Makalah Auli
Makalah Auli
V DENGAN
BRONKOPNEUMONIA DI RUANG RAWAT INAP
RUANG 1 RS TK IV. 01.07.05
BUKITTINGGI
Disusun oleh:
Ns.Auliani Annisa Febri,S.Kep
NIRA. 13070491475
I
DAFTAR ISI
B. TUJUAN .................................................................................................................... 3
A. PENGKAJIAN ......................................................................................................... 36
A. PENGKAJIAN ......................................................................................................... 76
D. IMPLEMENTASI.................................................................................................... 80
E. EVALUASI .............................................................................................................. 82
A. KESIMPULAN ........................................................................................................ 83
B. SARAN .................................................................................................................... 85
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Istilah pneumonia mencakup setiap keadaan radang paru dimana beberapa atau
seluruh alveoli terisi dengan cairan dan sel-sel darah. Pneumonia hingga saat ini
masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada anak-anak di negara
berkembang. Pneumonia merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas anak
berusia di bawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak
diseluruh dunia, lebih kurang 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat
pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia tenggara. Insiden pneumonia di
negara berkembang yaitu 30-45% per 1000 anak dibawah usia 5 tahun, 16-22% per
1000 anak pada usia 5-9 tahun, dan 7-16% per 1000 anak pada anak yang lebih tua
(William, 2000). Faktor sosial ekonomi yang rendah mempertinggi angka kematian.
Berdasarkan data WHO, infeksi saluran nafas akut bagian bawah pada tahun 2000
menyebabkan 2,1 juta kematian anak di bawah umur 5 tahun (William, 2000).
Menurut WHO kejadian pneumonia di Indonesia pada balita diperkirakan antara
10%-20% per tahun. Secara teoritis diperkirakan bahwa 10% dari penderita
pneumonia akan meninggal bila tidak diberi pengobatan. Bila hal ini benar maka
diperkirakan tanpa pemberian pengobatan akan didapat 250.000 kematian balita
akibat pneumonia setiap tahunnya ( Depkes RI, 2002). Faktor resiko yang
meningkatkan insiden bronkopneumonia yaitu : pertusis, morbili, gizi kurang, umur
kurang dari 2 bulan, berat badan lahir rendah, tidak mendapat ASI yang memadai,
polusi udara, laki-laki, imunisasi yang tidak memadai, defisiensi Vitamin A,
pemberian makanan tambahan terlalu dini, kepadatan tempat tinggal (Laskmi,
2006).Di Indonesia, pneumonia merupakan penyebab kematian nomer tiga setelah
kardiovaskuler dan tuberculosis. Menurut survei kesehatan nasional (SKN) 2001,
27.6% kematian bayi dan 22.8% kematian balita di Indonesia disebabkan oleh
penyakit sistem pernapasan, terutama pneumonia.Menurut publikasi WHO,
Berdasarkan data di Ruang Anak dalam 6 bulan terakhir terdapat 25 angka kejadian
Bronkopneumonia (BP) di RS TK IV 01.07.05 Bukittinggi, maka kelompok tertarik
untuk mengangkat kasus ini sebagai kasus seminar anak.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui konsep dasar dan asuhan keperawatan pada klien dengan
Bronkopneumoniadi RST TK IV 01.07.05 Bukittinggi.
2. Tujuan khusus
TINJAUAN TEORITIS
Periode usia perkembangan dapat dimulai dari usia prenatal (konsepsi –lahir), masa
bayi (lahir – 1 tahun), kanak-kanak awal (toddler dan prasekolah), kanakkanak
pertengahan (6 – 12 tahun) dan masa kanak-kanak akhir (11- 19 tahun) (Zaviera,
2008). Masing-masing periode memiliki tugas perkembangan yang harus dicapai
yaitu serangkaian ketrampilan dan kompetensi yang harus dikuasai pada tahap
perkembangannya agar anak mampu berinteraksi secara efektif dengan
lingkungannya (Wong, et al., 2009). Terdapat beberapa komponen tugas
perkembangan pada periode anak yaitu perkembangan fisik, motorik halus, motorik
kasar, bahasa, sosialisasi, kognisi dan hubungan dengan keluarga (Soejanto, 2005).
Pola fikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian
bagian terentu dari objek dan semata –mata didasarkan atas
penampakan objek
Perkembangan psikososial :
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi
peningkatan keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian,
pengakuan, perhatian serta dorongan sehingga menimbulkan kepercayaan
terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan membuat anak bertindak
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan
peran dirinya dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa
ini adalah rasa mampu dan rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih
banyak menghargainya maka akan muncul rasa percaya diri tetapi bila
sebaliknya, anak akan rendah diri.
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan
prestasi, dan tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan
puas. Bila ia merasa semuanya belum siap atau gagal akan timbul
kekecewaan yang mendalam.
1) Pra-konvensional
2) Konvensional
3) Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip
pribadi mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala
aturan di sekitarnya lebih didasarkan atas penghargaannya serta rasa
hormatnya terhadap orang lain.
Kemampuan intelektual lain yang ia capai pada usia 1 tahun adalah bahwa ia
dapat mengantisipasi kegiatan rutin dari lingkungannya. Misalnya bunyi-bunyi
yang ia tangkap sewaktu menyiapkan makanannya. Berarti dengan bunyi ini
sebentar lagi ia akan diberi makan, ia akan dengan sabar dan tidak menangis.
Pada tahap ini anak menggunakan sistem penginderaan, sistem motorik dan
benda-benda untuk mengenal lingkungannya. Bayi tidak hanya menerima
rangsangan berupa pasif tetapi juga memberi jawaban terhadap rangsangan .
tersebut. Jawaban ini berupa refleks-refleks. Refleks ini diperlukan unutk
mempertahankan hidupnya. Misalnya refleks untuk makan, bersin. Dengan
refleks dalam bentuk gerak motorik memungkinkan bayi untuk berkomunikasi
dengan lingkungannya.
Perubahan fungsi kognitif pada tahap ini adalah dari sensori motorik menjadi
pre operasional. Pada pre operasional anak mampu menggunakan simbol-
simbol, yaitu menggunakan kata-kata, mengingat masa lalu, sekarang dan
yang akan terjadi segera. Tingkah laku anak berubah menjadi egosentrik.
Pada tahap ini anak telah dapat berpikir secara logis dan terarah,
mengelompokkan fakta-fakta serta anak telah mampu berpikir dari sudut
pandang orang lain. Ia dapat berpikir secara abstarak, dan mengatasi persoalan
secara nyata dan sistematis. Contoh: anak dapat menghitung walaupun
susunan benda diubah serta mengatahui jumlahnya tetap sama.
(-) Jika tidak dapat melalui dengan baik → akan menahan dan
melakukannya dengan mempermainkan → Belajar mengontrol
pengeluaran.
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh
sentral bila menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki – laki pada ibunya
menimbulkan gairah sexual dan perasaan cinta yang disebut oedipus
compleks.
5) Fase Genitalia
a. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi sampai
maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan lingkungan.
b. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh kembang
yang berlainan organ-organ.
Setiap anak adalah individu yang unik, karena faktor bawaan dan lingkungan yang
berbeda, maka pertumbuhan dan pencapaian kemampuan perkembangnnya juga
berbeda, tetapi tetap akan menuruti patokan umum
2) Masa janin/ fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa ini
terdiri dari 2 periode yaitu :
c. Masa prasekolah
d. Masa sekolah
2) Masa remaja :
b. Faktor lingkungan
Lingkungan Eksternal
1) Kebudayaan
Lingkungan internal
1) Intelegensi
Pada umumnya anak yang mempunyai intelegensi tinggi,
perkembangannya akan lebih baik jika dibandingkan dengan yang
mempunyai intelegensi kurang.
