Naskah Skripsi Asli Word-Tri Agustina-2

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 137

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu kebutuhan yang sangat penting adalah pendidikan. Melalui

pendidikan, manusia dapat membuat kemajuan dalam ilmu pengetahuan dan

teknologi. Pendidikan didefinisikan oleh Muhaimin (2009, p. 21) sebagai upaya

untuk menumbuhkan keinginan untuk belajar dan berproses sehingga setiap orang

dapat secara aktif memaksimalkan potensi diri mereka sendiri.

Pendidikan menurut Undang-Undang tentang Sistem Pendidikan Nasional

nomor 20 tahun 2003 merupakan salah satu usaha sadar dan terencana guna

meningkatkan derajat serta kualitas hidup manusia. Lembaga pendidikan adalah

tempat yang baik untuk memahami dan mempelajari pendidikan. Lembaga

pendidikan memungkinkan seseorang untuk mengembangkan potensinya sendiri dan

memperoleh berbagai ilmu pengetahuan melalui aktivitas belajar.

Belajar adalah upaya seseorang untuk mengubah tingkah lakunya secara

keseluruhan sebagai hasil dari pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya. Adanya perubahan perilaku dalam seseorang adalah tanda bahwa

seseorang telah belajar, menurut Slameto (2010, p. 2). Beberapa aspek dapat

menyebabkan perubahan perilaku tersebut, seperti perubahan dalam pengetahuan

(kognitif), keterampilan (psikomotor), kecakapan, kebiasaan, sikap (afektif), dan

penyesuaian diri, serta perubahan dalam aspek lainnya yang ada pada seseorang.

1
2

Seseorang akan mengalami perubahan tingkah laku ke arah yang lebih

baik melalui proses belajar yang baik. Banyak faktor mempengaruhi proses belajar

seseorang. Lingkungan belajar adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses

belajar. Menurut Dimyati & Mudjiono (2009, p. 35), lingkungan belajar dapat

berasal dari keluarga, guru, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran, sarana dan

prasarana, dan sumber belajar yang mendukung proses pembelajaran.

Kegiatan yang dilakukan selama proses pembelajaran tidak lepas dari

komponen pembelajaran. Adanya tujuan pembelajaran, sumber belajar, strategi

pembelajaran, media pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran adalah beberapa

kelompok komponen pembelajaran, menurut Rusman (2017, p. 88). Komponen

pembelajaran juga berperan penting dalam mencapai tujuan pendidikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan sesuai dengan yang diharapkan, sumber

belajar merupakan komponen pembelajaran yang harus ada. Sumber belajar, menurut

Prastowo (2018, p. 27), adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau

situasi yang dibuat secara sengaja agar lebih mudah bagi seseorang untuk belajar.

Sanjaya (2012, p. 11-15), mengatakan bahwa sumber belajar diperlukan oleh semua

orang yang ingin belajar tanpa batas usia karena sifatnya yang fleksibel.

Beberapa penjelasan di atas, sumber belajar dapat didefinisikan sebagai kumpulan

segala sesuatu, seperti perangkat, bahan, materi, situasi, benda, data, dan lain-lain

yang dapat digunakan di mana saja dan kapan saja, dan dirancang secara khusus

untuk memudahkan proses belajar. Sumber belajar memainkan peran penting dalam

proses belajar dan mengajar karena menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan

tuntutan kurikulum dan kebutuhan peserta didik. Sumber belajar juga memudahkan
3

guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dan membantu peserta didik

mendapatkan bahan ajar alternatif. Tidak dapat disangkal bahwa sumber belajar

sangat penting untuk kegiatan pembelajaran. Ini berlaku untuk seluruh jenis

pendidikan dan semua cabang ilmu pengetahuan yang ada di dalamnya.

Cabang ilmu Biologi adalah bidang ilmu yang membutuhkan sumber belajar.

Biologi, yang berasal dari kata Yunani "bios", yang berarti "hidup", dan "logos",

yang berarti "ilmu". Ilmu Biologi adalah bidang ilmu yang mempelajari makhluk

hidup, seperti manusia, tumbuhan, hewan, dan organisme lainnya, baik mikro

maupun makro (Yatim, 2007, p. 133 & 566). Ilmu Biologi dibagi menjadi beberapa

cabang kajian. Setiap cabang khusus mempelajari bidang tertentu dan mempelajari

setiap aspeknya secara mendalam. Zoologi Vertebrata adalah salah satu cabang ilmu

biologi yang mempelajari bangsa ikan (Pisces).

Zoologi vertebrata adalah cabang ilmu biologi yang membahas tentang hewan

bertulang belakang. Sri Maya (2021, p. 1) menyatakan bahwa zoologi berasal dari

dua kata Yunani, zoion, yang berarti "hewan", dan logos, yang berarti "studi

tentang". Oleh karena itu, definisi zoologi adalah ilmu yang mempelajari tentang

semua hal tentang hewan, seperti morfologi, perkembangan embrio, evolusi,

distribusi ekologi, perilaku, dan klasifikasi hewan. Hewan vertebrata adalah hewan

yang memiliki punggung atau tulang belakang.

Kelas pisces adalah salah satu yang dibahas dalam bidang ilmu zoologi

vertebrata. Kelas pisces adalah kelompok ikan yang memilik tulang belakang. Hal

tersebut dikarenakan morfologi ikan adalah bagian dari pelajaran zoologi, atau ilmu

hewan. Pelajaran zoologi mempelajari berbagai aspek morfologi ikan, seperti bentuk
4

tubuh, sisik, sirip, ekor, dan lainnya. Ikan, atau pisces, memiliki insang yang

memungkinkan mereka bernafas di dalam air. Menurut Sri Maya (2021, p. 2), pisces

(ikan) adalah hewan yang hidup di dalam air, mereka dapat bernafas di dalam air

karena insang yang mereka miliki. Pisces dapat ditemukan di air tawar (danau dan

sungai) maupun air asin (laut dan samudra). Beberapa dari kelas pisces juga dapat

ditemukan pada ekosistem mangrove yang mana ekosistem mangrove dimanfaatkan

sebagai tempat habitat baik dari segi mencari makanan maupun sebagai tempat

tinggal mereka.

Ekosistem Mangrove berada di dua tempat yaitu, darat dan laut. Mangrove

menempati pulau-pulau yang "overwashed" dan area pantai, bantaran sungai, muara,

delta, dan teluk yang terlindung. Menurut Setyawan (2002, p. 11). Mangrove

memiliki banyak nilai, salah satunya adalah bahwa mereka adalah tempat yang

sempurna untuk mempelajari biodiversitas dan fungsi ekosistem.

Selain itu, berdasarkan sifat hidrologisnya, mangrove mengisi air permukaan

dan bawah tanah dan berfungsi sebagai penahan banjir (Ashton 2003, p. 127). Dalam

fungsi ekologisnya, mangrove menjadi tempat pemijahan dan habitat bagi banyak

organisme, tempat keanekaragaman hayati, tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme,

dan tempat mempertahankan salinitas dalam air dan tanah. Dalam hal biogeokimia,

mangrove berfungsi untuk menyimpan dan melepaskan nutrien, dan

mempertahankan salinitas dalam air dan tanah. Hogart (2007) kemudian mengatakan

bahwa itu semua terjadi karena sedimen yang terperangkap di akar mangrove, yang

membuatnya subur dan kaya akan bahan organik, dan membuatnya menjadi rumah
5

bagi ikan dan hewan lain yang penting untuk ecosystem engineer, seperti teritip dan

tiram.

Dari sekitar 66.650 hektar hutan mangrove di Provinsi Kalimantan Selatan,

Kabupaten Tanah Laut memiliki 3.000 hektar hutan mangrove yang masih terjaga

kelestariannya (Arianto, 2016). Menurut Soendjoto (1999, p. 42) menyatakan bahwa

ada beberapa lokasi istimewa yang ditemukansalah satunya adalah ekosistem

mangrove yang terletak di pantai Desa Pagatan Besar, yang memiliki luas 7,4 hektar.

Menurut Maulana (2015), luas ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar adalah

sekitar 10,69 hektar. Menurut data BPS Tanah Laut (2013), luas administratif Desa

Pagatan Besar adalah 4.540 hektar. Wisata ekosistem mangrove desa Pagatan Besar

merupakan salah satu daerah tujuan ekowisata karena sebagai objek wisata alam

yang didukung oleh potensi kawasan, yang meliputi keanekaragaman jenis spesies

baik biota akuatik maupun biota terrestrial. Banyaknya akuatik di ekoistem

mangrove desa Pagatan Besar, seperti labi-labi, kerang kapah, kepiting uca, dan salah

satunyakan timpakul.

Salah satu hewan yang unik yang ditemukan di ekosistem mangrove di desa

Pagatan Besar adalah ikan timpakul. Hewan ini merupakan hewan yang mampu

hidup di darat dan juga bisa disebutkan amphibious. Selain itu ciri yang sangat khas

dari ikan timpakul ini dapat bergerak dan merayap di lumpur menggunakan sirip

dada pada perutnya. Secara implisit terdapat dalam firman Allah Swt. dalam Alquran

surah An-Nur ayat 45:45.

Firman Q.S An-Nur 24:4


6

‫َو ُهّٰللا َخ َلَق ُك َّل َد ۤا َّبٍة ِّم ْن َّم ۤا ٍۚء َفِم ْنُهْم َّم ْن َّيْمِشْي َع ٰل ى َبْطِنٖۚه َو ِم ْنُهْم َّم ْن َّيْمِشْي‬

‫َع ٰل ى ِرْج َلْيِۚن َو ِم ْنُهْم َّم ْن َّيْمِشْي َع ٰٓلى َاْر َبٍۗع َيْخ ُلُق ُهّٰللا َم ا َيَش ۤا ُۗء ِاَّن َهّٰللا َع ٰل ى‬

)٤٥ : ‫ُك ِّل َش ْي ٍء َقِد ْيٌر ( الّنور‬

Sebagaimana tafsir dari Ibnu Katsir yang menafsirkan bahwa: Dan Allah telah
menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian dengan dua kaki, sedangkan sebagian (yang
lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. Allah Swt. menyebutkan
tentang Kekuasaan-Nya Yang Maha sempurna dan Pengaruh-Nya Yang Maha agung
dalam menciptakan makhluk-Nya yang beraneka ragam bentuk, warna dan sepak
terjangnya, yang semuanya itu Dia ciptakan dari satu air. Maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya, seperti ular dan hewan-hewan lainnya yang
bentuknya serupa.

Dari tafsir ini menunjukkan bahwa keajaiban dan keunikan ciptaan Allah Swt.

Sebagaimana dengan ikan timpakul yang menggunakan sirip dada dan perutnya

untuk berjalan di lumpur sebagai adaptasi untuk melakukan aktivitasnya baik itu

dalam mencari makanan atau berinteraksi dengan spesies lain maupun sesama jenis-

jenis ikan timpakul yang berada pada satu ekosistem tersebut.

Pada satu ekosistem mangrove banyak terdapat jenis-jenis ikan timpakul hal

ini disebabkan karena dipengeruhi oleh dua faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan

faktor abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi ikan timpakul adalah kompetisi

antara ikan timpakul sendiri dalam mendapatkan makanan atau tempat hidupnya.

Adapun faktor abiotik yang mempengaruhi berdasarkan dari perbedaan kondisi

lingkungannya seperti suhu udara, kelembaban tanah, pH tanah, pH air, dan salinitas.

Ikan timpakul adalah spesies yang unik yang hidup di pinggiran pantai dan muara

sungai. Ritme pasang surut sangat terkait dengan tingkah laku timpakul. Bentuk
7

matanya hampir mirip dengan mata kodok. Setiap wilayah memiliki nama khusus

untuk ikan-ikan ini, seperti timpakul, ikan glodok, blodog, tembakul, timpul atau

belaca, gabus laut, dan lunjat. Secara raksonomi Iikan ini termasuk dalam famili

Gobiidae. Ikan ini dikenal dengan nama mudskipper. Ikan timpakul adalah ikan yang

dapat berjalan di lumpur. Hal Ini sebagai bentuk adaptasi morfologi terhadap kondisi

tempat tinggalnya yang kering selama musim surut. Jika tidak ada air, ikan timpakul

akan bergerak di atas lumpur dengan sirip dan perut. Ikan timpakul juga bisa

memanjat akar mangrove atau kayu yang berada di daerah pantai.

Menurut Al-Behbehani dan Ebrahim (2010, p. 87), mengatakan bahwa ikan

timpakul mampu bertahan di daerah pasang surut karena memiliki kemampuan

bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut serta

kerongkongannya. Cara lain adaptasinya untuk tetap hidup di wilayah mangrove, dia

juga menggali lubang lumpur lunak untuk menjadi sarangnya. Menurut Djumanto

(2012, p. 59), ikan timpakul mirip dengan amfibi dan memiliki pola hidup yang

berbeda yang disesuaikan dengan habitat pasang surut. Berbeda dengan kebanyakan

ikan lainnya yang mana mereka tidak dapat bertahan hidup dan aktif saat air surut,

mencari makan, dan berinteraksi satu sama lain, seperti untuk mempertahankan

wilayah mereka. Ikan ini dapat menahan perubahan suhu dan salinitas.

Berdasarkan observasi awal di ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar

Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut, peneliti menemukan banyak jenis ikan

timpakul yang berada di daerah tersebut. Keanekaragaman spesies ikan timpakul di

ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar cukup tinggi tetapi tidak semuanya telah

teridentifikasi. Dari penelusuran peneliti masih banyaknya jumlah spesies ikan


8

timpakul yang belum teridentifikasi dikarenakan belum ada peneliti yang

mengidentifikasi jenis-jenis ikan timpakul di wilayah tersebut. Bahkan masyarakat

luar pun masih belum banyak mengetahui tentang ikan timpakul ini.

Berdasarkan hasil di atas, peneliti tertarik melakukan penelitian tentang jenis-

jenis ikan timpakul yang akan dijadikan sebagai sumber belajar atau produk

pembelajaran berbentuk buklet. Menurut KBBI (2020), buklet adalah salah satu

bentuk sumber belajar yang ditulis dalam bentuk buku kecil yang berfungsi sebagai

selebaran. Buklet juga diartikan berupa tulisan maupun gambar, digunakan sebagai

alat bantu media cetak untuk belajar dalam bentuk buku. Mereka memiliki struktur

yang sama seperti buku, yang terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup, tetapi

penyajiannya lebih singkat daripada buku lainnya.

Pengembangan sumber belajar berupa buklet ini termasuk ke dalam penelitian

desain pendidikan atau Educational Design Research (EDR) dengan menggunakan

desain Evaluasi Formatif Tessmer. Penelitian desain pendidikan atau Educational

Design Research (EDR) merupakan salah satu strategi penelitian untuk

mengembangkan suatu produk (Setyosari, 2010, p. 195). Tujuan dari pengembangan

buklet mengenai jenis-jenis ikan timpakul ini untuk menambah informasi masyarakat

mengenai jenis-jenis ikan timpakul dan morfologinya serta menunjang proses

pembelajaran mahasiswa Tadris Biologi pada mata kuliah teori dan praktikum

Zoologi Vertebrata.

Mata kuliah Zoologi Vertebrata dan Praktikum Zoologi Vertebrata merupakan

salah satu mata kuliah wajib di semester IV yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa

dan mahasiswi Program Studi Tadris Biologi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
9

Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin. Mata kuliah teori Zoologi Vertebrata

memiliki kode TPB 18219 dengan bobot 2 SKS, sedangkan mata kuliah Praktikum

Zoologi Vertebrata memiliki kode TPB 18220 dengan bobot 1 SKS. Salah satu teori

ataupun praktikum yang mencakup pada pembelajaran dari Zoologi Vertebrata ini

adalah membahas mengenai topik Pisces atau ikan serta kelimpahan atau

keanekaragamannya. Hal tersebut dikarenakan dalam pembelajaran di Zoologi

Vertebrata untuk mahasiswa(i) di Prodi Tadris Biologi masih terkendala dalam

memahami materi terutama dari aspek morfologi di kelas pisces secara dasar untuk

dapat memahami bagian anatomi dan fungsinya. Selaintu, studi morfologi ikan

sangat penting dalam memahami evolusi, hubungan filogenetik, dan ekologi ikan.

Dengan mempelajari morfologi ikan, kita dapat memahami bagaimana ikan

beradaptasi dan berinteraksi dengan lingkungan hidupnya, serta mengidentifikasi

spesies ikan berdasarkan karakteristik fisik mereka. Pada mata kuliah yang dilakukan

semua mahasiswa/i Prodi Tadris Biologi dengan cara mengamati di dalam

laboratorium, selain itu juga ada di lapangan untuk mengamati lebih dalam tentang

teori yang telah dipelajari.

Berdasarkan penelusuran yang telah dilakukan oleh peneliti, masih sedikit

literatur serta sumber belajar berbentuk buklet yang membahas mengenai jenis-jenis

ikan timpakul. Jumlah literatur yang ditemukan kurang lebih ada 5 literatur

penelitian terdahulu sebagai pembanding dengan penelitian yang ingin dilakukan.

Sehingga didapat dari 5 literatur dari penelitian terdahulu membahas mengenai ikan

timpakul ini, akan tetapi sebagian dari literatur yang ditemukan belum fokus

membahas tentang jenis-jenis ikan timpakul. Selain itu, peneliti memilih


10

mengembangkan produk pembelajaran berbentuk buklet sebagai sumber belajar

karena dapat membantu pengguna produk (mahasiswa) untuk belajar secara mandiri.

Produk pembelajaran berupa buklet lebih praktis dan dapat digunakan di mana saja

(Hapsari, 2013, p. 264–275). Selain itu, sumber belajar dalam bentuk buklet ini

disusun oleh peneliti secara singkat, mudah dipahami, dan didominasi oleh gambar

yang menarik terkait dengan penelitian yang dibahas. Tujuan dari sumber belajar ini

adalah untuk mendukung dan memperkuat pemahaman pengguna produk terkait

penelitian atau materi yang berhubungan dengan teori atau praktik yang ada di mata

kuliah Teori dan Praktikum Zoologi Vertebrata, yang telah dipelajari dan

disampaikan oleh dosen sebelumnyaBerdasarkan beberapa alasan di atas menjadikan

peneliti berinisiatif untuk membuat sumber belajar berbentuk buklet tentang jenis-

jenis ikan Timpakul.

Berdasarkan paparan latar belakang di atas, perlu adanya penelitian yang

berjudul “Pengembangan Buklet Jenis-Jenis Ikan Timpakul Pada Ekosistem

Mangrove Di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut”. Hal

tersebut dilakukan dalam rangka meningkatkan pemahaman dan penguasaan materi

oleh mahasiswa Tadris Biologi. Penelitian ini juga diharapkan mampu

memperkenalkan jenis-jenis ikan timpakul sebagai ikan yang sangat unik yang

ditemukan pada ekosistem mangrove khususnya di Kalimantan.

B. Definisi Operasional
11

Definisi operasional dilakukan untuk menghindari kesalahan pemahaman dan

perbedaann interpretasi istilah yang terdapat di dalam judul skripsi yang

bersangkutan. Berikut definisi operasional yang terdapat pada judul skripsi, yaitu:

1. Pengembangan adalah teknik penelitian yang membantu membuat produk dan

menyempurnakannya sesuai dengan acuan dan kriteria produk yang dibuat.

Desain EDR yang dirancang khusus untuk pendidikan digunakan dalam

penelitian pengembangan ini. Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini

adalah buklet yang dikembangkan berdasarkan hasil kajian lapangan tentang

jenis-jenis ikan timpakul.

2. Buklet diartikan sebagai buku kecil berupa media cetak yang isinya lebih singkat

dibandingkan buku, dan lebih dominan berisi gambar dibandingkan dengan

tulisan. Buklet dalam penelitian ini adalah sebuah produk yang dikembangkan

dari hasil kajian tentang jenis-jenis ikan timpakul pada ekosistem mangrove di

Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Buklet tentang

jenis-jenis ikan timpakul padat ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar

Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut menggunakan gaya bahasa yang

mudah dipahami oleh pembacanya dan terdapat banyak gambar-gambar dalam

desain tersebut. Buklet ini nantinya ditujukan kepada masyarakat dan

mahasiswa, khususnya mahasiswa Tadris Biologi UIN Antasari Banjarmasin.

3. Jenis (spesies) diartikan sebagai individu yang mempunyai persamaan morfologi,

anatomi, fisiologi, dan memiliki kemampuan untuk melakukan perkawinan

dengan sesamanya sehingga menghasilkan keturunan yang subur untuk

melanjutkan generasinya. Jenis-jenis dalam penelitian ini adalah jenis ikan


12

timpakul yang termasuk ke dalam famili Gobiidae yang terdapat pada ekosistem

mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.

4. Ikan Timpakul biasa disebut Gelodok, Tembakul atau Mudskippers (Famili

Gobiidae) adalah salah satu jenis ikan yang umum dijumpai pada ekosistem

mangrove dan mampu hidup pada habitat pasang surut berlumpur. Ikan

Timpakul yang dimaksud yaitu ikan yang ditemukan di ekosistem mangrove

desa Pagatan Besar dan diidentifikasi dengan menggunakan buku identifikasikan

dari Saanin (1984).

5. Ekosistem mangrove adalah suatu sistem di alam tempat berlangsungnya

kehidupan yang mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup

dengan lingkungannya dan di antara makhluk hiduptu sendiri. Menurut Maulana

(2015), ekosistem mangrove di desa Pagatan Besar memiliki luas 10.69 ha.

Ekosistem mangrove yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ekosistem

mangrove yang berada di desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten

Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan.

6. Desa Pagatan Besar dijadikan sebagai tempat penelitian. Desa ini memiliki luas

wilayah 4.540 ha yang terletak di Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut

Provinsi Kalimantan Selatan. Di Desa Pagatan Besar dikenal dengan

pengembangan wisata maupun sektor perikanan dan kelautan. Desa Pagatan

Besar sangat dikenal oleh kalangan masyarakat lain karena hasil sumber daya

alam berupa perolehan ikan di laut serta objek wisata ekosistem mangrove yang

terdapat di desa tersebut. Menurut Novianti (2021), desa Pagatan Besar masuk

nominasi ke-delapan ekosistem mangrove yang terkenal di Kalimantan Selatan.


13

C. Rumusan Masalah

Adapun dalam penelitian ini mencakup 2 rumusan masalah yaitu sebagai

berikut:

1. Jenis-jenis ikan Timpakul apa saja yang terdapat pada Ekosistem Mangrove di

Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut?

2. Bagaimana validitas buklet dari hasil pengembangan tentang Jenis-Jenis ikan

Timpakul pada Ekosistem Mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan

Takisung Kabupaten Tanah Laut?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan dari rumusan masalah maka diharapkan tujuan dari penelitian ini

yaitu sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi jenis-jenis ikan timpakul yang terdapat pada ekosistem

mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.

2. Mendeskripsikan validitas buklet dari hasil pengembangan tentang Jenis-Jenis

Ikan Timpakul Pada Ekosistem Mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan

Takisung Kabupaten Tanah Laut.

E. Signifikasi Penelitian

Adapun signifikansi dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat antara lain:

1. Manfaat Teoritis
14

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta dapat memberikan

informasi dan dapat menambah pengetahuan kepada mahasiswa Program Studi

Tadris Biologi UIN Antasari Banjarmasin terkait dengan Pengembangan Buklet

Jenis-Jenis Ikan Timpakul Pada Ekosistem Mangrove di Desa Pagatan Besar

Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.

b. Tersedianya buklet tentang jenis-jenis ikan timpakul hasil dari penelitian tersebut,

yang mana bertujuan untuk menyampaikan pesan yang bersifat sebagai promosi,

dan memberikan efektifitas dan efisiensi untuk proses pembelajaran sehingga

dapat menunjang atau menambah menambah referensi pembelajaran mata kuliah

khususnya mata kuliah Zoologi Vertebrata dan Praktikum Zoologi Vertebrata.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi UIN Antasari Banjarmasin, dapat menambah khazanah kepustakaan

khususnya perpustakaan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Antasari

Banjarmasin dan Program Studi Tadris Biologi. Penelitian ini juga dapat

dijadikan sebagai pedoman, rujukan, referensi atau penunjang untuk penelitian

berikutnya yang sejenis.

b. Hasil penelitian ini mampu mempermudah jalannya proses pembelajaran mata

kuliah khususnya di mata kuliah Zoologi Vertebrata dan praktikum yang akan

dilaksanakan juga. Serta menambah pengetahuan dalam jenis-jenis ikan

timpakul.

c. Hasil penelitian ini mampu memberikan masukan kepada dosen mengenai

pentingnya aplikasi atau media pembelajaran yang berbasis media cetak yang
15

menarik bagi mahasiswa, dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama

pada program studi Tadris Biologi.

d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini mampu menambah kepercayaan diri, menambah

wawasan ilmu pengetahuan yang digali, pengalaman dan dapat dijadikan sebagai

referensi dalam penelitian selanjutnya.

F. Penelitian Terdahulu

Tabel 1.1. Perbandingan Penelitian Terdahulu yang Menjadi Referensi Peneliti

No. Nama Judul Metode Teknik Hasil Penelitian


Pengambilan
Data Dan
Teknik
Analisi Data
1. Anang Kajian Dari Teknik Adapun hasil
Kadarsah Morfologi penelitian pengumpulan penelitiannya yaitu
(2018) ikan terdahulu ini data pada ditemukan hanya 3
Timpakul menggunakan sampel jenis ikan
(Famili metode dilakukan timpakul dengan
Gobiidae) penelitian secara terpilih famili Gobiidae
dari Dua Tipe lapangan (Purposive dan 3 genus yaitu
Ekosistem (field sampling). Baleophthamus,
Mangrove research), Adapun Periophthalmus,
yang yaitu teknik analisis dan
Berbeda. langsung data Periophthalmodon.
terjun ke menggunakan
lapangan data deskriptif
dengan kualitiatif.
metode
ekspolarasi
untuk
mendapatkan
sampel data.

