Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

“HAKIKAT MANUSIA DAN PENGEMBANGANNYA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah: Pengantar Pendidikan
Dosen Pengampu: Dr. Eda Lolo Allo, S.Pd., M.Pd.

Disusun Oleh :
Kelompok 1

1. Baso Armin (230105501012)


2. Asti Nur Ayuningtyas (230105500008)
3. Sitti Saumin (230105502010)
4. Indri Maharani (230105501026)
5. Zahra Ramadhani (230105502004)
6. Marsya Mala Fardin (230105500004)
7. Nazwa Aulia (230105502002)

PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2023/2024

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat
dan hidayah-Nya. Kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Hakikat Manusia
dan Pengembangannya “. Kami juga ucapkan terima kasih pada:

1. Ibu Dr. Eda Lolo Allo S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu pada mata kuliah
Pengantar Pendidikan.
2. Kedua orang tua kami yang senantiasa mendoakan kami.

Makalah ini telah kami kerjakan dengan semaksimal mungkin dan kami
berharap agar makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi para
pembacanya. Bila ada kesalahan dan kekurangan pada penulisan makalah ini, baik
dari tata letak, Bahasa, kesalahan huruf , kata maupun isi, kami selaku penyusun
memohon maaf.

Sebagai penyusun kami menerima segala kritik dan saran para pembaca agar
kedepannya kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah agar lebih baik
lagi Hanya itu yang dapat kami sampaikan, kami berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca dalam menambah ilmu pengetahuan.

Makassar, Agustus 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI...............................................................................................................ii
BAB I................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2
D. Manfaat...................................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
PEMBAHASAN...............................................................................................................3
A. Manusia...................................................................................................................3
1. Definisi Manusia...............................................................................................3
2. Hakikat Manusia..............................................................................................3
a. Pengertian Hakikat Manusia................................................................................3
b. Aspek-Aspek Hakikat Manusia............................................................................4
c. Perkembangan Manusia........................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................iii

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki kedudukan
serta harkat dan martabat tertinggi di antara semua makhluknya. Kedudukan ini
meliputi sifat manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, memperoleh status
tertinggi, dan memiliki ketakwaan, serta hak-hak dasar sebagai manusia. Hal
tersebut, menjadikan manusia berbeda dengan makhluk lainnya seperti binatang,
tumbuhan, bahkan makhluk halus.
Harkat dan martabat manusia meliputi manusia sebagai makhluk, paling
tinggi derajatnya, makhluk yang taqwa dan beriman. Dimensi manusia meliputi;
kefitraan, keindividualan, kesosialan, kesusilaan, dan dimensi keberagaman; dan
pancadaya meliputi; daya, taqwa, cipta, rasa, karsa, dan karya. Apabila harkat dan
martabat manusia ingin dikembangkan, maka manusia akan mencapai derajat
kemuliaan yang tinggi sesuai tujuan penciptaannya.
Pendidikan dimaksudkan untuk melatih dan mengembangkan potensi pribadi
manusia, meliputi hakikat kemanusiaan, dimensi dan pancadayanya dalam proses
pembelajaran.
Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan
aspek efektif ( merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di
dalamnya tidak mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir
yang diambil bagian tapi juga ada unsur-unsur yang berkaitan dengan perasaan
seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar
Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah
memanusiakan manusia. Ini menunjukkan bahwa para pakar pun menilai bahwa
pendidikan tidak hanya sekedar memperhatikan aspek kognitif saja tapi
cakupannya harus lebih luas.

1
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah yang penulis angkat
adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan hakikat manusia?
2. Bagaimana pengembangan hakikat manusia?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah tersebut adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui hakikat manusia.
2. Untuk mengetahui perkembangan manusia