2) Hormon
Ada tiga hormon yang mempengaruhi pertumbuhan anak
yaitu:somatotropin, hormon yang mempengaruhi jumlah sel untuk
e. Aspek Emosi
f. Aspek Sosial
1. Pengertian
2. Anatomi Fisiologi
a. Anatomi
Organ pernafasan berguna bagi transfortasi gas-gas dimana organ-organ
pernafasan tersebut dibedakan menjadi bagian dimana udara mengalir yaitu
rongga hidung, pharynx, larynx, trakhea, dan bagian paru-paru yang berfungsi
melakukan pertukaran gas-gas antara udara dan darah.
Besarnya daya muat udara dalam paru 4500 ml- 5000 ml (4,5 – 5
liter).Udara diproses dalam paru (inspirasi dan ekspirasi) hanya 10% kurang
lebih 500 ml disebut juga udara pasang surut (tidal air) yaitu yang dihirup
dan yang dihembuskan pada pernafasan biasa. Pada seorang laki- laki
4) Pengendalian pernafasan
Mekanisme pernafasan diatur dan dikendalikan oleh dua faktor uatam yaitu
kimiawi dan pengendalian saraf. Adanya faktor tertentu, merangsang pusat
pernafasan yang terletak didalm medulla oblongata, kalau dirangsang
mengeluarkan impuls yang disalurkan melalui saraf spiralis ke otot
pernafasan (otot diafragma atau interkostalis).
Neonatus : 30 – 80 x/menit
6) Kebutuhan tubuh akan oksigen dalam banyak keadaan, termasuk yang telah
disebut oksigen dapat diatur menurut keperluan orang tergantung pada
oksigen untuk hidupnya, kalau tidak mendapatkannya selam kurang lebih 4
menit dapat mengakibatkan kerusakan pada otak yang tidak dapat perbaiki
dan biasanya klien meninggal. Keadaan genting timbul bila misalnya
seorang anak menutupi kepala dan mukanya dengan kantong plastic menjadi
lemas. Tetapi hanya penyadiaaan oksigen berkurang, maka klien menjadi
kacau pikirannya, ia menderita anoxia serebralis. Hal ini terjadi pada orang
yang bekerja dalam ruangan sempit tertutup seperti dalam ruang kapal,
oksigen yang ada mereka habiskan dan kalau mereka tidak diberi oksigen
untuk bernafas atau tidak dipindahkan ke udara yang normal, maka akan
meninggal karena anoxemia. Istilah lain adalah hypoxemia atau hipoksia.
Bila oksigen didalam darah tidak mencukupi maka warna merahnya hilang
dan berubah menjadi kebiru- biruan, bibir telingga, lengan dan kaki klien
menjadi kebiru- biruan dan keadaan itu disebut sianosis (Evelyn C.Pearce,
2002).
3. Etiologi
a. Bakteri
Pneumonia bakteri biasanya didapatkan pada usia lanjut. Organisme gram
posifif seperti : Steptococcus pneumonia, S. aerous, dan streptococcus
pyogenesis. Bakteri gram negatif seperti Haemophilus influenza, klebsiella
pneumonia dan P. Aeruginosa
b. Virus
Disebabkan oleh virus influensa yang menyebar melalui transmisi droplet.
Cytomegalovirus dalam hal ini dikenal sebagai penyebab utama pneumonia
virus.
c. Jamur
Infeksi yang disebabkan jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui
penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada
kotoran burung, tanah serta kompos.
d. Protozoa
Menimbulkan terjadinya Pneumocystis carinii pneumonia (CPC). Biasanya
menjangkiti klien yang mengalami immunosupresi.
e. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru
Terjadi karena kongesti paru yang lama. (Reeves, 2001)
f. Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada klien
yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang terdapat
dalam mulut dank arena adanya pneumocystis crania, Mycoplasma. (Smeltzer
& Suzanne C, 2002: 572 dan Sandra M.Nettina, 2001:628).
Edema karena inflamasi akan mengeraskan paru dan akan mengurangi kapasitas
paru, penurunan produksi cairan surfaktan lebih lanjut, menurunkan compliance
dan menimbulkan atelektasis serta kolaps alveoli. Sebagai tambahan proses
bronkopneumonia menyebabkan gangguan ventilasi okulasi partial pada bronkhi
dan alveoli, menurunkan tekanan oksigen arteri, akibatnya darah vena yang
menuju atrium kiri banyak yang tidak mengandung oksigen sehingga terjadi
hipoksemia arteri.
Efek sistemik akibat infeksi, fagosit melepaskan bahan kimia yang disebut
endogenus pirogen. Bila zat ini terbawa aliran darah hingga sampai hipotalamus,
maka suhu tubuh akan meningkat sehingga terjadi demam dan menggigil, hal
tersebut juga menyebabkan meningkatnya kecepatan metabolisme. Pengaruh dari
meningkatnya metabolisme adalah penyebab takhipnea dan takhikardia, tekanan
darah menurun sebagai akibat dari vasodilatasi perifer dan penurunan sirkulasi
volume darah karena dehidrasi, panas dan takhipnea meningkatkan kehilangan
cairan melalui kulit (keringat) dan saluran pernafasan sehingga menyebabkan
dehidrasi. Terdapat cairan purulen pada alveolus juga dapat mengakibatkan
peningkatakan tekanan pada paru sehingga dapat berakibat penurunan
kemampuan mengambil oksigen dari luar juga mengakibatkan berkurangnya
kapasitas paru. Penderita akan berusaha melawan tingginya tekanan tersebut
Sputum cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang
memenuhi syarat pemeriksaan harus betul-betul dari trakea dan bronki bukan
berupa air ludah. Sputum dapat dibedakan dengan ludah antara lain: ludah biasa
akan membentuk gelembung-gelembung jernih di bagian atas permukaan
cairan,sedang pada sputum hal ini jarang terjadi. Secara mikroskopis ludah akan
menunjukan gambaran sel-sel gepeng sedang pada sputum.
Jika kuman terbawa bersama makanan akan masuk ke lambung dan terjadi
peningkatan asam lambung, hal inilah yang menyebabkan mual, muntah dan
anoreksia, sehingga timbul masalah pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh. Infeksi traktus respiratorius bagian atas selama beberapa hari suhu tubuh
dapat naik secara mendadak sampai 39-40 dan disertai kejang karena demam
yang tinggi sehingga anak menjadi sangat gelisah.
Hepatisasi kelabu(3-8hari)
paru-paru tampak kelabu karena Resolusi 7-11 hr
leukosit dan fibrin mengalami
konsolidasi di dalam alveoli
Suplai O2 Menurun
Resti Defisit Nutrisi
Sputum kental
Resiko
Ketidakseimbangan cairan
Bersihan jalan napas
tidak efektif
5. Manifestasi Klinis
a. Menggigil mendadak, demam yang tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak
b. Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk dengan pernafasan dan batuk.
c. Sakit parah dengan takipnea jelas (25 – 45/menit) dan dispnea.
d. Nadi cepat dan bersambung
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah
Pada kasus bronchopneumonia oleh bakteri akan terjadi leukositosis
(meningkatnya jumlah neutrofil). (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
2) Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang spontan dan
dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis dan untuk kultur serta
tes sensitifitas untuk mendeteksi agen infeksius. (Barbara C, Long, 2000 :
435)
3) Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan status asam
basa. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
4) Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
5) Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk mendeteksi
antigen mikroba. (Sandra M. Nettina, 2001 : 684)
b. Pemeriksaan Radiologi
1) Rontgenogram Thoraks
7. Komplikasi
a. Atelektasis adalah pengembangan paru-paru yang tidak sempurna atau kolaps
paru merupakan akibat kurangnya mobilisasi atau refleks batuk hilang.
b. Empisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
pleura terdapat di satu tempat atau seluruh rongga pleura.
c. Abses paru adalah pengumpulan pus dalam jaringan paru yang meradang.
d. Infeksi sitemik
e. Endokarditis yaitu peradangan pada setiap katup endokardial.
f. Meningitis yaitu infeksi yang menyerang selaput otak.
