Naskah Skripsi Asli Word-Tri Agustina-2
Naskah Skripsi Asli Word-Tri Agustina-2
Naskah Skripsi Asli Word-Tri Agustina-2
PENDAHULUAN
untuk menumbuhkan keinginan untuk belajar dan berproses sehingga setiap orang
nomor 20 tahun 2003 merupakan salah satu usaha sadar dan terencana guna
seseorang telah belajar, menurut Slameto (2010, p. 2). Beberapa aspek dapat
penyesuaian diri, serta perubahan dalam aspek lainnya yang ada pada seseorang.
1
2
baik melalui proses belajar yang baik. Banyak faktor mempengaruhi proses belajar
seseorang. Lingkungan belajar adalah salah satu faktor yang mempengaruhi proses
belajar. Menurut Dimyati & Mudjiono (2009, p. 35), lingkungan belajar dapat
berasal dari keluarga, guru, kepala sekolah, bahan atau materi pelajaran, sarana dan
belajar merupakan komponen pembelajaran yang harus ada. Sumber belajar, menurut
Prastowo (2018, p. 27), adalah suatu sistem yang terdiri dari sekumpulan bahan atau
situasi yang dibuat secara sengaja agar lebih mudah bagi seseorang untuk belajar.
Sanjaya (2012, p. 11-15), mengatakan bahwa sumber belajar diperlukan oleh semua
orang yang ingin belajar tanpa batas usia karena sifatnya yang fleksibel.
segala sesuatu, seperti perangkat, bahan, materi, situasi, benda, data, dan lain-lain
yang dapat digunakan di mana saja dan kapan saja, dan dirancang secara khusus
untuk memudahkan proses belajar. Sumber belajar memainkan peran penting dalam
proses belajar dan mengajar karena menyediakan bahan ajar yang sesuai dengan
tuntutan kurikulum dan kebutuhan peserta didik. Sumber belajar juga memudahkan
3
mendapatkan bahan ajar alternatif. Tidak dapat disangkal bahwa sumber belajar
sangat penting untuk kegiatan pembelajaran. Ini berlaku untuk seluruh jenis
Cabang ilmu Biologi adalah bidang ilmu yang membutuhkan sumber belajar.
Biologi, yang berasal dari kata Yunani "bios", yang berarti "hidup", dan "logos",
yang berarti "ilmu". Ilmu Biologi adalah bidang ilmu yang mempelajari makhluk
hidup, seperti manusia, tumbuhan, hewan, dan organisme lainnya, baik mikro
maupun makro (Yatim, 2007, p. 133 & 566). Ilmu Biologi dibagi menjadi beberapa
cabang kajian. Setiap cabang khusus mempelajari bidang tertentu dan mempelajari
setiap aspeknya secara mendalam. Zoologi Vertebrata adalah salah satu cabang ilmu
Zoologi vertebrata adalah cabang ilmu biologi yang membahas tentang hewan
bertulang belakang. Sri Maya (2021, p. 1) menyatakan bahwa zoologi berasal dari
dua kata Yunani, zoion, yang berarti "hewan", dan logos, yang berarti "studi
tentang". Oleh karena itu, definisi zoologi adalah ilmu yang mempelajari tentang
distribusi ekologi, perilaku, dan klasifikasi hewan. Hewan vertebrata adalah hewan
Kelas pisces adalah salah satu yang dibahas dalam bidang ilmu zoologi
vertebrata. Kelas pisces adalah kelompok ikan yang memilik tulang belakang. Hal
tersebut dikarenakan morfologi ikan adalah bagian dari pelajaran zoologi, atau ilmu
hewan. Pelajaran zoologi mempelajari berbagai aspek morfologi ikan, seperti bentuk
4
tubuh, sisik, sirip, ekor, dan lainnya. Ikan, atau pisces, memiliki insang yang
memungkinkan mereka bernafas di dalam air. Menurut Sri Maya (2021, p. 2), pisces
(ikan) adalah hewan yang hidup di dalam air, mereka dapat bernafas di dalam air
karena insang yang mereka miliki. Pisces dapat ditemukan di air tawar (danau dan
sungai) maupun air asin (laut dan samudra). Beberapa dari kelas pisces juga dapat
sebagai tempat habitat baik dari segi mencari makanan maupun sebagai tempat
tinggal mereka.
Ekosistem Mangrove berada di dua tempat yaitu, darat dan laut. Mangrove
menempati pulau-pulau yang "overwashed" dan area pantai, bantaran sungai, muara,
delta, dan teluk yang terlindung. Menurut Setyawan (2002, p. 11). Mangrove
memiliki banyak nilai, salah satunya adalah bahwa mereka adalah tempat yang
dan bawah tanah dan berfungsi sebagai penahan banjir (Ashton 2003, p. 127). Dalam
fungsi ekologisnya, mangrove menjadi tempat pemijahan dan habitat bagi banyak
dan tempat mempertahankan salinitas dalam air dan tanah. Dalam hal biogeokimia,
mempertahankan salinitas dalam air dan tanah. Hogart (2007) kemudian mengatakan
bahwa itu semua terjadi karena sedimen yang terperangkap di akar mangrove, yang
membuatnya subur dan kaya akan bahan organik, dan membuatnya menjadi rumah
5
bagi ikan dan hewan lain yang penting untuk ecosystem engineer, seperti teritip dan
tiram.
Kabupaten Tanah Laut memiliki 3.000 hektar hutan mangrove yang masih terjaga
mangrove yang terletak di pantai Desa Pagatan Besar, yang memiliki luas 7,4 hektar.
Menurut Maulana (2015), luas ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar adalah
sekitar 10,69 hektar. Menurut data BPS Tanah Laut (2013), luas administratif Desa
Pagatan Besar adalah 4.540 hektar. Wisata ekosistem mangrove desa Pagatan Besar
merupakan salah satu daerah tujuan ekowisata karena sebagai objek wisata alam
yang didukung oleh potensi kawasan, yang meliputi keanekaragaman jenis spesies
mangrove desa Pagatan Besar, seperti labi-labi, kerang kapah, kepiting uca, dan salah
satunyakan timpakul.
Salah satu hewan yang unik yang ditemukan di ekosistem mangrove di desa
Pagatan Besar adalah ikan timpakul. Hewan ini merupakan hewan yang mampu
hidup di darat dan juga bisa disebutkan amphibious. Selain itu ciri yang sangat khas
dari ikan timpakul ini dapat bergerak dan merayap di lumpur menggunakan sirip
dada pada perutnya. Secara implisit terdapat dalam firman Allah Swt. dalam Alquran
َو ُهّٰللا َخ َلَق ُك َّل َد ۤا َّبٍة ِّم ْن َّم ۤا ٍۚء َفِم ْنُهْم َّم ْن َّيْمِشْي َع ٰل ى َبْطِنٖۚه َو ِم ْنُهْم َّم ْن َّيْمِشْي
َع ٰل ى ِرْج َلْيِۚن َو ِم ْنُهْم َّم ْن َّيْمِشْي َع ٰٓلى َاْر َبٍۗع َيْخ ُلُق ُهّٰللا َم ا َيَش ۤا ُۗء ِاَّن َهّٰللا َع ٰل ى
Sebagaimana tafsir dari Ibnu Katsir yang menafsirkan bahwa: Dan Allah telah
menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang
berjalan di atas perutnya dan sebagian dengan dua kaki, sedangkan sebagian (yang
lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya,
sesungguhnya Allah Maha kuasa atas segala sesuatu. Allah Swt. menyebutkan
tentang Kekuasaan-Nya Yang Maha sempurna dan Pengaruh-Nya Yang Maha agung
dalam menciptakan makhluk-Nya yang beraneka ragam bentuk, warna dan sepak
terjangnya, yang semuanya itu Dia ciptakan dari satu air. Maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya, seperti ular dan hewan-hewan lainnya yang
bentuknya serupa.
Dari tafsir ini menunjukkan bahwa keajaiban dan keunikan ciptaan Allah Swt.
Sebagaimana dengan ikan timpakul yang menggunakan sirip dada dan perutnya
untuk berjalan di lumpur sebagai adaptasi untuk melakukan aktivitasnya baik itu
dalam mencari makanan atau berinteraksi dengan spesies lain maupun sesama jenis-
Pada satu ekosistem mangrove banyak terdapat jenis-jenis ikan timpakul hal
ini disebabkan karena dipengeruhi oleh dua faktor lingkungan yaitu faktor biotik dan
faktor abiotik. Faktor biotik yang mempengaruhi ikan timpakul adalah kompetisi
antara ikan timpakul sendiri dalam mendapatkan makanan atau tempat hidupnya.
lingkungannya seperti suhu udara, kelembaban tanah, pH tanah, pH air, dan salinitas.
Ikan timpakul adalah spesies yang unik yang hidup di pinggiran pantai dan muara
sungai. Ritme pasang surut sangat terkait dengan tingkah laku timpakul. Bentuk
7
matanya hampir mirip dengan mata kodok. Setiap wilayah memiliki nama khusus
untuk ikan-ikan ini, seperti timpakul, ikan glodok, blodog, tembakul, timpul atau
belaca, gabus laut, dan lunjat. Secara raksonomi Iikan ini termasuk dalam famili
Gobiidae. Ikan ini dikenal dengan nama mudskipper. Ikan timpakul adalah ikan yang
dapat berjalan di lumpur. Hal Ini sebagai bentuk adaptasi morfologi terhadap kondisi
tempat tinggalnya yang kering selama musim surut. Jika tidak ada air, ikan timpakul
akan bergerak di atas lumpur dengan sirip dan perut. Ikan timpakul juga bisa
bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut serta
kerongkongannya. Cara lain adaptasinya untuk tetap hidup di wilayah mangrove, dia
juga menggali lubang lumpur lunak untuk menjadi sarangnya. Menurut Djumanto
(2012, p. 59), ikan timpakul mirip dengan amfibi dan memiliki pola hidup yang
berbeda yang disesuaikan dengan habitat pasang surut. Berbeda dengan kebanyakan
ikan lainnya yang mana mereka tidak dapat bertahan hidup dan aktif saat air surut,
mencari makan, dan berinteraksi satu sama lain, seperti untuk mempertahankan
wilayah mereka. Ikan ini dapat menahan perubahan suhu dan salinitas.
Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut, peneliti menemukan banyak jenis ikan
ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar cukup tinggi tetapi tidak semuanya telah
luar pun masih belum banyak mengetahui tentang ikan timpakul ini.
jenis ikan timpakul yang akan dijadikan sebagai sumber belajar atau produk
pembelajaran berbentuk buklet. Menurut KBBI (2020), buklet adalah salah satu
bentuk sumber belajar yang ditulis dalam bentuk buku kecil yang berfungsi sebagai
selebaran. Buklet juga diartikan berupa tulisan maupun gambar, digunakan sebagai
alat bantu media cetak untuk belajar dalam bentuk buku. Mereka memiliki struktur
yang sama seperti buku, yang terdiri dari pendahuluan, isi, dan penutup, tetapi
buklet mengenai jenis-jenis ikan timpakul ini untuk menambah informasi masyarakat
pembelajaran mahasiswa Tadris Biologi pada mata kuliah teori dan praktikum
Zoologi Vertebrata.
salah satu mata kuliah wajib di semester IV yang harus diikuti oleh setiap mahasiswa
dan mahasiswi Program Studi Tadris Biologi di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
9
Universitas Islam Negeri Antasari Banjarmasin. Mata kuliah teori Zoologi Vertebrata
memiliki kode TPB 18219 dengan bobot 2 SKS, sedangkan mata kuliah Praktikum
Zoologi Vertebrata memiliki kode TPB 18220 dengan bobot 1 SKS. Salah satu teori
ataupun praktikum yang mencakup pada pembelajaran dari Zoologi Vertebrata ini
adalah membahas mengenai topik Pisces atau ikan serta kelimpahan atau
memahami materi terutama dari aspek morfologi di kelas pisces secara dasar untuk
dapat memahami bagian anatomi dan fungsinya. Selaintu, studi morfologi ikan
sangat penting dalam memahami evolusi, hubungan filogenetik, dan ekologi ikan.
spesies ikan berdasarkan karakteristik fisik mereka. Pada mata kuliah yang dilakukan
laboratorium, selain itu juga ada di lapangan untuk mengamati lebih dalam tentang
literatur serta sumber belajar berbentuk buklet yang membahas mengenai jenis-jenis
ikan timpakul. Jumlah literatur yang ditemukan kurang lebih ada 5 literatur
Sehingga didapat dari 5 literatur dari penelitian terdahulu membahas mengenai ikan
timpakul ini, akan tetapi sebagian dari literatur yang ditemukan belum fokus
karena dapat membantu pengguna produk (mahasiswa) untuk belajar secara mandiri.
