Anda di halaman 1dari 136

SEPERTI malam biasanya, Sam selalu setia menemani Ali untuk

melakukan salat Tahajud.

“Jadi, jodoh lu itu gimana?” Walau Sam sudah ingin menghindar

dan memaksa hatinya untuk menutup rapat, tetapi ada saja yang
menyebabkan Haba datang lagi. Contohnya ini, tidak ada angin atau
banjir, tiba-tiba Ali menanyakan tentang Haba.

“Its over,” jawab Sam datar, walau ia tahu hatinya sedang


meledak mendengar nama itu.

“Seriously?” Ali melebarkan matanya,

ia menatap Sam lekat-lekat.


“You think?”

“Udah gitu aja? Lu gitu aja nyerah sama perjuangan lu? Lu gitu
aja ngerelain dia buat orang lain? Lucu.”

Ali tahu benar jika Sam


sangat berjuang mengenai perempuan ini.

“Bawel lu” Sam kembali datar, dirinya memang sudah juara

dalam menyembunyikan perasaan.

“Jangan salahin gua, kalau abis ini cewek lu demen ama gua.”
Ali menggoda Sam,

memancing Sam untuk mengeluarkan apa yang


Ia pendam.

Se-pede itu? Lucu.” Sam masih saja berpura-pura.

Bit

Scanned by CamScanner
"3
AG
Ad

ke mana? Dia jadi jarang kumpul


gitu»

agh, lu tau Deo


, baru, di sisi lain S
buka pembicaraan aru am senang karena Pecaapa

ukan lagi tentang Haba.


." Sam mengangkat bahu, ia tidak
Pada jika

lai menghilang, entah meman


8 Suatu k
cber
u

i Deo mu
lan

atau kesengajaan.

BHUUUUKKK!!!
Satu pukulan mendarat sempurna Tepat di pipi Sam. Pukut,
. Pukulan

ang setelah lelaki yang tiba-tiba saja menghampirinya lang


Sung

itu dat
ancapkan emosinya yang lama ia pend
am,

arik jaket Sam, man

men
Sam

cat the bell?!" hampir saja membalas, ketika ia sad


| ar
aratkan tonjo

da tak jauh dari mereka sontak kaget denga


n

orang yang mend kan di pipinya adalah Deo. Teman.


teman Sam yang bera
aksi nekatnya ini.
“Penghianat lu! Busu
ada api dendam yang memba
BHUUUKKKK!!! Pukulan itu
“ Woy santai woy, lu apaan sih?
Dafa yang lebih dulu bergerak mendekati Deo.
“Temen? Oh iya, gua lupa kalau lu temen
Selain jadi temen, lu juga pembalap tingkat atas! Jago nikung!!!”
Peran Den Kan panas, tapi tidak mengundang balasan dari Sam.
atar malah, lalu berpandangan acuh. Entah ta tidak

merasa bersalah n
atau menyembunyikannya ekspresi. Dafa, Febri, dan
Andro yang

kit” Deo memandang lekat lek


... - - Ni €
g kat mata Sam,
ra dari tatapannya.
kembali menghujani wajah Sam

Gila ya lu nonjok temen sendiri!!!”

gua. Lu hebat ya!

Ali mulai
i memusatk:
Na satkan pandangannya pada Sam, kecuali
u Tr i
Dan nyaman di atas motor ninjanya.
m hati, Sam |
sadar ada seseorang yang ia lupakan saat Ha

mengambil keputusan i 2
san itu. Tapi ia redam dalam-dalam rasa bersalahnya,

Scanned by CamScanner
embia (kan Deo marah. Karena ia tahu, ini kesalahannya, walau
ya a Deo tidak mengerti apa-apa antara Sam dan Sandy.

2
mn berdehem paksa sambil tersenyum miring, pandangan Sam

ba ian menunjukkan kemenangan.


|

Mengundang tonjokkan itu kembali menimpa wajah Sam.


sHu (UUKKKK!!!!
«Kenapa lu diam aja? Ha?! Gua harusnya ngerti kalau tu diem-
diem juga ada rasa sama Sandy! Apa jangan-jangan lu cuma mainin
asaan Sandy doang?!”
«Kalau Sandy cintanya sama gua, lu bisa apa?” Jujur, sebenarnya
idak ingin mengatakan ini. Tapi lebih baik Deo membencinya

Sam £
ia harus tahu semua tentang Sandy.

daripada 1

BHUUUKKKK!!! Satu pukulan itu kembali mendarat sempurna


di wajah Sam. Tapi tidak ada sama sekali balasan. Kali ini ia benar-
benar memendam kemampuan berkelahinya dengan Deo.

“Gua ngerti semuanya!! Gua ngerti lu nyuruh gua berjuang,


karena Ju tau gua bakal kalah!! BUSUK LU!!” Pandangan itu belum
berakhir dari mata Deo, masih lurus pada lelaki di depannya yang
mulai tersungkur di tanah. Tapi kekuatan itu belum ada apa-apanya
jika dibandingkan dengan kekuatan Sam. Ia kembali berdiri seraya
menyentuh daerah mulutnya yang mulai melebam.

“Apaan sih? Harus banget berantem gara-gara cewek?!” Febri


semakin mendekat ke arah Sam dan Deo. Ia tahu keadaan ini
semakin panas.

“Lu nggak minat bales, Sam?” Andro yang sedari tadi hanya
duduk menonton action di depan matanya, sudah yakin hal ini akan
terjadi cepat atau lambat.

“Gua kira kita temen, ternyata gua salah!!” ucap Deo semakin
ketus, tangannya yang sudah melayang di atas wajah Sam entah untuk

keberapa kalinya tiba-tiba tertahan, lebih tepatnya ditahan.

Scanned by CamScanner
. : lu main gebukin
“Jangan lu kira gua terima ya 8 temen gua

Itu Ali, walau terlihat siapa yang Patut disalahkan. Tapi, Ali tidak
engan perlakuan Deo. Ini sama sekali bukan perkelahian yang

karena lawannya tidak sedikit pun memberikan balasan

terima d

sebanding, a
entah karena lemah atau ini memang pilihan.

“Lu nggak usah ikut campur! Ati-ati aja, bisa aja lu jadi korban

selanjutnya.” Deo memandang Ali tak kalah tajam, ia Menepas

cengkeraman Ali dari pergelangan tangannya dengan keras dan


memusatkan kembali perhatiannya pada Sam.

“Gua bakal jadi orang pertama yang ngehabisin lu, kalau sampe
Sandy sakit hati!!!” Pandangan tajam itu terus menghujani Sam. Dep
meninggalkan Sam dengan kemarahan dan kekecewaan. Ia tidak
menyangka Sam akan merebut Sandy darinya.

“Sialan lu! Nggak abis pikir gua!” Febri yang memang kakak
dari Deo, kini balik memandang Sam dengan kebencian. Dia mengejar
Deo yang sudah kadung meluapkan emosi.

Dari belakang, Dafa memandang Sam dengan pandangan yang


sama ngeri, namun tidak sepanas Deo atau Febri. “Emang cewek
cuman satu? Sampe harus lu rebut gitu?!” Dafa kini yang meninggalkan
Sam, mengikuti langkah Febri yang semakin jauh.

Dengan wajah datarnya, Sam hanya bisa menyaksikan ketiga


sahabatnya pergi. Ia tidak menjelaskan apa pun atau membalas

perlawanan dari Deo. Ja bungkam, ada hal yang benar-benar ia tutupi

dan i
a sadar hal Itu mulai merenggut persahabatannya.

Lu nggak sekalian ngata-ngatain gua?” Sam berbalik ke arah


Andro dan Ali yang masih tercen

“HEBAT! HEBAT!
pipinya disentuh oleh boc
tepuk tangan lengkap d

gang dengan kejadian barusan.


Seorang Sam berlapang dada menyerahkan
ah kelas 10,” ledek Andro. Ia juga member ikan

ngan tawa renyah saking tidak percaya:

NN 4

Scanned by CamScanner
nlu bisa bales. Terus apa yang ngalangin lu?” Pertanyaan

“ ki
Gua ya ma kali muncul di pikiran Ali. Ia tahu Sam bukan

itu yang pera


ag yang lemah. |
ora Gua jago berantem, tapi bukan sama sahabat gua.”
“Gu
waban itu kembali mengundang senyuman miring dari Andro. Ia
a . 5 5
aa Sam, loyalitasnya sangat tinggi. Apalagi dengan pertemanan
tahu . ini. Walau ia terlihat cuek dan tidak peduli, ia tidak pernah
rtl .
sept sdang teman-temannya rendah. Karena mereka semua berarti
mema
bagi Sam.

apakah

Kembalinya Sam ke sekolah malah membuatnya semakin bosan.