8. Penatalaksanaan
1. Pengkajian Keperawatan.
Pengkajian adalah upaya mengumpulkan data secara lengkap dan sistematis
untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan dan keperawatan yang di
hadapi klien baik fisik, mental, sosial maupun spiritual dapat ditentukan. Tahap
ini mencakup tiga kegiatan,yaitu Pengumpulan Data, Analisa data dan
Penentuan Masalah kesehatan serta keperawatan.
a. Pengumpulan data
Tujuan :
Data subjekif, yaitu data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
klien, atau dari keluarga klien/saksi lain misalnya; kepala pusing, nyeri dan
mual.
c) Makanan/cairan
Gejala: Mual/muntah Nafsu makan buruk/anoreksia,
Ketidakmampuan untuk makan karena distress pernafasan
Tanda: Turgor kulit buruk Berkeringat Palpitasi abdominal dapat
menyebabkan hepatomegali, bising usus abnormal (pada anak BU:
3-5 x/i), anak mencret (diare) karena bakteri telah sampai ke sal.
Pencernaan/
d) Aktifitas / istirahat
Gejala: Keletihan, keletihan, malaise Ketidakmampuan melakukan
aktifitas sehari- hari karena sulit bernafas. Ketidakmampuan untuk
tidur, perlu tidur dalam posisi duduk tinggi. Dispnea pada saat
istirahat atau respon terhadap aktifitas atau istirahat
Tanda : Keletihan Gelisah/ insomnia Kelemahan umum/
kehilangan masa otot
e) Integritas ego
f) Hygiene
g) Keamanan
Gejala : riwayat alergi atau sensitive terhadap zat/faktor
lingkungan. Adanya infeksi berulang.
(Suryadi 2006, p.115)
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium Hematologi
Actual : Menjelaskan masalah nyata saat ini sesuai dengan data klinik yang
ditemukan.
dilakukan intervensi.
dan resiko tinggi yang diperkirakan muncul/timbul karena suatu kejadian atau
situasi tertentu.
Semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk membantu klien beralih dari
status kesehatan saat ini kestatus kesehatan yang di uraikan dalam hasil yang di
harapkan (Gordon,1994).
5. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan
tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan
membandingkan antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut.
Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara
tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan
kesehatan klien dengan tujuan yang telah di rumuskan sebelumnya.
Sasaran evaluasi adalah sebagai berikut:
Hasil Evaluasi
4. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan Utama
An. V masuk dengan keluhan sesak nafas seharian. Ibu mengatakan An. V
mengalami batuk-batuk disertai dengan batuk berdahak sejak 2 hari sebelum
masuk rumah sakit. Ibu mengatakan An. V sebelumnya mengalami demam
semenjak 1 minggu SMRS.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ket :
:Meninggal
: Meninggal
PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum : Lemah
Kesadaran : Compos Mentis
2. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium :
PEMERIKSAAN HEMATOLOGI
HGB : 9,7 g/dl (14,0-16,0)
WBC : 28,03x 103/L
RBC : 3,37 x1012/L
HCT : 30,1 %
MCV : 89,3 pg
Trombosit : 781.000 /mm3
LYM# : 77 x109/L
PCT : 0,648 %
Compliance paru
menurun
Sesak Nafas
sputum kental
1. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
2. Defisit Pengetahuan berhubungan dengan tidak mengetahui sumber-sumber informasi
dan Kurangnya keinginan untuk mencari informasi
3. Resiko Defisi Nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder
terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun dan BB
turun.
No MR :06.66.62
Nama :An. V
MAKALAH Page 47
2. Produksi sputum menurun Atur posisi semi-fowler dan fowler
3. Mengi menurun Pasang perlak dan bengkok di pangkuan
4. Wheezing menurun pasien
Perhatikan! Buang sekret pada tempat sputum
1. Label = “Setelah dilakukan intervensi keperawatan Edukasi
selama 3 x 24 jam, maka bersihan jalan nafas” Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif
2. Ekspektasi = “Meningkat” Anjurkan Tarik napas dalam melalui hidung
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst, selama 4 detik, ditahan selama 2 detik,
kemudian keluarkan dari mulut dengan bibir
mencucu (dibulatkan) selama 8 detik
Anjurkan mengulangi Tarik napas dalam
hingga 3 kali
Anjutkan batuk dengan kuat langsung setelah
Tarik napas dalam yang ke-3
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian mukolitik atau ekspektoran, jika
perlu.
Manajemen Jalan Napas (I.01011)
Intervensi manajemen jalan napas dalam Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
kode (I.01011).
Manajemen jalan napas adalah intervensi
yang dilakukan oleh perawat untuk
mengidentifikasi dan mengelola kepatenan
jalan napas.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi
manajemen jalan napas berdasarkan SIKI, antara
lain:
Observasi
Monitor pola napas (frekuensi, kedalaman,
usaha napas)
Monitor bunyi napas tambahan (misalnya:
gurgling, mengi, wheezing, ronchi kering)
MAKALAH Page 48
Monitor sputum (jumlah, warna, aroma)
Terapeutik
Pertahankan kepatenan jalan napas
dengan head-tilt dan chin-lift (jaw thrust jika
curiga trauma fraktur servikal)
Posisikan semi-fowler atau fowler
Berikan minum hangat
Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
Lakukan penghisapan lendir kurang dari 15
detik
Lakukan hiperoksigenasi sebelum
penghisapan endotrakeal
Keluarkan sumbatan benda padat dengan
forsep McGill
Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Anjurkan asupan cairan 2000 ml/hari, jika
tidak ada kontraindikasi
Ajarkan Teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian bronkodilator, ekspektoran, mukol
itik, jika perlu.
Pemantauan Respirasi (I.01014)
Intervensi pemantauan respirasi dalam Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
kode (I.01014).
Pemantauan respirasi adalah intervensi yang
dilakukan oleh perawat untuk
mengumpulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan napas dan
keefektifan pertukaran gas.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi
pemantauan respirasi berdasarkan SIKI, antara
MAKALAH Page 49
lain:
Observasi
Monitor frekuensi, irama, kedalaman dan
upaya napas
Monitor pola napas (seperti bradypnea,
takipnea, hiperventilasi, kussmaul, Cheyne-
stokes, biot, ataksik)
Monitor kemampuan batuk efektif
Monitor adanya produksi sputum
Monitor adanya sumbatan jalan napas
Palpasi kesimetrisan ekspansi paru
Auskultasi bunyi napas
Monitor saturasi oksigen
Monitor nilai analisa gas darah
Monitor hasil x-ray thoraks
Terapeutik
Atur interval pemantauan respirasi sesuai
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
Informasikan hasil pemantauan, jika perlu.
2 Defisit Pengetahuan Tingkat pengetahuanmeningkat diberi kode L.12111 Edukasi Kesehatan (I.12383)
dalam SLKI. Intervensi edukasi kesehatan dalam Standar
Tingkat pengetahuan meningkat berarti Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
meningkatnya kecukupan informasi kognitif yang kode (I.12383).
berkaitan dengan topik tertentu. Edukasi kesehatan adalah intervensi yang
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa tingkat dilakukan oleh perawat untuk mengajarkan
pengetahuanmeningkat adalah: pengelolaan faktor risiko penyakit dan
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat perilaku hidup bersih serta sehat.