D. Manfaat
Adapun manfaat yang diperoleh dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi Masyarakat
a. Dapat memunculkan ide-ide baru yang berguna untuk mengembangkan
kemajuan pendidikan.
b. Dapat menambah wawasan mengenai hakikat manusia dan
pengembangannya.
c. Dapat menyadarkan manusia agar masyarakat mampu mengenal, melihat,
dan memahami realitas kehidupan yang ada disekelilingnya.
2. Bagi Pelajar
a. Makalah ini dapat dijadikan sumber referensi bagi pelajar.
b. Memperluas wawasan mengenai hakikat manusia dan pengembangannya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Manusia
1. Definisi Manusia
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang dibekali dengan akal dan
pikiran. Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki derajat
paling tinggi diantara ciptaannya yang lain. Hal yang paling penting dalam
membedakan manusia dengan makhluk lainnya adalah bahwa manusia dilengkapi
dengan akal, pikiran, perasaan, dan keyakinan untuk mempertinggi kualitas
hidupnya di dunia.
Manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial manusia akan hidup
Bersama dengan yang lainnya. Manusia akan bergabung dengan manusia lain
untuk membentuk kelompok-kelompok demi memenuhi kebutuhan serta tujuan
hidup mereka, yang mana dalam hal ini akan selalu berhubungan dengan makhluk
sosial yang lainnya karena tidak bisa hidup sendiri-sendiri. (Iffah & Yasni, 2022)
Manusia adalah makhluk individu manusia yang merupakan bagian dan unit
terkecil dari kehidupan sosial yang membentuk suatu kehidupan masyarakat,
manusia merupakan kumpulan dari berbagai individu. Manusia sebagai makhluk
individu memiliki keunikan atau ciri khas masing-masing, tidak ada manusia yang
persis sama meskipun terlahir kembar. Ciri khas dan perbedaan tersebut sering
disebut dengan kepribadian. (Mahdayeni, Alhaddad, & Saleh, 2019)

2. Hakikat Manusia
a. Pengertian Hakikat Manusia
Menurut bahasa, hakikat berarti intisari atau dasar, kenyataan yang
sebenarnya (sesungguhnya), kebenaran atau sesuatu yang sebenar-benarnya dari
segala sesuatu. Jadi, hakikat manusia adalah kebenaran atas diri manusia itu
sendiri sebagai makhluk yang diciptakan oleh Allah. (Siregar, 2017).

3
b. Aspek-Aspek Hakikat Manusia
1) Manusia sebagai Kesatuan Badan dan Roh
Hakikat manusia itu terdiri atas dua komponen yang penting yaitu
pertama adalah komponen jasad, komponen ini berasal dari alam ciptaan,
yang mempunyai bentuk, rupa, berkualitas, berkadar, bergerak dan diam,
serta berjasad dan terdiri atas organ. Kedua adalah komponen jiwa,
komponen jiwa berasal dari alam perintah (alam kholiq) yang mempunyai
sifat berbeda seperti jasad manusia. Hal ini karena jiwa merupakan roh dari
perintah Tuhan walaupun tidak menyamai Dzat-Nya. (Arofah & Cahyadi,
2015)
Manusia terdiri dari jiwa dan raga. Menurut Agustinus, ‘bahwa badan
dan jiwa adalah dua perkara yang sangat berbeda satu sama lain, sebab kalau
yang pertama (badan), maka yang kedua (jiwa) sifatnya yang khas satu-
satunya ialah berfikir’. Karena itu perasaan dan pengenalan terhadap jiwa
bersifat langsung, karena pikiran tidak memerlukan perantara dalam
mengenal dirinya sendiri. Selama jiwa itu berfikir, maka artinya ia ada,
karena pemikirannya sama benar dengan wujudnya. Seseorang bisa
melepaskan diri dari badannya, dan dari alam luar dengan segala peristiwa-
peristiwanya, serta mengingkari segala macam kebenaran,dan meragukan
segala sesuatu. Namun seseorang tidak bisa melepaskan diri sama sekali dari
jiwanya yang menjadi sumber keraguan dan pemikirannya itu. (Hanafi, 1969)
2) Manusia sebagai Makhluk Tuhan
Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa di muka bumi ini
sebagai makhluk yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk lain.
Melalui kesempurnaan-Nya itu manusia bisa berfikir, bertindak, berusaha,
dan bisa menentukan mana yang benar dan baik.Di sisi lain, manusia
meyakini bahwa dia memiliki keterbatasan dan kekurangan. Mereka yakin
ada kekuatan lain, yaitu Tuhan Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu,

4
sudah menjadi fitrah manusia jika manusia mempercayai adanya Sang Maha
Pencipta yang mengatur seluruh sistem kehidupan di muka bumi. Manusia
selalu ingin mencari sesuatu yang sempurna. Dan sesuatu yang sempurna
tersebut adalah Tuhan. Hal itu merupakan fitrah manusia yang diciptakan
dengan tujuan untuk beribadah kepada Tuhan. (Azmi, 2016)
3) Manusia sebagai Makhluk Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial artinya manusia sebagai warga


masyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat hidup sendiri
atau mencukupi kebutuhan sendiri. Meskipun dia mempunyai kedudukan dan
kekayaan, dia selalu membutuhkan manusia lain. Setiap manusia cenderung
untuk berkomunikasi, berinteraksi, dan bersosialisasi dengan manusia
lainnya. Dapat dikatakan bahwa sejak lahir, dia sudah disebut sebagai
makhluk sosial. (Azmi, 2016)