Produk pembelajaran berupa buklet lebih praktis dan dapat digunakan di mana saja
(Hapsari, 2013, p. 264–275). Selain itu, sumber belajar dalam bentuk buklet ini
disusun oleh peneliti secara singkat, mudah dipahami, dan didominasi oleh gambar
yang menarik terkait dengan penelitian yang dibahas. Tujuan dari sumber belajar ini
penelitian atau materi yang berhubungan dengan teori atau praktik yang ada di mata
kuliah Teori dan Praktikum Zoologi Vertebrata, yang telah dipelajari dan
peneliti berinisiatif untuk membuat sumber belajar berbentuk buklet tentang jenis-
Mangrove Di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut”. Hal
memperkenalkan jenis-jenis ikan timpakul sebagai ikan yang sangat unik yang
B. Definisi Operasional
11
bersangkutan. Berikut definisi operasional yang terdapat pada judul skripsi, yaitu:
2. Buklet diartikan sebagai buku kecil berupa media cetak yang isinya lebih singkat
tulisan. Buklet dalam penelitian ini adalah sebuah produk yang dikembangkan
dari hasil kajian tentang jenis-jenis ikan timpakul pada ekosistem mangrove di
Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Buklet tentang
timpakul yang termasuk ke dalam famili Gobiidae yang terdapat pada ekosistem
Gobiidae) adalah salah satu jenis ikan yang umum dijumpai pada ekosistem
mangrove dan mampu hidup pada habitat pasang surut berlumpur. Ikan
(2015), ekosistem mangrove di desa Pagatan Besar memiliki luas 10.69 ha.
6. Desa Pagatan Besar dijadikan sebagai tempat penelitian. Desa ini memiliki luas
Besar sangat dikenal oleh kalangan masyarakat lain karena hasil sumber daya
alam berupa perolehan ikan di laut serta objek wisata ekosistem mangrove yang
terdapat di desa tersebut. Menurut Novianti (2021), desa Pagatan Besar masuk
C. Rumusan Masalah
berikut:
1. Jenis-jenis ikan Timpakul apa saja yang terdapat pada Ekosistem Mangrove di
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan dari rumusan masalah maka diharapkan tujuan dari penelitian ini
E. Signifikasi Penelitian
1. Manfaat Teoritis
14
a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat serta dapat memberikan
b. Tersedianya buklet tentang jenis-jenis ikan timpakul hasil dari penelitian tersebut,
yang mana bertujuan untuk menyampaikan pesan yang bersifat sebagai promosi,
2. Manfaat Praktis
Banjarmasin dan Program Studi Tadris Biologi. Penelitian ini juga dapat
kuliah khususnya di mata kuliah Zoologi Vertebrata dan praktikum yang akan
timpakul.
pentingnya aplikasi atau media pembelajaran yang berbasis media cetak yang
15
d. Bagi peneliti, hasil penelitian ini mampu menambah kepercayaan diri, menambah
wawasan ilmu pengetahuan yang digali, pengalaman dan dapat dijadikan sebagai
F. Penelitian Terdahulu
berbeda-beda. Ada satu penelitian yang serupa dari penelitian Ayu Maulyda (2018)
dan menggunakan model evaluasi formatif dan tessmer sampai uji one to one,
sehingga menghasilkan produk berupa bahan ajar. Perbedaan dari peneliti terhadap
dengan desain EDR (Educational Design Research) dan menggunakan model dengan
evaluasi formatif tessmer sampai uji pakar, sehingga menghasilkan sebuah produk
berupa buklet yaitu buku kecil yang berisi banyak gambar dan bahasanya yang
mudah dipahami.
G. Sistematika Penulisan
Penelitian ini disusun dengan sistematika penulisan yang terdiri dari 5 bab
1. BAB I pendahuluan yang tediri dari latar belakang masalah, definisi operasional,
penulisan.
2. BAB II kajian teori dan kerangka berfikir yang terdari dari definisi teoritik, dan
kerangka berfikir.
3. BAB III metode penelitian yang terdiri dari jenis dan pendekatan penelitian,
desain penelitian, setting penelitian, populasi dan sampel penelitian, data dan
4. BAB IV hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari hasil penelitian serta
pembahasan yang terdiri dari hasil penelitian serta pembahasan dan analisis hasil
A. Kajian Teoritik
1. Ikan
berada di tingkat pertama. Secara keseluruhan, sekitar 25.000 jenis ikah telah
ditemukan bahkan lebih. Diperkirakannya jenis ikan sekitar 483 famili dalam 57
ordo.
dengan sebutan hewan bertulang belakang. Tergolong kelas Pisces, air merupakan
mempunyai berbagai macam ciri morfologi, ada yang permukaan tubuhnya licin
berlendir, ada juga yang ditutupi oleh sisik. Umumnya alat pernafasan pada ikan
bermacam-mcam dengan fungsi untuk bergerak dan berenang. Selain itu, ikan
juga memiliki bentuk kepala dan bentuk mulut yang berbeda-beda di setiap
jenisnya.
hidupnya berupa air, suhu, oksigen terlarut, dan juga makanan pada ikan sangat
berbeda dengan makanan hewan yang berada di darat. Maka dari itu, baik secara
fisik yaitu bentuk badan (morfologi) serta alat-alat dalam dan fungsi organnya
21
22
(fisiologi) juga sangat berbeda dengan hewan yang berada di daratan. Karena
sesuai kebutuhan hidup ikan tersebut, tubuh ikan terdiri dari beberapa bagian yaitu
a. Caput: terdapat pada bagian kepala, yaitu mulai dari ujung moncong terdepan
sampai dengan ujung pada tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala
atau caput terdapat beberapa organ seperti mulut, rahang atas, rahang bawah,
gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan
sebagainya.
b. Truncus: pada bagian badan, yaitu mulai dari ujung tutup insang bagian
belakang sampai permulaan sirip dubur. Pada bagian badan atau truncus ini
terdapat beberapa jenis sirip yaitu sirip punggung, sirip perut, sirip dada, serta
c. Cauda: bagian terakhir merupakan bagian paling ujung yaitu ekor, cauda ini
mulai dari permulaan sirip dubur hingga ujung sirip ekor pada bagian paling
belakang. Pada bagian ekor terdapat anus, sirip dubur, sirip ekor, dan
2. Morfologi Ikan
hidup. Morfologi mempelajari bentuk luar dari organisme dan bertujuan untuk
mudah mengingat dalam mempelajari organisme. Pada hewan air khusunya ikan
tubuhnya terbagi menjadi tiga yaitu kepala, badan serta ekor. Penelitian ini akan
a. Morfologi Kepala
organ: organ mulut (oris), yang memiliki rahang dan gigi; lubang hidung
(nostril), yang berfungsi untuk merasakan rasa dan bau air; dan otak, yang
terletak di tengkorak kepala. Selain itu, ada juga telinga yang berfungsi sebagai
organ pendengaran, sungut atau kumis yang berfungsi sebagai sensor atau
pendeteksi lingkungan, dan mata tanpa kelopak mata yang berfungsi sebagai
organ penglihatan.
1) Bentuk Mulut
beragam serta ukuran yang berbeda-beda pula. Perbedaan dari bentuk mulut
predator contohnya, ikan nila memiliki bentuk mulut yang cenderung lebih
Funjaya (2002), Ikan dapat dibedakan menjadi lima golongan yaitu: ikan
pemangsa, ikan penggerogot, ikan penyaring, ikan penghisap, dan ikan parasit.
2) Letak Mulut
di mana ikan tinggal. Jika bentuk mulut bergantung pada jenis makanan, maka
letak mulut menunjukkan di mana ikan tinggal. Mulut ikan yang tinggal di dasar
Ikan dengan bentuk mulut terminal mempunyai gigi yang kuat serta
rahang yang dapat digerakkan. Bentuk mulut ikan pemakan plankton umumnya
kecil sesuai dengan jenis makanannya yang kecil serta mulutnya tidak dapat
dimajukan ke depan. Menurut Funjaya (2002), jenis-jenis letak dari mulut ikan
julung-julung.
b) Terminal: mulut yang terletak di ujung hidung, contohnya pada ikan mas.
3) Sungut Ikan
memiliki perbedaan, sebagian ikan memiliki sungut yang pendek dan ada juga
yang memiliki sungut yang panjang. Selain dari panjang pendeknya sungut,
tebal dan tipisnya sungut pada ikan pun berbeda-beda begitu pula letak dari
bagian atas, bawah, depan serta disudut bibir ikan. Berdasarkan dari jumlah
sungut ikan juga berbeda-beda, ada ikan yang hanya mempunyai sepasang
sungut, dua pasang bahkan empat pasang sungut dan ada juga ikan yang tidak
memiliki sungut.
4) Mata Ikan
jendela di depan mata yang memungkinkan cahaya masuk. Mata ikan adalah
Funjaya (2002), menjelaskan bahwa lensa mata ikan sangat bulat dan
ingin dilihat, karena kornea padakan memiliki indeks refraksi atau bias yang
sangat kecil antara kornea dan air. Lensa mata ikan sangat bulat dan dapat
dilihat, karena kornea pada ikan memiliki indeks refraksi atau bias yang sangat
mata ikan, iris juga membantu memperluas sudut lensa. Sclera, atau selaput
putih mata, adalah bahan yang elastis dan liat yang terdiri dari bola mata
sendri. Terakhir, tetapi tidak kalah pentingnya, adalah retina mata. Jaringan-
jaringan urat saraf peka terhadap cahaya membentuk retina, yang menutupi
b. Morfologi
GambarBadan
2.6. Mata Pada Ikan (Sumber: Mas Yog, 2019)
b. Morfologi Badan
tergantung pada kelompok dan genusnya. Jenis tubuh ikan yang paling umum
termasuk jenis ikan Cyoprinidae dan beberapa bentuk tubuh yang sangat unik,
seperti ikan manfish (Pterpphillum scalare), yang memiliki tubuh yang sangat
gepeng di samping. Ikan kuhli loach, yang memiliki bentuk tubuh seperti ular
kecil, dan ikan buntal, yang memiliki bentuk seperti balon. Variasi bentuk
pada bagian ekornya lebih sempit. Ikan yang memiliki bentuk tubuh ini
merupakan tipe ikan perenang cepat dan hidup di laut. Contohnya tuna,
dan kembung.
b) Compressed (pipih): bentuk tubuh ikan pipih baik dilihat secara lateral
cepat jika terancam bahaya dan mampu berenang lambat jika tidak ada
c) Depressed (pipih secara lateral): ikan dengan bentuk pipih lateral biasanya
hidup pada dasar air. Contohnya ikan Pari Elang (Aeobatis narinari).
d) Anguliform (seperti ular): seperti namanya ikan ini memiliki bentuk yang
mirip dengan ular yaitu tubuh yang panjang dengan bentuk lintang
2) Sirip Ikan
dari gelang pektoral, tengkorak, tulang rusuk, tulang belakang, dan banyak
tulang berukuran kecil lainnya yang berfungsi untuk menopang jari sirip.
pergerakan serta menjaga keseimbangan tubuh ikan. Selain itu sirip ikan juga
memiliki fungsi sebagai alat peraba, alat penyalur sperma, dan sebagainya.
Sirip ikan terbagi menjadi beberapa bagian yaitu: spinnae pektoral (sirip
punggung), pinnae caudal (sirip ekor), pinnae anal (sirp dubur), sirip ventral
(sirip perut) dan sirip thorax (sirip dada). Tiga dari sirip pertama pada ikan
dinamakan dengan sirip tunggal sedangkan dua jenis sirip terakhir dinamakan
3) Sisik Ikan
31
Menurut Rahardjo (2011), ikan mempunyai salah satu ciri berupa sisik.
Walaupun tidak semuakan memiliki sisik, namun sisik pada ikan sendiri
mempunyai fungsi sebagai rangka luar pada ikan. Sisik terdiri dari lapisan
dermis yang terdiri dari jaringan pengikat yang dilapisi epitelium. Sebuah
untuk mengeluarkan lendir. lendir tersebut yang akan menghasilkan kulit yang
licin pada ikan. Khitin dan bahan CaCO3 membentuk sisik ikan. Sisik pada
ikan terbagi menjadi beberapa jenis yaitu: plakoid, ganoid, stenoid, dan sikoid.
c. Morfologi Ekor
Ikan mempunyai ekor yang memiliki fungsi sebagai alat gerak aktif
selain itu ekor ikan juga berfungsi mendorong saat berenang dan mengatur
atau vetebrae. Menurut Sari (2019), bentuk ekor ikan terdiri atas empat macam
ekornya. Umumnya bentuk ekor ini ditemukan pada ikan yang masih
membelok ke arah dorsal sehingga bentuk dari cauda tidak simetris namun
jika dilihat dari arah luar seperti simetris. Contohnya padakan Teleostei.
bagian sirip ekor terbagi secara simetris baik dari arah dalam maupun dari
arah luar. Contohnya terdapat pada jenis ikan Dipnoi dan Latimeria.
