Anda di halaman 1dari 10

Nama : M.

alva rezy
Nim : 190101050078
Matkul : filsafat pendidikan islam
Jawab :
1. Menurut saya salah satu persoalan dominan yang ada di fakultas tarbiyah
adalah mahasiswa yang sulit memahami pembelajaran dari dosen , banyak
dari kita para mahasiswa di tuntut untuk memahami penjelasan dosen
seluruh mata kuliah yang kita pelajari, akan tetapi saat menerima
pejelasan tersebut kita mengalami kesulitan memahaminya.
Adapun solusi yang diberikan menurut pemikiran pendidikan filsafat
islam untuk menyelesaikan permasalahan tersebut yaitu :
a. Menurut imam alghazali dalam kitab ihya ulumiddin juz III
halaman 69 yang artinya : Akhlak tercela adalah ular dan
kalajengking berbisa yang menyengat. Kalau ada seseorang
memberi tahu bahwa di balik pakaian kita terdapat kalajengking,
niscaya kita akan menerimanya sebagai anugerah dan merasa
senang dengan itu, lalu kita mulai menyingkirkan, menjauhkan,
dan membunuh hewan berbisa tersebut.
Makna nya ialah, kita sebagai mahasiswa jangan pernah
menganggap sebuah penjelasan dari dosen adalah sbuah
pelajaran atau dikte yang menggurui kita, anggap saja penjelasan
dosen sebagai suara yag mengingatkan pada hwan berbisa di
balik pakaian kita yang jelas membahayakan (pengingat
pentingnya sebuah ilmu )
b. Menurut ibnu maskawayh dalam karya tahdzib al akhlaq
menjelaskan cara palin mudah menerima ilmu atau pembelajaran
dari dosen adalah dengan memperbaiki watak dan prilaku sebab
dengan akhlak yang baik mahasiswa lebih penghormati dosen
dan menghargai penjelasan yang diberikan dosen
c. Menurut ibnu khaldun dalam kitab muqqimah ibn khaldun jilid 2
hal 347 menjelaskan Ketahuilah bahwa mentalqin ilmu kepada
pelajar hanya akan bermanfaat jika dilakukan secara bertahap,
yaitu satu demi satu, sedikit demi sedikit. Awalnya, mereka
diajarkan inti dari pembahasan tiap bab pada sebuah disiplin ilmu
tertentu. Lalu pemahaman mereka diperdekat dengan syarah
(penjelasan) secara umum. Pada tahapan ini seorang pendidik
hendaknya memperhatikan kemampuan akal murid dan
kesiapannya dalam menerima apa yang akan diberikan. Dan
metode ini dilakukan hingga ia menuntaskan disiplin ilmu
tersebut. Tahapan selanjutnya, seorang murid kembali lagi
mempelajari disiplin ilmu yang sama untuk kedua kalinya.
Namun kali ini seorang guru mentalqin permasalahan yang lebih
dalam dari sebelumnya. Kemudian menunaikan syarh
(penjelasan) dan pemaparan secara sempurna. Lalu keluar dari
penjelasan secara umum kepada permasalahan khilaf dan
menjelaskan titik perbedaan antar ulama hingga ia menuntaskan
disiplin ilmu tersebut. Pada tahap ini malakah (kemampuan yang
mendarah daging) seorang murid akan disiplin ilmu tersebut
menjadi semakin baik. Tahapan selanjutnya, ia kembali lagi
kepada disiplin ilmu yang sama, dalam keadaan telah
menyempurnakan ‘kepingan-kepingan puzzle‘ tiap
pembahasannya. Di sini seorang pendidik tidak meninggalkan
ta’bir (redaksi) yang sulit, mubham (tidak jelas), ataupun yang
‘terkunci’ kecuali menjelaskannya dan memecahkannya. Maka
ketika seorang murid telah menyelesaikan tahapan ini malakah
disiplin ilmu tersebut akan menancap dalam dirinya. Inilah
metode belajar yang bermanfaat Sebagaimana yang engkau lihat,
metode ini akan tercapai dengan tiga kali
pengulangan/pembelajaran. Dan bagi sebagian orang dapat
dicapai lebih cepat dari pada itu, sesuai dengan kemampuan yang
Allah berikan dan kemudahan dari-Nya. Aku telah menyaksikan
banyak sekali para pendidik masa ini yang tidak mengetahui
metode belajar dan mengajar yang benar. Mereka menjejalkan
kepada murid permasalahan-permasalahan yang terkunci dan
sukar sejak awal pembelajaran. Lalu menuntut murid berfikir
keras untuk memecahkannya. Ia beranggapan hal itu adalah
bentuk latihan dalam pembelajaran, disamping melihat itu
sebagai metode yang benar. Ditambah mereka juga membebani
murid untuk memperhatikan dan memahami permasalahan tadi.
