Anda di halaman 1dari 110

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An.

V DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI RUANG RAWAT INAP
RUANG 1 RS TK IV. 01.07.05
BUKITTINGGI

Disusun oleh:
Ns.Auliani Annisa Febri,S.Kep
NIRA. 13070491475

PERSATUAN PERAWAT NASIONAL


KABUPATEN AGAM
TAHUN 2023

I
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................... 2

A. LATAR BELAKANG ............................................................................................... 2

B. TUJUAN .................................................................................................................... 3

1. Tujuan umum ......................................................................................................... 3

2. Tujuan khusus ........................................................................................................ 3

BAB II TINJAUAN TEORITIS ....................................................................................... 5

A. KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG ANAK ............................................... 5

B. KONSEP DASAR BRONCHOPNEUMONIA ..................................................... 20

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN ................................................ 34

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KASUS ............................................................ 36

A. PENGKAJIAN ......................................................................................................... 36

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................................ 46

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................... 47

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN ................................... 54

BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................................. 76

A. PENGKAJIAN ......................................................................................................... 76

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ............................................................................ 78

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN ........................................................... 79

D. IMPLEMENTASI.................................................................................................... 80

E. EVALUASI .............................................................................................................. 82

BAB V PENUTUP ............................................................................................................. 83

A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 83

B. SARAN .................................................................................................................... 85

[Type the company address] Page 1


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru dimana beberapa atau
seluruh alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah. Pneumonia hingga saat ini
masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak-anak di negara
berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia di bawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak
diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia tenggara. Insiden pneumonia di
negara berkembang yaitu 30-45% per 1000 anak dibawah usia 5 tahun, 16-22% per
1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7-16% per 1000 anak pada anak yang lebih tua
(William, 2000). Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.

Berdasarkan data WHO, infeksi saluran nafas akut bagian bawah pada tahun 2000
menyebabkan 2,1 juta kematian anak di bawah umur 5 tahun (William, 2000).
Menurut WHO kejadian pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara
10%-20% per tahun. Secara teoritis diperkirakan bahwa 10% dari penderita
pneumonia akan meninggal bila tidak diberi pengobatan. Bila hal ini benar maka
diperkirakan tanpa pemberian pengobatan akan didapat 250.000 kematian balita
akibat pneumonia setiap tahunnya ( Depkes RI, 2002). Faktor resiko yang
meningkatkan insiden bronkopneumonia yaitu : pertusis, morbili, gizi kurang, umur
kurang dari 2 bulan, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI yang memadai,
polusi udara, laki-laki, imunisasi yang tidak memadai, defisiensi Vitamin A,
pemberian makanan tambahan terlalu dini, kepadatan tempat tinggal (Laskmi,
2006).Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomer tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberculosis. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001,
27.6% kematian bayi dan 22.8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh
penyakit sistem pernapasan, terutama pneumonia.Menurut publikasi WHO,

[Type the company address] Page 2


penelitian di berbagai negara menunjukan bahwa di negara berkembang
Streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza merupakan bakteri yang selalu
ditemukan pada dua pertiga dari hasil isolasi, yaitu 73,9 % aspirat paru dan 69,1%
hasil isolasi dari spesimen darah (Kemenkes RI, 2002).

Pneumonia di Indonesia merupakan pembunuh nomor dua pada Balita (15,5%)


setelah diare (25,2%). Faktor risiko yang berkontribusi terhadap insidens pneumonia
tersebut antara lain gizi kurang, ASI ekslusif rendah, polusi udara dalam ruangan,
kepadatan, cakupan imunisasi campak rendah dan BBLR.Sejak tahun 2000, angka
cakupan penemuan pneumonia Balita berkisar antara 17.35% sd 35.55%. Angka
cakupan tersebut masih jauh dari target nasional yaitu 80%. Pada tahun 2014
cakupan penemuan pneumonia Sumatera Barat baru mencapai 27 %. Masih
rendahnya capaian indikator ini disebabkan masih rendahnya penemuan kasus
pneumonia di Kabupaten Kota. Cakupan pneumonia balita DI Kota Payakumbuh
tahun 2014 termasuk sangat rendah yakni sebanyak 28% jauh dibawah target
nasional (80%) Kota Payakumbuh cakupan pneumonia balita nomor 5 setelah Pesisir
Selatan (90%), Solok (67%), Bukittinggi (65%), dan Kab. Sijunjung (39%)
(depkes.go.id, 2014).

Berdasarkan data di Ruang Anak dalam 6 bulan terakhir terdapat 25 angka kejadian
Bronkopneumonia (BP) di RS TK IV 01.07.05 Bukittinggi, maka kelompok tertarik
untuk mengangkat kasus ini sebagai kasus seminar anak.

B. TUJUAN

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien dengan
Bronkopneumoniadi RST TK IV 01.07.05 Bukittinggi.

2. Tujuan khusus

Penulis dapat memahami konsep dasar Bronkopneumonia

a. Penulis mampu menyusun kajian secara teoritis asuhan keperawatan pada


anak dengan Bronkopneumonia

[Type the company address] Page 3


b. Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada anak dengan
Bronkopneumonia:
1) Penulis mampu melakukan pengkajian pada klien dengan
Bronkopneumonia
2) Penulis mampu menegakkan diagnosa pada klien
Bronkopneumonia
3) Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada klien
dengan Bronkopneumonia
4) Penulis mampu melakukan implementasi pada klien dengan
Bronkopneumonia
5) Penulis mampu melakukan evaluasi pada klien dengan
Bronkopneumonia

c. Penulis mampu membandingkan kajian teoritis dengan tinjauan kasus


anak dengan Bronkopneumonia

d. Penulis mampu melakukan dokumentasi pada klien dengan


Bronkopneumonia

[Type the company address] Page 4


BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. KONSEP DASAR TUMBUH KEMBANG ANAK

Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya jumlah dan besarnya sel diseluruh


bagian tubuh yang secara kuantitatif dapat diukur, sedangkan perkembangan
merupakan proses bertambah sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai
melalui kematangan dan belajar (Wong, et al., 2009).Pertumbuhan berkaitan dengan
perubahan yang bersifat kuantitas, yang mengacu pada jumlah, besar, dan luas, serta
bersifat konkret yang menyangkut ukuran dan struktur biologis (Mansur, 2009).

Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan atau fungsi semua system organ


tubuh sebagai akibat bertambahnya kematangan fungsi-fungsi system organ tubuh
(Vivian nanny, 2010). Perkembangan adalah bertambahnya struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks dalam kemampuan gerak, gerak halus, bicara dan bahasa serta
sosialisasi dan kemandirian (Pemkot Malang Dinkes, 2007). Pertumbuhan dan
perkembangan pada anak terjadi secara fisik, intelektual, maupun emosional. Pada
semua dimensi tumbuh kembang terdapat urutan yang jelas dan dapat diperkirakan
tetapi laju perkembangan setiap anak tidak sama. Terdapat variasi yang besar dalam
hal usia pencapaian tahap perkembangannya. Sebagian tumbuh dan berkembang
cepat sedangkan lainnya lambat dalam mencapai maturitas (Wong, et al., 2009).

Periode usia perkembangan dapat dimulai dari usia prenatal (konsepsi –lahir), masa
bayi (lahir – 1 tahun), kanak-kanak awal (toddler dan prasekolah), kanakkanak
pertengahan (6 – 12 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (11- 19 tahun) (Zaviera,
2008). Masing-masing periode memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai
yaitu serangkaian ketrampilan dan kompetensi yang harus dikuasai pada tahap
perkembangannya agar anak mampu berinteraksi secara efektif dengan
lingkungannya (Wong, et al., 2009). Terdapat beberapa komponen tugas
perkembangan pada periode anak yaitu perkembangan fisik, motorik halus, motorik
kasar, bahasa, sosialisasi, kognisi dan hubungan dengan keluarga (Soejanto, 2005).

[Type the company address] Page 5


2. Teori Pertumbuhan dan Perkembangan :

a. Piaget (Perkembangan Kognitif)

Meliputi kemampuan intelegensi, kemampuan berpersepsi dan kemampuan


mengakses informasi, berfikir logika, memecahkan masalah kompleks
menjadi simple dan memahami ide yang abstrak menjadi konkrit, bagaimana
menimbulkan prestasi dengan kemampuan yang dimiliki anak.

1) Tahap sensori – motor ( 0 – 2 tahun)

Prilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental


yang bersifat simbolis (berfikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan anak mulai
bisa melakukan operations, awal kemampuan berfikir.

2) Tahap pra operasional ( 2 – 7 tahun)

 Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam


hubungan dengan dirinya, pola pikir egosentris.

Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan


kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur jadi
semua binatang bertelur) atau karena ciri – ciri objek tertentu (truk
dan mobil sama karena punya roda empat). Pola penalaran sinkretik
terjadi bila anak mulai selalu mengubah – ubah kriteria klasifikasinya.
Misal mula – mula ia mengelompokan truk, sedan dan bus sendiri –
sendiri, tapi kemudia mengelompokan mereka berdasarkan warnanya,
lalu berdasarkan besar – kecilnya dst.

 Tahap intuitif ( 4 – 7 tahun)

Pola fikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian
bagian terentu dari objek dan semata –mata didasarkan atas
penampakan objek

3) Tahap operasional konkrit ( 7 – 12 tahun)

[Type the company address] Page 6


Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah
bagaimanapun bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka
volumenya tetap.
Seriasi menunjukan anak mampu mengklasifikasikan objek menurut
berbagai macam cirinya seperti : tinggi, besar, kecil, warna, bentuk dan
seterusnya.

4) Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)

Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek –


objek yang ia fikirkan. Pola fikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan
dari berbagai sudut yang berbeda.

b. Erikson (Perkembangan Psikososial)

Proses perkembangan psikososial tergantung pada bagaimana individu


menyelesaikan tugas perkembangannya pada tahap itu, yang paling penting
adalah bagaimana memfokuskan diri individu pada penyelesaian konflik yang
baik itu berlawanan atau tidak dengan tugas perkembangannya.

Perkembangan psikososial :

1) Trust vs. missstrust ( 0 – 1 tahun)

Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik


basic trust dan mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak
akan mengembangkan kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu
sangat berperan penting.

2) Autonomy vs shame and doubt ( 2 – 3 tahun)

Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi
peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian,
pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan
terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak

[Type the company address] Page 7


dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat dengan
anak.

3) Initiatif vs Guilty (3 – 6 tahun)

Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan


mandiri, anak akan mengembnagkan kemampuan berinisiatif yaitu
perasaan bebas untuk melalukan sesuatu atas kehendak sendiri. Bila tahap
sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka ia kan
selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak
sendiri.

4) Industry vs inferiority (6 – 11 tahun)

Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan
peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa
ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih
banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila
sebaliknya, anak akan rendah diri.

5) Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)

Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan


dorongan yang makin kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai
berfikir bagaimana masa depannya, anak mulai mencari identitas dirinya
serta perannya, jiak ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak akan
bingung menghadapi perannya

6) Intimacy vs Isolation ( dewasa awal )

Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina


hubungan dengan orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang
yang tidak mampu melakukannya akan mempunyai perasaan terkucil atau
tersaing.

7) Generativy vs self absorbtion (dewasa tengah)

[Type the company address] Page 8


Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya,
pengabdian masyarakat dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa
lalu menyebabkan individu mampu berbuat banyak untuk kemanusiaan,
khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap – tahap silam, ia
memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung
dalam kebutuhan dan persoalannya sendiri.

8) Ego integrity vs Despair (dewasa lanjut)

Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan
prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan
puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul
kekecewaan yang mendalam.

c. Kohlberg (Perkembangan Moral)

1) Pra-konvensional

Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan


hukuman terhadap prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas
akibat sikap yang ditimbulkan oleh prilaku. Dalam tahap selanjutnya anak
mulai menyesuaikan diri dengan harapan – harapan lingkungan untuk
memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.

2) Konvensional

Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau


ketertiban sosial agar disebut anak baik atau anak manis

3) Purna konvensional

Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip
pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala
aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa
hormatnya terhadap orang lain.

d. Hurolck (Perkembangan Emosi)

[Type the company address] Page 9


Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan
umum, sebelum bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu,
gembira, marah dan takut.Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor
kematangan dan belajar. Pengalaman emosional sangat tergantung dari
seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang diterimanya. Otak
yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar
terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembangan emosi dipengaruhi
oleh harapan orang tua dan lingkungan, menangkap bahwa lingkungannya
akan memenuhinya segera.

Kemampuan intelektual lain yang ia capai pada usia 1 tahun adalah bahwa ia
dapat mengantisipasi kegiatan rutin dari lingkungannya. Misalnya bunyi-bunyi
yang ia tangkap sewaktu menyiapkan makanannya. Berarti dengan bunyi ini
sebentar lagi ia akan diberi makan, ia akan dengan sabar dan tidak menangis.

Menurut penelitian Pulaski, selain faktor keturunan, lingkungan sangat


mempengaruhi perkembangan intelegensia. Perkembangan intelektual tidak
dapat berkembang sebelum pola pikir terbentuk, stimuli sensoris dan motoris
diperlukan sebelum untuk memberikan “pengetahuan”. Pengetahuan ini
didapat dari pengalaman bergerak, meraba, suara, penglihatan dan rasa. Dari
hal-hal ini berkembang imajinasi. Imajinasi ini tidak akan terjadi apabila anak
tidak dikenalkan dengan semua hal baru, memperhatikan benda nyata.

Lebih lanjut Pulaski menjelaskan teorinya dengan membagi tahapan


perkembangan intelektual menjadi :

Tahap I : Sensorimotorik (lahir – 2 tahun)

Pada tahap ini anak menggunakan sistem penginderaan, sistem motorik dan
benda-benda untuk mengenal lingkungannya. Bayi tidak hanya menerima
rangsangan berupa pasif tetapi juga memberi jawaban terhadap rangsangan .
tersebut. Jawaban ini berupa refleks-refleks. Refleks ini diperlukan unutk
mempertahankan hidupnya. Misalnya refleks untuk makan, bersin. Dengan
refleks dalam bentuk gerak motorik memungkinkan bayi untuk berkomunikasi
dengan lingkungannya.

[Type the company address] Page 10


Tahap II : Pre Operasional ( 2 – 7 tahun)

Perubahan fungsi kognitif pada tahap ini adalah dari sensori motorik menjadi
pre operasional. Pada pre operasional anak mampu menggunakan simbol-
simbol, yaitu menggunakan kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan
yang akan terjadi segera. Tingkah laku anak berubah menjadi egosentrik.

Tahap III : Konkrit Operasional (7 -11 tahun)

Pada tahap ini anak telah dapat berpikir secara logis dan terarah,
mengelompokkan fakta-fakta serta anak telah mampu berpikir dari sudut
pandang orang lain. Ia dapat berpikir secara abstarak, dan mengatasi persoalan
secara nyata dan sistematis. Contoh: anak dapat menghitung walaupun
susunan benda diubah serta mengatahui jumlahnya tetap sama.

Tahap IV : Format Operation (11 – dewasa)

Masa dimana anak mengembangkan kemampuan kognitif untuk berpikir


abstrak dan hipotesis. Pada masa ini anak bias mamikirkan hal-hal apa yang
akan atau mungkin terjadi. Perkembangan lain pada masa remaja ialah
kemampuan untuk berpikir sistematis dan memecahkan suatu persoalan.

Selain tahapan-tahapan yang telah dijelaskan terdahulu,perkembangan


intelektual juga dapat diukur dengan kemampuan anak menggunakan kata-
kata. Interaksi orang tua, anak dan dengan lingkungannya akan menentukan
perkembangan bahasa anak. Dengan kata lain apabila interaksi ini maksimal
akan menyebabkan anak dapat bicara lebih cepat sedangkan apabila interaksi
kurang maka akan memakan waktu untuk mulai bicara.

Perkembangan Emosi dan Sosial

Kepribadian seorang anak merupakan integrasi perasaan dan sikap yang


dicerminkan dalam tingkah laku. Seorang dewasa dikatakan mempunyai
kepribadian yang sehat apabila ia mampu untuk memberi kasih sayang,
mencapai sesuatu yang ia inginkan dan menjadi interdependent pada
fungsinya. Hal ini dicapai melalui proses dalam kehidupan.Sejak ia lahir,

[Type the company address] Page 11


masing-masing tingkat usia mempunyai tugas yang mesti ia selesaikan
sebelum ia melangkah ke tugas pada tingkat usia berikutnya.

e. Sigmeun Freud (Perkembangan Psychosexual)

Teori perkembangan ini dikemukakan oleh Sigmund Freud. Beliau


mengemukakan bahwa:

Di dalam jiwa individu terdapat tiga komponen yaitu :

 Id : nangis, minta minum,makan, dll.

 Ego : lebih rasional, tetapi masa bodoh terhadap lingkungan.

 Super Ego : lebih memikirkan lingkungan.

Perkembangan berhubungan dengan bagian-bagian fungsi tubuh dan


dipandang sebagai aktifitas yang menyenangkan. Insting seksual memainkan
peranan penting dalam perkemabngan kepribadian.

Menurut Freud perkembangan manusia terjadi dalam beberapa fase dimana


setiap fasenya mempunyai waktu dan ciri-ciri tertentu dan fase ini berjalan
secara kontinyu.

1) Fase oral (0 – 1 tahun)

Pusat aktivitas yang menyenangkan di dalam mulutnya, anak mendapat


kepuasaan saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas
mengisap jari dan tangannya atau benda – benda sekitarnya.

(+) Yang memberikan kepuasan/ kebahagiaan → mulut → menghisap


menelan
memainkan bibir makan, kenyang, tidur

(-) Menggigit, mengeluarkan air liur, marah/ menangis → jika tidak


terpenuhi.

2) Fase anal (2 – 3 tahun)

[Type the company address] Page 12


Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus
saat BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung
jawab.

(+) BAB / BAK → senang melakukannya sendiri.

(-) Jika tidak dapat melalui dengan baik → akan menahan dan
melakukannya dengan mempermainkan → Belajar mengontrol
pengeluaran.