Keanekaragaman hayati cukup banyak, tetapi salah satu definisi yang mudah
Ikan timpakul adalah spesies yang unik karena mereka dapat bergerak
Mudskipper panjangnya sekitar enam inci (10–15,2 cm), dan mereka secara
harfiah dikenal dengan "ikan yang keluar dari air" yang menghabiskan lebih
banyak waktu di tepi lumpur daripada di dalam air. Ikan ini unik karena
mengangkut tubuh mereka di darat dan keluar dari air dengan sirip dada yang
diubah menjadi otot anggota tubuh depan. Menurut Walker & Wood (2005),
tubuhnya dengan sirip ventralnya untuk "berjalan" di sekitar lumpur. Selain itu,
34
dengan membalik ekornya dengan kuat, ikan ini memiliki kemampuan untuk
Sirip belakangnya yang indah dan matanya yang mirip katak membuatnya
antaranya yaitu:
1) Boleophthalmus pectinirostris
punggung mangrove yang jarang tertutup dan lumpur di daerah muara laut.
Menurut Baker (2018), jenis ini paling sering ditemukan di lapangan dengan
bintik biru halus pada sirip dorsal depan dan pola pengaturan bintik biru yang
mirip dengan tanda hubung pada sirip dorsal kedua, yang disusun dengan rapi
2) Periophthalmodon schlosseri
panjang, mata yang berdekatan di atas kepala yang besar, dan adanya bagian
tubuh yang disebut sirip dada yang digunakan untuk bergerak di darat. Kepala
dan batang tubuh berwarna biru keabu-abuan dengan bagian bawah abu-abu.
3) Boleophthalamus boddarti
kecoklatan, bagian kepala dipenuhi bintik berwarna kebiruan serta garis hitam,
sedangkan pada bagian bawah tubuhnya berwarna putih. Jenis ikan ini
a. Morfologi
Bentuk ikan ini unik karena kedua matanya menonjol di atas kepala, mirip
dengan mata kodok, dan bentuk kepala depak dengan sirip punggung yang
tumbuh. Badannya bulat panjang dan mirip dengan sirip ekor torpedo. Panjang
2013). Al-Behbehani dan Ebrahim (2010), ikan timpakul memiliki mata besar
berbentuk bulat di atas kepala dan mulut menghadap ke bawah untuk mencari
makan di atas lumpur adalah adaptasi ikan timpakul untuk hidup di darat.
permukaan.
Menurut Piper (2007), sendi siku pada ikan timpakul membentuk sirip
pectoral. Tubuh ikan dapat dibantu dengan sirip ini, yang memungkinkannya
melompat ke udara hingga 60 cm. Sirip dada ikan timpakul telah berubah
menggunakan cakram ventral mereka, ikan timpakul dapat memanjat akar bakau
yang bercabang untuk mencari serangga dan laba-laba saat air pasang kembali
Menurut Murdy (1988), ikan timpakul memiliki sirip dorsal (sirip dorsal
yang ke dua terdiri dari 27-30 bagian terhubung dengan membran), 26-28 sirip
anal, 18-21 sirip pectoral, 5 sirip pelvic, sirip caudal yang berbentuk seperti
pisau dengan 17 segmen, dikelilingi oleh sisik yang kecil dan bundar,insang
akan membuka dengan cara mengembangkan sirip pectoral, tubuh ramping, gigi
di kedua rahang dalam satu baris dan tidak memiliki membran yang menutupi
sebagian dari mata, insang berada di bagian ventral (insang pertama melengkung
belum sempurna).
b. Klasifikasikan Timpakul
Menurut Panjaitan (2013), secara geografis, ikan ini tersebar luas dan banyak di
daerah pasang surut dan estuaria. Menurut Graham (1997), Saanin (1995) dan
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Superclass : Osteichthyes
Class : Pisces
Superordo : Acanthopterygii
Ordo : Perciformes
Subordo : Gobioidei
Superfamili : Oxudercini
Famili : Gobiidae
39
Subfamili : Oxudercinae
Genus : Parapocryptes
Apocryptodon
Oxuderces
Apocryptes
Pseudapocryptes
Zappa
Scartelaos
Baleophthalmus
Periopthalmodon
Periopthalmus
c. Habitat
timpakul. Tempat mangrove biasanya basah dan kering. Biota telah belajar
menyesuaikan diri ketika hidup di lingkungan seperti ini. Ikan timpakul adalah
salah satu contoh biota yang mampu hidup dalam kondisi seperti itu. Mereka
hidup di pasang surut, atau lumpur, yang sulit dibandingkan dengan habitat lain.
Menurut (Rake & Sullivan, 2015), tempat tinggal mereka selalu berubah sesuai
dengan tingkat basah dan suhu. Karena kemampuan bernafas melalui kulitnya
dan lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya, ikan timpakul dapat
bertahan hidup di daerah pasang surut. Ikan timpakul hidup di hutan mangrove
40
yang berlumpur. Menurut Beatty, Bright & Robr (2001), mudskipper selalu
untuk menjauh dengan cara menaikkan sirip, ketika bahaya mengancam, mereka
akar mangrove.
d. Reproduksi
Menurut Beatty, Bright & Robr (2010), sepanjang musim hujan, ikan
timpakul jantan menggali liang di lumpur dengan mulut mereka, dan ikan
Indo-Pasifik dapat mencapai 5 kaki (1,5 meter) lebar. Selama beberapa waktu,
ada asumsi bahwa pembuahan dapat terjadi di dalam ikan, tetapi buktinya masih
berwarna cerah. Untuk menarik betina, jantan menggerakkan sirip dadanya dan
41
melompat ke udara sampai ketinggian sekitar 8 inci atau 20 cm, membuka sirip
mengikuti jantan ke sarangnya. Telur yang telah dibuahi secara internal, akan
5. Parameter Lingkungan
hal itu berinteraksi dengan faktor lain, seperti faktor fisika dan kimia
bersamaan.
a. Suhu Udara
Ikan merupakan hewan yang memiliki suhu tubuh yang relatif sama
pakan yang tersedia relatif sedikit. Ikan akan mati jika suhu lingkungan terus
meningkat, suhu tubuh ikan akan meningkat, sehingga laju metabolisme ikan
juga meningkat. Apabila suhu terus meningkat, dan ikan akan mati karena
hypoxia atau kegagalan enzim untuk berfungsi. Menurut Afrianto (2005), suhu
kritis ikan bervariasi, namun beberapa spesies mampu bertahan hingga suhu 40
℃.
42
yang panas dan lembab untuk bernapas, kisaran suhu udara dan air dari 75-86°F,
ikan timpakul hanya aktif pada saat suhu diatas 55 ℉ . Menurut Olayan &
menurut Panjaitan (2013) menyatakan bahwa suhu perairan ikan timpakul adalah
29℃ .
pengambilan unsur hara oleh akar. Menurut Kuncoro (2008), Sebaliknya, jika
pH substrat terlalu tinggi, jenis bakteri dalam substrat berubah, yang merugikan
ikan dan tanaman. pH tanah yang rendah juga akan menyebabkan pH air yang
rendah. Kordi (2010) menyatakan bahwa tanah dengan pH netral hingga basa
alami. Pakan alami dapat tumbuh dengan baik di tanah dengan pH antara 6,6 dan
8,5. Menurut Olayan & Thomas (2008), pH ikan timpakul yaitu 8,2. pH air dan
c. Salinitas
Salinitas adalah konsentrasi totalon yang ada di perairan. Ini terjadi setelah
dan iodide, dan semua bahan organik dioksidasi. Salinitas diukur dalam g/kg
43
atau promil (‰). Menurut Effendi (2003), nilai salinitas perairan tawar biasanya
kurang dari 0,5 ‰, perairan payau antara 0,5‰ - 30‰, dan perairan laut 30‰ -
geografis, sifat-sifat musim hujan dan kemarau, serta pola sirkulasinya maka
daerah yang berlainan mempunyai ciri-ciri yang berbeda pula dalam variasi
Thomas (2008), salinitas ikan timpakul yaitu 38‰, sedangkan menurut Panjaitan
6. Mangrove
a. Pengertian Mangrove
suatu tumbuhan, ada juga yang menyebutkan bahwa mangrove berasal dari kata
bahwa istilah "mangrove" digunakan di Perancis untuk kata "manglier", dan ada
juga yang mengatakan bahwa istilah ini umumnya mengacu pada pohon yang
tumbuh di daerah berlumpur dan basah yang dekat dengan air pasang surut di
tanah lumpur dan daratan oleh tumbuhan yang secara bertahap berubah menjadi
semi daratan. Mangrove juga dapat didefinisikan sebagai formasi hutan khas
wilayah tropika dan sedikit subtropika, yang ditemukan di pantai rendah dan
tenang, berlumpur, sedikit berpasir, dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut
44
pneumatophore, atau akar nafas, untuk mengambil oksigen dari udara dan
b. Manfaat Mangrove
lainnya, mengubah cahaya matahari dan zat hara (nutrien) menjadi jaringan
ekosistem mangrove terdiri dari serasah (daun, ranting, buah, dan batang).
Sebagian serasah mangrove didekomposisi oleh bakteri dan fungi menjadi zat
algae, maupun tumbuhan mangrove itu sendiri dalam proses (Arief, 2003).
lingkungan sekitar, benda, dan juga orang yang mempunyai informasi yang dapat
45
digunakan sebagai wahana bagi peserta didik untuk melakukan suatu proses
dalam perubahan tingkah laku. Selain itu, sumber belajar juga diartikan sebagai
menurut suatu jenjang tertentu berbentuk cone of experience atau dikenal dengan
sangat terbatas pada informasi-informasi yang diberikan oleh guru dan hanya
disimpulkan bahwa sumber belajar sebenarnya adalah segala sesuatu yang dapat
orang yang awalnya tidak tahu menjadi tahu, orang yang tidak mengerti menjadi
mengerti, orang yang tidak terampil menjadi terampil, dan orang menjadi mampu
membedakan mana yang benar dan salah. Dengan demikian, ada banyak sumber
dan tempat lain di pedesaan dan kota-kota lain. Namun, penggunaan sumber
46
pembelajaran dan pengajaran ini sangat bergantung pada waktu dan biaya yang
a. Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan semua sumber yang dapat digunakan oleh peserta
didik dalam belajar baik berupa data, orang, dan wujud tertentu, baik secara
belajar yang ingin dicapai akan lebih mudah dpahami oleh peserta didik. Pada
tahun 1972 konsep sumber belajar mencakup empat kategori yaitu: materi,
up to date dan tidak tertinggal oleh zaman. Terlebih, jika pendidik mampu
menjadikan sumber belajar yang digunakan menjadi bagian dari materi serta
dicapai baik oleh peserta didik sendiri atau dengan bantuan guru mereka. Agar
maka seorang guru akan berperan penting dalam proses mengajar. Sedangkan
dan pengetahuan mengenai hal-hal tertentu. Karena itu, pelajar dapat ditemukan
di mana saja, serta dalam berbagai kategori yang berbeda. Adanya interaksi yag
baik pada proses belajar dan mengajar antara pelajar dan guru akan berdampak
belajar tidak hanya mengacu pada buku cetakan saja namun televisi, komputer,
radio yang berbentuk non buku juga dapat menjadi sumber belajar jika hal
Interaksi antara guru sebagai tenaga pengajar dan peserta didik termasuk
ke dalam kegiatan belajar mengajar. Namun, tidak hanya interaksi antara guru
dan peserta didik saja. Kegiatan belajar mengajar sendiri mencakup interaksi
mengajar.
bertujuan untuk merancang dan mengembangkan alat bantu salah satunya yaitu
sumber belajar sebagai solusi untuk masalah pendidikan serta untuk memajukan
pengetahuan tentang alat bantu ini dan proses untuk merancang dan
48
teori.
suatu penelitian yang dapat memberikan pemecahan masalah yang pasti untuk
dan dilaporkan saat ini. EDR dapat dimanfaatkan sebagai alat ukur kemampuan
sebuah objek suatu penelitian. Evaluasi formatif dalam konteks EDR merupakan
49
menyertainya.
bawah ini.
