Anda di halaman 1dari 4

PESERTA PELATIHAN PANDU PTM

LAPORAN
TENTANG
HASIL PRAKTIK MANDIRI

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit degeneratif yang tidak
menular dan meningkat jumlah kejadiannya di masa yang akan datang.
Perkembangan masyarakat di masa kini meneybabkan terjadinya perubahan
seperti kebiasaan makan, kurangnya latihan dan aktivitas fisik, serta perilaku yang
tidak sehat ini menyebabkan timbulnya berbagai macam penyakit seperti Diabetes
Mellitus, Hipertensi, Stroke, Jantung dan pembuluh darah, Kanker, dan Artritis.
Indonesia menghadapi beban ganda penyakit, yaitu penyakit menular dan
penyakit tidak menular. Perubahan pola penyakit tersebut sangat dipengaruhi
antara lain oleh perubahan lingkungan, perilaku masyarakat, transisi demografi,
sosial ekonomi dan sosial budaya. Prevalensi Penyakit Tidak Menular (PTM) terus
meningkat dan pada tahun 2016 berkontribusi pada 73% dari seluruh kematian di
Indonesia. Peningkatan beban akibat PTM sejalan dengan meningkatnya faktor
risiko seperti hipertensi, tingginya kadar gula darah, dan obesitas. Hal ini terutama
disebabkan oleh pengaruh pola makan tidak sehat, kurang aktivitas fisik, dan
merokok. Meningkatnya kasus PTM diperkirakan akan menambah beban
pemerintah dan masyarakat, karena penanganannya membutuhkan biaya yang
besar dan memerlukan teknologi tinggi. Kondisi ini terjadi baik di usia produktif
maupun lanjut usia. Berdasarkan data Riskesdas Tahun 2013, Penyakit Tidak
Menular di Indonesia mempunyai faktor risiko utama yaitu kurang konsumsi sayur
dan buah (93,5%), kurang aktivitas fisik (26,1%), dan merokok pada usia ≥ 10
tahun (37,7%). Faktor risiko utama ini dapat dicegah dan dikendalikan sehingga
tidak berkembang menjadi PTM.
Puskesmas melaksanakan Pelayanan Terpadu PTM pada tahun 2019.
Pemerintah berkomitmen untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas PTM,
melalui intensifikasi pencegahan dan pengendalian penyakit PTM secara
komprehensif
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 4 tahun 2019
tentang Standar Pelayanan Bidang Kesehatan, terdapat jenis layanan SPM bidang
kesehatan beberapa diantaranya adalah pelayanan kesehatan usia produktif (SPM
6), pelayanan kesehatan pada usia lanjut (SPM 7), pelayanan kesehatan terduga
hipertensi (SPM 8) dan terduga diabetes mellitus (SPM 9). Di Puskesmas
Bengkuring keempat indikator SPM ini tidak mencapai target pelayanan untuk
tahun 2021. Pelayanan kesehatan usia produktif 16,1 %, Pelayanan kesehatan
pada usia lanjut hanya 35,7%, pelayanan kesehatan pada penderita hipertensi
hanya 18% dan pelayanan kesehatan pada penderita diabetes melitus mencapai
75%. Oleh karena itu dianggap perlu melakukan upaya peningkatan capaian yang
bisa dilakukan secara terpadu di wilayah kerja Puskesmas Bengkuring yakni
Kelurahan Sempaja Utara dan Kelurahan sempaja Timur, dan upaya pelaksanaan
pelayanan PTM terpadu (PANDU PTM) di Puskesmas Rapak Mahang.
Untuk upaya pelaksanaan PANDU PTM ini perlu peningkatan kompetensi
petugas, baik dokter maupun paramedis dan pelaksana program. Karena itu
Pemerintah Kota Samarinda melalui Dinas Kesehatan Kota Samarinda
menugaskan dokter dan pelaksana Program PTM Puskesmas Rapak Mahang
untuk mengikuti Pelatihan PANDU PTM.
B. Tujuan
1. Terlaksananya Puskesmas Pandu PTM
2. Meningkatkan kompetensi petugas
3. Meningkatkan koordinasi internal dan eksternal Puskesmas
C. Sasaran
Seluruh petugas Kesehatan di Puskesmas Rapak Mahang
D. Waktu & Tempat
Waktu : Rabu, 20 September 2023
Tempat : UPTD Puskesmas Rapak Mahang
BAB II. PROSES KEGIATAN PRAKTIK MANDIRI

A. Persiapan
1. Pembekalan dari fasilitator
2. Melapor ke Kepala Puskesmas tentang pelaksanaan PKL
3. Pemaparan Profil UPTD Puskesmas Rapak Mahang
B. Pelaksanaan
Kegiatan dilaksanakan diruang aula UPTD Puskesmas Rapak Mahang dan melihat
contoh-contoh dokumen PANDU PTM yang ada di UPTD Puskesmas Rapak Mahang
serta berdiskusi. Diperoleh kegiatan-kegiatan pelaksanaan program PTM melalui
Posbindu PTM yang terlaksana setiap bulan, Skrining usia produktif rutin setiap bulan,
Pertemuan refreshing kader Posbindu 1 tahun sekali, Skining perilaku rokok usia 10-18
tahun di sekolah setiap bulan, Serta tes kebugaran Jasmani.
Setelah diskusi peserta mendapatkan pendampingan untuk mengunjungi setiap
ruangan pelayanan yang melaksanakan Pandu PTM yaitu Ruang sehat melayani
pelayanan rujukan, Skrining Calon Jamaah Haji, Skrining calon pengantin dan
Pendamping pasien, ruang Lansia dan DM, ruang Pemeriksaan umumselanjutnya
berkunjung ke pelayanan PANDU PTM di pelayanan UKP. Dalam pencatatan Form
Pandu PTM disimpan di satu file, dan untuk yang diperiksa CHARTA telah diberikan
Stempel.

BAB III. HASIL KEGIATAN PRAKTIK

1. Pemeriksaan Pandu PTM dilaksanakan di Ruang Sehat, Ruang pemeriksaan


Umum, Ruang Lansia dan DM
2. Posbindu dilaksanakan setiap bulan di 10 Posbindu
3. Posbindu juga dilaksanakan di OPD, Event tertentu (Car Free day dan Aksi
Donor Darah)
4. Skrining PTM juga dilaksanakan di Pos Kesehatan Khusus di Lapas.
5. Untuk Pelaporan ASIK dan SIPTM diinput langsung setelah pemeriksaan.
BAB IV. PEMBAHASAN

A. Hal-hal yang positif


1. Dapat menemukan kasus PTM sedini mungkin
2. Penanganan kasus PTM secara komprehensif
3. Mencegah komplikasi akibat PTM untuk menurunkan angka kesakitan,
kecacatan, dan kematian.
B. Hambatan/Permasalahan serta upaya mengatasinya
 Hambatan jika ada permintaan kegiatan pemeriksaan skrining PTM yang
mendadak, dapat menhambat jadwal kegiatan yang sudah terjadwal.
BAB V. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Pelaksanaan Pandu PTM di Puskesmas Rapak Mahang dari hasil observasi kami
telah terlaksana sesuai dengan alur Pandu PTM, dilakukan pemeriksaan Charta
serta diberi stempel hasil persentase charta.
B. Rekomendasi
Form Pandu PTM digabung dengan rekam medis agar dokumen tersebur tidak
tercecer (hilang) dan lebih memudahkan petugas rekam medis untuk mencari.

Anda mungkin juga menyukai