2. Ahmad Identifikasi Dari Teknik Adapun hasil


Muhtadi (2016) dan Tipe penelitian pengumpulan penelitiannya yaitu
Habitat ikan terdahulu data pada ditemukan hanya 4
Glodok menggunakan sampel jenis ikan
(Famili: metode dilakukan timpakul dengan
16

No. Nama Judul Metode Teknik Hasil Penelitian


Pengambilan
Data Dan
Teknik
Analisi Data
Gobiidae) di penelitian secara terpilih famili Gobiidae
Pantai Bali lapangan (Purposive dan 3 genus yaitu
Kabupaten (field sampling). Baleophthamus,
Batu Bara research), Adapun Periophthalmus,
Provinsi yaitu teknik analisis dan
Sumatera langsung data Periophthalmodon
Utara terjun ke menggunakan
lapangan data deskriptif
dengan kualitiatif.
metode
ekspolarasi
untuk
mendapatkan
sampel data.

3. Hidayaturrahmat Habitat Ikan Dari Teknik Adapun hasil


dan Muhamat Timpakul penelitian pengumpulan penelitiannya yaitu
(2013) (Periophthal terdahulu data pada hanya fokus satu
modon menggunakan sampel jenis ikan
schlosseri) Di metode dilakukan timpakul dengan
Muara penelitian secara terpilih famili Gobiidae
Sungai Barito lapangan (Purposive dan genus
(field sampling). periopthalmodon
research), Adapun dengan nama
yaitu teknik analisis speseis
langsung data Periophthalmodon
terjun ke menggunakan schlosseri).
lapangan data deskriptif Jeniskan timpakul
dengan kualitiatif. Periophthalmodon
metode schlosseri)
survey line ditemukan
transek sebanyak 37 ekor.

4. Dedi Irawan dkk Identiifkasi, Dari Teknik Adapun hasil


(2020) Kelimpahan penelitian pengumpulan penelitiannya yaitu
dan Tipe terdahulu data pada ditemukan hanya 3
Karakteristik menggunakan sampel jenis ikan
Habitat Ikan metode dilakukan timpakul dengan
Tembakul penelitian secara terpilih famili Gobiidae
Desa Pasir lapangan (Purposive dan 3 genus yaitu
Kabupaten (field sampling). Baleophthamus,
17

No. Nama Judul Metode Teknik Hasil Penelitian


Pengambilan
Data Dan
Teknik
Analisi Data
Mempawah research), Adapun Periophthalmus,
Kalimantan yaitu teknik analisis dan
Barat langsung data Periophthalmodon
terjun ke menggunakan
lapangan data deskriptif
dengan kualitiatif dan
metode data
ekspolarasi kuantitatif.
untuk
mendapatkan
sampel data.

5. Ayu Maulyda Keefektifan Dari Teknik Adapun hasil


dkk (2018) Bahan Ajar penelitian pengumpulan penelitiannya yaitu
Jenis Ikan Di terdahulu data pada berupa bahan ajar
Kawasan menggunakan sampel jenis ikan di
Mangrof metode dilakukan kawasan
Untuk penelitian secara terpilih mangrove
Melatihkan lapangan (Purposive terhadapa
Keterampilan (field sampling). keterampilan
Berpikir research), Adapun berpikir kritis
Kritis Siswa yaitu teknik analisis siswa jenjang
Jenjang SMK langsung data SMK 1) dari segi
terjun ke menggunakan kualitas bahan ajar
lapangan data data dikembangkan
dengan deskriptif efektif
metode kualitiatif dan mendapatkan hasil
ekspolarasi data ketuntasan dengan
untuk kuantitatif. rata-rata 87.
mendapatkan Model Kemudian 2)
sampel data. penelitian bahan ajar dari
menggunakan segi aktual N-gain
dengan model tinggi dinyatakan
evaluasi efektif dengan
formatif dan rata-rata nilai
tessmer merumuskan 0,9
(1993) dengan kategori tinggi,
jenis merumuskan
penelitian hipotesis 0,7
pengembanga dengan kategori
n R & D. tinggi, analisis
18

No. Nama Judul Metode Teknik Hasil Penelitian


Pengambilan
Data Dan
Teknik
Analisi Data
data 0,8 kategori
tinggi,
pengumpulan data
0,9 dengan
kategori tinggi,
dan menarik
kesimpulan 0,9
dengan kategori
tinggi.
(Sumber: Hasil Olah Data, 2023)

Dari kelima penelitian sebelumnya, 4 penelitian terdahulu ditujukan untuk

mengidentifikasi jeniskan timpakul, tipe habitat, dan kelimpahannya dengan lokasi

berbeda-beda. Ada satu penelitian yang serupa dari penelitian Ayu Maulyda (2018)

yaitu menggunakan jenis penelitian pengambangan dengan desain penelitian R & D

dan menggunakan model evaluasi formatif dan tessmer sampai uji one to one,

sehingga menghasilkan produk berupa bahan ajar. Perbedaan dari peneliti terhadap

penelitian terdahulu yaitu peneliti menggunakan jenis penelitian pengembangan

dengan desain EDR (Educational Design Research) dan menggunakan model dengan

evaluasi formatif tessmer sampai uji pakar, sehingga menghasilkan sebuah produk

berupa buklet yaitu buku kecil yang berisi banyak gambar dan bahasanya yang

mudah dipahami.

G. Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab

bagian. Adapun 5 bab bagian-bagian tersebut sebagai berikut:


19

1. BAB I pendahuluan yang tediri dari latar belakang masalah, definisi operasional,

tujuan penelitian, signifikansi penelitian, penelitian terdahulu, sistematika

penulisan.

2. BAB II kajian teori dan kerangka berfikir yang terdari dari definisi teoritik, dan

kerangka berfikir.

3. BAB III metode penelitian yang terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian,

desain penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, data dan

sumber data, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari hasil penelitian serta

pembahasan yang terdiri dari hasil penelitian serta pembahasan dan analisis hasil

5. BAB V Penutup yang terdiri dari simpulan dan saran.


BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Teoritik

1. Ikan

Burhanuddin (2014), dalam kategori hewan vertebrata, ikan (pisces)

berada di tingkat pertama. Secara keseluruhan, sekitar 25.000 jenis ikah telah

ditemukan bahkan lebih. Diperkirakannya jenis ikan sekitar 483 famili dalam 57

ordo.

Ikan merupakan sekelompok hewan vertebrata atau yang lebih dikenal

dengan sebutan hewan bertulang belakang. Tergolong kelas Pisces, air merupakan

medium tempat tinggal ikan. Burhanuddin (2014), menjelaskan bahwa ikan

mempunyai berbagai macam ciri morfologi, ada yang permukaan tubuhnya licin

berlendir, ada juga yang ditutupi oleh sisik. Umumnya alat pernafasan pada ikan

berupa insang, tubuhnya mempunyai sirip dengan bentuk morfologi yang

bermacam-mcam dengan fungsi untuk bergerak dan berenang. Selain itu, ikan

juga memiliki bentuk kepala dan bentuk mulut yang berbeda-beda di setiap

jenisnya.

Lesmana (2009), menjelaskan bahwa ikan berbeda dengan hewan darat

karena ikan mempunyai kemampuan untuk beradaptasi dengan lingkungan

hidupnya berupa air, suhu, oksigen terlarut, dan juga makanan pada ikan sangat

berbeda dengan makanan hewan yang berada di darat. Maka dari itu, baik secara

fisik yaitu bentuk badan (morfologi) serta alat-alat dalam dan fungsi organnya

21
22

(fisiologi) juga sangat berbeda dengan hewan yang berada di daratan. Karena

sesuai kebutuhan hidup ikan tersebut, tubuh ikan terdiri dari beberapa bagian yaitu

kepala (caput), badan (truncus), dan ekor (caudal).

Anjarsari (2010), menjelaskan bahwa ikan memiliki tubuh yang dibagi

menjadi tiga bagian yang dijelaskan sebagai berikut:

a. Caput: terdapat pada bagian kepala, yaitu mulai dari ujung moncong terdepan

sampai dengan ujung pada tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala

atau caput terdapat beberapa organ seperti mulut, rahang atas, rahang bawah,

gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan

sebagainya.

b. Truncus: pada bagian badan, yaitu mulai dari ujung tutup insang bagian

belakang sampai permulaan sirip dubur. Pada bagian badan atau truncus ini

terdapat beberapa jenis sirip yaitu sirip punggung, sirip perut, sirip dada, serta

organ-organ dalam seperti hati, empedu, lambung, usus, gonad, gelembung

renang, ginjal, limpa, dan sebagainya.

c. Cauda: bagian terakhir merupakan bagian paling ujung yaitu ekor, cauda ini

mulai dari permulaan sirip dubur hingga ujung sirip ekor pada bagian paling

belakang. Pada bagian ekor terdapat anus, sirip dubur, sirip ekor, dan

kadang-kadang juga terdapat scute dan finlet.


23

Gambar 2.1 Bagian Tubuh Ikan Kakap. (Sumber: Fatima, 2018)

2. Morfologi Ikan

Morfologi adalah bidang ilmu yang menyelidiki struktur luar makhluk

hidup. Morfologi mempelajari bentuk luar dari organisme dan bertujuan untuk

mudah mengingat dalam mempelajari organisme. Pada hewan air khusunya ikan

tubuhnya terbagi menjadi tiga yaitu kepala, badan serta ekor. Penelitian ini akan

mempelajari morfologi ikan., yang dijelaskan sebagai berikut:


24

Gambar 2.2 Morfologi ikan. (Sumber: Supriatna, 2020)

a. Morfologi Kepala

Lesmana (2009), menjelaskan bahwa kepala ikan memiliki beberapa

organ: organ mulut (oris), yang memiliki rahang dan gigi; lubang hidung

(nostril), yang berfungsi untuk merasakan rasa dan bau air; dan otak, yang

terletak di tengkorak kepala. Selain itu, ada juga telinga yang berfungsi sebagai

organ pendengaran, sungut atau kumis yang berfungsi sebagai sensor atau

pendeteksi lingkungan, dan mata tanpa kelopak mata yang berfungsi sebagai

organ penglihatan.

1) Bentuk Mulut

Menurut Rahardjo (2011), ikan mempunyai bentuk mulut yang sangat

beragam serta ukuran yang berbeda-beda pula. Perbedaan dari bentuk mulut

tersebut menunjukkan bagaimana carakan untuk memakan makanannya. Ikan

predator contohnya, ikan nila memiliki bentuk mulut yang cenderung lebih

menonjol atau maju ke depan. Berdasarkan dari cara makannya, menurut


25

Funjaya (2002), Ikan dapat dibedakan menjadi lima golongan yaitu: ikan

pemangsa, ikan penggerogot, ikan penyaring, ikan penghisap, dan ikan parasit.

2) Letak Mulut

Funjaya (2002), menjelaskan bahwa letak mulut ikan dapat menunjukkan

di mana ikan tinggal. Jika bentuk mulut bergantung pada jenis makanan, maka

letak mulut menunjukkan di mana ikan tinggal. Mulut ikan yang tinggal di dasar

air biasanya berada di bawah garis terminal (letak mulut subterminal).

Ikan dengan bentuk mulut terminal mempunyai gigi yang kuat serta

rahang yang dapat digerakkan. Bentuk mulut ikan pemakan plankton umumnya

kecil sesuai dengan jenis makanannya yang kecil serta mulutnya tidak dapat

dimajukan ke depan. Menurut Funjaya (2002), jenis-jenis letak dari mulut ikan

terbagi menjadi 4 golongan yaitu:

a) Superior: mulut yang terletak di atas hidung, contohnya pada ikan

julung-julung.

b) Terminal: mulut yang terletak di ujung hidung, contohnya pada ikan mas.

c) Subterminal: mulut yang terletak di dekat ujung hidung agak ke bawah,

contohnya pada ikan koru/senangin.

d) Inferior: mulut yang terletak di bagian bawah hidung, contohnya pada

ikan pari kembang


26

Gambar 2.4 Letak Mulut Ikan. (Sumber: Payara, 2022)

3) Sungut Ikan

Sungut (kumis) ikan menurut Funjaya (2002), berfungsi sebagai sensor

yang mendeteksi makanan saatkan hendak mencari makanan. Sungut padakan

memiliki perbedaan, sebagian ikan memiliki sungut yang pendek dan ada juga

yang memiliki sungut yang panjang. Selain dari panjang pendeknya sungut,

tebal dan tipisnya sungut pada ikan pun berbeda-beda begitu pula letak dari

sungut ikan pun bermacam-macam, ada yang letak sungutnya di rahang

bagian atas, bawah, depan serta disudut bibir ikan. Berdasarkan dari jumlah

sungut ikan juga berbeda-beda, ada ikan yang hanya mempunyai sepasang

sungut, dua pasang bahkan empat pasang sungut dan ada juga ikan yang tidak

memiliki sungut.

Gambar 2.5 Macam Sungut Ikan. (Sumber: Supriatna, 2020)


27

4) Mata Ikan

Menurut Funjaya (2002), mata ikan memiliki sistem optikal yang

mengumpulkan cahaya dan membentuk fokus pada bayangan sehingga retina

dapat menganalisisnya. Kornea, juga dikenal sebagai selaput bening, adalah

jendela di depan mata yang memungkinkan cahaya masuk. Mata ikan adalah

reseptor penglihatan yang sangat baik dan alat deteksi.

Funjaya (2002), menjelaskan bahwa lensa mata ikan sangat bulat dan

dapat membiaskan cahaya untuk meningkatkan pemfokusan pada objek yang

ingin dilihat, karena kornea padakan memiliki indeks refraksi atau bias yang

sangat kecil antara kornea dan air. Lensa mata ikan sangat bulat dan dapat

membiaskan cahaya untuk meningkatkan pemfokusan pada objek yang ingin

dilihat, karena kornea pada ikan memiliki indeks refraksi atau bias yang sangat

kecil antara kornea dan air.

Menurut Funjaya (2002), dengan meluruskan perlahan-lahan bentuk bola

mata ikan, iris juga membantu memperluas sudut lensa. Sclera, atau selaput

putih mata, adalah bahan yang elastis dan liat yang terdiri dari bola mata

sendri. Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, adalah retina mata. Jaringan-

jaringan urat saraf peka terhadap cahaya membentuk retina, yang menutupi

lebih dari setengah bagian bola mata.


28

b. Morfologi
GambarBadan
2.6. Mata Pada Ikan (Sumber: Mas Yog, 2019)

b. Morfologi Badan

1) Bentuk Tubuh Ikan

Lesmana (2009), menjelaskan bahwa bentuk tubuh ikan sangat berbeda

tergantung pada kelompok dan genusnya. Jenis tubuh ikan yang paling umum

termasuk jenis ikan Cyoprinidae dan beberapa bentuk tubuh yang sangat unik,

seperti ikan manfish (Pterpphillum scalare), yang memiliki tubuh yang sangat

gepeng di samping. Ikan kuhli loach, yang memiliki bentuk tubuh seperti ular

kecil, dan ikan buntal, yang memiliki bentuk seperti balon. Variasi bentuk

tubuh ikan menunjukkan adaptasi evolusi terhadap lingkungannya. Bentuk

tubuh ikan terdiri dari:


29

a) Fusiform (torpedo): bentuk tubuh ikan ramping, melintang seperti elips

pada bagian ekornya lebih sempit. Ikan yang memiliki bentuk tubuh ini

merupakan tipe ikan perenang cepat dan hidup di laut. Contohnya tuna,

dan kembung.

b) Compressed (pipih): bentuk tubuh ikan pipih baik dilihat secara lateral

maupun secara dorsoventral. Ikan yang memiliki bentuk tubuh ni biasanya

ikan yang memiliki kecepatan berenang dengan stabil. Mampu berenang

cepat jika terancam bahaya dan mampu berenang lambat jika tidak ada

bahaya. Contonya ikan mas.

c) Depressed (pipih secara lateral): ikan dengan bentuk pipih lateral biasanya

hidup pada dasar air. Contohnya ikan Pari Elang (Aeobatis narinari).

d) Anguliform (seperti ular): seperti namanya ikan ini memiliki bentuk yang

mirip dengan ular yaitu tubuh yang panjang dengan bentuk lintang

membundar. Contohnya Belut.

e) Filiform (seperti benang): tubuhnya memiliki bentuk yang panjang namun

sangat tipis seperti benang. Contohnya pada family Nemichtyuae.

Gambar 2.7 Bentuk Tubuh Ikan. (Sumber: Dian, 2021)


30

2) Sirip Ikan

Rahardjo (2011), memberikan penjelasan tentang bagaimana sirip ikan

membentuk eksoskeleton. Eksoskeleton ikan, khususnya ikan bertulang, terdiri

dari gelang pektoral, tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang, dan banyak

tulang berukuran kecil lainnya yang berfungsi untuk menopang jari sirip.

Menurut Rahardjo (2011), sirip ikan mempunyai fungsi sebagai alat

pergerakan serta menjaga keseimbangan tubuh ikan. Selain itu sirip ikan juga

memiliki fungsi sebagai alat peraba, alat penyalur sperma, dan sebagainya.

Sirip ikan terbagi menjadi beberapa bagian yaitu: spinnae pektoral (sirip

punggung), pinnae caudal (sirip ekor), pinnae anal (sirp dubur), sirip ventral

(sirip perut) dan sirip thorax (sirip dada). Tiga dari sirip pertama pada ikan

dinamakan dengan sirip tunggal sedangkan dua jenis sirip terakhir dinamakan

dengan sirip ganda.

Gambar 2.8. Macam Sirip Ikan. (Sumber: Faisal, 2021)

3) Sisik Ikan
31

Menurut Rahardjo (2011), ikan mempunyai salah satu ciri berupa sisik.

Walaupun tidak semuakan memiliki sisik, namun sisik pada ikan sendiri

mempunyai fungsi sebagai rangka luar pada ikan. Sisik terdiri dari lapisan

dermis yang terdiri dari jaringan pengikat yang dilapisi epitelium. Sebuah

kelenjar uniseluler terletak di antara sel-sel epitelium dan bertanggung jawab

untuk mengeluarkan lendir. lendir tersebut yang akan menghasilkan kulit yang

licin pada ikan. Khitin dan bahan CaCO3 membentuk sisik ikan. Sisik pada

ikan terbagi menjadi beberapa jenis yaitu: plakoid, ganoid, stenoid, dan sikoid.

Gambar 2.9 Macam Sisik Ikan. (Sumber: Oceanid, 2020)

c. Morfologi Ekor

Ikan mempunyai ekor yang memiliki fungsi sebagai alat gerak aktif

selain itu ekor ikan juga berfungsi mendorong saat berenang dan mengatur

belok ke kiri atau ke kanan secara bersamaan. Berdasarkan bentuk notochord


32

atau vetebrae. Menurut Sari (2019), bentuk ekor ikan terdiri atas empat macam

yaitu protocercal, homocercal, heterocercal, dan diphycercal.

1) Protocercal, pada bagian belokan notochordnya berakhir lurus pada ujung

ekornya. Umumnya bentuk ekor ini ditemukan pada ikan yang masih

embrio dan ikan Cyclostomata.

2) Homocercal, pada bagian ujung notochordnya pada ekornya sedikit

membelok ke arah dorsal sehingga bentuk dari cauda tidak simetris namun

jika dilihat dari arah luar seperti simetris. Contohnya padakan Teleostei.

3) Heterocercal, pada ujung belakang notochordnya pada ekor juga sedikit

membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara simetris.

Contohnya terdapat pada ikan cucut.

4) Diphycercal, pada ujung notochordnya lurus ke arah cauda sehingga pada

bagian sirip ekor terbagi secara simetris baik dari arah dalam maupun dari

arah luar. Contohnya terdapat pada jenis ikan Dipnoi dan Latimeria.

Gambar 2.10 Macam Bentuk Ekor Ikan. (Sumber: Ismail, 2012)


33

3. Keanekaragaman Jenis-Jenis Ikan Timpakul

Menurut Triono (2008), Indonesia menjadi salah satu pusat

keanekaragaman hayati dunia dan dikenal sebagai Negara “Megabiodiversity”.

Keanekaragaman hayati cukup banyak, tetapi salah satu definisi yang mudah

dicerna yaitu keanekaragaman hayati adalah kekayaan hidup di bumi, jutaan

tumbuhan, hewan dan mikroorganisme, genetika yang dikandungnya, dan

ekosistem yang dibangunnya menjadi lingkungan hidup.

Adaptasi ekologi dan evolusi spesies digambarkan oleh keanekaragaman

spesies. Keanekaragaman genetik memungkinkan spesies untuk mempertahankan

daya reproduksinya, tahan penyakit, dan beradaptasi terhadap perubahan

lingkungan, dan keanekaragaman komunitas adalah tanggapan bersama spesies

terhadap berbagai kondisi lingkungan.

a. Pengertian Ikan Timpakul

Ikan timpakul adalah spesies yang unik karena mereka dapat bergerak

menggunakan siripnya untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tempat

tinggalnya. Menurut Ramadhan (2014), Ikan dengan nama internasional

Mudskipper panjangnya sekitar enam inci (10–15,2 cm), dan mereka secara

harfiah dikenal dengan "ikan yang keluar dari air" yang menghabiskan lebih

banyak waktu di tepi lumpur daripada di dalam air. Ikan ini unik karena

mengangkut tubuh mereka di darat dan keluar dari air dengan sirip dada yang

diubah menjadi otot anggota tubuh depan. Menurut Walker & Wood (2005),

ikan timpakul memiliki kemampuan untuk mengatur gerakan bagian depan

tubuhnya dengan sirip ventralnya untuk "berjalan" di sekitar lumpur. Selain itu,
34

dengan membalik ekornya dengan kuat, ikan ini memiliki kemampuan untuk

bergerak di area dengan kecepatan yang cukup untuk menghindari predator.

Sirip belakangnya yang indah dan matanya yang mirip katak membuatnya

menonjol. Sehubungan dengan fungsi ekologis mangrove, Naibaho (2013)

menambahkan bahwa banyaknya vegetasi mangrove di daerah pantai

menentukan keberadaan dan kelimpahan tembakul.

Ikan Timpakuil ditemukan di ekosistem Mangrove itu sangat bervariasi di

antaranya yaitu:

1) Boleophthalmus pectinirostris

Boleophthalmus pectinirostris (Great Bluespotted Mudskipper) bisa

ditemukan di habitat terbuka di ekosistem mangrove, seperti di bagian

punggung mangrove yang jarang tertutup dan lumpur di daerah muara laut.

Menurut Baker (2018), jenis ini paling sering ditemukan di lapangan dengan

bintik biru halus pada sirip dorsal depan dan pola pengaturan bintik biru yang

mirip dengan tanda hubung pada sirip dorsal kedua, yang disusun dengan rapi

dalam garis vertikal dan horizontal.


35

Gambar 2.11. Timpakul jenis Boleophthalmus

pectinirostri. (Sumber: Anang Kadarsah, 2018)

2) Periophthalmodon schlosseri

Menurut Anang Kadarsah (2018), salah satu anggota genus

Periophthalmodon adalah jenis Periophthalmodon schlosseri, yang dalam

bahasa Inggris disebut giant mudskipper. Tubuhnya dapat mencapai 27 cm

panjang, sementara kebanyakan ikan timpakul lainnya hanya 25 cm. Adapun

ikan timpakul yang terbesar dapat mencapai 50 cm (Burton, 2002). Beberapa

karakteristik Periophthalmodon schlosseri termasuk bentuk tubuh yang

panjang, mata yang berdekatan di atas kepala yang besar, dan adanya bagian

tubuh yang disebut sirip dada yang digunakan untuk bergerak di darat. Kepala

dan batang tubuh berwarna biru keabu-abuan dengan bagian bawah abu-abu.

Ikan ini hidup di daerah berlumpur ekosistem mangrove.


36

Gambar 2.12. Timpakul jenis Periophthalmodon schlosseri.

(Sumber: Anang Kadarsah, 2018)

3) Boleophthalamus boddarti

Jenis Boleophthalamus boddarti ini memiliki ciri badan dan sirip

punggung yang berwarna biru mengkilap dan terkadang berwarna biru

kehijauan. Menurut Nugroho (2016), tubuhnya memiliki garis berwarna hitam

kecoklatan, bagian kepala dipenuhi bintik berwarna kebiruan serta garis hitam,

sedangkan pada bagian bawah tubuhnya berwarna putih. Jenis ikan ini

ditemukan pada pasang surut berlumpur di area ekosistem mangrove.


37

Gambar 2.13. Timpakul jenis Boleophthalamus boddarti

(Sumber: Anang Kadarsah, 2018)

4. Ikan Timpakul (Famili Gobiidae)

a. Morfologi

Bentuk ikan ini unik karena kedua matanya menonjol di atas kepala, mirip

dengan mata kodok, dan bentuk kepala depak dengan sirip punggung yang

tumbuh. Badannya bulat panjang dan mirip dengan sirip ekor torpedo. Panjang

tubuh berkisar antara beberapa sentimeter hingga hampir 30 cm (Purwaningsih,

2013). Al-Behbehani dan Ebrahim (2010), ikan timpakul memiliki mata besar

berbentuk bulat di atas kepala dan mulut menghadap ke bawah untuk mencari

makan di atas lumpur adalah adaptasi ikan timpakul untuk hidup di darat.

Tubuhnya tetap di bawah air, tetapi matanya menonjol ke atas berada di

permukaan.

