BAB I-IV Ririn
BAB I-IV Ririn
BAB I-IV Ririn
PENDAHULUAN
1
BAB II
LAPORAN KASUS
Nama : Ny. K
Umur : 53 tahun
Keluhan utama:
mandi dan os tidak sadarkan diri , lalu 3 jam kemudian os sandar dan mengeluhkan
kelemahan disisi tubuh kanan dan berbicara pelo, Saat serangan, penderita mengalami
sakit kepala, mual muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Keluarga os mengaku
bahwa os sering mengeluhkan sakit kepala hilang timbul selama +- 1 bulan ini, os
memiliki riwayat darah tinggi sejak ± 4 tahun yang lalu, penderita tidak rutin minum
obat & kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada. Riwayat
trauma tidak ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada, Tidak ada keluhan
2
Riwayat Penyakit Dahulu
• DM (-)
• Asma (-)
• Hipertensi (-)
• Asma (-)
Status Presens
Kesadaran : E4V5M6
Tanda Vital
TD : 176/102 mmHg
Nadi : 87 x/menit
RR : 20x /menit
Suhu : 36,8 °C
Status Psikiatrikus
3
Status Neurologis
A. Kepala
Bentuk : Brachiocephali
Ukuran : Normocephali
Simetris : Simetris
B. Leher
C. Saraf-saraf Otak
4
N. Occulomotorius, Trochlearis dan Abducens
a. Kelopak mata
Ptosis : -/-
Endopthalmus : -/-
Exopthalmus : -/-
b. Pupil
Langsung : -/-
c. Gerakan bola mata : medial (+/+), lateral (+/+), superior (+/+), inferior (+/+)
Motorik
Sensorik
Motorik
5
Lipatan nasolabialis Datar tidak ada kelainan
Bentuk Muka
Sensorik
Otonom
N. Vestibularis
Reflek menelan :+
Reflek batuk :+
6
N. Accessorius Kanan Kiri
Fasikulasi (-)
papil (-)
Disartria (+)
MOTORIK
Kekuatan 0 5
Refleks fisiologis
Refleks patologis
7
TUNGKAI Kanan Kiri
Kekuatan 0 5
Refleks fisiologis
Refleks patologis
SENSORIK
G. FUNGSI VEGETATIF
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
KOLUMNA VERTEBRALIS
Kyphosis : (-)
Lordosis : (-)
Gibbus : (-)
Deformitas : (-)
8
Tumor : (-)
Meningocele : (-)
Hematoma : (-)
Kanan Kiri
Kerniq (-)
Lasseque (-)
Brudzinsky
- Neck (-)
- Cheek (-)
- Symphisis (-)
- Leg I (-)
- Leg II (-)
SISTEM KOORDINASI
GERAKAN ABNORMAL
Tremor : (-)
Chorea : (-)
Athetosis : (-)
Ballismus : (-)
9
Dystoni : (-)
Myocloni : (-)
FUNGSI LUHUR
Darah Rutin
10
Hemoglobin 10.7 g/dL 11.7-15.5
Hitung jenis
Basofil 0 % 0-1
Eosinofil 1 % 2-4
Neutrofil 75 % 50-70
Limfosit 19 % 25-40
Monosit 5 % 2-8
Kimia Darah
Elektrolit
11
2.5 Pemeriksaan Khusus
• Electrocardiography : terlampir
PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
1. Rontgen Thorax
Ekspertise :
12
- Hemidiafragma kana setinggi costa 9 posterior
KESAN:
- Cardiomegaly
PEMERIKSAAN EKG
13
CT Scan
Kepala :
• Tampak lesi hiperdens densitas perdarahan pada corona radiata kiri, capsula
interna kiri, capsula esterna kiri da thalamus kiri Differensiasi substansia alba
Kesan :
• Intracerebral hemorrhage pada corona radiata kiri, capsula interna kiri, capsula
tekanan intracranial
14
2.6 Diagnosa
2.7 Penatalaksana
1. Perawatan
- Amlodipine 1x10 mg
- Candesartan 1x16mg
- Ksr 2x1
- NGT
2.8 PROGNOSIS
15
2.9 FOLLOW UP
KAMIS
S : kelemahan sisi tubuh sebelah kanan (+), demam (-), mual (-), muntah(-)
10-08-2023
- Kesadaran CM
- TD : 176/102 mmHg
- HR : 87 x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : hemiparase dextra ec SH