Konsep bersih / kebersihan, ketepatan waktu, kontrol diri, belajar sendiri.

3) Fase Urogenital atau faliks (usia 3 – 4 tahun)

Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh
sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki – laki pada ibunya
menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus
compleks.

(+) egosentris, sosial interaksi

(-) mempertahankan keinginan

4) Fase latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas )

Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik


dan kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak –
nak mencari teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role
model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.

5) Fase Genitalia

Alat reproduksi sudah muali matang, heteroseksual dan mulai menjalin


hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin.

3. Ciri-ciri Tumbuh Kembang Anak

[Type the company address] Page 13


Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa itu
mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :

a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.

b. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang
yang berlainan organ-organ.

c. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi kecepatannya


berbeda antara anak satu dengan lainnya.

d. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan saraf.

e. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.

f. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.

g. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan menghilang


sebelum gerakan volunter tercapai.

Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang
berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangnnya juga
berbeda, tetapi tetap akan menuruti patokan umum

Prinsip - prinsip Tumbuh Kembang

a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar kematangan


merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya sesuai dengan
potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang
berasal dari latihan dan usaha melalui belajar.Anak memperoleh kemampuan
menggunakan sumber yang diwariskan dan pola potensi yang dimiliki anak.
b. Pola perkembangan dapat diramalkan.

c. Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian


perkembangan seorang anak dapat diramalkan.Perkembangan berlangsung
dari tahapan spesifik dan terjadi berkesinambungan.

[Type the company address] Page 14


Tahap-tahap Tumbuh Kembang Anak dan Remaja

Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan dan


berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Walaupun terdapat
variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu yang merupakan
tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai berikut :

a. Masa prenatal atau masa intrauterin ( masa janin dalam kandungan )

1) Masa mudigah/embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8


minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk suatu
sistem oragan dalam tubuh.

2) Masa janin/ fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini
terdiri dari 2 periode yaitu :

a) Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan TM II


kehidupan intrauterin, terjadi percepatan pertumbuhan, pembentukan
jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah terbentuk dan mulai
berfungsi.

b) Masa fetus lanjut, pada akhir TM pertumbuhan berlangsung pesat


dan adanya perkembangan fungsi. Pada masa ini terjadi
transferimunoglobin G(IgG) dari ibu melalui plasenta. Akumulasi
asam lemak esesnsial seri omega 3(Docosa Hexanicc Acid) omega
6(Arachidonic Acid) pada otak dari retina.

b. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun

1) Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi lingkungan dan terjadi


perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi orgaan-oragan
tubuh lainnya.

o Masa neonatal dini : 0-7 hari

o Masa neonatal lanjut : 8-28 hari

[Type the company address] Page 15


2) Masa pasca neonatal, proses yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara kontinu terutama meningkatnya fungsi sistem saraf
(29 hari – 1 tahun).

c. Masa prasekolah

Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi


perkembangaan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan
meningkaatnya keterampilan dan proses berpikir.

d. Masa sekolah

Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah,


keterampilan, dan intelektual makin berkembang, senang bermain
berkelompok dengan jenis kelamin yang sama ( usia 6 – 18/20 tahun).

1) Masa pra remaja : usia 6-10 tahun

2) Masa remaja :

Masa remaja dini

o Wanita : usia 8-13 tahun

o Pria : usia 10-15 tahun

Masa remaja lanjut

o Wanita : usia 13 –18 tahun

o Pria : usia 15-20 tahun

Masa-masa tersebut diatas ternyata memiliki ciri-ciri khas yang masing-


masing masa mempunyai perbedaan dalam annatomi, fisiologi, biokimia
dan karakternya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak


Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan sesuai
yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang

[Type the company address] Page 16


mempengaruhinya, baik faktor yang tidak dapat diubah/ dimodifikasi yaitu faktor
keturunan, maupun faktor yang dapat diubah/ dimodifikasi yaitu faktor
lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang menyebabkan gangguan terhadap
proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu diubah (dimodifikasi).

Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak


tersebut adalah sebagai berikut:
a. Faktor keturunan (herediter)
1) Seks/ Jenis Kelamin
Kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak wanita
berbeda dengan anak laki-laki. Fungsi reproduksi pada anak perempuan
berkembang lebih cepat daripada laki – laki. Tetapi setelah melewati
masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.
2) Ras
Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan besar dibandingkan
dengan anak keturunan bangsa Asia.
3) Keluarga
Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tubuh tinggi, pendek,
gemuk atau kurus.
4) Umur
Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun
pertama kehidupannya.
5) Genetik
Genetic (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak
akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang
bepengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil.
6) Kelainan kromosom
Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan
seperti ada sindrom downs dan sindrom turner.

b. Faktor lingkungan
Lingkungan Eksternal
1) Kebudayaan

[Type the company address] Page 17


kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan adat
kebiasaan dan tingkah laku dalam merawat dan mendidik anak.
2) Status sosial ekonomi keluarga
Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola asuhan
terhadap anak. Misalnya orang tua yang mempunyai pendidikan cukup
mudah menerima dan menerapkan ide-ide utuk pemberian asuhan
terhadap anak
3) Nutrisi
Untuk tumbuh kembang, anak memerlukan nutrisi yang adekuat yang
didapat dari makan yang bergizi. Kekurangan nutrisi dapat diakibatkan
karena pemasukan nutrisi yang kurang baik kualitas maupun kuantitas,
aktivitas fisik yang terlalu aktif, penyakit-penyakit fisik yang
menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan absorpsi usus serata
keadaan emosi yang menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
4) Penyimpangan dari keadaan normal
Disebabkan karena adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat
menggangu proses pertumbuhan dan perkembangan anak.
5) Olahraga
Olahraga dapat meningkatkan sirkulasi, aktivitas fisiologi, dan
menstimulasi terhadap perkembangan otot-otot.
6) Urutan anak dalam keluarganya
Kelahiran anak pertama menjadi pusat perhatian keluarga, sehingga
semua kebutuhan terpenuhi baik fisik, ekonomi, maupun sosial.

Lingkungan internal

1) Intelegensi
Pada umumnya anak yang mempunyai intelegensi tinggi,
perkembangannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan yang
mempunyai intelegensi kurang.
2) Hormon
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak
yaitu:somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel untuk

[Type the company address] Page 18


merangsang sel otak pada masa pertumbuhan, berkuragnya hormon ini
dapat menyebabkan gigantisme; hormon tiroid, mempengaruhi
pertumbuhan, kurangnya hormon ini apat menyebabkan kreatinisme;
hormon gonadotropin, merangsang testosteron dan merangsang
perkembangan seks laki-laki dan memproduksi spermatozoa. Sedangkan
estrogen merangsang perkembangan seks sekunder wanitadan produksi
sel telur.kekurangan hormon gonadotropin ini dapat menyebabkan
terhambatnya perkembangan seks.
3) Emosi
Hubungan yang hangat dengan ornag lain seperti ayah, ibu, saudara,
teman sebaya serta guru akan memberi pengaruh pada perkembangan
emosi, sosial dan intelektual anak. Pada saat anakberinteraksi dengan
keluarga maka kan mempengaruhi interaksi anak di luar rumah. Apabila
kebutuhan emosi anak tidak dapat terpenuhi.

4. Enam Aspek Tumbuh Kembang Anak


a. Aspek Motorik Kasar
Adalah kemampuan anak untuk mengontrol gerakan tubuh yang mencakup
geraka gerakan otot besar. Perkembangan motorik kasar dapat dilihat dari
kemampuan anak untuk merangkak, berjalan, berlari, melompat, memanjat,
berguling, berenang dan sebagainya.
b. Aspek Motorik Halus
Adalah kemampuan anak untuk mengontrol keluwesan jemari tangan yang
dapat dilihat dari kemampuan untuk menyentuh, menjumput, meraih,
mencoret, melipat, memasukan benda atau makanan ke dalam mulut dan
sebagainya.
c. Aspek Kognitif
Adalah kemampuan anak untuk memproses, menginterpretasikan dan
mengkategorikan informas-informasi yang diperolehnya melalui panca
indera. Kemampuan ini selanjutnya berkembang menjadi kemampuan berfikir
logis yang selanjutnya menentukan apakah anak mampu memahami
lingkungannya.
d. Kemampuan Bahasa

[Type the company address] Page 19


Sebagai mahluk sosial, sejak bayi anak telah bisa berkomunikasi untuk
menyatakan perasaan dan keinginannya, yaitu dengan tangisan, tertawa dan
mengoceh yang merupakan awal dari perkembangan bahasa. Selanjutnya
anak akan belajar untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan
bahasa. Kemampuan bahasa selain membantu anak untuk memahami apa
yang dikatakan orang-orang disekitarnya, juga untuk dapat dipahami oleh
orang lain. Perasaan mampu memahami dan dipahami dapat menumbuhkan
rasa percaya diri.

e. Aspek Emosi

Adalah kemampuan anak untuk mengenali berbagai hal yang dirasakannya,


mengekspresikan perasaan dalam bentuk yang dapat diterima oleh
lingkungannya, serta kemampuan untuk mengendalikan dan mengatasi
perasaannya. Kematangan emosi tidak terjadi dengan sendirinya tapi secara
bertahap dan sangat membutuhkan peran serta orang tua dan lingkungan
sosial.

f. Aspek Sosial

Adalah kemampuan anak untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya,


memberi respon pada orang lain dan berbagi. Pengalaman sosial anak hanya
dapat tumbuh dan berkembang dari pengalamannya dengan orang-orang
terdekat. Pola asuhan dan arahan orang tua sangat penting dalam
perkembangan aspek sosial anak.

B. KONSEP DASAR BRONCHOPNEUMONIA

1. Pengertian

Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola


penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer
& Suzanne C, 2002 : 572). Bronkopneumonia adalah peradangan paru yang
disebabkan oleh bermacam-macam etiologi jamur dan seperti bakteri, virus, dan

[Type the company address] Page 20


benda asing (Ngastiyah,2005). Bronkopneumonia adalah bronkolius terminal
yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang terkonsolidasi atau
membentuk gabungan di dekat lobules, disebut juga pneumonia lobaris
(Whaley& Wong,2000).

Bronkopneumonia berasal dari kata bronchus dan pneumonia berarti peradangan


pada jaringan paru-paru dan juga cabang tenggorokan (broncus) (Arief
Mansjoer).

Bronkopneumonia suatu cadangan pada parenkim paru yang meluas sampai


bronkioli atau dengan kata lain peradangan yang terjadi pada jaringan paru
melalui cara penyebaran langsung melalui saluran pernafasan atau melalui
hematogen sampai ke bronkus (Riyadi sujono& Sukarmin,2009).

Kesimpulannya bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang disebabkan


oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing yang mengenai
daerah bronkus dan sekitar alveoli.

2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Organ pernafasan berguna bagi transfortasi gas-gas dimana organ-organ
pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu
rongga hidung, pharynx, larynx, trakhea, dan bagian paru-paru yang berfungsi
melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah.

[Type the company address] Page 21


1) Saluran nafas bagian atas, terdiri dari:
a) Hidung yang menghubungkan lubang-lubang sinus udara paraanalis yang
masuk kedalam rongga hidung dan juga lubang-lubang naso lakrimal
yang menyalurkan air mata kedalam bagian bawah rongga nasalis
kedalam hidung
b) Parynx (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar teanggorokan
sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang
rawan krikid maka letaknya di belakang hidung (naso farynx),
dibelakang mulut (oro larynx), dan dibelakang farinx (farinx laryngeal)
2) Saluran pernafasn bagian bawah terdiri dari :
a) Larynx (Tenggorokan) terletak di depan bagian terendah pharnyx yang
memisahkan dari kolumna vertebra, berjalan dari farine-farine sampai
ketinggian vertebra servikalis dan masuk ke dalam trakhea di bawahnya.
b) Trachea (Batang tenggorokan ) yang kurang lebih 9 cm panjangnya
trachea berjalan dari larynx sampai kira-kira ketinggian vertebra torakalis
ke lima dan ditempat ini bercabang menjadi dua bronchus (bronchi).
c) Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-
kira vertebralis torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan
trachea yang dilapisi oleh jenis sel yang sama. Cabang utama bronchus
kanan dan kiri tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih besar

[Type the company address] Page 22


dan merupakan lanjutan trachea dengan sudut lancip. Keanehan anatomis
ini mempunyai makna klinis yang penting. Tabung endotrachea terletak
sedemikian rupa sehingga terbentuk saluran udara paten yang mudah
masuk kedalam cabang bronchus kanan. Kalau udara salah jalan, maka
tidak dapat masuk kedalam paru-paru akan kolaps (atelektasis).Tapi arah
bronchus kanan yang hampir vertical maka lebih mudah memasukkan
kateter untuk melakukan penghisapan yang dalam. Juga benda asing
yang terhirup lebih mudah tersangkut dalam percabangan bronchus
kanan ke arahnya vertikal. Cabang utma bronchus kanan dan kiri
bercabang-cabang lagi menjadi segmen lobus, kemudian menjadi segmen
bronchus. Percabangan ini terus menerus sampai cabang terkecil yang
dinamakan bronchioles terminalis yang merupakan cabang saluran udara
terkecil yang tidak mengandung alveolus. Bronchiolus terminal kurang
lebih bergaris tengah 1 mm. Bronchiolus tidak diperkuat oleh cincin
tulang rawan, tetapi di kelilingi oleh otot polos sehingga ukurannya dapat
berubah, semua saluran udara dibawah bronchiolus terminalis disebut
saluran pengantar udara karena fungsi utamanya dalah sebagai pengantar
udara ketemapat pertukaran gas paru-paru. Diluar bronchiolus terminalis
terdapat asinus yang merupakan unit fungsional paru-paru, tempat
pertukaran gas. Asinus terdiri bronchiolus respiratorius, yang kadang -
kadang memiliki kantung udara kecil atau alveoli yang bersal dari
dinding mereka. Duktus alveolaris yang seluruhnya dibatasi oleh alveolus
dan sakus alveolaris terminalis merupakan struktur akhir paru-paru.
c) Paru merupakan organ elastik berbentuk kerucut yang terletak dalam
rongga toraks atau dada. Kedua paru-paru saling terpisah oleh
mediastinum central yang mengandung jantung dan pembuluh-pembuluh
darah besar. Setiap paru mempunyai apeks (bagian atas paru) dan
dasar.Pembuluh darah paru dan bronchial, bronkus, saraf dan pembuluh
limfe memasuuki tiap paru pada bagian hilus dan membentuk akar paru.
Paru kanan lebih daripada kiri, paru kanan dibagi menjadi tiga lobus dan
paru kiri dibagi menjadi dua lobus. Lobus-lobus tersebut dibagi lagi
menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen bronchusnya. Paru
kanan dibagi menjadi 10 segmen sedangkan paru dibagi 10 segmen.Paru

[Type the company address] Page 23


kanan mempunyai 3 buah segmen pada lobus inferior, 2 buah segmen
pada lobus medialis, 5 buah pada lobus superior kiri. Paru kiri
mempunyai 5 buah segmen pada lobus inferior dan 5 buah segmen pada
lobus superior.Tiap-tiap segmen masih terbagi lagi menjadi belahan-
belahan yang bernama lobules. Didalam lobolus, bronkhiolus ini
bercabang- cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus
alveolus.Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya
antara 0,2- 0,3mm. Letak paru dirongga dada di bungkus oleh selaput
tipis yang bernama selaput pleura. Pleura dibagi menjadi dua :1.) pleura
visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang langsung
membungkus paru.2.) pleura parietal yaitu selaput yang melapisi rongga
dada sebelah luar. Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum) yang
disebut kavum pleura.Pada keadaan normal, kavum pleura ini vakum
(hampa udara)sehingga paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat
sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki permukaannya
(pleura), menghindarkan gesekan antara paru dan dinding sewaktu ada
gerakan bernafas. Tekanan dalam rongga pleura lebih rendah dari
tekanan atmosfir, sehingga mencegah kolpas paru kalau terserang
penyakit, pleura mengalami peradangan, atau udara atau cairan masuk ke
dalam rongga pleura, menyebabkan paru tertekan atau kolaps.
b. Fisiologi

1) Pernafasan paru (pernafasan pulmoner)


Fungsi paru adalah pertukaran gas oksigen dan karbondioksida pada
pernafasan melalui paru/ pernafasan eksternal, oksigen di pungut melalui
hidung dan mulut, pada waktu bernafas oksigen masuk melalui trachea dan
pipa bronchial ke alveoli, dan erat hubungan dengan darah di dalam kapiler
pulmonaris. Hanya satu lapisan membrane yaitu membrane alveoli kapiler,
memisahkan oksigen dari darah, darah menembus dan dipungut oleh
hemoglobin sel darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa
didalam arteri kesemua bagian tubuh. Darah meninggalkan paru pada
tekanan oksigen mmHg dan pada tingkatan Hb 95% jenuh oksigen. Didalam
paru, karbondioksida salah satu buangan metabolsme menembus membrane

[Type the company address] Page 24


kapiler dan kapiler darah ke alveoli dan setelah melalui pipa bronchial dan
trachea di lepaskan keluar melalui hidung dan mulut. Empat proses yang
berhubungan dengan pernafasan pulmoner pernafasan eksterna:
 Ventilasi pulmoner, gerakan pernafasan yang menukar udara dalam
alveoli dengan udara luar.
 Arus darah melaui paru, darah mengandung oksigen masuk keseluruh
tubuh, karbondioksida dari seluruh tubuh masuk paru.
 Distribusi arus udara dan arus darah sedemikian sehingga jumlahnya
yang bisa dicapai untuk semua bagian.
 Difusi gas yang membrane alveoli dan kapiler, karbondioksida lebih
mudah berdifusi daripada oksigen.

