Anda di halaman 1dari 11

NAMA : SHEILA NABILA

NIM : 02041023016
MATA KULIAH : PSIKOLOGI PERKEMBANGAN ANAK

1. Konsepsi Psikologi tentang Manusia


Teori persuasi berlandaskan konsepsi psikoanalisis yang menyatakan bahwa
manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh keinginan-keinginan
terpendam (Homo Volens). Teori “jarum hipodermik” (media massa sangat
berpengaruh terhadap perilaku manusia) dilandasi konsep behaviorisme yang
memandang manusia sebagai makhluk yang digerakkan oleh lingkungan (Homo
Mechanicus). Teori pengolahan informasi dibentuk oleh konsepsi psikologi kognitif
yang melihat manusia sebagai makhluk yang aktif mengorganisasikan dan mengolah
stimuli yang diterimanya (Homo Sapiens). Teori-teori komunikasi interpersonal
banyak dipengaruhi konsep psikologi humanistis yang menggambarkan manusia
sebagai pelaku aktif dalam merumuskan strategi transaksional dengan
lingkungannya (Homo Ludens). Empat pendekatan psikologi yang paling dominan
adalah psikoanalisis, behaviorisme, psikologi kognitif, dan psikologi humanistis.
a. Konsepsi Manusia dalam Psikoanalisis
Menurut Sigmund Freud, perilaku manusia merupakan hasil interaksi tiga
subsistem dalam kepribadian manusia : Id, Ego, dan Superego.
1) Id adalah bagian kepribadian yang menyimpan dorongan –dorongan
biologis dan pusat instink manusia. Dalam diri manusia, terdapat dua
instink yang dominan:
a. Libido Instink reproduktif yang menyediakan energi dasar untuk
kegiatan-kegiatan yang konstruktif. Libido disebut sebagai instink
kehidupan;
b. Thanatos Instink destruktif yang agresif. Thanatos disebut sebagai
instink kematian. Semua motif manusia adalah gabungan dari libido
dan thanatos. Id bergerak berdasarkan prinsip kesenangan (pleasure
principle), yakni ingin segera memenuhi kebutuhannya. Dengan kata
lain, id adalah tabiat hewani manusia.
2) Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional
dan realistik.Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan
hasrat hewaninya dan hidup sebagai wujud yang rasional (pada pribadi
yang normal). Ego bergerak berdasarkan prinsip realitas (reality principle).
3) Superego adalah hati nurani (conscience) yang merupakan internalisasi
dari norma-norma sosial dan kultural masyarakatnya. Superego memaksa
ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tak berlainan ke alam bawah sadar.

Id dan superego berada dalam bawah sadar manusia. Ego berada di tengah,
antara memenuhi desakan id dan peraturan superego. Secara singkat, dalam
psikoanalisis perilaku manusia merupakan interaksi antara komponen biologis
(id), komponen psikologis (ego), dan komponen sosial (superego); atau unsur
animal, rasional, dan moral (hewani, akali, dan nilai).

b. Konsepsi Manusia dalam Behaviorisme


Behaviorisme menganalisa perilaku yang tampak, yang dapat diukur,
dilukiskan, dan diramalkan. Teori behavioris juga dikenal dengan nama teori
belajar. Belajar artinya perubahan perilaku manusia disebabkan oleh pengaruh
lingkungan.Dari situlah timbul konsep “manusia mesin” (Homo Mechanicus).
Menurut kaum empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna
mental”.Secara psikologis, ini berarti seluruh perilaku manusia, kepribadian, dan
temperamen ditentukan oleh pengalaman indrawi (sensory experience).Pikiran
dan perasaan bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan oleh perilaku masa lalu.
Hedonisme memandang manusia sebagai makhluk yang bergerak untuk
memenuhi kebutuhannya, mencari kesenangan, dan menghindari
penderitaan. Utilititarianisme memandang seluruh perilaku manusia tunduk pada
prinsip ganjaran dan hukuman. Bila empirisme digabung dengan utilitarianisme
dan hedonisme, maka akan muncul apa yang disebut behaviorisme (Goldstein,
1980:17).
Kaum behavioris berpendirian: manusia dilahirkan tanpa sifat-sifat sosial atau
psikologis; perilaku adalah hasil pengalaman; dan perilaku digerakkan atau
dimotivasi oleh kebutuhan untuk memperbanyak kesenangan dan mengurangi
penderitaan.
Watson dan Rosalie Rayner melalui sebuah eksperimen telah membuktikan
betapa mudahnya membentuk atau mengendalikan manusia dan melahirkan
metode pelaziman klasik (classical conditioning).Pelaziman klasik adalah
memasangkan stimuli yang netral atau stimuli kondisi dengan stimuli
tertentu (yang terkondisikan/unconditioned stimulus) yang melahirkan perilaku
tertentu (unconditioned respons).
Jenis pelaziman lain ditemukan oleh Skinner, yaitu operant conditioning.
Dimana perilaku manusia dipengaruhi oleh proses peneguhan. Proses
memperteguh respons yang baru dengan mengasosiasikannya pada stimuli
tertentu berkali-kali, disebut peneguhan (reinforcement). Menurut Bandura, tidak
semua perilaku dapat dijelaskan dengan pelaziman. Bandura menambahkan
konsep belajar sosial (social learning). Menurut Bandura, belajar terjadi karena
proses peniruan (imitation). Dengan kata lain, melakukan suatu perilaku
ditentukan oleh peneguhan, sedangkan kemampuan potensial untuk melakukan
ditentukan oleh peniruan.

