Anda di halaman 1dari 7

SYARHIL QURAN

Bangsa Indonesia adalah masyarakat beragam budaya dengan sifat kemajemukannya.

Keragaman mencakup perbedaan budaya, agama, ras, bahasa, suku, tradisi dan sebagainya.

Meskipun bukan negara agama, tetapi masyarakat lekat dengan kehidupan beragama dan

kemerdekaan beragama yang dijamin oleh konstitusi. Sila pertama Pancasila “Ketuhanan

Yang Maha Esa” menunjukkan bahwa sistem negara ini berdasarkan pada prinsip, ajaran, dan

tata nilai agama-agama yang ada di Indonesia. Menjaga keseimbangan antara hak beragama

dan komitmen kebangsaan menjadi tantangan bagi setiap warga negara. Moderasi beragama

merupakan perekat antara semangat beragama dan komitmen berbangsa. Di Indonesia,

beragama pada hakikatnya adalah ber-Indonesia dan ber-Indonesia itu pada hakikatnya

adalah beragama. Moderasi beragama menjadi sarana mewujudkan kemaslahatan kehidupan

beragama dan berbangsa yang harmonis, damai dan toleran bagi bangsa Indonesia yang maju.

. Moderasi beragama merupakan konsep yang diharapkan dapat diimplementasikan oleh

seluruh umat beragama di Indonesia sehingga tercipta kerukunan intraumat beragama,

antarumat beragama dan antarumat beragama dengan pemerintah.

Seperti yang kita ketahui Bersama bahwa pulau bali sangat kental dengan agama hindunya

sangat mayoritas di pulau ini , nah dari sini lah cara mengimplementasikan kita sebagai

seorang muslim yang hidup di tengah tengah mayoritas ini apalagi kita adalah seorang pelajar
, karna itu izinkan kami membawakan pensyarahan al quran dengan judul “ SANTRI BALI

SEBAGAI RUNCING TOMBAK DALAM MODERASI BERAGAMA UNTUK

MEMBANGUN NEGERI”

Hidup di Pulau mayoritas yang beragama hindu membuat kami harus mengerti akan adanya

toleransi beragama karna bisa di bilang kita adalah


Hadirin rahimakumullah
Di Pulau Dewata Sendiri Kata Santri akan sangat terasa asing di kalangan para khalayak orang diluar
pulau bali karna bisa dikatakan bahwa Pulau dewata ini memiliki mayoritas atau sebanyak 3,71 juta
jiwa (86,8%) penduduk beragama Hindu, dan islam menjadi agama terbesar kedua dengan jumlah
pemeluk 430,92 ribu jiwa (10,08%)
Terlebih Bali merupakan wilayah multikultural yang sangat rentan jika terjadi isu-isu intoleran
maupun radikalisme . Menurut Lukman Hakim Saifuddin moderasi beragama bukanlah ideologi.
Moderasi agama adalah sebuah cara pandang terkait proses memahami dan mengamalkan ajaran
agama agar dalam melaksanakannya selalu dalam jalur yang moderat. Moderat di sini dalam arti tidak
berlebih-lebihan atau ekstrem. Jadi yang dimoderasi di sini adalah cara beragama, bukan agama itu
sendiri. Agama adalah sesuatu yang sudah sempurna karena datangnya dari Tuhan yang Maha
Sempurna. Namun cara setiap orang dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama memiliki
perbedaan. Hal ini karena keterbatasan manusia dalam menafsirkan pesan-pesan agama sehingga
muncul keragaman.
Bali hanya memiliki sekitar 92 pondok pesantrren dimana