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
16
Follow Up hari ke-2
JUMAT S : kelemahan sisi tubuh sebelah kanan (+), muntah(+) 1 kali, lemas
11-08-2023
O : Tampak sakit sedang
- Kesadaran CM
- TD : 150/90 mmHg
- HR : 85x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : CVD hemoragic
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
17
Follow Up hari ke-3
12-08-2023
O : Tampak sakit sedang
- Kesadaran CM
- TD : 142/90 mmHg
- HR : 85x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : CVD hemoragic
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
18
Follow Up hari ke-4
13-08-2020
O : Tampak sakit sedang
- Kesadaran CM
- TD : 142/90 mmHg
- HR : 85x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : CVD hemoragic
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
19
Follow Up hari ke-5
14-08-2023
O : Tampak sakit sedang
- Kesadaran CM
- TD : 142/90 mmHg
- HR : 85x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : CVD hemoragic
Codein 1x16 mg
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
20
Follow Up hari ke-6
15-08-2023
O : Tampak sakit sedang
- Kesadaran CM
- TD : 142/90 mmHg
- HR : 85x/menit
- RR : 20 x/menit
- T : 38,6 ℃
- SpO2 : 100 %
- Kekuatan otot
0 5
0 5
A : CVD hemoragic
Codein 1x16 mg
Amlodipine 1x10 mg
Candesartan 1x16 mg
Aff NGT
21
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke adalah suatu gangguan fungsi saraf akut yang disebabkan oleh karena
gangguan perdaran darah otak, dimana secara mendadak (dalam beberapa detik atau
menit) dapat menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal di otak
klinis dari gangguan fungsi otak, baik fokal maupun global (menyeluruh), yang
kematian, tanpa penyebab lain selain gangguan vaskuler. Pada umumnya gangguan
fungsional otak fokal dapat berupa hemiparesis yang disertai dengan defisit sensorik,
parase nervus kranialis dan gangguan fungsi luhur. Manifestasi klinis yang muncul
sangat bergantung kepada area otak yang diperdarahi oleh pembuluh darah yang
A. Anatomi
Otak merupakan organ yang palik aktif secara metabolik. Otak hanya memiliki
sekitar 2% massa tubuh akan tetapi otak membutuhkan 15-20% kardiak output untuk
serebral terdiri dari dua sistem yaitu sistem karotis dan sistem vertebrobasiler. Jatah
darah ke otak 1/3 disalurkan melalui lintasan vaskuler vertebrobasiler dan 2/3 melalui
22
Tabel 1.Pembagian daerah otak yang diperdarahi pembuluh darah serebral
Anterior Serebri Korteks serebri frontomedial dan parietal serta substansia alba di sekitarnya
Serebri Media Korteks serebri frontolateral, parietal, oksipital, dan temporal serta substansia
alba di sekitarnya
Lentikulostriata
basiler posterior
inferior
anterior inferior
Arteri serebelar Pons superior, otak tengah inferior, dan serebelum superior
Superior
Arteri serebelar Korteks oksipital dan temporal media serta substansia alba disekitarnya.
Cabang Thalamus
thalamoperforata
Stroke yang disebabkan karena gangguan pada sistem sirkulasi ini memberikan
tanda dan gejala disfungsi hemisfer serebri seperti afasia, apraxia, atau agnosia.
Selain itu dapat juga timbul hemiparese, gangguan hemisensoris, dan gangguan
lapang pandang.