4) Manusia sebagai makhluk moral/susila (moral being)

Pandangan ini menyatakan bahwa manusia sebagai makhluk susila


berasal dari kepercayaan bahwa budi nurani manusia yang secara sadar
mematuhi norma-norma yang ada. Pernyataan tersebut sesuai dengan ilmu
jiwa yang berkaitan dengan struktur jiwa yaitu das Es, das Ich dan das Uber
Ich. Struktur jiwa das Uber Ich berkaitan dengan esensi manusia sebagai
makhluk susila. Antara kesadaran susila (sense of morality) dengan realitas
sosial tidak dapat dipisahkan. Hal ini dikarenakan nilai-nilai hanya dapat
terjadi pada kehidupan sosial. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tidak
ada hubungan sosial tanpa adanya hubungan susila, dan tidak ada hubungan
susila tanpa adanya hubungan sosial.

c. Perkembangan Manusia
Salah satu ciri makhluk hidup adalah tumbuh dan berkembang. Istilah
pertumbuhan dan perkembangan menyangkut dua peristiwa yang sifatnya berbeda
tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan yaitu tumbuh dan kembang. Pengertian
mengenai pertumbuhan dan perkembangan per definisi adalah sebagai berikut:

5
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar,
jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang bisa
diukur dengan ukuran berat ( gram, pound, kilogram), ukuran Panjang (cm,
meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan
nitrogen tubuh).
2. Perkembangan ( development ) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
(Anshory & Utami, 2018)

Suryabrata (2011:176) menyebutkan pada dasarnya teori ilmu perkembangan


dapat dibagi tiga yaitu teori nativisme, teori empirisme, dan teori konvergensi.
Penjelasan mengenai ketiga teori tersebut dapat dilihat sebagai berikut.

a. Nativisme. Aliran nativisme ini mempercayai bahwa perkembangan individu


ditentukan oleh bawaan sejak lahir. Para ahli dalam teori ini menunjukkan
berbagai kesamaan atau kemiripan antar orang tua dan dengan anak-anaknya.
Misalnya jika ayahnya seorang seniman maka anaknya yang menjadi
seniman merupakan keturuan gen dari ayah/bakat tersebut bawaan sejak
lahir. Namun aliran ini masih diragukan, karen karena benar pada dasarnya
manusia memiliki potensi sejak lahir. Namun potensi-potensi yang ada
tersebut akan berkembang dengan optimal jika didukung dengan
lingkungan yang memadai.
b. Empiris. Aliran empirisme merupakan aliran yang menolak secara kuat
pandangan mengenai aliran nativisme. Aliran empirisme menekankan bahwa
hanya lingkungan lah yang berpengaruh terhadap perkembangan n anak.
namun ternyata aliran empirisme me ini masih diragukan. Jika aliran ini
betul-betul benar, maka kita dapat menciptakan manusia yang ideal
sebagaimana yang diinginkan dengan menyediakan kondisi-kondisi yang
dibutuhkan. Namun pada kenyataannya banyak anak orang kaya dan pandai
yang gagal meskipun mereka memiliki fasilitas yang lengkap. Begitupula
banyak dijumpai maka dari keluarga yaildalam belaiar. Jadi aliran empiris
kurang mampu dan tidak memiliki fasilitas yang memadai, i ini juga tidak
dapat dipertahankan sebagaimana aliran natisme.