Menurut Piper (2007), sendi siku pada ikan timpakul membentuk sirip

pectoral. Tubuh ikan dapat dibantu dengan sirip ini, yang memungkinkannya

melompat ke udara hingga 60 cm. Sirip dada ikan timpakul telah berubah

menjadi ekstremitas yang memungkinkan mereka berjalan di lumpur. Dengan

menggunakan cakram ventral mereka, ikan timpakul dapat memanjat akar bakau

yang bercabang untuk mencari serangga dan laba-laba saat air pasang kembali

ke liang lumpur. Graham (1997) menyatakan bahwa timpakul adalah anggota

dari famili Gobiidae, subfamily Oxudercinae.


38

Menurut Murdy (1988), ikan timpakul memiliki sirip dorsal (sirip dorsal

yang ke dua terdiri dari 27-30 bagian terhubung dengan membran), 26-28 sirip

anal, 18-21 sirip pectoral, 5 sirip pelvic, sirip caudal yang berbentuk seperti

pisau dengan 17 segmen, dikelilingi oleh sisik yang kecil dan bundar,insang

akan membuka dengan cara mengembangkan sirip pectoral, tubuh ramping, gigi

di kedua rahang dalam satu baris dan tidak memiliki membran yang menutupi

sebagian dari mata, insang berada di bagian ventral (insang pertama melengkung

dengan 4 insang menyerupai sapu berbentuk seperti rambut namun 3 insangnya

belum sempurna).

b. Klasifikasikan Timpakul

Ikan Timpakul (Mudskipper) termasuk famili Gobiidae dari kelas Pisces.

Menurut Panjaitan (2013), secara geografis, ikan ini tersebar luas dan banyak di

daerah pasang surut dan estuaria. Menurut Graham (1997), Saanin (1995) dan

Patzner dkk. (2012) menyatakan bahwa klasifikasi mudskipper yaitu:

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Superclass : Osteichthyes

Class : Pisces

Superordo : Acanthopterygii

Ordo : Perciformes

Subordo : Gobioidei

Superfamili : Oxudercini

Famili : Gobiidae
39

Subfamili : Oxudercinae

Genus : Parapocryptes

Apocryptodon

Oxuderces

Apocryptes

Pseudapocryptes

Zappa

Scartelaos

Baleophthalmus

Periopthalmodon

Periopthalmus

c. Habitat

Ansari (2014) menyatakan bahwa ada hubungan antara populasi ikan

timpakul dan ekosistem mangrove, yang merupakan habitat utama ikan

timpakul. Tempat mangrove biasanya basah dan kering. Biota telah belajar

menyesuaikan diri ketika hidup di lingkungan seperti ini. Ikan timpakul adalah

salah satu contoh biota yang mampu hidup dalam kondisi seperti itu. Mereka

hidup di pasang surut, atau lumpur, yang sulit dibandingkan dengan habitat lain.

Menurut (Rake & Sullivan, 2015), tempat tinggal mereka selalu berubah sesuai

dengan tingkat basah dan suhu. Karena kemampuan bernafas melalui kulitnya

dan lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya, ikan timpakul dapat

bertahan hidup di daerah pasang surut. Ikan timpakul hidup di hutan mangrove
40

yang berlumpur. Menurut Beatty, Bright & Robr (2001), mudskipper selalu

berada di wilayahnya, apabila terdapat individu yang terlalu dekat, bersiap-siap

untuk menjauh dengan cara menaikkan sirip, ketika bahaya mengancam, mereka

melompat di tanah dan menyelam ke dalam air, bersembunyi di lumpur di antara

akar mangrove.

Gambar 2.14. Habitat Ikan Glodok (Periphthalmus

crysospilos) (Sumber: Torus, 2021).

d. Reproduksi

Menurut Beatty, Bright & Robr (2010), sepanjang musim hujan, ikan

timpakul jantan menggali liang di lumpur dengan mulut mereka, dan ikan

timpakul betina menggunakan mulut mereka untuk bertelur. Sarang spesies di

Indo-Pasifik dapat mencapai 5 kaki (1,5 meter) lebar. Selama beberapa waktu,

ada asumsi bahwa pembuahan dapat terjadi di dalam ikan, tetapi buktinya masih

diperlukan. Ketika mereka berhubungan di luar air, jantan menunjukkan dirinya

di depan betinanya dengan membentangkan sirip punggung berwarnanya. Ketika

jantan siap untuk melakukan reproduksi, tubuhnya dan siripnya menjadi

berwarna cerah. Untuk menarik betina, jantan menggerakkan sirip dadanya dan
41

melompat ke udara sampai ketinggian sekitar 8 inci atau 20 cm, membuka sirip

punggungnya sebelum kembali ke lumpur. Jika betina tertarik, betina akan

mengikuti jantan ke sarangnya. Telur yang telah dibuahi secara internal, akan

diletakkan di bagian bawah sarang dan dijaga oleh betina.

5. Parameter Lingkungan

Menurut Suin (2012), kehidupan organisme tidak terjadi secara mandiri

hal itu berinteraksi dengan faktor lain, seperti faktor fisika dan kimia

lingkungannya, yang sangat memengaruhi penyebaran dan kepadatan hewan.

Pengaruh faktor lingkungan terhadap organisme dalam ekosistem terjadi secara

bersamaan.

a. Suhu Udara

Ikan merupakan hewan yang memiliki suhu tubuh yang relatif sama

dengan suhu lingkungannya, dengan demikian penurunan suhu lingkungan akan

menurunkan suhu tubuh ikan dan akan menurunkan laju metabolismenya.

Kenyataan ini memungkinkankan untuk mampu bertahan dalam kondisi dingin,

pakan yang tersedia relatif sedikit. Ikan akan mati jika suhu lingkungan terus

menurun di bawah ambang toleransi. Di sisi lain, apabila suhu lingkungan

meningkat, suhu tubuh ikan akan meningkat, sehingga laju metabolisme ikan

juga meningkat. Apabila suhu terus meningkat, dan ikan akan mati karena

hypoxia atau kegagalan enzim untuk berfungsi. Menurut Afrianto (2005), suhu

kritis ikan bervariasi, namun beberapa spesies mampu bertahan hingga suhu 40

℃.
42

Menurut Al-Behbehani & Ebrahim, (2010), ikan timpakul hidup di habitat

yang panas dan lembab untuk bernapas, kisaran suhu udara dan air dari 75-86°F,

ikan timpakul hanya aktif pada saat suhu diatas 55 ℉ . Menurut Olayan &

Thomas (2008) habitat suhu perairan mudkipper adalah 22-30℃ . sedangkan

menurut Panjaitan (2013) menyatakan bahwa suhu perairan ikan timpakul adalah

29℃ .

b. pH Tanah dan pH Air

pH adalah konsentrasion hydrogen dalam substrat. Semakin rendah pH

maka semakin tinggi konsentrasion H+ dalam substrat. pH yang terlalu rendah

dalam substrat akan menghambat aktivitas mikroorganisme dan laju

pengambilan unsur hara oleh akar. Menurut Kuncoro (2008), Sebaliknya, jika

pH substrat terlalu tinggi, jenis bakteri dalam substrat berubah, yang merugikan

ikan dan tanaman. pH tanah yang rendah juga akan menyebabkan pH air yang

rendah. Kordi (2010) menyatakan bahwa tanah dengan pH netral hingga basa

mengandung banyak garam nutrient yang dapat merangsang pertumbuhan pakan

alami. Pakan alami dapat tumbuh dengan baik di tanah dengan pH antara 6,6 dan

8,5. Menurut Olayan & Thomas (2008), pH ikan timpakul yaitu 8,2. pH air dan

pH tanah ikan timpakul adalah 7. Menurut Panjaitan (2013) menyatakan bahwa

pH tanah dan pH air ikan timpakul adalah 7.

c. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi totalon yang ada di perairan. Ini terjadi setelah

semua karbonat berubah menjadi oksida, klorida menggantikan semua bromide

dan iodide, dan semua bahan organik dioksidasi. Salinitas diukur dalam g/kg
43

atau promil (‰). Menurut Effendi (2003), nilai salinitas perairan tawar biasanya

kurang dari 0,5 ‰, perairan payau antara 0,5‰ - 30‰, dan perairan laut 30‰ -

40‰. Berbagai daerah mempunyai sifat-sifat yang berbeda dalam struktur

geografis, sifat-sifat musim hujan dan kemarau, serta pola sirkulasinya maka

daerah yang berlainan mempunyai ciri-ciri yang berbeda pula dalam variasi

bulanannya. Salinitas perairan berkisar antara 14-28‰. Menurut Olayan &

Thomas (2008), salinitas ikan timpakul yaitu 38‰, sedangkan menurut Panjaitan

(2013), menyatakan bahwa salinitas perairan ikan timpakul adalah 30‰.

6. Mangrove

a. Pengertian Mangrove

Kata mangrove berasal dari kata mangal yang menunjukkan komunitas

suatu tumbuhan, ada juga yang menyebutkan bahwa mangrove berasal dari kata

mangro, yaitu nama umum untuk Rhizophora mangle di Suriname. Kata

mangue digunakan di Portugal untuk menunjukkan suatu individu pohon dan

kata mangal untuk komunitas pohon tersebut. Purnobasuki (2005) menyatakan

bahwa istilah "mangrove" digunakan di Perancis untuk kata "manglier", dan ada

juga yang mengatakan bahwa istilah ini umumnya mengacu pada pohon yang

tumbuh di daerah berlumpur dan basah yang dekat dengan air pasang surut di

wilayah tropis. Mangrove adalah tempat yang bergerak karena pembentukan

tanah lumpur dan daratan oleh tumbuhan yang secara bertahap berubah menjadi

semi daratan. Mangrove juga dapat didefinisikan sebagai formasi hutan khas

wilayah tropika dan sedikit subtropika, yang ditemukan di pantai rendah dan

tenang, berlumpur, sedikit berpasir, dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut
44

(Arief, 2003). Mangrove juga memainkan peran penting dalam menjaga

keseimbangan siklus biologi dalam perairan.

Menurut Arief (2003), mengatakan bahwa mangrove mampu bertahan

hidup di lingkungan yang sulit. Untuk melakukannya, berbagai tumbuhan

mangrove mengembangkan perakaran yang unik, dikenal sebagai

pneumatophore, atau akar nafas, untuk mengambil oksigen dari udara dan

bertahan pada substrat yang berlumpur. Pembentukan akar ini merupakan

adaptasi yang kuat.

b. Manfaat Mangrove

Melalui proses fotosintesis, tumbuhan mangrove, seperti tumbuhan

lainnya, mengubah cahaya matahari dan zat hara (nutrien) menjadi jaringan

tumbuhan (bahan organik). Semua biota yang hidup di ekosistem mangrove

dapat bergantung pada tumbuhan mangrove sebagai sumber makanan dalam

berbagai bentuknya. Berbeda dengan ekosistem pesisir lainnya, rantai makanan

ekosistem mangrove terdiri dari serasah (daun, ranting, buah, dan batang).

Sebagian serasah mangrove didekomposisi oleh bakteri dan fungi menjadi zat

hara (nutrient) terlarut yang dapat di manfaatkan langsung oleh fitoplankton,

algae, maupun tumbuhan mangrove itu sendiri dalam proses (Arief, 2003).

7. Hakikat Sumber Belajar

Sumber belajar (learning reseource) merupakan segala tempat maupun

lingkungan sekitar, benda, dan juga orang yang mempunyai informasi yang dapat
45

digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan suatu proses

dalam perubahan tingkah laku. Selain itu, sumber belajar juga diartikan sebagai

segala sesuatu yang dapat memberikan informasi maupun penjelasan, berupa

definisi, teori, konsep, serta penjelasan yang berkaitan dengan pembelajaran.

Rohani (2004), menjelaskan bahwa sumber belajar yaitu sebuah

pengalaman. Baik itu pengalaman langsung dan bertujuan, pengalaman

dramatisasi, pengalaman tiruan, pengalaman darmawisata, pengalaman pameran,

museum dan sebagainya. Pengalaman dapat dipakai sebagai sumber belajar

menurut suatu jenjang tertentu berbentuk cone of experience atau dikenal dengan

kerucut pengalaman dimana pengalaman tersebut disusun dari yang konkret

sampai yang abstrak.

Menurut Nata (2009), pada pengajaran tradisional, sumber belajar masih

sangat terbatas pada informasi-informasi yang diberikan oleh guru dan hanya

ditambah sedikit dari buku. Sedangkan sumber belajar lainnya kurang

mendapatkan suatu perhatian sehingga halni menyebabkan aktivitas dari

pembelajaran kurang berkembang. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat

disimpulkan bahwa sumber belajar sebenarnya adalah segala sesuatu yang dapat

memberikan informasi dan membantu siswa mengubah tingkah laku. Misalnya,

orang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, orang yang tidak mengerti menjadi

mengerti, orang yang tidak terampil menjadi terampil, dan orang menjadi mampu

membedakan mana yang benar dan salah. Dengan demikian, ada banyak sumber

pembelajaran saat ini. Misalnya, di sekolah, museum, perpustakaan, pusat kota,

dan tempat lain di pedesaan dan kota-kota lain. Namun, penggunaan sumber
46

pembelajaran dan pengajaran ini sangat bergantung pada waktu dan biaya yang

tersedia, inovasi guru, dan kebijakan.

a. Sumber Belajar

Cahyadi (2019), sumber belajar dikenal juga dengan learning resources.

Sumber belajar merupakan semua sumber yang dapat digunakan oleh peserta

didik dalam belajar baik berupa data, orang, dan wujud tertentu, baik secara

terpisah maupun secara terkombinasi. Dengan begitu, kompetensi dan tujuan

belajar yang ingin dicapai akan lebih mudah dpahami oleh peserta didik. Pada

tahun 1972 konsep sumber belajar mencakup empat kategori yaitu: materi,

peralatan dan perlengkapan, orang dan kondisi.

Samsinar (2019), menjelaskan bahwa sumber belajar merupakan perangkat

yang penting dan sangat berperan meningkatkan kualitas dalam pembelajaran.

Dalam penerapannya, pendidik harus bisa memanfaatkan sumber belajar selama

kegiatan pembelajaran, halni yang akan menimbulkan kesan pembelajaran lebih

up to date dan tidak tertinggal oleh zaman. Terlebih, jika pendidik mampu

menjadikan sumber belajar yang digunakan menjadi bagian dari materi serta

perangkat pembelajarannya, maka akan menumbuhkan perasaan bangga dan

puas terhadap kualitas pembelajaran yang diberikan oleh pendidik.

Menurut Miarso (2005), belajar merupakan suatu tujuan yang dapat

dicapai baik oleh peserta didik sendiri atau dengan bantuan guru mereka. Agar

pembelajaran lebih menantang, lebih mudah, menyenangkan, dan lebih sukses,

maka seorang guru akan berperan penting dalam proses mengajar. Sedangkan

bagi pelajar, belajar digunakan untuk mengembangkan kesadaran, keterampilan,


47

dan pengetahuan mengenai hal-hal tertentu. Karena itu, pelajar dapat ditemukan

di mana saja, serta dalam berbagai kategori yang berbeda. Adanya interaksi yag

baik pada proses belajar dan mengajar antara pelajar dan guru akan berdampak

pada hasil belajar.

Sumber belajar memiliki berbagai macam jenis serta bentuk. Sumber

belajar tidak hanya mengacu pada buku cetakan saja namun televisi, komputer,

radio yang berbentuk non buku juga dapat menjadi sumber belajar jika hal

tersebut digunakan untuk menambah pengetahuan.

Interaksi antara guru sebagai tenaga pengajar dan peserta didik termasuk

ke dalam kegiatan belajar mengajar. Namun, tidak hanya interaksi antara guru

dan peserta didik saja. Kegiatan belajar mengajar sendiri mencakup interaksi

dengan semua yang dapat memungkinkan dipergunakan dalam proses belajar

mengajar.

b. Pengembangan Sumber Belajar

Pengembangan umber belajar dengan menggunakan Educational Design

Research (EDR). Desainni merupakan design research yang digunakan untuk

bidang pendidikan. Menurut Bakker (2004), desain ini juga dimasukkan ke

dalam penelitian pengembangan (developmental research) karena berkaitan

dengan pengembangan materi dan bahan pembelajaran. Design research

bertujuan untuk merancang dan mengembangkan alat bantu salah satunya yaitu

sumber belajar sebagai solusi untuk masalah pendidikan serta untuk memajukan

pengetahuan tentang alat bantu ini dan proses untuk merancang dan
48

mengembangkannya dengan tujuan untuk mengembangkan atau memvalidasi

teori.

Zaini (2018), menjelaskan bahwa Educational Design Research (EDR)

salah satu desain pendidikan pada bidang pendidikan. Penelitian desain

pendidikan dapat di definisikan sebagai suatu kajian yang sistematis meliputi

beberapa hal seperti; mengembangkan, merancang, dan mengevaluasi serta

intervensi pendidikan (seperti; program, strategi dan bahan pembelajaran,

produk dan sistem pembelajaran) yang menjadi solusi untuk memecahkan

permasalahan yang kompleks dalam pelaksanaan pendidikan. Selain itu,

penelitian pengembangan juga memiliki tujuan agar memajukan pengetahuan

mengenai karakteristik dari inventarisasi pendidikan serta meliputi proses

perancangan dan pengembangannya.

Menurut Zaini (2018), Educational Design Research (EDR) merupakan

suatu penelitian yang dapat memberikan pemecahan masalah yang pasti untuk

membenarkan mayoritas permasalahan penelitian pendidikan yang dilakukan

dan dilaporkan saat ini. EDR dapat dimanfaatkan sebagai alat ukur kemampuan

untuk berpikir kritis peserta didik dalam merumuskan masalah, hipotesis,

mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan dengan

menggunakan taksonomi bloom sehingga perangkat belajar yang efektif mampu

membuat berpikir kritis.

Zaini (2018), menjelaskan bahwa penelitian pengembangan yang

menekankan evaluasi formatif berguna dalam meningkatkan serta memperbaiki

sebuah objek suatu penelitian. Evaluasi formatif dalam konteks EDR merupakan
49

suatu kegiatan yang dilakukan dengan sistematis meliputi: desain penelitian,

pengumpulan data, analisis data, dan pelaporan yang bertujuan agar

meningkatkan kualitas intervensi prototipe serta prinsip desain yang

menyertainya.

Adapun alur desain evaluasi formatif dapat dilihat pada gambar di

bawah ini.

Low resistance revision High resistance to revision

Expert Review

Prelimanary Small Group

Revise

Self Field test


evaluation

One-to-one

Gambar 2.15 Alur desain evaluasi formatif diadaptasi dari Tessmer tahun 1993

(Sumber: Zulkardi, 2006)

Menurut Zaini (2018) berdasarkan gambar di atas, Tessmer merumuskan

beberapa tahapan dari evaluasi formatif. Tahapan tersebut meliputi: tinjauan

ahli, evaluasi perorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Namun sebelum

melakukan tinjauan ahli, peneliti haruslah melakukan evaluasi pada diri terlebih

dahulu, dapat dilihat pada gambar (Self evaluation). Evaluasi formatif sendiri

merupakan penilaian mengenai kelebihan dan kekurangan pada bahan

pembelajaran saat tahap pengembangan dan kemudian akan dilakukan revisi


50

guna meningkatkan efektivitas dan daya tarik produk yang dikembangkan. Pada

setiap tahapan pada desain atau evaluasi bahan pembelajaran evaluasi formatif

akan menjadi (kontrol) yang dapat membantu serta menjamin bahwa produk

akhir berhasil dan sesuai seperti yang diharapkan.

Adapun penjelasan masing-masing tahapan pada evaluasi formatif, sebagai

berikut:

1) Evaluasi Diri (Self evaluation)

Zaini (2018), evaluasi diri (self evaluation) adalah evaluasi formatif

yang dilakukan sendiri oleh peneliti dalam hal merancang produk yang ingin

dikembangkan sebelum ditinjau oleh ahli. Adapun produk yang akan

dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah buklet. Dalam proses

merancang awal produk buklet peneliti melakukan beberapa kegiatan yaitu:

a) Menelaah beberapa artikel yang berkaitan dengan topik bahan

pembelajaran.

b) Menulis daftar pertanyaan tentang bahan pembelajaran

c) Menyediakan waktu jeda selama beberapa hari untuk mendapatkan

perspektif baru sebelum menjawab pertanyaan

d) Menyiapakan tinjauan ahli

e) Melakukan revisi, namun masih membutuhkan pendapat siswa melalui

one-to-one evaluation.

2) Tinjauan Ahli (Expert Review)

Zaini (2018), tinjauan ahli adalah tahapan evaluasi formatif dimana

tinjaun ini melibatkan para ahli untuk meninjau versi awal bahan
51

pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk menentukan kelebihan serta

kekurangan produk yang dikembangkan. Tinjauan ahli akan menjadi evaluasi

intrinsik terhadap bahan pembelajaran. Tinjauan ahli ini nantinya akan

melibatkan satu atau lebih spesialis guna meninjau versi awal dari bahan

pembelajaran.

3) Evaluasi Perorangan (One-To-One Evaluation)

Menurut Zaini (2018), evaluasi one-to-one adalah tahapan evaluasi

formatif yang melibatkan subjek (Mahasiswa Program Studi Tadris Biologi

SemesterV) dimana satu persatu mahasiswa akan dimintai pendapatnya

tentang bahan pembelajaran yang akan dilakukan perbaikan. Dalam

melaksanakan evaluasi one-to-one dapat dilakukan dengan mengikuti

langkah-langkah seperti berikut:

a) Mempersiapkan pertanyaan evaluasi,

b) Merancang alat pengumpulan data

c) Mempersiapkan siswa untuk evaluasi

d) Mengelola evaluasi

e) Menutup evaluasi

f) Meninjau data evaluasi

g) Merevisi bahan pembelajaran

h) Mengulang siklus.

Zaini (2018), menjelaskan bahwa evaluasi one-to-one sangat baik

digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan serta masalah dalam versi awal


52

pembelajaran, tanggapan dan saran dari evaluasi one-to-one juga dapat

digunakan untuk merevisi desain yang telah dibuat.

4) Uji Kelompok Kecil (Small Group Evaluation)

Menurut Zaini (2018), evaluasi kelompok kecil merupakan suatu

tahapan yang dapat dilakukan oleh beberapa orang, (sekelompok) peserta

didik dengan tujuan memberikan suatu penilaian (mengevaluasi) dari versi

awal bahan pembelajaran yang akan dikembangkan. Evaluasi kelompok kecil

merupakan salah satu metode evaluasi formatif yang dilakukan setelah

evaluasi ahli dan one-to-one, dan digunakan untuk mengkonfirmasi

perubahan yang akan dibuat untuk menghasilkan data revisi lebih lanjut.

Berbeda dari tinjauan ahli, dalam evaluasi kelompok kecil peserta

didik merupakan sumber data utama dalam mengumpulkan data, yang

berfokus pada data kinerja dari siswa. Adapun informasi yang didapatkan dari

evaluasi kelompok kecil ini yaitu efektif, efisien, dapat digunakan, dan juga

menarik. Menurut Zaini (2018), kelompok peserta didik yang dipilih dalam

uji kelompok kecil ini dapat berjumlah 6-20 peserta didik. Peserta didik yang

dipilih dikelompokkan berdasarkan kemampuan, pengetahuan, motivasi

belajar, motivasi untuk mengevaluasi, literasi teknologi, dan faktor bahasa

dan budaya.

Dalam melaksanakan evaluasi kelompok kecil dapat dilakukan dengan

mengikuti langkah-langkah seperti berikut:

a) Menyiapkan pertanyaan

b) Merancang alat pengumpulan data


53

c) Menkondisikan lingkungan

d) Menyiapkan administrator

e) Menyiapkan siswa.

Kemudian dapat dilanjutkan dengan Gather data, dengan langkah-langkah

seperti:

a) Mengelola evaluasi

b) Melaksanakan tes/survei

c) Debrief the learners.

Kemudian dilanjutkan dengan ulasan dan revisi yang meliputi:

a) Meninjau data,

b) Merevisi bahan pembelajaran

c) Melakukan ulangan (opsional).

5) Uji Lapangan (Field Test)

Evaluasi uji lapangan merupakan evaluasi situasional (situated

evaluation), dimana bahan pembelajaran akan dievaluasi pada tahap akhir.

Evaluasi ini sering kali dikenal sebagai ‘uji β’. Evaluasi uji lapangan dapat

dilakukan dalam konteks yang identik dengan yang sesungguhnya. Evaluasi

uji lapangan memiliki beberapa tujuan, diantaranya:

a) Menjelaskan hasil revisi pada evaluasi formatif sebelumnya

b) Menyiapkan saran pada revisi akhir

c) Menyelidiki keefektivan bahan pembelajaran

Menurut Zaini, (2018), evaluasi uji lapangan sering dilakukan di

beberapa tempat, dengan peserta yang berbeda. Saat melakukan uji lapangan
54

haruslah mempertimbangkan waktu yang dimiliki agar dapat mengumpulkan

dan menganalisis data sebelum kegiatan berakhir.

Zaini (2018), memaparkan bahwa fokus desain dan evaluasi formatif

berbasis kertas, jika dikaitkan dengan desain Tessmer, dapat dijelaskan

seperti di bawah ini:

a) Expert review mengenai validasi isi, dilakukan oleh tiga orang pakar.

b) One to one evaluation (kepraktisansi), diberikan kepada lima orang

pengguna.

c) Small group evaluation yang dilakukan pada versi akhir menghasilkan

kepraktisan harapan (tahap uji coba).

d) Field test evaluation dilakukan pada versi akhir menghasilkan

kepraktisan aktual.

e) Field test evaluation dilakukan pada versi akhir menghasilkan

keefektivan harapan (tahap uji coba).

f) Field test evaluation dilakukan pada versi akhir menghasilkan

keefektivan aktual.

Produk pengembangan dapat dinyatakan valid apabila isinya sesuai

dengan state-of-the-art pengetahuan atau konten keabsahan validsi (relevant)

yakni dapat mengukur apa yang akan diukur. Sedangkan produk

pengembangan dapat dinyatakan praktis jika dapat dengan mudah digunakan

oleh pengguna dalam lingkungan pembelajaran. Selain itu, Siburian (2019, p.