Expert Review
Revise
One-to-one
Gambar 2.15 Alur desain evaluasi formatif diadaptasi dari Tessmer tahun 1993
ahli, evaluasi perorangan, uji kelompok kecil, dan uji lapangan. Namun sebelum
melakukan tinjauan ahli, peneliti haruslah melakukan evaluasi pada diri terlebih
dahulu, dapat dilihat pada gambar (Self evaluation). Evaluasi formatif sendiri
guna meningkatkan efektivitas dan daya tarik produk yang dikembangkan. Pada
setiap tahapan pada desain atau evaluasi bahan pembelajaran evaluasi formatif
akan menjadi (kontrol) yang dapat membantu serta menjamin bahwa produk
berikut:
yang dilakukan sendiri oleh peneliti dalam hal merancang produk yang ingin
dikembangkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah buklet. Dalam proses
pembelajaran.
one-to-one evaluation.
tinjaun ini melibatkan para ahli untuk meninjau versi awal bahan
51
melibatkan satu atau lebih spesialis guna meninjau versi awal dari bahan
pembelajaran.
d) Mengelola evaluasi
e) Menutup evaluasi
h) Mengulang siklus.
perubahan yang akan dibuat untuk menghasilkan data revisi lebih lanjut.
berfokus pada data kinerja dari siswa. Adapun informasi yang didapatkan dari
evaluasi kelompok kecil ini yaitu efektif, efisien, dapat digunakan, dan juga
menarik. Menurut Zaini (2018), kelompok peserta didik yang dipilih dalam
uji kelompok kecil ini dapat berjumlah 6-20 peserta didik. Peserta didik yang
dan budaya.
a) Menyiapkan pertanyaan
c) Menkondisikan lingkungan
d) Menyiapkan administrator
e) Menyiapkan siswa.
seperti:
a) Mengelola evaluasi
b) Melaksanakan tes/survei
a) Meninjau data,
Evaluasi ini sering kali dikenal sebagai ‘uji β’. Evaluasi uji lapangan dapat
beberapa tempat, dengan peserta yang berbeda. Saat melakukan uji lapangan
54
a) Expert review mengenai validasi isi, dilakukan oleh tiga orang pakar.
pengguna.
kepraktisan aktual.
keefektivan aktual.
8. Buklet
a. Definisi Buklet
atau tulisan (lebih dominan) yang bentuknya buku kecil setebal 10-25 halaman,
dan paling banyak 96 halaman. Ukuran buku untuk pembuatan buklet tidak ada,
agar tidak membuang banyak kertas biasanya disesuaikan dengan ukuran standar
bentuk, ukuran, dan halaman yang lebih kecil dan sedikit dari buku pada
tersebut bila ditata dengan baik akan menimbulkan daya tarik, memudahkan
b. Unsur-Unsur Buklet
pada buku. Menurut Sitepu (2012), unsur-unsur atau bagian-bagian pokok yang
Kulit buku terbuat dari kertas yang lebih tebal dari kertas buku, fungsi
dari kulit buku adalah melindungi isi buku. Kulit buku harus didesain
semenarik mungkin agar memberikan minat kepada pembaca. Isi buku buklet
2) Bagian Depan
halaman daftar isi dan kata pengantar, setiap nomor halaman depan buku teks
3) Bagian Teks
terdiri atas judul bab atau sub judul, setiap bagian dan bab baru dibuat pada
halaman berikutnya dan diberi halaman yang diawali dengan angka 1. Bagian
pembaca.
4) Bagian Belakang
menggunakanstilah atau frase yang memiliki arti khusus dan sering digunakan
c. Kegunaan Buklet
57
1) Sifatnya konkre.t.
karena desain berbentuk buku dan memuat informasi relatif lebih banyak
disesuaikan dengan sasaran, buklet ini selain ada teks juga terdapat gambar
Huriyati (2015), yaitu buklet biaya cetakan mahal bila ingin menampilkan
ilustrasi, proses pencetakan memakan waktu lama, dan jika tidak dirawat dengan
B. Kerangka Pikir
58
Melihat besarnya potensi sumber daya ikan timpakul terutama yang berada di
kawasan ekosistem mangrove di Desa Pagatan Besar yang belum optimal serta masih
kurangnya informasi bioekologi ikan eksotik seperti ikan timpakul, maka diperlukan
Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Hasil dari penelitian ini juga
akan menghasilkan sebuah produk yang mana bisa digunakan untuk informasi
Mangrove di Desa Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Oleh
karena itu berdasarkan permasalahan tersebut maka kerangka pikir dari penelitian ini
EKOSISTEM MANGROVE
i i i i i
Biotik
i
Abiotik
i
Keanekaragaman
i i
Temperatur
i i
Kelembahan tanah
i i
pH tanh
pH air
Spesies Karakteristik Morfologi
i i
Salinitas
i i i i
Pengembangan
i i
Sumber belajar i i
Buklet u i
BAB III
METODE PENELITIAN
terhadap objek yang diteliti guna mendapatkan data yang relevan. Penelitian
Adapun pendekatan yang digunakan oleh peneliti pada penelitian ini yaitu
dan kuantitatif merupakan pendekatan yang saling berhubungan satu sama lain,
dengan adanya kedua pendekatan ini dapat saling memperkuat serta saling
melengkapi hasil penelitian. Hasil penelitian yang diperoleh tidak hanya bersifat
objektif, terstruktur, dan terukur saja. Namun, juga berisikan hasil penelitian yang
mendalam dan factual). Data kualitatif dalam penelitian ini berupa hasil jenis-
jenis ikan timpakul, morfologi ikan timpakul, dan habitat ikan timpakul.
Secara umum Evaluasi Formatif Tessmer yang terdiri dari beberapa tahapan
penelitian, yaitu evaluasi diri (self evaluation), penilaian para ahli (expert review),
60
61
uji perorangan (one-to-one), serta uji kelompok kecil (small group evaluation)
dan uji coba (field test). Namun dalam penelitian ini peneliti membatasi hanya
sampai pada tahap pendapat ahli (expert review) untuk menguji kevalidan isi
buklet. Hal ini mengacu pada penelitian Mawwadah (2022), yang menguji Buku
Ilmiah Populer yang diuji sampai 2 tahap yaitu evaluasi diri dan evaluasi pendapat
para ahli. Hal ini karena sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin
pendidikan.
B. Desain Penelitian
berkaitan dengan pengembangan materi dan bahan ajar. Proses EDR (Educational
Design Research) bersifat siklus meliputi analisis, desain, evaluasi, dan kegiatan
revisi diulang sampai mencapai keseimbangan yang tepat antara tujuan penelitian
dan realisasinya.
penelitian, diantaranya yaitu tahap evaluasi diri (self evaluation), tahap tinjauan
atau penilaian dari para ahli (expert review), tahap evaluasi perorangan (one-to-
one evaluation), tahap evaluasi kelompok kecil (small group evaluation), dan
tahap evaluasi uji lapangan (field test evaluation) (Zaini, 2018, p. 50–51). Namun,
pada penelitian tahapan evaluasi formatif tessmer yang dilakukan oleh peneliti
hanya dibatasi sampai pada 2 tahapan yaitu evaluasi diri (self evaluation) dan
penilaian para ahli (expert review) saja guna untuk mengetahui kelayakan isi
produk pembelajaran yang dikembangkan oleh peneliti. Hal ini mengacu pada
tahapan saja yaitu evaluasi diri (self evaluation) dan penilaian para ahli (expert
review).
dalam sejumlah fase yaitu, Preliminary phase atau fase pendahuluan berisi
formatif dan revisi. Assessment phase atau fase penilaian berupa evaluasi sumatif
yaitu:
Studi Tadris Biologi UIN Antasari Banjarmasin yang akan digunakan sebagai
permasalahan bahwa sumber belajar berupa buklet belum ada dan untuk mata
kuliah khususnya tentang jenis-jenis ikan timpakul juga belum ada sehingga
Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut yang telah dilakukan dibuat
draft menjadi sebuah buku berupa buklet, kemudian dilakukan revisi bersama-
a. Tahap Persiapan
Tanah Laut.
Adapun alat dan bahan yang digunakan yaitu, buku identifikasi ikan dari
Saanin (1984), kamera Hp, millimeter blok, alat tulis, alat parameter
lingkungan.
b. Tahap Pelaksanaan
atau foto.
6) Melakukan analisis data terhadap data yang diperoleh. Hasil analisis data
buklet.
prototyping phase).
yaitu buklet berdasarkan data yang telah diidentifikasi. Selanjutnya setelah produk
formatif Tessmer (1993) yang dibatasi pada dua tahap yaitu self evaluation dan
expert review.
yaitu:
Pada tahap ini, peneliti melakukan evaluasi diri sesuai dengan tahapan
yaitu:
yang dikembangkan.
lain sebagainya.
66
Adapun cover buklet hasil rancangan awal yang telah dibuat peneliti dapat
yang dievaluasi oleh ahli meliputi dari bidang materi, bidang media dan Bahasa
Adapun tahapan desain Evaluasi Formatif Tessmer dari uji penilaian para
sebelumnya.
c. Menerima kembali hasil penilaian oleh tiga validator yang sudah ditetapkan
sebelumnya.
C. Setting Penelitian
Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Sekitar 66.650 hektar hutan
saat ini seluas 3.000 hektar dan masih terjaga kelestariannya. Kemudian
beberapa lokasi istimewa, yakni ekosistem mangrove di pantai desa Pagatan Besar
seluas 7,4 hektar. Dari data BPS Tanah Laut (2013), secara administratif luas
mangrove jauh pemukiman warga dan zona II ekosistem mangrove yang dekat
dari pemukiman warga. Penelitian dilakukan dengan teknik jelajah yaitu dengan
cara menyusuri langsung dan mengambil sampel ikan timpakul yang ditemukan
secara langsung.
No Item Bulan
.
Mei Oktober Januar Februari Maret- Mei-
2022 2022 i 2022 April Juni
2023 2023 2023
1. Survei lokasi √
penelitian
2. Pendaftaran √
proposal
3. Pengajuan √
proposal
4. Pelaksanaan √
penelitian
5. Pengumpulan √
69
data
6. Analisis data √
7. Penyusunan √ √
skripsi
Sumber: (Hasil Olah Data, 2022)
Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan atau semua jenis ikan
Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Sampel pada penelitian ini adalah
jenis-jenis ikan timpakul yang terdapat dalam zona yang sudah ditentukan. Proses
pancing, dan jala. Dalam penggalian datani menggunakan teknik jelajah yaitu
1. Data
a. Data Primer
Data primer adalah data berupa informasi dan keterangan yang diperoleh
Takisung kabupaten Tanah Laut. Data primer dalam penelitian ini adalah data
70
jenis-jenis ikan Timpakul, data tentang validitas produk yang dihasilkan yaitu
b. Data Sekunder
penunjang dari sumber data primer. Adapun data sekunder yang digunakan
biasanya yaitu seperti buku yang berkaitan tentang penelitian, internet, karya-
karya ilmiah yang berkaitan dengan tema penelitian. Data sekunder atau
penunjang penelitian ini misalnya informasi mengenai jenis dan habitat ikan
ikan timpakul, dan lokasi penelitian pada ekosistem mangrove di Desa Pagatan
2. Sumber Data
a. Jenis-Jeniskan timpakul
sampel dalam penelitian, yakni yang sudah didapatkan pada kawasan ekosistem
b. Data Validitas
Data tentang validitas pada penelitian ini diperoleh dari sumber data yaitu
instrumen pertelaan ikan, instrumen validitas, dan hasil dari penilaian validasi
71
dari tiga orang respon ahli pakar yang terdiri atas ahli materi, ahli media, dan
ahli bahasa,
Pada penelitian ini teknik pengumpulan data terbagi menjadi dua sebagai
berikut:
1. Data Kualitatif
dengan teknik jelajah pada wilayah yang telah ditentukan dan kemudian
2 zona kawasan mangrove desa Pagatan Besar yang telah ditentukan. Adapun
a. Teknik Observasi
dari Saanin (1984) kemudian dicatat setiap data yang didapat sampai
menemukan nama ilmiah jenis ikan timpakul tersebut. Dalam observasi ini
sampel. Untuk menentukan seberapa banyak sampel yang akan diambil saat
dapat didasarkan pada lokasi pengambilan sampel yang berbeda, yang dapat
penelitian 2 zona tersebut yaitu untuk luas ekosistem mangrove tersebut sekitar
sehingga peneliti mengambil patokan zona ini dari beberapa dermaga atau
jembatan untuk menelusuri area mangrove. Untuk zona I dan zona II panjang
kemudian pada zona I ekosistem mangrove dari paling ujung dermaga atau
73
pengamatan secara detail dapat dilakukan berdasarkan tabel pertelaan ikan yang
Pagatan Besar
dengan membandingkan gambar hasil foto dokumentasi dengan foto yang ada
diperhatikan ciri dari morfologinya, sehingga dapat diketahui jenis darikan yang
Pagatan Besar
Jenis ikan timpakul dari proses identifikasi yang telah diketahui, kemudian
(kerajaan), divisio (divisi), classis (kelas), ordo (bangsa), familia (suku), genus
(marga), dan spesies (jenis). menggunakan sumber buku referensi seperti buku
idnetifikasi khusus ikan dari Saanin (1984), dan referensi dari internet.