2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat Tindakan yang dilakukan pada intervensi
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang edukasi kesehatan berdasarkan SIKI, antara lain:
suatu topik meningkat Observasi
4. Kemampuan menggambarkan pengalaman Identifikasi kesiapan dan kemampuan
MAKALAH Page 50
sebelumnya yang sesuai dengan topik meningkat menerima informasi
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat Identifikasi faktor-faktor yang dapat
6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi meningkatkan dan menurunkan motivasi
menurun perilaku hidup bersih dan sehat
7. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun Terapeutik
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus Sediakan materi dan media Pendidikan
memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 Kesehatan
komponen, yaitu: Jadwalkan Pendidikan Kesehatan sesuai
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil]. kesepakatan
Contoh: Berikan kesempatan untuk bertanya
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x Edukasi
24 jam, maka status tingkat pengetahuanmeningkat, Jelaskan faktor risiko yang dapat
dengan kriteria hasil: mempengaruhi Kesehatan
1. Perilaku sesuai anjuran meningkat Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
2. Verbalisasi minat dalam belajar meningkat Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
3. Kemampuan menjelaskan pengetahuan tentang meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
suatu topik meningkat
4. Kemampuan menggambarkan pengalaman
sebelumnya yang sesuai dengan topik meningkat
5. Perilaku sesuai dengan pengetahuan meningkat
6. Pertanyaan tentang masalah yang dihadapi
menurun
7. Persepsi yang keliru terhadap masalah menurun
Perhatikan:
1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan
selama 3 x 24 jam, maka tingkat pengetahuan
2. Ekspektasi = Meningkat
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst
3 Defisi nutrisi Status nutrisi membaik diberi kode L.03030 dalam Manajemen Nutrisi (I.03119)
SLKI. Intervensi manajemen nutrisi dalam Standar
Status nutrisi membaik berarti keadekuatan Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
asupan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan kode (I.03119).
metabolisme membaik. Manajemen nutrisi adalah intervensi yang
Kriteria hasil untuk membuktikan bahwa status dilakukan oleh perawat untuk
MAKALAH Page 51
nutrisi membaik adalah: mengidentifikasi dan mengelola asupan
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat nutrisi yang seimbang.
2. Berat badan membaik Tindakan yang dilakukan pada intervensi
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik manajemen nutrisi berdasarkan SIKI, antara
LIHAT: Kalkulator Indeks Massa Tubuh lain:
Ketika menulis luaran keperawatan, Perawat harus Observasi
memastikan bahwa penulisan terdiri dari 3 Identifikasi status nutrisi
komponen, yaitu: Identifikasi alergi dan intoleransi makanan
[Label] + [Ekspektasi] + [Kriteria Hasil]. Identifikasi makanan yang disukai
Contoh: Identifikasi kebutuhan kalori dan jenis nutrien
Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 3 x Identifikasi perlunya penggunaan selang
24 jam, maka status nutrisi membaik, dengan kriteria nasogastrik
hasil: Monitor asupan makanan
1. Porsi makan yang dihabiskan meningkat Monitor berat badan
2. Berat badan membaik Monitor hasil pemeriksaan laboratorium
3. Indeks massa tubuh (IMT) membaik Terapeutik
Perhatikan: Lakukan oral hygiene sebelum makan, jika
1. Label = Setelah dilakukan intervensi keperawatan perlu
selama 3 x 24 jam, maka status nutrisi Fasilitasi menentukan pedoman diet (mis:
2. Ekspektasi = Membaik piramida makanan)
3. Kriteria Hasil = Dengan kriteria hasil 1, 2, 3, dst, Sajikan makanan secara menarik dan suhu
yang sesuai
Berikan makanan tinggi serat untuk
mencegah konstipasi
Berikan makanan tinggi kalori dan tinggi
protein
Berikan suplemen makanan, jika perlu
Hentikan pemberian makan melalui selang
nasogastik jika asupan oral dapat ditoleransi
Edukasi
Ajarkan posisi duduk, jika mampu
Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian medikasi sebelum
MAKALAH Page 52
makan (mis: Pereda nyeri, antiemetik), jika
perlu
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan jenis nutrien
yang dibutuhkan, jika perlu
Promosi Berat Badan (I.03136)
Intervensi promosi berat badan dalam Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI) diberi
kode (I.03136).
Promosi berat badan adalah intervensi yang
dilakukan oleh perawat untuk memfasilitasi
peningkatan berat badan.
Tindakan yang dilakukan pada intervensi
promosi berat badan berdasarkan SIKI, antara
lain:
Observasi
Identifikasi kemungkinan penyebab BB
kurang
Monitor adanya mual dan muntah
Monitor jumlah kalori yang di konsumsi
sehari-hari
Monitor berat badan
Monitor albumin, limfosit, dan elektrolit
serum
Terapeutik
Berikan perawatan mulut sebelum pemberian
makan, jika perlu
Sediakan makanan yang tepat sesuai kondisi
pasien (mis: makanan dengan tekstur halus,
makanan yang diblender, makanan cair yang
diberikan melalui NGT atau gastrostomy,
total parenteral nutrition sesuai indikasi)
Hidangkan makanan secara menarik
Berikan suplemen, jika perlu
MAKALAH Page 53
Berikan pujian pada pasien/keluarga untuk
peningkatan yang dicapai
Edukasi
Jelaskan jenis makanan yang bergizi tinggi,
namun tetap terjangkau
Jelaskan peningkatan asupan kalori yang
dibutuhkan
CATATAN PERKEMBANGAN
Kamis, 20 April 2019
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Kamis, 20 Bersihan jalan Jam 13.30- Jam 20.00
April nafas tidak efektif 20.00WIB 1. Menganjurkan Ibu untuk mengistirahatkan S:
2019 SHIFT anaknya yaitu tidur sesuai waktu dan menjaga - Ibu klien mengatakan
SORE lingkungan. klien mengalami sesak karena
2. Mengatur posisi kliendengan posisi semi fowler batuknya
3. Menganjurkan memakai minyak kayu putih - Ibu klien mengatakan klien
4. Mengobservasi adanya suara tambahan : Rhonki mengalami batuk disertai batuk
5. Memonitor respirasi : 32 x/menit, berdahak
6. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, - Ibu klien mengatakan klien sering
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, terganggu tidurnya akibat batuk
7. Memantau status nutrisi dengan ASI yang - Ibu klien mengatakan klien selalu
diberika ibu menangis saat batuk semakin menjadi
8. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari O:
9. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan - klien tampak lemah
MAKALAH Page 54
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar - Nadi klien : 124 x/menit,
10. Memonitor IVFD terpasang infus D5NS1/4 6 Pernapasan : 32 x/menit, Suhu :
tts/mnt 36,40C,
11. Melakukan fisioterapi dada
12. Kolaborasi pemberikan antibiotik A : Masalah ketidakefektifan jalan
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 18.00 nafasmasih berlangsung
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 19.00
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 19.00 P : Intervensi keperawatan 1-
12dilanjutkan
1 Kamis, 20 Bersihan jalan Jam 13.30- 1. Menganjurkan Ibu untuk mengistirahatkan Jam 08.00
April nafas tidak efektif 20.00 WIB anaknya S:
2019 SHIFT 2. Mengatur posisi klien - Ibu klien mengatakan klien
MALAM 3. Menganjurkan memakai minyak kayu putih masih batuk semakin sering
4. Mengobservasi adanya suara tambahan : Rhonki - Ibu klien mengatakan suara
5. Memonitor respirasi : 32 x/menit, dahak ada
6. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, - Ibu klien mengatakan klien
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, masih sering terganggu tidurnya
7. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai O:
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - klien tampak lemah
8. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan - Nadi klien : 124 x/menit,
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar Pernapasan : 38 x/menit, Suhu :
9. Memonitor IVFD memantau infus yang terpasang 36,40C,
D5NS1/4 6 tts/mnt kolf 1
10. Melakukan fisioterapi dada A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas
11. Kolaborasi pemberikan antibiotik masih berlangsung
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 02.00
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 07.00 P : Intervensi keperawatan 1-
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 07.00 10dilanjutkan
- Praxion 0,7 ml 20.00
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi
Tanggal Keperawatan
2 Kamis, 20 Defisi nutrisi Jam 13.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,4 Kg Jam 20.00
April 20.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
MAKALAH Page 55
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
SORE Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor adanya muntah 10 kali dalam sehari tetapi sekarang
5. Monitor kepucatan dan kekusaman kulit klien 5-6 kali sehari
6. Monitor intake nuntrisi ASI yang ibu berikan - Ibu klien mengatakan klien tampak
7. Informasikan pada klien dan keluarga tentang sedikit kurus
manfaat nutrisi
8. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama O:
menyusui - klien tampak lemah
9. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang - Klien tampak jarang menyusu
adekuat - BB klien dari 6,9 kg menurun
10. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD menjadi 6,4 kg
D5NS1/4 6 tts/mnt - Nadi klien : 122 x/menit,
Pernapasan : 32 x/menit, Suhu :
36,40C,
- Klien terpasang IVFD D5NS1/4
6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.
