Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

MATAKULIAH
HUKUM PRIKATAN SYARIAH

HUKUM JAMINAN DALAM EKONOMI SYARIAH

Dosen Pengampu :
Dr. Zarul Arifin. M.S.I

OLEH:

MUHAMMAD FARHAN ARBI


(301.2021.001)
Semester : 5

PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM SULTAN MUHAMMAD SYAFIUDDIN
SAMBAS
2023 M/ 1445 H
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT. Karena dengan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berisikan
tentang Hukum jaminan dalam ekonomi syariah.

Adapun tujuan dan maksud dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai salah satu
pemenuhan tugas Mata Kuliah Hukum Perikatan Syariah. Dengan harapan bahwa
makalah ini dapat membantu serta memberikan tambahan pengetahuan kepada
pembacanya.

Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman maka masih


banyak kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh
karena itu, penulis sangat mengharapkan serta menghargai berbagai saran dan kritik
dari pembaca untuk menambah ilmu serta memperbagus makalah- makalah penulis
selanjutnya.

I
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 1
C. Tujuan Masalah.............................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Jaminan..........................................................................
B. Jenis Jaminan...................................................................................
C. Syarat-Syarat Jaminan......................................................................

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan.....................................................................................4

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

II
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Jaminan adalah menjamin dipenuhinya kewajiban yang dapat dinilai dengan
uang yang timbul dari suatu perikatan hukum. Hukum jaminan berkaitan erat
dalam hubungannya dengan hukum benda-benda.1Menurut ketentuan Pasal 2 Ayat
(1) Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 23/69/KEP/DIR tanggal 28
Pebruari 1991 tentang Jaminan Pemberian Kredit menyatakan bahwa: “Jaminan
adalah suatu keyakinan bank atas kesanggupan debitor untuk melunasi kredit
sesuai dengan yang diperjanjikan”.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengertian Jaminan
2. Bagaimana Jenis Jaminan
3. Bagaimana Syarat-Syarat Jaminan

C. Tujuan Masalah

1. Mengetahui Pengertian Jaminan


2. Menjelaskan Jenis Jaminan
3. Menjelaskan Syarat-Syarat Jaminan

1
Mariam Darus Badrulzaman, Bab-Bab Tentang Credietverband, Gadai dan Fiducia, (Bandung, Citra
Aditya Bakti, 1991), hlm. 21

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Jaminan
Hukum jaminan adalah kaidah atau peraturan hukum yang mengatur
ketentuan mengenai jaminan dari pihak debitur atau dari pihak ketiga bagi
kepastian pelunasan piutang kreditur atau pelaksanaan suatu prestasi. Dalam
kehidupan sehari-hari kita juga sudah sering mendengar istilah jaminan 2. Jaminan
dalam pengertian bahasa sehari-hari biasanya merujuk pada pengertian adanya
suatu benda atau barang yang dijadikan sebagai pengganti atau penanggung
pinjaman uang terhadap seseorang. Jadi pengertian jaminan secara umum adalah
suatu benda yang dijadikan tanggungan bagi sebuah perjanjian hutang piutang
antara kreditur dan debitur. 3
Berdasarkan pengertian di atas, unsur-unsur yang terkandung didalam
perumusan hukum jaminan, yakni sebagai berikut:
1. Serangkaian ketentuan hukum, baik yang bersumberkan kepada ketentuan
hukum yang tertulis dan ketentuan hukum yang tidak tertulis. Ketentuan
hukum jaminan yang tertulis adalah ketentuan hukum yang berasal dari
peraturan perundang-undangan, termasuk yurisprudensi, baik itu berupa
peraturan yang original (asli) maupun peraturan yang derivatif (turunan).
Adapun ketentuan hukum jaminan yang tidak tertulis adalah ketentuan
hukum yang timbul dan terpelihara dalam praktik penyelenggaraan
pembebanan utang suatu jaminan.
2. Ketentuan hukum jaminan tersebut mengatur mengenai hubungan hukum
antara pemberi jaminan (debitur) dan penerima jaminan (kreditur). Pemberi
jaminan yaitu pihak yang berutang dalam suatu hubungan utang-piutang
tertentu, yang menyerahkan suatu kebendaan tertentu sebagai (benda)
jaminan kepada penerima jaminan (kreditur).
3. Adanya jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada kreditur.
2
M. Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia. (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2007) hlm 70.
3
Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia.(Jakarta PT. Raja Grafindo Persada,
2004),hlm. 21.