c. Konsepsi Manusia dalam Psikologi Kognitif


Dalam psikologi kognitif, manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu
berusaha memahami lingkungannya dan makhluk yang selalu berfikir (Homo
Sapiens).
Descartes dan Kant menyimpulkan bahwa jiwa (mind) yang menjadi alat
utama pengetahuan, bukan alat indra. Jiwa menafsirkan pengalaman indrawi
secara aktif: mencipta, mengorganisasikan, menafsirkan, mendistorsi dan mencari
makna. Manusia tidak memberikan respons terhadap stimuli secara
otomatis.Manusialah yang menentukan makna stimuli itu, bukan stimui itu
sendiri.
Menurut Lewin, perilaku manusia harus dilihat dalam konteksnya. Dari Lewin
terkenal rumus: B= f (P,E), artinya Behavior (perilaku) adalah hasil interaksi
antara person (diri orang tersebut) dengan environment (lingkungan
psikologisnya). Lewin juga menciptakan konsep dinamika kelompok, yaitu dalam
kelompok, individu menjadi bagian yang saling berkaitan dengan anggota
kelompok yang lain. Sejak pertengahan tahun 1950-an, berkembang penelitian
tentang perubahan sikap dengan kerangka teoritis manusia sebagai pencari
konsistensi kognitif.Dimana manusia dipandang sebagai makhluk yang selalu
berusaha menjaga keajegan dalam sistem kepercayaannya dan diantara sistem
kepercayaannya dengan perilaku, contohnya adalah teori disonansi kognitif.
Disonansi artinya ketidakcocokkan antara dua kognisi (pengetahuan). Teori
disonansi menyatakan bahwa orang akan mencari informasi yang mengurangi
disonansi dan menghindarkan informasi yang menambah disonansi. Pada awal
tahun 1970-an, teori disonansi dikritik dan muncul konsepsi manusia sebagai
pengolah informasi. Dalam konsepsi ini, manusia bergeser dari orang yang suka
mencari justifikasi atau membela diri menjadi orang yang secara sadar
memecahkan persoalan. Perilaku manusia dipandang sebagai produk strategi
pengolahan informasi yang rasional. Contoh perspektif ini adalah teori
atribusi.Teori ini menganggap manusia sebagai ilmuwan yang naif, yang
memahami manusia dengan metode ilmiah yang elementer. Kenyataannya,
manusia tidak begitu rasional dalam memandang sesuatu. Seringkali malah
penilaian orang didasarkan pada data yang kurang, lalu dikombinasikan dan
diwarnai oleh prakonsepsi. Dimana manusia menggunakan prinsip-prinsip umum
dalam menentukan keputusan. Kahneman dan Tversky (1974) menyebutnya dalil-
dalil kognitif (cognitive heuristics).