Tidak ada lagi tawa gila dari kantin pojok tempat di mana kelimanya
nongkrong dan menghabiskan separuh waktu sekolah di sana. Karena
mereka memang sudah biasa meninggalkan pelajaran. Hanya Andro
yang masih setia menubruk dan merangkulnya dengan tiba-tiba dari
belakang. Suasana yang sama seperti pertama kali Sam masuk ke
lingkungan sekolah ini. Begitu asing.

“Sampe kapan bakal gini mulu?” Andro menyenggol lengan Sam


yang sedari tadi memusatkan perhatiannya pada Deo.

Sam mengangkat bahu, melanjutkan tegukan botol minuman yang


masih terisi penuh untuk menghilangkan dehidrasi.

“Lu nggak kangen apa? Nggak usah pura-pura deh.” Lagi-lagi


Andro sudah tahu benar dengan Sam.

“Sahabat itu simple, lu ketawa, lu susah, lu seneng, lu berantem,


tapi bukan buat pisah. Kalau kagak balik ya udah, dia bukan sahabat.
Ribet,” ucap Sam datar. Entah mereka akan benar-benar kembali atau
tidak, tapi yakin tidak yakin Sam mulai rindu dengan mereka, sebelum

mn
Mm— -

Scanned by CamScanner
hal kemarin malam terjadi, sebelum Sam mengambil ke
membuka kesempatan pada Sandy.

Tidak ada Dafa dengan rokok yang selalu menemaninya, z


lagi Febri dengan kepolosan mulutnya, seakan semua keluar ta:
saja tanpa ia pikir. Walau kadang mengundang tawa, tapi sering Ka .
juga mengundang kepalan tangan yang gatal ingin membelai pipinya.
Dan Deo, murid kelas 10 yang berhasil masuk ke dalam bagian peng 1
rusuh dan populer itu.

Semuanya terlihat berantakan, seakan mereka terbagi menjadi


kubu-kubu yang saling membunuh diam-diam. Terkadang mata mereka
bertemu, namun buru-buru dibuang mentah. Seperti tidak pernah ada
hubungan erat di antara kedua kubu itu. Ditambah lagi dengan Deo,
selalu saja ia mengibarkan bendera perang setiap dirinya bertemu
dengan Sam. Keduanya seperti sudah muak dengan satu sama lain.
Tapi sebenarnya Sam tidak begitu, ia hanya berpura-pura terlihat muak.

Ini bukanlah apa yang diinginkan Sam. Bahkan tidak pernah


terlintas akan seperti ini. Memutus persahabatan hanya karena seorang
perempuan bukanlah hal yang jantan menurut Sam. Sia-sia dan tidak
berguna. Tapi ia harus menyadari fakta, bahwa ini terjadi
dirinya dengan sahabatnya. Menurut Sam, sahabat bukanlah ja
yang main-main. Tidak sebanding jika harus diakhiri begitu
apalagi dengan alasan yang sangat cupu seperti ini.

Ah masa iya gua cupu?

di antara
batan
saja,

k “
2.4 na — i “
4

Scanned by CamScanner
3
.—
-—.
——.

-
Bi
Ea

HN

DARI kejauhan, samar-samar mata mereka bertemu dalam diam.


Tapi buru-buru saling menenggelamkan. Keduanya sadar, semua ini
sudah berakhir dan tidak ada yang bisa diulang kembali. Bukan hal
mudah, karena kenyataannya mereka berdua tidak memiliki perasaan
sebatas “teman.” Ada harapan lain, yang sekarang sudah terkubur
dalam-dalam.

“Yuk, pulang.” Seorang perempuan yang sudah lama Sam


tunggu, akhirnya muncul. Rasanya ini semua sama, tapi tetap saja
ada yang berbeda.

Sam menganggukkan kepala. Ia menegakkan posisinya, membiarkan


perempuan itu duduk di kursi belakang dan membentuk lingkaran erat
antara keduanya. Sedang Deo yang sedari tadi melihat pemandangan
Itu hanya menatap keduanya tajam.

“Makasih ya, Sam,” ucap Sandy ceria dengan memberikan


Senyum terindahnya pada Sam. “Kamu gak papa sama Deo? Aku
denger kalian...”

“Gua balik duluan ya.” Tanpa peduli, Sam memilih menghindar.

Dddrttttt... Beberapa menit setelah itu, handphone yang berada


pada saku Sandy bergetar. Ada satu pesan masuk di sana. “AAAAA...

bt (75

Scanned by CamScanner
AU
3 - 3
. . ..
1

3 SAM SMS GUEEEE.” Tiba-tiba teriakan kecil keluar dari NI


u

. 2. £ u
hat sarv nama dari pengirim pesan itu. Tya

saat meli

uv n

aa na
Guc gak papa. Lu baik-baik ya $
aman,
Sesingkat itu, sesederhana itu. Tapi sudah membuat hati Sandy
luluh. Walau di sisi lain, Sandy mengerti Sam sedang tidak baik-baik

saja. “MOMMYYY....”

ppob

Aku harap kamu bahagia, Sam. Perempuan itu meneguhkan hatinya.


pada mereka berdua

bus terlihat sepi dan


Bukannya dulu
dulu, sebelum
Tiba-tiba

Tidak sepantasnya ia seperti ini. Apa yang terjadi


adalah keputusan Haba. Sudah beberapa hari ini
kosong, bukan dengan penumpangnya tapi suasananya.
juga seperti ini? Mengapa terasa berbeda? Iya, tapi itu
Sam tiba-tiba masuk dan memandangi dirinya tanpa jeda.
berbicara padanya tanpa ia minta.

“Gak baik ngelamun.” Lelaki itu langsung mengagetkan Habs,


membuatnya menoleh ke sumber suara.

“Faj... rul” Timbul senyum tipis dari wajah Haba-

“Nyari Sam ya?” Tiba-tiba Fajrul menyebut nama


membuat Haba mati kutu. “Eh, aku ngasal kok- Kemaren kan
bilang dia temen bus kamu, jadi...” Habs

Sebelum Fajrul menjelaskan terlalu jauh, buru-bur"


mengalihkan pembicaraan. “Kok tumben naik bus,

Sukses

itu.

Rul?”
F6

Scanned by CamScanner
Pp”

«Kamu ngalihin pembicaraan ya?” Sayangnya Fajrul tidak cukup


bodoh untuk diakali.

“Please.”

“Seharusnya kamu nggak nyakitin hati kamu sendiri seperti ini.


Walau kamu nggak bisa membalas perasaannya, seenggaknya jangan
buat ia menyesal dengan perasaannya padamu.” Dan tiba-tiba saja
Fajrul memberikan nasihat. Seakan Haba sudah bercerita panjang
lebar. “Allah knows what best for you, Haba. Aku duluan ya.” Dan
Fajrul begitu saja berlalu meninggalkan Haba.

Haba terus berjalan. Di sini semua itu bermula, pertemanan


indahnya. Yang sekarang sudah terasa sia-sia. Di tangannya masih
ada tasbih yang sedari tadi ia mainkan. SubhanAllah wa bihamdi,
SubhanAllah wa bi hamdi.

la duduk di kursi yang sama, memandang bagian kosong di


sampingnya. Mengapa ini begitu menyakitkannya? Begitu membuatnya
kehilangan. Ini keinginanku, lantas untuk apa aku mencari?

Haba berjalan lagi, ia duduk di tangga masjid tak jauh dari


taman. Di sini, tempat di mana Sam menunggunya saat ia salat.
Haba masih ingat, betapa lucunya pemandangan itu. Sam dengan
telatennya merapikan sandal-sandal para jemaah. Beberapa orang
sempat berbincang dengan Sam, tapi tak ada seseorang pun yang
memojokkannya hanya karena ia bukan bagian dari jemaah masjid ini.

dkakak

“Nih” Sandy mengeluarkan kotak kecil berwarna hitam.