2 Kamis, 20 Defisi nutrisi Jam 13.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,4 Kg Jam 08.00
April 20.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
MALAM Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor adanya muntah 10 kali dalam sehari tetapi sekarang
5. Monitor kepucatan dan kekusaman kulit klien 5-6 kali sehari
MAKALAH Page 56
6. Monitor intake nuntrisi - Ibu klien mengatakan klien tampak
7. Informasikan pada klien dan keluarga tentang sedikit kurus
manfaat nutrisi
8. Atur posisi fowler tinggi selama menyusui O:
9. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang - klien tampak lemah
adekuat - Klien tampak jarang menyusu
10. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD - BB klien dari 6,9 kg menurun
D5NS1/4 6 tts/mnt menjadi 6,4 kg
- RR= 32-40 x/i
- ND=122 x/i
- Suhu= 36,4oC
- Klien terpasang IVFD D5NS1/4
6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.
P : Intervensi keperawatan 1-
8dilanjutkan
MAKALAH Page 57
penanganan dari penyakit
bronkopneumonia
O:
- Ibu tampak bingung dan kurang
aktif bertanya
- RR= 32-40 x/i
- ND=122 x/i
- Suhu= 36,4oC
3 Kamis, 20 Defisit Pengetahuan Jam 13.30- 1. Mereview pengetahuan keluarga tentang penyakit Jam 08.00
April 20.00 WIB : pengertian, tanda gejala, penyebab, penanganan
2019 SHIFT dari penyakit S:
MALAM 2. Mereview pengetahuan ibu tentang teknik - Ibu dan ayah mengatakan tidak
menyusui yang benar mengetahui tentang penyakit
anaknya terutama tentang defenisi,
tanda dan gejala, penyebab, dan
komplikasi serta perawatan dan
penanganan dari penyakit
bronkopneumonia
O:
- Ibu tampak bingung dan kurang
aktif bertanya
- RR= 32-40 x/i
- ND=124 x/i
- Suhu= 36,4oC
MAKALAH Page 58
berlangsung
MAKALAH Page 59
CATATAN PERKEMBANGAN
Jumat, 21 April 2019
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Jumat, 21 Bersihan jalan Jam 07.30- 1. Menganjurkan Ibu untuk mengistirahatkan Jam 14.00
April nafas tidak efektif 14.00 WIB anaknya yaitu tidur sesuai waktu dan jaga S:
2019 SHIFT lingkungan - Ibu klien mengatakan klien
PAGI 2. Mengatur posisi klienposisi semi fowler masih batuk semakin sering
3. Menganjurkan memakai minyak kayu putih - Ibu klien mengatakan suara
4. Mengobservasi adanya suara tambahan : Rhonki dahak ada
5. Memonitor respirasi : 32 x/menit, - Ibu klien mengatakan klien
6. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 masih sering terganggu tidurnya
x/menit, Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, O:
7. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai - klien tampak lemah
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - Nadi klien : 124 x/menit,
8. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan Pernapasan : 38 x/menit, Suhu :
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar 36,40C,
9. Memonitor IVFDmengganti infus D5NS1/4 6
tts/mnt kolf 2 A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas
10.Melakukan fisioterapi dada masih berlangsung
11.Memberikan antibiotik dan obat oral
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 10.00 P : Intervensi keperawatan 2-
- Praxion 0,7 ml jam 12.00 10dilanjutkan
1 Jumat, 21 Bersihan jalan Jam 13.30- 1. Mengatur posisi klienposisi semi fowler Jam
April nafas tidak efektif 20.00 WIB 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih S:
2019 SHIFT 3. Mengobservasi adanya suara tambahan : Rhonki - Ibu klien mengatakan klien
SORE 4. Memonitor respirasi : 32 x/menit, masih batuk semakin sering
5. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 - Ibu klien mengatakan suara
x/menit, Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, dahak ada
6. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai - Ibu klien mengatakan klien
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari masih sering terganggu tidurnya
7. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan O:
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar - klien tampak lemah
MAKALAH Page 60
8. Memonitor IVFD memantau infus D5NS1/4 6 - Nadi klien : 120 x/menit,
tts/mnt kolf 2 Pernapasan : 34 x/menit, Suhu :
9. Memberikan antibiotik dan obat oral 360C,
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 18.00 A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 19.00 masih berlangsung
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 19.00
P : Intervensi keperawatan 1-
9dilanjutkan
1 Jumat, 21 Bersihan jalan Jam 13.30- 1. Mengatur posisi klienposisi semi fowler Jam 08.00
April nafas tidak efektif 20.00 WIB 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih S:
2019 SHIFT 3. Memonitor respirasi : 32 x/menit, - Ibu klien mengatakan klien
MALAM 4. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 masih batuk semakin sering
x/menit, Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, - Ibu klien mengatakan suara
5. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai dahak ada
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - Ibu klien mengatakan klien
6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan masih sering terganggu tidurnya
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan O:
benar - klien tampak lemah
7. Memonitor IVFD mengganti infus D5NS1/4 6 - Nadi klien : 120 x/menit,
tts/mnt kolf 3 Pernapasan : 28 x/menit, Suhu :
8. Memberikan antibiotik dan obat oral 37,20C,
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 02.00
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 07.00 A : Masalah ketidakefektifan jalan nafas
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 07.00 masih berlangsung
- Praxion 0,7 ml
P : Intervensi keperawatan 1-
8dilanjutkan
MAKALAH Page 61
PAGI protein, Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan 10 kali dalam sehari tetapi sekarang
jaringan konjungtiva 5-6 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi - Ibu klien mengatakan klien tampak
selama menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang
adekuat O:
7. Pertahankan terapi IV line : Klien - klien tampak lemah
terpasangIVFD D5NS1/4 6 tts/mnt - Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,4 kg
- Nadi klien : 124 x/menit,
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu :
36,40C,
- Klien terpasang IVFD D5NS1/4
6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.
P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan
2 Jumat, 21 Defisi nutrisi Jam 13.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,4 Kg Jam 20.00
April 20.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total - Ibu klien mengatakan klien jarang
SORE protein, Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan 10 kali dalam sehari tetapi sekarang
jaringan konjungtiva 5-6 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi - Ibu klien mengatakan klien tampak
selama menyusui sedikit kurus
MAKALAH Page 62
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang
adekuat O:
7. Pertahankan terapi IV line : Klien - klien tampak lemah
terpasangIVFD D5NS1/4 6 tts/mnt - Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,4 kg
- Nadi klien : 120 x/menit,
Pernapasan : 34 x/menit, Suhu :
360C,
- Klien terpasang IVFD D5NS1/4
6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.