d. Manusia dalam Konsepsi Psikologi Humanistik


Psikologi humanistik dianggap sebagai revolusi ketiga dalam
psikologi.Revolusi pertama dan kedua adalah psikoanalisis dan
behaviorisme.Psikologi humanistik menjelaskan aspek eksistensi manusia yang
positif dan menentukan, seperti cinta, kreativitas, nilai, makna, dan pertumbuhan
pribadi. “Humanistic psychology is not just the study of „human being‟ it is a
commitment to human becoming,” tulis Floyd W. Matson (1973).
Psikologi humanistik mengambil dari fenomenologi dan
eksistensialisme.Fenomenologi memandang manusia hidup dalam “dunia
kehidupan” yang dipersepsi dan diinterpretasi secara subyektif. Menurut Alfreud
Schutz, pengalaman subyektif dikomunikasikan oleh faktor sosial dalam proses
intersubyektifitas. Intersubyektifitas diungkapkan pada eksistensialisme dalam
hubungan dengan orang lain (I-thou Relationship). I-thou
Relationship menunjukkan hubungan pribadi dengan pribadi, bukan pribadi
dengan benda; subjek dengan subjek, bukan subjek dengan objek.Sedangkan
eksistensialisme menekankan pentingnya kewajiban individu pada sesama
manusia. Frankl menyimpulkan asumsi-asumsi psikologi humanistik: keunikan
manusia, pentingnya nilai dan makna, serta kemampuan manusia untuk
mengembangkan dirinya. Sedangkan pandangan Carl Rogers menyebutkan:
 Setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi dimana
dia – sang Aku, Ku, atau Diriku (the I, me, or myself) – menjadi pusat.
 Manusia berperilaku untuk mempertahankan, meningkatkan, dan
mengaktualisasikan diri.
 Individu bereaksi pada situasi sesuai dengan persepsi tentang dirinya dan
dunianya.
 Anggapan adanya ancaman terhadap diri akan diikuti oleh pertahanan diri.
 Kecenderungan batiniah manusia adalah menuju kesehatan dan keutuhan
diri.1

2. Tujuan Mempelajari Psikologi


a. Agar dapat menggambarkan perubahan yang terjadi pada manusia seiring dengan
pertambahan usia dan pengalaman dalam pertumbuhan fisik, berpikir, dan
kepribadian. Contohnya, apabila kita melihat perilaku tantrum (permintaannya
harus segera dipenuhi) yang ditunjukkan oleh anak usia 4 tahun maka kita
menganggap perilaku tersebut sebagai sesuatu yang wajar, karena pada usia
tersebut anak mulai menunjukkan keinginannya yang harus dipenuhi dan belum
mampu menunda pemenuhan keinginannya. Berbeda dengan jika perilaku tersebut
ditunjukkan oleh anak yang berusia 12 tahun maka perilaku tersebut dapat
dikatakan tidak semai dengan usianya dan menunjukkan indikasi adanya suatu
permasalahan.
b. Agar dapat membandingkan manusia dari berbagai latar belakang (misal pola
asuh, keturunan, lingkungan, dan sebagainya)
c. Agar dapat menjelaskan perubahan-perubahan perkembangan dan keurutan
menurut prinsip, aturan, teori, dan mekanisme.
d. Agar dapat memprediksi pola perkembangan, sehingga dapat ditemukan cara
mengontrolnya, dan memungkinkan diberikannya intervensi. Intervensi dapat
meningkatkan kualitas hidup manusia.
e. Agar dapat menghubungkan penemuan-penemuan dari psikologi perkembangan
dengan disiplin ilmu yang lain.2