Sam tidak mengambil kotak itu, ia langsung memandang Sandy


dengan bingung.

bi 7

Scanned by CamScanner
| Hadiah dari aku.” Sandy semakin mend

ia memaksa Gam untuk menerima hadiah yang sudah


Gam perlahan mengambil kotak itu. “Harus dibuka sekarang?”
dengan anggukan. Ada kalung Rosario di
dan tidak terlalu kecil, sangat pas. Sam

dari kotak. Membawanya pada pandangan


kali ia memakai kalung Rosario

Tidak terlalu besar


tu keluar
terakhir

saat ia kelas 4 SD. Dan sekarang kalung itu sudah entah di mana,
mungkin sudah berkumpul pada sampah lautan. Emosi dan amaral

yang menyebabkan kalung itu terbuang sia-sia.


«Kita samaan lo. Aku pingin kamu selalu inget sama Yesus, aku

pengen hubungan kita selalu diberkati,” ucap Sandy dengan senyum


yang indah. Sebelumnya ia tidak pernah sedekat ini dengan Sam.
“Dipake dong. Apa, kamu nggak suka ya?" Saat itu JUgA suara Sandy
berubah lemas.

Cam kembali memandang Sandy, tidak ada jawaban sedikit pun


ga mulutnya. Tapi beberapa saat kemudian, Sam membawa kalung
itu melingkari lehernya. Seakan menjawab segala pertanyaan Sandy.
“Thanks.”

Sandy membalasnya dengan senyuman. I


Kam ja membuka hati padanya, tapi apa $2

Selagi ia mau berusaha, Sandy yakin suatu saa


luluh juga.

sana.
membawa kalung i

yang lekat. Seingatnya,

“Kalau kita ni , Tn Jing


bahagia deh di kan nanti, pasti aku bakal jadi cewek Pd
Sam tersenyum sarmnaf.
seng

“Kok 1 »
gitu?” Sa
Sam, ndy memasang wajah masam, saat melih#"

Scanned by CamScanner
Pr—

“Emang gua mau nikah sama elu? Geer banget,” ucap Sam datar.

“Boleh dong mimpi dulu? Masa iya, kamu nggak mau nikah
sama orang kayak aku?” Sandy tidak kehilangan percaya diri, ia
terus menggoda Sam.

“Putus cinta aja bunuh diri, udah minta dikawinin.”

“Yee, kalau sama kamu mah, segala bentuk masa depan juga
siap aku perjuangin. Kalau bisa disiapin dari sekarang biar mateng.”

“Dasar bocah. Yang ada gosong tu rencana kelamaan lu siapin.”

“Jagung bakar aja, kalau gosong enak.”

“Lu kira nikah segampang jagung bakar, dikipas dikit mateng?”


Sam tersenyum miring seraya menggelengkan kepala, ia geli melihat
sikap kekanak-kanakan yang ada pada Sandy. Tapi jujur saja, terkadang
sikap itu bisa menghibur hatinya. Membawa senyum tipis pada bibir
Sam.

“Eh, tunggu deh.” Sandy kembali membuka tasnya, ia mengeluarkan


gantungan clip berwarna merah yang sudah ia bentuk menjadi huruf
S. “Nih.” Sandy memberikan clip itu ke hadapan Sam.

“Apaan?” Lagi-lagi Sam tidak mengambilnya, ia kembali menatap


Sandy dengan datar.

“Ini clip.”

“Bocah juga paham kalau ini clip, buat apa?”

“Ini S-buat Sam, S buat Sandy. Aku bersyukur deh, kita punya
nama depan yang sama.”

“Pak Suratno juga depannya sama, nggak lu kasih beginian juga?”

“Ini spesial tau.”

“Oh.”

“Udah? Gitu doang?”

“Terus?”

1 n FP i E
Bis aa :

Scanned by CamScanner
“Hmm” Sandy hanya menarik napasnya dalam-dalam. Sedingin
apa pun Sam padanya, hatinya masih paten untuk Sam seorang,
“Sini tasnya.”

Sam melepas tas pada punggungnya dan memberikannya pada


Sandy. Ia tidak memikirkan apa yang akan dilakukan Sandy terhadap
tas itu.

“Nah, selesai deh.” Sekarang huruf S yang Sandy berikan sudah


menggantung menghiasi tas milik Sam. Menambah kesan warna pada
tas yang benar-benar hitam gelap itu. “Kita samaan lagi.” Sandy
menunjukkan gantungan yang sama, yang lebih dulu tergantung pada
tasnya, hanya saja gantungan ini berwarna pwrik, terlihat lebih feminin
pada tas selempang milik Sandy yang berwarna putih.

“Emang harus samaan?” Sam melihat gantungan itu datar.

“Makasih kek, bilang bagus kek, apa kek, cuek banget sih.”
Lagi-lagi Sandy terlihar cemberut.

“Iya, makasih.” Sam tersenyum tipis, sangat tipis sampai sampai


tidak terlihat kalau itu adalah sebuah senyuman.

“Gitu kan sweet, pasti lucu deh kalau anak kita nanti huruf
depannya S juga. Kira jadi triple $ gitu.” Sandy seperti tidak busa
berhenti tersenyum di hadapan Sam, banyak angan tentang Sam yang
sudah tersusun rapi di otaknya.

“Gak krearif.”

“Ih, cute kali.” Sandy tidak menyangkal jawaban Sam sebagai


penolakan atau semacamnya, ia malah sudah biasa mendapat sikap
dingin. “Aku beliin ice cream ya? Kamu tunggu sini, bentar aja kok.”
Sandy berdiri dari kursi taman, ia menghampiri tukang ice crea”'
yang berada tak jauh dari taman tempat keduanya duduk. |
MK Sam memandangi gantungan huruf S yang 0

ada senyum kecil yang tiba-tiba saja muncul. Enta

Scanned by CamScanner
|. gaum pertanda apa dan atas sebab apa. Dirinya malah berbalik
Sajandang Sandy yang sedang memilih ice cream. Dari |
sandy melambaikan tangannya lengkap dengan rang wa
bar Mungkin semua orang di taman itu me jika Sandy sedang
bahagia- Ia sangat bahagia di sini, bersama dengan Sam.

Sam membalas senyuman itu tipis. Yakin tidak yakin, percaya


atau tidak percaya, Sam mulai membuka sedikit pintu hatinya pada

gadis kelas 10 yang sejak pertama kali MOS mulai memperhatikan


dirinya. Yang selama istirahat selalu berada di kantin demi melihat

Sam dan gerombolannya. Yang setia menonton tim basket Sam dan
menjadi supporter paling riuh saat meneriakan nama “Sam”.

Sekilas, memori Sam malah berbalik pada hari di mana dirinya


baru masuk SMA di Bandung. Tiba-tiba saja perempuan yang masih
polos dengan seragam putih-biru tua dengan dandanan ala anak
MOS yang culun menghampiri Sam dan Andro. Dengan ragu, ia
memberikan surat berwarna pink dan bunga mawar merah sesuai
dengan peraturan akhir MOS. Padahal Sam yakin, jika ia bukanlah
bagian dari anak OSIS.

“Ya ampun Sam!” Tiba-tiba Sandy menghampiri Sam dengan


napas terengah-engah.

“Lu dikejar anjing?” Kedatangan Sandy membuyarkan ingatan Sam.

Sandy menggelengkan kepala dengan cepat. “Hari ini aku ada


les biola, minggu depan aku lomba. Pasti Mr. Ryan marah banget
deh sama aku. Tadi Momny telepon.”

“Masih kecil udah pikun. Ya udah pulang.” Sam berdiri dan


melangkah menjauh, kemudian terhenti ketika ia sadar jika Sandy
Sejak tadi belum berada di sampingnya. “Lu nggak balik?” Sam tidak

$ menghampiri Sandy, ia menolehkan pandangannya pada Sandy


Yang masih mematung.

tm”

Scanned by CamScanner
“Ice cream-nya gimana dong?” Sandy mengan ska
cream yang baru ia beli. ua

“Kasihin orang.”

Sandy membalasnya dengan anggukan, ia mulai Han


menyetarakan posisinya dengan Sam yang sudah beberapa L
di depan. Kemudian, pandangannya terpusat pada Pan
duduk membelakangi Sam dan Sandy. Ia sudah mendapat akal keade
siapa ice cream ini akan ia berikan.

Sandy mempercepat langkahnya mendahului Sam. Ia berdiri di


samping perempuan itu sambil memberikan ice cream rasa stroberi

buah ice

yang ada di tangannya. “Mau ice cream nggak?”