23
C. Posterior circulation (sistem vertebrobasiler)
Stroke yang disebabkan karena gangguan pada sistem sirkulasi ini memberikan
tanda dan gejala disfungsi batang otak termasuk koma, drop attacks (jatuh tiba-tiba
tanpa penurunan kesadaran), vertigo, mual dan muntah, gangguan saraf otak, ataxia,
serta merupakan penyakit terbanyak ketiga setelah penyakit jantung dan kanker.
Amerika setiap tahunnya adalah 50-100 dari 100.000 orang penderita (Ahmad dan
Amir, 2003). Stroke diklasifikasikan menjadi stroke non hemoragik dan stroke
hemoragik. Stroke non hemoragik memiliki angka kejadian 85% dari seluruh stroke
yang terdiri dari 80% stroke aterotrombotik dan 20% stroke kardioemboli.
stroke meningkat dari tahun ke tahun. Setiap tujuh orang yang meninggal di
3.4 Klasifikasi
patologi anatomi, sistem pembuluh darah, dan stadiumnya. Dasar klasifikasi yang
berbeda-beda ini perlu, sebab setiap jenis stroke mempunyai cara pengobatan,
24
preventif, dan prognosis yang berbeda, walaupun patogenesisnya serupa.
1) Stroke iskemik
b. Trombosis serebri
c. Emboli serebri
2) Stroke hemoragik
a. Perdarahan intraserebral
b. Perdarahan subarachnoid
a. TIA
b. Stroke-in-evolution
c. Completed stroke
a. Sistem karotis
b. Sistem vertebro-basilar
Stroke memiliki tanda klinik yang spesifik, tergantung dengan daerah otak
saja, karena semua gejala pada kedua kelompok stroke ini hampir sama. Untuk
25
3.5 Faktor Resiko
1. Umur
Dengan meningkatya usia resiko stroke juga turut meningkat. Dalam studi
OXVASC, tingkat stroke meningkat dari 1,76 per 1000 individu per tahun
untuk individu berusia 55-64 tahun sampai 16,47 untuk mereka yang berusia
85 atau lebih. Peningkatan insidensi dengan usia terlihat pada stroke iskemik
serta untuk perdarahan intraserebral (ICH) dan juga sampai batas tertentu untuk
perdarahan subarachnoid. Risiko stroke lebih dari dua kali lipat dengan setiap
dekade peningkatan usia setelah 55 tahun setidaknya sampai usia 84. Setelah
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin laki-laki meningkatkan risiko stroke iskemik. Risiko stroke bagi
pria adalah sekitar 1,3 kali lebih tinggi untuk wanita pada usia tertentu kecuali
pada usia tertinggi. Namun, perbedaan gender ini kurang jelas saat
Perbedaan dalam risiko antara jenis kelamin tampakya hilang pada usia di atas
3. Riwayat keluarga
oleh banyak faktor diantaranya faktor genetik, pengaruh budaya dan gaya
26
B. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi
1. Hipertensi
Hipertensi merupakan faktor resiko stroke yang utama, baik iskemik maupun
2. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan faktor risiko untuk stroke, namun tidak sekuat
terjadinya stroke.
Sekitar 1 dari seratus orang dewasa akan mengalami paling sedikit 1 kali
serangan iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati dengan
benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini kemudian akan mengalami stroke dalam
3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena stroke dalam
lima tahun setelah serangan pertama. Risiko TIA untuk terkena stroke 35-60%
4. Obesitas
5. Hiperkolestrolemia
Kondisi ini secara langsung dan tidak langsung meningkatkan faktor risiko,
27
Density Lipoprotein (LDL) akan membentuk plak di dalam pembuluh darah
dan dapat menyumbat pembuluh darah baik di jantung maupun di otak. Kadar
kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko stroke 1,31-2,9 kali.
6. Merokok
mudah menggumpal.