Imbasnya, seorang murid akan menyampurkan pembahasan-
pembahasan tingkat tinggi ilmu tersebut ke dalam pembahasan
dasar, bahkan sebelum ia sanggup untuk memahami inti ilmu itu.
Karena sesungguhnya penerimaan ilmu dan kesiapan
memahaminya tumbuh dengan bertahap. Keadaan seorang murid
pada masa awal ialah tidak mampu memahami (sebuah ilmu)
secara keseluruhan kecuali hanya sedikit saja. Itupun dengan
pendekatan yang mudah, penjelasan yang umum dan contoh-
contoh yang indrawi. Lalu kesiapannya dalam menerima ilmu
akan tumbuh sedikit demi sedikit karena perbedaan
permasalahan dalam fan (disiplin ilmu), pengulangan maupun
peningkatan penjelasan dari sekedar pendekatan kepada
penyeluruhan. Hingga sempurnalah malakah seorang murid
untuk menerima ilmu dan sempurnalah penggambaran
permasalahan ilmu itu pada dirinya. Kalau sekiranya engkau
menyampaikan ujung permasalahan saat masa-masa awal belajar,
ia tidak akan mampu memahaminya, belum siap untuk
menerimanya, akalnya kesulitan mencernanya. Apalagi setiap
ilmu juga memiliki kesulitannya sendiri. Sehingga seorang murid
akan malas mempelajarinya, enggan menerima apa yang
disampaikan dan berusaha untuk menghindar. Dan ini terjadi
karena buruknya pengajaran , Maka seorang guru tidak
seharusnya memberikan tambahan informasi kepada murid di
luar kitab yang sedang fokus dipelajari sesuai dengan
kemampuannya, sesuai dengan penerimaannya akan pengajaran
yang diberikan pendidik. Baik itu murid tingkat pemula ataupun
lanjutan. Dan seharusnya seorang pendidik juga tidak
mencampurkan permasalahan dalam suatu kitab dengan yang
selainnya hingga seorang murid sanggup memahaminya dari
awal kitab hingga akhir dan mencapai tujuannya. Juga sampai
malakah menancap pada diri dan dengan itu ia mempelajari
lainnya. Karena sesungguhnya jika seorang murid telah memiliki
malakah dalam dirinya ilmu-ilmu yang tersisa akan mudah
masuk. Selain itu ia akan semakin bersemangat untuk
mendapatkan informasi baru dan menaiki tingkatan di atas
tingkatan yang telah ia capai hingga sampailah ia pada puncak
ilmu. Akan tetapi jika informasi tentang ilmu yang berada dalam
pikirannya kacau ia tidak akan faham, lemas dalam lelah, padam
akalnya, putus asanya untuk belajar. Akhirnya meninggalkan
ilmu dan pendidikan. Pun tidak seharusnya bagi seorang pengajar
sepertimu memperpanjang masa belajar murid terhadap suatu
ilmu atau kitab dengan (banyak) memberi jeda antar majelis satu
dengan majlis selanjutnya atau memutus rantai majelis (dengan
meninggalkannya terlalu lama). Karena hal tersebut
menyebabkan lupa dan memutus korelasi antara suatu
permasalahan dalam sebuah fan ilmu dengan yang lainnya,
sehingga malakah akan sulit didapatkan. Berbeda keadaannya
apabila permasalahan dalam ilmu tersebut, mulai awal hingga
akhir, tergambar jelas dalam benaknya. Itu akan menjauhkannya
dari pada lupa, memudahkannya mendapatkan malakah. Karena
sebuah malakah dihasilkan dari konsistensi dan pengulangan
berkali-kali. Kalau hal itu ditinggalkan maka lenyap pula
malakah yang pernah dibangun darinya. Termasuk metode yang
baik dalam pengajaran ialah seseorang pendidik tidak
menggabungkan dua ilmu sekaligus dalam mengajar murid.