2. Data Kuantitatif
a. Angket
lembar validasi kepada 3 para ahli yaitu ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa.
Menurut Idi (2011), menyatakan bahwa instrumen angket ini dapat bersifat
validator. Adapun validator yang menguji validitas produk ini terdiri dari tiga
orang validator dengan kisi-kisi instrumen validasi ahli materi, ahli media, dan
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang dipilih oleh peneliti guna
merupakan pedoman tertulis yang ditentukan oleh peneliti untuk melengkapi dan
observasi dan kuesioner atau angket. Instrumen yang digunakan pada penelitian
ini terdiri dari dua macam, yaitu instrumen penelitian data kualitatif dan instrumen
peta, denah lokasi, dan foto masing-masing zona dapat dilihat pada lampiran 2
dan 3, pedoman alat dan bahan, pertelaankan dan parameter ling kungan dapat
dilihat pada lampiran 4, dan pedoman angket dapat dilihat pada lampiran 5.
lingkungan tempat lokasi penelitian yang telah ditentukan, dan lembar tabel
ditemukan. Instrumen data kuantitatif yaitu angket atau kuesioner validasi yang
digunakan untuk menguji produk yang dikembangkan dan hasil pengukuran data
Lembar pertelaankan
Data Kuantitatif Angket atau Kuesioner Lembar angket atau
kuesioner untuk uji
validasi
Pengukuran Parameter Hasil pengukuran
Lingkungan parameter lingkungan
Teknik analisis dalam penelitian ini terdiri dari teknik analisis kualitatif
dan kuantitatif. Data kualitatif dalam penelitian ini adalah data jenis-jenis ikan
timpakul dan habitatnya. Data kuantitatif dalam penelitianni adalah data uji
Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut dan data parameter
analisis secara kuantitatif dengan cara menghitung skor validitas dari hasil
validasi ahli yang diadopsi dari Akbar (2022). Adapun analisis data yabg
pada hal-hal yang penting Sugiyono (2019). Data utama dalam penelitian ini
77
Penyajian data pada penelitian ini berupa deskripsi tabel pertelaan ikan timpakul,
Data yang dikumpulkan oleh peneliti akan dinarasikan dalam bentuk kalimat
naratif.
c. Penarikan Kesimpulan
baru atau belum pernah ada, sehingga setelah diteliti dan disusun kalimat yang
disusun dapat menjadi jelas dan mudah dipahami. Penarikan kesimpulan dapat
berupa hubungan kausal atau interaktif, hipotesis atau teori (Sugiyono, 2019, p.
447). Tahapan penarikan kesimpulan ini yaitu peneliti menarik intisari temuan
Pagatan Besar.
buklet dan mengembangkannya sehingga dihasilkan buklet yang siap untuk diuji
kevalidannya. Buklet yang dibuat oleh peneliti akan diuji kevalidannya dengan
Tessmer perlu dilakukan untuk mendapatkan bukti kelayakan dari produk yang
Buklet yang telah dibuat sebelumnya oleh peneliti akan diuji validitasnya
oleh tiga orang validator, yakni validator ahli materi, validator ahli media, dan
validator ahli bahasa. Hal tersebut dilakukan agar peneliti mengetahui desain,
penulisan, serta penyajian data yang dibuat sebelumnya dinyatakan layak atau
tidak dalam penggunaanya. Berikut data dari buklet dianalisis dengan cara
menghitung skor validitas dari hasil validasi ahli yang diadopsi dari Akbar
TSe
V= × 100%
Tsh
Keterangan:
V : Validitas
.
1. 85,01% - 100,00% Sangat valid, dapat digunakan tanpa revisi
A. Hasil Penelitian
Laut dilaksanakan melalui dua tahap. Penelitian tahap pertama berkaitan dengan
hasil identifikasi jenis-jenis ikan timpakul pada ekosistem mangrove di Desa Pagatan
Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Penelitian tahap kedua berkaitan
Hasil penelitian ini terdiri dari dua aspek yaitu pertama identifikasi jenis-jenis ikan
timpakul yang ditemukan pada ekosistem mangrove di desa Pagatan Besar, dan
validasi buklet
timpakul terdiri dari 5 spesies, yang mana termasuk ordo Gobioida, famili
yang ada pada 2 zona penelitian yang telah ditentukan. Adapun tabel 4.1 hasil
79
80
Tabel 4.1 Jenis-Jenis Ikan Timpakul pada Ekosistem Mangrove Desa Pagatan
Besar
Zona ZonaI
Keterangan:
P S P S P S P S P S P S
1. Boleophthalmus √ - - √ √ - √ - √ - - √
boddarti
2. Pseudapocryptes √ - - - - - - - - - - -
elongatus
3. Periophthalmus √ - √ √ √ - √ - √ √ √ -
chrysospilos
4. Periophthalmodon - - - - - - - - √ - √ -
schlosseri
5. Periophthalmus - - - - - - - - √ - √ -
gracilis
81
Keterangan:
H = Hari
ikan timpakul yang ditemukan dari kedua zona tersebut yaitu ikan timpakul
dari kedua zona tersebut yaitu pada ikan timpakul Pseudapocryptes elongatus
WARNA:
Punggung Coklat keabuan Tidak
dijelaskan
Perut Putih keabuan Tidak
SISIK dijelaskan
Badan Coklat keabuan Tidak
berbintik biru dijelaskan
Tipe sisik Sikloid Sikloid***
Reproduksi Eksternal
Nama Daerah Ikan timpakul Ikan
Blodok****
Ikan
Gelodok*****
Klasifikasi Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Class Pisces
Ordo Gobioida
Famili Gobiidae
Genus Boleophthalmus
Spesies Boleophthalmus boddarti
Sumber Saanin (1984)
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)
Pustaka:
(**) www.fishbase.org
WARNA:
Punggung Abu gelap Tidak
dijelaskan
SISIK Perut Putih Tidak
kekuningan dijelaskan
Badan Abu-abu gelap Tidak
berbintik-bintik dijelaskan
hitam
Pustaka:
(*) http://www.mudskipper.it/SpeciesPages/elon.html
WARNA:
Reproduksi Bertelur
Nama Daerah Ikan timpakul Ikan Blodok****
Ikan
Gelodok******
Klasifikasi Kingdom Animalia
Phylum Chordata
Class Pisces
Ordo Gobioida
Famili Gobiidae
Genus Periophthalmus
Spesies Periophthalmus chrysospilos
Sumber Saanin (1984)
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)
90
Pustaka:
(**) www.fishbase.org
(***) Yunasfi (2016). Identifikasi dan Tipe Habitat Ikan Gelodok (Famili:
Gobiidae)
(****) http://www.marinespecies.org
WARNA:
Reproduksi Eksternal
Nama Daerah Ikan timpakul Ikan
Blodok****
Ikan
Gelodok*****
Klasifikasi Kingdom Animalia
93
Pustaka:
(**) www.fishbase.org
WARNA:
Reproduksi Bertelur
Nama Daerah Ikan timpakul Ikan Blodok*
Ikan
Gelodok***
Klasifikasi Kingdom Animalia
Phylum Chordata
96
Zona ZonaI
1. Suhu (°C) 28-32 °C 30-33 °C
2. pH Air 6,8-7,8 6,1-7,5
3. Salinitas ‰ 25-37 ‰ 17-30 ‰
4. Kelembaban Tanah % 4,5-6,9 % 4,9-7 %
5. pH Tanah 4,5-6,9 4-7
Sumber: (Hasil Olah Data, 2023)
secara 3 hari berturut-turut dengan 3 kali pengulangan pagi dan sore. Pada zona I
air 6,8-7,8. Kemudian pengukuran salinitas pada air dengan hasil 25‰ - 37‰.
Pada zona II dilakukan pengukuran suhu pada air dengan rata-rata suhu
30°C-33 °C. Selanjutnya dilakukan pengukuran kadar keasaman pada air dengan
rata-rata pH air 6.1-7,5. Kemudian pengukuran salinitas pada air dengan hasil
17‰
2. Validasi Buklet
melalui angket yang ditujukan kepada dua orang dosen yang ahli dalam bidang
validasi media dan bahasa serta satu guru ahli biologi dalam bidang ahli materi. Hal
ini berdasarkan pendapat Sugiyono (2013), bahwa validasi produk dilakukan untuk
menilai apakah rancangan sesuai dengan aspek yang telah ditetapkan. Berdasarkan
aspek yang ditetapkan dan diperlukan, maka cukup 3 orang dosen validasi yang
validator didalam tahapan uji pakar dikarenakan berdasarkan Zaini (2019, p. 28)
mengungkapkan bahwa dalam fokus penelitian desain dan evaluasi formatif yang
telah diadaptasi dari Nieveen (1999) apabila dalam melakukan uji validitas di
Expert review mengenai validasi isi konten media atau sumber belajar yang
saja sebagai pakar. Halni mendukung kembali bahwa penelitian EDR yang
dilakukan didalam tahap prototipe yang dikembangkan dan dilakukan revisi pada
bagian awal berupa lembaran guna meminta pertimbangan dari pakar serta
Validasi kelayakan materi buklet dilakukan oleh satu orang Guru SDN 6
Kuin Selatan ahli materi dari bidang Biologi. Uji kelayakan buklet ini
Hasil dari perhitungan kelayakan ahli materi dipaparkan secara rinci pada tabel
berikut:
buklet yang dikembangkan sangat valid dan bisa digunakan tanpa revisi, namun
disini validator memberikan saran perbaikan sedikit agar buklet materinya lebih
lengkap lagi. Adapun hasil rata-rata persentase buklet dari ahli materi yaitu
buklet ini. Beberapa saran dari Guru Biologi ahli materi dirincikan sebagai
berikut:
Berdasarkan tabel di atas maka telah dilakukan perbaikan pada buklet sesuai
Validasi kelayakan media buklet dilakukan oleh satu orang ahli dosen
dibidang ahli media dari Biologi. Uji kelayakan buklet ini menggunakan angket
buklet yang dikembangkan sangat valid yang sangat bisa digunakan tanpa revisi,
tampilannya lebih menarik lagi. Adapun hasil rata-rata persentase buklet dari ahli
buklet ini. Beberapa saran dari Dosen ahli media dirincikan sebagai berikut:
sesuai dengan saran-saran yang diberikan dari Dosen Biologi ahli bidang media.
Validasi kelayakan bahasa buklet dilakukan oleh satu orang ahli dosen
dibidang ahli media dari Biologi. Uji kelayakan buklet ini menggunakan angket
indikator, yaitu lugas, komunikatif, dialogis dan interaktif, dan kesesuaian dengan
kaida bahasa. Hasil dari perhitungan kelayakan media dipaparkan secara rinci
buklet yang dikembangkan cukup valid yang bisa digunakan dengan revisi kecil,
validator memberikan saran perbaikan sedikit agar buklet sesuai dengan kaidah
bahasa Indonesia. Adapun hasil rata-rata persentase buklet dari ahli bahasa yaitu
buklet ini. Beberapa saran dari Dosen ahli bahasa dirincikan sebagai berikut:
sesuai dengan saran-saran yang diberikan dari Dosen Biologi ahli bahasa.
Berdasarkan hasil rata-rata dari hasil validasi yang dilakukan oleh tiga
validator bahwa buklet yang dikembangkan cukup valid yang bisa digunakan
dengan revisi kecil. Adapun hasil rata-rata persentase buklet dari dari tiga validator
yaitu dengan rata-rata presentase 83,2% artinya buklet secara keseluruhan cukup
B. Pembahasan
Tanah Laut dilaksanakan melalui dua tahap. Penelitian tahap pertama berkaitan
dengan hasil identifikasi jenis-jenis ikan timpakul pada ekosistem mangrove di desa
Pagatan Besar kecamatan Takisung kabupaten Tanah Laut. Penelitian tahap kedua
belajar. Pembahasan ini terdiri dari dua aspek yaitu pertama pembahasan jenis-jenis
ikan timpakul yang ditemukan pada ekosistem mangrove desa Pagatan Besar,
timpakul terdiri dari 5 spesies, yang mana termasuk ordo Gobioida, famili
105
gracilis.