2) Pernafasan jaringan (pernafasan interna)


Darah yang menjenuhkan hemoglobinnya dengan oksigen (oksihemoglobin)
mengitari seluruh tubuh dan mencapai kapiler, dimana darah bergerak
sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin untuk
memungkinkan oksigen berlangsung dan darah menerima sebagai gantinya
hasil buangan oksidasi yaitu karbondioksida. Perubahan – perubahan berikut
terjadi dalam komposisi udara dalam alveoli, yang disebabkan pernafasan
eksterna dan pernafasan interna atau pernafasan jaringan. Udara (atmosfer)
yang dihirup: Oksigen : 20% Karbondioksida : 0-0,4% Udara yang masuk
alveoli mempunyai suhu dan kelembaban atmosfer. Udara yang
dihembuskan: Nitrogen :79% Oksigen :16% Karbondioksida :4-0,4%
Udara yang dihembuskan jenuh dengan uap air dan mempunyai suhunyang
sama dengan badan (20 persen panas badan hilang untuk pemanasan uadra
yang dikeluarkan ).
3) Daya muat paru

Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml- 5000 ml (4,5 – 5
liter).Udara diproses dalam paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10% kurang
lebih 500 ml disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup
dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Pada seorang laki- laki

[Type the company address] Page 25


normal (4-5 liter) dan pada seorang perempuan (3-4 liter). Kapasitas (h)
berkurang pada penyakit paruparu) dan pada kelemahan otot pernafasan.

4) Pengendalian pernafasan

Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor uatam yaitu
kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat
pernafasan yang terletak didalm medulla oblongata, kalau dirangsang
mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf spiralis ke otot
pernafasan (otot diafragma atau interkostalis).

 Pengendalian oleh saraf Pusat pernafasan adalah suatu pusat otomatik


dalam medulla oblongata mengeluarkan impuls eferen ke otot
pernafasan, melalui radik saraf sevikalis diantarkan ke diafragma oleh
saraf frenikus. Impuls ini menimbulkan kontraksi ritmik pada otot
diafragma dan interkostalis yang kecepatannya kira- kira 15 kali setiap
menit.

 Pengendalian secara kimia Pengendalian dan pengaturan secara kimia


meliputi : Frekuensi kecepatan dan dalamnya gerakan pernafasan, pusat
pernafasan dalam sumsum sangat peka sehingga kadar alkali harus tetap
dipertahankan, karbondioksida adalah preduksi asam metabolisme dan
bahan kimia yang asam ini merangsang pusat pernafasan untuk mengirim
keluar impuls saarf yang bekerja atas otot pernafasan.

5) Kecepatan pernafasan Kecepatan pernafasan secara normal, ekspirasi akan


menyusul inspirasi dan kemudian istirahat, pada bayi ada kalanya terbalik,
inspirasi- istirahat –ekspirasi, disebut juga pernafasan terbalik.

Kecepatan normal setiap menit berdasarkan umur :

 Bayi prematur : 40 – 90x/menit

 Neonatus : 30 – 80 x/menit

 1 Tahun : 20- 40x/ menit

[Type the company address] Page 26


Inspirasi atau menarik nafas adalah proses aktif yang diselenggarakan oleh
kerja otot. Kontraksi diafragma meluaskan rongga dada dari atas sampai
bawah, yaitu vertical.Kenaikan iga-iga dan sternum, yang ditimbulkan oleh
kontaksi otot interkostalis, meluaskan romgga dada kedua sisi dari belakang
ke depan. Paru yang bersifat elastis mengembang untuk mengisi ruang yang
membesar itu dan udara ditarik masuk kedalam saluran udara, otot
interkostalis eksterna diberi peran sebagai otot tambahan hanya bila
inspirasi menjadi gerak sadar. Pada ekspirasi, udara dipaksa oleh
pengendoran otot dan karena paru kempes kembali, disebakan sifat elastis
paru itu gerakan ini adalah proses pasif. Ketika pernafasan sangat kuat,
gerakan dada bertambah, otot leher dan bahu membantu menarik iga-iga dan
sternum ke atas. Otot sebelah belakang dan abdomen juga dibawa bergerak.

6) Kebutuhan tubuh akan oksigen dalam banyak keadaan, termasuk yang telah
disebut oksigen dapat diatur menurut keperluan orang tergantung pada
oksigen untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selam kurang lebih 4
menit dapat mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat perbaiki
dan biasanya klien meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya
seorang anak menutupi kepala dan mukanya dengan kantong plastic menjadi
lemas. Tetapi hanya penyadiaaan oksigen berkurang, maka klien menjadi
kacau pikirannya, ia menderita anoxia serebralis. Hal ini terjadi pada orang
yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal,
oksigen yang ada mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen
untuk bernafas atau tidak dipindahkan ke udara yang normal, maka akan
meninggal karena anoxemia. Istilah lain adalah hypoxemia atau hipoksia.
Bila oksigen didalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya hilang
dan berubah menjadi kebiru- biruan, bibir telingga, lengan dan kaki klien
menjadi kebiru- biruan dan keadaan itu disebut sianosis (Evelyn C.Pearce,
2002).

3. Etiologi

[Type the company address] Page 27


Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan oleh adanya
penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi organisme patogen.
Orang yang normal dan sehat mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap
organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus,
gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat.

Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,


mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 : 682) antara
lain:

a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti klien yang mengalami immunosupresi.
e. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
Terjadi karena kongesti paru yang lama. (Reeves, 2001)
f. Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada klien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat
dalam mulut dank arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer
& Suzanne C, 2002: 572 dan Sandra M.Nettina, 2001:628).

[Type the company address] Page 28


4. Pathofisiologi Dan Pathway
Proses terjadinya bronkopneumonia dimulai dari berhasilnya kuman pathogen
masuk ke cairan mukus dalam jalan nafas. Kuman tersebut berkembang biak di
saluran nafas atau sampai di paru-paru. Bila mekanisme pertahanan seperti sistem
transport mukosilia tidak adekuat, maka kuman berkembang biak secara cepat
sehingga terjadi peradangan di saluran nafas atas, sebagai respon peradangan akan
terjadi hipersekresi mukus dan merangsang batuk. Mikroorganisme berpindah
karena adanya gaya tarik bumi dan alveoli menebal. Pengisian cairan alveoli akan
melindungi mikroorganisme dari fagosit dan membantu penyebaran organisme ke
alveoli lain. Keadaan ini menyebabkan infeksi meluas, aliran darah di paru
sebagian meningkat yang diikuti peradangan vaskular dan penurunan darah
kapiler .

Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas
paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance
dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses
bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi
dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang
menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.

Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus,
maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal
tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari
meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan
darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi
volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan
cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan
dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya
kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut

[Type the company address] Page 29


menggunakan otot – otot bantu pernapasan (otot interkosta) yang menimbulkan
retreksi dada sehingga gerakan dada tidak simetris.

Takipnea pernafasan abnormal cepat dan dangkal, biasanya di definisikan lebih


dari 60 hembusan permenit. Pernafasan abnormal cepat adalah gejala yang sering
di sebabkan oleh penumpukan karbon dioksida dalam paru-paru. Setiap kali
kemampuan untuk membuang karbon dioksida (CO2) menurun terjadi
penumpukan CO2 darah. Hasilnya adalah asidosis pernapasan, yang merangsang
pusat pernapasan di otak untuk meningkatkan frekuensi napas dalam upaya
menormalkan pH darah. Kontras dengan bradipnea. Ronchi bunyi gaduh yang
dalam, terdengar selama ekspirasi, penyebab gerakan udara melewati jalan napas
yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi sumbatan akibat sekresi,
odema, atau tumor. Contoh : suara ngorok (ronchi).

Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang
memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan
berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa
akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan
cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan
menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.

Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan
anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh
dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan disertai kejang karena demam
yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.

Virus, bakteri ataupun jamur yang menjadi penyebab dari penyakit


bronkopneumonia ini masuk lalu mengiritasi saluran nafas bagian bawah sehingga
menimbulkan inflamasi dan suhu tubuh pun meningkat (hipertermi). Adanya
hipertermi tersebut menyebabkan suplai O2 dalam darah pun menurun dan terjadi
hipoksia. Persediaan O2 dalam darah yang semakin menurun, akan menyebabkan
fatique sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari. Selain masuk menuju saluran

[Type the company address] Page 30


nafas bawah, kuman juga menuju ke saluran cerna sehingga terjadi infeksi.
Adanya infeksi tersebut menyebabkan flora normal usus dan gerak peristaltiknya
meningkat, karena hal tersebut membuat terjadinya malabsorpsi sehingga
menyebabkan frekuensi BAB bertambah per harinya.

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas


selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39–40°C dan
mungkin disertai kejang karena demam yag tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai di awal penyakit, anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, dimana pada awalnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produksi.

[Type the company address] Page 31


Pathways
Jamur, bakteri, protozoa
Resiko infeksi

Peningkatan suhu Masuk alveoli


tubuh
Kongestif (4-12 jam)eksudat Nyeri pleuritik
dan serous masuk alveoli

Hepatisasi merah (48jam)


paru-paru tampak merah dan bergranula Penumpukan cairan
karena SDM dan leukosit dalam alveoli
DMN mengisi alveoli

Hepatisasi kelabu(3-8hari)
paru-paru tampak kelabu karena Resolusi 7-11 hr
leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi di dalam alveoli

PMN Konsolidasi jaringan paru Ggn.pertukaran


Ggn pertukarangas
gas
Berkeringat Metabolisme Compliance paru menurun

Suplai O2 Menurun
Resti Defisit Nutrisi

Mual,muntah Intoleransi aktivitas

Sputum kental

Resiko
Ketidakseimbangan cairan
Bersihan jalan napas
tidak efektif

5. Manifestasi Klinis
a. Menggigil mendadak, demam yang tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak
b. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk.
c. Sakit parah dengan takipnea jelas (25 – 45/menit) dan dispnea.
d. Nadi cepat dan bersambung

[Type the company address] Page 32


e. Bradikardia relatif ketika demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mycoplasma atau spesies legionella.
f. Sputum purulen, kemerahan, bersemu darah, kental atau hijau relatif terhadap
preparat etiologis.
g. Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan tanda-tanda konsolidasi lebar
(Baughman, Diane C,)

6. Pemeriksaan Penunjang

Untuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan cara:

a. Pemeriksaan Laboratorium

1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 2000 :
435)
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
5) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)

b. Pemeriksaan Radiologi

1) Rontgenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada infeksi


pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali dijumpai pada
infeksi stafilokokus dan haemofilus. (Barbara C, Long, 2000 : 435)

[Type the company address] Page 33


2) Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat. (Sandra M, Nettina, 2001)

7. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.

8. Penatalaksanaan

a. Antibiotic seperti ; penisilin, eritromicin, kindomisin, dan sefalosforin.


b. Terapi oksigen (O2)
c. Nebulizer, untuk mengencerkandahak yang kental dan pemberian
bronkodilator.
d. Istirahat yang cukup
e. Kemoterafi untuk mikoplasma pneumonia dapat diberikan eritromicin 4x 500
mg/ hari atau tetrasiklin 3-4 x 500mg/ hari.
f. IVFD dextrose 10%; NaCl 0,9%=3:1, +KClL 10mEq/500ml cairan.

C. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan.
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di
hadapi klien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap
ini mencakup tiga kegiatan,yaitu Pengumpulan Data, Analisa data dan
Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.
a. Pengumpulan data

Tujuan :

[Type the company address] Page 34


Diperoleh data dan informasi mengenai masalah kesehatan yang ada pada
klien sehingga dapat ditentukan tindakan yang harus diambil untuk mengatasi
masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual
serta faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Data tersebut harus akurat
dan mudah dianalisis.

Jenis data antara lain:

 Data Objektif, yaitu data yang diperoleh melalui suatu pengukuran,

pemeriksaan, dan pengamatan, misalnya suhu tubuh, tekanan darah, serta


warna kulit.

 Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan

klien, atau dari keluarga klien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan
mual.

Adapun focus dalam pengumpulan data meliputi :

1) Demografi meliputi;nama, umur, jenis kelamin, dan pekerjaan.


2) Keluhan utama
Saat dikaji biasanya penderita bronchopneumonia akan mengeluh sesak
nafas, disertai batuk ada secret tidak keluar, panas tinggi, dan lemah.
3) Riwayat penyakit sekarang
Penyakit bronchitis mulai dirasakan saat penderita mengalami batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari terutama pada saat bangun
pagi selama minimum 3 bulan berturut-turut tiap tahun sedikitnya 2
tahun produksi sputum (hijau, putih/kuning) dan banyak sekali.
Penderita biasanya menggunakan otot bantu pernfasan, dada terlihat
hiperfentilasi dengan peninggian diameter AP, bunyi nafas krekels,
ronki, warna kulit pucat dengan sianosis bibir, dasar kuku.
4) Riwayat penyakit dahulu Biasanya penderita bronkopneumonia
sebelumnya belum pernah menderita kasus yang sama tetapi mereka
mempunyai riwayat penyakit yang dapat memicu terjadinya
bronchopneumonia yaitu riwayat merokok, terpaan polusi kima dalam
jangka panjang misalnya debu/ asap.

[Type the company address] Page 35


5) Riwayat penyakit keluarga
Biasanya penyakit bronchopneumonia dalam keluarga bukan
merupakan factor keturunan tetapi kebiasaan atau pola hidup yang
tidak sehat seperti merokok. Sering terpaparnya dengan asap, seperti
pembakaran hutan, obat nyamuk, polusi udara.
6) Pola pengkajian
a) Pernafasan
Gejala: Nafas pendek (timbulnya tersembunyi dengan batuk
menetap dengan produksi sputum setiap hari (terutama pada saat
bangun) selama minimum 3 bulan berturut- turut) tiap tahun
sedikitnya 2 tahun. Produksi sputum (Hijau, putih/ kuning) dan
banyak sekali.
Riwayat pneumonia berulang: biasanya terpajan pada polusi
kimia/iritan pernafasan dalam jangka panjang (misalnya rokok
sigaret), debu/asap (misalnya : asbes debu, batubara, room katun,
serbuk gergaji). Pengunaaan oksigen pada malam hari atau terus
menerus.
Tanda : Lebih memilih posisi tiga titik (tripot) untuk bernafas,
penggunaan otot bantu pernafasan (misalnya: meninggikan bahu,
retraksi supra klatikula, melebarkan hidung) Dada: Dapat terlihat
hiperinflasi dengan peninggian diameter AP (bentuk barel),
gerakan difragma minimal.
Bunyi nafas : Krekels lembab, Ronki kasar Warna : Pucat dengan
sianosis bibir dan dasar kuku abu- abu keseluruhan.
b) Sirkulasi

Gejala: Pembengkakan ekstremitas bawah

Tanda: Peningkatan tekanan darah Peningkatan frekuensi jantung /


takikardi Berat, disritmia Distensi vena leher (penyakit berat)
edema dependen, tidak berhubungan dengan penyakit jantung.
Bunyi jantung redup (yang berhubungan dengan peningkatan
diameter AP dada).

[Type the company address] Page 36


Warna kulit/membrane mukosa: normal atau abu-abu/ sianosis
perifer. Pucat dapat menunjukan anemia.

c) Makanan/cairan
Gejala: Mual/muntah Nafsu makan buruk/anoreksia,
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda: Turgor kulit buruk Berkeringat Palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali, bising usus abnormal (pada anak BU:
3-5 x/i), anak mencret (diare) karena bakteri telah sampai ke sal.
Pencernaan/
d) Aktifitas / istirahat
Gejala: Keletihan, keletihan, malaise Ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk
tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat
istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan Gelisah/ insomnia Kelemahan umum/
kehilangan masa otot
e) Integritas ego

Gejala : Peningkatan faktor resiko

Tanda : Perubahan pola hidup Ansietas, ketakutan, peka rangsang

f) Hygiene

Gejala : Penurunan kemampuan/peningkatan kebutuhan melakukan


aktifitas sehari- hari

Tanda : Kebersihan buruk, bau badan.

g) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat/faktor
lingkungan. Adanya infeksi berulang.
(Suryadi 2006, p.115)
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium Hematologi

[Type the company address] Page 37


Periksaan laboratorium Feaces
b. Analisa data
Analisa data adalah kemampuan dalam mengembangkan kemampuan berpikir
rasional sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan.
2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon


manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito,2000).

Perumusan diagnosa keperawatan :

 Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang

ditemukan.

 Resiko: Menjelaskan masalah kesehatan nyata akan terjadi jika tidak

dilakukan intervensi.

 Kemungkinan : Menjelaskan bahwa perlu adanya data tambahan untuk

memastikan masalah keperawatan kemungkinan.

 Wellness : Keputusan klinik tentang keadaan individu, keluarga atau

masyarakat dalam transisi dari tingkat sejahtera tertentu ketingkat sejahtera


yang lebih tinggi.

 Syndrom : diagnose yang terdiri dar kelompok diagnosa keperawatan actual

dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu.

Adapun masalah keperawatan yang sering muncul pada kasus Gastroentritis


adalah sebagai berikut:

a. Bersihan jalan nafas tidak efektifberhubungan dengan peningkatan produksi


sputum ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.

[Type the company address] Page 38


b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan
paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO 2
menurun, sesak nafas.
c. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan metabolisme
d. Resiko penyeberan infeksi berhubungan dengan Tidak adekuat pertahanan
sekunder
e. Resiko defisit nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme
sekunder terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan
menurun, BB turun, mual dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
O2 dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi
dalam kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan.
g. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.
3. Rencana Keperawatan

Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di
harapkan (Gordon,1994).

Merupakan pedoman tertulis untuk perawatan klien. Rencana perawatan


terorganisasi sehingga setiap perawat dapat dengan cepat mengidentifikasi
tindakan perawatan yang diberikan. Rencana asuhan keperawatan yang di
rumuskan dengan tepat memfasilitasi konyinuitas asuhan perawatan dari satu
perawat ke perawat lainnya. Sebagai hasil, semua perawat mempunyai
kesempatan untuk memberikan asuhan yang berkualitas tinggi dan konsisten.