Agama adalah perihal yang substansial dalam kehidupan manusia. Sejak pertama terlahir ke dunia,
manusia sudah terikat kontrak ilahiyah untuk mengabdikan diri kepada Allā h SWT. Inilah yang
menjadikan manusia (selalu) mencari realitas kebenaran mutlak yang pada akhirnya akan bertemu
dengan Allā h SWT. Namun, dalam praktiknya tidak semua orang “diberi hidayah” untuk memeluk
Islam sebagai agama yang paling diridhai. Aneka agama yang hadir di tengah-tengah kehidupan
adalah bukti ketidaktunggalan hasil pencarian agama masing-masing insan. Satu hal yang perlu
diperhatikan dalam konteks ini adalah kedewasaan sikap untuk tidak saling mencela sembahan umat
agama lain. Berkaitan dengan hal ini, Allā h SWT berfirman dalam surat al-An’ā m ayat 108 yang
berbunyi:
Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allā h, karena mereka
nanti akan memaki Allā h dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami
Jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali
mereka, lalu Dia akan Memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-
An’ā m [6]: 108)
Hadirin rahimakumullah
Di Pulau Dewata Sendiri Kata Santri akan sangat terasa asing di kalangan para khalayak orang diluar
pulau bali karna bisa dikatakan bahwa Pulau dewata ini memiliki mayoritas atau sebanyak 3,71 juta
jiwa (86,8%) penduduk beragama Hindu, dan islam menjadi agama terbesar kedua dengan jumlah
pemeluk 430,92 ribu jiwa (10,08%)
Terlebih Bali merupakan wilayah multikultural yang sangat rentan jika terjadi isu-isu intoleran
maupun radikalisme . Menurut Lukman Hakim Saifuddin moderasi beragama bukanlah ideologi.
Moderasi agama adalah sebuah cara pandang terkait proses memahami dan mengamalkan ajaran
agama agar dalam melaksanakannya selalu dalam jalur yang moderat. Moderat di sini dalam arti tidak
berlebih-lebihan atau ekstrem. Jadi yang dimoderasi di sini adalah cara beragama, bukan agama itu
sendiri. Agama adalah sesuatu yang sudah sempurna karena datangnya dari Tuhan yang Maha
Sempurna. Namun cara setiap orang dalam memahami dan mengamalkan ajaran agama memiliki
perbedaan. Hal ini karena keterbatasan manusia dalam menafsirkan pesan-pesan agama sehingga
muncul keragaman.

moderasi beragama di pesantren jika diringkas maka termaktub menjadi 9 prinsip yang menjadi
pegangan para santri. Inilah yang disosialisasikan secara terus-menerus oleh Kementerian Agama agar
menjadi arus utama dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa

Pertama, mengambil jalan tengah (tawassuth). Setiap kali membicarakan sesuatu yang terdapat pro
dan kontra, santri diajarkan sikap mediate atau mengambil jalan tengah. Termasuk juga dalam
mengambil pendapat dan bersikap sosial sehari-hari secara baik dan bijaksana.

Kedua, sikap tegak lurus (i’tidal), yaitu kebiasaan untuk bersikap objektif berdasarkan dengan ukuran
yang diterima bersama. Bahwa, bangsa yang majemuk itu adalah bangsa yang beragam serta memiliki
kesulitan pokok, yaitu kesepakatan. Agar titik temu itu bisa dihasilkan, maka kalangan santri dididik
untuk besar jiwa menerima keputusan bersama, karena tanpa sikap seperti ini sikap tegak lurus, akan
menjadi sulit untuk ditegakkan.

Ketiga, toleran atau ramah terhadap perbedaan (tasamuh). Kita tahu santri berasal dari beragam latar
belakang budaya, berbagai pulau, berbagai latar belakang pekerjaan orang tua, sehingga setiap santri
bisa menampilkan ekspresi yang berbeda-beda cara makannya cara berpakaiannya, cara berbicara, dan
seterusnya. Maka, keramahan terhadap perbedaan itu menjadi kunci yang ketiga yang diharapkan
tumbuh di kalangan para santri secara baik lagi di era sekarang.

Keempat, berunding (musyawarah). Di pesantren, para santri biasa berembug mulai urusan pribadi,
urusan kamar, urusan di kelas, juga urusan di madrasah. Pesantren membiasakan dan melatih santr-
santrinya untuk mengambil tanggung jawab dalam urusan tersebut melalui musyawarah. Misalnya,
mulai dari masalah sehari-hari sampai pada masalah keagamaan. Praktik musyarawah ini biasanya
disebut dengan bahtsul masail.

Kelima, kebiasaan untuk ishlah, yang berarti menjaga kebaikan dan kedamaian. Kita bisa bayangkan
dalam pesantren dengan jumlah santri ratusan hingga ribuan, bagaimana mereka bisa menemukan
kebersaman yang utuh. Maka, para santri biasanya dilatih untuk berunding, merundingkan
kepentingan dan kebutuhan. Misalnya terkait tata krama dan peraturan yang berlaku agar tercipta
kerukunan antar santri yang berbeda latar belakang budaya daerahnya. Tidak heran jika ajaran ishlah
ini kemudian menjadi ciri khas tokoh-tokoh pemimpin nasional.