7. Alkohol
tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lainlain. Semua
2-3 kali.
mendadak yang beraneka ragam mulai dari gejala motorik fokal, gejala
dapat disertai nyeri kepala, mual muntah, kejang, kaku kuduk dan lain
sistem perdarahan otak serta fisiologi dan metabolisme otak diperlukan dalam
28
neurologis, dan pemeriksaan psikoneurologis perlu dicari dan disimpulkan
harus segera disimpulkan untuk dapat memberikan terapi yang cepat dan tepat.
1. Diagnosis Klinis
gejala serta tanda yang sesuai dengan daerah pendarahan pemnbuluh darah otak
gangguan bicara, disafasia atau afasia bila mengenai hemisfer serebri dominan,
penglihatan, pandangan kabur atau buta bila gangguan pada lobus oksipital,
2. Diagnosis Topik
- Hemianopia kontralateral
ini atau cukup 1 saja tetapi harus merupakan gangguan fungsi luhur:
29
- Hemiparesis dengan atau tanpa gangguan sensorik (kontralateral sisi lesi)
- Hemianopia kontralateral
- Diplopia
- Disfagia
- Vertigo
- Disartria
- Hemiparesis alternans
3. Diagnosis Etiologi
Diagnosis etiologi stroke dibedakan menjadi 2 yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik. Baku emas yang digunakan untuk menentukan etiologi adalah CT-scan
30
3.7 Stroke Hemoragik
yaitu:
a. Perdarahan Intraserberal
b. Perdarahan Subarachnoid
sehingga menyebakan reaksi yang cukup hebat berupa sakit keapala yang hebat dan
patologi dari dinding pembuluh darah. Perubahan patologis dari dinding pembuluh
darah tersebut dapat berupa hipohialinosis, nekrosis fibrin serta timbulnya aneurisma
tipe Bouchard. Kenaikan tekanan darah dalam jumlah yang mencolok dan
31
dapat terjadi perdarahan. Perdarahan ini akan menjadi awal dari timbulnya gejala-
gejala klinis (fase hematoma expansion). Pada fase hematoma expansion, gejala-
edema). Pada fase ini defisit neurologis, yang mulai tampak pada fase hematoma
expansion, akan terus berkembang. Kerusakan pada parenkim otak, akibat volume
otak. Elemen-elemen vasoaktif darah yang keluar serta daskade iskemik akibat
darah dan sekitarnya menjadi lebih tertekan dan defisit neurologis pun akan semakin
berkembang.
Perdarahan yang kecil ukurannya akan menyebabkan massa darah menerobos atau
menyela diantara selaput akson massa putih “dissecan splitting” tanpa merusaknya.
Dalam keadaan ini, absorpsi darah akan diikuti oleh pulihnya fungsi-fungsi
neurologi. Sedangkan bila perdarahan yang terjadi dalam jumlah besar, maka akan
menyebabkan herniasi otak pada flaks serebri atau lewat foramen magnum.