1) Boleophthalmus boddarti
lumpur pantai. Ikan jenis Timpakul ini banyak ditemukan di daerah mangrove
Kabupaten Tanah Laut. Pada ekosistem mangrove jenis ikan timpakul jenis
yaitu zona I dan zona II hal ini dikarenakankan timpakul jenis ini lebih banyak
(Boleophthalmus boddarti) dikenal dengan nama daerah ikan timpakul. Ikan ini
memiliki panjang keseluruhan 15 cm, dengan panjang baku 13 cm, dan tinggi
badan 2,4 cm. Bentuk badan bulat dan panjang, pada bagian badannya memiliki
biru, seluruh badan terdapat bintik-bintik biru, dan memiliki garis-garis hitam
melintang pada bagian tubuhnya. Bentuk kepala ikan ini yaitu subterminal,
kemudian bertipe sisik sikloid (sisik berbentuk seperti lingkaran), dan memiliki
mempunyai badan memanjang, bulat, dan ditutupi oleh 60 sampai lebih 100 sisik
sikloid. Kepala subterminal, ada bagian yang bersisik dan tidak bersisik. Mata
berdekatan menonjol di atas kepala. Mulut agak miring, kedua rahangnya hampir
sama panjang. Lidah bercabang dua. Mempunyai dua sirip punggung yang jelas
terpisah. Sisik pada garis sisi 75-100 buah, sirip perut bersatu. Dasar sirip dada
berotot dan bersisik. Sirip ekor tidak simetris, setengah bagian atas lebih panjang
dari setengah bagian bawahnya. Sirip punggung pertama lebih tinggi dari pada
tinggi tubuh. Tulang rahang atas memanjang sampai ke belakang mata. Warna
tubuh hijau kegelapan dengan 6 sampai 7 garis-garis miring yang berwarna gelap.
Kepala dengan bercak-bercak biru atau coklat. Sirip punggung pertama dengan
p 3), bahwa Boleophthalamus boddarti memiliki ciri badan dan sirip punggung
yang berwarna biru mengkilap dan terkadang berwarna biru kehijauan. Tubuh
ikan ini memiliki garis berwarna hitam kecoklatan, bagian kepala dipenuhi bintik
berwarna kebiruan serta garis hitam, sedangkan pada bagian bawah tubuhnya
berwarna putih. Ikan ini memiliki bobot 0,5-10,40 gr dan panjang badannya 3,6-
11,10 cm.
107
Salah satu jenis ikan yang berhabitat di kawasan hutan mangrove adalah
mangrove, matanya besar dan mencuat keluar dari kepalanya, sirip dada pada
bagian pangkal berotot, dan sirip ini bisa ditekuk hingga berfungsi seperti lengan
yang lunak, dengan cara lumpur dikeruk dengan kepala hingga terjadi sarang yang
dangkal. Untuk membuat sarang yang lebih dalam ikan timpakul memasukkan
Sarang yang dibuat sangat dalam dan bercabang-cabang serta berisi rembesan air
yang berasal dari air sekitarnya. Sarang yang dibuat dipergunakan sebagai tempat
untuk berlindung dari berbagai ancaman atau sebagai pertahanan diri, tetapi
naik ke darat dan bersembunyi di antara pepohonan pantai seperti halnya pohon
mangrove.
2) Pseudapocryptes elongatus
ikan dari famili Gobiidae yang ditemukan di muara-muara atau mulut sungai.
hanya di zona I dikarenakan ikan timpakul jenis ini sangat langka bahkan hanya
ada di negara Vietnam dan juga di Nusantara khusunya di daerah Jawa yang mana
ikan ini dijadikan makanan konsumsi oleh masyarakat tertentu. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bucholtz (2009, p. 711), spesies ini ditemukan di kanal dan
diseluruh aliran sungai dari muara seluruh Asia Tenggara mulai dari Vietnam
dikarenakan ikan ini tingkat toleransi terhadap lingkungan sangat tinggi padahal
pada zona I ini banyak sampah yang berserakan. Jenis ikan ini hanya satu saja
kepadatan ikan timpakul dan juga besar kecilnya ikan timpakul pada tiap zona
tidak hanya disebabkan oleh kerapatan mangrove tetapi dapat disebabkan oleh
tersebut. Pada zona sedikit ditemukan jenis ikan timpakul dikarenakan keadaan
lingkungan mangrove yang kurang bersih dan banyak sampah yang mencemari
sehingga keadaan lingkungan kotor dan kelimpahan pakan di daerah zona sedikit.
Hal ini didukung oleh Suyadi & Manullang (2020, p. 103), menyatakan bahwa
ikan dan hewan yang tinggal di hutan mangrove tersebut. Ditambahkan oleh
pendapat Takita dkk (1999, p. 67), yang menyatakan bahwa ikan timpakul mampu
beberapa kawasan juga semakin menurun yang disebabkan oleh tangkap berlebih,
lingkungan.
(Pseudapocryptes elongatus) dikenal dengan nama daerah yaitu ikan Janjan. Ikan
ini memiliki panjang keseluruhan 12,4 cm, dengan panjang baku 10 cm, dan
tinggi badan 0,5 cm. Bentuk badan torpedo (terlihat ramping), warna matanya
hitam keabuan, pada bagian badannya memiiki warna putih keabuan gelap, pada
sisi samping badan berbentuk corak seperti tulang daun, dan memiliki bintik-
bintik hitam kecil pada bagian tubuhnya. Bentuk kepala ikan ini yaitu
didapatkan hasil yaitu memiliki bentuk tubuh torpedo, tipe sirip caudal
sepasang mata yang menonjol didepan kepala dan dihiasi bintik-bintik gelap
berukuran kecil yang terdapat pola warna disepanjang tubuhnya seperti pelana
menyatakan bahwa ikan timpakul ini memiliki sirip perut yang menyatu dengan
membran basal sehingga berbentuk bulat lonjong. Ikan tersebut memiliki pelvic
frenum yang kuat dan memiliki serangkaian bintik berwarna cokelat gelap pada
110
ekor maupun sirip dada. Tidak ada dimorfisme seksual dari sirip dorsal. Panjang
basis sirip anal 15,0-18,4; panjang kedua sirip punggung 17,0-22,5 dan kedalaman
kecil yang terdapat pola warna disepanjang tubuhnya seperti pelana hitam
sebanyak 6-8 buah, jumlah jari-jari keras sirip punggung 5 buah dan jari-jari
lemah 29 buah, jumlah jari-jari lemah sirip anal 27 buah, panjang standar 111,6 –
147,6 mm.
di daerah ekosistem mangrove yang bisanya wilayah berlumpur. Hal ini sesuai
dengan pendapat Bucholtz dk., (2009, 721), mengatakan bahwa habitat dari
spesies ini berada di daerah bersubstrat lumpur di area estuaria. Ikan Timpakul
diseluruh aliran sungai dari muara seluruh Asia Tenggara mulai dari Vietnam
3) Periophthalmus chrysospilos
spesies ikan dari famili Gobiidae yang ditemukan di muara-muara atau mulut
ikan gelodok atau ikan timpakul. Ikan jenis Timpakul ini banyak ditemukan di
Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut. Jenis ikan Timpakul
ini sangat disukai masyarakat khususnya para nelayan karena badan berbintik-
ditemukan dari kedua zona yang ditentukan, yaitu zona I dan zona II hal ini
dikarenakan ikan timpakul jenis ini lebih banyak atau mendominan pada wilayah
memiliki panjang keseluruhan 9 cm, dengan panjang baku 7,5 cm, dan tinggi
badan 1,9 cm. Bentuk badan bulat panjang, warna matanya hitam kekuningan
memiliki lingkaran bewarna biru, badannya memiliki warna cokelat keabuan dan
ikan ini yaitu subterminal, kemudian bertipe sisik sikloid (sisik berbentuk seperti
dengan ekor yang membulat, warna tubuh kecoklatan dengan spot keemasan,
bagian dorsal fin terdapat warna hitam bagian atas sedangkan bagian dorsal fin
terdapat spot berwarna keemasan disertai dengan garis berwarna hitam, memiliki
mata di bagian atas kepala yang dapat berputar mengeliling, mulut inferior.
Panjang tubuh 6.8 – 10.6 cm Bagian pelvic fin berbentuk membulat dan kedua
112
pectoral fin terdiri dari tulang yang kuat yang digunakan saat melompat di lumpur
dan bertengger pada ranting mangrove. Pada bagian dorsal fin memiliki ciri khas
yaitu terdapat warna hitam dan warna oranye. Pada dorsal fin yang pertama
kombinasi warna hitam dan oranye pada ujung siripnya sedangkan pada pangkal
hanya berwarna oranye. Sedangkan pada dorsal fin yang kedua warna hitam
terdapat pada bagian tengah siripnya dengan warna pangkal dorsal fin adalah
oranye.
memiliki warna hitam di bagian atas dan warna putih pada bagian bawah, sirip
punggung kedua memiliki bintik berwarna emas disertai dengan garis berwarna
hitam. Jenis spesies ikan timpakul ini merupakan salah satu biota yang mampu
hidup dalam keadaan habitat yang sulit jika di bandingkan dengankan yang
lainnya, yakni di pasang surut (lumpur) dan pada ekosistem mangrove. Habitat
mereka selalu berubah disesuaikan dengan keadaan basah dan suhu. Menurut
dengan cara menghabiskan waktu di luar air. Ikan timpakul mampu bertahan di
daerah pasang surut karena memiliki kemampuan bernafas melalui kulit tubuhnya
4) Periophthalmodon schlosseri
spesies ikan dari famili Gobiidae dalam bahasa Inggris disebut "mudskipper"
salah satu anggota genus Periophthalmodon yang memiliki tubuh yang sangat
113
besar dibandingkan dengan ikan timpakul lainnya. Ikan jenis Timpakul ini banyak
dari faktor lingkungan ekosistem mangrove pada zona II ini sejuk tanaman
mangrove sangat lebat dan tidak ada sampah yang berserakan dibandingkan
Adanya perbedaan kepadatan ikan timpakul pada tiap zona tidak hanya
pakan ikan timpakul yang tersebar disekitar daerah mangrove tersebut. Di zona II
yang bersih tidak ada sampah yang mencemari sehingga kelimpahan pakan di
daerah zona II tercukupi, sedangkan pada zona I sedikit ditemukan jenis ikan
kelimpahan pakan di daerah zona sedikit. Hal ini didukung oleh Suyadi &
rusaknya hutan mangrove mengurangi populasi ikan dan hewan yang tinggal di
hutan mangrove tersebut. Ditambahkan oleh pendapat Takita dkk (1999, p. 67),
ikan timpakul semakin menyusut. Populasi ikan ini di beberapa kawasan juga
ini memiliki panjang keseluruhan 23,6 cm, dengan panjang baku 21 cm, dan
tinggi badan 4 cm. Bentuk badan bulat panjang, warna matanya hitam dengan
bintik-bintik biru muda pada bagian samping badannya, memiliki garis panjang
bewarna hitam pada bagian punggungnya. Bentuk kepala ikan ini yaitu
dalam bahasa Inggris disebut giant mudskipper adalah salah satu anggota genus
cm. Ikan timpakul yang terbesar mampu mencapai 50 cm. Ikan timpakul ini
memiliki beberapa ciri khusus, diantaranya adalah memiliki bentuk tubuh yang
panjang, mata yang saling berdekatan di atas kepala yang besar, adanya bagian
tubuh yang seperti sirip dada digunakan untuk bergerak di darat dan memiliki
kepala dan batang tubuh berwarna biru keabu-abuan sampai cokelat kekuningan
di atas lumpur dekat perairan pasang surut. Spesies ini diidentifikasi dengan
warna sisik yang bergradasi dari cokelat pucat hingga cokelat tua dipadu garis
hitam lateral di sepanjang kepala hingga sirip ekornya. Ikan timpakul jenis
ikan timpakul yang lain jenis ikan timpakul ini yang paling besar.
merupakan jenis ikan yang tedapat di daerah ekosistem mangrove dan pasang
Periophthalmodon schlosseri memiliki habitat dan cara hidup yang khas ikan ini
schlosseri cenderung menghabiskan waktu yang lebih banyak di luar air dan aktif
5) Periophthalmus gracilis
ikan dari famili Gobiidae ikan ini ditemukan di muara-muara atau mulut sungai.
Ikan timpakul ini dikenal oleh masyarakat dengan ciri khasnya yaitu ikan
timpakul "belang hitam." Ikan jenis Timpakul ini ditemukan di daerah mangrove
gracilis) ditemukan hanya di zona II hal ini dikarenakan dari faktor lingkungan
ekosistem mangrove pada zona II ini sejuk tanaman mangrove sangat lebat dan
116
tidak ada sampah yang berserakan dibandingkan dengan zona I yang lingkungan
mangrovenya sudah tercemar, sehingga ikan timpakul jenis ini hanya ditemukan
di zona II saja.