Keenam, kepeloporan (qudwah). Orang hidup tidak selama menjadi makmum (dipimpin), tapi juga
harus bisa memimpin, sedangkan memimpin adalah identik dengan menegakkan keadilan. Maka,
aspek kepemimpinan juga terus-menerus dibekalkan kepada para santri. Sebagaimana praktik
kepemimpinan di pesantren yang bertingkat-tingkat, misalnya ketua kamar, koordinator antar kamar,
pengurus blok, pengurus bidang tertentu; kurikulum, kesehatan, keamanan, kesenian, dan lain
sebagainya.

Ketujuh, cinta Tanah Air (muwathanah). Sebelum kemerdekaan Indonesia diproklamasikan, gagasan-
gagasan nasionalisme sudah tumbuh dengan sangat baik di pesantren. Sebagaimana isi dari lagu Yalal
wathan yang sudah muncul pada kisaran tahun 1920an M. Lagu cinta Tanah Air ini sudah dikenalkan
kepada para santri, padahal Indonesia belum merdeka. Maka tidak heran apabila selama ini kiai dan
santrinya sudah biasa berdoa untuk kemaslahatan dan kesejahteraan Indonesia.
Kedelapan, anti kekerasan. Ciri ini merupakan bagian tersendiri di pesantren, sehingga para santri
dikenalkan dengan ihwal ekspresi yang dapat meredam gejolak emosi yang biasanya bisa memicu
sikap kekerasan..

Kesembilan, ramah terhadap budaya (i’tiroful urfi). Sikap ini merupakan ciri khas pesantren.
Misalnya, pesantren-pesantren di Jawa selama ini dikenal ramah dengan budaya dan kearifan lokal
masyarakat Jawa. Sehingga, mereka bisa ramah juga dengan budaya selain Jawa, karena memang
menyadari ada santri-santri yang berasal dari budaya yang berbeda.

Tugas santri milenial sebagai penerus bangsa adalah dengan merawat dan meruwat
tanah air. Dan salah satu peran santri dalam merawat tanah air adalah dengan
menyebarkan nilai moderasi beragama dan toleransi yang diajarkan di pesantren di
banyak masyarakat di dunia. Dengan intelektualnya dan wawasan keagamaannya,
seorang santri mampu memberi pencerahan dengan ilmu yang dimilikinya. Dengan jiwa
sosialnya, santri bisa menerima perbedaan. Banyak pesantren yang dihuni santri dari
berbagai daerah dan latar belakang. Suku, budaya, bahasa, warna kulit, dan perbedaan
lainnya, ini akan melatih mereka menghargai perbedaan sejak dini.

Hadirin rahimakumullah,

ndonesia akan menjadi sajian utama.

Sebagai penutup, jika toleransi lintas agama dapat terjalin, impian untuk hidup di tengah bangsa
yang harmonis dan bersahaja insyā Allāh akan segera terwujudkan. Semoga Allāh memberikan
kekuatan dan rahmat-Nya kepada kita. Āmīn ya Mujība du’āi as-sāilīn. []

Wallāhu al-muwaffiq ila aqwami ath-tharīq. Wa huwa al-hādiy ila shirāthil mustaqīm.

Dalam Al Qur’an terdapat ayat-ayat yang menjelaskan tentang toleransi beragama di beberapa
surat, yakni ;

Surat Al Baqarah Ayat 256


Artinya;

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang
yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
mereka itulah orang-orang yang zalim.

Tafsir Ringkas Kemenag RI

“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu, orang-orang beriman, menjadikan mereka, orang-
orang kafir yang tidak bersedia hidup berdampingan dengan kamu secara damai, yaitu mereka
yang memerangi kamu karena agama, tidak ada kebebasan dan toleransi beragama; mengusir
kamu dari tempat tinggal kamu, karena pembersihan ras, suku, dan agama, serta penguasaan
teritorial, dan membantu pihak lain untuk mengusir kamu karena kerja sama yang sistemik dan
terencana; sebagai sahabat dekat kamu lahir batin. Barang siapa yang menjadikan mereka sebagai
kawan, karena kepentingan ekonomi, politik, dan keamanan; maka mereka itulah orang zalim
terhadap perjuangan Islam dan kaum muslim.