Sungguh akan sedikit murid yang mempu menguasai saah satu
daripadanya. Dikarenakan terbaginya pikiran dan beralihnya
pikiran dari memikirkan salah satu keduanya kepada memikirkan
hal lain. Maka kedua-duanya menjadi sama-sama ‘terkunci’ dan
sulit. Akhirnya ia kembali dari belajarnya dengan tangan kosong.
Namun apabila ia memfokuskan pikirannya hanya pada satu jalur
saja mungkin itu lebih memungkinkan baginya untuk menguasai
ilmu itu.
d. Menurut KH. H.A Dahlan , sebagai mahasiswa kita harus
mampu memperaktekan ilmu dan penjelasan yang telah di
jelaskan oleh dosen , jangan haya sekedar kata kata tpi harus
juga dengan bukti nyata
e. Menurut rahmah el yunisiah , para mahasiswi diharuskan lebih
aktif dalam menerima penjelasan dan lebih berani mengutarakan
pendapat ataupun bertanya
f. Menurut abdul halim Iskandar ialah mahasiswa di haruskan
memiliki rasaingin tau yang tinggi tentang ilmu, sehingga
menjadi kebiasaan terhadap ilmu , dengan begitu akan mudah
dalam memahami penjelasan karna telah biasa
g. Adapaun menurut saya sendiri yaitu : memahami materi yang
akan di pelajari , menghubngkan penjelasan dosen dengan hal
halsekitar ,memperbaiki pola tidur , melakukan tes setelah
menerima penjelasan dosen , mengulang materi yag telah di
jelaskan dosen , membuat kelompok belajar,bicara kepada diri
sendiri, , berlatih terus , menggunakan tektik pembelajaran yang
kita sukai , buat jadwal dan perbanyak sumber belajar
2. Adapun pendidikan demokrasi sekarang yaitu pendidikan yang demokratis
adalah pendidikan yang memberikan kesempatan yang sama kepada setiap
anak untuk mendapatkan pendidikan di sekolah sesuai dengan Pengertian
demokratis di sini mencakup arti baik secara horizontal maupun vertikal.
Jadi demokrasi pendidikan di sini adalah proses pendidikan yang
menghargai potensi (pembawaan), persamaan dan kebebasan peserta didik
dalam mengembangkan dan mengaktualisasikan segala potensi dirinya
secara optimal. Tanpa memandang atau membeda-bedakan suku, agama
maupun budaya.
Demokrasi dan pendidikan mempunyai hubungan yang saling
menunjang, karena pendidikan yang sifatnya demokratis akan
menempatkan anak sebagai pusat perhatian. Melalui pendidikan anak-anak
ditempatkan sebagai manusia yang dimanusiakan. Pendidikan hanya
memberikan layanan yang kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan
optimal anak. pendidikan yang demokrasi adalah pendidikan yang
memberikan kesempatan yang lama kepada setiap anak (peserta didik)
mencapai tingkat pendidikan sekolah yang setinggi-tingginya sesuai
dengan kemampuannya. Demokrasi pendidikan, adalah pengajaran
pendidikan yang semua anggota masyarakat mendapatkan pendidikan dan
pengajaran yang adil.
Sebagaimana amanat UUD 1945 mengatakan bahwa pemerintah
akan mewujudkan suatu sistem pendidikan yang mencerdaskan rakyat.
Pendidikan yang mencerdaskan rakyat adalah pendidikan yang membawa
warga negaranya sebagai anggota masyarakat demokratis. Proses
pendidikan yang demikian bukanlah proses indoktrinasi tetapi
menyadarkan rakyat akan hak-haknya dan memberikan kemampuan pada
rakyat untuk secara bersama-sama mewujudkan keadilan dan kemakmuran
bersama . Jadi siswa di sekolah harus merasakan bahwa sekolah bagi
mereka sungguh merupakan tempat yang akan menggali potensi yang
dimiliki. Dengan kondisi yang tidak diskriminatif dan berkeadilan, anak
yang berasal dari keluarga miskin pun berhak mendapat perlakuan yang
sama dalam memperoleh pendidikan. Dan tidak heran ketika muncul
kesadaran dan daya kritis tentang keberadaan Rintisan Sekolah Bertarif
Internasional (RSBI) yang akhir-akhir ini dipertanyakan dan diklm untuk
ditiadakan. Karena itu, untuk mendidik warga negara yang baik,
pendidikan demokratis mutlak dibutuhkan.