1
Safuwan dan Nursan Junita,2013,Modul Kuliah Psikologi Komunikasi, Universitas Malikussaleh. 7-9
2
Sumanto, Psikologi Perkembangan : Fungsi dan Teori, (Yogyakarta : CAPS (Center Of Academic Publishing
Service), 2014), 15-16.
3. Konsep Perkembangan
Perkembangan dapat diartikan sebagai “perubahan yang progresif dan
kontinyu (berkesinambungan) dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati”. (The
progressive and continous change in the organism from birth to death). Pengertian
lain dari perkembangan adalah “perubahan-perubahan yang dialami individu atau
organisme menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya (maturation) yang
berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut
fisik (jasmaniah) maupun psikis (rohaniah)”.
Yang dimaksud dengan sistematis, progresif, dan berkesinambungan itu
adalah sebagai berikut.
a. Sistematis, berarti perubahan dalam perkembangan itu bersifat saling
ketergantungan atau saling mempengaruhi antara bagian-bagian organisme (fisik
dan psikis) dan merupakan satu kesatuan yang harmonis. Contoh prinsip ini,
seperti kemampuan berjalan anak seiring dengan matangnya otot-otot kaki, dan
keinginan remaja untuk memperhatikan jenis kelamin lain seiring dengan
matangnya organ-organ seksualnya.
b. Progresif, berarti perubahan yang terjadi bersifat maju, meningkat, dan mendalam
(meluas) baik secara kuantitatif (fisik) maupun kualitatif (psikis). Contohnya,
seperti terjadinya perubahan proporsi dan ukuran fisik anak (dari pendek menjadi
tinggi dan dari kecil menjadi besar); dan perubahan pengetahuan dan kemampuan
anak dari yang sederhana sampai kepada yang kompleks (mulai dari mengenal
abjad atau huruf hijaiyah sampai kemampuan membaca buku, majalah, koran dan
Al-Qur‟an).
c. Berkesinambungan, berarti perubahan pada bagian atau fungsi organisme itu
berlangsung secara teratur atau berurutan, tidak terjadi secara kebetulan atau
loncat-loncat. Contohnya, untuk dapat berdiri, seorang anak harus menguasai
tahapan perkembangan sebelumnya, yaitu kemampuan duduk dan merangkak.3

Perkembangan itu secara umum mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a. Terjadinya perubahan dalam (a) aspek fisik : perubahan tinggi dan berat badan
serta organ-organ tubuh lainnya, (b) aspek psikis : semakin bertambahnya

3
Titik Mulat Widyastuti,2021, Bahan Ajar Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Usia Dini, UNIVERSITAS
PGRI YOGYAKARTA . 14-15.
pembendaharaan kata dan matangnya kemampuan berpikir, mengingat, serta
menggunakan imajinasi kreatifnya.
b. Terjadinya perubahan dalam proporsi ; (a) aspek fisik : proporsi tubuh anak
berubah sesuai dengan fase perkembangannya dan pada usia remaja proporsi
tubuh anak mendekati proporsi tubuh usia remaja, (b) aspek psikis : perubahan
imajinasi dari yang fantasi ke realitas; dan perubahan perhatiannya dari yang
tertuju kepada dirinya sendiri perlahan-lahan beralih kepada kelompok lain
(kelompok teman sebaya).
c. Lenyapnya tanda-tanda yang lama; (a) tanda-tanda fisik : lenyapnya kelenjar
Thymus (kelenjar kanak-kanak) yang terletak pada bagian dada, kelenjar Pineal
pada bagian bawah otak, rambut-rambut halus dan gigi susu, (b) tanda-tanda
psikis : lenyapnya masa mengoceh (meraban), bentuk gerakgerik kanak-kanak
(seperti merangkak) dan perilaku impulsif (dorongan untuk bertindak sebelum
berpikir).
d. Diperolehnya tanda-tanda yang baru; (a) tanda-tanda fisik : pergantian gigi dan
karakteristik seks pada usia remaja, baik primer (menstruasi pada anak wanita,
dan mimpi “basah” pada anak pria), maupun sekunder (perubahan pada anggota
tubuh : pinggul dan buah dada pada wanita; kumis, jakun, suara pada anak pria,
(b) tanda-tanda psikis: seperti berkembangnya rasa ingin tahu terutama yang
berhubungan dengan seks, ilmu pengetahuan, nilai-nilai moral dan keyakinan
beragama.4

4. Isu-Isu Perkembangan
Isu perkembangan yang paling penting untuk dipelajari dalam perkembangan
anak meliputi nature-nurture, continuity and discontinuity, serta early and later
experience.
a. Isu nature merujuk pada warisan biologis sedangkan isu nurture merujuk pada
pengaruh lingkungan individu. Kedua faktor ini saling mempengaruhi, kita tidak
bisa menentukan faktor mana yang paling besar mempengaruhi seorang individu,
misalnya seorang anak yang mewarisi gen kedua orangtuanya, saat masih kecil
pengaruh lingkungan seperti nutrisi, pembelajaran, pola asuh dan dorongan dari
lingkungan dapat merubah aktivitas genetic dalam sistem saraf berdasarkan dari