2
4. Pemberian jaminan yang dilakukan oleh pemberi jaminan dimaksudkan
sebagai jaminan (tanggungan) bagi pelunasan utang tertentu.
B. Jenis Jaminan
1. Jaminan Umum : Jaminan yang lahir karena ditentukan oleh Undang-
undang
2. Jaminan Khusus : Jaminan yang lahir karena perjanjian
Jaminan Khusus dibagi 2:
a. Jaminan Kebendaan: Jaminan yang berupa hak mutlak atas suatu benda
yang mempunyai ciri-ciri, yaitu mempunyai hubungan langsung atas
benda dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapapun, selalu
mengikuti bendanya, dan dapat diperalihkan.
Jaminan Kebendaan di bagi 2:
1) Objek benda bergerak :
 Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas waktu
kebendaan bergerak yang diserahkan kepadanya oleh seorang
debitur dan seorang lain atas nama debitur yang memberikan
kekuasaan kepada kreditur untuk mengambil pelunasan dari
barang tersebut secara di dahulukan dari pada kreditur lainnya,
atau dapat disbut kreditur preveren (kreditur yang didulukan).
 Fidusia adalah hak jaminan atas benda bergerak baik yang
berwujud atau tidak berwujud dan benda tidak bergerak
khususnya bangunan yang tidak dapat di bebani hak tanggungan
sebagai mana yang dimaksud dalam UU No 4 1996 tentang hak
tanggungan yang tetap berada dalam penguasaan pemberi
Fidusia 4sebagai agunan bagi pelunasan utang tertentu yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada penerima
fidusia terhadap kreditur lainnya.
2) Objek benda tidak bergerak/benda tetap

4
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Jaminan Fidusia. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000)
hlm 1

3
 Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda tidak bergerak
untuk mengambil pergantian daripadanya bagi pelunasan bagi
suatu perikatan.
 Hak tanggungan adalah hak jaminan yang di bebankan pada hak
atas tanah.
b. Jaminan Perorangan: Jaminan yang menimbulkan hubungan langsung
pada perseorangan, hanya dapat dipertahankan terhadap debitur, terhadap
harta kekayaan debitur semuanya.

C. Syarat-Syarat Jaminan
Hukum jaminan adalah bagian dari hukum perdata yang mengatur mengenai
jaminan atau perlindungan terhadap pemenuhan suatu kewajiban. Syarat-syarat
hukum jaminan dapat bervariasi tergantung pada yurisdiksi hukum yang berlaku,
jenis jaminan, dan peraturan yang ada. Namun, secara umum, ada beberapa syarat
umum yang sering diterapkan dalam hukum jaminan. Berikut adalah beberapa
syarat umum yang sering terkait dengan jaminan:
1. Kesepakatan (Consent): Ada kesepakatan atau persetujuan antara pihak
yang memberikan jaminan (penjamin) dan pihak yang menerima jaminan
(penerima jaminan) untuk memberikan jaminan tersebut.
2. Objek Jaminan yang Jelas: Jaminan harus berkaitan dengan suatu kewajiban
atau utang yang jelas dan tegas. Objek jaminan harus dapat diidentifikasi
dengan jelas sehingga tidak ada keraguan tentang apa yang dijamin.
3. Bentuk yang Sah: Hukum dapat mengatur berbagai bentuk jaminan, seperti
jaminan berupa uang, jaminan berupa hak atas properti, atau jaminan berupa
janji tertulis. Bentuk jaminan ini harus sesuai dengan ketentuan hukum yang
berlaku.
4. Keabsahan Kontrak: Kontrak jaminan harus sah menurut hukum yang
berlaku. Ini berarti bahwa kontrak harus dibuat dengan itikad baik, tanpa
tekanan atau penipuan, dan sesuai dengan semua persyaratan yang berlaku.
5. Kepentingan yang Sah: Pihak yang memberikan jaminan harus memiliki
kepentingan yang sah dalam kewajiban yang dijamin. Mereka harus