Rencana asuhan keperawatan tertulis mengatur pertukaran informasi oleh


perawat dalam laporan pertukaran dinas. Rencana perawatan tertulis juga
mencakup kebutuhan klien jangka panjang(Potter,1997)

[Type the company address] Page 39


NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1 Bersihan Jalan Nafas Bersihan jalan napas diberi kode L.01002 dalam Manajemen Jalan Napas (I.01011)
tidak efektif SLKI. Intervensi manajemen jalan napas dalam Standar Intervensi
Bersihan jalan napas meningkat berarti Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.01011).
kemampuan pasien membersihkan sekret Manajemen jalan napas adalah intervensi yang dilakukan
atau obstruksi jalan napas untuk oleh perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola
mempertahankan jalan napas tetap paten kepatenan jalan napas.
meningkat. Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen jalan
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa napas berdasarkan SIKI, antara lain:
bersihan jalan napas meningkat adalah: Observasi
1. Batuk efektif meningkat  Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman, usaha napas)
2. Produksi sputum menurun  Monitor bunyi napas tambahan (misalnya: gurgling,
3. Mengi menurun mengi, wheezing, ronchi kering)
4. Wheezing menurun  Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
5. Mekonium (pada neonatus) menurun Terapeutik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat  Pertahankan kepatenan jalan napas dengan head-tilt dan
harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 chin-lift (jaw thrust jika curiga trauma fraktur servikal)
komponen, yaitu:  Posisikan semi-fowler atau fowler
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].  Berikan minum hangat
Berdasarkan komponen tersebut, contoh  Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
rumusan penulisan luarannya menjadi:  Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15 detik
Setelah dilakukan intervensi keperawatan  Lakukan hiperoksigenasi sebelum penghisapan
selama 3 x 24 jam, maka bersihan jalan nafas endotrakeal
meningkat, dengan kriteria hasil:  Keluarkan sumbatan benda padat dengan forsep McGill
1. Batuk efektif meningkat  Berikan oksigen, jika perlu
2. Produksi sputum menurun Edukasi
3. Mengi menurun  Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika tidak ada
4. Wheezing menurun kontraindikasi
Perhatikan!  Ajarkan Teknik batuk efektif
1. Label = “Setelah dilakukan intervensi Kolaborasi
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka  Kolaborasi
bersihan jalan nafas” pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukolitik, jika
2. Ekspektasi = “Meningkat” perlu.
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3,

[Type the company address] Page 36


dst, Pemantauan Respirasi (I.01014)
Intervensi pemantauan respirasi dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.01014).
Pemantauan respirasi adalah intervensi yang dilakukan
oleh perawat untuk mengumpulkan dan menganalisis
data untuk memastikan kepatenan jalan napas dan
keefektifan pertukaran gas.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi pemantauan
respirasi berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea,
hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai analisa gas darah
 Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.

2 Gangguan Pertukaran Pertukaran gas meningkat diberi kode L.01003 Pemantauan Respirasi (I.01014)
gas dalam SLKI. Intervensi pemantauan respirasi dalam Standar Intervensi
Pertukaran gas meningkat berarti oksigenasi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.01014).
dan/atau eliminasi karbondioksida pada Pemantauan respirasi adalah intervensi yang dilakukan
membrane alveolus-kapiler dalam batas oleh perawat untuk mengumpulkan dan menganalisis
normal. data untuk memastikan kepatenan jalan napas dan
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa

[Type the company address] Page 37


pertukaran gas meningkat adalah: keefektifan pertukaran gas.
1. Dispnea menurun Tindakan yang dilakukan pada intervensi pemantauan
2. Bunyi napas tambahan menurun respirasi berdasarkan SIKI, antara lain:
3. Takikardia menurun Observasi
4. PCO2 membaik 1. Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan upaya napas
5. PO2 membaik 2. Monitor pola napas (seperti bradypnea, takipnea,
6. pH arteri membaik hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-stokes, biot, ataksik)
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat 3. Monitor kemampuan batuk efektif
harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 4. Monitor adanya produksi sputum
komponen, yaitu: 5. Monitor adanya sumbatan jalan napas
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil]. 6. Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Contoh: 7. Auskultasi bunyi napas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan 8. Monitor saturasi oksigen
selama 3 x 24 jam, maka pertukaran gas 9. Monitor nilai analisa gas darah
meningkat, dengan kriteria hasil: 10. Monitor hasil x-ray thoraks
1. Sesak napas menurun Terapeutik
2. Wheezing menurun 1. Atur interval pemantauan respirasi sesuai kondisi pasien
3. Takikardia menurun 2. Dokumentasikan hasil pemantauan
4. PCO2 membaik Edukasi
5. PO2 membaik 1. Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
6. pH arteri membaik. 2. Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
Perhatikan: Terapi Oksigen (I.01026)
1. Label = “Setelah dilakukan intervensi Intervensi terapi oksigen dalam Standar Intervensi
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.01026).
pertukaran gas“ Terapi oksigen adalah intervensi yang dilakukan oleh
2. Ekspektasi = “Meningkat” perawat untuk memberikan tambahan oksigen dalam
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, rangka mencegah dan mengatasi kekurangan oksigen
dst, jaringan.
 Tindakan yang dilakukan pada intervensi terapi oksigen
berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
1. Monitor kecepatan aliran oksigen
2. Monitor posisi alat terapi oksigen
3. Monitor aliran oksigen secara periodik dan pastikan fraksi
yang diberikan cukup

[Type the company address] Page 38


4. Monitor efektifitas terapi oksigen (mis. Oksimetri, Analisa
gas darah), jika perlu
5. Monitor kemampuan melepaskan oksigen saat makan
6. Monitor tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor monitor tanda dan gejala toksikasi oksigen dan
atelektasis
8. Monitor tingkat kecemasan akibat terapi oksigen
9. Monitor integritas mukosa hidung akibat pemasangan
oksigen
Terapeutik
1. Bersihkan sekret pada mulut, hidung, dan trakea, jika perlu
2. Pertahankan kepatenan jalan napas
3. Siapkan dan atur peralatan pemberian oksigen
4. Berikan oksigen tambahan, jika perlu
5. Tetap berikan oksigen saat pasien di transportasi
6. Gunakan perangkat oksigen yang sesuai dengan tingkat
mobilitas pasien
Edukasi
1. Ajarkan pasien dan keluarga cara menggunakan oksigen
dirumah
Kolaborasi
1. Kolaborasi penentuan dosis oksigen
2. Kolaborasi penggunaan oksigen saat aktivitas dan/atau
tidur
3 Hipertermia Termoregulasi membaik diberi kode L.14134 Manajemen Hipertermia (I.15506)
dalam SLKI. Intervensi manajemen hipertermia dalam Standar Intervensi
Termoregulasi membaik berarti membaiknya Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.15506).
pengaturan suhu tubuh agar tetap berada Manajemen hipertermia adalah intervensi yang
pada rentang normal. dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa mengelola peningkatan suhu tubuh akibat disfungsi
termoregulasi membaik adalah: termoregulasi.
1. Menggigil menurun Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen
2. Suhu tubuh membaik hipertermia berdasarkan SIKI, antara lain:
3. Suhu kulit membaik Observasi
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat  Identifikasi penyebab hipertermia (mis: dehidrasi, terpapar

[Type the company address] Page 39


harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 lingkungan panas, penggunaan inkubator)
komponen, yaitu:  Monitor suhu tubuh
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].  Monitor kadar elektrolit
Contoh:  Monitor haluaran urin
Setelah dilakukan intervensi keperawatan  Monitor komplikasi akibat hipertermia
selama 1 x 24 jam, maka termoregulasi Terapeutik
membaik, dengan kriteria hasil:  Sediakan lingkungan yang dingin
1. Suhu tubuh membaik  Longgarkan atau lepaskan pakaian
Perhatikan:  Basahi dan kipasi permukaan tubuh
1. Label = Setelah dilakukan intervensi  Berikan cairan oral
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka  Ganti linen setiap hari atau lebih sering jika mengalami
termoregulasi hyperhidrosis (keringat berlebih)
2. Ekspektasi = Membaik  Lakukan pendinginan eksternal (mis: selimut hipotermia
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, atau kompres dingin pada dahi, leher, dada, abdomen,
dst, aksila)
 Hindari pemberian antipiretik atau aspirin
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan tirah baring
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jika
perlu
Regulasi Temperatur (I.14578)
Intervensi regulasi temperatur dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.14578).
Regulasi temperatur adalah intervensi yang dilakukan
oleh perawat untuk mempertahankan suhu tubuh dalam
rentang normal.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi regulasi temperatur
berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
 Monitor suhu tubuh bayi sampai stabil (36,5 – 37,5°C)
 Monitor suhu tubuh anak tiap 2 jam, jika perlu
 Monitor tekanan darah, frekuensi pernapasan dan nadi
 Monitor warna dan suhu kulit

[Type the company address] Page 40


 Monitor dan catat tanda dan gejala hipotermia atau
hipertermia
Terapeutik
 Pasang alat pemantau suhu kontinu, jika perlu
 Tingkatkan asupan cairan dan nutrisi yang adekuat
 Bedong bayi segera setelah lahir untuk mencegah
kehilangan panas
 Masukkan bayi BBLR ke dalam plastic segera setelah lahir
(mis: bahan polyethylene, polyurethane)
 Gunakan topi bayi untuk mencegah kehilangan panas pada
bayi baru lahir
 Tempatkan bayi baru lahir di bawah radiant warmer
 Pertahankan kelembaban incubator 50% atau lebih untuk
mengurangi kehilangan panas karena proses evaporasi
 Atur suhu incubator sesuai kebutuhan
 Hangatkan terlebih dahulu bahan-bahan yang akan kontak
dengan bayi (mis: selimut, kain bedongan, stetoskop)
 Hindari meletakkan bayi di dekat jendela terbuka atau di
area aliran pendingin ruangan atau kipas angin
 Gunakan matras penghangat, selimut hangat, dan
penghangat ruangan untuk menaikkan suhu tubuh, jika
perlu
 Gunakan Kasur pendingin, water circulating blankets, ice
pack, atau gel pad dan intravascular cooling
cathetherization untuk menurunkan suhu tubuh
 Sesuaikan suhu lingkungan dengan kebutuhan pasien
Edukasi
 Jelaskan cara pencegahan heat exhaustion dan heat stroke
 Jelaskan cara pencegahan hipotermi karena terpapar udara
dingin
 Demonstrasikan Teknik perawatan metode kanguru
(PMK) untuk bayi BBLR
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian antipiretik, jika perlu
4 Resiko Defisi nutrisi Status nutrisi membaik diberi kode L.03030 Manajemen Gangguan Makan (I.03111)

[Type the company address] Page 41


dalam SLKI. Intervensi manajemen gangguan makan dalam Standar
Status nutrisi membaik berarti keadekuatan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode
asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan (I.03111).
metabolisme membaik. Manajemen gangguan makan adalah intervensi yang
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan
nutrisi membaik adalah: mengelola diet yang buruk, olahraga yang berlebihan
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat dan/atau pengeluaran makanan dan cairan yang
2. Berat badan membaik berlebihan.
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen
LIHAT: Kalkulator Indeks Massa Tubuh gangguan makan berdasarkan SIKI, antara lain:
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat Observasi
harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3  Monitor asupan dan keluarnya makanan dan cairan serta
komponen, yaitu: kebutuhan kalori
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil]. Terapeutik
Contoh:  Timbang berat badan secara rutin
Setelah dilakukan intervensi keperawatan  Diskusikan perilaku makan dan jumlah aktivitas fisik
selama 3 x 24 jam, maka status nutrisi membaik, (termasuk olahraga) yang sesuai
dengan kriteria hasil:  Lakukan kontrak perilaku (mis: target berat badan,
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat tanggungjawab perilaku)
2. Berat badan membaik  Damping ke kamar mandi untuk pengamatan perilaku
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik memuntahkan Kembali makanan
Perhatikan:  Berikan penguatan positif terhadap keberhasilan target dan
1. Label = Setelah dilakukan intervensi perubahan perilaku
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka status  Berikan konsekuensi jika tidak mencapai target sesuai
nutrisi kontrak
2. Ekspektasi = Membaik  Rencanakan program pengobatan untuk perawatan di
Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, rumah (mis: medis, konseling)
dst, Edukasi
 Anjurkan membuat catatan harian tentang perasaan dan
situasi pemicu pengeluaran makanan (mis: pengeluaran
yang disengaja, muntah, aktivitas berlebihan)
 Ajarkan pengaturan diet yang tepat
 Ajarkan keterampilan koping untuk penyelesaian masalah
perilaku makan
Kolaborasi

[Type the company address] Page 42


 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang target berat badan,
kebutuhan kalori dan pilihan makanan
Manajemen Nutrisi (I.03119)
Intervensi manajemen nutrisi dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03119).
Manajemen nutrisi adalah intervensi yang dilakukan oleh
perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola asupan
nutrisi yang seimbang.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen nutrisi
berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
 Identifikasi status nutrisi
 Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
 Identifikasi makanan yang disukai
 Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
 Identifikasi perlunya penggunaan selang nasogastrik
 Monitor asupan makanan
 Monitor berat badan
 Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
Terapeutik
 Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika perlu
 Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis: piramida
makanan)
 Sajikan makanan secara menarik dan suhu yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang nasogastik jika
asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Ajarkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum makan (mis:
Pereda nyeri, antiemetik), jika perlu

[Type the company address] Page 43


 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrien yang dibutuhkan, jika perlu
5 Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas meningkat diberi kode Manajemen Energi (I.05178)
L.05047 dalam SLKI. Intervensi manajemen energi dalam Standar Intervensi
Toleransi aktivitas meningkat berarti respon Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.05178).
fisiologis terhadap aktivitas yang Manajemen energi adalah intervensi yang dilakukan oleh
membutuhkan tenaga meningkat. perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa penggunaan energi untuk mengatasi atau mencegah
toleransi aktivitas meningkat adalah: kelelahan dan mengoptimalkan proses pemulihan.
1. Keluhan Lelah menurun Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen energi
2. Dispnea saat aktivitas menurun berdasarkan SIKI, antara lain:
3. Dispnea setelah aktivitas menurun Observasi
4. Frekuensi nadi membaik  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang mengakibatkan
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat kelelahan
harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3  Monitor kelelahan fisik dan emosional
komponen, yaitu:  Monitor pola dan jam tidur
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukan
Contoh: aktivitas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Terapeutik
selama 3 x 24 jam, maka toleransi aktivitas  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus (mis:
meningkat, dengan kriteria hasil: cahaya, suara, kunjungan)
1. Keluhan Lelah menurun  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
2. Frekuensi nadi membaik  Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
Perhatikan:  Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
1. Label = Setelah dilakukan intervensi berpindah atau berjalan
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka Edukasi
toleransi aktivitas.  Anjurkan tirah baring
2. Ekspektasi = Meningkat.  Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3,  Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejala
dst, kelelahan tidak berkurang
 Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkan
asupan makanan

[Type the company address] Page 44


Terapi Aktivitas (I.01026)
Intervensi terapi aktivitas dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.01026).
Terapi aktivitas adalah intervensi yang dilakukan oleh
perawat dalam menggunakan aktivitas fisik, kognitif,
sosial, dan spiritual tertentu untuk memulihkan
keterlibatan, frekuensi, atau durasi aktivitas individu
atau kelompok.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi terapi aktivitas
berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
 Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 Identifikasi kemampuan berpartisipasi dalam aktivitas
tertentu
 Identifikasi sumber daya untuk aktivitas yang diinginkan
 Identifikasi strategi meningkatkan partisipasi dalam
aktivitas
 Identifikasi makna aktivitas rutin (mis: bekerja) dan waktu
luang
 Monitor respons emosional, fisik, sosial, dan spiritual
terhadap aktivitas
Terapeutik
 Fasilitasi fokus pada kemampuan, bukan defisit yang
dialami
 Sepakati komitmen untuk meningkatkan frekuensi dan
rentang aktivitas
 Fasilitasi memilih aktivitas dan tetapkan tujuan aktivitas
yang konsisten sesuai kemampuan fisik, psikologis, dan
sosial
 Koordinasikan pemilhan aktivitas sesuai usia
 Fasilitasi makna aktivitas yang dipilih
 Fasilitasi transportasi untuk menghadiri aktivitas, jika
sesuai
 Fasilitasi pasien dan keluarga dalam menyesuaikan
lingkungan untuk mengakomodasi aktivitas yang dipilih

[Type the company address] Page 45


 Fasilitasi aktivitas rutin (mis: ambulasi, mobilisasi, dan
perawatan diri), sesuai kebutuhan
 Fasilitasi aktivitas pengganti saat mengalami keterbatasan
waktu, energi, atau gerak
 Fasilitasi aktivitas motorik kasar untuk pasien hiperaktif
 Tingkatkan aktivitas fisik untuk memelihara berat badan,
jika sesuai
 Fasilitasi aktivitas motorik untuk merelaksasi otot
 Fasilitasi aktivitas aktivitas dengan komponen memori
implisit dan emosional (mis: kegiatan keagamaan khusus)
untuk pasien demensia, jika sesuai
 Libatkan dalam permainan kelompok yang tidak
kompetitif, terstruktur, dan aktif
 Tingkatkan keterlibatan dalam aktivitas rekreasi dan
diversifikasi untuk menurunkan kecemasan (mis: vocal
group, bola voli, tenis meja, jogging, berenang, tugas
sederhana, permainan sederhana, tugas rutin, tugas rumah
tangga, perawatan diri, dan teka-teki dan kartu)
 Libatkan keluarga dalam aktivitas, jika perlu
 Fasilitasi mengembangkan motivasi dan penguatan diri
 Fasilitasi pasien dan keluarga memantau kemajuannya
sendiri untuk mencapai tujuan
 Jadwalkan aktivitas dalam rutinitas sehari-hari
 Berikan penguatan positif atas partisipasi dalam aktivitas
Edukasi
 Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-hari, jika perlu
 Ajarkan cara melakukan aktivitas yang dipilih
 Anjurkan melakukan aktivitas fisik, sosial, spiritual, dan
kognitif dalam menjaga fungsi dan Kesehatan
 Anjurkan terlibat dalam aktivitas kelompok atau terapi,
jika sesuai
 Anjurkan keluarga untuk memberi penguatan positif atas
partisipasi dalam aktivitas
Kolaborasi
 Kolaborasi dengan terapis okupasi dalam merencanakan