Adanya perbedaan kepadatan ikan timpakul pada tiap zona tidak hanya
pakan ikan timpakul yang tersebar disekitar daerah mangrove tersebut. Di zona II
yang bersih tidak ada sampah yang mencemari sehingga kelimpahan pakan di
daerah zona II tercukupi, sedangkan pada zona I sedikit ditemukan jenis ikan
kelimpahan pakan di daerah zona I sedikit. Hal ini didukung oleh Suyadi &
rusaknya hutan mangrove mengurangi populasi ikan dan hewan yang tinggal di
hutan mangrove tersebut. Ditambahkan oleh pendapat Takita dkk (1999, p. 67),
ikan timpakul semakin menyusut. Populasi ikan ini di beberapa kawasan juga
(Periophthalmus gracilis) dikenal dengan nama daerah ikan timpakul. Ikan ini
117
memiliki panjang keseluruhan 11,7 cm, dengan panjang baku 10 cm, dan tinggi
badan 2 cm. Bentuk badan bulat panjang seperti torpedo, warna matanya hitam
keabuan, badannya bewarna hitam keabuan, memiliki garis melintang pada bagian
badannya, dan terdapat bintik-bintik abu keperakan pada badannya. Bentuk kepala
ikan ini yaitu subterminal, kemudian bertipe sisik stenoid (sisik berbentuk seperti
bagian perut berwarna putih. Ikan ini memiliki garis berwarna cokelat gelap
Bentuk tubuh seperti terpedo dengan warna hitam. Panjang baku 4/5 dari panjang
total. Mata besar berkelopak berada di anterior. Porsi tinggi kranium 2/1 terhadap
tinggi badan. Panjang kranium 1/4 dari panjang baku. Sisik stenoid, tipis dan
bening. Panjang muka sirip pektoral 1/4 dari panjang baku. Panjang muka sirip
dorsal 1/4 dari panjang baku. Panjang dasar sirip dorsal 3/8 dari panjang baku.
Panjang muka sirip anus 2/4 dari panjang baku. Tinggi batang ekor 1/2 dari tinggi
kelompok ikan yang banyak hidup di luar air. Terutama di daerah berlumpur atau
berair dangkal di sekitar hutan mangrove, ketika air surut ikan timpakul senang
melompat-lompat ke daratan. Hal ini sesuai dengan pendapat Redy (2011, p. 67),
menyatakan bahwa keunikan lain ikan ini, dapat menghabiskan sekitar 90 persen
sungai, dan juga dapat berjalan di atas lumpur. Pangkal sirip dadanya berotot kuat,
sehingga dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap dan
merangkak. Muka ikan timpakul sangat khas, kedua matanya menonjol di bagian
dorsal kepala seperti mata kodok, wajah datar, dan sirip-sirip punggung yang
terkembang menawan.
Pagatan Besar terdiri dari 5 spesies, yang mana termasuk ordo Gobioida, famili
Periophthalmodon. Adapun 5 jenis spesies ikan timpakul dari kedua zona tersebut
Pada zona I merupakan zona yang jauh dengan pemukiman warga, pada
zona I tanaman mangrove lebat dan sangat rimbun, terdapat dermaga yang mana
digunakan warga untuk bersantai, namun mangrove pada zona ini sekarang sangat
jarang dikunjungi warga dan juga tidak terpelihara sehingga banyak sampah yang
Sedangkan pada zona II merupakan zona yang berdekatan dengan rumah warga,
kriteria wilayah pada zona II yaitu tanaman mangrove lebat, sangat rimbun dan
dipelihara oleh warga setempat sehingga tidak ada sampah berserakan, zona II
119
pada mangrove ini juga terdapat rawa-rawa kecil dan juga terdapat dermaga yang
mana digunakan oleh para nelayan untuk memarkirkan perahunya. Pada zona II
Zona I didapati lebih sedikit jenis ikan timpakul serta jumlah kan timpakul
dibandingkan dengan zona II. Pada zona I ditemukan 3 jenis spesies yaitu
chrysospilos. Sedikitnya jumlah serta jenis ikan timpakul yang ditemukan di zona
lingkungan seperti suhu, pH tanah, kelembaban tanah, pH air, dan salinitas air.
Zona Imerupakan zona yang jauh dengan pemukiman warga, mangrove rimbun,
tidak dipelihara, dan banyak sampah yang berserakan diukur keadaan parameter
pH air pada zona ini stabil yaitu 6,8-7,8 dan pH tanah berkisar 4,5-6,9. Menurut
Kuncoro (2008, p. 71), menyatakan bahwa pH yang terlalu rendah dalam substrat
120
akan menghambat aktivitas mikroorganisme dan laju pengambilan unsur hara oleh
akar. Sebaliknya jika pH terlalu tinggi, jenis bakteri yang ada dalam substrat
berubah dan hal ini tentu saja berakibat buruk bagi tanaman dan ikan.
Ditambahkan oleh Kordi (2010, p. 39), bahwa pH tanah yang rendah akan
menghasilkan pH air yang rendah pula. Tanah dengan pH netral sampai basa,
kaya akan garam nutrient yang dapat merangsang pertumbuhan pakan alami yang
dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai pH 6,6-8,5. Jadi untuk pH
tanah 4,5-6,9 dan pH air 6,8-7,8 di zona netral sedikit menuju basa dengan kisaran
akhir yaitu rata-rata 6,9 untuk pH tanah dan 7,8 untuk pH air. Hal ini sesuai
dengan data oleh Panjaitan (2013, p. 4) menyatakan bahwa pH tanah dan pH air
air juga mempengaruhi hidup ikan timpakul. Adapun suhu udara pada zona I yaitu
berkisar 28℃ -32℃ yang mana sesuai dengan habitat ikan timpakul suka hidup
berjemur di lumpur walaupun dengan kondisi panas. Hal ini sesuai dengan
pendapat Olayan & Thomas (2008, p. 213) yang menyatakan bahwa ikan
timpakul hidup di habitat yang panas dan lembab untuk bernapas, kisaran suhu
tanah pada zona berkisar 4,5%-6,9% yang artinya kelembaban tanahnya basah.
Hal ini sesuai dengan penelitian Hambran dkk., (2014, p. 205), mengenai analisis
kelembaban substrat tanah mangrove berkisar dari 3,0-3,3% dengan rata-rata suhu
121
kepadatan ikan timpakul karena ikan timpakul lebih memilih substrat tanah yang
basah. Pengukuran salinitas air pada zona I yaitu 25‰-37‰ yang mana artinya
pengukuran salinitas air pada zona I stabil sesuai dengan kehidupan ikan timpakul
yang habitatnya di ekosistem mangrove perairan laut. Hal ini sependapat oleh
Naibaho (2013, p. 5), yang menyatakan bahwa salinitas perairan berkisar antara
salinitas perairan ikan timpakul adalah 30‰. Namun pada pengukuran salinitas
pada zona juga berkisar 37‰ yang mana melewati batas habitat kehidupan ikan
timpakul yang semestinya. Hal ini sesuai dengan penelitian Hambran dkk., (2014,
diatas 35‰ memiliki efek buruk bagi vegetasi mangrove atau bakau karena imbas
dari tekanan osmotik negatif yang dapat menyebabkan kematian bagi ikan
timpakul.
Zona II di dapati lebih banyak jenis ikan timpakul serta jumlah ikan
dengan 2 spesies di antaranya hanya ditemukan di zona II. Adapun ikan tersebut
merupakan ikan timpakul yang sangat besar yang baru di temukan pada ekosistem
mangrove desa Pagatan Besar, karena para nelayan di desa tersebut mengira kan
timpakul itu yang sering muncul yaitu ikan timpakul bewarna hitam
122
boddarti).
mana keadaan mangrove yang rimbun, tidak ada sampah, dan terdapat rawa-rawa
seperti suhu, pH tanah, pH air, kelembaban tanah, dan salinitas air. Adapun
pengukuran parameter lingkungan dari pH air pada zona II stabil yaitu 6,1-7,5 dan
dan laju pengambilan unsur hara oleh akar. Sebaliknya jika pH terlalu tinggi, jenis
bakteri yang ada dalam substrat berubah dan halni tentu saja berakibat buruk bagi
tanaman dan ikan. Ditambahkan oleh Kordi (2010, p. 26), bahwa pH tanah yang
rendah akan menghasilkan pH air yang rendah pula. Tanah dengan pH netral
sampai basa, kaya akan garam nutrient yang dapat merangsang pertumbuhan
pakan alami yang dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang mempunyai pH 6,6-
8,5. Jadi untuk pH tanah 4-7 dan pH air 6,1-7,5 di zona II netral sedikit menuju
basa dengan kisaran akhir yaitu rata-rata 7 untuk pH tanah dan 7,5 untuk pH air.
Hal ini sesuai dengan data oleh Panjaitan (2013, p. 3) menyatakan bahwa pH
mempengaruhi hidup ikan timpakul. Adapun pengukuran suhu udara pada zona II
yaitu berkisar 30℃ -33℃ yang mana sesuai dengan habitat ikan timpakul suka
123
hidup berjemur di lumpur walaupun dengan kondisi panas. Hal ini sesuai dengan
pendapat Olayan & Thomas (2008, p. 217) yang menyatakan bahwa ikan
timpakul hidup di habitat yang panas dan lembab untuk bernapas, kisaran suhu
pada zona II berkisar 4,9%-7% yang artinya kelembaban tanahnya kategori basah.
Hal ini sesuai dengan penelitian Hambran dkk., (2014, p. 201), mengenai analisis
kelembaban substrat tanah mangrove berkisar dari 30-33 % dengan rata-rata suhu
kepadatan ikan timpakul karena ikan timpakul lebih memilih substrat tanah yang
basah. Kemudian pengukuran salinitas air pada zona II yaitu 17‰-30‰ yang
mana artinya stabil sesuai dengan kehidupan ikan timpakul yang habitatnya di
ekosistem mangrove perairan laut. Hal ini sependapat oleh Naibaho (2013, p. 7),
Ada 4 jenis ikan timpakul yang ditemukan pada zona II dan 2 jenis kan
keadaan mangrovenya sangat rimbun, lebat, dan juga dipelihara oleh para nelayan
hal ni memicu tidak ada sampah yang mencemari pada lingkungan mangrove di
dibandingkan zona I. Namun pada zona I ditemukan 3 jenis ikan timpakul dan
ada ikan timpakul yang tidak ditemukan pada zona II yaitu Pseudapocryptes
elongstus. Spesies ikan timpakul ini terbilang sangat langka dan banyak
dijadikan oleh warga tersebut sebagai ikan konsumsi. Hal ini sesuai dengan
elongstus) ditemukan di kanal dan diseluruh aliran sungai dari muara seluruh Asia
Adanya perbedaan kepadatan ikan timpakul pada tiap zona tidak hanya
pakan ikan timpakul yang tersebar disekitar daerah mangrove tersebut. Di zona II
yang bersih tidak ada sampah yang mencemari sehingga kelimpahan pakan di
daerah zona II tercukupi, sedangkan pada zona I sedikit ditemukan jenis ikan
kelimpahan pakan di daerah zona sedikit. Hal ini didukung oleh Suyadi &
rusaknya hutan mangrove mengurangi populasi ikan dan hewan yang tinggal di
hutan mangrove tersebut. Ditambahkan oleh pendapat Takita dkk (1999, p. 67),
ikan timpakul semakin menyusut. Populasi ikan ini di beberapa kawasan juga
2. Validasi Buklet
Pagatan Besar Kecamatan Takisung Kabupaten Tanah Laut telah dilakukan validasi
oleh 2 orang dosen biologi dan 1 orang guru ahli di masing-masing bidang. Validasi
ahli materi oleh Ibu Ayu Maulyda, M.Pd, validasi ahli media oleh Ibu Sarindriyani
S.Pd., M.Pd, dan validasi ahli bahasa oleh Ibu Ita, S.Pd., M.Pd. validasi buklet ini
dilakukan dengan tujuan agar buklet yang dibuat sesuai dengan standar dan kategori
yang telah ditetapkan. Sesuai dengan Sugiyono (2013, p. 59), yang menyatakan
bahwa validasi produk merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai
apakah rancangan produk, sesuai dengan aspek atau kategori yang telah ditetapkan.
Validasi sendiri terdiri dari tiga validasi yaitu: ahli materi, ahli media, dan ahli
bahasa. Ditambahkan oleh Zulkifli (2009, p. 78), yang mengatakan bahwa uji
validasi dilakukan berdasarkan dengan tujuan untuk mengetahui kevalidan dari buku
Validasi oleh ahli materi bertujuan untuk menguji kebenaran dari suatu
materi serta berbagai hal yang berkaitan dengan materi sekaligus bahasa yang
digunakan. Adapun aspek yang menjadindikator penilaian pada validasi materi dan
digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya suatu produk dasi segi materi itu
digunakan.