6
c. Konvergesi. Dari kedua aliran nativisme dan empiris yang tidak dapat dengan
kuat dipertahankan, maka muncullah aliran yang dapat mengatasi kedua
aliran tersebut. Aliran yang dimaksud yaitu aliran konvergen yang
dirumuskan oleh W. Stern. Teori konvergen ini mengemukakan bahwa
perkembangan individu yang baik dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan. Potensi yang dimiliki oleh masing-masing individu perlu
menemukan lingkungan yang sesuai yang dapat mengoptimalkan
perkembangan bahkan tersebut.
Manusia merupakan salah satu makhluk hidup yang bisa mengembangkan
dirinya melalui proses pendidikan sebagai peserta didik atau pendidik. Pendidikan
berfungsi untuk membantu perkembangan manusia menuju ke arah yang secara
normatif menjadi lebih baik. (Idris & ZA., 2017)
Manusia diciptakan dengan berbagai kelebihan yang dimilikinya kemudian
membedakan dengan makhluk yang lain. Kelebihan tersebut adalah karena
manusia memiliki akal dan pikiran. Dengan akal dan pikirannya, manusia mampu
membudidayakan linghkungannya untuk kepentingan kehidupan manusia itu
sendiri. Dengan akalnya manusia dapat mengenal dan menerima berbagai konsep
dan norma untuk mengatur kehidupannya, disamping sebagai makhluk berpikir
atau homosapiens dengan kemampuan pikiranya juga manusia disebut sebagai
makhluk individu, makhluk sosial, makhluk berbudaya dan makhluk religius/
makhluk bermoral.
Berbagai kajian terkait hakikat manusia telah dilakukan oleh para ahli.
Wujud sifat hakikat manusia yang telah dikemukakan oleh ahli menurut
pandangan psikoanalitik, pandangan humanistik, dan pandangan beavioristik.
Uraian lebih detail mengenai ketiga pandangan tersebut dapat dilihat
sebagai berikut.
a. Pandangan Psikoanalitik. Kelompok ini berpendapat bahwa perilaku
manusia pada dasarnya digerakkan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis
yang dimiliki. Prawira (2012: 66) menyatakan bahwa Sigmund Freud
sebagai pelopor aliran ini mengemukakan struktur pribadi manusia terdiri
dari 3 komponen, yaitu id (das es), yang berisi berbagai dorongan,
kemauan, dan berbagai keinginan instingtif yang selalu memerlukan

7
pemenuhan dan pemuasan. Ego (das ich) nampak perannya pada fungsi
pikir yang bertindak sebagai jembatan untuk dapat merealisasikan
berbagai dorongan tersebut dengan mempertimbangkan berbagai kondisi
lingkungan. Super ego (das uber ich), yaitu fungsi kata hati yang bertugas
sebagai kontrol boleh tidaknya suatu dorongan direalisasikannya, sehingga
super ego tumbuh dan berkembang karena interaksi individu dengan
norma, lingkungan dan tatanan sosial yang ada.
b. Pandangan Humanistik. Carl Rogers yang merupakan tokoh utama aliran
ini menolak pendapat psikho analitik yang berpendapat bahwa manusia
tidak rasional, Rogers lebih menekankan bahwa manusia mempunyai
dorongan terhadap dirinya sendri untuk berperilaku positif. Dalam
pandangan ini disebutkan bahwa manusia bersifat rasional dan
tersosialisasikan, serta mampu menentukan sendiri nasibnya, termasuk
mengontrol dan mengatur dirinya sendiri.
c. Pandangan Martin Buber. Aliran yang berkembang pada tahun 1961 ini
berpendapat bahwa manusia yakni suatu keberadaannya berpotensi, tetapi
dihadapkan pada kesemestaan yang mengontrol potensi perkembangan
manusia. Manusia menjadi pusat ketakterdugaan dunia, karena manusia
mengandung kemungkinan baik dan buruk yang keduanya akan
berkembang secara tidak terduga.
d. Pandangan Behavioristik. Kelompok ini berpendapat bahwa perilaku
manusia adalah reaksi dan adaptasi dari lingkungan sekitarnya, sehingga
tingkah laku manusia sepenuhnya dikontrol oleh faktor-faktor yang datang
dari luar. Pada kelahirannya manusia bersifat netral, perkembangan
kepribadian individu sepenuhnya tergantung pada lingkungan. Aliran ini
sama sekali tidak menghargai potensi yang dimiliki individu dan
mengingkari adanya kemauan individu.