[Type the company address] Page 46


dan memonitor program aktivitas, jika sesuai
 Rujuk pada pusat atau program aktivitas komunitas, jika
perlu
6 Resiko Keseimbangan cairan meningkat diberi kode Manajemen Cairan (I.03098)
Ketidakseimbangan L.03020 dalam SLKI. Intervensi manajemen cairan dalam Standar Intervensi
cairan Keseimbangan cairan meningkat berarti Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03098).
terdapat kondisi ekuilibrium (seimbang) Manajemen cairan adalah intervensi yang dilakukan oleh
antara volume cairan di ruang intraselular perawat untuk mengidentifikasi dan mengelola
dan ekstraselular tubuh. keseimbangan cairan dan mencegah komplikasi akibat
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa ketidakseimbangan cairan.
keseimbangan cairan meningkat adalah: Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen cairan
1. Asupan cairan meningkat berdasarkan SIKI, antara lain:
2. Output urin meningkat Observasi
3. Membrane mukosa lembab meningkat  Monitor status hidrasi (mis: frekuensi nadi, kekuatan nadi,
4. Edema menurun akral, pengisian kapiler, kelembaban mukosa, turgor kulit,
5. Dehidrasi menurun tekanan darah)
6. Tekanan darah membaik  Monitor berat badan harian
7. Frekuensi nadi membaik  Monitor berat badan sebelum dan sesudah dialisis
8. Kekuatan nadi membaik  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium (mis: hematokrit,
9. Tekanan arteri rata-rata membaik Na, K, Cl, berat jenis urin, BUN)
10. Mata cekung membaik  Monitor status hemodinamik (mis: MAP, CVP, PAP,
11. Turgor kulit membaik PCWP, jika tersedia)
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat Terapeutik
harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3  Catat intake-output dan hitung balans cairan 24 jam
komponen, yaitu:  Berikan asupan cairan, sesuai kebutuhan
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].  Berikan cairan intravena, jika perlu
Contoh: Kolaborasi
Setelah dilakukan intervensi keperawatan  Kolaborasi pemberian diuretik, jika perlu
selama 3 x 24 jam, maka keseimbangan cairan Pemantauan Cairan (I.03121)
meningkat, dengan kriteria hasil:
1. Asupan cairan meningkat Intervensi pemantauan cairan dalam Standar Intervensi
2. Membrane mukosa lembab meningkat Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.03121).
3. Turgor kulit membaik Pemantauan cairan adalah intervensi yang dilakukan
4. Output urin meningkat oleh perawat untuk mengumpulkan dan menganalisis
Perhatikan: data terkait pengaturan keseimbangan cairan.

[Type the company address] Page 47


1. Label = Setelah dilakukan intervensi Tindakan yang dilakukan pada intervensi pemantauan cairan
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka berdasarkan SIKI, antara lain:
keseimbangan cairan Observasi
2. Ekspektasi = Meningkat  Monitor frekuensi dan kekuatan nadi
Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3,  Monitor frekuensi napas
dst,  Monitor tekanan darah
 Monitor berat badan
 Monitor waktu pengisian kapiler
 Monitor elastisitas atau turgor kulit
 Monitor jumlah, warna, dan berat jenis urin
 Monitor kadar albumin dan protein total
 Monitor hasil pemeriksaan serum (mis: osmolaritas serum,
hematokrit, natrium, kalium, dan BUN)
 Monitor intake dan output cairan
 Identifikasi tanda-tanda hypovolemia (mis: frekuensi nadi
meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membran
mukosa kering, volume urin menurun, hematokrit
meningkat, hasil, lemah, konsentrasi urin meningkat, berat
badan menurun dalam waktu singkat)
 Identifikasi tanda-tanda hypervolemia (mis: dispnea,
edema perifer, edema anasarca, JVP meningkat, CVP
meningkat, refleks hepatojugular positif, berat badan
menurun dalam waktu singkat)
 Identifikasi faktor risiko ketidakseimbagnan cairan (mis:
prosedur pembedahan mayor, trauma/perdarahan, luka
bakar, apheresis, obstruksi intestinal, peradangan pancreas,
penyakit ginjal dan kelenjar, disfungsi intestinal)
Terapeutik
 Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi
pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Dokumentasikan hasil pemantauan

[Type the company address] Page 48


4 Resiko infeksi Luaran tingkat infeksi menurun menurun diberi Manajemen Imunisasi/Vaksinasi (I.14508)
kode L.14137 dalam SLKI. Intervensi manajemen imunisasi/vaksinasi dalam Standar
Tingkat infeksi menurun berarti Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode
menurunnya derajat infeksi berdasarkan (I.14508).
observasi atau sumber informasi. Manajemen imunisasi/vaksinasi adalah intervensi yang
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa tingkat dilakukan oleh perawat untuk mengidentifikasi dan
infeksi menurun adalah: mengelola pemberian kekebalan tubuh secara aktif dan
1. Demam menurun pasif.
2. Kemerahan menurun Tindakan yang dilakukan pada intervensi manajemen
3. Nyeri menurun imunisasi/vaksinasi berdasarkan SIKI, antara lain:
4. Bengkak menurun Observasi
5. Kadar sel darah putih membaik  Identifikasi Riwayat Kesehatan dan Riwayat alergi
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat  Identifikasi kontraindikasi pemberian imunisasi (mis:
harus memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 reaksi anafilaksis terhadap vaksin sebelumnya dan/atau
komponen, yaitu: sakit parah dengan atau tanpa demam)
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].  Identifikasi status imunisasi setiap kunjungan ke
Contoh: pelayanan kesehatan
Setelah dilakukan intervensi keperawatan Terapeutik
selama 3 x 24 jam, maka tingkat infeksi  Berikan suntikan pada bayi di bagian paha anterolateral
menurun, dengan kriteria hasil:  Dokumentasikan informasi vaksinasi (mis: nama
1. Demam menurun produsen, tanggal kadaluarsa)
2. Kemerahan menurun  Jadwalkan imunisasi pada interval waktu yang tepat
3. Nyeri menurun Edukasi
4. Bengkak menurun  Jelaskan tujuan, manfaat, reaksi yang terjadi, jadwal, dan
5. Kadar sel darah putih membaik efek samping
Perhatikan:  Informasikan imunisasi yang diwajibkan pemerintah (mis:
1. Label = Setelah dilakukan intervensi hepatitis B, BCG, difteri, tetanus, pertussis, H. influenza,
keperawatan selama 3 x 24 jam, maka tingkat polio, campak, measles, rubela)
infeksi  Infromasikan imunisasi yang melindungi terhadap
2. Ekspektasi = Menurun penyakit namun saat ini tidak diwajibkan pemerintah (mis:
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, influenza, pneumokokus)
dst,  Informasikan vaksinasi untuk kejadian khusus (mis: rabies,
3. tetanus)
 Informasikan penundaan pemberian imunisasi tidak berarti
mengulang jadwal imunisasi Kembali

[Type the company address] Page 49


 Informasikan penyedia layanan Pekan Imunisasi Nasional
yang menyediakan vaksin gratis
Pencegahan Infeksi (I.14539)
Intervensi pencegahan infeksi dalam Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi kode (I.14539).
Pencegahan infeksi adalah intervensi yang dilakukan oleh
perawat untuk mengidentifikasi dan menurunkan risiko
terserang organisme patogenik.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi pencegahan infeksi
berdasarkan SIKI, antara lain:
Observasi
 Monitor tanda dan gejala infeksi lokal dan sistemik
Terapeutik
 Batasi jumlah pengunjung
 Berikan perawatan kulit pada area edema
 Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien
dan lingkungan pasien
 Pertahankan teknik aseptic pada pasien berisiko tinggi
Edukasi
 Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Ajarkan cara mencuci tangan dengan benar
 Ajarkan etika batuk
 Ajarkan cara memeriksa kondisi luka atau luka operasi
 Anjurkan meningkatkan asupan nutrisi
 Anjurkan meningkatkan asupan cairan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian imunisasi, jika perlu

[Type the company address] Page 50


4. Implementasi
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik.
Tahap pelaksanaan dimulai dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan
pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh
karena itu rencana tindakan yang spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor-
faktor yang mempengaruhi masalah kesehatan klien.

5. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan klien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:

 Proses asuhan keperawatan, berdasarkan criteria/ rencana yang telah disusun.

 Hasil tindakan keperawatan ,berdasarkan criteria keberhasilan yang telah di

rumuskan dalam rencana evaluasi.

Hasil Evaluasi

Terdapat 3 kemungkinan hasil evaluasi yaitu :

a. Tujuan tercapai,apabila klien telah menunjukan perbaikan/ kemajuan sesuai


dengan kriteria yang telah ditetapkan.

b. Tujuan tercapai sebagian,apabila tujuan itu tidak tercapai secara maksimal,


sehingga perlu di cari penyebab dan cara mengatasinya.

c. Tujuan tidak tercapai, apabila klien tidak menunjukan perubahan/kemajuan


sama sekali bahkan timbul masalah baru.dalam hal ini perawat perlu untuk
mengkaji secara lebih mendalam apakah terdapat data, analisis, diagnosa,
tindakan, dan faktor-faktor lain yang tidak sesuai yang menjadi penyebab tidak
tercapainya tujuan.

[Type the company address] Page 36


Setelah seorang perawat melakukan seluruh proses keperawatan dari pengkajian
sampai dengan evaluasi kepada klien ,seluruh tindakannya harus didokumentasikan
dengan benar dalam dokumentasi keperawatan.

[Type the company address] Page 37


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KASUS


A. PENGKAJIAN
1. Identitas Klien
Nama : An. V
No MR : 066662
Tempat/ tanggal lahir :Payakumbuh/28 Januari 2019 (2,5 Bulan)
Jenis Kelamin : Laki-laki
TB / BB : 50 cm /6,4 kg
Agama : Islam
Alamat :Kel. Gadut Labuh Gunung
Tanggal Masuk :19 Maret 2019 ( jam : 21.00 WIB)
Tanggal Pengkajian : 20 Maret 2019 ( jam : 14.00 WIB)
Diagnosa Medik : BP (Bronkopneumonia)
2. Identitas Orang Tua
Ibu Ayah
Nama Tn. W Ny. P
Pendidikan Tamat SD Tamat SMP
Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Petani
Agama Islam Islam
Alamat Kel. Gadut Labuh Gunung Kel. Gadut Labuh Gunung

3. Identitas Saudara Kandung


No Nama Usia Status Kesehatan
1. An. F 8 Tahun Sehat

4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
An. V masuk dengan keluhan sesak nafas seharian. Ibu mengatakan An. V
mengalami batuk-batuk disertai dengan batuk berdahak sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Ibu mengatakan An. V sebelumnya mengalami demam
semenjak 1 minggu SMRS.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang

[Type the company address] Page 36


Ibu mengatakan An. V masih sering batuk-batuk, karena batuknya An. V
sering terbangun dari tidurnya. Ibu mengatakan An. V selalu menangis saat
batuk semakin menjadi. Ibu mengatakan An. V mengalami sesak karena
batuknya. Ibu mengatakan An. V mengalami batuk disertai batuk berdahak.
Demam tidak ada Suhu: 36, 4 oC. RR: 40x/i, ND: 126 x/i
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ibu mengatakan sebelumnya An. V belum pernah mengalami penyakit seperti
ini. Saat ini merupakan kunjungan dan perawatan pertama kalinya An. V di
RS. Riwayat kejang, asthma ataupun penyakit lainnya juga tidak ada.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami penyakit
yang sama. Ibu mengatakandia dan suaminyapun tidak pernah mengalami
sesak nafas seperti ini. Didalam keluarga besarnyapun menurut Ibu tidak ada
yang mengalami penyakit seperti ini. Ibu mengatakan sebelumnya keluarganya
hanya pernah mengalami batuk dan flu saja selebihnya untuk penyakit seperti
sesak nafas, TB paru, asthma, ISPA atapun penyakit terait sistem pernafasan
tidak pernah ada yang mengalaminya.
e. Riwayat Pendidikan Kesehatan
Ibu dan ayah mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit anaknya terutama
tentang defenisi, tanda dan gejala, penyebab, dan komplikasi serta perawatan
dan penanganan dari penyakit bronkopneumonia ibu juga mengatakan tidak
mengetahui darimana informasi bisa didapatkan. Saat dilakukan pengkajian
ibu tampak bingung, dan kurang aktif bertanya.
Genogram

Ket :
:Meninggal
: Meninggal

[Type the company address] Page 37


: Laki-laki
: Perempuan
: Klien
: Garis keturunan
: Serumah
5. Riwayat kehamilan dan kelahiran
Ibu mengatakan keadaannya saat hamil tidak ada masalah, ibu hamil selama 9
bulan 7 hari dan ibu periksaa kehamilan 1 kali 1 bulan ke bidan yang praktek di
dekat rumah. Selama kehamilan ibu hanya pernah mengalami mual saja pada saat
kehamilan trimester pertama. Selama kehamilan ibu tidak mengalami oedema
pada ekstremitas bawah. Proses melahirkan ibu dibantu oleh bidan dengan BB
janin waktu lahir 3000 gram dengan panjang 40 cm. Ibu mengatakan keadaan bayi
waktu lahir dalam keadaan normal dan tidak ada masalah.
6. Riwayat Tumbuh Kembang
a) Pertumbuhan Fisik
Berat Badan Sebelum Sakit : 6,9 kg
Berat Badan Saat Sakit : 6,4 kg
Tinggi Badan : 50 cm
b) Pemeriksaan Perkembangan
a. Emosional : An. V masih berusia 2,5 bulan, untuk menunjukkan
emosional An. V sudah mampu mengenali seseorang. Saat melihat petugas
An. V menunjukkan rasa takut dengan cara menangis.
b. Motorik Kasar : An. V mampu melakukan pergerakan semua anggota
tubuh secara bebas. Reflek yang ditunjukkan juga sangat normal
diusianya.
c. Motorik Halus : An. Vmampu merespon pada saat An. V mau diberikan
obat secara IV dan An. V menarik tangan sendiri.
d. Bahasa : An. Vbelum bisa bicara. An. V baru berusia 2,5 bulan jadi An. V
mengungkapkannya dengan tangisan.
e. Sosial : An. Vsaat digendong dan di ayun orang lain, An. V bisa
menyesuaikan diri dengan cepat. Ditunjukkan dengan tidak adanya
tangisan saat dia bersama orang lain selain keluarganya.
7. Riwayat Nutrisi

[Type the company address] Page 38


Ibu mengatakan An. V sewaktu mampu disusui ibunya sebanyak 10 kali dalam
sehari. Namun saat ini An. V hanya menyusui sebanyak 5-6 kali saja. Dari
pengkajian didapatkan bahwa ibu sukar untuk menyusui dan tidak mengetahui
cara teknik menyusui dengan benar, tampak ibu menyusui anaknya dengan posisi
yang salah. Ibu sering menyusui anaknya dengan posisi tidur dan miring ke arah
anaknya.
8. Data Kesehatan Lingkungan
Ibu mengatakan tinggal di daerah gadut labuah gunung Payakumbuh. Ibu
mengatakan di sekeliling rumah terdapat banyak sawah disekelilingnya. Rumah
keluarga An V ditepi jalan lalu lintas sehingga banyak debu dan polusi udara
disekitar rumah. Ibu mengatakan tempat mencuci pakaian di rumah menggunakan
air dari sumur, didalam rumah terdapat 1 buah kamar mandi yang disertai dengan
WC jongkok. Keluarga BAB dan BAK di dalam WC yang ada didalam rumah.
Ibu mengatakan ayah An. V adalah seorang perokok aktif. Terkadang sang ayah
merokok disekitar anak mereka di area dalam rumah.
9. Psikososial
Ibu mengatakan selama sakit An. V tampak kelelahan akibat kurang tidur karena
efek batuk yang dialami anaknya. Ibu mengatakan hanya berharap agar anakya
bisa cepat sehat dan menyerahkan semuanya kepada Allah agar anaknya bisa
sehat dan pulang lagi ke rumah.
10. Pola eliminasi
Di Rumah Di Rumah Sakit
BAB BAB
Frekuensi : 3-4 kali ganti pempers Frekuensi : 3-4 kali ganti pemper
karena BAB karena BAB
Konsistensi : lembek Konsistensi : lembek
Warna : Kuning Warna : Kuning
BAK BAK
Frekuensi : 6 kali/hari Frekuensi : 6 kali/hari ganti pempers
Jumlah : 300 ml/24 jam Jumlah : 200- 350 ml/24 jam
Warna : Kuning Warna : Kuning
Bau : Pesing Bau : Pesing

[Type the company address] Page 39


11. Kebiasaan tidur
Ibu mengatakan selama di rumah sakitAn. V tidur malam sering terbangun karena
sering batuk. Menurut ibu tampak saat batuk An. V sesak dan menangis.
12. Pola aktivitas
Ibu mengatakan sewaktu sehat An. V mandi 2x sehari, yaitu pagi dan sore hari.
An. V mnegganti pakaian 2x sehari, pagi hari dan sore hari. Selama di rumah sakit
An. V mandi hanya dilap saja dan pakaian diganti 2 xsehari.
13. Kesehatan mental
Ibu mengatakan selama An. V sakit An. V masih bisa bermmain-main dengan
ayah, ibu, nenek dan saudaranya, selama di rumah sakit An. V sering rewel.An. V
saat ini selalu minta digendong dan diayun. Jika An. V diletakkan tempat tidur
An. V menangis. Biasanya menurut Ibu An. V jika sudah tidur tidak masalah
diletakkan di tempat tidur, namun saat ini An. V sulit diletakkan di tempat tidur.
Ibu mengatakan tidak tau cara merawat penyakit yang diderita An. V.
14. Kesehatan sosial dan spiritual
Ibu mengatakan semua anggota keluarga meyakini agama islam sebagai
kepercaran dan Allah sebagai Tuhan. Ibadah yang dilakukan keluarga An. V
adalah shalat 5 waktu sehari semalam dan mengaji setelah shalat shubuh dan
shalat magrib.
15. Riwayat Imunisasi
No Jenis Waktu Frekuensi Reaksi Setelah
Imunisasi Pemberian Pemberian
1 BCG Umur 1 bulan 1 kali Bintik merah di
bekas penusukan
2 DPT (I, II,) DPT 1 : 2 bulan 1 kali Demam