29), produk pengembangan dapat dinyatakan efektif apabila dapat memenuhi

apa saja yang diinginkan dalam pembelajaran.


55

8. Buklet

a. Definisi Buklet

Buklet merupakan bahan ajar pembelajaran yang berukuran buku kecil

yang didalamnya berisi informasi dengan topik tertentu yang membahasnya.

Ditambahkan oleh Parwiyati (2014), menyatakan bahwa buklet berisi gambar

atau tulisan (lebih dominan) yang bentuknya buku kecil setebal 10-25 halaman,

dan paling banyak 96 halaman. Ukuran buku untuk pembuatan buklet tidak ada,

agar tidak membuang banyak kertas biasanya disesuaikan dengan ukuran standar

kertas seperti A4, A5, dan lain-lain.

Menurut Fitriani (2016), buklet merupakan sebuah buku kecil, dengan

bentuk, ukuran, dan halaman yang lebih kecil dan sedikit dari buku pada

umumnya yang memiliki halaman yang banyak. Buklet merupakan bentuk

fisiknya menyerupai buku yang tipis dan lengkap informasinya, yang

memudahkan media tersebut untuk dibawa. Buklet merupakan kelompok media

teknologi cetak. Kemudian Pralisaputri (2016), menambahkan bahwa buklet ini

menjadi media pendamping untuk kegiatan pembelajaran di kelas dan

diharapkan bisa meningkatkan karakter pembelajaran peserta didik. Unsur-unsur

tersebut bila ditata dengan baik akan menimbulkan daya tarik, memudahkan

dalam memahami pesan dan menimbulkan kesan akrab sehingga akan

menimbulkan minat bagi yang membacanya.

b. Unsur-Unsur Buklet

Unsur-unsur pada buklet tidak berbeda dari unsur-unsur yang terdapat


56

pada buku. Menurut Sitepu (2012), unsur-unsur atau bagian-bagian pokok yang

secara fisik terdapat dalam buku yaitu:

1) Kulit (Cover) dan Isi Buku

Kulit buku terbuat dari kertas yang lebih tebal dari kertas buku, fungsi

dari kulit buku adalah melindungi isi buku. Kulit buku harus didesain

semenarik mungkin agar memberikan minat kepada pembaca. Isi buku buklet

pada umumnya sekitar 10-25 halaman, dan paling banyak 96 halaman.

2) Bagian Depan

Bagian depan ini memuat halaman judul, halaman judul utama,

halaman daftar isi dan kata pengantar, setiap nomor halaman depan buku teks

menggunakan angka romawi kecil.

3) Bagian Teks

Bagian teks memuat bahan yang akan disampaikan kepada pembaca,

terdiri atas judul bab atau sub judul, setiap bagian dan bab baru dibuat pada

halaman berikutnya dan diberi halaman yang diawali dengan angka 1. Bagian

teks biasanya bahasanya menggunakan bahasa simple dan mudah dipahami

pembaca.

4) Bagian Belakang

Bagian belakang buku terdiri atas daftar pustaka, glosarium, dan

biodata penulis, tetapi penggunaan glosarium dalam buku tersebut banyak

menggunakanstilah atau frase yang memiliki arti khusus dan sering digunakan

dalam buku tersebut.

c. Kegunaan Buklet
57

Menurut Citrawati (2009), adapun kegunaan Buklet Sebagai Berikut:

1) Sifatnya konkre.t.

2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.

3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita.

4) Memperjelas suatu masalah.

5) Dapat dikemas dengan relatif mudah, dan gampang digunakan.

d. Kelebihan dan kelemahan Buklet

Buklet memiliki beberapa kelebihan yaitu dapat dipelajari setiap saat

karena desain berbentuk buku dan memuat informasi relatif lebih banyak

dibandingkan dengan poster. Menurut Ulya (2014), mengatakan bahwa media

buklet memiliki beberapa kelebihan, yaitu proses penyuluhan menggunakan

media buklet sampai kepada sasaran dapat dilakukan sewaktu-waktu dan

disesuaikan dengan sasaran, buklet ini selain ada teks juga terdapat gambar

sehingga dapat meningkatkan pemahaman dalam belajar, lebih terperinci dan

jelas, mudah di mengerti. Sedangkan menurut penelitian Citrawati (2009),

mengemukakan beberapa kelebihan buklet diantaranya yaitu, sebagai sumber

belajar, media untuk mengubah perilaku, melatih perkembangan bahasa,

memperkenalkan dunia konkret. Namun juga memiliki kelemahan dari pendapat

Huriyati (2015), yaitu buklet biaya cetakan mahal bila ingin menampilkan

ilustrasi, proses pencetakan memakan waktu lama, dan jika tidak dirawat dengan

baik cepat rusak.

B. Kerangka Pikir
58

Melihat besarnya potensi sumber daya ikan timpakul terutama yang berada di

kawasan ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar yang belum optimal serta masih

kurangnya informasi bioekologi ikan eksotik seperti ikan timpakul, maka diperlukan

penggalian informasi tersebut. Dengan demikian tujuan penelitian ini untuk

mengetahui jenis-jenis ikan timpakul pada Ekosistem Mangrove di Desa Pagatan

Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Hasil dari penelitian ini juga

akan menghasilkan sebuah produk yang mana bisa digunakan untuk informasi

mengenai Pegembangan Buklet Jenis-Jenis ikan Timpakul Pada Ekosistem

Mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Oleh

karena itu berdasarkan permasalahan tersebut maka kerangka pikir dari penelitian ini

yaitu sebagai berikut


59

EKOSISTEM MANGROVE
i i i i i

Biotik
i
Abiotik
i

Ikan Timpakul (Famili Gobiidae)i i Karakteristik Habitat


i

Keanekaragaman
i i

 Temperatur
i i

 Kelembahan tanah
i i

 pH tanh
 pH air
Spesies Karakteristik Morfologi

i i

Salinitas
i i i i

Identifikasi dan jenis-jenis ikan Timpakul


i i i

Pengembangan
i i

Sumber belajar i i

Validitas sumber belajar i i

Buklet u i
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model

Educational Design Researching (EDR) berbasis penelitian lapangan (Field

researching). Penelitian lapangan (field researching), yaitu pengamatan langsung

terhadap objek yang diteliti guna mendapatkan data yang relevan. Penelitian

pengembangan dengan jenis penelitian desain pendidikan atau Educational

Design Research (EDR)ni menggunakan desain evaluasi formatif Tessmer.

Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini yaitu

pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Mulyadi (2011 p. 127), pendekatan kualitatif

dan kuantitatif merupakan pendekatan yang saling berhubungan satu sama lain,

dengan adanya kedua pendekatan ini dapat saling memperkuat serta saling

melengkapi hasil penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh tidak hanya bersifat

objektif, terstruktur, dan terukur saja. Namun, juga berisikan hasil penelitian yang

mendalam dan factual). Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil jenis-

jenis ikan timpakul, morfologi ikan timpakul, dan habitat ikan timpakul.

Sedangkan, data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data pengukuran

parameter lingkungan dan data validitas buklet.

Buklet dikembangkan menggunakan desain Evaluasi Formatif Tessmer.

Secara umum Evaluasi Formatif Tessmer yang terdiri dari beberapa tahapan

penelitian, yaitu evaluasi diri (self evaluation), penilaian para ahli (expert review),

60
61

uji perorangan (one-to-one), serta uji kelompok kecil (small group evaluation)

dan uji coba (field test). Namun dalam penelitian ini peneliti membatasi hanya

sampai pada tahap pendapat ahli (expert review) untuk menguji kevalidan isi

buklet. Hal ini mengacu pada penelitian Mawwadah (2022), yang menguji Buku

Ilmiah Populer yang diuji sampai 2 tahap yaitu evaluasi diri dan evaluasi pendapat

para ahli. Hal ini karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin

mengidentifikasi jenis-jenis ikan timpakul hingga validitas buklet yang

dikembangkan serta karena terbatasnya waktu penelitian. Menurut Zaini (2019),

mengatakan bahwa EDR bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan yang dapat

diterapkan secara langsung dalam praktik pendidikan karena tujuannya berupaya

untuk memperbaiki desain instruksional guna mendukung inovasi dalam konteks

pendidikan.

B. Desain Penelitian

Penelitianni menggunakan desain penelitian berupa EDR (Educational

Design Research) berbasis penelitian lapangan (Field researching). Desain ini

termasuk ke dalam penelitian pengembangan (developmental research) karena

berkaitan dengan pengembangan materi dan bahan ajar. Proses EDR (Educational

Design Research) bersifat siklus meliputi analisis, desain, evaluasi, dan kegiatan

revisi diulang sampai mencapai keseimbangan yang tepat antara tujuan penelitian

dan realisasinya.

Penelitian pengembangan dengan jenis penelitian EDR ini menggunakan

desain evaluasi formatif Tessmer. Pemilihan desain evaluasi formatif Tessmer

dikarenakan tahapannya diurutkan secara sederhana dan sistematis, sehingga


62

memudahkan peneliti untuk meneliti dan mengembangkan suatu produk (Zaini,

2018, p. 55). Evaluasi formatif mengandung unsur pengembangan melalui

identifikasi masalah terhadap kekurangan serta kelebihan produk yang dibuat

selama proses pengerjaan, hal tersebut dilakukan guna menghasilkan saran-saran

perbaikan untuk meningkatkan kualitas produk pembelajaran yang dikembangkan

oleh peneliti (Zaini, 2018, p. 61).

Secara umum evaluasi formatif Tessmer terdiri dari beberapa tahapan

penelitian, diantaranya yaitu tahap evaluasi diri (self evaluation), tahap tinjauan

atau penilaian dari para ahli (expert review), tahap evaluasi perorangan (one-to-

one evaluation), tahap evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan

tahap evaluasi uji lapangan (field test evaluation) (Zaini, 2018, p. 50–51). Namun,

pada penelitian tahapan evaluasi formatif tessmer yang dilakukan oleh peneliti

hanya dibatasi sampai pada 2 tahapan yaitu evaluasi diri (self evaluation) dan

penilaian para ahli (expert review) saja guna untuk mengetahui kelayakan isi

produk pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Hal ini mengacu pada

Mawaddah (2022), yang juga menggunakan tahapan evaluasi formatif tessmer

dalam mengembangkan Buku Ilmiah Populer (BIP) dibatasi hanya sampai 2

tahapan saja yaitu evaluasi diri (self evaluation) dan penilaian para ahli (expert

review).

Plomp (2013), mengemukakan secara umum desain penelitian ini dibagi

dalam sejumlah fase yaitu, Preliminary phase atau fase pendahuluan berisi

analisis kebutuhan dan konten untuk pengembangan kerangka konseptual melalui

tinjauan pustaka. Development or prototyping phase yaitu fase pengembangan


63

berisi perancangan petunjuk desain, pengoptimalan prototipe, serta evaluasi

formatif dan revisi. Assessment phase atau fase penilaian berupa evaluasi sumatif

untuk menyimpulkan apakah prototipe yang dikembangkan memenuhi tujuan

penelitian. Pada penelitian ini hanya dilakukan hingga fase pengembangan.

Adapun rincian tahapan-tahapan yang akan dilakukan pada penelitianni

yaitu:

1. Tahap pendahuluan (Preliminary Research)

Pada tahapni melakukandentifikasi permasalahan yang ada di Program

Studi Tadris Biologi UIN Antasari Banjarmasin yang akan digunakan sebagai

acuan untuk mengembangkan buklet dengan cara melakukan observasi

permasalahan bahwa sumber belajar berupa buklet belum ada dan untuk mata

kuliah khususnya tentang jenis-jenis ikan timpakul juga belum ada sehingga

diperlukannya sumber belajar yang lebih banyak lagi digunakan sebagai

pengetahuan. Berdasarkan hasil identifikasi masalah di atas, hasil penelitian

terhadap jenis-jenis ikan timpakul pada ekosistem mangrove di Desa Pagatan

Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut yang telah dilakukan dibuat

draft menjadi sebuah buku berupa buklet, kemudian dilakukan revisi bersama-

sama dosen pembimbing dengan para ahli.

a. Tahap Persiapan

1) Melakukan observasi lokasi penelitian yang sesuai untuk pengambilan sampel

jenis ikan timpakul di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten

Tanah Laut.

2) Membuat surat izin penelitian.


64

3) Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian.

Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu, buku identifikasi ikan dari

Saanin (1984), kamera Hp, millimeter blok, alat tulis, alat parameter

lingkungan.

b. Tahap Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan pada tahap ini adalah sebagai berikut:

1) Menetapkan lokasi pengambilan sampel di kawasan ekosistem mangrove di

Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.

2) Melakukan pengamatan kajian terhadap morfologi ikan yang ditemukan

3) menyesuaikan dengan instrumen pertelaan ikan.

4) Melakukan pengambilan sampel jenis ikan timpakul untuk kepentingan

dokumentasi morfologi ikan dan mendokumentasikan dalam bentuk gambar

atau foto.

5) Membuat dokumentasi kegiatan-kegiatan lapangan.

6) Melakukan analisis data terhadap data yang diperoleh. Hasil analisis data

akan digunakan sebagai referensi dalam penyusunan sumber belajar berupa

buklet.

2. Tahap pengembangan atau pembuatan prototipe (Development or

prototyping phase).

Pada tahapni dilakukan pengembangan dan pembuatan produk penelitian

yaitu buklet berdasarkan data yang telah diidentifikasi. Selanjutnya setelah produk

selesai dibuat, maka dilakukan evaluasi formatif menggunakan desain evaluasi


65

formatif Tessmer (1993) yang dibatasi pada dua tahap yaitu self evaluation dan

expert review.

Adapun rincian tahapan-tahapan yang akan dilakukan pada penelitianni

yaitu:

a. Evaluasi Diri (Self evaluation)

Pada tahap ini, peneliti melakukan evaluasi diri sesuai dengan tahapan

desain evaluasi formatif Tessmer, dengan melakukan beberapa hal di antaranya

yaitu:

1) Mengumpulkan data penelitian, kemudian data tersebut dianalisis,

dideskripsikan, dan dibuat menjadi sumber belajar berupa buklet.

2) Menyusun kerangka buklet.

3) Menentukan judul buklet sesuai dengan topik penelitian.

4) Merancang outline buklet.

5) Menelaah hasil penelitian yang berhubungan dengan topik penelitian serta

beberapa artikel yang berkaitan dengan topik penelitian dan produk

pembelajaran berbentuk buklet yang dikembangkan.

6) Mengevaluasi secara mandiri terkait produk pembelajaran berbentuk buklet

yang dikembangkan.

7) Menelaah beberapa aspek penting yang berkaitan dengan produk yang

dikembangkan diantaranya yakni aspek konten, kebahasaan, penulisan, dan

lain sebagainya.
66

8) Menentukan ketersediaan waktu dan perkiraan biaya yang diperlukan untuk

penelitian serta pengembangan produk.

9) Melaksanakan validasi instrumen penelitian.

Adapun cover buklet hasil rancangan awal yang telah dibuat peneliti dapat

dilihat pada gambar di bawahni:

Gambar 3.1. Desain Cover Buklet (Sumber: Dok. Pribadi, 20222)


i i i i i i

b. Penilaian Para Ahli (Expert review)

Pada tahapni, peneliti menyerahkan buklet kepada ahli untuk diuji

kevalidannya dengan menggunakan angket yang telah dibuat sebelumnya. Bagian

yang dievaluasi oleh ahli meliputi dari bidang materi, bidang media dan Bahasa

yang sekiranya perlu untuk dievaluasi.


67

Adapun tahapan desain Evaluasi Formatif Tessmer dari uji penilaian para

ahli terhadap produk pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti, dengan

melakukan beberapa hal di antaranya yaitu:

a. Menetapkan tiga orang validator yang ahli dibidangnya untuk mengevaluasi

produk pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti.

b. Menyerahkan produk pembelajaran berupa buklet dan instrumen lainnya

untuk divalidasi kepada tiga orang validator yang sudah ditetapkan

sebelumnya.

c. Menerima kembali hasil penilaian oleh tiga validator yang sudah ditetapkan

sebelumnya.

d. Melakukan perbaikan sesuai dengan permintaan dari ketiga validator yang

sudah ditetapkan sebelumnya.

e. Memperbaiki kembali produk pembelajaran berupa buklet apabila

dikategorikan tidak valid oleh validator. Peneliti akan melakukan perbaikan

secara berulang sampai produk pembelajaran yang dikembangkan oleh

peneliti dinyatakan valid oleh ketiga validator.

C. Setting Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada ekosistem mangrove di Desa Pagatan

Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Sekitar 66.650 hektar hutan

mangrove di provinsi Kalimantan Selatan, yang dimiliki Kabupaten Tanah Laut

saat ini seluas 3.000 hektar dan masih terjaga kelestariannya. Kemudian

ditambahkan Soendjoto (1999, p. 42), yang menerangkan bahwa dijumpai


68

beberapa lokasi istimewa, yakni ekosistem mangrove di pantai desa Pagatan Besar

seluas 7,4 hektar. Dari data BPS Tanah Laut (2013), secara administratif luas

wilayah desa Pagatan Besar luas wilayahnya adalah 4.540 hektar.

Adapun tempat penelitian menggunakan dua zona yaitu zona I ekosistem

mangrove jauh pemukiman warga dan zona II ekosistem mangrove yang dekat

dari pemukiman warga. Penelitian dilakukan dengan teknik jelajah yaitu dengan

cara menyusuri langsung dan mengambil sampel ikan timpakul yang ditemukan

secara langsung.

Penelitian dilaksanakan selama 14 bulan mulai dari Mei 2022-Juni 2023

yang meliputi survei lokasi, penyusunan proposal, pelaksanaan penelitian,

pengumpulan data, analisis data, penyusunan buklet, dan penyusunan skripsi.

Adapun jadwal perencanaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti akan

disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.

Tabel 3.1. Jadwal Penelitian

No Item Bulan
.
Mei Oktober Januar Februari Maret- Mei-
2022 2022 i 2022 April Juni
2023 2023 2023
1. Survei lokasi √
penelitian
2. Pendaftaran √
proposal
3. Pengajuan √
proposal
4. Pelaksanaan √
penelitian
5. Pengumpulan √
69

data
6. Analisis data √
7. Penyusunan √ √
skripsi
Sumber: (Hasil Olah Data, 2022)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan atau semua jenis ikan

timpakul yang terdapat pada ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar

Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Sampel pada penelitian ini adalah

jenis-jenis ikan timpakul yang terdapat dalam zona yang sudah ditentukan. Proses

penangkapan sampel dengan menggunakan alat yang bernama jaringkan, alat

pancing, dan jala. Dalam penggalian datani menggunakan teknik jelajah yaitu

menyusuri langsung ke lapangan dalam pengamatan dan pengambilan sampel

dengan menggunakan jaring ikan, alat pancing, dan jala.

E. Data dan Sumber Data

1. Data

a. Data Primer

Data primer adalah data berupa informasi dan keterangan yang diperoleh

peneliti secara langsung dari lapangan (kawasan penelitian) berupa jenis-jenis

ikan timpakul pada ekosistem mangrove di desa Pagatan Besar kecamatan

Takisung kabupaten Tanah Laut. Data primer dalam penelitian ini adalah data
70

jenis-jenis ikan Timpakul, data tentang validitas produk yang dihasilkan yaitu

berupa buklet, serta data pengkuran parameter lingkungan yang dapat

mempengaruhi habitatnya seperti temperatur, kelembaban tanah, pH air, pH

tanah, dan salinitas.

b. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang langsung dikumpulkan peneliti sebagai

penunjang dari sumber data primer. Adapun data sekunder yang digunakan

biasanya yaitu seperti buku yang berkaitan tentang penelitian, internet, karya-

karya ilmiah yang berkaitan dengan tema penelitian. Data sekunder atau

penunjang penelitian ini misalnya informasi mengenai jenis dan habitat ikan

timpakul dari buku, informasi dari masyarakat setempat mengenai keberadaan

ikan timpakul, dan lokasi penelitian pada ekosistem mangrove di Desa Pagatan

Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.

2. Sumber Data

a. Jenis-Jeniskan timpakul

Jenis-jeniskan timpakul yang didapat merupakan bahan yang dijadikan

sampel dalam penelitian, yakni yang sudah didapatkan pada kawasan ekosistem

mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.

b. Data Validitas

Data tentang validitas pada penelitian ini diperoleh dari sumber data yaitu

instrumen pertelaan ikan, instrumen validitas, dan hasil dari penilaian validasi
71

dari tiga orang respon ahli pakar yang terdiri atas ahli materi, ahli media, dan

ahli bahasa,

F. Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua sebagai

berikut:

1. Data Kualitatif

Proses pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan teknik metode

survei deskriptif, yaitu mendeskripsikan hasil pengamatan dan pengambilan

sampel langsung di lokasi penelitian. yang mana pengambilan sampel dilakukan

dengan teknik jelajah pada wilayah yang telah ditentukan dan kemudian

didokumentasikan. Adapun area jelajah yang digunakan dalam penelitian adalah

2 zona kawasan mangrove desa Pagatan Besar yang telah ditentukan. Adapun

langkah-langkah pengumpulan data dari data kualitatif yaitu:

a. Teknik Observasi

Observasi adalah suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan

mengadakan pengamatan secara langsung Sugiyono (2018). Maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode observasi untuk pengamatan

langsung terhadap jenis-jenis ikan timpakul dan peneliti mengidentifikasi jenis-

jenis ikan timpakul dengan menggunakan buku kunci determinasi khususkan


72

dari Saanin (1984) kemudian dicatat setiap data yang didapat sampai

menemukan nama ilmiah jenis ikan timpakul tersebut. Dalam observasi ini

peneliti melakukan penelitian lapangan (field research) dengan teknik jelajah

yaitu peneliti melakukan penelitian terjun langsung ke lapangan dan menjelajahi

lokasi penelitian yang ditentukan tersebut guna untuk meneliti dan

mengumpulkan data-data jenis ikan timpakul.

b. Menentukan Wilayah Sampling

Teknik sampling adalah cara untuk menentukan sampling serta besar

sampel. Untuk menentukan seberapa banyak sampel yang akan diambil saat

penelitian, dibutuhkan teknik pengumpulan data. Teknik pengumpulan data

dapat didasarkan pada lokasi pengambilan sampel yang berbeda, yang dapat

dibagi menjadi 2 zona wilayah penelitian.

1) Zona I merupakan zona yang jauh dari pemukiman warga.

2) Zona II merupakan zona yang dekat dengan pemukiman warga sekitar.

Perbedaan wilayah tersebut dapat menjadi patokan dalam menentukan

wilayah sampling. Penentuan luas wilayah sampling berdasarkan lokasi

penelitian 2 zona tersebut yaitu untuk luas ekosistem mangrove tersebut sekitar

7,5 hektar, sehinggan untuk panjang masing-masing zona tidak ditentukan

dikarenakan mangrove luasnya membentang di area pantai desa Pagatan Besar,

sehingga peneliti mengambil patokan zona ini dari beberapa dermaga atau

jembatan untuk menelusuri area mangrove. Untuk zona I dan zona II panjang

dermaga atau jembatan dari ujung ke ujung masing-masing sekitar 40 meter,

kemudian pada zona I ekosistem mangrove dari paling ujung dermaga atau
73

jembatan ke area laut sekitar 15 meter, sedangkan zona II sekitar 20 meter.

Perbedaan jarak antara kedua zona tersebut sekitar 350 meter.

c. Pengumpulan Data Spesieskan Timpakul Pada Ekosistem Mangrove Di

Desa Pagatan Besar

Pengumpulan data ikan timpakul pada ekosistem mangrove di Desa

Pagatan Besar dapat dilakukan dengan menjelajahi wilayah penelitian yang

sudah ditentukan dengan bertahap. Adapun wilayah yang dijelajahi adalah 2

zona ekosistem mangrove. Setiap spesies ikan timpakul pada ekosistem

mangrove yang telah ditemukan diambil sampelnya lalu masukkan ke dalam

wadah yang disediakan, kemudian sampel tersebut didokumentasikan, dicatat

ciri morfologinya sesuai dengan aspek instrumen pertelaankan, dan kemudian

ikan timpakul yang ditemukan diidentifikasi menggunakan acuan kunci

identifikasi ikan dari buku Saanin (1984).

d. Deskripsikan Timpakul Pada Ekosistem Mangrove Desa Pagatan Besar

Seluruh sampel ikan timpakul pada ekosistem mangrove yang telah

didapatkan kemudian diamati dan dicatat ciri morfologinya. Adapun

pengamatan secara detail dapat dilakukan berdasarkan tabel pertelaan ikan yang

ada pada tabel lampiran 6.

e. Identifikasi Spesieskan Timpakul Pada Ekosistem Mangrove Desa

Pagatan Besar

Identifikasikan timpakul pada ekosistem mangrove dapat dilakukan

dengan membandingkan gambar hasil foto dokumentasi dengan foto yang ada

pada sumber referensi. Ketika mengidentifikasi suatu sampel haruslah


74

diperhatikan ciri dari morfologinya, sehingga dapat diketahui jenis darikan yang

ditemukan. Setelah diketahui jeniskannya, selanjutnya dapat dilakukan

pengklasifikasian menggunakan sumber buku referensi seperti buku

identifikasikan dari Saanin (1984), dan membandingkan dengan hasil penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya.

f. Klasifikasi Spesieskan Timpakul Pada Ekosistem Mangrove Desa

Pagatan Besar

Jenis ikan timpakul dari proses identifikasi yang telah diketahui, kemudian

dilakukan pengklasifikasian pada tingkat taksonominya meliputi kingdom

(kerajaan), divisio (divisi), classis (kelas), ordo (bangsa), familia (suku), genus

(marga), dan spesies (jenis). menggunakan sumber buku referensi seperti buku

idnetifikasi khusus ikan dari Saanin (1984), dan referensi dari internet.