Perdarahan intraserebral yang tidak diatasi dengan baik akan menyebar hingga ke
32
prognosis. Jumlah perdarahan yang lebih dari 60 ml akan meningkatkan resiko
Serangan stroke jenis apa pun akan menimbulakan defisist neurologi yang bersifat
akut, baik deficit motorik, deficit sensorik, penurnan kesadaran, gangguan fungsi
luhur, maupun gangguan pada batang otak. Gejala klinis dari stroke hemoragik dapat
d. Nyeri telinga hemolaterlal (lesi pada bagian temporal), afasia (lesi pada
thalamus)
e. Hemiparese kontralateral
Pada perdarahan subarachnoid akan menimbulakan tanda dan gejala klinis berupa:
b. Hilangnya kesadaran
c. Fotofobia
d. Meningismus
33
4. Diagnosis Stroke Hemoragik
a. Anamnesis
Pada anamnesa akan ditemukan kelumpuhan anggota gerak, mulut mengot atau
bicara pelo yang terjadi secara tiba-tiba pada saat sedang beraktivitas. Selain itu,
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pasien stroke perlu dilakukan pemeriksaan fisik neurologi seperti tingkat
dan fungsi saraf kranial. Pemeriksaan tingkat kesadaran dengan Glasgow Coma
Respon Skor
a. Membuka mata
1) Membuka spontan 4
b.Kemampuan bicara
c.Tanggapan motoric
1) Menanggapi perintah 6
34
3) Reaksi menghindar terhadap rangsang nyeri 4
Derajat kesadaran :
Kompos mentis = GCS 15-14
Somnolen = GCS 13-8
Sopor = GCS 7-4
Koma = GCS 3
Gangguan ringan ketangkasan gerakan jari-jari tangan dan kaki dapat dinilai
melalui tes yang dilakukan dengan cara menyuruh penderita membuka dan menutup
kancing bajunya. Kemudian melepas dan memakai sandalnya. Penilaian kekuatan otot
dalam derajat tenaga 0 sampai 5 secara praktis mempunyai kepentingan dalam penilaian
kemajuan atau kemunduran orang sakit dalam perawatan dan bukan suatu tindakan
5 : Kekuatan penuh
Sedangkan refleks patologis yang dapat dibangkitkan di kaki ialah refleks Babinsky,
35
Saraf kranial adalah 12 pasang saraf pada manusia yang keluar melalui otak,
berbeda dari saraf spinal yang keluar melalui sumsum tulang belakang. Saraf kranial
merupakan bagian dari sistem saraf sadar. Dari 12 pasang saraf, 3 pasang memiliki jenis
sensori (saraf I, II, VIII), 5 pasang jenis motorik (saraf III, IV, VI, XI, XII) dan 4 pasang
XI: Asesorius Spinal Fonasi; gerakan kepala; leher dan Suara parau; kelemahan otot
bahu kepala, leher dan bahu
XII: Hipoglosus Gerak lidah Kelemahan dan pelayuan lidah
36
c. Pemeriksaan Penunjang
• CT scan
- Pada stroke karena infark, gambaran CT scannya secara umum adalah didapatkan
hiperdens.
1. Intracranial Hemorrhage
Pada intracranial hemorrhage, pada fase akut (<24 jam), gambaran radiologi akan
terlihat hyperdense, sedangkan jika fase subakut (24 jam – 5 hari) akan terlihat
isodense, sedangkan pada fase kronik (> 5hari) akan terlihat gambaran hypodense.
2. Subarachnoid Hemorrhage
37
Pada subarachonid hemorrhage, gambaran radiologi akan memperlihatkan ruangan
• Pemeriksaan MRI
Pemeriksaan ini sangat baik untuk menentukan adanya lesi di batang otak (sangat
sensitif). Secara umum juga lebih sensitif dibandingkan CT scan, terutama untuk
• Pemeriksaan Angiografi
Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan apakah lokasi pada sistem karotis atau
pembuluh darah.
• Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini untuk menilai pembuluh darah intra dan ekstra kranial, menentukan
Pemeriksaan ini digunakan apabila tidak ada CT scan atau MRI. Pada stroke perdarahan
Pemeriksaan untuk menetukan faktor risiko seperti darah rutin, komponen kimia
darah (ureum, kreatinin, asam urat, profil lipid, gula darah, fungsi hepar), elektrolit
1. Stadium Hiperakut
Tindakan pada stadium ini dilakukan di Instalasi Gawat Darurat dan merupakan
38
tindakan resusitasi serebro-kardio-pulmonal bertujuan agar kerusakan jaringan otak
tidak meluas. Pada stadium ini, pasien diberi oksigen 2 L/menit dan cairan
lengkap dan jumlah trombosit, protrombin time/INR, APTT, glukosa darah, kimia
darah (termasuk elektrolit); jika hipoksia, dilakukan analisis gas darah. Tindakan lain
di Instalasi Gawat Darurat adalah memberikan dukungan mental kepada pasien serta
2. Stadium Akut
Pasien stroke hemoragik harus dirawat di ICU jika volume hematoma >30 mL,
memburuk. Tekanan darah harus diturunkan sampai tekanan darah premorbid atau
15-20% bila tekanan sistolik >180 mmHg, diastolik >120 mmHg, MAP >130
mmHg, dan volume hematoma bertambah. Bila terdapat gagal jantung, tekanan
1.25 mg per 6 jam; kaptopril 3 kali 6,25-25 mg per oral. Jika didapatkan tanda
tekanan intracranial meningkat, posisi kepala dinaikkan 30º, posisi kepala dan dada
3. Terapi umum:
a. Letakkan kepala pasien pada posisi 30º, kepala dan dada pada satu bidang; ubah
posisi tidur setiap 2 jam; mobilisasi dimulai bertahap bila hemodinamik sudah stabil.
Selanjutnya, bebaskan jalan napas, beri oksigen 1-2 liter/menit sampai didapatkan
hasil analisis gas darah. Jika perlu, dilakukan intubasi. Demam diatasi dengan
39
kompres dan antipiretik, kemudian dicari penyebabnya; jika kandung kemih penuh,
b. Pemberian nutrisi dengan cairan isotonik, kristaloid atau koloid 1500-2000 mL dan
elektrolit sesuai kebutuhan, hindari cairan mengandung glukosa atau salin isotonik.
Pemberian nutrisi per oral hanya jika fungsi menelannya baik; jika didapatkan
c. Kadar gula darah >150 mg% harus dikoreksi sampai batas gula darah sewaktu 150
mg% dengan insulin drip intravena kontinu selama 2-3 hari pertama. Hipoglikemia
(kadar gula darah < 60 mg% atau < 80 mg% dengan gejala) diatasi segera dengan
d. Nyeri kepala atau mual dan muntah diatasi dengan pemberian obat-obatan sesuai
gejala. Tekanan darah tidak perlu segera diturunkan, kecuali bila tekanan sistolik
≥220 mmHg, diastolik ≥120 mmHg, Mean Arterial Blood Pressure (MAP) ≥ 130
mmHg (pada 2 kali pengukuran dengan selang waktu 30 menit), atau didapatkan
infark miokard akut, gagal jantung kongestif serta gagal ginjal. Penurunan tekanan
darah maksimal adalah 20%, dan obat yang direkomendasikan: natrium nitroprusid,
penyekat reseptor alfa-beta, penyekat ACE, atau antagonis kalsium. Jika terjadi
hipotensi, yaitu tekanan sistolik ≤ 90 mm Hg, diastolik ≤70 mmHg, diberi NaCl 0,9%
250 mL selama 1 jam, dilanjutkan 500 mL selama 4 jam dan 500 mL selama 8 jam
atau sampai hipotensi dapat diatasi. Jika belum terkoreksi, yaitu tekanan darah
sistolik masih < 90 mmHg, dapat diberi dopamin 2-20 μg/kg/menit sampai tekanan
e. Jika kejang, diberi diazepam 5-20 mg iv pelan-pelan selama 3 menit, maksimal 100
40
panjang.