3 Polio (I, II) Polio II : 2 bulan 1 kali Tidak ada reaksi

4 Hepatitis Baru lahir 1 kali Tidak ada reaksi

PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis

[Type the company address] Page 40


Tanda-tanda vital : Nadi : 126 x/menit, Pernapasan : 40x/menit, Suhu : 36,4 0C
TB/BB : 50 cm / 6,4 kg
LiLA :10 CM
Lingkar kepala :44 cm
a. Kepala
Bentuk kepala klien bulat dan tidak ada pembengkakan dan tidak ada ketombe.
b. Mata
Mata klien tidak cekung dan kering. Ukuran pupil 3 mm.
c. Sistem pencernaan
1) Inspeksi
Mukosa mulut : Lembab
Perut cembung
2) Auskultasi
Bising usus 4-5 kali/mnt
3) Palpasi
Turgor kulit : <2 detik
Tidak ada pembesaran hati
4) Perkusi
Tympani
d. Sistem pernapasan
1) Inspeksi
Pergerakan dada simetris kiri dan kanan.Nafas pendek. (timbulnya
tersembunyi dengan batuk menetap dengan produksi sputum setiap hari.
Klien tidak mampu mengeluarkan secret. Klien tidak terpasang oksigen.
Tidak tampak menggunakan otot bantu pernapasan. Menurut keterangan
Ibu, Ibu selalu menyusui anak dengan posisi tidur terlentang, dan tidak
pernah menyendawakan anaknya setelah di susui.
2) Palpasi
Tidak dilakukan
3) Perkusi
Redup
4) Auskultasi
Suara napas ronchi. Frekuensi napas 40 kali/mnt
e. Sistem Integumen

[Type the company address] Page 41


Warna kulit pucat dan kusam, turgor baik <2 detik, suhu meningkat >38 oC,
akral hangat, CRT <3 detik.
f. Sistem perkemihan
Produksi urine (200-350 ml/24 jam) ganti pempers sebanyak 6 kali karena
BAK. BAK tidak mengalami kekurangan dari sebelumnya.
g. Genetalia
An. V berjenis kelamin laki-laki. Alat kelamin lengkap tidak tampak kelainan
dan tidak ada keluhan.
h. Ekstremitas
An. V mampu bergerak secara bebas. Reflek yang ditujukkan An. V sangat
baik. Tidak tampak kelainan dan hanya menurut Ibu tampak An. V tidak
seaktif biasanya.

2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
HGB : 9,7 g/dl (14,0-16,0)
WBC : 28,03x 103/L
RBC : 3,37 x1012/L
HCT : 30,1 %
MCV : 89,3 pg
Trombosit : 781.000 /mm3
LYM# : 77 x109/L
PCT : 0,648 %

Pada pemeriksaan Hematologi diatas ditemukan:


HGB :Nilai HB 9,7 g/dl. HB mengalami penurunan. Nilai HB normal
pada anak laki-laki adalah ( 14-16 gram/dL).
WBC :Nilai leukosit meningkat 28,03 x 103/L. Nilai normal Leukosit
pada anak adalah (9.000-12.000 g/dL).
RBC :Nilai Eritrosit3,37 x 1012/L 5.08/uL. Ada penurunan pada
eritrosit. Nilai normal Eritrosit pada anak laki-laki adalah 4.5-
5.5.

[Type the company address] Page 42


HCT :Nilai Hematokrit meningkat 30,1%. Nilai normal Hematokrit
pada anak adalah 33.38 %
MCV :Nilai MCV 89,3 pg dan tidak ada masalah pada MCV. Nilai
nirmal MCV pada anak adalah 80-96 pg.
Trombosit :Nilai Trombosit meningkat 781.000 mm3. Nilai normal
Trombosit pada anak adalah 150.000-400.000/mm3.
LYM# :Hasil Limfosit meningakat 77 x 10 9/L Nilai normal Limfosit
pada anak adalah 20.0-40.0/L.

TERAPI YANG DIBERIKAN


Tanggal 20 April 2019
1. IVFD D5NS 1/4 6 tts/i mikro.
2. Injeksi Dexametason 3,5 mg (IV) selajutnya 1 mg/ 8 jam
3. Injeksi Gentamisin 18 mg/ 12 Jam
4. Injeksi Cefotaxime 300 mg/ 12 jam
5. Praxion 3 x 0,7 ml
6. Ambroxol syr 3 x 1

[Type the company address] Page 43


ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi


1. DS: Bersihan jalan nafas Jamur, bakteri,
- Ibu klien mengatakan tidak efekif protozoa
klien mengalami sesak karena
batuknya
- Ibu klien mengatakan klien mengalami Masuk alveoli
batuk disertai batuk berdahak Kongestif (4-12
- Ibu klien mengatakan klien sering jam)eksudatdan serous
terganggu tidurnya akibat batuk masuk alveoli
- Ibu klien mengatakan klien selalu
menangis saat batuk semakin menjadi
DO: Hepatisasi merah
- RR= 32-40 x/i (48jam)paru-paru
- ND=126 x/i tampak merah dan
- Suhu= 36,4oC bergranula karena
- Klien tampak keletihan SDM dan leukosit
- Klien tampak lemah DMN mengisi alveoli
- Tampak warna kulit abnormal (pucat,
kehitaman)
- Auskultasi: Ronchi Penumpukan cairan
- Pemeriksaan labor dalam alveoli
Hepatisasi kelabu(3-
HGB : 9,7 g/dl (14,0-16,0)
WBC: 28,03 x 103/L 8hari)paru-paru
tampak kelabu karena
RBC : 3,37 x 1012/L leukosit dan fibrin
HCT : 30,1 % mengalamin
MCV: 89,3 pg konsolidasi di dalam
Trombosit : 781.000 /mm3 alveoli
LYM#: 77 x 109/L
- PCT : 0,648 %
Konsolidasi jaringan
paru

Compliance paru
menurun

Sesak Nafas

sputum kental

Bersihan jalan nafas


tidak efekif
2 DS : Defisi nutrisi Peningkatan
- Ibu klien mengatakan klien jarang metabolisme
menyusui biasanya klien menyusu sekunder terhadap
10 kali dalam sehari tetapi sekarang demam dan proses
5-6 kali sehari infeksi ditandai
- Ibu klien mengatakan klien tampak

[Type the company address] Page 44


sedikit kurus dengan nafsu makan
- Ibu klien mengatakan lemah menurun dan BB
DO: turun.
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,4 kg
- Klien tambah lemah
- RR= 32-40 x/i
- ND=126 x/i
- Suhu= 36,4oC
- Pemeriksaan labor
HGB : 9,7 g/dl (14,0-16,0)
WBC: 28,03 x 103/L
RBC : 3,37 x 1012/L
HCT : 30,1 %
MCV: 89,3 pg
Trombosit : 781.000 /mm3
LYM#: 77 x 109/L
PCT : 0,648 %
3 DS : Defisit Pengetahuan Tidak mengetahui
- Ibu dan ayah mengatakan tidak sumber-sumber
mengetahui tentang penyakit informasi dan
anaknya terutama tentang Kurangnya
defenisi, tanda dan gejala, keinginan untuk
penyebab, dan komplikasi serta mencari informasi
perawatan dan penanganan dari
penyakit bronkopneumonia
- Ibu mengatakandia dan
suaminyapun tidak pernah
mengalami sesak nafas seperti ini
- Rumah keluarga An V ditepi
jalan lalu lintas sehingga banyak
debu dan polusi udara disekitar
rumah.
- Ibu mengatakan ayah An. V
adalah seorang perokok aktif.
Terkadang sang ayah merokok
disekitar anak mereka di area
dalam rumah.
DO :
- Saat dilakukan pengkajian ibu
tampak bingung, dan kurang aktif
bertanya.

[Type the company address] Page 45


B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber-sumber informasi
dan Kurangnya keinginan untuk mencari informasi
3. Resiko Defisi Nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder
terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun dan BB
turun.

[Type the company address] Page 46


C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

No MR :06.66.62

Nama :An. V

NO DIAGNOSA KEPERAWATAN NOC NIC


1 Bersihan Jalan Nafas tidak efektif Bersihan jalan napas diberi kode L.01002 dalam
SLKI. Latihan Batuk Efektif (I.01006)
Bersihan jalan napas meningkat berarti Intervensi Latihan batuk efektif pada Standar
kemampuan pasien membersihkan sekret atau Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
obstruksi jalan napas untuk mempertahankan kode (I.01006).
jalan napas tetap paten meningkat. Latihan batuk efektif adalah intervensi yang
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa bersihan dilakukan untuk melatih pasien yang tidak
jalan napas meningkat adalah: memiliki kemampuan batuk secara efektif
1. Batuk efektif meningkat agar dapat membersihkan laring, trakea, dan
2. Produksi sputum menurun bronkiolus dari sekret atau benda asing di
3. Mengi menurun jalan napas.
4. Wheezing menurun Tindakan yang dilakukan pada intervensi
5. Mekonium (pada neonatus) menurun Latihan batuk efektif berdasarkan SIKI, antara
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus lain:
memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 Observasi
komponen, yaitu:  Identifikasi kemampuan batuk
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].  Monitor adanya retensi sputum
Berdasarkan komponen tersebut, contoh rumusan  Monitor tanda dan gejala infeksi saluran
penulisan luarannya menjadi: napas
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x  Monitor input dan output cairan (misal:
24 jam, maka bersihan jalan nafas meningkat, dengan jumlah dan karakteristik)
kriteria hasil: Terapeutik
1. Batuk efektif meningkat

MAKALAH Page 47
2. Produksi sputum menurun  Atur posisi semi-fowler dan fowler
3. Mengi menurun  Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
4. Wheezing menurun pasien
Perhatikan!  Buang sekret pada tempat sputum
1. Label = “Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi
selama 3 x 24 jam, maka bersihan jalan nafas”  Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2. Ekspektasi = “Meningkat”  Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst, selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
 Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam
hingga 3 kali
 Anjutkan batuk dengan kuat langsung setelah
Tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu.
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Intervensi manajemen jalan napas dalam Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
kode (I.01011).
Manajemen jalan napas adalah intervensi
yang dilakukan oleh perawat untuk
mengidentifikasi dan mengelola kepatenan
jalan napas.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi
manajemen jalan napas berdasarkan SIKI, antara
lain:
Observasi
 Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
 Monitor bunyi napas tambahan (misalnya:
gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)

MAKALAH Page 48
 Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
 Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust jika
curiga trauma fraktur servikal)
 Posisikan semi-fowler atau fowler
 Berikan minum hangat
 Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
 Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
 Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
 Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
 Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
 Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak ada kontraindikasi
 Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukol
itik, jika perlu.
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Intervensi pemantauan respirasi dalam Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
kode (I.01014).
Pemantauan respirasi adalah intervensi yang
dilakukan oleh perawat untuk
mengumpulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan napas dan
keefektifan pertukaran gas.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi
pemantauan respirasi berdasarkan SIKI, antara

MAKALAH Page 49
lain:
Observasi
 Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas
 Monitor pola napas (seperti bradypnea,
takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
stokes, biot, ataksik)
 Monitor kemampuan batuk efektif
 Monitor adanya produksi sputum
 Monitor adanya sumbatan jalan napas
 Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
 Auskultasi bunyi napas
 Monitor saturasi oksigen
 Monitor nilai analisa gas darah
 Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
 Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
 Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
 Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
 Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
2 Defisit Pengetahuan Tingkat pengetahuanmeningkat diberi kode L.12111 Edukasi Kesehatan (I.12383)
dalam SLKI. Intervensi edukasi kesehatan dalam Standar
Tingkat pengetahuan meningkat berarti Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
meningkatnya kecukupan informasi kognitif yang kode (I.12383).
berkaitan dengan topik tertentu. Edukasi kesehatan adalah intervensi yang
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa tingkat dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan
pengetahuanmeningkat adalah: pengelolaan faktor risiko penyakit dan
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat perilaku hidup bersih serta sehat.
2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat Tindakan yang dilakukan pada intervensi
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang edukasi kesehatan berdasarkan SIKI, antara lain:
suatu topik meningkat Observasi
4. Kemampuan menggambarkan pengalaman  Identifikasi kesiapan dan kemampuan

MAKALAH Page 50
sebelumnya yang sesuai dengan topik meningkat menerima informasi
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat  Identifikasi faktor-faktor yang dapat
6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi meningkatkan dan menurunkan motivasi
menurun perilaku hidup bersih dan sehat
7. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun Terapeutik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus  Sediakan materi dan media Pendidikan
memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 Kesehatan
komponen, yaitu:  Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil]. kesepakatan
Contoh:  Berikan kesempatan untuk bertanya
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x Edukasi
24 jam, maka status tingkat pengetahuanmeningkat,  Jelaskan faktor risiko yang dapat
dengan kriteria hasil: mempengaruhi Kesehatan
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat  Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat  Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
suatu topik meningkat
4. Kemampuan menggambarkan pengalaman
sebelumnya yang sesuai dengan topik meningkat
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi
menurun
7. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Perhatikan:
1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam, maka tingkat pengetahuan
2. Ekspektasi = Meningkat
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst
3 Defisi nutrisi Status nutrisi membaik diberi kode L.03030 dalam Manajemen Nutrisi (I.03119)
SLKI. Intervensi manajemen nutrisi dalam Standar
Status nutrisi membaik berarti keadekuatan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan kode (I.03119).
metabolisme membaik. Manajemen nutrisi adalah intervensi yang
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status dilakukan oleh perawat untuk

MAKALAH Page 51
nutrisi membaik adalah: mengidentifikasi dan mengelola asupan
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat nutrisi yang seimbang.
2. Berat badan membaik Tindakan yang dilakukan pada intervensi
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik manajemen nutrisi berdasarkan SIKI, antara
LIHAT: Kalkulator Indeks Massa Tubuh lain:
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus Observasi
memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3  Identifikasi status nutrisi
komponen, yaitu:  Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil].  Identifikasi makanan yang disukai
Contoh:  Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x  Identifikasi perlunya penggunaan selang
24 jam, maka status nutrisi membaik, dengan kriteria nasogastrik
hasil:  Monitor asupan makanan
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat  Monitor berat badan
2. Berat badan membaik  Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik Terapeutik
Perhatikan:  Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan perlu
selama 3 x 24 jam, maka status nutrisi  Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis:
2. Ekspektasi = Membaik piramida makanan)
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst,  Sajikan makanan secara menarik dan suhu
 yang sesuai
 Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
 Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
 Berikan suplemen makanan, jika perlu
 Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
 Ajarkan posisi duduk, jika mampu
 Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian medikasi sebelum

MAKALAH Page 52
makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
 Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
Promosi Berat Badan (I.03136)
Intervensi promosi berat badan dalam Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
kode (I.03136).
Promosi berat badan adalah intervensi yang
dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi
peningkatan berat badan.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi
promosi berat badan berdasarkan SIKI, antara
lain:
Observasi
 Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
 Monitor adanya mual dan muntah
 Monitor jumlah kalori yang di konsumsi
sehari-hari
 Monitor berat badan
 Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum
Terapeutik
 Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
makan, jika perlu
 Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien (mis: makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblender, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau gastrostomy,
total parenteral nutrition sesuai indikasi)
 Hidangkan makanan secara menarik
 Berikan suplemen, jika perlu

MAKALAH Page 53
 Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi
 Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namun tetap terjangkau
 Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan

D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

CATATAN PERKEMBANGAN
Kamis, 20 April 2019
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Kamis, 20 Bersihan jalan Jam 13.30- Jam 20.00
April nafas tidak efektif 20.00WIB 1. Menganjurkan Ibu untuk mengistirahatkan S:
2019 SHIFT anaknya yaitu tidur sesuai waktu dan menjaga - Ibu klien mengatakan
SORE lingkungan. klien mengalami sesak karena
2. Mengatur posisi kliendengan posisi semi fowler batuknya
3. Menganjurkan memakai minyak kayu putih - Ibu klien mengatakan klien
4. Mengobservasi adanya suara tambahan : Rhonki mengalami batuk disertai batuk
5. Memonitor respirasi : 32 x/menit, berdahak
6. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, - Ibu klien mengatakan klien sering
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, terganggu tidurnya akibat batuk
7. Memantau status nutrisi dengan ASI yang - Ibu klien mengatakan klien selalu
diberika ibu menangis saat batuk semakin menjadi
8. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari O:
9. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan - klien tampak lemah

MAKALAH Page 54
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar - Nadi klien : 124 x/menit,
10. Memonitor IVFD terpasang infus D5NS1/4 6 Pernapasan : 32 x/menit, Suhu :
tts/mnt 36,40C,
11. Melakukan fisioterapi dada
12. Kolaborasi pemberikan antibiotik A : Masalah ketidakefektifan jalan
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 18.00 nafasmasih berlangsung
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 19.00
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 19.00 P : Intervensi keperawatan 1-
12dilanjutkan

1 Kamis, 20 Bersihan jalan Jam 13.30- 1. Menganjurkan Ibu untuk mengistirahatkan Jam 08.00
April nafas tidak efektif 20.00 WIB anaknya S:
2019 SHIFT 2. Mengatur posisi klien - Ibu klien mengatakan klien
MALAM 3. Menganjurkan memakai minyak kayu putih masih batuk semakin sering
4. Mengobservasi adanya suara tambahan : Rhonki - Ibu klien mengatakan suara
5. Memonitor respirasi : 32 x/menit, dahak ada
6. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, - Ibu klien mengatakan klien
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, masih sering terganggu tidurnya
7. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai O:
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - klien tampak lemah
8. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan - Nadi klien : 124 x/menit,
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar Pernapasan : 38 x/menit, Suhu :
9. Memonitor IVFD memantau infus yang terpasang 36,40C,
D5NS1/4 6 tts/mnt kolf 1
10. Melakukan fisioterapi dada A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas
11. Kolaborasi pemberikan antibiotik masih berlangsung
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 02.00
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 07.00 P : Intervensi keperawatan 1-
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 07.00 10dilanjutkan
- Praxion 0,7 ml 20.00
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi
Tanggal Keperawatan
2 Kamis, 20 Defisi nutrisi Jam 13.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,4 Kg Jam 20.00
April 20.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:

MAKALAH Page 55
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
SORE Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor adanya muntah 10 kali dalam sehari tetapi sekarang
5. Monitor kepucatan dan kekusaman kulit klien 5-6 kali sehari
6. Monitor intake nuntrisi ASI yang ibu berikan - Ibu klien mengatakan klien tampak
7. Informasikan pada klien dan keluarga tentang sedikit kurus
manfaat nutrisi
8. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama O:
menyusui - klien tampak lemah
9. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang - Klien tampak jarang menyusu
adekuat - BB klien dari 6,9 kg menurun
10. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD menjadi 6,4 kg
D5NS1/4 6 tts/mnt - Nadi klien : 122 x/menit,
Pernapasan : 32 x/menit, Suhu :
36,40C,
- Klien terpasang IVFD D5NS1/4
6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak seimbangan


nutrisi masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-10


dilanjutkan

2 Kamis, 20 Defisi nutrisi Jam 13.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,4 Kg Jam 08.00
April 20.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
MALAM Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor adanya muntah 10 kali dalam sehari tetapi sekarang
5. Monitor kepucatan dan kekusaman kulit klien 5-6 kali sehari

MAKALAH Page 56
6. Monitor intake nuntrisi - Ibu klien mengatakan klien tampak
7. Informasikan pada klien dan keluarga tentang sedikit kurus
manfaat nutrisi
8. Atur posisi fowler tinggi selama menyusui O:
9. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang - klien tampak lemah
adekuat - Klien tampak jarang menyusu
10. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD - BB klien dari 6,9 kg menurun
D5NS1/4 6 tts/mnt menjadi 6,4 kg
- RR= 32-40 x/i
- ND=122 x/i
- Suhu= 36,4oC
- Klien terpasang IVFD D5NS1/4
6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak seimbangan


nutrisi masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-
8dilanjutkan

No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi


Tanggal Keperawatan
3 Kamis, 20 Defisit Pengetahuan Jam 13.30- 2. Memberikan penkes tentang penyakit : Jam 20.00
April 20.00 WIB pengertian, tanda gejala, penyebab, penanganan
2019 SHIFT dari penyakit. S:
SORE 3. Mengajarkan teknik menyusui yang benar - Ibu dan ayah mengatakan tidak
4. Menganjurkan ayah klien untuk tidak merokok mengetahui tentang penyakit
dekat anaknya. anaknya terutama tentang defenisi,
5. Mengajarkan tentang pentingnya pencegahan tanda dan gejala, penyebab, dan
anak dri polusi udara komplikasi serta perawatan dan

MAKALAH Page 57
penanganan dari penyakit
bronkopneumonia
O:
- Ibu tampak bingung dan kurang
aktif bertanya
- RR= 32-40 x/i
- ND=122 x/i
- Suhu= 36,4oC

A : Masalah Defisit Pengetahuan masih


berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-2


dilanjutkan

3 Kamis, 20 Defisit Pengetahuan Jam 13.30- 1. Mereview pengetahuan keluarga tentang penyakit Jam 08.00
April 20.00 WIB : pengertian, tanda gejala, penyebab, penanganan
2019 SHIFT dari penyakit S:
MALAM 2. Mereview pengetahuan ibu tentang teknik - Ibu dan ayah mengatakan tidak
menyusui yang benar mengetahui tentang penyakit
anaknya terutama tentang defenisi,
tanda dan gejala, penyebab, dan
komplikasi serta perawatan dan
penanganan dari penyakit
bronkopneumonia
O:
- Ibu tampak bingung dan kurang
aktif bertanya
- RR= 32-40 x/i
- ND=124 x/i
- Suhu= 36,4oC

A : Masalah Defisit Pengetahuan masih

MAKALAH Page 58
berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-2


dilanjutkan

MAKALAH Page 59
CATATAN PERKEMBANGAN
Jumat, 21 April 2019
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Jumat, 21 Bersihan jalan Jam 07.30- 1. Menganjurkan Ibu untuk mengistirahatkan Jam 14.00
April nafas tidak efektif 14.00 WIB anaknya yaitu tidur sesuai waktu dan jaga S:
2019 SHIFT lingkungan - Ibu klien mengatakan klien
PAGI 2. Mengatur posisi klienposisi semi fowler masih batuk semakin sering
3. Menganjurkan memakai minyak kayu putih - Ibu klien mengatakan suara
4. Mengobservasi adanya suara tambahan : Rhonki dahak ada
5. Memonitor respirasi : 32 x/menit, - Ibu klien mengatakan klien
6. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 masih sering terganggu tidurnya
x/menit, Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, O:
7. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai - klien tampak lemah
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - Nadi klien : 124 x/menit,
8. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan Pernapasan : 38 x/menit, Suhu :
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar 36,40C,
9. Memonitor IVFDmengganti infus D5NS1/4 6
tts/mnt kolf 2 A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas
10.Melakukan fisioterapi dada masih berlangsung
11.Memberikan antibiotik dan obat oral
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 10.00 P : Intervensi keperawatan 2-
- Praxion 0,7 ml jam 12.00 10dilanjutkan

1 Jumat, 21 Bersihan jalan Jam 13.30- 1. Mengatur posisi klienposisi semi fowler Jam
April nafas tidak efektif 20.00 WIB 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih S:
2019 SHIFT 3. Mengobservasi adanya suara tambahan : Rhonki - Ibu klien mengatakan klien
SORE 4. Memonitor respirasi : 32 x/menit, masih batuk semakin sering
5. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 - Ibu klien mengatakan suara
x/menit, Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, dahak ada
6. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai - Ibu klien mengatakan klien
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari masih sering terganggu tidurnya
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan O:
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar - klien tampak lemah

MAKALAH Page 60
8. Memonitor IVFD memantau infus D5NS1/4 6 - Nadi klien : 120 x/menit,
tts/mnt kolf 2 Pernapasan : 34 x/menit, Suhu :
9. Memberikan antibiotik dan obat oral 360C,
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 18.00 A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 19.00 masih berlangsung
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 19.00
P : Intervensi keperawatan 1-
9dilanjutkan

1 Jumat, 21 Bersihan jalan Jam 13.30- 1. Mengatur posisi klienposisi semi fowler Jam 08.00
April nafas tidak efektif 20.00 WIB 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih S:
2019 SHIFT 3. Memonitor respirasi : 32 x/menit, - Ibu klien mengatakan klien
MALAM 4. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 masih batuk semakin sering
x/menit, Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, - Ibu klien mengatakan suara
5. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai dahak ada
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - Ibu klien mengatakan klien
6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan masih sering terganggu tidurnya
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan O:
benar - klien tampak lemah
7. Memonitor IVFD mengganti infus D5NS1/4 6 - Nadi klien : 120 x/menit,
tts/mnt kolf 3 Pernapasan : 28 x/menit, Suhu :
8. Memberikan antibiotik dan obat oral 37,20C,
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 02.00
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 07.00 A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 07.00 masih berlangsung
- Praxion 0,7 ml
P : Intervensi keperawatan 1-
8dilanjutkan

No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi


Tanggal Keperawatan
2 Jumat, 21 Defisi nutrisi Jam 07.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,4 Kg Jam 14.00
April 14.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total - Ibu klien mengatakan klien jarang

MAKALAH Page 61
PAGI protein, Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan 10 kali dalam sehari tetapi sekarang
jaringan konjungtiva 5-6 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi - Ibu klien mengatakan klien tampak
selama menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang
adekuat O:
7. Pertahankan terapi IV line : Klien - klien tampak lemah
terpasangIVFD D5NS1/4 6 tts/mnt - Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,4 kg
- Nadi klien : 124 x/menit,
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu :
36,40C,
- Klien terpasang IVFD D5NS1/4
6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak seimbangan


nutrisi masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan
2 Jumat, 21 Defisi nutrisi Jam 13.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,4 Kg Jam 20.00
April 20.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total - Ibu klien mengatakan klien jarang
SORE protein, Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan 10 kali dalam sehari tetapi sekarang
jaringan konjungtiva 5-6 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi - Ibu klien mengatakan klien tampak
selama menyusui sedikit kurus

MAKALAH Page 62
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang
adekuat O:
7. Pertahankan terapi IV line : Klien - klien tampak lemah
terpasangIVFD D5NS1/4 6 tts/mnt - Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,4 kg
- Nadi klien : 120 x/menit,
Pernapasan : 34 x/menit, Suhu :
360C,
- Klien terpasang IVFD D5NS1/4
6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak seimbangan


nutrisi masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan

2 Jumat, 21 Defisi nutrisi Jam 19.30-08.00 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,4 Kg Jam 08.00
April WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total - Ibu klien mengatakan klien jarang
Malam protein, Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan 10 kali dalam sehari tetapi sekarang
jaringan konjungtiva 5-6 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi - Ibu klien mengatakan klien tampak
selama menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang
adekuat O:
7. Pertahankan terapi IV line : Klien - klien tampak lemah
terpasangIVFD D5NS1/4 6 tts/mnt - Klien tampak jarang menyusu

MAKALAH Page 63
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,4 kg
- Nadi klien : 120 x/menit,
Pernapasan : 28 x/menit, Suhu :
37,20C,
- Klien terpasang IVFD D5NS1/4
6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak seimbangan


nutrisi masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-7


dilanjutkan

No Hari / Defisit Pengetahuan Jam 13.30- 1. Mereview pengetahuan keluarga tentang Jam 08.00
Tanggal 20.00 WIB penyakit : pengertian, tanda gejala, penyebab,
SHIFT penanganan dari penyakit S:
Jumat, 21 PAGI 2. Mereview pengetahuan ibu tentang teknik - Ibu dan ayah mengatakan sudah
April menyusui yang benar mengetahui tentang penyakit
2019 bronkopneumonia
O:
- Ibu tampak telah mengetahui
tentang penyakit
- RR= 38x/i
- ND=124 x/i
- Suhu= 36,4oC

A : Masalah Defisit Pengetahuan teratasi

P : Intervensi keperawatan 1-2

MAKALAH Page 64
dihentikan

3 Jumat, 21 Defisit Pengetahuan Jam 13.30- 1. Mereview pengetahuan keluarga tentang Jam 20.00
April 20.00 WIB penyakit : pengertian, tanda gejala, penyebab,
2019 SHIFT penanganan dari penyakit S:
SIANG 2. Mereview pengetahuan ibu tentang teknik - Ibu dan ayah mengatakan sudah
menyusui yang benar mengetahui tentang penyakit
bronkopneumonia
O:
- Ibu tampak sudah mengetahui
tentang penyakit
- RR= 34 x/i
- ND=120 x/i
- Suhu= 36oC

A : Masalah Defisit Pengetahuan teratasi

P : Intervensi keperawatan 1-2


dihentikan

MAKALAH Page 65
CATATAN PERKEMBANGAN
Sabtu , 22 April 2019
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Sabtu , Bersihan jalan Jam 07.30- 1. Mengatur posisi klien semi fowler Jam 14.00
22 April nafas tidak efektif 14.00 WIB 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih S:
2019 SHIFT 3. Memonitor respirasi : 32 x/menit, - Ibu klien mengatakan batuk
PAGI 4. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, klien sudah mulai berkurang
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, - Ibu klien mengatakan suara
5. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai dahak ada
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - Ibu klien mengatakan klien
6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan masih sering terganggu
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar tidurnya
7. Memonitor IVFD memantau infus D5NS1/4 6 O:
tts/mnt kolf 3 - klien tampak lemah
8. Memberikan antibiotik dan obat oral - Sputum ada, namun terdengar
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 10.00 lebih encer
- Praxion 0,7 ml jam 12.00 - Nadi klien : 125 x/menit,
Pernapasan : 32 x/menit, Suhu
: 36,40C,

A : Masalah ketidakefektifan jalan


nafas masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-8


dilanjutkan

1 Sabtu , Bersihan jalan Jam 13.30- 1. Mengatur posisi klien semi fowler Jam 15.00
22 April nafas tidak efektif 20.00 WIB 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih S:
2019 SHIFT 3. Memonitor respirasi : 32 x/menit, - Ibu klien mengatakan batuk
SORE 4. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, klien sudah mulai berkurang
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, - Ibu klien mengatakan suara
5. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai dahak ada

MAKALAH Page 66
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - Ibu klien mengatakan klien
6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan masih sering terganggu
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar tidurnya
7. Memonitor IVFD memantau infus D5NS1/4 6 O:
tts/mnt kolf 3 - klien tampak lemah
8. Memberikan antibiotik dan obat oral - Sputum ada, namun terdengar
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 18.00 lebih encer
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 19.00 - Nadi klien : 122 x/menit,
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 19.00 Pernapasan : 34 x/menit, Suhu
: 36,70C,

A : Masalah ketidakefektifan jalan


nafas masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-8


dilanjutkan

1 Sabtu , Bersihan jalan Jam 13.30- 1. Mengatur posisi klien semi fowler Jam 08.00
22 April nafas tidak efektif 20.00 WIB 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih S:
2019 SHIFT 3. Memonitor respirasi : 32 x/menit, - Ibu klien mengatakan batuk
MALAM 4. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, klien sudah mulai berkurang
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, - Ibu klien mengatakan suara
5. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai dahak ada
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - Ibu klien mengatakan klien
6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan masih sering terganggu
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar tidurnya
7. Memonitor IVFD mengganti infus D5NS1/4 6 O:
tts/mnt kolf 4 - klien tampak lemah
8. Memberikan antibiotik dan obat oral - Sputum ada, namun terdengar
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 02.00 lebih encer
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 07.00 - Nadi klien : 122 x/menit,
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 07.00 Pernapasan : 30 x/menit, Suhu
- Praxion 0,7 ml 20.00 : 36,20C,

MAKALAH Page 67
A : Masalah ketidakefektifan jalan
nafas masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-8


dilanjutkan

No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi


Tanggal Keperawatan
2 Sabtu , Defisi nutrisi Jam 07.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 14.00
22 April 14.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien masih
PAGI Hb dan kadar Ht jarang menyusui biasanya klien
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan menyusu 10 kali dalam sehari
jaringan konjungtiva tetapi sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 125 x/menit,
Pernapasan : 32 x/menit, Suhu
: 36,40C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak


seimbangan nutrisi masih berlangsung

MAKALAH Page 68
P : Intervensi keperawatan 1-7
dilanjutkan
2 Sabtu , Defisi nutrisi Jam 13.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 20.00
22 April 20.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
SORE Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan 10 kali dalam sehari tetapi
jaringan konjungtiva sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 122 x/menit,
Pernapasan : 34 x/menit, Suhu
: 36,70C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak


seimbangan nutrisi masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan

2 Sabtu , Defisi nutrisi Jam 19.30-08.00 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 08.00

MAKALAH Page 69
22 April WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
Malam Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan 10 kali dalam sehari tetapi
jaringan konjungtiva sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 122 x/menit,
Pernapasan : 30 x/menit, Suhu
: 36,20C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak


seimbangan nutrisi masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan

MAKALAH Page 70
CATATAN PERKEMBANGAN
Minggu, 23 April 2019
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Minggu, Bersihan jalan Jam 07.30- Jam 14.00
23 April nafas tidak efektif 14.00 WIB 9. Mengatur posisi klien semi fowler S:
2019 SHIFT 10. Menganjurkan memakai minyak kayu putih - Ibu klien mengatakan batuk
PAGI 11. Memonitor respirasi : 32 x/menit, klien sudah mulai berkurang
12. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 - Ibu klien mengatakan suara
x/menit, Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, dahak ada
13. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral - Ibu klien mengatakan klien
sesuai indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari masih sering terganggu
14. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan tidurnya
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar O:
15. Memonitor IVFD memantau infus D5NS1/4 6 - klien tampak lemah
tts/mnt kolf 4 - Nadi klien : 129 x/menit,
16. Memberikan antibiotik dan obat oral Pernapasan : 29 x/menit, Suhu
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 10.00 : 36,50C,
- Praxion 0,7 ml jam 12.00
A : Masalah ketidakefektifan jalan
nafas masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-8


dilanjutkan
1 Minggu, Bersihan jalan Jam 13.30- Jam
23 April nafas tidak efektif 20.00 WIB 1. Mengatur posisi klien semi fowler S:
2019 SHIFT 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih - Ibu klien mengatakan batuk
SORE 3. Memonitor respirasi : 32 x/menit, klien sudah mulai berkurang
4. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, - Ibu klien mengatakan suara
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, dahak ada
5. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai - Ibu klien mengatakan klien
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari masih sering terganggu
6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan sesuai tidurnya

MAKALAH Page 71
kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar O:
7. Memonitor IVFD mengganti infus D5NS1/4 6 - klien tampak lemah
tts/mnt kolf 5 - Nadi klien : 126 x/menit,
8. Memberikan antibiotik dan obat oral Pernapasan : 32 x/menit, Suhu
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 18.00 : 36,40C,
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 19.00
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 19.00 A : Masalah ketidakefektifan jalan
nafas masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan dilanjutkan

1 Minggu, Bersihan jalan Jam 13.30- Jam 08.00


23 April nafas tidak efektif 20.00 WIB 1. Mengatur posisi klien semi fowler S:
2019 SHIFT 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih - Ibu klien mengatakan batuk
MALAM 3. Memonitor respirasi : 32 x/menit, klien sudah mulai berkurang
4. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, - Ibu klien mengatakan suara
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, dahak ada
5. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai - Ibu klien mengatakan klien
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari masih sering terganggu
6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan sesuai tidurnya
kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar O:
7. Memonitor IVFD memantau infus D5NS1/4 6 - klien tampak lemah
tts/mnt kolf 5 - Nadi klien : 121 x/menit,
- Memberikan antibiotik dan obat oral Pernapasan : 33 x/menit, Suhu
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 02.00 : 36,40C,
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 07.00
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 07.00 A : Masalah ketidakefektifan jalan
- Praxion 0,7 ml 20.00 nafas masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan di
delegasikan

No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi


Tanggal Keperawatan

MAKALAH Page 72
2 Minggu, Defisi nutrisi Jam 07.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 14.00
23 April 14.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien masih
PAGI Hb dan kadar Ht jarang menyusui biasanya klien
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan menyusu 10 kali dalam sehari
konjungtiva tetapi sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 129 x/menit,
Pernapasan : 29 x/menit, Suhu
: 36,50C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak


seimbangan nutrisi masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan
2 Minggu, Defisi nutrisi Jam 13.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 20.00
23 April 20.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
SORE Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan 10 kali dalam sehari tetapi

MAKALAH Page 73
konjungtiva sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 126 x/menit,
Pernapasan : 34 x/menit, Suhu
: 36,70C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak


seimbangan nutrisi masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan

2 Minggu, Defisi nutrisi Jam 19.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 08.00
23 April 08.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
Malam Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan 10 kali dalam sehari tetapi
konjungtiva sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat

MAKALAH Page 74
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 121 x/menit,
Pernapasan : 33 x/menit, Suhu
: 36,20C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.