2. Data Kuantitatif

a. Angket

Angket merupakan instrumen pengumpulan data dengan memberikan

lembar validasi kepada 3 para ahli yaitu ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa.

Menurut Idi (2011), menyatakan bahwa instrumen angket ini dapat bersifat

tertutup atau terbuka, yang mana dalam instrumennya mencakup angket,

checklist, atau skala. Metode pengumpulan data menggunakan angket ini

memiliki tujuan untuk mengukur kevalidan buklet yang dikembangkan kepada

validator. Adapun validator yang menguji validitas produk ini terdiri dari tiga

orang validator dengan kisi-kisi instrumen validasi ahli materi, ahli media, dan

ahli bahasa dapat dilihat pada lampiran 3.


75

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dipilih oleh peneliti guna

mengumpulkan data penelitian. Menurut Hardani dkk., (2020, p. 247), penelitian

merupakan pedoman tertulis yang ditentukan oleh peneliti untuk melengkapi dan

membandingkan data yang telah ditemukan sebelumnya melalui kegiatan

observasi dan kuesioner atau angket. Instrumen yang digunakan pada penelitian

ini terdiri dari dua macam, yaitu instrumen penelitian data kualitatif dan instrumen

penelitian data kuantitatif.

Instrumen dalam penelitianni berupa pedoman observasi awal mengenai

peta, denah lokasi, dan foto masing-masing zona dapat dilihat pada lampiran 2

dan 3, pedoman alat dan bahan, pertelaankan dan parameter ling kungan dapat

dilihat pada lampiran 4, dan pedoman angket dapat dilihat pada lampiran 5.

Instrumen data kualitatif yaitu pedoman observasi berupa lembar observasi

pengukuran parameter lingkungan yang digunakan untuk mengukur keadaan

lingkungan tempat lokasi penelitian yang telah ditentukan, dan lembar tabel

pertelaankan digunakan untuk mengidentifikasi jenis ikan timpakul yang

ditemukan. Instrumen data kuantitatif yaitu angket atau kuesioner validasi yang

digunakan untuk menguji produk yang dikembangkan dan hasil pengukuran data

parameter lingkungan. Adapun tabel mengenai rincian data, teknik pengumpulan

data, serta instrumen data penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.2 Data, Teknik Pengumpulan Data, dan Instrumen Data


76

No Data Teknik Pengumpulan Instrument Data


Data Penelitian
1. Data Kualititaif Observasi Lembar pengukuran
parameter lingkungan

Lembar pertelaankan
Data Kuantitatif Angket atau Kuesioner Lembar angket atau
kuesioner untuk uji
validasi
Pengukuran Parameter Hasil pengukuran
Lingkungan parameter lingkungan

(Sumber: Hasil Olah Data, 2023)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis dalam penelitian ini terdiri dari teknik analisis kualitatif

dan kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data jenis-jenis ikan

timpakul dan habitatnya. Data kuantitatif dalam penelitianni adalah data uji

validitas buklet jenis-jenis ikan timpakul pada ekosistem mangrove di Desa

Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut dan data parameter

lingkungan. Data uji validitas produk buklet yang dikembangkan dilakukan

analisis secara kuantitatif dengan cara menghitung skor validitas dari hasil

validasi ahli yang diadopsi dari Akbar (2022). Adapun analisis data yabg

dilakukan setelah data diperoleh yaitu:

1. Teknik Analisis Data Kualitatif

a. Reduksi Data (Data Reduction)

Tahap pertama dalam menganalisis data kualitatif adalah reduksi data.

Reduksi data adalah proses merangkum memilih hal-hal pokok, memfokuskan

pada hal-hal yang penting Sugiyono (2019). Data utama dalam penelitian ini
77

adalah tentang jenis-jenis ikan timpakul pada ekosistem mangrove di Desa

Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut.

b. Penyajian Data (Data Display)

Tahap selanjutnya setelah reduksi data yaitu tahap penyajian data.

Penyajian data pada penelitian ini berupa deskripsi tabel pertelaan ikan timpakul,

gambar hasil pengamatan jeniskan timpakul, dan data parameter lingkungan.

Data yang dikumpulkan oleh peneliti akan dinarasikan dalam bentuk kalimat

naratif.

c. Penarikan Kesimpulan

Tahap terakhir setelah penyajian data adalah penarikan kesimpulan.

Penarikan kesimpulan dalam penelitian kualitatif diharapkan merupakan temuan

baru atau belum pernah ada, sehingga setelah diteliti dan disusun kalimat yang

disusun dapat menjadi jelas dan mudah dipahami. Penarikan kesimpulan dapat

berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2019, p.

447). Tahapan penarikan kesimpulan ini yaitu peneliti menarik intisari temuan

penelitian yang menggambarkan pendapat atau keputusan akhir melalui metode

berpikir induktif dan deduktif. Simpulan diharapkan mampu menjawab rumusan

masalah mengenai jenis-jeniskan timpakul pada ekosistem mangrove di Desa

Pagatan Besar.

2. Analisis Data Kuantitatif

Hasil pengumpulan data lapangan setelah kegiatan observasi,

dokumentasi, mengidentifikasi, dan kajian dokumen akan digunakan peneliti

untuk membuat dan mengembangkan sumber belajar berbentuk buklet sebagai


78

materi penunjang mata kuliah Zoologi Vertebrata. Peneliti akan mendesain

buklet dan mengembangkannya sehingga dihasilkan buklet yang siap untuk diuji

kevalidannya. Buklet yang dibuat oleh peneliti akan diuji kevalidannya dengan

menggunakan model Evaluasi Formatif Tessmer. Model Evaluasi formatif

Tessmer perlu dilakukan untuk mendapatkan bukti kelayakan dari produk yang

telah dibuat oleh peneliti.

Buklet yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti akan diuji validitasnya

oleh tiga orang validator, yakni validator ahli materi, validator ahli media, dan

validator ahli bahasa. Hal tersebut dilakukan agar peneliti mengetahui desain,

penulisan, serta penyajian data yang dibuat sebelumnya dinyatakan layak atau

tidak dalam penggunaanya. Berikut data dari buklet dianalisis dengan cara

menghitung skor validitas dari hasil validasi ahli yang diadopsi dari Akbar

(2022) sebagai berikut:

TSe
V= × 100%
Tsh

Keterangan:

V : Validitas

TSe : Total skor validasi dari validator

Tsh : Total skor maksimal yang diharapkan

Hasil validitas yang diketahui persentasenya dapat dicocokkan dengan kriteria

pada tabel berikut:

Tabel 3.3. Kriteria Validitas Berdasarkan Nilai

No Angka Kategori Validitas


79

.
1. 85,01% - 100,00% Sangat valid, dapat digunakan tanpa revisi

2. 70,01% - < 85,00% Cukup valid, dapat digunakan namun


perlu revisi kecil

3. 50,01% - 70,00% Kurang valid, disarankan tidak digunakan,


perlu revisi besar

4. 01,00% - < 50,00% Tidak valid, tidak boleh dipergunakan

(Sumber: Diadaptasi Akbar, 2022).


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Penelitian mengenai pengambangan buklet jenis-jenis ikan timpakul pada

ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah

Laut dilaksanakan melalui dua tahap. Penelitian tahap pertama berkaitan dengan

hasil identifikasi jenis-jenis ikan timpakul pada ekosistem mangrove di Desa Pagatan

Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Penelitian tahap kedua berkaitan

dengan pengembangan produk pembelajaran berupa buklet sebagai sumber belajar.

Hasil penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu pertama identifikasi jenis-jenis ikan

timpakul yang ditemukan pada ekosistem mangrove di desa Pagatan Besar, dan

validasi buklet

1. Indetifikasi Jenis-Jenis Ikan Timpakul yang ditemukan pada Ekosistem

Mangrove Di Desa Pagatan Besar

a. Jenis-Jenis Ikan Timpakul

Adapun hasil penelitian yang telah dilakukan pada jenis-jenis ikan

timpakul terdiri dari 5 spesies, yang mana termasuk ordo Gobioida, famili

Gobiidae, dan genus Boleophthalmus, Pseudapocryptes, Periophthalmus, dan

Periophthalmodon. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada

Ekosistem Mangrove di Desa Pagatan Besar ditemukan 5 jenis ikan timpakul

yang ada pada 2 zona penelitian yang telah ditentukan. Adapun tabel 4.1 hasil

penelitian yang didapat sebagai berikut:

79
80

Tabel 4.1 Jenis-Jenis Ikan Timpakul pada Ekosistem Mangrove Desa Pagatan

Besar

No Nama Spesies Nama daerah Wilayah

Zona ZonaI

1. Boleophthalmus boddarti Ikan Timpakul √ √


2. Pseudapocryptes Ikan Timpakul √ -
elongatus
3. Periophthalmus Ikan Timpakul √ √
chrysospilos
4. Periophthalmodon Ikan Timpakul - √
schlosseri
5. Periophthalmus gracilis Ikan Timpakul - √
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)
i i

Keterangan:

Zona I= Jauh pemukiman warga

Zona II = Dekat dari pemukiman warga

Tabel 4.2. Jenis-Jenis Ikan Timpakul yang Ditemukan

No Nama Spesies Zona ZonaI


H-1 H-2 H-3 H-1 H-2 H-3

P S P S P S P S P S P S

1. Boleophthalmus √ - - √ √ - √ - √ - - √
boddarti
2. Pseudapocryptes √ - - - - - - - - - - -
elongatus
3. Periophthalmus √ - √ √ √ - √ - √ √ √ -
chrysospilos
4. Periophthalmodon - - - - - - - - √ - √ -
schlosseri
5. Periophthalmus - - - - - - - - √ - √ -
gracilis
81

(Sumber: Hasil Olah Data, 2023)


i i

Keterangan:

H = Hari

P = Pagi (08:00 sd 11:30)

S = Sore (03:00 sd 06:00)

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa terdapat 5 jenis spesies

ikan timpakul yang ditemukan dari kedua zona tersebut yaitu ikan timpakul

Boleophthalmus boddarti, ikan timpakul Pseudapocryptes elongatus, ikan

timpakul Periophthalmus chrysospilos, ikan timpakul Periophthalmodon

schlosseri, dan ikan timpakul Periophthalmus gracilis.

Pada zona I ditemukan 3 jenis ikan timpakul yaitu ikan timpakul

Boleophthalmus boddarti, ikan timpakul Pseudapocryptes elongatus, dan ikan

timpakul Periophthalmus chrysospilos. Sedangkan pada zona II ditemukan 4 jenis

ikan timpakul yaitu ikan timpakul Boleophthalmus boddarti, ikan timpakul

Periophthalmus chrysospilos, ikan timpakul Periophthalmodon schlosseri, dan

ikan timpakul Periophthalmus gracilis. Adapun perbedaan jenis ikan timpakul

dari kedua zona tersebut yaitu pada ikan timpakul Pseudapocryptes elongatus

hanya ditemukan di zona I saja, sedangkan ikan timpakul Periophthalmus gracilis

dan ikan timpakul Periophthalmodon schlosseri terdapat hanya di zona II.


82

Adapun hasil dari penelitian jenis-jenis ikan Timpakul pada Ekosistem

Mangrove di Desa Pagatan Besar yang dilakukan 3 hari berturut-turut. Ditemukan

5 jenis spesies ikan timpakul sebagai berikut:

1) Ikan Timpakul (Boleophthalmus boddarti)

Gambar 4.1. Ikan Timpakul Gambar 4.2. Ikan Timpakul


(Boleophthalmus boddarti)
i i i i (Boleophthalmus boddarti)
i i i i

(Sumber: Dok. Pribadi, 2022)


i i (Sumber: www.fishbase.org)
i i i

Tabel 4.3. Pertelaan Ikan Timpakul (Baleophthalmus boddarti)

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


Panjang antara mata dan 2,3 cm 1,5 cm-3 cm*
tutup insang
Panjang antara lebar 0,5 cm Tidak
mata dijelaskan
KEPALA Lebar buka mulut 1,1 cm 1 cm- 2 cm*
Panjang moncong 0,5 cm 1,5 cm-3 cm**
dengan costa
Warna mata Bola mata hitam Bola mata
kekuningan hitam dengan
bergaris garis lingkaran
lingkaran biru biru*
Bentuk kepala ikan Subterminal Subterminal***

Panjang baku 13 cm 6 - 8 cm**


Panjang seluruhnya 15 cm 14,5 - 20 cm*
Tinggi badan 2,4 cm 2 - 15 cm**
Warna punggung Abu-abu Abu-abu
83

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


kecoklatan kecoklatan***
Warna perut Putih keabuan Putih ke abu-
BADAN abuan***
Warna badan Abu-abu Abu-abu
kecoklatan kecoklatan
berbintik biru berbintik biru
bergaris hitam bergaris hitam
panjang panjang***
Bentuk badan Bulat dan Bulat panjang
panjang seperti
torpedo**

Tinggi batang ekor 2 cm 1-1,5 cm**


EKOR
Panjang batanng ekor 3 cm 2-5 cm**

Tipe sirip ekor Diphicercal Diphicercal***

WARNA:
Punggung Coklat keabuan Tidak
dijelaskan
Perut Putih keabuan Tidak
SISIK dijelaskan
Badan Coklat keabuan Tidak
berbintik biru dijelaskan
Tipe sisik Sikloid Sikloid***

Jumlah sirip keras 6 buah 4-6 buah****


Jumlah sirip lunak 17 buah 13-15 buah***
Jumlah jari-jari sirip ekor 9 buah 10-12 buah**
SIRIP Jumlah jari-jari sirip 12 buah 18-20
dada buah****
Jumlah jari-jari sirip Tidak ada Tidak ada **
perut
Jumlah jari-jari sirip 9 buah 20-24 buah***
dubur
Tinggi sirip punggung 1,3 buah Tidak
dijelaskan
Tinggi sirip dubur 5 buah Tidak
dijelaskan
Tinggi sirip perut Tidak ada Tidak ada**
Tinggi sirip dada 2,5 buah Tidak
dijelaskan
84

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka

Ciri-Ciri Badannya bewarna coklat keabuan, seluruh badan terdapat


Spesifik bintik-bintik biru dan pada bagian tubuh bergaris-garis hitam.

Reproduksi Eksternal
Nama Daerah Ikan timpakul Ikan
Blodok****
Ikan
Gelodok*****
Klasifikasi Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Class Pisces
Ordo Gobioida
Famili Gobiidae
Genus Boleophthalmus
Spesies Boleophthalmus boddarti
Sumber Saanin (1984)
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)

Pustaka:

(*) Ayu Maulyda (2018)

(**) www.fishbase.org

(***) Studi Morfologikan Mudskippers (Nugroho, 2016)

(****) Ahmad Muhtadi (2016)

(*****) Murdy (1989)

2) Ikan Timpakul (Pseudapocryptes elongatus)


85

Gambar 4.3. Ikan Timpakul Gambar 4.4. Ikan Timpakul


(Pseudapocryptes elongatus)
i i i i i (Pseudapocryptes elongatus)
i i i i i

Sumber: (Dok. Pribadi, 2022)


i i Sumber: (Trieu Tuan, 2022)
i i

Tabel 4.4. Pertelaan Ikan Timpakul (Pseudapocryptes elongatus)

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


Panjang antara mata dan 1,5 cm Tidak
tutup insang dijelaskan
Panjang antara lebar 0,3 cm Tidak
KEPALA mata dijelaskan
Lebar buka mulut 0,7 cm Tidak
dijelaskan
Panjang moncong 0,5 cm Tidak
dengan costa dijelaskan
Warna mata Hitam Hitam
keabuan**
Bentuk kepalakan Subterminal Subterminal**

Panjang baku 10 cm 6,5 - 12,4


cm**
BADAN Panjang seluruhnya 12,4 cm 7,91 - 15,27
cm**
Tinggi badan 1,5 cm 0,8 – 1,5
cm**
Warna punggung Abu-abu Coklat pucat*
Warna perut Putih Kuning
kekuningan coklat*
Warna badan Abu-abu coklat, Abu-abu
samping tubh kecoklatan
berbentuk seperti dihiasi bintik-
tulang daun dan bintik gelap
terdapat binti- berukuran
bintik hitam kecil yang
kecil terdapat pola
warna
disepanjang
tubuhnya
seperti pelana
hitam
sebanyak 6- 8
buah**
86

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


Bentuk badan Terpedo Terpedo**

Tinggi batang ekor 0,7 cm 0,7 – 1,39


cm**
EKOR Panjang batang ekor 2,5 cm 1,7 – 2,9
cm**
Tipe sirip ekor Caudal Caudal
diphicercal diphicercal**

WARNA:
Punggung Abu gelap Tidak
dijelaskan
SISIK Perut Putih Tidak
kekuningan dijelaskan
Badan Abu-abu gelap Tidak
berbintik-bintik dijelaskan
hitam

Tipe sisik Sikloid Sikloid****

Jumlah sirip keras 3 buah 5 buah**


Jumlah sirip lunak 9 buah 31 buah**
Jumlah jari-jari sirip ekor 15 buah 4 -12 buah**
Jumlah jari-jari sirip 12 buah 17 buah**
SIRIP dada
Jumlah jari-jari sirip Tidak ada Tidak
perut dijelaskan
Jumlah jari-jari sirip 7 buah 27 buah**
dubur
Tinggi sirip punggung 2,5 cm Tidak
dijelaskan
Tinggi sirip dubur 0,2 cm Tidak
dijelaskan
Tinggi sirip perut Tidak ada Tidak
dijelaskan
Tinggi sirip dada 0,5 cm Tidak
dijelaskan
87

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


Ciri-Ciri Badannya memiliki warna putih keabuan gelap, pada bagian
Spesifik samping badan berbentuk corak seperti tulang daun, dan
memiliki bintik-bintik hitam kecil pada bagian tubuhnya.
Reproduksi Eksternal
Nama Daerah Ikan timpakul Ikan Jajan**
Klasifikasi Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Class Pisces
Ordo Gobioida
Famili Gobiidae
Genus Pseudapocryptes
Spesies Pseudapocryptes elongatus
(G.Cuvier 1816)
Sumber Saanin (1984)
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)

Pustaka:

(*) http://www.mudskipper.it/SpeciesPages/elon.html

(**) Hasby Ash Shiddieqy (2016)

(***) Gopalan Mahadevan (2019)

(***) Adin Ayu Andriyani (2018)

3) Ikan Timpakul (Periophthalmus chrysospilos)

Gambar 4.5. Ikan Timpakul


i
Gambar 4.6. Ikan Timpakul
(Periophthalmus chrysospilos)
i i i i
(Periophthalmus chrysospilos)
i i i i

Sumber. (Dok. Pribadi, 2022)


i i
Sumber. (www.fishbase.org)
i i i
88

Tabel 4.5. Pertelaan Ikan Timpakul (Periophthalmus chrysospilos)

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


Panjang antara mata 1,5 cm 1,9 - 2 cm*
dan tutup insang
Panjang antara lebar 0,2 cm Tidak dijelaskan
mata
KEPALA Lebar buka mulut 1 cm 0,5-2 cm**
Panjang moncong 0,5 cm 2-3 cm**
dengan costa
Warna mata Hitam Bola mata hitam
kekuningan dengan lingkaran
memiliki berwarna
lingkaran biru kebiruan***
Bentuk kepalakan Subterminal Subterminal***

Panjang baku 7,5 cm 2 - 10 cm***


Panjang seluruhnya 9 cm 2 - 9,6 cm*****
Tinggi badan 1,9 cm 2-5 cm****
Warna punggung Coklat Coklat**
BADAN Warna perut Putih keabuan Putih
keabuan***
Warna badan Coklat Berwarna coklat
keabuan abu-abu,
berbintik memiliki bintik-
kuning bintik orange
keemasan (keemasan)*****
Bentuk badan Bulat panjang Bulat dan
Panjang****

Tinggi batang ekor 0,6 cm 2-4 cm**


EKOR
Panjang batang ekor 0,5 cm 3-15 cm**

Tipe sirip ekor Diphicercal Diphicercal**

WARNA:

Punggung Coklat Tidak dijelaskan


SISIK keabuan
Perut Putih Tidak dijelaskan
kekuningan
Badan Coklat Tidak dijelaskan
89

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


keabuan,
berbintik
kuning
keemasan
Tipe sisik Sikloid Sikloid***

Jumlah sirip keras 7 buah 11 - 12 buah***


Jumlah sirip lunak 12 buah 11- 15 buah***
Jumlah jari-jari sirip 10 buah 10 – 15
SIRIP ekor buah****
Jumlah jari-jari sirip 5 buah 12 - 18 buah****
dada
Jumlah jari-jari sirip Tidak ada Tidak ada***
perut
Jumlah jari-jari sirip 10 buah 11 - 13 buah***
dubur
Tinggi sirip punggung 3,5 cm Tidak dijelaskan
Tinggi sirip dubur 0,2 cm Tidak dijelaskan
Tinggi sirip perut Tidak ada Tidak ada***
Tinggi sirip dada 2 cm Tidak dijelaskan

Ciri-Ciri Badannya memiliki warna coklat keabuan, dan pada


Spesifik badannya terdapat bintik-bintik kuning keemasan.

Reproduksi Bertelur
Nama Daerah Ikan timpakul Ikan Blodok****
Ikan
Gelodok******
Klasifikasi Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Class Pisces
Ordo Gobioida
Famili Gobiidae
Genus Periophthalmus
Spesies Periophthalmus chrysospilos
Sumber Saanin (1984)
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)
90

Pustaka:

(*) Ayu Maulyda (2018)

(**) www.fishbase.org

(***) Yunasfi (2016). Identifikasi dan Tipe Habitat Ikan Gelodok (Famili:

Gobiidae)

(****) http://www.marinespecies.org

(*****) Ahmad Muhtadi (2016)

(******) Murdy (1989)

4) Ikan Timpakul (Periophthalmodon schlosseri)

Gambar 4.7. Ikan Timpakul Gambar 4.8. Ikan Timpakul


(Periophthalmodon schlosseri)
i i i i i i
(Periophthalmodon schlosseri)
i i i i i i

Sumber: (Dok. Pribadi, 2022)


i i
Sumber: (www.fishbase.org)
i i i

Tabel 4.6. Pertelaan Ikan Timpakul (Periophthalmodon schlosseri)

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


Panjang antara mata dan 4 cm 3 - 4 cm**
tutup insang
Panjang antara lebar 1 cm Tidak
mata dijelaskan
Lebar buka mulut 2 cm 2 – 2,5 cm*
KEPALA
Panjang moncong 1,5 cm 2-4 cm**
dengan costa
Warna mata Hitam dengan Bola mata
91

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


lingkaran hitam dengan
kebiruan lingkaran
coklat
kebiruan**
Bentuk kepalakan Subterminal Subterminal***

Panjang baku 21 cm 11 - 13 cm*


Panjang seluruhnya 23,6 cm 27 - 50 cm***
Tinggi badan 4 cm 3,4 - 4 cm*
BADAN Warna punggung Coklat abu Cokelat keabu-
kekuningan abuan****
Warna perut Putih Abu-abu
kekuningan putih***
Warna badan Kuning Cokelat muda,
kecoklatan, memiliki garis
memiliki garis panjang putus
panjang putus berwarna hitam
berwarna hitam pada tubuh
pada tubuh mulai dari
mulai dari bagian atas
bagian atas mata hingga
mata hingga pangkal ekor,
pangkal ekor, berbintik hijau
memiliki bintik keperakan pada
hijau keperakan bagian bawah
pada bagian tubuh****
samping
tubuhnya
Bentuk badan Bulat Panjang Bulat
Panjang****

Tinggi batang ekor 4 cm 2 - 10 cm**


EKOR
Panjang batang ekor 4,5 cm 3 - 22,2 cm**

Tipe ekor Diphicercal Diphicercal**

WARNA:

Punggung Coklat Tidak


kekuningan dijelaskan
Perut Putih Tidak
kekuningan dijelaskan
92

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


Badan Coklat Tidak
SISIK kekuningan dijelaskan
berbintik hijau
keperakan pada
samping
tubuhnya

Tipe sisik Sikloid Sikloid***

Jumlah sirip keras 7 buah 11 – 12


SIRIP buah***
Jumlah sirip lunak 15 buah 11 – 15
buah***
Jumlah jari-jari sirip 14 buah 15 – 17
ekor buah***
Jumlah jari-jari sirip 12 buah 13 – 14
dada buah***
Jumlah jari-jari sirip Tidak ada Tidak ada***
perut
Jumlah jari-jari sirip 8 buah 11 – 13
dubur buah***
Tinggi sirip punggung 1,6 cm Tidak
dijelaskan
Tinggi sirip dubur 0,5 cm Tidak
dijelaskan
Tinggi sirip perut Tidak ada Tidak ada***
Tinggi sirip dada 1,6 cm Tidak
dijelaskan

Ciri-Ciri Badannya memiliki warna coklat kekuningan, ada bintik-


Spesifik bintik biru muda pada bagian samping tubuhya, terdapat
garis panjang bewarna hitam pada bagian punggungnya.

