayanan yang terkait
dengan kesehatan dapat mengadopsi sistem HIT, diantaranya catatan kesehatan elektronik (EHR),
penyedia order entry terkomputerisasi (CPOE), sistem pendukung keputusan klinik (CDSS), hasil
pelaporan elektronik, resep elektronik, informatika kesehatan konsumen / mendukung keputusan
pasien, komputasi mobile, telemedicine, komunikasi administrasi kesehatan elektronik, pertukaran data
jaringan, pengetahuan pengambilan. Dalam penerapannya dibutuhkan persiapan secara financial,
sumber daya manusia, infra struktur yang matang. Teknologi tidak hanya memberikan manfaat untuk
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, namun dapak negatif dari teknologi sistem informasi
kesehatan juga perlu diantisipasi. Berbagai rancangan mengenai teknologi sistem informasi kesehatan di
Indonesia telah dikemukakan oleh para ahli.

Latar Belakang

Salah satu aspek penting dalam pembangunan masyarakat sehat adalah sistem informasi kesehatan
(SIK) yang baik. SIK diperlukan untuk menjalankan upaya kesehatan dan memonitoring agar upaya
tersebut efektif dan efisien. Oleh karena itu, data informasi yang akurat, pendataan cermat dan
keputusan tepat kini menjadi suatu kebutuhan (Soepardi, 2011).

Penyajian data pada sistem informasi kesehatan tidak dapat dipisahkan dengan kemajuan teknologi
yang ada. Oleh keran itu dibutuhkan suatu teknologi informasi kesehatan yang memiliki jejaringan yang
komprehensif untuk dapat digunakan oleh seluruh elemen yang terkait dengan pemberi jasa pelayanan
kesehatan. Beberapa peneliti menyarankan bahwa adopsi teknologi sistem informasi kesehatan dapat
meningkatkan kualitas pelayanan dan jasa yang diberikan kepada penerima kesehatan (Bates, Leape, &
Cullen, 1998; Chaudhry et al, 2006;. Kucher et al, 2005 dalam Brown 2012).

Dalam industri kesehatan, keselamatan pasien atau kualitas pelayanan tetap menjadi prioritas
pelayanan yang masih menjadi kekhawatiran terbesar (American College of Healthcare Eksekutif, 2007;
Chassin & Galvin, 1998 dalam Brown 2012). Dalam area kesehatan teknologi informasi, relatif menjadi
topik baru di dunia, terlebih di Indonesia yang masih mengalami keterbatasan pada sisi perangkat sistem
informasi kesehatan secara nasional. Dalam industri lainnya, teknologi informasi telah memungkinkan
untuk menurunkan biaya, menghemat waktu, dan meningkatkan kualitas melalui investasi berat
teknologi komputer dan struktur informasi (Davenport & Pendek, 2003 dalam Liu 2009).

Terlepas dari segala manfaat yang dapat diambil dengan penerapan teknologi informasi kesehatan,
tekhnologi informasi tetap memiliki dampak negatif yang harus disadari dan diantisipasi. Dampak
negatifyang mungkin timbulantara lain peralatan yang membahayakan, pelanggaran privacy, pencurian
data dan kurangnya sentuhan pada pasien. Artikel ini akan membahas lebih lanjut bagaimana teknologi
informasi dapat meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan, apa dampak negatifnya, dan bagaimana
solusi mengatasi dampak negatif tersebut.

Kajian Literatur dan Pembahasan


Definisi

Teknologi Informasi Kesehatan/ Health Information Technology (HIT) didefinisikan sebagai penerapan
pengolahan informasi yang melibatkan baik hardware dan software komputer yang berhubungan
dengan penyimpanan, pencarian, berbagi, dan penggunaan informasi kesehatan, data, dan pengetahuan
untuk komunikasi dan pengambilan keputusan (Brailer, 2004).