Perempuan itu menoleh, terlihat ada raut mengejutkan dari kedua

belah pihak. Mereka sama sekali tidak menyangka akan bertemu

lagi di sini.
“Lo mau ice cream? Tadi gue beli,
Sayang banget kalaunggak dimakan.” Sandy buru-buru

ra sumringa

tapi harus buru-buru pulang.


menyembunyikan
h dan ceria.

rasa terkejutnya, menggantinya dengan au


dengan kebingungan:

“Ehm..?” Haba masih memandang Sandy


Ia tidak tahu harus menerima atau menolak

«Lama amat sih?!” Tiba-tiba seorang lelaki yan


Sandy sudah berada di sampingnya, tepat di depan Haba:
ia tidak sadar dengan siapa Sandy menawarkan ice oren '

“Lu mau kan?” Sekali lagi Sandy menawarkan xe Ta ikut


Membuat Sam berbalik melihat lawan bicara Sandy: so sudah
terkejut. Haba kembali lagi, di sini, di hadapanny2- P kedua
berapa lama mereka tidak bertemu. Atau bisa dikataka"
sama-sama menghindar.

Begitupula dengan Haba yang masih t€


dengan kehadiran Sam. Lebih tepatnya, terkejut

ce cream itu.

g sejak tadi menungg”


Bahkan
tadi.

ju

cerke
adi"

ya ng-terang?
dengan

162

Scanned by CamScanner
bersama Sandy. Tapi buru-buru ia fokuskan pandangnnya pada”
. cream yang Sandy tawarkan. Perlahan tapi pasti, ia meraih ice
ai itu lembut. “Makasih ya, Sandy.” Senyum juga tidak lupa ia
tunjukkan sebagai bonus dari ucapan terima kasih.

Tidak ada kata apa-apa dari Sam atau Haba. Keduanya seperti
sidak mengenal satu sama lain. Ada perasaan rindu yang terobati dari
hati Sam. Tapi di sisi lain, seseorang yang sedang ia paksa kubur
dalam-dalam malah kembali muncul. Seakan membuka kembali rasa
yang sedang ia lupakan.

“Ya udah gue duluan ya, yuk Sam.” Sandy yakin ada keadaan
canggung di antara Sam dan Haba. Walau ia tahu Sam sekarang
berada di posisinya, tapi semua itu masih dalam proses. Dan jujur
saja, Sandy tidak ingin kehilangan kesempatan dari Sam.

Sam menjawabnya dengan anggukan, tapi badannya masih memaku.


Alasan ia berlalu adalah, tiba-tiba saja tangan Sandy melingkari
lengannya dan membawa tubuh Sam untuk menjauh dari magnet
yang sudah lama menarik dirinya untuk terus mendekat.

Haba hanya bisa menundukkan pandangan, tidak sanggup


melihat keduanya berlalu. Ada senyum kecil yang timbul di wajah
Haba, senyum yang belum jelas untuk kebahagiaan atau sebaliknya.
Tiba-tiba saja hatinya terasa tertampar dengan pandangan yang baru
saja muncul. Di sisi lain, ia senang bertemu dengan Sam, tapi jauh
di lubuk hatinya ada rasa sakit yang sulit ia jelaskan.

Keduanya sadar, jarak yang samar itu mulai ada, mulai


menampakkan diri dan kian menyayat perasaan. Perlahan menghapus
harapan yang memang mereka sembunyikan. Kedekatan Sam dan

|
andy, ditambah lagi hubungan antara Fajrul dan Haba, makin
membuat jarak itu semakin nyata.

3
“A4
—— aa

Scanned by CamScanner
LU sibuk gak?”

“Enggak nih.”

“Lu bisa tolongin gua?”

“Boleh boleh.”

“Tolong anterin Haba pulang, bisa? Gua lagi ada rapat BEM
dadakan, baru bisa balik malem banget. Abi lagi ke luar kota, jadi
nggak bisa jemput. Kasian malem-malem sendirian.”

“Ehm...”

“Gua bayarin makan deh.”

“Yailah Mas, tapi gua...”

“Sip, Thanks banget ya Sam. Adik ipar baik dah lu. Entar gua
SMS alamatnya.”

Kemudian telepon itu tertutup. Sam tidak tahu apa ini akan
baik-baik saja. Kenapa tadi gua nggak pura-pura sibuk aja ya?
Berbagai pikiran mulai muncul. Pertemuan terakhirnya dengan Haba
Sangat canggung di atas normal. Bahkan untuk sekadar menyapa
Saja mulutnya seakan bungkam. Tidak tahu bagaimana mengawali.
Sam tahu jika Umar adalah orang penting di BEM yang jelas

sangat sibuk, tapi ia menyempatkan waktu untuk menelepon


ad .
M hanya untuk meminta tolong.

Saja

185

Scanned by CamScanner
an ai!
u
:

Sandy Is Calling...

“Kamu di mana? Jadi nonton kan? Jangan telat! Bentar |


dgi

mulai nih.”
“Bawel.”
«Cepetan, aku bakal ma

“Emang bisa?”
“Ya... ya ya ya udah cepet ah.”

rah tujuh turunan sampe kamu telat”

“Good luck!”

Tut tut tut...


“Ma, Sam berangkat dulu.”
sepihak, ia tidak ing

' Sam memacu motornya setelah

menutup telepon secara in terlambat dan membuat

perempuan itu menunggu:

“PLEASE KASIH GUE OKSIGEN!!! SAM NYEMANGATIN


GUE!!” Mungkin beberapa jam yang lalu lebih dari
kata itu. Tapi jika itu dari Sam,
angat Sandy.
e arah kerumunan pen
berkaus putih ya"8
formal, taP'
dengan

lima puluh orang


memberinya kata- tampak sangat
berarti. Begitu menaikkan hormon sem

“Sam!!” Tiba-tiba Sandy berteriak k


om. Seorang lelaki
Tidak terlalu
woy! Lengkap

onton

yang mulai memasuki ballro


dilapisi jas hitam dengan bawahan jeans.
membuat kesan keren. KEREN BANGET

sebuket mawar merah yang sangat indah.

db ak ak

h
, 2 mei suda

dari ruang jam


» Malam?
bicara:

“Udah ditungguin lama-lama, malah ditinggal.”


dari satu jam yang lalu menunggu Haba keluar
memberhentikan langkah Haba. Siapa yang tidak kaget
begini, tiba-tiba saja ada orang yang mengajaknya bar

Scanned by CamScanner
p——

Dan yang lebih membuat Haba terkejut, lelaki itu adalah Sam,"
gam?” Haba menundukkan pandangan. Terakhir mereka bertemu,

Sar sedang bersama Sandy. Dan keduanya begitu canggung.

«Mas Umar nggak bisa jemput lu, dia ada rapat BEM.” Sam
berdiri dari posisi awalnya dan sekarang berada di samping Haba.
Membuat keduanya merasakan detak jantung yang kian cepat. Momen
ini sudah sangat lama tidak mereka rasakan. Terasa hilang begitu saja.
Haba membalasnya dengan anggukan. Sampai mata Haba tertuju

pada kalung Rosario yang begitu mencolok, karena sebelumnya ia


vidak pernah melihat kalung itu di leher Sam. Apa iya, Sam ingin
menunjukkan jati dirinya? Kalung itu seakan menampakkan betapa
berbedanya Sam dan Haba.

“Biasa aja kali liat kalungnya.” Sam sadar arah pandangan Haba.

“Ma-af..” Haba kembali tertunduk.

“Yuk pulang.” Kalimat itu rasanya sudah sangat lama tidak


terdengar masuk ke dalam telinga Haba.

“Kalau kamu nggak ingin, aku bisa pulang sendiri kok,” ucap
Haba perlahan. Haba tidak mau merepotkan Sam, ia yakin jika Sam
melakukan ini setengah hati. Setelah apa yang terjadi pada mereka,
Haba sadar keadaan tidak pernah kembali baik, bahkan semakin buruk.

“Segitunya,” jawab Sam datar, jelas saja ia melakukan semua ini

karena hatinya tidak bisa berbohong tentang perasaannya terhadap

Haba yang masih sama.

“Ma-af...”

“Maaf mulu,” Sam sekilas memandang Haba, ia sadar ada rasa


yang tidak bisa diberikan Sandy padanya. Rasa yang ia rasakan saat
dirinya bersama dengan Haba. “Lu apa kabar?”