P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan
2 Jumat, 21 Defisi nutrisi Jam 19.30-08.00 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,4 Kg Jam 08.00
April WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total - Ibu klien mengatakan klien jarang
Malam protein, Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan 10 kali dalam sehari tetapi sekarang
jaringan konjungtiva 5-6 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi - Ibu klien mengatakan klien tampak
selama menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang
adekuat O:
7. Pertahankan terapi IV line : Klien - klien tampak lemah
terpasangIVFD D5NS1/4 6 tts/mnt - Klien tampak jarang menyusu
MAKALAH Page 63
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,4 kg
- Nadi klien : 120 x/menit,
Pernapasan : 28 x/menit, Suhu :
37,20C,
- Klien terpasang IVFD D5NS1/4
6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.
No Hari / Defisit Pengetahuan Jam 13.30- 1. Mereview pengetahuan keluarga tentang Jam 08.00
Tanggal 20.00 WIB penyakit : pengertian, tanda gejala, penyebab,
SHIFT penanganan dari penyakit S:
Jumat, 21 PAGI 2. Mereview pengetahuan ibu tentang teknik - Ibu dan ayah mengatakan sudah
April menyusui yang benar mengetahui tentang penyakit
2019 bronkopneumonia
O:
- Ibu tampak telah mengetahui
tentang penyakit
- RR= 38x/i
- ND=124 x/i
- Suhu= 36,4oC
MAKALAH Page 64
dihentikan
3 Jumat, 21 Defisit Pengetahuan Jam 13.30- 1. Mereview pengetahuan keluarga tentang Jam 20.00
April 20.00 WIB penyakit : pengertian, tanda gejala, penyebab,
2019 SHIFT penanganan dari penyakit S:
SIANG 2. Mereview pengetahuan ibu tentang teknik - Ibu dan ayah mengatakan sudah
menyusui yang benar mengetahui tentang penyakit
bronkopneumonia
O:
- Ibu tampak sudah mengetahui
tentang penyakit
- RR= 34 x/i
- ND=120 x/i
- Suhu= 36oC
MAKALAH Page 65
CATATAN PERKEMBANGAN
Sabtu , 22 April 2019
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Sabtu , Bersihan jalan Jam 07.30- 1. Mengatur posisi klien semi fowler Jam 14.00
22 April nafas tidak efektif 14.00 WIB 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih S:
2019 SHIFT 3. Memonitor respirasi : 32 x/menit, - Ibu klien mengatakan batuk
PAGI 4. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, klien sudah mulai berkurang
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, - Ibu klien mengatakan suara
5. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai dahak ada
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - Ibu klien mengatakan klien
6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan masih sering terganggu
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar tidurnya
7. Memonitor IVFD memantau infus D5NS1/4 6 O:
tts/mnt kolf 3 - klien tampak lemah
8. Memberikan antibiotik dan obat oral - Sputum ada, namun terdengar
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 10.00 lebih encer
- Praxion 0,7 ml jam 12.00 - Nadi klien : 125 x/menit,
Pernapasan : 32 x/menit, Suhu
: 36,40C,
1 Sabtu , Bersihan jalan Jam 13.30- 1. Mengatur posisi klien semi fowler Jam 15.00
22 April nafas tidak efektif 20.00 WIB 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih S:
2019 SHIFT 3. Memonitor respirasi : 32 x/menit, - Ibu klien mengatakan batuk
SORE 4. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, klien sudah mulai berkurang
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, - Ibu klien mengatakan suara
5. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai dahak ada
MAKALAH Page 66
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - Ibu klien mengatakan klien
6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan masih sering terganggu
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar tidurnya
7. Memonitor IVFD memantau infus D5NS1/4 6 O:
tts/mnt kolf 3 - klien tampak lemah
8. Memberikan antibiotik dan obat oral - Sputum ada, namun terdengar
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 18.00 lebih encer
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 19.00 - Nadi klien : 122 x/menit,
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 19.00 Pernapasan : 34 x/menit, Suhu
: 36,70C,
1 Sabtu , Bersihan jalan Jam 13.30- 1. Mengatur posisi klien semi fowler Jam 08.00
22 April nafas tidak efektif 20.00 WIB 2. Menganjurkan memakai minyak kayu putih S:
2019 SHIFT 3. Memonitor respirasi : 32 x/menit, - Ibu klien mengatakan batuk
MALAM 4. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, klien sudah mulai berkurang
Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, - Ibu klien mengatakan suara
5. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai dahak ada
indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari - Ibu klien mengatakan klien
6. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan masih sering terganggu
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar tidurnya
7. Memonitor IVFD mengganti infus D5NS1/4 6 O:
tts/mnt kolf 4 - klien tampak lemah
8. Memberikan antibiotik dan obat oral - Sputum ada, namun terdengar
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 02.00 lebih encer
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 07.00 - Nadi klien : 122 x/menit,
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 07.00 Pernapasan : 30 x/menit, Suhu
- Praxion 0,7 ml 20.00 : 36,20C,
MAKALAH Page 67
A : Masalah ketidakefektifan jalan
nafas masih berlangsung
MAKALAH Page 68
P : Intervensi keperawatan 1-7
dilanjutkan
2 Sabtu , Defisi nutrisi Jam 13.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 20.00
22 April 20.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
SORE Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan 10 kali dalam sehari tetapi
jaringan konjungtiva sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 122 x/menit,
Pernapasan : 34 x/menit, Suhu
: 36,70C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.
P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan
2 Sabtu , Defisi nutrisi Jam 19.30-08.00 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 08.00
MAKALAH Page 69
22 April WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
Malam Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan 10 kali dalam sehari tetapi
jaringan konjungtiva sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 122 x/menit,
Pernapasan : 30 x/menit, Suhu
: 36,20C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.
P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan
MAKALAH Page 70
CATATAN PERKEMBANGAN
Minggu, 23 April 2019
No Hari / Diagnosa Jam Implementasi Paraf Evaluasi
Tanggal Keperawatan
1 Minggu, Bersihan jalan Jam 07.30- Jam 14.00
23 April nafas tidak efektif 14.00 WIB 9. Mengatur posisi klien semi fowler S:
2019 SHIFT 10. Menganjurkan memakai minyak kayu putih - Ibu klien mengatakan batuk
PAGI 11. Memonitor respirasi : 32 x/menit, klien sudah mulai berkurang
12. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 - Ibu klien mengatakan suara
x/menit, Pernapasan : 38 x/menit, Suhu : 36,4 0C, dahak ada
13. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral - Ibu klien mengatakan klien
sesuai indikasi : Ambroxsol puyer 3 x 1 hari masih sering terganggu
14. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan tidurnya
sesuai kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar O:
15. Memonitor IVFD memantau infus D5NS1/4 6 - klien tampak lemah
tts/mnt kolf 4 - Nadi klien : 129 x/menit,
16. Memberikan antibiotik dan obat oral Pernapasan : 29 x/menit, Suhu
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 10.00 : 36,50C,
- Praxion 0,7 ml jam 12.00
A : Masalah ketidakefektifan jalan
nafas masih berlangsung
MAKALAH Page 71
kebutuhanD5NS1/4 6 tts/mnt dengan benar O:
7. Memonitor IVFD mengganti infus D5NS1/4 6 - klien tampak lemah
tts/mnt kolf 5 - Nadi klien : 126 x/menit,
8. Memberikan antibiotik dan obat oral Pernapasan : 32 x/menit, Suhu
- Injeksi Dexametason 1 mg jam 18.00 : 36,40C,
- Injeksi Gentamisin 18 mg jam 19.00
- Injeksi Cefotaxime 300 mg jam 19.00 A : Masalah ketidakefektifan jalan
nafas masih berlangsung
P : Intervensi keperawatan di
delegasikan
MAKALAH Page 72
2 Minggu, Defisi nutrisi Jam 07.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 14.00
23 April 14.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien masih
PAGI Hb dan kadar Ht jarang menyusui biasanya klien
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan menyusu 10 kali dalam sehari
konjungtiva tetapi sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 129 x/menit,
Pernapasan : 29 x/menit, Suhu
: 36,50C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.