Namun terdapat perbandingan dengan demokrasi pendidikan
menurut pandangan Islam yaitu Prinsip demokrasi pendidikan Islam
dijiwai oleh prinsip demokrasi dalam Islam, atau dengan kata lain
demokrasi pendidikan Islam merupakan implementasi prinsip demokrasi
Islam terhadap pendidikanIslam. pendidikan Islam menurut Ramayulus
dapat dibagi adalah sebagai berikut:
a. Kebebasan bagi pendidik dan peserta didik.
Kebebasan disini meliputi: kebebasan berkarya, kebebasan
mengembangkan potensi dan kebebasan berpendapat.
b. Persamaan terhadap peserta didik dalam pendidikan Islam.
Karena, Islam memberikan kesempatan yang sama bagi semua
peserta didik untuk mendapatkan pendidikan atau belajar
Konsep demokrasi dalam Islam adalah bahwa dalam Islam tidak
mengenal istilah demokrasi. Karena demokrasi ini berasal dari Barat atau
Eropa yang masuk melalui peradaban Islam. Islam hanya mengenal istilah
musyawarah sebagai fondasi utama dalam kehidupan sosial. Beranjak dari
konsepsi musyawarah inilah Islam memperkenalkan gagasan demokrasi,
yakni gagasan yang mengharuskan seluruh proses politik melandaskan diri
pada partisipasi, kebebasan, dan persamaan. Dan dalam Al-Qur’an pun
banyak ayat yang menjelaskan tentang musyawarah salah satunya dalam
(Q.S. Al-Hujuraat [49]: 13).

Artinya: "Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu


dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah
orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Mengenal."
Maksud dan tafsirnya yaitu Dikatakan sebelumnya, jika surat Al
Hujurat ayat 13 ini Allah SWT memberitahukan jika segala umat manusia
berasal keturunan yang sama. Di mana selanjutnya Allah SWT
menjadikannya berkembang sangat banyak. Bersuku-suku dan berbangsa-
bangsa. Melalui ayat dalam surat ini, ditegaskan jika keberagaman
manusia sesungguhnya akan tetap setara di hadapan Allah SWT.
Pembedanya hanya terletak pada ketakwaan masing-masing dari mereka.
Sebab, kemuliaan manusia di sisi Allah SWT berbanding lurus dengan
tingkat ketakwaannya.
Rasulullah SAW bersabda, "." (HR. Muslim). Sesungguhnya Allah
tidak memandang rupa dan harta kalian, tetapi Dia memandang hati dan
amal perbuatan kalian”
Ayat inilah yang digunakan Rasulullah SAW untuk menghapuskan
segala bentuk diskriminasi. Dalam khutbah fathu Makkah, sebelum
menyampaikan surat Al Hujurat ayat 13 ini beliau bersabda:
"Hai manusia, sesungguhnya Allah telah melenyapkan dari kalian
keaiban masa jahiliyah dan tradisinya yang selalu membangga-
banggakan orang tua. Manusia itu hanya ada dua macam; yakni yang
berbakti, bertakwa lagi mulia di sisi Allah; dan orang yang durhaka,
celaka lagi hina di sisi Allah."  (HR. Tirmidzi)
Itulah prinsip dasar hubungan manusia. Bahwa manusia secara
sunnatullah itu beragam karena Allah SWT menjadikannya bersuku-suku
dan berbangsa-bangsa. Dengan keberagaman tersebut, Allah SWT lantas
menghendaki segala umat manusia untuk saling mengena
Sehinggga kita dapat membedakan bahwa Islam dan demokrasi adalah dua
sistem politik berbeda. Islam berbeda dengan demokrasi apa bila
demokrasi didefinisikan secara prosedural seperti dipahami dan
dipraktikan di negara-negara barat. Islam mendukung sistem politik
demokrasi seperti yang dipraktikan di negara-negara maju.