Manfaat Penggunaan HIT

Menurut Department of Health and Human Services, 2007 dalam Liu (2009), maanfaat penggunaan HIT
adalah sebagai berikut:

1.Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan

2.Mencegah kesalahan medis

3.Mengurangi biaya perawatan kesehatan

4.Meningkatkan efisiensi administrasi

5.Menurunkan dokumen

6.Memperluas akses jangkauan perawatan

Lingkup HIT
Menurut Chaudhry, 2006 dalam Liu (2009), sistem HIT mencakup catatan kesehatan elektronik (EHR),
penyedia order entry terkomputerisasi (CPOE), sistem pendukung keputusan klinik (CDSS), hasil
pelaporan elektronik, resep elektronik, informatika kesehatan konsumen / mendukung keputusan
pasien, komputasi mobile, telemedicine, komunikasi administrasi kesehatan elektronik, pertukaran data
jaringan, pengetahuan pengambilan. Sedangkan menurut Hamilton, 2006 dalam Liu (2009)
mengidentifikasi delapan jenis aplikasi HIT untuk digunakan dalam post perawatan akut: (a)
dokumentasi yang mendukung, (b) manajemen sensus, (c) titik perawatan, (d) komputerisasi entry order
dokter, (e) catatan kesehatan elektronik, (f) telehealth atau telemedicine, (g) penilaian dan perencanaan
perawatan, dan (h) resep elektronik.

1.Rekam Kesehatan Elektronik/ Electronic Health Record (EHR)

Rekam kesehatan elektronik sangat penting dalam adopsi HIT. Dokumen ini terdiri dari profil kesehatan
pribadi pasien yang mendokumentasikan riwayat medis pasien, catatan perkembangan kesehatan
seumur hidup pasien. Apabila pendokumentasian dengan berbasis kertas, maka akan memiliki
kekurangan dalam menyusun riwayat seumur hidup pasien yang panjang, ambigu dalam proses
pencatatan, data tidak lengkap, fragmentasi dan tulisan tangan tidak terbaca (Dick & Steen, 1997 dalam
Liu 2009).

EHR dengan adopsi HIT akan memiliki kelebihan diantaranya komputer akan menyimpan data informasi
kesehatan tentang satu orang dan dapat dihubungkan oleh sebuah identifier orang (Waegemann, 2002).
Sedangkan dokumentasi EHR berbasis kertas tidak hanya gagal untuk memenuhi kebutuhan untuk data
instan tetapi juga mengambil kelemahan disajikan dalam informasi kesehatan rekaman pasien, misalnya:
tidak ada struktur standar dan sulit untuk membaca tulisan tangan (Walsh, 2004 dalam Liu 2009). Wang
dkk, 2003 dalam Liu(2009), memberikan kerangka untuk memperkirakan dampak keuangan dalam
perbandingan antara EHR dan catatan pasien berbasis kertas. Dilaporkan bahwa penyedia diperkirakan
bertambah 86.400 USD untuk menggunakan EHR dalam 5 - periode tahun dengan berbasis kertas
(Wang, et al., 2003). Millier et al. (2007) Informasi Kesehatan dan Manajemen Sistem Masyarakat
(HIMSS) mendefinisikan EHR pada situs web mereka sebagai: "suatu catatan elektronik longitudinal
informasi kesehatan pasien yang dihasilkan oleh satu atau lebih pertemuan dalam pengaturan
pemberian perawatan. Termasuk dalam informasi ini adalah demografi pasien, catatan perkembangan,
masalah, obat-obatan, tanda-tanda vital, riwayat medis masa lalu, imunisasi, data laboratorium dan
laporan radiologi (HIMSS, 2006).