4
memiliki hak atau hubungan hukum yang memadai dengan penerima
jaminan.
6. Tidak Melanggar Hukum: Jaminan tidak boleh melanggar hukum atau
peraturan yang berlaku. Misalnya, jika memberikan jaminan melanggar
hukum yang melarang praktik tertentu, maka jaminan tersebut dapat
dianggap tidak sah.
7. Tidak Bertentangan dengan Kepentingan Ketiga: Jaminan tidak boleh
bertentangan dengan hak atau kepentingan pihak ketiga yang sah. Jika ada
pihak ketiga yang memiliki hak atas aset yang dijadikan jaminan, maka
jaminan tersebut harus memperhatikan hak mereka.
8. Pencatatan (Opsional): Beberapa jenis jaminan, seperti hipotek atau gadai,
mungkin memerlukan pencatatan atau pendaftaran dalam catatan umum
untuk memastikan validitasnya terhadap pihak ketiga.
9. Pemberian dengan Kemauan Bebas: Pemberian jaminan harus dilakukan
atas dasar kemauan bebas pihak yang memberikan jaminan, tanpa adanya
paksaan atau tekanan yang tidak sah.

Syarat-syarat ini dapat bervariasi berdasarkan peraturan hukum yang


berlaku di suatu yurisdiksi tertentu. Oleh karena itu, sangat penting untuk
mengkonsultasikan seorang ahli hukum atau pengacara yang berpengalaman jika
Anda ingin mengetahui syarat-syarat yang berlaku dalam situasi khusus Anda atau
dalam wilayah hukum tertentu.

BAB III

5
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam makalah ini, kita telah menjelaskan konsep dasar hukum jaminan dan
berbagai aspek yang terkait dengannya. Hukum jaminan adalah bidang hukum
perdata yang sangat penting karena memungkinkan pihak-pihak yang terlibat
dalam transaksi keuangan untuk melindungi diri mereka dari risiko gagal bayar
atau pelanggaran kontrak. Beberapa jenis jaminan yang umum digunakan
termasuk hipotek, gadai, surat berharga, dan jaminan pribadi.
Kita telah membahas beberapa syarat umum yang perlu dipenuhi dalam
hukum jaminan, termasuk kesepakatan antara pihak-pihak yang terlibat, objek
jaminan yang jelas, keabsahan kontrak, kepemilikan yang sah, dan ketentuan
lainnya sesuai dengan hukum yang berlaku. Selain itu, kita juga menyoroti
pentingnya pencatatan atau pendaftaran dalam beberapa jenis jaminan untuk
melindungi hak-hak pihak yang memberikan jaminan.
Dalam konteks hukum jaminan, kita juga harus memperhatikan prinsip
keadilan dan perlindungan terhadap pihak yang lebih lemah. Pihak yang
memberikan jaminan harus melakukannya atas dasar kemauan bebas dan tanpa
tekanan yang tidak sah. Selain itu, pihak ketiga yang memiliki kepentingan dalam
jaminan juga harus dilindungi.
Dalam praktiknya, hukum jaminan memiliki peran yang penting dalam
mendukung kegiatan ekonomi dan bisnis dengan memfasilitasi akses ke kredit dan
investasi. Namun, sambil memahami manfaatnya, kita juga perlu memahami
risiko dan tanggung jawab yang terkait dengan memberikan jaminan.
Dengan demikian, hukum jaminan merupakan bagian integral dari sistem
hukum perdata yang memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas dan
kepastian dalam transaksi komersial. Pemahaman yang baik tentang hukum
jaminan dapat membantu pihak-pihak yang terlibat dalam transaksi finansial
untuk mengelola risiko dan melindungi hak-hak mereka.
DAFTAR PUSTAKA

6
Adiwarman, Bank Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010, Edisi Keempat

http://miftakhulistiqomah.blogspot.co.id/2014/04/makalah-etika-bisnis.html

Yusuf Al-Qardhawi, Bunga bank, haram ,Jakarta : Akbar Media Eka Sarana, 2001

Anda mungkin juga menyukai