Reproduksi Eksternal
Nama Daerah Ikan timpakul Ikan
Blodok****
Ikan
Gelodok*****
Klasifikasi Kingdom Animalia
93

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


Phylum Chordata
Class Pisces
Ordo Gobioida
Famili Gobiidae
Genus Periophthalmodon
Spesies Periophthalmodon schlosseri

Sumber Saanin (1984)


Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)

Pustaka:

(*) Ayu Maulyda (2018)

(**) www.fishbase.org

(***) Hidayaturrahmah dkk., 2013 (ikan timpakul (Periophthalmodon schlosseri)

(****) Ahmad Muhtadi (2016)

(*****) Murdy (1989)

5) Ikan Timpakul (Periophthalmus gracilis)

Gambar 4.9. Ikan Timpakul Gambar 4.10. Ikan Timpakul


(Periophthalmus gracilis)
i i (Periophthalmus gracilis)
i i

Sumber: (Dok. Pribadi, 2022)


i i Sumber: (Albert Kang, 2018)
i i
94

Tabel 4.7. Pertelaan Ikan Timpakul (Periophthalmus gracilis)

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


Panjang antara mata dan 2 cm 1,5 cm**
tutup insang
Panjang antara lebar 0,8 cm Tidak
KEPALA mata dijelaskan
Lebar buka mulut 1,3 cm 1,2 cm**
Panjang moncong 0,5 cm Tidak
dengan costa dijelaskan
Warna mata Hitam abu-abu Hitam
keabuan**
Bentuk kepalakan Subterminal Subterminal**

Panjang baku 10 cm 3,9 - 9,3 cm**


Panjang seluruhnya 11,7 cm 5,2 - 11 cm**
Tinggi badan 2 cm 0,5 – 1,4
cm**
Warna punggung Coklat abu-abu Coklat
terdapat garis keabuan*
BADAN
hitam
melintang
Warna perut Putih Putih*
kekuningan
Warna badan Coklat abu-abu, Garis coklat
memiliki bintik gelap
bewarna abu- berbentuk
abu keperakan miring dan
dan terdapat berbintik-
garis hitam bintik abu-abu
melintang pada keperakan*
tubuhnya
Bentuk badan Bulat panjang Terpedo**
seperti terpedo

EKOR Tinggi batang ekor 1,5 cm 0,5 cm**

Panjang batang ekor 1,7 cm 1 cm**

Tipe sirip ekor Dypercercal Dypercercal**


95

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka

WARNA:

Punggung Coklat abu-abu Tidak


dijelaskan
Perut Putih Tidak
kekuningan dijelaskan
Badan Coklat abu-abu, Tidak
SISIK dan ada bintik dijelaskan
bewarna abu-
abu keperakan
Tipe sisik Stenoid Stenoid**

Jumlah sirip keras 5 buah 5 - 6 buah*


Jumlah sirip lunak 9 buah 10 – 11 buah*
Jumlah jari-jari sirip ekor 12 buah 13 buah*
SIRIP Jumlah jari-jari sirip 4 buah 4 - 5 buah*
dada
Jumlah jari-jari sirip Tidak ada Tidak
perut dijelaskan
Jumlah jari-jari sirip 11 buah 10 – 14 buah*
dubur
Tinggi sirip punggung 1 cm Tidak
dijelaskan
Tinggi sirip dubur 0,5 cm Tidak
dijelaskan
Tinggi sirip perut Tidak ada Tidak
dijelaskan
Tinggi sirip dada 1 cm Tidak
dijelaskan

Ciri-Ciri Spesifik Badannya bewarna hitam keabuan, pada bagian tubuhnya


memiliki garis melintang, dan terdapat bintik-bintik abu
keperakan pada tubuhnya.

Reproduksi Bertelur
Nama Daerah Ikan timpakul Ikan Blodok*
Ikan
Gelodok***
Klasifikasi Kingdom Animalia
Phylum Chordata
96

Parameter Pengamatan Observasi Pustaka


Class Pisces
Ordo Gobioida
Family Gobiidae
Genus Periophthalmus
Spesies Periophthalmus gracilis
Sumber Saanin (1984)
Pustaka:

(*) Ahmad Muhtadi (2016)

(**) Ervina Mukharomah (2016)

(***) Murdy (1989)

Berdasarkan uraian di atas, ikan timpakul yang ditemukan pada Ekosistem

Mangrove di Desa Pagatan Besar pada 2 zona wilayah penelitian dirincikan ke

dalama tabel sebagai berikut:

Tabel 4.8. Analisis Spesies

Ordo Famili Genus Spesies Nama


daerah
Gabioda Gobiidae Boleophthalmus Boleophthalmus Ikan
e boddarti Timpakul
Gabioda Gobiidae Pseudapocryptes Pseudapocryptes Ikan
e elongates Timpakul
Gabioda Gobiidae Periophthalmus Periophthalmus Ikan
e chrysospilos Timpakul
Gabioda Gobiidae Periophthalmodo Periophthalmodo Ikan
e n n schlosseri Timpakul
Gabioda Gobiidae Periophthalmus Periophthalmus Ikan
e gracilis Timpakul
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)
97

b. Parameter Lingkungan Pada Ekosistem Mangrove Desa Pagatan Besar

Adapun hasil parameter lingkungan yang dilakukan selama 3 hari berturut

turut pada Ekosistem Mangrove di Desa Pagatan Besar sebagai berikut:

Tabel 4.9. Parameter Lingkungan

No Parameter & Satuannya Kisaran Rata-Rata

Zona ZonaI
1. Suhu (°C) 28-32 °C 30-33 °C
2. pH Air 6,8-7,8 6,1-7,5
3. Salinitas ‰ 25-37 ‰ 17-30 ‰
4. Kelembaban Tanah % 4,5-6,9 % 4,9-7 %
5. pH Tanah 4,5-6,9 4-7
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)

Berdasarkan hasil dari pengukuran parameter lingkungan yang dilakukan

secara 3 hari berturut-turut dengan 3 kali pengulangan pagi dan sore. Pada zona I

dilakukan pengukuran suhu pada air dengan rata-rata suhu 28°C-32°C.

Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar keasaman pada air dengan rata-rata pH

air 6,8-7,8. Kemudian pengukuran salinitas pada air dengan hasil 25‰ - 37‰.

Pengukuran kelembaban tanah dengan rata-rata 4,5-6,9%, dan pengukuran pH

tanah dengan rata-rata 4,5-6,9.

Pada zona II dilakukan pengukuran suhu pada air dengan rata-rata suhu

30°C-33 °C. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar keasaman pada air dengan

rata-rata pH air 6.1-7,5. Kemudian pengukuran salinitas pada air dengan hasil

17‰

-30‰. Pengukuran kelembaban tanah dengan rata-rata 4,9%-7°%, dan

pengukuran pH tanah dengan rata-rata 4-7.


98

2. Validasi Buklet

Adapun produk yang dihasilkan berupa buklet akan diuji kevalidannya

melalui angket yang ditujukan kepada dua orang dosen yang ahli dalam bidang

validasi media dan bahasa serta satu guru ahli biologi dalam bidang ahli materi. Hal

ini berdasarkan pendapat Sugiyono (2013), bahwa validasi produk dilakukan untuk

menilai apakah rancangan sesuai dengan aspek yang telah ditetapkan. Berdasarkan

aspek yang ditetapkan dan diperlukan, maka cukup 3 orang dosen validasi yang

menguasai dalam bidang ahli materi, median dan ahli bahasa.

Hal tersebut yang menjadikan peneliti melakukan validasi kepada 3

validator didalam tahapan uji pakar dikarenakan berdasarkan Zaini (2019, p. 28)

mengungkapkan bahwa dalam fokus penelitian desain dan evaluasi formatif yang

telah diadaptasi dari Nieveen (1999) apabila dalam melakukan uji validitas di

Expert review mengenai validasi isi konten media atau sumber belajar yang

dikembangkan dengan menggunakan Paper-based (kertas) maka cukup 3 orang

saja sebagai pakar. Halni mendukung kembali bahwa penelitian EDR yang

dilakukan didalam tahap prototipe yang dikembangkan dan dilakukan revisi pada

bagian awal berupa lembaran guna meminta pertimbangan dari pakar serta

memperbaiki desainnstruksional guna merefleksikannya.

a. Validasi oleh Ahli Materi

Validasi kelayakan materi buklet dilakukan oleh satu orang Guru SDN 6

Kuin Selatan ahli materi dari bidang Biologi. Uji kelayakan buklet ini

menggunakan angket validasi berskala Likert dengan alternatif jawaban 4 =


99

Sangat setuju, 3 = Setuju, 2 = Kurang setuju, 1 = Tidak setuju. Analisis kelayakan

materi yang dilakukan terdapat 4 aspek yaitu kelayakan penyajian, keakuratan

materi/isi, kemutakhiran isi, dan kesesusaian dengan kaidah bahasa Indonesia.

Hasil dari perhitungan kelayakan ahli materi dipaparkan secara rinci pada tabel

berikut:

No Aspek Penilaian Presentase Kategori


1. Kelayakan Penyajian 83,34% Cukup Valid
2. Keakuratan Materi/Isi 95% Sangat Valid
3. Kemutakhiran isi 100% Sangat Valid
4. Kesesuain dengan Kaidah 80% Cukup Valid
Bahasa Indonesia
Rata-Rata 89,6% Sangat valid
Tabel 4.10. Validasi Kelayakan Materi Buklet

Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)

Berdasarkan hasil rata-rata validasi yang dilakukan oleh validator bahwa

buklet yang dikembangkan sangat valid dan bisa digunakan tanpa revisi, namun

disini validator memberikan saran perbaikan sedikit agar buklet materinya lebih

lengkap lagi. Adapun hasil rata-rata persentase buklet dari ahli materi yaitu

dengan nilai 89,6%.

Setelah dilakukannya penilaian terhadap buklet maka validator

memberikan beberapa saran yang sangat membangun dalam proses pembuatan

buklet ini. Beberapa saran dari Guru Biologi ahli materi dirincikan sebagai

berikut:

Tabel 4.11. Saran Validator Ahli Materi


100

Validator Saran Hasil Perbaikan


Ayu Maulyda, M.Pd 1. Pada peta lokasi Telah diperbaiki
penelitian diperjelas

2. Tambahkan glosarium Telah diperbaiki


lingkungan ambient

3. Tambahkan pengantar Telah diperbaiki


dari materi sungut ikan

Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)


i i

Berdasarkan tabel di atas maka telah dilakukan perbaikan pada buklet sesuai

dengan saran-saran yang diberikan dari Guru Biologi ahli materi.

b. Validasi oleh Ahli Media

Validasi kelayakan media buklet dilakukan oleh satu orang ahli dosen

dibidang ahli media dari Biologi. Uji kelayakan buklet ini menggunakan angket

validasi berskala Likert dengan alternatif jawaban 4 = Sangat setuju, 3 = Setuju, 2

= Kurang setuju, 1 = Tidak setuju. Analisis kelayakan media berdasarkan dua

indikator, yaitu kelayakan penyajian dan keakuratan materi/isi. Hasil dari

perhitungan kelayakan media dipaparkan secara rinci pada tabel berikut:

Tabel 4.7. Validasi Kelayakan Media Buuklet

No Aspek Penilaian Presentase Kategori


1. Kelayakan Penyajian 82,2% Cukup Valid
2. Keakuratan Materi/Isi 87,5% Sangat Valid
Rata-Rata 84,85% Cukup Valid
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)
101

Berdasarkan hasil rata-rata validasi yang dilakukan oleh validator bahwa

buklet yang dikembangkan sangat valid yang sangat bisa digunakan tanpa revisi,

namun disini validator memberikan saran perbaikan sedikit agar buklet

tampilannya lebih menarik lagi. Adapun hasil rata-rata persentase buklet dari ahli

media yaitu dengan nilai 84,85% kategori cukup valid.

Setelah dilakukannya penilaian terhadap buklet maka validator

memberikan beberapa saran yang sangat membangun dalam proses pembuatan

buklet ini. Beberapa saran dari Dosen ahli media dirincikan sebagai berikut:

Tabel 4.12. Saran Validator Ahli Media

Validator Saran Hasil Perbaikan


Sarindriyani 1. Nama tim penulis Telah diperbaiki
S.Pd., M.Pd hurufnya dan ukurannya
tidak usah dibedain

2. Tulisan Buklet dan Logo Telah diperbaiki


UIN diperkecil

3. Pada setiap Sub Judul Telah diperbaiki


diberikan yang menarik

4. Margin dan spasi Telah diperbaiki


penulisan di perhatikan

5. Perhatikan penulisan Telah diperbaiki


dalam bahasa Inggris

6. Untuk kalimat keterangan Telah diperbaiki


di bold atau ditebalkan
102

7. Untuk penulisan kalimat Telah diperbaiki


sumbertu tidak usah diberi
latar belakang langsung
saja

Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)

Berdasarkan tabel di atas maka telah dilakukan perbaikan pada buklet

sesuai dengan saran-saran yang diberikan dari Dosen Biologi ahli bidang media.

c. Validasi oleh Ahli Bahasa

Validasi kelayakan bahasa buklet dilakukan oleh satu orang ahli dosen

dibidang ahli media dari Biologi. Uji kelayakan buklet ini menggunakan angket

validasi berskala Likert dengan alternatif jawaban 4 = Sangat setuju, 3 = Setuju, 2

= Kurang setuju, 1 = Tidak setuju. Analisis kelayakan bahasa berdasarkan 4

indikator, yaitu lugas, komunikatif, dialogis dan interaktif, dan kesesuaian dengan

kaida bahasa. Hasil dari perhitungan kelayakan media dipaparkan secara rinci

pada tabel berikut:

Tabel 4.13. Validasi Kelayakan Bahasa Buuklet

No Aspek Penilaian Presentase Kategori


1. Lugas 75% Cukup Valid
2. Komunikatif 75% Cukup Valid
3. Dialogis dan interaktif 75% Cukup Valid
4. Kesesuain dengan 75% Cukup Valid
Kaidah Bahasa
Rata-Rata 75% Cukup Valid
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)
103

Berdasarkan hasil rata-rata validasi yang dilakukan oleh validator bahwa

buklet yang dikembangkan cukup valid yang bisa digunakan dengan revisi kecil,

validator memberikan saran perbaikan sedikit agar buklet sesuai dengan kaidah

bahasa Indonesia. Adapun hasil rata-rata persentase buklet dari ahli bahasa yaitu

dengan nilai 75%.

Setelah dilakukannya penilaian terhadap buklet maka validator

memberikan beberapa saran yang sangat membangun dalam proses pembuatan

buklet ini. Beberapa saran dari Dosen ahli bahasa dirincikan sebagai berikut:

Tabel 4.14. Saran Validator Ahli Bahasa

Validator Saran Hasil Perbaikan


Ita, S.Pd., M.Pd 1. Perbaiki/cek lagi penulisan Telah diperbaiki
tanda baca

2. Cek lagi penulisan kata Telah diperbaiki


hubung

3. Kata-kata yang masih Telah diperbaiki


belum bersifat umum
silahkan diperbaiki lagi

` Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)

Berdasarkan tabel di atas maka telah dilakukan perbaikan pada buklet

sesuai dengan saran-saran yang diberikan dari Dosen Biologi ahli bahasa.

Tabel 4.15. Rata-Rata Hasil Uji Validitas Keseluruhan

No Validator Presentase Kategori Kevalidan


.
1. Ahli Materi 89,6% Sangat Valid
104

2. Ahli Media 84,85% Cukup Valid


3. Ahli Bahasa 75% Cukup Valid
Rata-Rata 83, 2% Cukup Valid
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)

Berdasarkan hasil rata-rata dari hasil validasi yang dilakukan oleh tiga

validator bahwa buklet yang dikembangkan cukup valid yang bisa digunakan

dengan revisi kecil. Adapun hasil rata-rata persentase buklet dari dari tiga validator

yaitu dengan rata-rata presentase 83,2% artinya buklet secara keseluruhan cukup

valid dan layak digunakan dengan revisian yang telah diperbaiki.

B. Pembahasan

Pembahasan mengenai pengambangan buklet jenis-jenis ikan timpakul

pada ekosistem mangrove di desa Pagatan Besar kecamatan Takisung Kabupaten

Tanah Laut dilaksanakan melalui dua tahap. Penelitian tahap pertama berkaitan

dengan hasil identifikasi jenis-jenis ikan timpakul pada ekosistem mangrove di desa

Pagatan Besar kecamatan Takisung kabupaten Tanah Laut. Penelitian tahap kedua

berkaitan dengan pengembangan produk pembelajaran berupa buklet sebagai sumber

belajar. Pembahasan ini terdiri dari dua aspek yaitu pertama pembahasan jenis-jenis

ikan timpakul yang ditemukan pada ekosistem mangrove desa Pagatan Besar,

parameter lingkungan, dan kedua tentang validasi buklet.

1. Jenis-Jenis Ikan Timpakul Pada Ekosistem Mangrove Desa Pagatan Besar

a. Jenis-Jenis Ikan Timpakul

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada jenis-jenis ikan

timpakul terdiri dari 5 spesies, yang mana termasuk ordo Gobioida, famili
105

Gobiidae, dan genus Boleophthalmus, Pseudapocryptes, Periophthalmus, dan

Periophthalmodon. Adapun 5 jenis spesies ikan timpakul yang ditemukan dari

kedua zona tersebut yaitukan timpakul Boleophthalmus boddarti, ikan timpakul

Pseudapocryptes elongatus, ikan timpakul Periophthalmus chrysospilos, ikan

timpakul Periophthalmodon schlosseri, dan ikan timpakul Periophthalmus

gracilis.

1) Boleophthalmus boddarti

Ikan Timpakul (Boleophthalmus boddarti) merupakan salah satu spesies

ikan dari anggota famili Gobiidae yang hidup meloncat-loncat di permukaan

lumpur pantai. Ikan jenis Timpakul ini banyak ditemukan di daerah mangrove

khususnya pada ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung

Kabupaten Tanah Laut. Pada ekosistem mangrove jenis ikan timpakul jenis

(Boleophthalmus boddarti) sangat mendominasi di wilayah tersebut. Ikan

timpakul (Boleophthalmus boddarti) ditemukan dari kedua zona yang ditentukan,

yaitu zona I dan zona II hal ini dikarenakankan timpakul jenis ini lebih banyak

atau mendominasi pada wilayah ekosistem mangrove di desa Pagatan Besar.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti,

(Boleophthalmus boddarti) dikenal dengan nama daerah ikan timpakul. Ikan ini

memiliki panjang keseluruhan 15 cm, dengan panjang baku 13 cm, dan tinggi

badan 2,4 cm. Bentuk badan bulat dan panjang, pada bagian badannya memiliki

warna coklat keabuan, matanya bewarna hitam kekuningan bergaris lingkaran


106

biru, seluruh badan terdapat bintik-bintik biru, dan memiliki garis-garis hitam

melintang pada bagian tubuhnya. Bentuk kepala ikan ini yaitu subterminal,

kemudian bertipe sisik sikloid (sisik berbentuk seperti lingkaran), dan memiliki

tipe ekor diphicercal (membulat atau meruncing).

Menurut Maulana (2015), menyatakan bahwa Genus Boleophthalmus

mempunyai badan memanjang, bulat, dan ditutupi oleh 60 sampai lebih 100 sisik

sikloid. Kepala subterminal, ada bagian yang bersisik dan tidak bersisik. Mata

berdekatan menonjol di atas kepala. Mulut agak miring, kedua rahangnya hampir

sama panjang. Lidah bercabang dua. Mempunyai dua sirip punggung yang jelas

terpisah. Sisik pada garis sisi 75-100 buah, sirip perut bersatu. Dasar sirip dada

berotot dan bersisik. Sirip ekor tidak simetris, setengah bagian atas lebih panjang

dari setengah bagian bawahnya. Sirip punggung pertama lebih tinggi dari pada

tinggi tubuh. Tulang rahang atas memanjang sampai ke belakang mata. Warna

tubuh hijau kegelapan dengan 6 sampai 7 garis-garis miring yang berwarna gelap.

Kepala dengan bercak-bercak biru atau coklat. Sirip punggung pertama dengan

bercak-bercak biru. Sirip punggung kedua dengan bercak-bercak biru yang

membentuk 4 garis-garis tak beraturan. Ditambahkan oleh Ahmad Muhtadi (2016,

p 3), bahwa Boleophthalamus boddarti memiliki ciri badan dan sirip punggung

yang berwarna biru mengkilap dan terkadang berwarna biru kehijauan. Tubuh

ikan ini memiliki garis berwarna hitam kecoklatan, bagian kepala dipenuhi bintik

berwarna kebiruan serta garis hitam, sedangkan pada bagian bawah tubuhnya

berwarna putih. Ikan ini memiliki bobot 0,5-10,40 gr dan panjang badannya 3,6-

11,10 cm.
107

Salah satu jenis ikan yang berhabitat di kawasan hutan mangrove adalah

ikan timpakul (Boleophthalmus boddarti). Keistimewaan ikan timpakul ini yakni

memiliki kemampuan merangkak naik ke darat atau bertengger pada akar

mangrove, matanya besar dan mencuat keluar dari kepalanya, sirip dada pada

bagian pangkal berotot, dan sirip ini bisa ditekuk hingga berfungsi seperti lengan

yang dapat digunakan untuk merangkak atau melompat di atas lumpur.

Menurut Ahmad Muhtadi (2016, p. 2), menyatakan bahwa ikan timpakul

(Boleopthalmus boddarti) mampu membuat sarang berupa lubang pada lumpur

yang lunak, dengan cara lumpur dikeruk dengan kepala hingga terjadi sarang yang

dangkal. Untuk membuat sarang yang lebih dalam ikan timpakul memasukkan

lumpur ke dalam mulut kemudian disemburkan keluar disekitar bibir sarang.

Sarang yang dibuat sangat dalam dan bercabang-cabang serta berisi rembesan air

yang berasal dari air sekitarnya. Sarang yang dibuat dipergunakan sebagai tempat

untuk berlindung dari berbagai ancaman atau sebagai pertahanan diri, tetapi

sebagian ikan timpakul (Boleopthalmus boddarti) apabila merasa terancam akan

naik ke darat dan bersembunyi di antara pepohonan pantai seperti halnya pohon

mangrove.

2) Pseudapocryptes elongatus

Ikan Timpakul (Pseudapocryptes elongatus) merupakan salah satu spesies

ikan dari famili Gobiidae yang ditemukan di muara-muara atau mulut sungai.

Pseudapocryptes elongatus dikenal oleh masyarakat Jawa dengan sebutan ikan

janjan. Ikan jenis Timpakul ditemukan di daerah mangrove yang berlumpur

khususnya pada ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung


108

Kabupaten Tanah Laut.kan timpakul (Pseudapocryptes elongatus) ditemukan

hanya di zona I dikarenakan ikan timpakul jenis ini sangat langka bahkan hanya

ada di negara Vietnam dan juga di Nusantara khusunya di daerah Jawa yang mana

ikan ini dijadikan makanan konsumsi oleh masyarakat tertentu. Hal ini sesuai

dengan pendapat Bucholtz (2009, p. 711), spesies ini ditemukan di kanal dan

diseluruh aliran sungai dari muara seluruh Asia Tenggara mulai dari Vietnam

sampai semenanjung Nusantara dikarenakan dijadikan ikan konsumsi.

Kemudian faktor lain ikan timpakul ini hanya berada di zona I

dikarenakan ikan ini tingkat toleransi terhadap lingkungan sangat tinggi padahal

pada zona I ini banyak sampah yang berserakan. Jenis ikan ini hanya satu saja

ditemukan dan tergolong sedikit populasinya di zona tersebut. Adanya perbedaan

kepadatan ikan timpakul dan juga besar kecilnya ikan timpakul pada tiap zona

tidak hanya disebabkan oleh kerapatan mangrove tetapi dapat disebabkan oleh

kelimpahan pakan ikan timpakul yang tersebar disekitar daerah mangrove

tersebut. Pada zona sedikit ditemukan jenis ikan timpakul dikarenakan keadaan

lingkungan mangrove yang kurang bersih dan banyak sampah yang mencemari

sehingga keadaan lingkungan kotor dan kelimpahan pakan di daerah zona sedikit.

Hal ini didukung oleh Suyadi & Manullang (2020, p. 103), menyatakan bahwa

sampah laut termasuk plastik-plastik dikategorikan sebagai penyebab langsung

kerusakan mangrove. Sehingga rusaknya hutan mangrove mengurangi populasi

ikan dan hewan yang tinggal di hutan mangrove tersebut. Ditambahkan oleh

pendapat Takita dkk (1999, p. 67), yang menyatakan bahwa ikan timpakul mampu

menoleransi perubahan lingkungan. Luas hutan mangrove yang semakin menurun


109

menyebabkan habitat ikan timpakul semakin menyusut. Populasi ikan ini di

beberapa kawasan juga semakin menurun yang disebabkan oleh tangkap berlebih,

kerusakan habitat, pendangkalan, dan pencemaran serta penurunan kualitas

lingkungan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti,

(Pseudapocryptes elongatus) dikenal dengan nama daerah yaitu ikan Janjan. Ikan

ini memiliki panjang keseluruhan 12,4 cm, dengan panjang baku 10 cm, dan

tinggi badan 0,5 cm. Bentuk badan torpedo (terlihat ramping), warna matanya

hitam keabuan, pada bagian badannya memiiki warna putih keabuan gelap, pada

sisi samping badan berbentuk corak seperti tulang daun, dan memiliki bintik-

bintik hitam kecil pada bagian tubuhnya. Bentuk kepala ikan ini yaitu

subterminal, kemudian bertipe sisik sikloid (sisik berbentuk seperti lingkaran),

dan memiliki tipe ekor diphicercal (membulat atau meruncing).

Hasil pengamatanni sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hasby (2016,

p. 19), yang mengatakan bahwa ikan Janjan (Pseudapocryptes elongatus)

didapatkan hasil yaitu memiliki bentuk tubuh torpedo, tipe sirip caudal

diphicercal, bentuk mulut subterminal, berwarna abu-abu kecoklatan, memiliki

sepasang mata yang menonjol didepan kepala dan dihiasi bintik-bintik gelap

berukuran kecil yang terdapat pola warna disepanjang tubuhnya seperti pelana

hitam sebanyak 6-8 buah. Ditambahkan oleh Khaironizam (2008, p. 101),

menyatakan bahwa ikan timpakul ini memiliki sirip perut yang menyatu dengan

membran basal sehingga berbentuk bulat lonjong. Ikan tersebut memiliki pelvic

frenum yang kuat dan memiliki serangkaian bintik berwarna cokelat gelap pada
110

ekor maupun sirip dada. Tidak ada dimorfisme seksual dari sirip dorsal. Panjang

basis sirip anal 15,0-18,4; panjang kedua sirip punggung 17,0-22,5 dan kedalaman

kepala 19,5-22,9. Ditambahkan dari pendapat Kottelat (1993, p. 113), mengatakan

bahwa genus Pseudapocryptes memiliki morfologi dengan tubuh yang memanjang

dengan warna tubuh coklat keabu-abuan dihiasi bintik-bintik gelap berukuran

kecil yang terdapat pola warna disepanjang tubuhnya seperti pelana hitam

sebanyak 6-8 buah, jumlah jari-jari keras sirip punggung 5 buah dan jari-jari

lemah 29 buah, jumlah jari-jari lemah sirip anal 27 buah, panjang standar 111,6 –

147,6 mm.