Pendidikan demokratis dalam perspektif Islam adalah dijiwai oleh
prinsip
demokrasi dalam Islam, atau dengan kata lain demokrasi pendidikan Islam
merupakan implementasi prinsip demokrasi Islam terhadap pendidikan
Islam yaitu:
 Adanya kebebasan bagi pendidik dan peserta didik, yang mana
kebebasan di sini meliputi: kebebasan berkarya, kebebasan
mengembangkan potensi dan kebebasan berpendapat.
 Persamaan terhadap peserta didik dalam pendidikan Islam. Karena,
Islam memberikan kesempatan yang sama bagi semua peserta didik
untuk mendapatkan pendidikan atau belajar
 Penghormatan akan martabat individu dalam pendidikan Islam.
 Demokrasi sebagai penghormatan akan martabat orang lain,
maksudnya ialah seseorang akan memperlakukan orang lain
sebagaimana dirinya sendiri. sehingga dapat tercipta manusia atau pun
masyarakat yang bertanggung jawab, bermartabat dan berakhlak
mulia.
3. Adapun salah satu persoalan pendidikan dilingkungan sekitar yaitu sistem
pendidikan yang top-down (dari atas ke bawah) atau kalau menggunakan
istilah Paulo Freire (seorang tokoh pendidik dari Amerika Latin) adalah
pendidikan gaya bank. Sistem pendidikan ini sangat tidak membebaskan
karena para peserta didik (murid) dianggap manusia-manusia yang tidak
tahu apa-apa. Guru sebagai pemberi mengarahkan kepada murid-murid
untuk menghafal secara mekanis apa isi pelajaran yang diceritakan. Guru
sebagai pengisi dan murid sebagai yang diisi. Otak murid dipandang
sebagai safe deposit box, di mana pengetahuan dari guru ditransfer ke
dalam otak murid dan bila sewaktu-waktu diperlukan, pengetahuan
tersebut tinggal diambil saja. Murid hanya menampung apa saja yang
disampaikan guru. Jadi hubungannya adalah guru sebagai subyek dan
murid sebagai obyek. Model pendidikan ini tidak membebaskan karena
sangat menindas para murid. Freire mengatakan bahwa dalam pendidikan
gaya bank pengetahuan merupakan sebuah anugerah yang dihibahkan oleh
mereka yang menganggap dirinya berpengetahuan kepada mereka yang
dianggap tidak mempunyai pengetahuan apa-apa.
Dalam dunia pendidikan ada beberapa pandangan yang
berkembang berkaitan dengan peserta didik. Ada yang mendefenisikan
peserta didik sebagai manusia belum dewasa, dan karenanya ia
membutuhkan pengajaran, latihan, dan bimbingan dari orang dewasa atau
pendidik untuk mengantarkannya menuju pada kedewasaan. Ada pula
yang berpendapat bahwa peserta didik adalah manusia yang memiliki
fitrah atau potensi untuk mengembangkan diri. Fitrah atau potensi tersebut
mencakup akal, hati, dan jiwa yang mana kala diberdayakan secara baik
akan menghantarkan seseorang bertauhid kepada Allah Swt. Kemudian,
adapula yang berpendapat bahwa peserta didik adalah setiap manusia yang
menerima pengaruh positif dari orang dewasa atau pendidik. Dalam arti
teknis, bahkan ada yang menyatakan bahwa peserta didik adalah setiap
anak yang belajar disekolah atau lembaga-lembaga pendidikan formal.
Peserta didik, ia tidak hanya sekedar objek pendidikan, tetapi pada
saat-saat tertentu ia akan menjadi subjek pendidikan. Hal ini membuktikan
bahwa posisi peserta didik pun tidak hanya sekedar pasif laksana cangkir
kosong yang siap menerima air kapan dan dimanapun. Akan tetapi peserta
didik harus aktif, kreatif dan dinamis dalam berinteraksi dengan gurunya,
sekaligus dalam upaya pengembangan keilmuannya. Eksistensi peserta
didik sebagai salah satu sub sistem pendidikan Islam sangatlah
menentukan. Karena tidak mungkin pelaksanaan pendidikan Islam tidak
bersentuhan dengan individu-individu yang berkedudukan sebagai peserta
didik. Pendidik tidak mempunyai arti apa-apa tanpa kehadiran peserta
didik. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah kunci
yang menentukan terjadinya interaksi edukatif, yang pada gilirannya
sangat menentukan kualitas pendidikan Islam

Anda mungkin juga menyukai