“Baik... ka-mu?” Haba membalasnya singkat, rasanya begitu asing

ketika mereka kembali berbincang.

187 3

Scanned by CamScanner
Gam mengangguk. “Bagus dong.” Keadaan kembali hening,

sesuatu telah menghalangi mereka. “Fajrul gimana?”

“Ba-Baik. Sandy?”

“Fan.” Hanya tu yang mampu Sam ucapkan. Juyur Saja, ia tidak


ingin membecarakan ini. Tapi mulutnya kehilangan kemampuan man
mencari topik lain. Tiba-tiba saja pikirannya blarik space.

Selebuhnya keadaan kembali asing, tidak ada lagi yang merek,


becarakan. Terkadang keduanya saling mencuri pandang, atau bersamaan
memandang langit.

“Iu tau nggak yang romantis dari matahari sama bulan? Walau
mereka ada di langit yang sama, Tuhan nggak pernah mempertemukan
mereka. Tapi nggak ngurangin perasaan matahari ke bulan. Buktinya
matahari setia ngasih pantulan cahaya. Bikin bulan selalu dipuja oleh

pecinta malam. Keren ya?” Tiba-tiba Sam membuka pembicaraan.


Membuat mata mereka sama-sama bertemu dengan langit yang
berkelap-kelip.

) “Karena mencintai itu memberi, bukan meminta.” Haba masih


dengan pandangannya pada bintang. Sedang Sam yang lebih dulu
menyudahi pengamatannya sekarang bergantian memperhatikan Haba.

Tiba-tiba saja langkah Haba terhenti, ia sadar Sam mendadak diam.

“Ada apa?” Haba menoleh ke arah Sam yang masih berpandangan


lurus. Membuat Haba sama-sama mematung. “Sam...”

“Lu tau kan apa yang harus lu lakuin?” Mata mereka bertemu,
seakan memberi Isyarat apa yang harus Haba lakukan. |

“Tapi... ke mana?” Haba tahu ini bukan hal yang baik-baik 5


dan ini terjadi lagi.

“Irungan ketiga.... tiga” Sam memberi aba-aba, memerintah Hat


pergi menjauh.

Scanned by CamScanner
p—

| Walau sebenarnya Haba masih tidak mengerti, dirinya sudah


aenciut. Beberapa tetes keringat mulai jatuh. Sedang Sam tidak
menghiraukan, ia terus berjalan melewati segerombolan orang yang
udah berada di ujung jalan, cahaya lampu seakan menyorot mereka
dari kejauhan. Menambah kesan mengerikan, seperti pembunuh
berantai yang hendak mencari mangsa.
Sam tidak memedulikan jumlah mereka, pandangannya masih
| lurus. Sampai sebuah tangan menepak dadanya, membuat Sam tertahan
di satu titik empuk.

“Lu kira bisa lari gitu aja dari kita? Lu lupa apa yang udah |
lu lakuin?” Salah seorang yang sedari tadi memegang kayu mulai |
berbicara, mengundang senyum miring dari Sam. |

“Mau gua bikin malu lagi?” Sam tidak pernah mundur dalam aksi |
perkelahian, ia mulai sadar jika preman-preman ini adalah laki-laki |
gontai yang ia pukul saat di bus. |

Lelaki yang menahan langkah Sam, berdehem paksa. “Kemaren


lu menang, karena kita lagi mabok. Sekarang? Jangan harap!”

“Gak malu beraninya keroyokan?” Sam sedikit mengadah,

memandang laki-laki yang sekarang berada tepat di hadapannya.

“Nyari mati ya lu?”

Segerombolan preman itu sempat berpandangan, menaikkan kepala


dan bergantian memandang Sam.

BHHUUUKKKK!!! Sam memulai perkelahian terlebih dahulu,


ia memukul lelaki yang tadi menahan dirinya. Lelaki yang saat itu
berani menyentuh Haba, walau itu hanyalah lengan baju.

“Sialan ya lu! Udah abisin aja!”

Aksi pukul mulai terlihat jelas. Delapan lawan satu, memang


bukan hal yang mudah, tapi Sam tidak patah semangat. Berkali-
kali badannya ditahan secara paksa. Beberapa pukulan mendarat

3 2

Scanned by CamScanner
0 edan kepalanya: Tak Par kayu itu membentur
peru bunyi BHUUUKKKK! yang dalam |
: hanya bisa bersembunyi mes f

yang mendapat pukulan bertubi-tubi tanpa


karena kalah jumlah. Entah sudah berapa kali e
: berdiri. Mengundang tawa kemenangan

an makanya!!!”

, Ha?! Jangan sok jago


lebam tercetak di wajahnya.

“Bisa apa lu:


tai, beberapa

Langkah Sam mulai gon


ika ia kalah berkelahi.

bukan prinsip Sam ji


h berani berdiri!”

“Hebat juga ya lu, masi


masih kuat mendaratkan pukulan,

BHUUUKKKK!! Tangan Sam


ya tersungkur dan kesakitan.

menemukan keberadaan

Tapi

bahkan membuat lawann


“Lu ngapain di sini?” Tiba-tiba satu suara

Haba.

Haba tidak berani menole


Badannya sudah dingin ketakutan.

“Lu kenapa sih? Ini gua Andro, lu inget

“To-tolongin Sam, di-dia di-di-gebukin.


penjelasan Andro segera berdiri dan menunju

sHa?!!” Andro sontak terkejut dan memandang lurus ke arah


Sa Haba. Tanpa pikir panjang, Andro berlari ke arah TKP. Ia
lihat benar ini bukan perkelahian yang sebanding. Sam benar-benar
patut diacungkan jempol karena masih bertahan.

h,ia semakin menyembunyikan wajahnya.

gak? Gua temennya Sam.”


» Haba yang mendengar

k tempat kejadian.

g sedari
ai an Hah Ane menarik salah satu preman yan

yang eman-temannya bu nakan pukulan demi pukulan


“Mau ikut campur La pada tubuh yang mulai lemah itu.

?!!” salah satu preman menghujani Andro

dengan pandangan tajam.

go

Scanned by CamScanner
Pr

pHUUUKKKK!!! Tonjokan itu langsung mendarat pada wajah


yang belum menyelesaikan tatapannya. Membuat aksi pukul

aa diuh dan menegangkan.

sam dan Andro sama-sama terjatuh karena lagi-lagi kalah juml h.

ulu ngapain sih?!” Sam yang pandangannya mulai kabur, masih jelas
melihat kedatangan Andro.

“Kalau lu bonyok, gua juga bonyok. AYO!!” Tanpa aba-aba,


keduanya berdiri bersamaan dan melanjutkan perkelahian.

apakah

“Sam mana?” Sandy sadar jika lelaki itu bukanlah Sam.

Ketiganya sama-sama mengedikkan bahu, mereka saling


berpandangan penuh tanda tanya.

“Jemput deh! Kalau dia kenapa-napa gimana? Bentar lagi mulai


nih, gue nggak mau kalau dia belum di sini.”

“Mending lu prepare dulu, percuma ngarepin dia.” Deo mencoba


menenangkan Sandy.

“Gak, gue mau Sam di sini. Titik!” Sandy melipatkan kedua


tangannya di dada. “Please, cariin Sam.” Kemudian bergantian
berpandang penuh harap, membuat ketiganya menyerah dan segera
keluar dari ballroom.

“Tadi Sam bilang mau ke sekolah dulu,” jawab Sindy saat ditanyai
Oleh Dafa. “Kalian nggak mau masuk? Biar Tante yang telepon Sam.”
Dag usah Tante, kita langsung ke sana aja. Malam Tante.”

pamit dan lebih dulu mencium punggung Sindy lembut. Diikuti


“ata temannya yang segera melangkah menjauh.

Gila ya tu orang, udah tau Sandy nungguin dia!”

opakak

il aa

Scanned by CamScanner

“wWOY!! KEROYOKAN YA LU!” Dafa, Deo, dan Febri

setelah mata mereka jelas melihat siapa aktor dari psi datang

Na hian di
ujung jalan yang sepi itu.

