Wa0006.
Wa0006.
IRMA RAMDANI
RESUME
Secara umum, terdapat tiga fungsi bank syariah, yaitu menghimpun dana, menyalurkan dana
kepada masyarakat yang membutuhkan, dan memberikan pelayanan dalam bentuk jasa
perbankan syariah.Untuk lebih jelas mengenai fungsi perbankan syariah, berikut ini
penjelasannya:
Dalam hal penghimpunan dana, terutama dana mudharabah, bank syariah bertindak sebagai
shahibul maal atau manajer investasi dari kumpulan dana nasabah.
Sebagai manajer investasi, bank harus mengelola dana tersebut dengan tepat, memakai prinsip
kehati-hatian, dan profesional. Sebab, pengelolaan tersebut dapat menentukan tinggi atau
rendahnya bagi hasil yang akan diterima oleh nasabah sebagai pemilik dana.
Selain penghimpun kumpulan dana nasabah, perbankan syariah juga berfungsi sebagai pemilik
dana atau investor. Kegiatan investasi yang dilakukan oleh bank syariah harus dilakukan pada
sektor yang produktif dan minim risiko.
Kemudian, instrumen investasi juga haruslah yang diperbolehkan dalam syariat Islam saja. Jenis
akad yang memerlukan fungsi ini antara lain mudharabah, musyarakah, murabahah, hingga
ijarah.
4. Fungsi Sosial
Fungsi terakhir dari bank syariah adalah menjalankan aktivitas sosial. Salah satunya sebagai
lembaga baitul mal di mana perbankan syariah dapat menerima dana yang berasal donasi dan
amal (zakat, infak, sedekah, wakaf, dan hibah) nasabahnya.
Dana yang diperoleh dari nasabah kemudian disalurkan kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
kehendak pemberi wakaf (wakif). Nah, fungsi ini menjadi kelebihan bank syariah yang tidak
dimiliki perbankan konvensional.
Tak hanya itu, fungsi sosial yang dijalankan oleh perbankan syariah juga dapat dilakukan dalam
bentuk Corporate Social Responsibility (CSR). Bank melaksanakan berbagai kegiatan yang
menjadi tanggung jawab sosial perusahaan.
Tujuan bank syariah termasuk namun tidak terbatas pada yang telah dipaparkan sebelumnya.
Di bawah ini merupakan 5 poin yang merupakan tujuan bank syariah:
Melalui kegiatan investasi yang dilakukan oleh bank syariah, harapannya agar meratakan
pendapatan antara pemilik modal dengan pihak yang membutuhkan dana. Dengan demikian,
kesenjangan yang terjadi tidak akan terlalu besar
Selain hal ini, tujuan berdirinya bank syariah diharapkan dapat menanggulangi kemandirian
lembaga keuangan dari pengaruh gejolak moneter dalam dan luar negeri
Dengan menyediakan pilihan produk dan layanan keuangan syariah yang lebih beragam, secara
langsung juga meningkatkan minat masyarakat untuk menggunakan perbankan syariah. Dengan
demikian, transaksi akan terhindar dari riba ataupun unsur penipuan lain.
Dengan tidak menerapkan sistem bunga, harapannya bank syariah dapat menekan laju inflasi
serta negative-spread yang dihasilkan oleh penerapan sistem bunga tersebut.
C. Bunga Bank
Bunga simpanan adalah bunga yang diberikan oleh bank sebagai bentuk balas jasa kepada
nasabah yang telah menyimpan uangnya di rekening bank. Sebagai contoh jasa giro, bunga
tabungan, dan bunga deposito. Bunga simpanan juga dapat diartikan sebagai harga yang harus
dibayar oleh bank kepada nasabah.
Ada lima macam-macam Riba, Riba Nasi'ah, Riba Fadhl, Riba Al Yad, Riba Qard, dan Riba
Jahiliyah Berikut penjelasan lima macam riba menurut Islam:
1. Riba Nasi'ah
Riba yang pertama ini ialah seseorang menghutangi uang dalam jumlah tertentu kepada
seseorang dengan batas tertentu, dengan syarat berbunga sebagai imbalan batas waktu yang
diberikan tersebut.
Misalnya, seseorang yang berhutang Rp1.000 yang mesti dibayar dalam jangka waktu yang
telah ditetapkan tetapi tidak terbayar olehnya pada waktu itu. Maka, bertambah besarlah
jumlah hutangnya.
2. Riba Fadhl
Macam Riba selanjutnya yakni Riba Fadhl, merupakan tambahan yang disyaratkan dalam tukar
menukar barang yang sejenis. Jual beli ini juga disebut sebagai barter tanpa adanya imbalan
untuk tambahan tersebut.