P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan
2 Minggu, Defisi nutrisi Jam 13.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 20.00
23 April 20.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
SORE Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan 10 kali dalam sehari tetapi
MAKALAH Page 73
konjungtiva sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 126 x/menit,
Pernapasan : 34 x/menit, Suhu
: 36,70C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.
P : Intervensi keperawatan 1-
7dilanjutkan
2 Minggu, Defisi nutrisi Jam 19.30- 1. Menimbang rutin BB klien : BB = 6,5 Kg Jam 08.00
23 April 08.00 WIB 2. Monitor turgor kulit : sedikit kering S:
2019 SHIFT 3. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, - Ibu klien mengatakan klien jarang
Malam Hb dan kadar Ht menyusui biasanya klien menyusu
4. Monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan 10 kali dalam sehari tetapi
konjungtiva sekarang 6-8 kali sehari
5. Atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama - Ibu klien mengatakan klien tampak
menyusui sedikit kurus
6. Anjurkan ibu untuk memberikan ASI yang adekuat
MAKALAH Page 74
7. Pertahankan terapi IV line : Klien terpasangIVFD O:
D5NS1/4 6 tts/mnt - klien tampak lemah
- Klien tampak jarang menyusu
- BB klien dari 6,9 kg menurun
menjadi 6,5 kg
- Nadi klien : 121 x/menit,
Pernapasan : 33 x/menit, Suhu
: 36,20C,
- Klien terpasang IVFD
D5NS1/4 6 tts/mnt
Ditemukan :
Nafsu makan :menurun
Frekuensi makan : 2 kali
disusui ibu.
P : Intervensi keperawatan di
delegasikan
MAKALAH Page 75
BAB IV
PEMBAHASAN
Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan pada An.V di Ruangan Melati RS
TK IV. 01.07.05 Bukittingggi didapatkan pembahasan sebagai berikut:
A. PENGKAJIAN
Nadi : 102 x/menit, Pernapasan : 40x/menit, Suhu : 36,40C. Pemeriksaan Labor HGB :
9,7 g/dl (14,0-16,0) WBC : 28,03x 10 3/LRBC : 3,37 x1012/L. Hal ini sejalan dengan
teori yang menyatakan bronkopneumonia adalah peradangan dinding bronkiolus
peradangan ini umumnya disebabkan infeksi dan terjadi pada ke dua paru-paru secara
tersebar. Peradangan dapat bersifat ringan atau berat tergantung penyebabnya,
bronkopneumoni diawalai oleh infeksi saluran nafas bagian atas yang menyebar ke
saluran nafas bagian bawah. Pada bronkopneumoni, peradangan terjadi pada bronkiolus
dan sedikit jaringan paru disekitarnya.
Tanda dan gejala Kliensecara teori bisa menderita menggigil mendadak, demam yang
tinggi dengan cepat dan berkeringat banyak, Nyeri dada seperti ditusuk yang diperburuk
dengan pernafasan dan batuk, Sakit parah dengan takipnea jelas dan dispnea, Nadi cepat
dan bersambung, Bradikardia relatif ketika demam menunjukkan infeksi virus, infeksi
mycoplasma atau spesies legionella, Sputum purulen, kemerahan, bersemu darah, kental
atau hijau relatif terhadap preparat etiologis, Tanda-tanda lain: demam, krakles, dan
MAKALAH Page 76
tanda-tanda konsolidasi lebar, Pada pneumonia terjadi gangguan pada komponen
volume dari ventilasi akibat gangguan volume ini tubuh akan berusaha
mengkompensasinya dengan cara meningkatkan volume tidal dan frekuensi na fas
sehingga secara klinis terlihat takipnea dan dispnea dengan tanda-tanda inspiratory
effort. Akibat penurunan ventilasi maka rasio optimal antara ventilasi perfusi tidak
tercapai yang disebut ventilation perfusion mismatch, tubuh berusaha meningkatkannya
sehingga terjadi usaha nafas ekstra dan klien terlihat sesak.Bronkopneumonia yang berat
dapat mengganggu pertukaran udara di paru-paru sehingga darah yang di alirkan
keseluruh tubuh menjadi kurang oksigen. Hal ini dapat menyebabkan berbagai organ
dan penurunan kesadaran dan kematian.
Berdasarkan hasil pengkajian pada An. V tidak terjadi demam, namun pada sistem
pernafasannya hampir sama dengan tanda dan gejala secara teoritis. RR= (32-40
kali/menit) ND: 126 kali/menit, Suhu 36-36,70C. Suara napas ronchi adanya eksudat
(sputum). Klien batuk berdahak setiap kali batuk semakin intens suara tangisan An. V
semakin kuat, karena batuk klien tidur klien terganggu. An. V mukosa bibir lembab.
Penurunan berat badan, Berat Badan Sebelum Sakit: 6,9 kg, Berat Badan Saat Sakit: 6,9
kg. Mata An. V, sklera unikterik, reflek cahaya positif kiri dan kanan, konjungtiva tidak
anemis dan pupil isokor, diameter pupil 3 mm, mata tampak cekung.. Bising usus di
Auskultasi terdapat4-5 kali/mnt. Warna feses kuning, konsistensinya cair. Orangtua
klien mengatakan cemas dengan kondisi anaknya, takut jika terjadi sesuatu yang buruk.
Menurut asumsi penulis tidak ada perbedaan yang spesifik antara kasus dengan teori.
Sehingga dapat disimpulkan diagnosa keperawatan yang ada di teori juga ditemukan
MAKALAH Page 77
pada kasus bronkpneumoni dengan An. V. Diagnosa yang diberikan sesuai dengan
prioritas masalah dan sesuai dengan kondisi dan keluhan yang dirasakan klien sehingga
diagnosa menurut kajian teoritis ada yang tidak muncul dan diagnosa selain kajian
teoritis bisa muncul pada kasus An. V.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sputum
ditandai dengan adanya ronchi, dan ketidakefektifan batuk.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada jaringan paru
(perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO 2 menurun, sesak nafas.
3. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi terhadap infeksi saluran nafas ditandai
dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil, akral teraba panas.
4. Defisi nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder terhadap
demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun, BB turun, mual
dan muntah, turgor kulit tidak elastis.
5. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O 2 dengan
kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam kegiatan
sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan.
MAKALAH Page 78
6. Resiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan peningkatan suhu
tubuh,kehilangan cairan karena berkeringat banyak, muntah atau diare.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan resiko terpajan bakteri pathogen
Ada empat masalah keperawatan yang tidak ada muncul didalam tinjauan kasus pada
An.V, yaitu : Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan proses infeksi pada
jaringan paru (perubahan membrane alveoli) ditandai dengan sianosis, PaO 2 menurun,
sesak nafas karena klien sesak hanya saat menangis karena batuknya. RR klien dalam
batas normal dan klien tidak terpasang O 2. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi
terhadap infeksi saluran nafas ditandai dengan peningkatan suhu tubuh, mengigil,
akral teraba panas, karena klien tidak ada mengalami demam, suhu klien dalam batas
normal. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai O 2
dengan kebutuhan oksigen ditandai dengan tidak mampu berpartisipasi dalam
kegiatan sehari-hari sesuai kemampuan tanpa bantuan dan Resiko ketidakseimbangan
cairanberhubungan dengan peningkatan suhu tubuh, kehilangan cairan karena
berkeringat banyak, muntah atau diare, dan resiko infeksi berhubungan dengan resiko
terpajan bakteri pathogendikarenakan tidak adanya data pendukung untuk
mengangkatmasalah-masalah keperawatan tersebut.