A : Masalah Resiko ketidak


seimbangan nutrisi masih berlangsung

P : Intervensi keperawatan di
delegasikan

MAKALAH Page 75
BAB IV

PEMBAHASAN

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada An.V di Ruangan Melati RS
TK IV. 01.07.05 Bukittingggi didapatkan pembahasan sebagai berikut:

A. PENGKAJIAN

Berdasarkan tinjauan teoritis tentang pengkajian pada klien Bronkopenemunia sesuai


dengan tinjauan kasus pada pengkajian An.V yang berumur 2,5 bulan dengan
bronkopneumonia(BP) sesak nafas seharian. Ibu mengatakan An. V mengalami batuk-
batuk disertai dengan batuk berdahak sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit. Ibu
mengatakan An. V sebelumnya mengalami demam semenjak 1 minggu SMRS. Hasil
pemeriksaan didapatkan klien tampak lemah, Hasil pemeriksaan didapatkan Nadi klien :

Nadi : 102 x/menit, Pernapasan : 40x/menit, Suhu : 36,40C. Pemeriksaan Labor HGB :
9,7 g/dl (14,0-16,0) WBC : 28,03x 10 3/LRBC : 3,37 x1012/L. Hal ini sejalan dengan
teori yang menyatakan bronkopneumonia adalah peradangan dinding bronkiolus
peradangan ini umumnya disebabkan infeksi dan terjadi pada ke dua paru-paru secara
tersebar. Peradangan dapat bersifat ringan atau berat tergantung penyebabnya,
bronkopneumoni diawalai oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang menyebar ke
saluran nafas bagian bawah. Pada bronkopneumoni, peradangan terjadi pada bronkiolus
dan sedikit jaringan paru disekitarnya.

Tanda dan gejala Kliensecara teori bisa menderita menggigil mendadak, demam yang
tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak, Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk
dengan pernafasan dan batuk, Sakit parah dengan takipnea jelas dan dispnea, Nadi cepat
dan bersambung, Bradikardia relatif ketika demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mycoplasma atau spesies legionella, Sputum purulen, kemerahan, bersemu darah, kental
atau hijau relatif terhadap preparat etiologis, Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan

MAKALAH Page 76
tanda-tanda konsolidasi lebar, Pada pneumonia terjadi gangguan pada komponen
volume dari ventilasi akibat gangguan volume ini tubuh akan berusaha
mengkompensasinya dengan cara meningkatkan volume tidal dan frekuensi na fas
sehingga secara klinis terlihat takipnea dan dispnea dengan tanda-tanda inspiratory
effort. Akibat penurunan ventilasi maka rasio optimal antara ventilasi perfusi tidak
tercapai yang disebut ventilation perfusion mismatch, tubuh berusaha meningkatkannya
sehingga terjadi usaha nafas ekstra dan klien terlihat sesak.Bronkopneumonia yang berat
dapat mengganggu pertukaran udara di paru-paru sehingga darah yang di alirkan
keseluruh tubuh menjadi kurang oksigen. Hal ini dapat menyebabkan berbagai organ
dan penurunan kesadaran dan kematian.

Berdasarkan hasil pengkajian pada An. V tidak terjadi demam, namun pada sistem
pernafasannya hampir sama dengan tanda dan gejala secara teoritis. RR= (32-40
kali/menit) ND: 126 kali/menit, Suhu 36-36,70C. Suara napas ronchi adanya eksudat
(sputum). Klien batuk berdahak setiap kali batuk semakin intens suara tangisan An. V
semakin kuat, karena batuk klien tidur klien terganggu. An. V mukosa bibir lembab.
Penurunan berat badan, Berat Badan Sebelum Sakit: 6,9 kg, Berat Badan Saat Sakit: 6,9
kg. Mata An. V, sklera unikterik, reflek cahaya positif kiri dan kanan, konjungtiva tidak
anemis dan pupil isokor, diameter pupil 3 mm, mata tampak cekung.. Bising usus di
Auskultasi terdapat4-5 kali/mnt. Warna feses kuning, konsistensinya cair. Orangtua
klien mengatakan cemas dengan kondisi anaknya, takut jika terjadi sesuatu yang buruk.

Dalam teori dengan kasus Bronkopneumonia ditemukan diagnosa keperawatan yaitu


Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan: Obstruksi jalan nafas.
Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan membran kapiler-alveolar.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan : Ketidakseimbangan antara suplei oksigen
dengan kebutuhan.

Menurut asumsi penulis tidak ada perbedaan yang spesifik antara kasus dengan teori.
Sehingga dapat disimpulkan diagnosa keperawatan yang ada di teori juga ditemukan

MAKALAH Page 77
pada kasus bronkpneumoni dengan An. V. Diagnosa yang diberikan sesuai dengan
prioritas masalah dan sesuai dengan kondisi dan keluhan yang dirasakan klien sehingga
diagnosa menurut kajian teoritis ada yang tidak muncul dan diagnosa selain kajian
teoritis bisa muncul pada kasus An. V.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Dari hasil pengkajian didapatkan 3prioritas masalah keperawatan, yaitu :


1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2. Defisi nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap
demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun dan BB turun.
3. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber-sumber informasi
dan Kurangnya keinginan untuk mencari informasi

Sedangkan pada tinjauan teoritis ada 7 masalah keperawatan yaitu :

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru
(perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO 2 menurun, sesak nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4. Defisi nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap
demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual
dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O 2 dengan
kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan
sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan.

MAKALAH Page 78
6. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri pathogen
Ada empat masalah keperawatan yang tidak ada muncul didalam tinjauan kasus pada
An.V, yaitu : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO 2 menurun,
sesak nafas karena klien sesak hanya saat menangis karena batuknya. RR klien dalam
batas normal dan klien tidak terpasang O 2. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi
terhadap infeksi saluran nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil,
akral teraba panas, karena klien tidak ada mengalami demam, suhu klien dalam batas
normal. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O 2
dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam
kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan dan Resiko ketidakseimbangan
cairanberhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, kehilangan cairan karena
berkeringat banyak, muntah atau diare, dan resiko infeksi berhubungan dengan resiko
terpajan bakteri pathogendikarenakan tidak adanya data pendukung untuk
mengangkatmasalah-masalah keperawatan tersebut.

C. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Penyusunan rencana keperawatan penulis menggunakan rencana keperawatan


berdasarkan SDKI. Dalam pengambilan intervensi sesuai dengan keluhan dan indikasi
yang terdapat pada klien yaitu An. V, sehingga intervensi secara teoritis beberapa tidak
diberikan pada An. V. Secara teoritis intervensi diagnosa bersihan jalan nafas tidak
efektif ada banyak intervensi sedangkan dalam kasus beberapa dihilangkan karena tidak
ditemukan indikasi pada klien berikut adalah intervensi yang diberikan pada An. V:
Diagnosa pertama bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas; Manajemen jalan nafas; Pastikan kebutuhan oral , berikan O2 bila perlu, anjurkan
klien untuk istirahat , posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi, auskultasi suara
nafas, catat adanya suara tambahan, berikan antibiotic, atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan, monitor respirasi dan status O 2, pertahankan hidrasi

MAKALAH Page 79
yang adekuat untuk mengencerkan secret. Diagnosa kedua Defisit Pengetahuan dimana
setelah dilakukan pengkajian penyebab anak terserang infeksi berhubungan dengan
Defisit Pengetahuan ibu berikut intervensinya; Teaching : disease Process (infection
control and infection protection) awalnya terdapat banyak intervensi namun yang
dipakai sebagai berikut; Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang
proses penyakit klien, jelaskan patofisiologi dari penyakit, gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada penyakit, gambarkan proses penyakit, identifikasi kemungkinan
penyebab, sediakan informasi pada keluarga tentang kondisi klien, sediakan bagi
keluarga informasi tentang kemajuan klien, diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit, eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
instruksikan keluarga mengenai tanda dan gejala pada klien untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat. Diagnosa ketiga Defisi nutrisi
awalnya terdapat banyak intervensi secara teoritis berikut pemberian intervensi yang
sesuai dengan pengkajian pada klien; Manajemen nutrisi; Monitor adanya penurunan
BB, monitor lingkungan selama makan, jadwalkan tindakan tidak selama jam makan,
monitor turgor kulit, monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, hb dan kadar ht,
monitor adanya muntah, monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva, monitor intake nuntrisi, informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi, atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama menyusui, anjurkan
ibu untuk memberikan asi yang adekuat, pertahankan terapi iv line.

D. IMPLEMENTASI

Pada tahap pelaksanaan diagnosa dilakukan 4 x 24 jam untuk semua diagnosa. Dalam
melakukan tindakan penulis berfokus pada perencanaan yang dibuat sesuai kondisi dan
kebutuhan klien, karena ada kesenjangan antara teori dan kasus. Penulis bekerjasama
dengan perawat ruangan dalam melakukan Asuhan Keperawatan dan pendokumentasian
semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan.Untuk secara keseluruhan diagnosa
sudah dilaksanakan sesuai perencanaan yang dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan klien

MAKALAH Page 80
saat ini, karena keluarga dan perawat ruangan sangat membantu penulis dalam
melakukan proses keperawatan.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, implementasi yang telah dilakukan sbb;
a. Menganjurkan Ibu untuk mengistirahatkan anaknya
b. Mengatur posisi klien
c. Menganjurkan memakai minyak kayu putih
d. Mengobservasi adanya suara tambahan : Rhonki
e. Memonitor respirasi : 32 x/menit,
f. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, Pernapasan : 38 x/menit,
Suhu : 36,40C,
g. Memantau status nutrisi
h. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai indikasi : Ambroxsol puyer 3 x
1 hari
i. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan sesuai kebutuhanD5NS1/4 6
tts/mnt dengan benar
j. Memonitor IVFD
k. Kolaborasi pemberikan antibiotik

- Injeksi Dexametason 1 mg jam 18.00

- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 19.00

- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 19.00

2. Defisi nutrisi, implementasi yang telah dilakukan sbb;


a. Mengatur posisi klien semi fowler
b. Menganjurkan memakai minyak kayu putih
c. Memonitor respirasi : 32 x/menit,
d. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, Pernapasan : 38 x/menit,
Suhu : 36,40C,
e. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai indikasi : Ambroxsol puyer 3 x
1 hari

MAKALAH Page 81
f. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan sesuai kebutuhanD5NS1/4 6
tts/mnt dengan benar
g. Memonitor IVFD terpasang infus D5NS1/4 6 tts/mnt kolf 1
3. Defisit Pengetahuan, implementasi yang telah dilakukan sbb;
a. Memberikan penkes tentang penyakit : pengertian, tanda gejala, penyebab,
penanganan dari penyakit
b. Mengajarkan teknik menyusui yang benar

E. EVALUASI

Evaluasi adalah tahap akhir dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai seluruh hasil implementasi yang telah dilaksanakan. Pada diagnosa keperawatan
pertama : Bersihan Jalan Nafas tidak efektif , kriteria hasil; Tidak ada sianosis dan
dyspneu (klien belum mampu mengeluarkan sputum namun sputum tampak terdengar
lebih encer), menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab. Kedua : Defisit
Pengetahuan, kriteria hasil; Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan klien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya. Ketiga;
Mempertahankan berat badan, Namun ibu masih melaporkan ASInya masih sukar
namun ASI tetap terpenuhi, Ibu mengungkapkan tekad untuk memenuhi diet,
mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal, klien belum
dilakukan lagi pengecekan laboratorium, melaporkan tingkat energy yang adekuat.

MAKALAH Page 82
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Hasil penerapan asuhan keperawatan pada An : V dengan diagnosa bronkopneumonia


ruangan anak dapat diambil kesimpulan :
1. Bronchopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai pola
penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam
bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya. (Smeltzer &
Suzanne C, 2002 : 572)

2. Berdasarkan pengkajian di Ruang anak, pada An. V ditemukan Diagnosa :

a. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan


nafas. Dimana berdasarkan pengkajian pada Ibu klien, Ibu mengatakan
klien mengalami sesak karena batuknya, klien mengalami batuk disertai
batuk berdahak, klien sering terganggu tidurnya akibat batuk, klien selalu
menangis saat batuk semakin menjadi, RR= 32-40 x/i, ND=126 x/i, Suhu=
36,4oC, klien tampak keletihan, klien tampak lemah, tampak warna kulit
abnormal (pucat, kehitaman), dan auskultasi: ronchi. HGB : 9,7 g/dl
(14,0-16,0), WBC: 28,03 x 103/L, RBC : 3,37 x 1012/L, HCT : 30,1
%, MCV: 89,3 pg, Trombosit : 781.000 /mm3, LYM#: 77 x 109/L, dan
PCT : 0,648 %
b. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber-sumber
informasi dan Kurangnya keinginan untuk mencari informasi, dimana Ibu
dan ayah mengatakan tidak mengetahui tentang penyakit anaknya terutama
tentang defenisi, tanda dan gejala, penyebab, dan komplikasi serta
perawatan dan penanganan dari penyakit bronkopneumonia. Ibu

MAKALAH Page 83
mengatakandia dan suaminyapun tidak pernah mengalami sesak nafas
seperti ini. Rumah keluarga An V ditepi jalan lalu lintas sehingga banyak
debu dan polusi udara disekitar rumah. Ibu mengatakan ayah An. V adalah
seorang perokok aktif. Terkadang sang ayah merokok disekitar anak mereka
di area dalam rumah. Saat dilakukan pengkajian ibu tampak bingung, dan
kurang aktif bertanya.
c. Defisi nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder
terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun
dan BB turun dimana Ibu klien mengatakanklien mengalami sesak nafas.
Ibu klien mengatakan klien mengalami batuk disertai batuk berdahak oleh
sebab itu An. V sukar disusui, RR= 32-40 x/i, ND=126 x/i, Suhu= 36,4 oC,
Klien tampak keletihan, tampak lemah, Tampak warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)
3. Intervensi disusun berdasarkan teoritis intervensi dipilih berdasarkan dengan
masalah keperawatan dengan memperlihatkan kondisi klien serta ketersediaan
sarana dan prasarana diruangan termasuk kemampuan perawat dalam
melaksanakannya.
4. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan Intervensi Keperawatan. Tidak semua
intervensi dilakukan karena memperlihatkan kondisi klien dan kebutuhan klien saat
itu serta ketersediaan sarana dan prasarana diruangan termasuk kemampuan
perawat dalam melaksanakannya.Tindakan – tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan dengan baik berkat adanya kerjasama keperawatan, keluarga, dan tim
kesehatan lainnya.
5. Evaluasi dari perawatan selama 4 hari, dari 3 diagnosa. Intervensi dari Defisit
Pengetahuan dihentikan karena dari evaluasi Ibu tampak sudah memahami dan
mampu menyebutkan kembali informasi yang diberikan. Pada ketiga diagnosa
lainnya teratasi sebagian karena klien masih di ruangan sehingga intervensi di
delegasikan kepada petugas dan Penulis profesi yang dinas di ruangan An. V
berikutnya.

MAKALAH Page 84
B. SARAN

1. Bagi keluarga klien


Disarankan keluarga mampu memberikan perawatan yang baik dirumah, mampu
memberikan dukungan moril dan pemulihan kesehatan.
2. Bagi institute pendidikan
Diharapkan kepada institusi pendidikan agar menambah referensi tentang buku
gangguan sistem Bronkpneumonia.
3. Bagi pelayanan kesehatan
Disarankan bagi pihak rumah sakit memberikan penyuluhan dan informasi
mengenai mencegah penyakit Bronkopneumonia kepada keluarga dan klien,
sehingga klien mempunyai pengetahuan tinggi dan motivasi tinggi dalam untuk
mencegah penyakit Bronkpneumonia yang terjadi pada anak.

MAKALAH Page 85
DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah.Vol 1.Jakarta : EGC

Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Balai penerbit FK UL

Rcevers,Chalene. J et all.2000.Keperawatan medical Bedah. Jakarta: Salemba Medika


Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Klien. Jakarta :EGC

Hassan, R. 2007. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : UI


Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan

Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai
Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta :EGC
Supardi, 1998, Dr. Nursalam, 2005:113, Nelson Vol. 2, 2000:883, Riyawan.com.

Dra. Jumiarni Ilyas,dkk (1993), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Pusat
Pendidikan Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta

Riyawan.com | Kumpuln Artikel Farmasi & Keperawatan

Mcgrow Hill (1995), Perinatal/ Neonatal, USA

Ngastiyah (1997), Perawatan Anak Sakit, Edisi III EGC ,Jakarta.

Staf Pengajar IKA(1985), Ilmu Kesehatan Anak UI , Jakarta

MAKALAH Page 86

Anda mungkin juga menyukai