Definisi dan penjelasan di atas menunjukkan bahwa EHR adalah alat yang memungkinkan informasi
kesehatan untuk disimpan dalam format elektronik dan memungkinkan hanya pengguna yang
berwenang yang dapat mengakses di beberapa lokasi, dan real-time. Hal ini juga penting untuk dicatat
bahwa beberapa istilah EHR lainnya adalah seperti: Rekam Pasien Elektronik (EPR), Electronic Medical
Record (EMR), atau Komputer Berbasis Rekam Pasien (CPR).Meskipun terdapat berbagai sinonim untuk
EHR, secara harfiah EHR adalah istilah yang secara luas dipakai oleh sebagian besar literature pada saat
ini.

Singkatnya, EHR mendukung tidak hanya catatan klinis, tetapi juga pengumpulan data untuk
penggunaan seperti: penagihan, manajemen mutu, pelaporan hasil, perencanaan sumber daya, dan
survailen kesehatan publik penyakit dan pelaporan. Namun, survei menunjukkan bahwa sebagian besar
EHR belum meluas untuk rawat inap dan rawat jalan (Ash & Bates, 2005 dalam Liu 2009).

2.Komputerisasi Masukan Order Dokter/ Computerized Physician Order Entry (CPOE)

Komputerisasi masukan order dokter/ CPOE adalah aplikasi yang umum ditemukan untuk HIT. Ini adalah
sistem resep obat elektronik yang digunakan pada waktu pengobatan, diperintahkan dan diisi.
Pemanfaatan CPOE dianggap dapat meningkatkan kualitas dengan standardisasi proses dan dengan
menyediakan bimbingan dokter yang merawat pasien (Kuperman & Gibson, 2003 dalam Liu 2009).
Misalnya, CPOE dapat memberikan peringatan pada dosis obat ketika indikator tertentu keluar dari
rentang yang ditetapkan (Kuperman, et al., 2007). Meskipun ada berbagai fitur yang berhubungan
dengan sistem CPOE (misalnya, memesan, keselamatan pasien, penagihan), yang paling menonjol
adalah untuk keselamatan pasien, yang berkaitan dengan pencegahan kejadian efek samping obat
(Bates, 2000, 2007 dalam Liu 2009).

Sistem Jejaringan dan Konsep Teknologi Informasi Kesehatan

Beberapa konsep teknologi sistem informasi kesehatan telah ditawarkan olah para ahli untuk menjadi
pilihan dalam mewujudkan teknologi sistem informasi kesehatan di Indonesia. Sistem informasi
kesehatan dapat diaplikasikan pada puskesmas, rumah sakit, klinik, farmasi, asuransi, laboratorium, PMI,
apotik tenaga kesehatan dan lain-lain (Jalil, 2005)

Menurut Sabarguna (2012), beberapa hal yang menjadi lingkup penerapan teknologi sistem informasi
kesehatan meliputi beberapa hal, diantaranya master plan (data, proses, sistem pelaporan informasi,
sistem manajemen informasi, sistem pendukung keputusan,sistem yang mahir dan sistem
pengetahuan); network system (pusat, provinsi, daerah); sistem informasi pusat pelayanan kesehatan;
sistem informasi billing di sebuah rumah sakit; sistem monitoring dan sistem pendukung keputusan.

Standar Health Information Technology (HIT)

Prosedur mengirimkan informasi membutuhkan standar untuk memfasilitasi pengoperasian di antara


pengguna HIT. Standar bahasa/ kata dalam adopsi HIT diperlukan di berbagai sistem untuk dapat
berkomunikasi satu sama lain (Mead, 2006).

TabelContoh Standar Teknologi Informasi Kesehatan (HIT)

Name

Functionality

Category

Terminology

LOINC

“Logical Observation: Identifiers, Names, and Codes” is a code set that assigns universal identifiers to
laboratory and other clinical observations, so that results can be pooled and exchanged.

Lab

SNOMEDCT
“Systematized Nomenclature of Human and terinary

Medicine” is a nomenclature that provides a common language to codify the clinical information
captured in an electronic health record (EHR) during patient care. It enables a consistent way of
indexing, storing, retrieving, and aggregating clinical data across medical specialties and sites of care.

Clinical

Anda mungkin juga menyukai