MAKALAH Page 79
yang adekuat untuk mengencerkan secret. Diagnosa kedua Defisit Pengetahuan dimana
setelah dilakukan pengkajian penyebab anak terserang infeksi berhubungan dengan
Defisit Pengetahuan ibu berikut intervensinya; Teaching : disease Process (infection
control and infection protection) awalnya terdapat banyak intervensi namun yang
dipakai sebagai berikut; Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan keluarga tentang
proses penyakit klien, jelaskan patofisiologi dari penyakit, gambarkan tanda dan gejala
yang biasa muncul pada penyakit, gambarkan proses penyakit, identifikasi kemungkinan
penyebab, sediakan informasi pada keluarga tentang kondisi klien, sediakan bagi
keluarga informasi tentang kemajuan klien, diskusikan perubahan gaya hidup yang
mungkin diperlukan untuk mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau
proses pengontrolan penyakit, eksplorasi kemungkinan sumber atau dukungan,
instruksikan keluarga mengenai tanda dan gejala pada klien untuk melaporkan pada
pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat. Diagnosa ketiga Defisi nutrisi
awalnya terdapat banyak intervensi secara teoritis berikut pemberian intervensi yang
sesuai dengan pengkajian pada klien; Manajemen nutrisi; Monitor adanya penurunan
BB, monitor lingkungan selama makan, jadwalkan tindakan tidak selama jam makan,
monitor turgor kulit, monitor kekeringan, rambut kusam, total protein, hb dan kadar ht,
monitor adanya muntah, monitor pucat, kemerahan, dan kekeringan jaringan
konjungtiva, monitor intake nuntrisi, informasikan pada klien dan keluarga tentang
manfaat nutrisi, atur posisi semi fowler atau fowler tinggi selama menyusui, anjurkan
ibu untuk memberikan asi yang adekuat, pertahankan terapi iv line.
D. IMPLEMENTASI
Pada tahap pelaksanaan diagnosa dilakukan 4 x 24 jam untuk semua diagnosa. Dalam
melakukan tindakan penulis berfokus pada perencanaan yang dibuat sesuai kondisi dan
kebutuhan klien, karena ada kesenjangan antara teori dan kasus. Penulis bekerjasama
dengan perawat ruangan dalam melakukan Asuhan Keperawatan dan pendokumentasian
semua tindakan keperawatan yang telah dilakukan.Untuk secara keseluruhan diagnosa
sudah dilaksanakan sesuai perencanaan yang dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan klien
MAKALAH Page 80
saat ini, karena keluarga dan perawat ruangan sangat membantu penulis dalam
melakukan proses keperawatan.
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif, implementasi yang telah dilakukan sbb;
a. Menganjurkan Ibu untuk mengistirahatkan anaknya
b. Mengatur posisi klien
c. Menganjurkan memakai minyak kayu putih
d. Mengobservasi adanya suara tambahan : Rhonki
e. Memonitor respirasi : 32 x/menit,
f. Pantau tanda-tanda vital : Nadi klien : 124 x/menit, Pernapasan : 38 x/menit,
Suhu : 36,40C,
g. Memantau status nutrisi
h. Berkolaborasi dalam pemberikan obat oral sesuai indikasi : Ambroxsol puyer 3 x
1 hari
i. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan sesuai kebutuhanD5NS1/4 6
tts/mnt dengan benar
j. Memonitor IVFD
k. Kolaborasi pemberikan antibiotik
MAKALAH Page 81
f. Berkolaborasi dalam pemberian terapi cairan sesuai kebutuhanD5NS1/4 6
tts/mnt dengan benar
g. Memonitor IVFD terpasang infus D5NS1/4 6 tts/mnt kolf 1
3. Defisit Pengetahuan, implementasi yang telah dilakukan sbb;
a. Memberikan penkes tentang penyakit : pengertian, tanda gejala, penyebab,
penanganan dari penyakit
b. Mengajarkan teknik menyusui yang benar
E. EVALUASI
Evaluasi adalah tahap akhir dalam melakukan proses keperawatan yang bertujuan untuk
menilai seluruh hasil implementasi yang telah dilaksanakan. Pada diagnosa keperawatan
pertama : Bersihan Jalan Nafas tidak efektif , kriteria hasil; Tidak ada sianosis dan
dyspneu (klien belum mampu mengeluarkan sputum namun sputum tampak terdengar
lebih encer), menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama
nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal).
mampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang penyebab. Kedua : Defisit
Pengetahuan, kriteria hasil; Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang
penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan klien dan keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar klien dan keluarga mampu
menjelaskan kembali apa yang dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya. Ketiga;
Mempertahankan berat badan, Namun ibu masih melaporkan ASInya masih sukar
namun ASI tetap terpenuhi, Ibu mengungkapkan tekad untuk memenuhi diet,
mempertahankan masa tubuh dan berat badan dalam batas normal, klien belum
dilakukan lagi pengecekan laboratorium, melaporkan tingkat energy yang adekuat.
MAKALAH Page 82
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
MAKALAH Page 83
mengatakandia dan suaminyapun tidak pernah mengalami sesak nafas
seperti ini. Rumah keluarga An V ditepi jalan lalu lintas sehingga banyak
debu dan polusi udara disekitar rumah. Ibu mengatakan ayah An. V adalah
seorang perokok aktif. Terkadang sang ayah merokok disekitar anak mereka
di area dalam rumah. Saat dilakukan pengkajian ibu tampak bingung, dan
kurang aktif bertanya.
c. Defisi nutrisi berhubungan dengan peningkatan metabolisme sekunder
terhadap demam dan proses infeksi ditandai dengan nafsu makan menurun
dan BB turun dimana Ibu klien mengatakanklien mengalami sesak nafas.
Ibu klien mengatakan klien mengalami batuk disertai batuk berdahak oleh
sebab itu An. V sukar disusui, RR= 32-40 x/i, ND=126 x/i, Suhu= 36,4 oC,
Klien tampak keletihan, tampak lemah, Tampak warna kulit abnormal
(pucat, kehitaman)
3. Intervensi disusun berdasarkan teoritis intervensi dipilih berdasarkan dengan
masalah keperawatan dengan memperlihatkan kondisi klien serta ketersediaan
sarana dan prasarana diruangan termasuk kemampuan perawat dalam
melaksanakannya.
4. Implementasi dilaksanakan sesuai dengan Intervensi Keperawatan. Tidak semua
intervensi dilakukan karena memperlihatkan kondisi klien dan kebutuhan klien saat
itu serta ketersediaan sarana dan prasarana diruangan termasuk kemampuan
perawat dalam melaksanakannya.Tindakan – tindakan keperawatan dapat
dilaksanakan dengan baik berkat adanya kerjasama keperawatan, keluarga, dan tim
kesehatan lainnya.
5. Evaluasi dari perawatan selama 4 hari, dari 3 diagnosa. Intervensi dari Defisit
Pengetahuan dihentikan karena dari evaluasi Ibu tampak sudah memahami dan
mampu menyebutkan kembali informasi yang diberikan. Pada ketiga diagnosa
lainnya teratasi sebagian karena klien masih di ruangan sehingga intervensi di
delegasikan kepada petugas dan Penulis profesi yang dinas di ruangan An. V
berikutnya.
MAKALAH Page 84
B. SARAN
MAKALAH Page 85
DAFTAR PUSTAKA
Zul Dahlan .2000.Ilmu Penyakit Dalam Edisi III. Jakarta : Balai penerbit FK UL
Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan Alumni
Pendidikan Keperawatan
Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Jakarta :Balai
Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Jakarta :EGC
Supardi, 1998, Dr. Nursalam, 2005:113, Nelson Vol. 2, 2000:883, Riyawan.com.
Dra. Jumiarni Ilyas,dkk (1993), Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga, Pusat
Pendidikan Tenaga Kesahatan Dep. Kes RI, Jakarta
MAKALAH Page 86