Adapun habitat dari ikan timpakul Pseudapocryptes elongatus yaitu hidup

di daerah ekosistem mangrove yang bisanya wilayah berlumpur. Hal ini sesuai

dengan pendapat Bucholtz dk., (2009, 721), mengatakan bahwa habitat dari

spesies ini berada di daerah bersubstrat lumpur di area estuaria. Ikan Timpakul

(Pseudapocryptes elongatus) salah satu anggota dari subfamili Gobiid

oxudercinae, umumnya dikenal oleh masyarakat sekitar dengan sebutan ikan

Mudskippers. Secara umum habitat penyebaran ikan mudskipper berada di

ekosistem mangrove yang berlumpur. Spesies ini ditemukan di kanal dan

diseluruh aliran sungai dari muara seluruh Asia Tenggara mulai dari Vietnam

sampai semenanjung nusantara.

3) Periophthalmus chrysospilos

Ikan Timpakul (Periophthalmus chrysospilos) merupakan salah satu

spesies ikan dari famili Gobiidae yang ditemukan di muara-muara atau mulut

sungai. Periophthalmus chrysospilos dikenal oleh masyarakat dengan sebutan


111

ikan gelodok atau ikan timpakul. Ikan jenis Timpakul ini banyak ditemukan di

daerah mangrove yang berlumpur khususnya pada ekosistem mangrove di Desa

Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Jenis ikan Timpakul

ini sangat disukai masyarakat khususnya para nelayan karena badan berbintik-

bintik oranye seperti polkadot. Ikan timpakul (Periophthalmus chrysospilos)

ditemukan dari kedua zona yang ditentukan, yaitu zona I dan zona II hal ini

dikarenakan ikan timpakul jenis ini lebih banyak atau mendominan pada wilayah

ekosistem mangrove desa Pagatan Besar.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti,

(Periophthalmus chrysospilos) dikenal dengan nama daerahkan timpakul ikan ini

memiliki panjang keseluruhan 9 cm, dengan panjang baku 7,5 cm, dan tinggi

badan 1,9 cm. Bentuk badan bulat panjang, warna matanya hitam kekuningan

memiliki lingkaran bewarna biru, badannya memiliki warna cokelat keabuan dan

memiliki bintik-bintik kuning keemasan pada bagian badannya. Bentuk kepala

ikan ini yaitu subterminal, kemudian bertipe sisik sikloid (sisik berbentuk seperti

lingkaran), dan memiliki tipe ekor diphicercal (membulat atau meruncing).

Menurut Muhimatul Umami (2022, p. 51), menyatakan bahwa ikan

Timpakul (Periophthalmus chrysospilos) memiliki bentuk tubuh yang memanjang

dengan ekor yang membulat, warna tubuh kecoklatan dengan spot keemasan,

bagian dorsal fin terdapat warna hitam bagian atas sedangkan bagian dorsal fin

terdapat spot berwarna keemasan disertai dengan garis berwarna hitam, memiliki

mata di bagian atas kepala yang dapat berputar mengeliling, mulut inferior.

Panjang tubuh 6.8 – 10.6 cm Bagian pelvic fin berbentuk membulat dan kedua
112

pectoral fin terdiri dari tulang yang kuat yang digunakan saat melompat di lumpur

dan bertengger pada ranting mangrove. Pada bagian dorsal fin memiliki ciri khas

yaitu terdapat warna hitam dan warna oranye. Pada dorsal fin yang pertama

kombinasi warna hitam dan oranye pada ujung siripnya sedangkan pada pangkal

hanya berwarna oranye. Sedangkan pada dorsal fin yang kedua warna hitam

terdapat pada bagian tengah siripnya dengan warna pangkal dorsal fin adalah

oranye.

Spesies Periophthalmus chrysospilos memiliki ciri-ciri berwarna

kecokelatan, tubuhnya berbintik-bintik keemasan, pada sirip punggung pertama

memiliki warna hitam di bagian atas dan warna putih pada bagian bawah, sirip

punggung kedua memiliki bintik berwarna emas disertai dengan garis berwarna

hitam. Jenis spesies ikan timpakul ini merupakan salah satu biota yang mampu

hidup dalam keadaan habitat yang sulit jika di bandingkan dengankan yang

lainnya, yakni di pasang surut (lumpur) dan pada ekosistem mangrove. Habitat

mereka selalu berubah disesuaikan dengan keadaan basah dan suhu. Menurut

Rake & Sullivan (2015, p. 93), mengatakan bahwakan timpakul beradaptasi

dengan cara menghabiskan waktu di luar air. Ikan timpakul mampu bertahan di

daerah pasang surut karena memiliki kemampuan bernafas melalui kulit tubuhnya

dan lapisan selaput lendir di mulut serta kerongkongannya.

4) Periophthalmodon schlosseri

Ikan Timpakul (Periophthalmodon schlosseri) merupakan salah satu

spesies ikan dari famili Gobiidae dalam bahasa Inggris disebut "mudskipper"

salah satu anggota genus Periophthalmodon yang memiliki tubuh yang sangat
113

besar dibandingkan dengan ikan timpakul lainnya. Ikan jenis Timpakul ini banyak

ditemukan di daerah mangrove khususnya pada ekosistem mangrove di Desa

Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Ikan timpakul

(Periophthalmodon schlosseri) ditemukan hanya di zona II hal ini dikarenakan

dari faktor lingkungan ekosistem mangrove pada zona II ini sejuk tanaman

mangrove sangat lebat dan tidak ada sampah yang berserakan dibandingkan

dengan zona I yang lingkungan mangrovenya sudah tercemar, sehingga ikan

timpakul jenis ini hanya ditemukan di zona II saja.

Adanya perbedaan kepadatan ikan timpakul pada tiap zona tidak hanya

disebabkan oleh kerapatan mangrove tetapi dapat disebabkan oleh kelimpahan

pakan ikan timpakul yang tersebar disekitar daerah mangrove tersebut. Di zona II

ditemukan jenis ikan timpakul ini dikarenakan keadaan lingkungan mangrove

yang bersih tidak ada sampah yang mencemari sehingga kelimpahan pakan di

daerah zona II tercukupi, sedangkan pada zona I sedikit ditemukan jenis ikan

timpakul dikarenakan keadaan lingkungan mangrove yang kurang bersih dan

banyak sampah yang mencemari sehingga keadaan lingkungan kotor dan

kelimpahan pakan di daerah zona sedikit. Hal ini didukung oleh Suyadi &

Manullang (2020, p. 103), menyatakan bahwa sampah laut termasuk plastik-

plastik dikategorikan sebagai penyebab langsung kerusakan mangrove. Sehingga

rusaknya hutan mangrove mengurangi populasi ikan dan hewan yang tinggal di

hutan mangrove tersebut. Ditambahkan oleh pendapat Takita dkk (1999, p. 67),

yang menyatakan bahwa ikan timpakul mampu menoleransi perubahan

lingkungan. Luas hutan mangrove yang semakin menurun menyebabkan habitat


114

ikan timpakul semakin menyusut. Populasi ikan ini di beberapa kawasan juga

semakin menurun yang disebabkan oleh tangkap berlebih, kerusakan habitat,

pendangkalan, dan pencemaran serta penurunan kualitas lingkungan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti,

(Periophthalmodon schlosseri) dikenal dengan nama daerah ikan timpakul. Ikan

ini memiliki panjang keseluruhan 23,6 cm, dengan panjang baku 21 cm, dan

tinggi badan 4 cm. Bentuk badan bulat panjang, warna matanya hitam dengan

lingkaran cokelat kebiruan, badannya memiliki warna coklat kekuningan, terdapat

bintik-bintik biru muda pada bagian samping badannya, memiliki garis panjang

bewarna hitam pada bagian punggungnya. Bentuk kepala ikan ini yaitu

subterminal, kemudian bertipe sisik sikloid (sisik berbentuk seperti lingkaran),

dan memiliki tipe ekor diphicercal (membulat atau meruncing).

Burton (2002, p. 73), menyatakan bahwa Periophthalmodon schlosseri,

dalam bahasa Inggris disebut giant mudskipper adalah salah satu anggota genus

Periophthalmodon yang memiliki tubuh yang besar. Panjang tubuhnya dapat

mencapai 27 cm, sedangkan kebanyakan dari ikan timpakul lainnya mencapai 25

cm. Ikan timpakul yang terbesar mampu mencapai 50 cm. Ikan timpakul ini

memiliki beberapa ciri khusus, diantaranya adalah memiliki bentuk tubuh yang

panjang, mata yang saling berdekatan di atas kepala yang besar, adanya bagian

tubuh yang seperti sirip dada digunakan untuk bergerak di darat dan memiliki

kepala dan batang tubuh berwarna biru keabu-abuan sampai cokelat kekuningan

dengan bagian bawah abu-abu.


115

Ikan ini memiliki kemampuan memanjat di akar mangrove atau merayap

di atas lumpur dekat perairan pasang surut. Spesies ini diidentifikasi dengan

warna sisik yang bergradasi dari cokelat pucat hingga cokelat tua dipadu garis

hitam lateral di sepanjang kepala hingga sirip ekornya. Ikan timpakul jenis

(Periophthalmodon schlosseri) dikenal dengan ikan raksasa karena diantara jenis

ikan timpakul yang lain jenis ikan timpakul ini yang paling besar.

Ikan timpakul atau ikan gelodok (Periophthalmodon schlosseri)

merupakan jenis ikan yang tedapat di daerah ekosistem mangrove dan pasang

surut muara. Ditambahkan oleh Hidayaturrahmah dan Muhamat (2013, p. 135),

Periophthalmodon schlosseri memiliki habitat dan cara hidup yang khas ikan ini

beradaptasi seperti amphibi. Meskipun tergolongkan, tetapi Periophthalmodon

schlosseri cenderung menghabiskan waktu yang lebih banyak di luar air dan aktif

ketika keluar dari air. Periophthalmodon schlosseri mampu melakukan pernafasan

udara (air- breathing) pada saat di daratan.

5) Periophthalmus gracilis

Ikan Timpakul (Periophthalmus gracilis) merupakan salah satu spesies

ikan dari famili Gobiidae ikan ini ditemukan di muara-muara atau mulut sungai.

Ikan timpakul ini dikenal oleh masyarakat dengan ciri khasnya yaitu ikan

timpakul "belang hitam." Ikan jenis Timpakul ini ditemukan di daerah mangrove

yang berlumpur khususnya pada ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar

Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Ikan timpakul (Periophthalmus

gracilis) ditemukan hanya di zona II hal ini dikarenakan dari faktor lingkungan

ekosistem mangrove pada zona II ini sejuk tanaman mangrove sangat lebat dan
116

tidak ada sampah yang berserakan dibandingkan dengan zona I yang lingkungan

mangrovenya sudah tercemar, sehingga ikan timpakul jenis ini hanya ditemukan

di zona II saja.

Adanya perbedaan kepadatan ikan timpakul pada tiap zona tidak hanya

disebabkan oleh kerapatan mangrove tetapi dapat disebabkan oleh kelimpahan

pakan ikan timpakul yang tersebar disekitar daerah mangrove tersebut. Di zona II

ditemukan jenis ikan timpakul ini dikarenakan keadaan lingkungan mangrove

yang bersih tidak ada sampah yang mencemari sehingga kelimpahan pakan di

daerah zona II tercukupi, sedangkan pada zona I sedikit ditemukan jenis ikan

timpakul dikarenakan keadaan lingkungan mangrove yang kurang bersih dan

banyak sampah yang mencemari sehingga keadaan lingkungan kotor dan

kelimpahan pakan di daerah zona I sedikit. Hal ini didukung oleh Suyadi &

Manullang (2020, p. 103), menyatakan bahwa sampah laut termasuk plastik-

plastik dikategorikan sebagai penyebab langsung kerusakan mangrove. Sehingga

rusaknya hutan mangrove mengurangi populasi ikan dan hewan yang tinggal di

hutan mangrove tersebut. Ditambahkan oleh pendapat Takita dkk (1999, p. 67),

yang menyatakan bahwa ikan timpakul mampu menoleransi perubahan

lingkungan. Luas hutan mangrove yang semakin menurun menyebabkan habitat

ikan timpakul semakin menyusut. Populasi ikan ini di beberapa kawasan juga

semakin menurun yang disebabkan oleh tangkap berlebih, kerusakan habitat,

pendangkalan, dan pencemaran serta penurunan kualitas lingkungan.

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan peneliti,

(Periophthalmus gracilis) dikenal dengan nama daerah ikan timpakul. Ikan ini
117

memiliki panjang keseluruhan 11,7 cm, dengan panjang baku 10 cm, dan tinggi

badan 2 cm. Bentuk badan bulat panjang seperti torpedo, warna matanya hitam

keabuan, badannya bewarna hitam keabuan, memiliki garis melintang pada bagian

badannya, dan terdapat bintik-bintik abu keperakan pada badannya. Bentuk kepala

ikan ini yaitu subterminal, kemudian bertipe sisik stenoid (sisik berbentuk seperti

sisir), dan memiliki tipe ekor diphicercal (membulat atau meruncing).

Menurut Ervina (2016, p. 273), menyatakan bahwa Periophthalmus

gracilis memiliki bagian punggung tubuhnya berwarna cokelat keabu-abuan. Pada

bagian perut berwarna putih. Ikan ini memiliki garis berwarna cokelat gelap

berbentuk miring dan berbintik-bintik abu-abu keperakan pada bagian tubuh.

Bentuk tubuh seperti terpedo dengan warna hitam. Panjang baku 4/5 dari panjang

total. Mata besar berkelopak berada di anterior. Porsi tinggi kranium 2/1 terhadap

tinggi badan. Panjang kranium 1/4 dari panjang baku. Sisik stenoid, tipis dan

bening. Panjang muka sirip pektoral 1/4 dari panjang baku. Panjang muka sirip

dorsal 1/4 dari panjang baku. Panjang dasar sirip dorsal 3/8 dari panjang baku.

Panjang muka sirip anus 2/4 dari panjang baku. Tinggi batang ekor 1/2 dari tinggi

badan. Bentuk ekor dypercercal.

Ikan timpakul (Periophthalmus gracilis) merupakan salah satu jenis

kelompok ikan yang banyak hidup di luar air. Terutama di daerah berlumpur atau

berair dangkal di sekitar hutan mangrove, ketika air surut ikan timpakul senang

melompat-lompat ke daratan. Hal ini sesuai dengan pendapat Redy (2011, p. 67),

menyatakan bahwa keunikan lain ikan ini, dapat menghabiskan sekitar 90 persen

waktunya di darat, memanjat akar-akar pohon mangrove dan kayu-kayuan di tepi


118

sungai, dan juga dapat berjalan di atas lumpur. Pangkal sirip dadanya berotot kuat,

sehingga dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap dan

merangkak. Muka ikan timpakul sangat khas, kedua matanya menonjol di bagian

dorsal kepala seperti mata kodok, wajah datar, dan sirip-sirip punggung yang

terkembang menawan.

b. Parameter Lingkungan Pada Ekosistem Mangrove Desa Pagatan Besar

Jenis-jenis ikan timpakul yang terdapat pada ekosistem mangrove desa

Pagatan Besar terdiri dari 5 spesies, yang mana termasuk ordo Gobioida, famili

Gobiidae, dan genus Boleophthalmus, Pseudapocryptes, Periophthalmus, dan

Periophthalmodon. Adapun 5 jenis spesies ikan timpakul dari kedua zona tersebut

yaitu ikan timpakul Boleophthalmus boddarti, ikan timpakul Pseudapocryptes

elongatus, ikan timpakul Periophthalmus chrysospilos, ikan timpakul

Periophthalmodon schlosseri, dan ikan timpakul Periophthalmus gracilis.

Pada zona I merupakan zona yang jauh dengan pemukiman warga, pada

zona I tanaman mangrove lebat dan sangat rimbun, terdapat dermaga yang mana

digunakan warga untuk bersantai, namun mangrove pada zona ini sekarang sangat

jarang dikunjungi warga dan juga tidak terpelihara sehingga banyak sampah yang

mencemari lingkungan mangrove di wilayah tersebut. Pada zona I didapati 3 jenis

ikan timpakul yaitu ikan timpakul Boleophthalmus boddarti, ikan timpakul

Pseudapocryptes elongatus, dan ikan timpakul Periophthalmus chrysospilos.

Sedangkan pada zona II merupakan zona yang berdekatan dengan rumah warga,

kriteria wilayah pada zona II yaitu tanaman mangrove lebat, sangat rimbun dan

dipelihara oleh warga setempat sehingga tidak ada sampah berserakan, zona II
119

pada mangrove ini juga terdapat rawa-rawa kecil dan juga terdapat dermaga yang

mana digunakan oleh para nelayan untuk memarkirkan perahunya. Pada zona II

ditemukan 4 jenis ikan timpakul yaitu ikan timpakul Boleophthalmus boddarti,

ikan timpakul Periophthalmus chrysospilos, ikan timpakul Periophthalmodon

schlosseri, dan ikan timpakul Periophthalmus gracilis. Berdasarkan kedua zona

tersebut di dapati 1 jenis ikan timpakul (Pseudapocryptes elongatus) yang hanya

ditemukan di zona I dan 2 jenis ikan timpakul (Periophthalmodon schlosseri dan

Periophthalmus gracilis) yang hanya ditemukan di zona II.

Zona I didapati lebih sedikit jenis ikan timpakul serta jumlah kan timpakul

dibandingkan dengan zona II. Pada zona I ditemukan 3 jenis spesies yaitu

Boleophthalmus boddarti, Pseudapocryptes elongatus, dan Periophthalmus

chrysospilos. Sedikitnya jumlah serta jenis ikan timpakul yang ditemukan di zona

I di banding zona II dikarenakan pengaruh dari lingkungan mangrove tersebut.

Wilayah mangrove di Zona kriterianya jauh dari pemukiman warga, tidak

dipelihara, dan sangat tercemar dengan sampah-sampah masyarakat sehingga ikan

timpakul jarang muncul di permukaan lumpur.

Keberadaan ikan timpakul juga dipengaruhi oleh faktor parameter

lingkungan seperti suhu, pH tanah, kelembaban tanah, pH air, dan salinitas air.

Zona Imerupakan zona yang jauh dengan pemukiman warga, mangrove rimbun,

tidak dipelihara, dan banyak sampah yang berserakan diukur keadaan parameter

lingkungan di zona tersebut. Adapun hasil pegukuran parameter lingkungan dari

pH air pada zona ini stabil yaitu 6,8-7,8 dan pH tanah berkisar 4,5-6,9. Menurut

Kuncoro (2008, p. 71), menyatakan bahwa pH yang terlalu rendah dalam substrat
120

akan menghambat aktivitas mikroorganisme dan laju pengambilan unsur hara oleh

akar. Sebaliknya jika pH terlalu tinggi, jenis bakteri yang ada dalam substrat

berubah dan hal ini tentu saja berakibat buruk bagi tanaman dan ikan.

Ditambahkan oleh Kordi (2010, p. 39), bahwa pH tanah yang rendah akan

menghasilkan pH air yang rendah pula. Tanah dengan pH netral sampai basa,

kaya akan garam nutrient yang dapat merangsang pertumbuhan pakan alami yang

dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai pH 6,6-8,5. Jadi untuk pH

tanah 4,5-6,9 dan pH air 6,8-7,8 di zona netral sedikit menuju basa dengan kisaran

akhir yaitu rata-rata 6,9 untuk pH tanah dan 7,8 untuk pH air. Hal ini sesuai

dengan data oleh Panjaitan (2013, p. 4) menyatakan bahwa pH tanah dan pH air

ikan Glodok adalah 7.

Kemudian pengukuran dari suhu udara, kelembaban tanah, dan salinitas

air juga mempengaruhi hidup ikan timpakul. Adapun suhu udara pada zona I yaitu

berkisar 28℃ -32℃ yang mana sesuai dengan habitat ikan timpakul suka hidup

berjemur di lumpur walaupun dengan kondisi panas. Hal ini sesuai dengan

pendapat Olayan & Thomas (2008, p. 213) yang menyatakan bahwa ikan

timpakul hidup di habitat yang panas dan lembab untuk bernapas, kisaran suhu

udara adalah 22℃ -30℃ , sedangkan menurut Panjaitan (2013, p. 2) menyatakan

bahwa suhu perairan ikan timpakul adalah 29 ℃. Hasil pengukuran kelembaban

tanah pada zona berkisar 4,5%-6,9% yang artinya kelembaban tanahnya basah.

Hal ini sesuai dengan penelitian Hambran dkk., (2014, p. 205), mengenai analisis

vegetasi mangrove atau bakau di Desa Sebubus, Sambas yang menyatakan

kelembaban substrat tanah mangrove berkisar dari 3,0-3,3% dengan rata-rata suhu
121

29,57℃ . Rendahnya nilai kelembaban susbtrat tanah berpengaruh terhadap

kepadatan ikan timpakul karena ikan timpakul lebih memilih substrat tanah yang

basah. Pengukuran salinitas air pada zona I yaitu 25‰-37‰ yang mana artinya

pengukuran salinitas air pada zona I stabil sesuai dengan kehidupan ikan timpakul

yang habitatnya di ekosistem mangrove perairan laut. Hal ini sependapat oleh

Naibaho (2013, p. 5), yang menyatakan bahwa salinitas perairan berkisar antara

14-28‰. Kemudian ditambahkan oleh Panjaitan (2013, p. 8), menyatakan bahwa

salinitas perairan ikan timpakul adalah 30‰. Namun pada pengukuran salinitas

pada zona juga berkisar 37‰ yang mana melewati batas habitat kehidupan ikan

timpakul yang semestinya. Hal ini sesuai dengan penelitian Hambran dkk., (2014,

p. 203), menyatakan bahwa salinitas mangrove berkisar dari 10-35‰. Salinitas

diatas 35‰ memiliki efek buruk bagi vegetasi mangrove atau bakau karena imbas

dari tekanan osmotik negatif yang dapat menyebabkan kematian bagi ikan

timpakul dan berdampak terhadap kepadatan dan pola pertumbuhan ikan

timpakul.

Zona II di dapati lebih banyak jenis ikan timpakul serta jumlah ikan

timpakul dibandingkan dengan zona I. Pada zona II ditemukan 4 jenis spesies

dengan 2 spesies di antaranya hanya ditemukan di zona II. Adapun ikan tersebut

yaitu, ikan timpakul Periophthalmodon schlosseri, dan ikan timpakul

Periophthalmus gracilis. Dimana ikan timpakul Periophthalmodon schlosseri

merupakan ikan timpakul yang sangat besar yang baru di temukan pada ekosistem

mangrove desa Pagatan Besar, karena para nelayan di desa tersebut mengira kan

timpakul itu yang sering muncul yaitu ikan timpakul bewarna hitam
122

(Periophthalmus gracilis) dan ikan timpakul bewarna biru (Baleophthalmus

boddarti).

Zona II merupakan zona yang berdekatan dengan pemukiman warga, yang

mana keadaan mangrove yang rimbun, tidak ada sampah, dan terdapat rawa-rawa

kecil. Banyaknyakan timpakul yang ditemukan pada zona II selain dipengaruhi

dari kondisi habitatnya ternyata juga dipengaruhi dari faktor lingkungannya

seperti suhu, pH tanah, pH air, kelembaban tanah, dan salinitas air. Adapun

pengukuran parameter lingkungan dari pH air pada zona II stabil yaitu 6,1-7,5 dan

pH tanah berkisar 4-7. Menurut Kuncoro (2008, p. 34), menyatakan bahwa pH

yang terlalu rendah dalam substrat akan menghambat aktivitas mikroorganisme

dan laju pengambilan unsur hara oleh akar. Sebaliknya jika pH terlalu tinggi, jenis

bakteri yang ada dalam substrat berubah dan halni tentu saja berakibat buruk bagi

tanaman dan ikan. Ditambahkan oleh Kordi (2010, p. 26), bahwa pH tanah yang

rendah akan menghasilkan pH air yang rendah pula. Tanah dengan pH netral

sampai basa, kaya akan garam nutrient yang dapat merangsang pertumbuhan

pakan alami yang dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai pH 6,6-

8,5. Jadi untuk pH tanah 4-7 dan pH air 6,1-7,5 di zona II netral sedikit menuju

basa dengan kisaran akhir yaitu rata-rata 7 untuk pH tanah dan 7,5 untuk pH air.

Hal ini sesuai dengan data oleh Panjaitan (2013, p. 3) menyatakan bahwa pH

tanah dan pH air ikan Glodok adalah 7.

Kemudian suhu udara, kelembaban tanah, dan salinitas air juga

mempengaruhi hidup ikan timpakul. Adapun pengukuran suhu udara pada zona II

yaitu berkisar 30℃ -33℃ yang mana sesuai dengan habitat ikan timpakul suka
123

hidup berjemur di lumpur walaupun dengan kondisi panas. Hal ini sesuai dengan

pendapat Olayan & Thomas (2008, p. 217) yang menyatakan bahwa ikan

timpakul hidup di habitat yang panas dan lembab untuk bernapas, kisaran suhu

udara adalah 22℃ -30℃ , sedangkan menurut Panjaitan (2013, p. 5) menyatakan

bahwa suhu perairan ikan timpakul adalah 29 ℃ . Pengukuran kelembaban tanah

pada zona II berkisar 4,9%-7% yang artinya kelembaban tanahnya kategori basah.