83,4% dengan kategori cukup valid. Dari panduan kriteria Akbar (2022), presentase
83,4% tersebut termasuk dalam rentang 70,01% - < 85,00% dengan kategori cukup
valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil. Hal ini menunjukkan
penyajian dalil, kata pengantar, dan daftar isi sudah tepat dan perlu revisi kecil
sangat valid. Presentase 95% tersebut termasuk dalam rentang 85,01% - 100,00%
dengan kategori sangat valid, buklet dapat digunakan tanpa revisi tetapi penulis
masih perlu melakukan revisi sesuai saran validator. Hal ini menunjukkan keakuratan
materi/isi dari kesesuai konsep dan definisi ataustilah dengan definisi yang berlaku
dalam bidang ilmu, kesesuaian gambar dan ilustrasi dengan kenyataan, keakuratan
kebenaran dan keakuratan habitat, peran, dan manfaat jenis ikan timpakul sudah tepat
kategori sangat valid. Presentase 100% tersebut termasuk dalam rentang 85.01%-
100,00% dengan kategori sangat valid, buklet dapat digunakan tanpa revisi tetapi
penulis masih perlu melakukan revisi sesuai saran validator. Hal ini menunjukkan
kemutakhiran materi dari segi pustaka yang dipilih sudah tepat. Hal tersebut yang
127
mempengaruhi dari segi aspek kemutakhiran materi memiliki nilai presentase 100%
pernyataan. Sehingga dalam keakuratan sampel dalam uji validitas dilakukan dengan
menggunakan sampel pernyataaan yang mewakili variasinya terlalu kecil. Hal inilah
sebesar 80% dengan kategori valid. Presentase 80% tersebut termasuk dalam rentang
70,01% - < 85,00% dengan kategori valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi
kecil. Halni menunjukkan kesesuain dengan kaidah bahasa Indonesia yaitu dari
kalimat tersusun secara jelas dan mudah dipahami, keakuratan notasi, simbol, dan
tanda baca, kesesuaian ejaan yang digunakan pedoman EYD, ketetapan penulisan
daftar pustaka, dan ketepatan penulisan glosarium sudah tepat dan perlu revisi kecil
100%, dan aspek kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia memperoleh presentase
sebesar 80%, dalam hal ini terdapat perbandingan dari nilai rendah ke tinggi
yang terdapat pada setiap aspek tersebut. Sehingga dalam keakuratan sampel dalam
variasinya terlalu kecil. Hal inilah yang mengindikasikan variabilitas dalam data
yang nantinya akan menyebabkan penurunan kevalidan presentasi data (Zaini, 2019).
mendapat rata-rata presentase dari semua aspek yang telah ditentukan 89,6% yang
termasuk kedalam kategori sangat valid. Hal ini berbanding terbalik dengan hasil
penelitian menurut Zaenuri (2022, p. 17) penilaian produk ahli materi memperoleh
84% dengan kategori valid. Kemudian hasil penilaian buklet menurut penelitian
Rizka Annida dkk., (2023, p. 21), yaitu mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda,
yakni rata-rata presentase buklet dari segi materi mendapatkan skor sebesar 91,43%
Validasi oleh ahli media bertujuan menguji media produk yang akan
dikembang baik dari segi tampilan luar maupun dalam suatu buku ditetapkan dalam
aspek penilaian. Validasi media ini bertujuan untuk memberikan masukan informasi
dan mengevaluasi media sumber belajar yang dikembangkan. Adapun aspek yang
menjadi indikator penilaian pada validasi ahli media terdapat 2 aspek yang menjadi
penilaian yaitu komponen desain, bahasa, dan gambar dan keakuratan materi/isi.
presentase sebesar 82,2% dengan kategori cukup valid. Presentase 82,2% tersebut
termasuk dalam rentang 70,01% - < 85,00% dengan kategori cukup valid, buklet
dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil. Hal ini menunjukkan komponen desain,
bahasa, dan gambar meliputi kesesuaian ukuran buklet dengan ISO, kesesuaian
tampilan gambar pada sampul, kesesuaian desain dan judul pada sampul,
129
kemenarikan desain sampul, tata letak gambar pada buklet, tata letak tulisan pada
buklet, penataan ruang dan spasi, pemilihan jenis huruf, pemilihan warna huruf,
penggunaan kata, kalimat, danstilah, sistematika materi, gambar pada buklet sesuai
dan jelas mudah dipahami, dan kesesuaian ilustrasi, gambar, atau foto dalam
sangat valid. Presentase 87,5% tersebut termasuk dalam rentang 85,01% - 100,00%
dengan kategori sangat valid, buklet dapat digunakan tanpa revisi tetapi penulis
masih perlu melakukan revisi sesuai saran validator. Hal ini menunjukkan keakuratan
materi/isi meliputi buklet mudah dipahami secara keseluruhan, buklet mudah dibawa
dan disimpan, buklet dapat memberikan fokus perhatian pembaca, buklet cocok
digunakan sebagai salah satu sumber belajar, buklet dapat menuntun pembaca untuk
menggali informasi lebih jauh, dan buklet dapat menjadi sumber informasi bagi
masyarakat umum sudah tepat dan perlu revisi kecil sesuai saran validator.
desain, bahasa, dan gambar memperoleh presentase sebesar 82,2% dengan aspek
nilai rendah ke tinggi. Hal tersebut dikarenakan pemberian pernyataan yang terdapat
pada setiap aspek tersebut. Sehingga dalam keakuratan sampel dalam uji validitas
terlalu kecil. Hal inilah yang mengindikasikan variabilitas dalam data yang nantinya
mendapat rata-rata presentase dari semua aspek yang telah ditentukan 84,85% yang
termasuk kedalam kategori cukup valid. Hal ini berbanding terbalik dengan penilaian
buklet menurut Rizka Annida dkk., (2023, p. 22), yang hasil perhitungan ahli media
95% ketegori sangat valid. Kemudian hasil penilaian buklet menurut penelitian
Reska (2022, p. 11), mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda, yakni rata-rata
presentase buklet dari segi materi mendapatkan skor sebesar 82% dengan kategori
cukup valid.
Aspek penyajian media ini sudah termasuk dalam aspek kegrafisan atau
tampilan. Menurut Suryanda (2019, p. 213) aspek tampilan harus diperhatikan dalam
merancang buku yaitu konsistensi antara warna, gambar dan layout. Menurut Sariani
dkk., (2017, p. 52) bahwa dalam pengembangan media harus didesain secara
efektif. Prasetyo & Pratiwi (2017, p. 19) menambahkan, sistematika penyajian materi
menjadi aspek yang penting dalam penyusunan buku ajar, karena susunan materi
Validasi oleh ahli bahasa bertujuan menguji tata bahasa yang digunakan yang
sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Ahli bahasa bertujuan untuk menguji
ketepatan standar kaidah bahasa Indonesia yang sudah ditetapkan dalam aspek
penilaian. Aspek yang menjadi indikator penilaian pada validasi ahli bahasa terdapat
4 aspek yang menjadi penilaian yaitu lugas, komunikatif, dialogis dan interaktif, dan
kategori cukup valid. Presentase 75% tersebut termasuk dalam rentang 70,01% - <
85,00% dengan kategori cukup valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil.
Hal ini menunjukkan aspek lugas meliputi ketepatan struktur kalimat yang
digunakan, penggunaan kalimat baku, dan kefektifan kalimat yang digunakan sudah
valid. Presentase termasuk 75% tersebut termasuk dalam rentang 70,01% - < 85,00%
dengan kategori cukup valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil. Hal ini
dipahami sudah tepat dan perlu revisi kecil sesuai saran validator.
Aspek dialogis dan interaktif presentase 75% dengan kategori cukup valid.
Presentase termasuk 75% tersebut termasuk dalam rentang 70,01% - < 85,00%
dengan kategori cukup valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil. Hal ini
pembaca untuk lebih mempelajari buklet tersebut sudah tepat dan perlu revisi kecil
cukup valid. Presentase termasuk 75% tersebut termasuk dalam rentang 70,01% - <
85,00% dengan kategori cukup valid, buklet dapat digunakan tetapi perlu revisi kecil.
Hal ini menunjukkan kesesuaian dengan kaidah meliputi ketepatan tata bahasa dan
ketetapan ejaan sudah tepat dan perlu revisi kecil sesuai saran validator.
132
75%, aspek dialogis dan interaktif presentase 75%, aspek kesesuain dengan kaidah
bahasa presentase 75%, dalam hal ini terdapat tidak ada nilai perbandingan
dikarenakan hasil yang diperoleh memiliki nilai yang sama. Hal tersebut dikarenakan
pemberian pernyataan yang terdapat pada setiap aspek tersebut. Sehingga dalam
pernyataaan yang mewakili variasinya terlalu kecil. Hal inilah yang mengindikasikan
mendapat rata-rata presentase dari semua aspek yang telah ditentukan 75% yang
termasuk kedalam kategori cukup valid. Hal ini berbanding terbalik dengan penilaian
buklet menurut Rizka Annida dkk., (2023, p. 22), yang hasil perhitungan ahli materi
91,11% ketegori sangat valid. Kemudian hasil penilaian booklet menurut penelitian
Tia Yuliani (2019, p. 16), yaitu mendapatkan hasil yang tidak jauh berbeda, yakni
rata-rata presentase buklet dari segi materi mendapatkan skor sebesar 78,57% dengan
penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar, istilah yang sesuai dengan
pedoman umum ejaan bahasa Indonesia, bahasa yang digunakan jelas dan mudah
khususnya brosur, penataan media hendaknya menggunakan bahasa yang baik dan
133
tepat, serta memperhatikan penyusunan kalimat, agar isi media dapat tersampaikan
dengan benar dan jelas. Selain itu, penggunaan kalimat yang tidak mengundang multi
tafsir akan membantu siswa lebih memahami materi yang disajikan dalam buklet.
Sehingga hasil rata-rata persentase buklet dari validasi ahli materi, ahli
media, dan ahli bahasa yaitu 83,2%, yang termasuk kedalam ketogori cukup valid
dengan revisi yang telah dilakukan sehingga buklet layak digunakan. Menurut
Riefani & Mahrudin (2020, p. 193), validasi produk sangat penting dilakukan agar
validator saat kegiatan validasi. Masukkan yang diperoleh dari kegiatan validasi
dilakukan untuk melakukan revisi produk yang bertujuan untuk melakukan finalisasi
validator. Sukardi (2012, p. 78), menyatakan bahwa produk layak digunakan dalam
pembelajaran, setelah divalidasi oleh ahli materi, ahli media, dan ahli bahasa yang
Fungsi dari adanya validasi dari tiga orang ahli berdampak pada kesesuaian
materi yang diangkat, bahasa yang dipakai dan design media yang digunakan.
Dengan begitu penulis akan mengetahui seberapa layak atau seberapa valid buku
tersebut untuk digunakan. Hal tersebut sesuai dengan Setyosari (2012, p. 29),
dari suatu produk yang dikembangkan. Menurut Sugiyono (2013, p. 55), jika produk
134
valid maka produk layak untuk digunakan. Namun, jika tidak layak maka produk
tersebut harus melalui proses revisi terlebih dahulu hingga produk dinyatakan layak.
dua orang dosen validasi dan satu orang guru biologi yang sangat membangun dalam
proses pembuatan buku buklet ini. Saran yang diberikan oleh dosen ahli materi,
media, dan bahasa berupa menambah dan mengurangi beberapa bagian yang perlu
dianggap masih melebar atau kurang fokus pada judul buklet dan menambah
beberapa bagian dengan tujuan lebih memperdalam isi daripada buklet tersebut.
Selain itu, pembahasan mengenai jenis-jenis ikan timpakul per spesiesnya lebih
diperdalam seperti menambahkan materi fungsi dari sungut ikan dan kalimat yang
diberikan oleh dosen ahli media hanya berupa catatan-catatan kecil seperti kesalahan
margin, penulisan bahasa Inggris, tambahkan ikon di setiap sub judul biar lebih
mengatakan bahwa dari hasil adanya koreksian dari para ahli berguna untuk
PENUTUP
A. Simpulan
ini terbagi menjadi dua yaitu hasil jenis-jenis ikan timpakul yang didapat pada
Tanah Laut dan hasil validasi dari pengembangan buklet, adapun hasil
terdapat 5 jenis ikan timpakul yang mana termasuk ordo Gobioida, famili
Periophthalmus gracilis.
2. Berdasarkan hasil validasi buklet yang dinilai dari 3 validator yaitu dari
bidang ahli materi, ahli bahasa, dan ahli media. Nilai uji kevalidan dari
ahli materi sebesar 89,6% yang berarti buklet sangat valid, dan dapat
digunakan tanpa revisi, nilai uji kevalidan dari ahli media sebesar
84,85% yang berarti cukup valid dan dapat digunakan dengan revisi
134
135
kecil, dan nilai uji kevalidan dari ahli bahasa sebesar 75% yang berarti
cukup valid dan dapat digunakan dengan revisi kecil. Saran dari
akhir dengan presentase 83,2% artinya dengan kategori cukup valid dan
B. Saran
menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penulisan skripsi. Maka dari
sampel penelitian.