Walau hubungan mereka sedang tidak baik, tetap saja ini ada,
h

“Sam, Ndro, lu gak papa?!” Febri segera menghampiri Ta


Andro yang sudah lebih dulu babak belur. 1

Sam memberikan jempolnya. Ia meringis, memberikan Senyum

pengeroyokan. Bukan perkelahian jantan antar-lelaki.

seakan ia baik-baik saja, sekaligus menahan sakit yang lebih dulu


ia rasakan.

Kelimanya terlibat pertempuran liar yang luar biasa.

“Kak Kak, tolong Kak. Di sana ada yang berantem.” Haba kembali
menuju sekolah dan memberhentikan Ali yang baru saja menaiki motor,
kebetulan ia dan Haba sama-sama aktif dalam keanggotan rohis,

“Bahaya banget! Kamu jangan ke mana-mana. Aku ke sana!”


Ali segera berlari memasuki medan, ia semakin terkejut ada kelima
sahabatnya yang sudah lebih dulu di sana.

“Li bantuin li, singkirin ni kampret dari badan gua!!” Dafa yang
badannya sedang tertindih oleh lawan, lebih dulu melihat kedatangan
Ali.

Tinjuan, tendangan, semua menyatu tanpa ada wasit. Bahkan

semuanya merasakan lebam dan pukulan.

“SIALAN LU!!!” Tiba-tiba lawan yang sedang berhadapan dengan


Deo mengarahkan pisau ke arahnya, tapi buru-buru Sam mendorong
Deo ke tanah, menyebabkan tusukan itu salah sasaran, mendarat mulus
tepat di bagian kanan perut Sam. Parahnya lagi, lawan itu saka

tidak puas dengan satu tikaman, beberapa kali pisau itu AA


pa suara Ge

dalam menusuk perut Sam. Menyebabkan jeritan tan


mulut korban.

Scanned by CamScanner
7 arena
' 8 BEP mrk"
TE Lara
al 5?
Da 2
GA ba
Pt
ey
wi 3 IA
Bh

ssAAMMM!!!” Teriakan itu muncul dari Deo yang secara.


gan melihat aksi tikam itu. Membuat semua orang di

terang-terani
uran memusatkan perhatian pada arah suara.
medan pertemP

Ali segera mendorong lawannya dan berlari ke arah Sam yang


udah tersungkur lemas di tanah, cairan merah mulai mengalir deras
dari arah tusukan. Membuat pandangan Sam semakin kabur.

“PARAH LU! KENAPA PAKE PISAU?! BISA DIPENJARA


KITA!” Salah satu preman sadar bahwa aksi tadi tidak termasuk
dalam rencana.

“CABUT CABUT!!” Seketika medan itu berubah hening, preman


yang jumlahnya hampir dua kali dari pasukan Sam itu segera kabur,
menghindari segala hal buruk yang bisa menimpa mereka karena aksi
nekat dari salah satu tim.

“BANCI LU!! BISANYA PAKE SENJATA! BLEGUK!!” Febri


langsung memberikan ancaman. Sedang Dafa, Ali, Deo, dan Andro
sudah melingkari Sam.

“Li, lu ke rumah Sam, kabarin Tante sekarang! Daf, panggil


ambulan cepet!” Andro segera memberi arahan pada yang lain, ia
sadar ini bukan hal yang baik-baik saja.

“Nih ambil motor gua!” Andro melemparkan kunci motornya


pada Dafa. Keduanya segera berlalu dengan motor milik Andro, motor
yang paling dekat dari tempat kejadian.

Dari kejauhan, perempuan yang sedari tadi hanya bisa menonton


medan perang, semakin deras air matanya. Ia melihat jelas Sam yang
ditusuk bertubi-tubi. Haba segera keluar dan berlari mendekati Sam
yang sudah lemas di tanah, tangannya masih menahan perutnya yang
Ba la tahu Sam sedang dalam keadaan sakit yang luar biasa.

aba semakin lemas, tangannya bergetar. Seketika badannya

2
Li
| | ana
& : “— ia

Scanned by CamScanner
jatuh berlutut di samping Sam. Hatinya tambah terluka meli
ki iru.
Ld staghfirullah, kamu berdarah...” Haba membayang -hayang
tangannya di atas perut Sam. Baju putih yang Sam kenakan Sudah
berubah, senada dengan darah yang keluar dengan derasnya. Berbagai
kemungkinan buruk mulai bergelayutan. Ia khawatir tusukan itu akan
merenggut nyawa Sam yang semakin kehilangan kesadaran.
“Ha-ba.... Lu gak papa kan?” Sam perlahan membuka mata.
“Kamu yang kenapa-napa Sam.” Haba tidak bisa menahan air
matanya untuk keluar, ia seakan ikut merasakan sakit yang dialam
oleh Sam.
“Yang penting lu gak papa.” Sesekali ia meringis, tak kuat menahan
bagian perutnya yang baru saja dimasuki benda tajam, mungkin sudah
berhasil merobek kulit bagian dalam dan melukai organ tubuhnya.

“Tahan Sam, bentar lagi ambulans dateng. Lu pasti kuat!'” Mata

Andro mulai berkaca-kaca, ada sakit yang luar biasa saat ia melihat
temannya yang tidak berdaya.

“Nd-ro, Tolong anterin Ha-ba pulang, nggak ba-ik dia malem-

encoba berbicara, dalam keadaannya yang


a masih mengkhawatirkan Haba.
Sam, harusnya nggak gini.”

malem di luar gini,” Sam m


luar biasa bahaya, i
“Maafin aku

“Eng-gak. Lu harus balik 2


, gua gak . Ketusuk dikit doang
kok. Ndro, tolong.. E Papa. Kerasu

” Sam mencekeram ta ngan Andro semakin kencang.

Kal ngguhan dalam permintaannya.

Fo £

lu khawar: Buk cepat. “Ayo Ba! Mending lu balik. Entar ab'


"Sam biar Febri yang

urus.”

“Biar
Sam. Ali

Bua aj ,
Kam Da ATter Haba pulang, hu mending disini ceres
fa paling bentar lagi dateng,”

tag

Hm 4
Scanned by CamScanner
Andro kembali mengangguk mantap. Tatapannya kembali i
Gam yang berkali-kali meringis, menahan sakir 1 pada
—. “Ha-ba..” Sam menarik tangan Haba yang masih
untuk meninggalkan Sam. Haba memandangnya lirih. In
terjadi lagi, bahkan lebih parah. “Ma-afin gua ya...
Sam masih bersinar di wajahnya, ia tidak ingin
“ANJIR, ALI LAMA BANGET!”
Mereka tidak bisa berbuat apa-apa,
terpakir jauh dari TKP.

“Thanks ya...” Sam mencoba membuka matanya perlahan,


melihat ke arah dua temannya yang sama buruknya. Lebam ada
di mana-mana. “Makasih ya dedek gua... maafin gua, karena gua
ngerebut Sandy dari lu. Suatu saat pasti lu ngerti.” Sam memandang
Deo kabur-kaburan.

“LU TUH BEGO BANGET! TOLOL! GOBLOK! HARUSNYA


LU NGGAK NGEDORONG GUA! HARUSNYA GUA YANG
DITUSUK!” Deo tak kuasa, badannya ikut jatuh di dada Sam. Air

mata penyesalan keluar begitu saja.

setengah hari
i benar-benar
” Tampak senyum
Haba khawatir.

Deo mulai geram menunggu.

karena motor keduanya yang

Sam membalasnya dengan senyuman tipis, kemudian perlahan ia


menutup matanya. Rasa sakitnya memasuki puncak rasa. Memaksanya
untuk merebahkan kesadarannya lebih jauh lagi. Entah ke mana
Iwanya mulai membawanya 1

“SAM SADAR, SIM SAMA BANGUN!! SAM! SAM! LO


PASTI KUAT!” i

Teriakan itu kabur-kaburan ditelinga Sam, dan perlahan ian


Pergi dan berubah sunyi. Tidak ada yang bisa ia rasakan, yaa
tusukan yang kian menyakitkan bagai hilang diselan edan
“Perti terombang ambing pergi ke tempat yang begitu asing,

Cengan penglihatannya yang kian gelap gulita...