f. Jika didapatkan tekanan intrakranial meningkat, diberi manitol bolus intravena 0,25
sampai 1 g/ kgBB per 30 menit, dan jika dicurigai fenomena rebound atau keadaan
umum memburuk, dilanjutkan 0,25g/kgBB per 30 menit setiap 6 jam selama 3-5
4. Terapi khusus
mempertimbangkan usia dan letak perdarahan yaitu pada pasien yang kondisinya
perdarahan lobar >60 mL dengan tanda peningkatan tekanan intrakranial akut dan
5. Stadium Subakut
Tindakan medis dapat berupa terapi kognitif, tingkah laku, menelan, terapi wicara,
dan bladder training (termasuk terapi fisik). Mengingat perjalanan penyakit yang
b. Penatalaksanaan komplikasi,
41
c. Restorasi/rehabilitasi (sesuai kebutuhan pasien), yaitu fisioterapi, terapi wicara,
d. Prevensi sekunder
e. Prognosis
1. Perdarahan Intraserebral
adalah volume PIS, tingkat kesadaran penderita (menggunakan skor Glasgow Coma
Scale (GCS), dan adanya darah intraventrikel. Volume PIS dan skor GCS dapat
sebesar 96% dan spesifitas 98%. Prognosis buruk biasanya terjadi pada pasien dengan
volume perdarahan (>30mL), lokasi perdarahan di fossa posterior, usia lanjut dan MAP
>130 mmHg pada saat serangan. GCS <4 saat serangan juga bisa memberi prognosis
buruk. Suatu PIS dengan volume >60 mL dan skor GCS ≤ 8 memiliki tingkat mortalitas
sebesar 91% dalam 30 hari, dibanding dengan tingkat kematian 19% pada PIS dengan
mortalitas secara umum menjadi 45% hingga 75%, tanpa memperhatikan lokasi PIS,
sebagai bagian dari adanya hidrosefalus obstruktif akibat gangguan sirkulasi liquor
dengan CT scan. N Secara klinis, edema berperan dalam efek massa dari hematom,
volume relatif edema yang tinggi berhubungan dengan outcome fungsional yang lebih
baik, yang menimbulkan suatu kerancuan apakah edema harus dijadikan target terapi
42
2. Perdarahan Subarachnoid
perdarahan subarachnoid sangat tinggi, yaitu 60%. Sekitar 10% penderita perdarahan
membaik sejak awitan. Perdarahan ulang juga sangat mungkin terjadi. Rata-rata waktu
43
BAB IV
ANALISIS KASUS
4.1 Anamnesa
mandi dan os tidak sadarkan diri , lalu 3 jam kemudian os sandar dan mengeluhkan
kelemahan disisi tubuh kanan dan berbicara pelo, Saat serangan, penderita mengalami
sakit kepala, mual muntah tidak ada, tidak disertai kejang. Keluarga os mengaku bahwa
os sering mengeluhkan sakit kepala hilang timbul selama +- 1 bulan ini, os memiliki
riwayat darah tinggi sejak ± 2 tahun yang lalu, penderita tidak rutin minum obat &
kontrol secara teratur. Riwayat penyakit diabetes mellitus tidak ada. Riwayat trauma
tidak ada, riwayat penyakit jantung sebelumnya tidak ada, Tidak ada keluhan BAK dan
BAB.
Status Generalis
Gizi : baik
Pernapasan : 20 x/m
Nadi : 87 x/m
Status Neurologikus
44
N. Okulomotorius
N. Facialis
N. Hypoglossus
Kekuatan 0 5
R. Patologis - -
4.3 Diagnosa
45
4.4 Penatalaksana
1. Perawatan
2. Medikamentosa
- Amlodipine 1x10 mg
- Candesartan 1x16mg
- Ksr 2x600
- NGT
4.5 PROGNOSIS
46
4.6 Diagnosis Banding Topik
Jadi kemungkinan lesi di capsula interna hemisferium sinistra belum dapat disingkirkan
47
Defisit motorik (hemiparese dextra
Hemiparese dextra tipe sentral
sentral)
Kesimpulan:
Kapsula interna hemisferium sinistra
Kesimpulan:
Stroke Hemoragik
Algoritma Gajah Mada
48
Pada Ny. K terdapat nyeri kepala (+)
Kesimpulan:
PIS (Perdarahan Intraserebral)
1. Hemoragia Cerebri
2. Emboli Cerebri
49
Jadi kemungkinan etiologi emboli cerebri dapat disingkirkan.
3. Trombosis cerebri
Kesimpulan:
50