3. Ribah Al Yad
Ribah Al Yad adalah riba dalam jual beli atau yang terjadi dalam penukaran. Penukaran tersebut
terjadi tanpa adanya kelebihan, namun salah satu pihak yang terlibat meninggalkan akad,
sebelum terjadi penyerahan barang atau harga.
4. Ribah Qard
Ribah ini adalah Riba dalam utang piutang yaitu dengan mengambil manfaat atau tingkat
kelebihan tertentu yang diisyaratkan kepada penerima utang atau muqtaridh.
5. Riba Jahiliyah
Macam-macam Riba menurut Islam yang terakhir adalah Riba Jahiliyah yaitu penambahan
utang lebih dari nilai pokok dalam utang piutang karena penerima utang tidak mampu
membayar utangnya secara tepat waktu.
Anjuran menghindari riba merupakan salah satu perintah Allah, maka dari itu hukum tentang
Riba terdapat dalam A-Quran. Berikut dalil-dalil hukum riba:
َيْمَح ُق ُهّٰللا الِّر ٰب وا َو ُيْر ِبى الَّصَد ٰق ِتۗ َو ُهّٰللا اَل ُيِح ُّب ُك َّل َك َّفاٍر َاِثْيٍم
Artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap
orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa."
ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنوا اَّتُقوا َهّٰللا َو َذ ُرْو ا َم ا َبِقَي ِم َن الِّر ٰب ٓو ا ِاْن ُكْنُتْم ُّم ْؤ ِمِنْيَن
Yaa ayyuhallaziina aamanuttaqullaaha wa zaru maa baqiya minar ribaa ing kuntum mu'miniin
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba
(yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman."
َّو َاْخ ِذِهُم الِّر ٰب وا َو َقْد ُنُهْو ا َع ْنُه َو َاْك ِلِه ْم َاْم َو اَل الَّناِس ِباْلَباِط ِل ۗ َو َاْعَتْد َنا ِلْلٰك ِفِرْيَن ِم ْنُهْم َع َذ اًبا َاِلْيًم ا
Riba adalah perbuatan yang diharamkan dalam Islam. Ada banyak dampak buruk jika riba terus
dilakukan, misalnya saja membuat orang menjadi tamak dan serakah terhadap harta. Riba juga
akan menyulitkan seseorang dan melahirkan permusuhan.
َاَّلِذ ْيَن َيْأُك ُلْو َن الِّر ٰب وا اَل َيُقْو ُم ْو َن ِااَّل َك َم ا َيُقْو ُم اَّلِذ ْي َيَتَخَّبُطُه الَّشْيٰط ُن ِم َن اْلَم ِّۗس ٰذ ِلَك ِبَاَّنُهْم َقاُلْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَبْيُع ِم ْثُل الِّر ٰب وۘا َو َاَح َّل ُهّٰللا اْلَبْي َع
ٰۤل
َو َح َّر َم الِّر ٰب وۗا َفَم ْن َج ۤا َء ٗه َم ْو ِع َظٌة ِّم ْن َّرِّبٖه َفاْنَتٰه ى َفَلٗه َم ا َس َلَۗف َو َاْم ُر ٓٗه ِاَلى ِهّٰللاۗ َو َم ْن َعاَد َفُاو ِٕىَك َاْص ٰح ُب الَّناِر ۚ ُهْم ِفْيَها ٰخ ِلُد ْو َن
Artinya:
"Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya
orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan
riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba."
"Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan)
dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu
adalah penghuni-penghuni neraka mereka kekal di dalamnya."
meniru apa yang dilakukan orang Yahudi. Maka, mereka akan mengikuti nasib kaum Yahudi
yang mendapatkan azab pedih di akhirat dengan siksa yang menyengsarakan di sana.
Allah Swt melaknat siapa saja yang melakukan riba di dunia dan di akhirat. Pelaku riba akan
dibangkitkan dalam keadaan gila dan kelak akan kekal di neraka. Ayat mengenai riba banyak
ditemukan di dalam al-Qur’an. Hal ini menandakan jika riba merupakan hal buruk yang
membawa dampak negatif bagi kehidupan manusia.
Meski demikian, saat ini, riba masih banyak berkembang di Indonesia, akibat ekonomi
penduduk yang belum merata dan kesenjangan sosial yang begitu jauh antar sesama. Andai
saja, sesama manusia mau saling peduli, maka riba bisa berkurang atau bahkan hilang sama
sekali di muka bumi ini.