19 2

Scanned by CamScanner
SAM masih pulas dengan alat kardiograf yang belum juga stabil,
bahkan pernapasannya terpaksa dibantu dengan tabung oksigen. Dari

ruangan kaca, Dafa, Andro, Ali, Deo, dan Febri hanya bisa melihat
keadaan Sam yang kian memburuk. Luka di sekujur tubuhnya dan
lbam yang memenuhi wajahnya kian menimbulkan kekhawatiran.
Mereka masih menunggu informasi dari dokter yang masih setia
berada di ruangan bersama beberapa suster lengkap dengan alat-alat
rumah sakit yang tidak mereka ketahui nama apalagi fungsinya. Yang
jelas, makin membuat keadaan semakin mengerikan.

“Sam gimana, Dok?” Sindy datang, bersamaan dengan pintu


'uangan Sam yang baru beberapa detik terbuka.

“Temen kita gimana, Dok?”


dan Deo. Ali dan Andro yang ha
Pagu Mamanya Tap 3

» TAPI dia masih mam

Mo :
hon doa kalian buat $
engan name tag

Seruan itu muncul dari dari Febri


mpir saja terlelap segera terbangun.
aya salut sama dia, tusukannya cukup
pu bertahan selama beberapa jam. Saya
am. Dia sangat butuh kalian.” Dokter

fa “Samuel” di jas putihnya lebih dulu menghampiri

L 197

Scanned by CamScanner
“Ibu, orangtua dari Sam?” Sekarang lelaki itu bergantian

memandang Sindy.
“Iya Dok, bagaimana
kan?” Sindy terlihat panik.

“Kalau begitu saya memint


» Dokter itu berlalu, diikuti dengan Sindy yang

langsung mengikuti dari belakang. Sekarang tinggal Andro dan

teman-temannya yang masih setia berada di luar.

«AM MANA?! DIA GIMANA?!” Lagi-lagi suara perempuan


yang baru saja tampil di ballroom segera

dengar kabar dari Deo.

dengan anak saya? Dia baik-baik saja

a waktu Anda untuk berbicara di

ruangan saya, mari...

memecah keheningan, Sandy


at menuju rumah sakit setelah men
ia hanya meluruskan pandangannya

a lelaki yang masih terbaring

meluncur cep
Andro tidak menjawab apa-apa,
pada ruangan tepat di hadapannya. Ad

lemas di sana.
“KENAPA DIEM AJA?! LO SEMUA NGGAK BISU KAN?!

NGGAK TULI KAN?!” Suara Sandy kian serak, air mata mulai jatuh
membasahi wajahnya yang masih cantik dengan make up.

“Udah Dy. Lu harusnya istirahat. Ini udah malem. Lu mending


balik” Deo mendekati Sandy yang setia memandang Sam. Bibirnya
bergerak tanpa mengeluarkan suara, tapi jelas apa maksudnya. Bang"
Sam, aku butuh kamu.

“LO NYURUH GUE BALIK? SAM BELUM SADAR DAR!


2 JAM YANG LALU DAN LO NYURUH GUE BALIK?!”
Tangisan Sandy lagi-lagi meledak, kemudian ia jatuh ke dalam pelukan
Deo. Ta sangat khawatir dengan keadaan Sam.

, da ik ya, Iu pasti capek. Besok lu bisa ke sini lagi. Gina!


gejagain Sam, kalau lu aja maksain kesehatan lu sendiri?

Deo masih menenangka


n Sand . : , . ca andy
menangisi Sam. ys padahal hatinya sakit melihat
«Tapi Gue "
.2" Sandy menegakkan pandangan dan menatap Deo lirih.

PN pasti lebih khawatir kalau lu sakit gara-gara nggak istirahat


Ke nungguin dia. Kita pulang sekarang. Oke?” Kali ini Deo berhasil
keduanya pulang terlebih dahulu. Meninggalkan
ri, dan Andro. Sedang Ali sejak tadi sudah izin untuk ke

bu
meluluhkan Sandy,

Dafa, Feb
masjid melakukan ritual kesehariannya.

“Udah, kalian kan besok sekolah, pasti capek semaleman nungguin


sam. Orangtua kalian pasti lebih khawatir. Biar Tante yang jagain
Gam di sini. Makasih ya kalian mau nemenin Sam. Tante gak tau
gimana keadaan Sam kalau nggak ada kalian.” Sindy yang baru saja
meninggalkan gereja, melihat Andro dan Ali yang masih menolak
kantuk. Febri dan Dafa lebih dulu berpamitan.

“Kita di sini juga gak papa kok, Tan,” ucap Ali mantap. Andro
mengangguk dari tempatnya, menyetujui Ali.

“liat deh, kalian jadi kusut gitu. Malu tau kalau cewek-cewek
ngeliat muka kalian yang otw turun tingkat gini. Mana biru-biru
gitu. Sam pasti kuat kok.” Sindy duduk di samping Ali dan Andro.
la lihat persahabatan yang amat kental di antara mereka.

“Masih cakep kok, Tante.” Andro yang kali ini berbicara,


mengundang tawa kecil dari ketiganya.

“Kalian tuh ya sama aja, pede-nya di atas normal.”

sok

Ba, ada yang nyari kamu tuh.” Annisa menyenggol lengan Haba.
Ada seorang perempuan yang menunggu Haba sejak setengah jam
an :

8 lalu. Ia sangat cantik dengan rambut yang diikat kuncir kuda,

dr
ss berwarna peach menambah kesan anggun pada dirinya. Ada

ka .

Scanned by CamScanner

ggak bisa, gue khawatir. Kalau dia keniapa-durudi


kalung salib keperakan yang begitu mencolok dari segi Penampilan
perempuan itu.

“Jadi kamu Haba ya?” Keduanya sudah berada di Jazz Merah


milik perempuan itu, yang tak lain adalah Sindy.

“Iya Tante.” Haba menjawab itu pelan dan sangat lembut.

“Tante gak tau harus mulai dari mana. Sejak kenal kamu, Sar
jadi berubah. Hampir tujuh tahun Tante jadi bagian dari keluarga
Baskoro, tapi baru beberapa bulan ini Tante bisa masuk di kehidupan
Sam. Itu semua karena kamu, Tante makasih banget.” Sindy sengaja
menjemput Haba untuk membawanya ke rumah sakit.

“Enggak Tante. Itu semua pilihan Sam. Haba yakin kok Sam

“itu laki-laki yang baik, baik banget malah.”

“Kamu itu angel banget ya, pantes Sam klepek-klepek sama kamu.
Kasih Tante rahasianya dong?” Sindy tersenyum kecil ke arah Haba.

“Tante bisa aja. Ehm... Sam gimana Tante?” Haba menoleh


pada Sindy.

“Sam sempat koma selama dua hari. Memar dan tusukan itu,
Tante jadi serem banget. Tapi puji Tuhan, kemarin pagi Sam bangun.
Dan Tante rasa, kamu harus nemuin Sam.”

“Astaghfirullah Sam, maafin Haba Tante. Harusnya malam itu


Sam nggak anterin Haba pulang.”

“It's okay, Dear. Ini bukan salah kamu, Sayang. Kamu gak pape
kan Tante culik bentar?”

Haba membalasnya dengan anggukan, ada senyum tipis yang

merekah dari bibirnya.

Sk akak

Scanned by CamScanner
Bangunan ini sama dengan tempat Sandy dirawat. Terlihat! Hk Ta

begitu asing lagi bagi Haba. Namun, mampu membawanya pada“ "M

ngan saat Sarn terang-terangan berpelukan hangat dengan Sandy.

Membuatnya mematung dan kaku untuk berkata-kata, menimbulkan


bagian dada.

sMOMMMYYYY....” Chris lebih dulu berlari ke arah Tante Sindy.

“Christina my angel, sweet heart. Loh Papah udah nyampe?”


rga kecil itu membentuk lingkaran kecil yang hangat. Baskoro

Kelua
mengecup kening Sindy, kemudian keduanya bersamaan memeluk

Chris. Memamerkan betapa bahagianya keluarga ini.

“UJdah kek, nggak kasian apa aku di kasur mulu gini?” Sam
yang masih duduk di kasur berusaha mengalihkan pandangan. Suapan
demi suapan buah melon masuk secara ogah-ogahan.

“Ah jagoan, Papah! Kalah ya? Gimana sih? Jurusnya kurang


mantep?” Kemudian disusul oleh ketiganya yang memeluk Sam secara
bersamaan, sungguh manis.

“Ah apaan sih, malu ah dipeluk-peluk.” Sam sedikit menggeram,


tapi tidak menolak pelukan itu. Ia malah terlihat diam-diam menikmati
suasana yang sejak lama hilang dari hidupnya. Sampai matanya
berhenti pada seseorang yang berdiri di belakang Sindy.