Hal ini sesuai dengan penelitian Hambran dkk., (2014, p. 201), mengenai analisis

vegetasi mangrove atau bakau di Desa Sebubus, Sambas yang menyatakan

kelembaban substrat tanah mangrove berkisar dari 30-33 % dengan rata-rata suhu

29,57 ℃ . Rendahnya nilai kelembaban susbtrat tanah berpengaruh terhadap

kepadatan ikan timpakul karena ikan timpakul lebih memilih substrat tanah yang

basah. Kemudian pengukuran salinitas air pada zona II yaitu 17‰-30‰ yang

mana artinya stabil sesuai dengan kehidupan ikan timpakul yang habitatnya di

ekosistem mangrove perairan laut. Hal ini sependapat oleh Naibaho (2013, p. 7),

yang menyatakan bahwa salinitas perairan berkisar antara 14-28‰. Kemudian

ditambahkan oleh Panjaitan (2013, p. 9), menyatakan bahwa salinitas perairan

ikan timpakul adalah 30‰.

Ada 4 jenis ikan timpakul yang ditemukan pada zona II dan 2 jenis kan

timpakul yaitu Periophthalmodon schlosseri dan Periophthalmus gracilis hanya

ditemukan di zona II dikarenakan pada zona ekosistem mangrove tersebut

keadaan mangrovenya sangat rimbun, lebat, dan juga dipelihara oleh para nelayan

hal ni memicu tidak ada sampah yang mencemari pada lingkungan mangrove di

zona II tersebut. Sehingga ikan timpakul lebih banyak ditemukan di zona II


124

dibandingkan zona I. Namun pada zona I ditemukan 3 jenis ikan timpakul dan

ada ikan timpakul yang tidak ditemukan pada zona II yaitu Pseudapocryptes

elongstus. Spesies ikan timpakul ini terbilang sangat langka dan banyak

ditemukan di negara Vietnam. Dindonesia banyak ditemukan di daerah Jawa dan

dijadikan oleh warga tersebut sebagai ikan konsumsi. Hal ini sesuai dengan

pendapat pendapat Bucholtz (2009, p. 711), spesies ini (Pseudapocryptes

elongstus) ditemukan di kanal dan diseluruh aliran sungai dari muara seluruh Asia

Tenggara mulai dari Vietnam sampai semenanjung Nusantara dikarenakan

dijadikan ikan konsumsi.

Adanya perbedaan kepadatan ikan timpakul pada tiap zona tidak hanya

disebabkan oleh kerapatan mangrove tetapi dapat disebabkan oleh kelimpahan

pakan ikan timpakul yang tersebar disekitar daerah mangrove tersebut. Di zona II

banyak ditemukan jenis ikan timpakul dikarenakan keadaan lingkungan mangrove

yang bersih tidak ada sampah yang mencemari sehingga kelimpahan pakan di

daerah zona II tercukupi, sedangkan pada zona I sedikit ditemukan jenis ikan

timpakul dikarenakan keadaan lingkungan mangrove yang kurang bersih dan

banyak sampah yang mencemari sehingga keadaan lingkungan kotor dan

kelimpahan pakan di daerah zona sedikit. Hal ini didukung oleh Suyadi &

Manullang (2020, p. 103), menyatakan bahwa sampah laut termasuk plastik-

plastik dikategorikan sebagai penyebab langsung kerusakan mangrove. Sehingga

rusaknya hutan mangrove mengurangi populasi ikan dan hewan yang tinggal di

hutan mangrove tersebut. Ditambahkan oleh pendapat Takita dkk (1999, p. 67),

yang menyatakan bahwa ikan timpakul mampu menoleransi perubahan


125

lingkungan. Luas hutan mangrove yang semakin menurun menyebabkan habitat

ikan timpakul semakin menyusut. Populasi ikan ini di beberapa kawasan juga

semakin menurun yang disebabkan oleh tangkap berlebih, kerusakan habitat,

pendangkalan, dan pencemaran serta penurunan kualitas lingkungan.

2. Validasi Buklet

Buklet Jenis-Jenis Ikan Timpakul Pada Ekosistem Mangrove Di Desa

Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut telah dilakukan validasi

oleh 2 orang dosen biologi dan 1 orang guru ahli di masing-masing bidang. Validasi

ahli materi oleh Ibu Ayu Maulyda, M.Pd, validasi ahli media oleh Ibu Sarindriyani

S.Pd., M.Pd, dan validasi ahli bahasa oleh Ibu Ita, S.Pd., M.Pd. validasi buklet ini

dilakukan dengan tujuan agar buklet yang dibuat sesuai dengan standar dan kategori

yang telah ditetapkan. Sesuai dengan Sugiyono (2013, p. 59), yang menyatakan

bahwa validasi produk merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai

apakah rancangan produk, sesuai dengan aspek atau kategori yang telah ditetapkan.

Validasi sendiri terdiri dari tiga validasi yaitu: ahli materi, ahli media, dan ahli

bahasa. Ditambahkan oleh Zulkifli (2009, p. 78), yang mengatakan bahwa uji

validasi dilakukan berdasarkan dengan tujuan untuk mengetahui kevalidan dari buku

yang telah ditetapkan di setiap aspeknya.

a. Validasi oleh Ahli Materi

Validasi oleh ahli materi bertujuan untuk menguji kebenaran dari suatu

materi serta berbagai hal yang berkaitan dengan materi sekaligus bahasa yang

digunakan. Adapun aspek yang menjadindikator penilaian pada validasi materi dan

bahasa terdapat 4 aspek yang menjadi penilaian yaitu kelayakan penyajian,


126

keakuratan materi/isi, kemutakhiran isi, dan kesesusaian dengan kaidah bahasa

Indonesia. Menurut Zulkifli (2009, p. 81), menyatakan bahwa validasi materi

digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu produk dasi segi materi itu

digunakan.

Ditinjau dari aspek kelayakan penyajian memperoleh presentase sebesar

83,4% dengan kategori cukup valid. Dari panduan kriteria Akbar (2022), presentase

83,4% tersebut termasuk dalam rentang 70,01% - < 85,00% dengan kategori cukup

valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil. Hal ini menunjukkan

penyajian dalil, kata pengantar, dan daftar isi sudah tepat dan perlu revisi kecil

Aspek keakuratan materi/isi memperoleh presentase 95% dengan kategori

sangat valid. Presentase 95% tersebut termasuk dalam rentang 85,01% - 100,00%

dengan kategori sangat valid, buklet dapat digunakan tanpa revisi tetapi penulis

masih perlu melakukan revisi sesuai saran validator. Hal ini menunjukkan keakuratan

materi/isi dari kesesuai konsep dan definisi ataustilah dengan definisi yang berlaku

dalam bidang ilmu, kesesuaian gambar dan ilustrasi dengan kenyataan, keakuratan

klasifikasi, kebenaran dan keakuratan deskripsi morfologi jenis ikan timpakul,

kebenaran dan keakuratan habitat, peran, dan manfaat jenis ikan timpakul sudah tepat

dan perlu revisi kecil sesuai saran validator.

Aspek kemutakhiran materi memperoleh presentase 100% yaitu dengan

kategori sangat valid. Presentase 100% tersebut termasuk dalam rentang 85.01%-

100,00% dengan kategori sangat valid, buklet dapat digunakan tanpa revisi tetapi

penulis masih perlu melakukan revisi sesuai saran validator. Hal ini menunjukkan

kemutakhiran materi dari segi pustaka yang dipilih sudah tepat. Hal tersebut yang
127

mempengaruhi dari segi aspek kemutakhiran materi memiliki nilai presentase 100%

dikarenakan pemberian pernyataan yang terdapat pada aspek tersebut sebanyak 1

pernyataan. Sehingga dalam keakuratan sampel dalam uji validitas dilakukan dengan

menggunakan sampel pernyataaan yang mewakili variasinya terlalu kecil. Hal inilah

yang mengindikasikan variabilitas dalam data yang nantinya akan menyebabkan

penurunan kevalidan presentasi data (Zaini, 2019).

Aspek kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia memperoleh presentase

sebesar 80% dengan kategori valid. Presentase 80% tersebut termasuk dalam rentang

70,01% - < 85,00% dengan kategori valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi

kecil. Halni menunjukkan kesesuain dengan kaidah bahasa Indonesia yaitu dari

kalimat tersusun secara jelas dan mudah dipahami, keakuratan notasi, simbol, dan

tanda baca, kesesuaian ejaan yang digunakan pedoman EYD, ketetapan penulisan

daftar pustaka, dan ketepatan penulisan glosarium sudah tepat dan perlu revisi kecil

sesuai dengan saran validator.

Adanya perebedaan penilaian yang mana dari nilai aspek kelayakan

penyajian memperoleh presentase sebesar 83,4%, aspek keakuratan materi/isi

memperoleh presentase 95%, aspek kemutakhiran materi memperoleh presentase

100%, dan aspek kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia memperoleh presentase

sebesar 80%, dalam hal ini terdapat perbandingan dari nilai rendah ke tinggi

kemudian nilai tinggi ke rendah. Hal tersebut dikarenakan pemberian pernyataan

yang terdapat pada setiap aspek tersebut. Sehingga dalam keakuratan sampel dalam

uji validitas dilakukan dengan menggunakan sampel pernyataaan yang mewakili


128

variasinya terlalu kecil. Hal inilah yang mengindikasikan variabilitas dalam data

yang nantinya akan menyebabkan penurunan kevalidan presentasi data (Zaini, 2019).

Sehingga hasil perhitungan rekapitulasi skor angket validasi ahli materi

mendapat rata-rata presentase dari semua aspek yang telah ditentukan 89,6% yang

termasuk kedalam kategori sangat valid. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil

penelitian menurut Zaenuri (2022, p. 17) penilaian produk ahli materi memperoleh

84% dengan kategori valid. Kemudian hasil penilaian buklet menurut penelitian

Rizka Annida dkk., (2023, p. 21), yaitu mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda,

yakni rata-rata presentase buklet dari segi materi mendapatkan skor sebesar 91,43%

dengan kategori sangat valid.

b. Validasi oleh Ahli Media

Validasi oleh ahli media bertujuan menguji media produk yang akan

dikembang baik dari segi tampilan luar maupun dalam suatu buku ditetapkan dalam

aspek penilaian. Validasi media ini bertujuan untuk memberikan masukan informasi

dan mengevaluasi media sumber belajar yang dikembangkan. Adapun aspek yang

menjadi indikator penilaian pada validasi ahli media terdapat 2 aspek yang menjadi

penilaian yaitu komponen desain, bahasa, dan gambar dan keakuratan materi/isi.

Ditinjau dari aspek komponen desain, bahasa, dan gambar memperoleh

presentase sebesar 82,2% dengan kategori cukup valid. Presentase 82,2% tersebut

termasuk dalam rentang 70,01% - < 85,00% dengan kategori cukup valid, buklet

dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil. Hal ini menunjukkan komponen desain,

bahasa, dan gambar meliputi kesesuaian ukuran buklet dengan ISO, kesesuaian

tampilan gambar pada sampul, kesesuaian desain dan judul pada sampul,
129

kemenarikan desain sampul, tata letak gambar pada buklet, tata letak tulisan pada

buklet, penataan ruang dan spasi, pemilihan jenis huruf, pemilihan warna huruf,

penggunaan kata, kalimat, danstilah, sistematika materi, gambar pada buklet sesuai

dan jelas mudah dipahami, dan kesesuaian ilustrasi, gambar, atau foto dalam

meningkatkan motivasi belajar sudah tepat dan perlu revisi kecil.

Aspek keakuratan materi/isi memperoleh presentase 87,5% dengan kategori

sangat valid. Presentase 87,5% tersebut termasuk dalam rentang 85,01% - 100,00%

dengan kategori sangat valid, buklet dapat digunakan tanpa revisi tetapi penulis

masih perlu melakukan revisi sesuai saran validator. Hal ini menunjukkan keakuratan

materi/isi meliputi buklet mudah dipahami secara keseluruhan, buklet mudah dibawa

dan disimpan, buklet dapat memberikan fokus perhatian pembaca, buklet cocok

digunakan sebagai salah satu sumber belajar, buklet dapat menuntun pembaca untuk

menggali informasi lebih jauh, dan buklet dapat menjadi sumber informasi bagi

masyarakat umum sudah tepat dan perlu revisi kecil sesuai saran validator.

Adanya perebedaan penilaian yang mana dari nilai aspek komponen

desain, bahasa, dan gambar memperoleh presentase sebesar 82,2% dengan aspek

keakuratan materi/isi memperoleh presentase 87,5% memiliki perbandingan dari

nilai rendah ke tinggi. Hal tersebut dikarenakan pemberian pernyataan yang terdapat

pada setiap aspek tersebut. Sehingga dalam keakuratan sampel dalam uji validitas

dilakukan dengan menggunakan sampel pernyataaan yang mewakili variasinya

terlalu kecil. Hal inilah yang mengindikasikan variabilitas dalam data yang nantinya

akan menyebabkan penurunan kevalidan presentasi data (Zaini, 2019).


130

Sehingga hasil perhitungan rekapitulasi skor angket validasi ahli materi

mendapat rata-rata presentase dari semua aspek yang telah ditentukan 84,85% yang

termasuk kedalam kategori cukup valid. Hal ini berbanding terbalik dengan penilaian

buklet menurut Rizka Annida dkk., (2023, p. 22), yang hasil perhitungan ahli media

95% ketegori sangat valid. Kemudian hasil penilaian buklet menurut penelitian

Reska (2022, p. 11), mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda, yakni rata-rata

presentase buklet dari segi materi mendapatkan skor sebesar 82% dengan kategori

cukup valid.

Aspek penyajian media ini sudah termasuk dalam aspek kegrafisan atau

tampilan. Menurut Suryanda (2019, p. 213) aspek tampilan harus diperhatikan dalam

merancang buku yaitu konsistensi antara warna, gambar dan layout. Menurut Sariani

dkk., (2017, p. 52) bahwa dalam pengembangan media harus didesain secara

sistematis, sehingga perannya dalam menunjang pembelajaran dapat tercapai dengan

efektif. Prasetyo & Pratiwi (2017, p. 19) menambahkan, sistematika penyajian materi

menjadi aspek yang penting dalam penyusunan buku ajar, karena susunan materi

yang runtut akan memudahkan untuk memahami materi secara keseluruhan.

c. Validasi oleh Ahli Bahasa

Validasi oleh ahli bahasa bertujuan menguji tata bahasa yang digunakan yang

sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Ahli bahasa bertujuan untuk menguji

ketepatan standar kaidah bahasa Indonesia yang sudah ditetapkan dalam aspek

penilaian. Aspek yang menjadi indikator penilaian pada validasi ahli bahasa terdapat

4 aspek yang menjadi penilaian yaitu lugas, komunikatif, dialogis dan interaktif, dan

kesesuaian dengan kaidah bahasa.


131

Ditinjau dari aspek lugas memperoleh presentase sebesar 75% dengan

kategori cukup valid. Presentase 75% tersebut termasuk dalam rentang 70,01% - <

85,00% dengan kategori cukup valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil.

Hal ini menunjukkan aspek lugas meliputi ketepatan struktur kalimat yang

digunakan, penggunaan kalimat baku, dan kefektifan kalimat yang digunakan sudah

tepat namun memerlukan revisi kecil sesuai dengan saran validator.

Aspek komunikatif memperoleh presentase 75% dengan kategori cukup

valid. Presentase termasuk 75% tersebut termasuk dalam rentang 70,01% - < 85,00%

dengan kategori cukup valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil. Hal ini

menunjukkan komunikatif meliputi bahasa yang digunakan sederhana dan mudah

dipahami sudah tepat dan perlu revisi kecil sesuai saran validator.

Aspek dialogis dan interaktif presentase 75% dengan kategori cukup valid.

Presentase termasuk 75% tersebut termasuk dalam rentang 70,01% - < 85,00%

dengan kategori cukup valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil. Hal ini

menunjukkan dialogis dannteraktif meliputi bahasan yang digunakan mendorong

pembaca untuk lebih mempelajari buklet tersebut sudah tepat dan perlu revisi kecil

sesuai saran validator.

Aspek kesesuain dengan kaidah bahasa presentase 75% dengan kategori

cukup valid. Presentase termasuk 75% tersebut termasuk dalam rentang 70,01% - <

85,00% dengan kategori cukup valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil.

Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan kaidah meliputi ketepatan tata bahasa dan

ketetapan ejaan sudah tepat dan perlu revisi kecil sesuai saran validator.
132

Adanya perebedaan penilaian yang mana dari nilai aspek lugas

memperoleh presentase sebesar 75%, aspek komunikatif memperoleh presentase

75%, aspek dialogis dan interaktif presentase 75%, aspek kesesuain dengan kaidah

bahasa presentase 75%, dalam hal ini terdapat tidak ada nilai perbandingan

dikarenakan hasil yang diperoleh memiliki nilai yang sama. Hal tersebut dikarenakan

pemberian pernyataan yang terdapat pada setiap aspek tersebut. Sehingga dalam

keakuratan sampel dalam uji validitas dilakukan dengan menggunakan sampel

pernyataaan yang mewakili variasinya terlalu kecil. Hal inilah yang mengindikasikan

variabilitas dalam data yang nantinya akan menyebabkan penurunan kevalidan

presentasi data (Zaini, 2019).

Sehingga hasil perhitungan rekapitulasi skor angket validasi ahli bahasa

mendapat rata-rata presentase dari semua aspek yang telah ditentukan 75% yang

termasuk kedalam kategori cukup valid. Hal ini berbanding terbalik dengan penilaian

buklet menurut Rizka Annida dkk., (2023, p. 22), yang hasil perhitungan ahli materi

91,11% ketegori sangat valid. Kemudian hasil penilaian booklet menurut penelitian

Tia Yuliani (2019, p. 16), yaitu mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda, yakni

rata-rata presentase buklet dari segi materi mendapatkan skor sebesar 78,57% dengan

kategori cukup valid.

Menurut Prastowo (2013), standar bahasa untuk media buku meliputi

penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, istilah yang sesuai dengan

pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, bahasa yang digunakan jelas dan mudah

dibaca. Menurut Paramita dkk., (2018, p. 46), dalam perkembangan media

khususnya brosur, penataan media hendaknya menggunakan bahasa yang baik dan
133

tepat, serta memperhatikan penyusunan kalimat, agar isi media dapat tersampaikan

dengan benar dan jelas. Selain itu, penggunaan kalimat yang tidak mengundang multi

tafsir akan membantu siswa lebih memahami materi yang disajikan dalam buklet.

Sehingga hasil rata-rata persentase buklet dari validasi ahli materi, ahli

media, dan ahli bahasa yaitu 83,2%, yang termasuk kedalam ketogori cukup valid

dengan revisi yang telah dilakukan sehingga buklet layak digunakan. Menurut

Riefani & Mahrudin (2020, p. 193), validasi produk sangat penting dilakukan agar

diketahui kelemahan atau kekurangannya. Produk diperbaiki sesuai masukan

validator saat kegiatan validasi. Masukkan yang diperoleh dari kegiatan validasi

dilakukan untuk melakukan revisi produk yang bertujuan untuk melakukan finalisasi

atau penyempurnaan yang komprehensif terhadap produk. Produk yang sempurna

dapat tercapai dengan perbaikan yang mempertimbangkan hasil beserta saran

validator. Sukardi (2012, p. 78), menyatakan bahwa produk layak digunakan dalam

pembelajaran, setelah divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa yang

menjadindikator kelayakan produk tersebut. Berdasarkan dari penilaian tersebut

Buklet sudah dinyatakan cukup valid dan layak digunakan.

Fungsi dari adanya validasi dari tiga orang ahli berdampak pada kesesuaian

materi yang diangkat, bahasa yang dipakai dan design media yang digunakan.

Dengan begitu penulis akan mengetahui seberapa layak atau seberapa valid buku

tersebut untuk digunakan. Hal tersebut sesuai dengan Setyosari (2012, p. 29),

menyatakan bahwa validasi produk digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan

dari suatu produk yang dikembangkan. Menurut Sugiyono (2013, p. 55), jika produk
134

valid maka produk layak untuk digunakan. Namun, jika tidak layak maka produk

tersebut harus melalui proses revisi terlebih dahulu hingga produk dinyatakan layak.

Setelah dilakukannya penelitian terhadap buklet didapati beberapa saran dari

dua orang dosen validasi dan satu orang guru biologi yang sangat membangun dalam

proses pembuatan buku buklet ini. Saran yang diberikan oleh dosen ahli materi,

media, dan bahasa berupa menambah dan mengurangi beberapa bagian yang perlu

ditambah dan dikurangi. Dengan maksud mengurangi beberapa bagian yang

dianggap masih melebar atau kurang fokus pada judul buklet dan menambah

beberapa bagian dengan tujuan lebih memperdalam isi daripada buklet tersebut.

Selain itu, pembahasan mengenai jenis-jenis ikan timpakul per spesiesnya lebih

diperdalam seperti menambahkan materi fungsi dari sungut ikan dan kalimat yang

asing artinya dicantumkan di glosarium. Sedangkan saran atau koreksian yang

diberikan oleh dosen ahli media hanya berupa catatan-catatan kecil seperti kesalahan

margin, penulisan bahasa Inggris, tambahkan ikon di setiap sub judul biar lebih

menarik, kesalahan penulisan, dan lain-lain. Menurut pendapat Zulkifli (2009),

mengatakan bahwa dari hasil adanya koreksian dari para ahli berguna untuk

memperbaiki produk yang dikembangkan.


BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka simpulan

ini terbagi menjadi dua yaitu hasil jenis-jenis ikan timpakul yang didapat pada

ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten

Tanah Laut dan hasil validasi dari pengembangan buklet, adapun hasil

simpulannya sebagai berikut:

1. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan pada ekosistem mangrove di

Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut

terdapat 5 jenis ikan timpakul yang mana termasuk ordo Gobioida, famili

Gobiidae, dan genus Boleophthalmus, Pseudapocryptes, Periophthalmus,

dan Periophthalmodon. Adapun 5 spesies ikan timpakul yang ditemukan

yaitu ikan timpakul Boleophthalmus boddarti, ikan timpakul

Pseudapocryptes elongatus, ikan timpakul Periophtalmus chrysospilos,

ikan timpakul Periophthalmodon schlosseri, dan ikan timpakul

Periophthalmus gracilis.

2. Berdasarkan hasil validasi buklet yang dinilai dari 3 validator yaitu dari

bidang ahli materi, ahli bahasa, dan ahli media. Nilai uji kevalidan dari

ahli materi sebesar 89,6% yang berarti buklet sangat valid, dan dapat

digunakan tanpa revisi, nilai uji kevalidan dari ahli media sebesar

84,85% yang berarti cukup valid dan dapat digunakan dengan revisi

134
135

kecil, dan nilai uji kevalidan dari ahli bahasa sebesar 75% yang berarti

cukup valid dan dapat digunakan dengan revisi kecil. Saran dari

koreksian dari ketiga validator sudah direvisi sesuai dengan saran

validator masing-masing. Sehingga, hasil tentang Pengembangan Buklet

Jenis-Jeniskan Timpakul Pada Ekosistem Mangrove Desa Pagatan Besar

Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut mendapatkan penilaian

akhir dengan presentase 83,2% artinya dengan kategori cukup valid dan

produk buklet dapat digunakan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis

menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi. Maka dari

itu, terdapat beberapa saran yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan dalam penyempurnaan penelitian selanjutnya yang berkaitan

dengan penelitian serupa. Adapun sarannya antara lain:

1. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai ikan timpakul

maupun jenis ikan lainnya disarankan untuk meneliti tentang

keanekaragaman jenis ikan serta memperbanyak zona pengambilan

sampel penelitian.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai ikan timpakul

maupun jenis ikan lainnya disarankan untuk melengkapi lagi tabel

pertelaankan sesuai dengan aspek dari morfologi ikan keseluruhan,


136

3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin mengambil penelitian EDR

disarankan mengembangkan produk dengan tahapan lengkap sampai

dengan tahapan uji lapangan (field test).

Anda mungkin juga menyukai

  • Pqoqowi
    Pqoqowi
    Dokumen5 halaman
    Pqoqowi
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Pqoquw
    Pqoquw
    Dokumen7 halaman
    Pqoquw
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Oowkwj
    Oowkwj
    Dokumen4 halaman
    Oowkwj
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Iwywieeh
    Iwywieeh
    Dokumen3 halaman
    Iwywieeh
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Oakanhsushe
    Oakanhsushe
    Dokumen3 halaman
    Oakanhsushe
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Jchxyxuc
    Jchxyxuc
    Dokumen7 halaman
    Jchxyxuc
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Iauauwuywy
    Iauauwuywy
    Dokumen6 halaman
    Iauauwuywy
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Pokkihhg
    Pokkihhg
    Dokumen10 halaman
    Pokkihhg
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Isiisududhhdnfj
    Isiisududhhdnfj
    Dokumen10 halaman
    Isiisududhhdnfj
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Aijsndbxusjan
    Aijsndbxusjan
    Dokumen3 halaman
    Aijsndbxusjan
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Isjdndu
    Isjdndu
    Dokumen22 halaman
    Isjdndu
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • Jshhsbs
    Jshhsbs
    Dokumen5 halaman
    Jshhsbs
    alva rezy
    Belum ada peringkat
  • 1.4. Rencana Pembelajaran Mpi 6625 19 Mpi A
    1.4. Rencana Pembelajaran Mpi 6625 19 Mpi A
    Dokumen1 halaman
    1.4. Rencana Pembelajaran Mpi 6625 19 Mpi A
    alva rezy
    Belum ada peringkat