1) Pendidikan
1.1 Definisi Pendidikan
Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan
manusia, ini berarti bahwa setiap manusia Indonesia berhak

8
mendapatkannya dan diharapkan untuk selalu berkembang di dalamnya,
Pendidikan tidak akan ada habisnya. Pendidikan secara umum
mempunyai arti suatu proses kehidupan kehidupan dalam
mengembangkan diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan
kehidupan. Sehingga menjadi seorang yang terdidik itu sangat penting.
Manusia dididik menjadi orang yang berguna baik bagi Negara, Nusa,
dan Bangsa.
Pengertian Pendidikan yang tertuang dalam UU SISDIKNAS No. 20
tahun 2003 bahwa Pendidikan adalah usaha sadar terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa,
dan negara.
Dalam pengertian sederhana dan umum makna Pendidikan sebagai
usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-
potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai
dan norma-norma yang ada dalam masyarakat. (Alpian, Anggraeni,
Wiharti, & Soleha, 2019)
1.2 Pentingnya Pendidikan
Peranan Pendidikan sangat besar dalam mempersiapkan dan
mengembangkan sumber daya manusia (SDM) yang handal yang
mampu bersaing secara sehat tetapi juga memiliki rasa kebersamaan
dengan sesama manusia meningkat, Ilmu Pendidikan termasuk salah
satu cabang ilmu pengetahuan yang sifatnya praktis karena ilmu
tersebut ditujukan kepada praktek dan perbuatan-perbuatan yang
mempengaruhi anak didik. Mendidik bukanlah perbuatan sembarangan
karena menyangkut kehidupan dan nasib anak manusia untuk
kehidupan selanjutnya, yaitu manusia sebagai makhluk yang
bermartabat dengan hak-hak asasinya. Itulah sebabnya melaksanakan
Pendidikan merupakan tugas moral yang tidak ringan. (Alpian,
Anggraeni, Wiharti, & Soleha, 2019)

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan diatas adalah sebagai
berikut:
1. Hakikat manusia merupakan kesatuan integral dan potensi-potensi manusia.
2. Pengembangan hakikat manusia adalah konsep yang luas dan kompleks,
melibatkan berbagai aspek seperti fisik, mental, emosional, sosial, dan
spiritual. Pengembangan ini melibatkan pertumbuhan dan evolusi individu
untuk mencapai potensi terbaiknya.
B. Saran
Saran yang dapat diambil dari makalah terbut adalah sebagai berikut:
1. Makalah ini masih perlu di perbaiki lagi.
2. Dengan adanya makalah ini dapat mengetahui tentang hakikat manusia dan
pengembangannya, oleh karena itu masih perlu dikaji untuk lebih dalam
terkait hakikat manusia dan pengembangannya.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

Alpian, Y., Anggraeni, S. W., Wiharti, U., & Soleha, N. M. (2019). Pentingnya
Pendidikan Bagi Manusia. Jurnal Buana Pengabdian, 66-72.
Anshory, D., & Utami, I. (2018). Pengantar Pendidikan. Malang: Universitas
Muhammadiyah Malang.
Arofah, R., & Cahyadi, H. (2015). Telaah Hakikat Manusia dan Relasinya Terhadap
Proses Pendidikan Islam. Jurnal Pendidikan Islam Vol. 1 No. 1, 29-39.
Azmi, S. (2016). Pendidikan Kewarganegaraan Merupakan Salah Satu Pengejawantahan
Dimensi Manusia Sebagai Makhluk Individu, Sosial, Susila, dan Makhluk Religi.
LIKHITAPRAJNA. Jurnal Ilmiah.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Vol.
18 No. 1, 77-86.
Hanafi, A. (1969). Filsafat Islam. Jakarta: Bulan Bintang.
Idris, S., & ZA., T. (2017). Realitas Konsep Pendidikan Humanisme dalam Konteks
Pendidikan Islam. Jurnal Edukasi : Jurnal Bimbingan Konseling Vol. 3 No. 1,
96-113.
Iffah, F., & Yasni, Y. F. (2022). Manusia Sebagai Makhluk Sosial. Lathaif : Literasi
Tafsir, Hadis dan Filologi Vol. 1 No. 1, 38-47.
Mahdayeni, Alhaddad, M. R., & Saleh, A. S. (2019). Manusia dan Kebudayaan ( Manusia
dan sejarah kebudayaan, Manusia dalam Keanekaragaman Budaya dan
Peradaban, Manusia dan Sumber Penghidupan. TADBIR : Jurnal Manajemen
Pendidikan Islam Vol. 7 No. 2, 154-165.
Siregar, E. (2017). HAKIKAT MANUSIA (Tela'ah Istilah Manusia Versi Al-Qur'an
dalam Perspektif Filsafat Pendidikan Islam). Majalah Ilmu Pengetahuan dan
Pemikiran Keagamaan Tajdid Vol. 20 No. 2, 44-61.

Anda mungkin juga menyukai