4
Ibid. 15
kebiasaannya. Genetic dan lingkungan bekerjasama dalam membentuk intelegensi
anak, sifat, Kesehatan, kemampuan membaca, dan banyak lagi.
b. Isu continuity and discontinuity, isu perkembangan ini berfokus pada kemampuan
anak yang berkembang secara berangsur-angsur atau justru bertahap. Beberapa
psikolog perkembangan yang lebih menekankan pada faktor nurture biasanya
mendeskripsikan perkembangan itu berangsur-angsur seperti halnya biji yang
perlahan tumbuh menjadi pohon, sedangkan psikolog perkembangan yang lebih
menekankan faktor nature percaya bahwa perkembangan anak itu adalah
rangkaian dari tahap seperti halnya ulat yang menjadi kupu-kupu. Contohnya, kata
pertama yang diucapkan anak terasa seperti hal yang tiba-tiba (discontinuity),
padahal hal tersebut juga merupakan hasil dari pertumbuhan dan praktik selama
berminggu- minggu bahkan berbulan-bulan.
c. Isu early and later experience, isu perkembangan ini adalah faktor utama dari
perkembangan anak terutama dalam masa pertumbuhan. Misalnya, jika bayi
mengalami keadaan berbahaya dapatkah pengalaman itu diatasi nanti? Atau
apakah pengalaman awal begitu penting mungkin karena itu adalah pengalaman
masa bayi?.5

5. Metode Penelitian Perkembangan


a. Metode umum
Metode yang lebih umum mengandung dua pengertian, yaitu :memberikan
lebih banyak data mengenai keseluruhan perkembangan atau beberapa aspeknya,
dan meninjau pengaruh factor endogen (bawaan) atau eksogen (lingkungan,
khususnya kebdayaan) bagi perkembangan seseorang. Yang dimana metode
umum ini terdapat 4 metode, yaitu :
1) Metode Kros-seksional/Metode Transversal
Metode kros seksional adalah suatu pendekatan yang dipergunakan
untuk melakukan penelitian beberapa kelompok anak dalam jangka waktu
yang relatif singkat. Atau metode kros-seksional diselidiki orang-orang atau
kelompok orang dan tingkatan usia yang berbeda-beda. Dengan mengambil
kelompok orang dari tingkatan umur yang berurutan akhirnya dapat ditemukan
gambaran mengenai proses perkembangan satu atau beberapa aspek
kepribadian seseorang.
5
Hildayani, dkk, (2014). Psikologi perkembangan anak.
2) Metode Longitudinal
Metode Longitudinal adalah pendekatan dalam penelitian yang
dilakukan dengan cara menyelidiki anak dalam jangka waktu yang lama.
Dengan pendekatan ini biasanya diteliti beberapa aspek tingkah laku
pada satu atau dua orang yang sama dalam waktu beberapa tahun. Dengan
begitu akan memperoleh gambaran aspek perkembangan secara menyeluruh.
3) Metode Sekuensial
Mertode sekuensial ini merupakan kombinasi dari metode kros-
seksional/tranversal dan metode longitudinal.
4) Metode Cross-Cultural/Pendekatan Lintas Budaya
Metode Cross-Cultural adalah suatu pendekatan dalam penelitian yang
mempertimbangkan factor-faktor lingkungan atau kebudayaan yang
berpengaruh terhadap perkembangan anak.

b. Metode yang spesifik:


Metode yang spesifik adalah cara-cara khusus yang digunakan untuk
mengetahui gejala perkembangan yang sedang timbul. Di antara metode yang
spesifik yang digunakan dalam psikologi perkembangan adalah :
1) Metode Observasi
Metode observasi adalah suatu cara yang digunakan untuk mengamati
semua tingkah laku yang terlihat pada suatu jangka waktu tertentu atau pada
suatu tahapan perkembangan tertentu. Atau bisa dikatakan juga bahwa metode
observasi adalah kegiatan mengenali tingkah laku individu yang biasanya akan
diakhiri dengan mencatat hal-hal yang dipandang penting sebagai penunjang
informasi mengenai klien. Atau, metode observasi adalah metode serba
sengaja dan sistematis mengamati aktivitas individu lain. Metode observasi ini
dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu :
a) Observasi Alami (Natural Observation)
Observasi alami adalah pencatatan data mengenai tingkah laku yang
terjadi sehari-hari secara alamiah atau wajar. Jadi dalam observasi alami
peneliti melakukan semua pencatatan terhadap kehidupan anak tanpa
mengubah suasana atau mengontrol dalam situasi-situasi yang
direncanakan. Atau bisa dikatakan sebagai metode observasi non partisipan
dimana peneliti tidak ikut serta dalam kegiatan yang dilakukan oleh obyek
observasi. Jadi peneliti hanya sebagai penonton saja. Kalau dalam
psikodiagnostik terkenal dengan istilah observasi medan atau alamiah (field
setting), yaitu observasi di lapangan atau di tempat yang sesungguhnya.
b) Observasi Terkontrol (Controlled Observation)
Observasi terkontrol dilakukan bilamana lingkungan tempat anak
berada diubah sedemikian rupa sesuai dengan tujuan peneliti, sehingga
bermacam-macam reaksi atau tingkah laku anak diharapkan akan timbul.
Atau bisa disebut sebagai observasi laboratories (laboratory setting), yakni
observasi dengan situasi laboratorium, sehingga situasinya dapat
dikendalikan sepenuhnya oleh observer. Metode ini dianggap lebih objektif
dan hasilnya lebih akurat, karena itu observasi terkontrol dapat dilakukan
dengan tujuan eksperimental dengan pendekatan dan metode yang sesuai
dengan lapangan psikologi eksperimental.
c. Metode Eksperimen
Penelitian terhadap anak tidak mudah dilakukan. Alasan pertama karena
anak-anak sangat sugestibel dan selalu berusaha menyenangkan hati si penanya.
Alasan kedua karena sukar untuk mengetahui dengan jelas apa yang dimaksud
oleh anak itu. Metode eksperimen adalah metode penelitian dalam psikologi
perkembangan dengan melakukan kegiatan-kegiatan percobaan pada anak.
Pengunaan eksperimen terhdap anak-anak hanya terbatas pada penyelidikan yang
dapat diamati dengan alat indera karena gejala-gejala jiwa yang bersifat ruhaniah
masih sangat samar-samar.
d. Metode Klinis
Metode klinis adalah suatu metode penelitian yang khusus ditujukan untuk
anak-anak, dengan cara mengamati, mengajak bercakap-cakap dan tanya jawab.
Penggunaan metode klinis merupakan penggabungan eksperimen dan observasi.
Pelaksanaannya dilakukan dengan cara mengamati atas pertimbangan bahwa anak
itu belum mampu mengungkapkan isi pikiran dan perasaan dengan bahasa yang
lancar.
Prof. Jean Piaget, seorang ilmuwan berasal dari perancis, menggunakan
metode klinis untuk meneliti cara berpikir dan perkembangan bahasa anak-anak.
Metode observasi, eksperimen, klinis termasuk metode langsung karena metode
itu dapat lansung memperoleh informasi dan data-data dari sumbernya.
e. Metode Test
Metode Test adalah metode yang digunakan untuk mengadakan pengukuran
tertentu tertentu terhadap objeknya. Test merupakan instrument penting dalam
psikologi kontenporer, yang digunakan untuk mengukur segala jenis kemampuan,
minat, sikap, dan hasil kerja. Dalam hal ini, para peneliti biasanya menggunakan
tes-tes psikologi yang sudah standar. Atau bisa dikatakan bahwa test adalah
pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau perintah-perintah yang harus
dijalankan, yang berdasarkan atas bagaimana testee menjawab pertanyaan-
pertanyaan atau melakukan perintah-perintah itu penyelidik mengambil
kesimpulan dengan cara membandingkannya dengan standart atau testee yang
lainnya.6

DAFTAR PUSTAKA

Hildayani, dkk. 2014. Psikologi perkembangan anak .


Suryawan, Arif. Metode Penelitian dalam Psikologi Perkembangan. Posted : Desember 2011.
Safuwan dan Nursan Junita. 2013. Modul Kuliah Psikologi Komunikasi. Universitas
Malikussaleh.
Sumanto. Psikologi Perkembangan : Fungsi dan Teori. Yogyakarta : CAPS (Center Of
Academic Publishing Service), 2014.
Widyastuti,Titik Mulat. 2021. Bahan Ajar Perkembangan Dan Pertumbuhan Anak Usia Dini.
UNIVERSITAS PGRI YOGYAKARTA.

6
Arif Suryawan, Metode Penelitian dalam Psikologi Perkembangan, (Posted : Desember 2011).

Anda mungkin juga menyukai