Surat Yunus, ayat 99 ;

Artinya;

“Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi
apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?”

Tafsir Ringkas Kemenag RI

Setelah dijelaskan tentang manfaat iman lalu dijelaskan bahwa beriman atau tidak beriman adalah
pilihan bagi setiap orang, karena jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di
bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu wahai Nabi Muhammad hendak memaksa manusia agar
mereka menjadi orang-orang yang beriman sedangkan mereka menutup hati untuk menerima
kebenaran?

Surat Ali Imran, ayat 64


Artinya;

Katakanlah (Muhammad), “Wahai Ahli Kitab! Marilah (kita) menuju kepada satu kalimat
(pegangan) yang sama antara kami dan kamu, bahwa kita tidak menyembah selain Allah dan kita
tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan bahwa kita tidak menjadikan satu sama
lain tuhan-tuhan selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah (kepada mereka),
“Saksikanlah, bahwa kami adalah orang Muslim.”

Tafsir Ringkas Kemenag RI

Tatkala mereka tidak berani ber-mubahalah, sehingga tampaklah kebohongan dan kelemahan
mereka, maka ayat ini mengajak mereka kepada tauhid dengan cara yang lebih lunak dan santun.
Katakanlah, hai Nabi Muhammad, “Wahai Ahli Kitab! Jika kalian tetap menolak kebenaran
hujjah tentang Isa bin Maryam padahal kalian mengetahuinya, maka marilah kita menuju kepada
satu kalimat, pegangan yang sama yang memberi keputusan secara adil antara kami dan kamu,
yaitu kitab Taurat dan kitab-kitab lainnya, termasuk Injil dan Al-Qur’an, bahwa di dalam kitab-
kitab tersebut kita tidak diperbolehkan menyembah selain Allah dan kita tidak diperbolehkan
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan jika cara ini juga tidak membawa hasil untuk
mengajak mereka, maka yang terpenting bahwa kita tidak menjadikan satu sama lain tuhan-tuhan
selain Allah untuk diikuti dan dituruti perintahnya padahal perintah itu keliru. Jika mereka tetap
berpaling dari kebenaran setelah terpenuhi bukti-bukti, maka katakanlah kepada mereka,
“Saksikanlah, bahwa kami adalah orang muslim, yaitu orang-orang yang benar-benar berserah
diri kepada Allah dan semata-mata beribadah kepada-Nya.”

Surat Al Mumtahanah 8

Artinya

Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak
memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu.
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

Tafsir Ringkas Kemenag RI

Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil, karena kebaikan dan keadilan itu
bersifat universal, kepada orang-orang kafir yang tidak memerangi kamu karena agama dengan
menekankan kebebasan dan toleransi beragama; dan tidak mengusir kamu dari kampung halaman
kamu, karena kamu beriman kepada Allah. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang
berlaku adil baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

Surat Al Mumtahanah ayat 9


Artinya

Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan mereka sebagai kawanmu orang-orang
yang memerangi kamu dalam urusan agama dan mengusir kamu dari kampung halamanmu dan
membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan,
mereka itulah orang-orang yang zalim.

Tafsir Ringkas Kemenag RI

“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu, orang-orang beriman, menjadikan mereka, orang-
orang kafir yang tidak bersedia hidup berdampingan dengan kamu secara damai, yaitu mereka
yang memerangi kamu karena agama, tidak ada kebebasan dan toleransi beragama; mengusir
kamu dari tempat tinggal kamu, karena pembersihan ras, suku, dan agama, serta penguasaan
teritorial, dan membantu pihak lain untuk mengusir kamu karena kerja sama yang sistemik dan
terencana; sebagai sahabat dekat kamu lahir batin. Barang siapa yang menjadikan mereka sebagai
kawan, karena kepentingan ekonomi, politik, dan keamanan; maka mereka itulah orang zalim
terhadap perjuangan Islam dan kaum muslim.

Inti dari kelima ayat-ayat dalam surat ini adalah bahwa kita tidak memaksakan keyakinan agama
pada orang lain dan tetap menjalankan iman Islam secara santun dan toleran. ***

Anda mungkin juga menyukai