Ada Haba sedang melambaikan tangan. Senyum begitu indah


bersinar di wajahnya, mulutnya berkata tanpa mengeluarkan suara.
Tidak ingin menghancurkan momen yang begitu membahagiakan
mi, Hai?

“Oh iya, ada orang spesial yang Mamah mau temuin sama
kamu,” Sindy menghampiri Haba, tangannya melingkari lengan Haba
lembut Membawanya lebih dekat dengan keluarga itu.

“Widih, pinter bener Sam nyari bidadari,” kata Baskoro yang

m
Cngundang senggolan maut dari Sindy.

Scanned by CamScanner
ne

“Kebetulan kuta

Aa. mengangguk sambil tersenyum. Tetapi mata Haba masih

. 111 saia ia sedikit takut. Bukan dengan penampilan hidangan,


ragu, jujur saja k. Tapi ia tidak yakin dengan status halalnya,

ingat keluarga Sam adalah keluarga Christian. Walau ia mencoba


mengin

menutup-nutupi, tapi Haba tidak pandai dalam hal ini. Hampir seluruh
orang di ruangan mampu membaca mimik wajahnya.

“Ini halal kok, Om pesen ini di restoran temen Om. Dia orang
Muslim, dan sangat taat. Om kagum sekali loh dengan Kabah, orang-
orang Muslim begitu taat. Seperti ada magnet yang menarik mereka
untuk teratur dalam melakukan putaran demi putaran.” Baskoro yang
lebih dulu membuka pembicaraan. Tidak ada sedikit pun ia tersinggung
dengan sikap Haba. Ia malah geli dengan kepolosan Haba.

“Terima kasih Om.” Haba tersenyum sekaligus merasa tidak enak

hati. Sungguh keluarga yang hangat. Haba bahkan heran mengapa


Sam sempat membenci keluarga kecil ini.

“Kok kita Pt |
kondian Hana Pah?” Chris terlihat kebingungan melihat

an sunyi. M .
Hari ini kita doan embuat Haba kembali mematung.

ya di dalam hari " :


lembut m hati ya, Sayang,” ucap Sindy
| sambil Mengusap rambut Ch

mau makan siang bareng, kita sama-sama 2

karena semua terlihat ena

ris. Keluarga mereka memang

? Toh Tuhan ih tapi apa salahnya jika hari ini berdoa


Masih bi

kayak keluarga ya. sa mendengar rasa syukur mereka.

Ucapan Chrig m “Seru deh kalau Chris punya kakak

embuat Sa
a 1 M tersedak, mencetak tawa
Minta ke ag dan Baskoro,

“Kita

? & 18 Sam d
Oi Detik kec ag DUAL jadiin Kak Haba- kakakar
Ea Metingis Mma . il di telin . . .
Ni Ma ke arah $ 83 Chris. Membuat gadis 1

Scanned by CamScanner
«Masa harus Chris yang ngode kamu biar paham, Sam? Berangeen: "
mah ago, ngambil hati cewek ciut begitu. Sayang banget keahlian Papah
pggak turun ke kamu aa Baskoro ikut-ikutan memojokkan Sam.

«Iya, entar Sam nikahin dulu.” Sam keceplosan, dirinya mendadak


king dan mukanya jadi tidak keruan. Aduh, kok gua bego banget.
Makin menciptakan tawa geli dari orang-orang di sekitar Sam. Sedang
Haba hanya bisa tertunduk menahan malu, ia sadar pipinya mulai
memanas dan jantungnya berdetak kian cepat.

Baru kali ini ada perempuan yang duduk bersama dengan Sam di
meja makan selain Sindy dan Chris. Kelimanya begitu dekat, seperti
sudah mengenal satu sama lain. Sam berkali-kali mencuri pandangan
ke arah Haba. Memperhatikannya berbicara, sesekali ia tertawa samar
melihat kepolosan Haba, atau ikut tersenyum ketika melihat senyuman
cantik dari bibir Haba. Perasaan itu kian timbul kembali dalam hati
Sam. Menggejolak di dalam dada.

“Lu cewek pertama yang duduk di meja makan bareng Papah.”


Sam berbicara tanpa memandang Haba.

“Oh... Em maaf ya masalah malem itu. Kamu jadi.”

“Gak papa, santai aja. Lu kok bisa mau ke sini?”

“Tante Sindy yang jemput. Katanya kamu nanyain aku waktu


Pertama kali kamu bangun dari koma.” Keduanya berhenti pada jendela
kaca besar. Mata mereka bertemu dengan pemandangan taman yang
basah terguyur air hujan. Embunnya terasa masuk mengenai kulit,
akan membawa pesan sunyi pada keduanya.

“Ck... Tante Sindy nggak bisa jaga rahasia banget.” Sam kemudian
mengalihkan wajahnya, menghindari Haba dari ekspresi mukanya

Scanned by CamScanner
"3

“Kamu tau nggak yang romantis dari hujan? Walaupun dia udap
jatuh berkali-kali, tapi dia nggak pernah jera untuk kembali. iru dari
endlesend.” Kemudian Haba tersenyum tipis.

“Haba...”

“Iya Sam?”

“Panggil gua Sammy dong, gua kangen.” Sam lekat

wajah Haba. Ada rasa yang selama ini ia rindukan.


“.. Sammy?”

memandang

Senyum tipis mengemban di wajah Sam. “Maafin gua, waktu itu


gua ngebentak-bentak lu, gua juga nggak sopan sama ummi lu. Gua
salah banget. Lu marah ya sama gua?”

“Engga kok. Aku yang...”

“Haba...”

Scanned by CamScanner
dan kesucian Kabah. Bahkan gua juga kagum sama Arab Saudi yang”
sangat menjaga syariat Islam. Padahal kalau mereka mau, bisa aja “
kan Mekah dibuka untuk umum sebagai pariwisata dan tambahan
devisa negara.

“Walaupun pada akhirnya gua cuman bisa liat Kabah dari


Youtube dan saluran TV Islam, tapi gua kagum banget sama Kabah

yang dibangun Nabi Ibrahim a.s. Bahkan bentuknya pun langsung di


dapatkan dari wahyu Allah melalui awan-awan di langit.

“Allah juga berfirman agar Ibrahim a.s. mendatangkan batu-batuan


buat bangunan Kabah dari lima gunung. Gunung Thursina, Gunung
Thurzita, Gunung Labanan, Gunung Joudi, Gunung Hira. Setiap sudut
dinding Kabah memiliki nama. Rukun Iragi sudut yang menghadap
Irak, Rukun Syami sudut yang menghadap ke Suriah, Rukun Yamani
sudut yang menghadap ke Yaman, dan Rukun Aswad sudut yang di
dalamnya terdapat Hajar Aswad.

“Selain itu, Kabah memiliki bagian utama. Pintu Kabah dan


Multazam tempat yang diyakini mustajab dalam berdoa. Hijir Ismail,
diyakini sebagai makam Nabi Ismail a.s., dan Hajar Aswad batu hitam
yang diyakini sebagai batu dari surga yang diberikan langsung oleh
Jibril. Bahkan saat jaman Nabi Muhammad sempat terjadi perselisihan
kaum Ouraisy, siapa yang pantas untuk memindahkan Hajar Aswad
Saat Tenoyasi. Sampai akhirnya Nabi Muhammad meminta keempat
suku untuk mengangkat Hajar Aswad secara bersama dengan
menggunakan secarik kain.

“Dari arah lurus pintu masuk Kabah terdapat mihrab, tempat


Rasulullah saw. pernah salat. Di sebelah kanan dalam Kabah terdapat
rangga menuju atap. Tangga ini memiliki pintu yang bernama pintu

Taubat. Atap Kabah serta dinding bagian atas Kabah ditutupi Kiswah

1 tai
3 4 3 '
Pt 2
» t pa aa
b » Pada
5 at
5

Scanned by CamScanner
(kelambu) yang terbuat dari kain sutera berwarna hijau serta
oleh pintalan emas tertulis, dihiagi
“La illahaillallahu Muhammadur Rasulullahi, ker

Ali Imran: 96, al-Bagarah: 144, dan disambung dengan kalimar v


a

Hannan, Ya Mannan, dan Ya Dza al-Jalal wa al-

“Bangunan ini mulia banget, bahkan menjadi pusat dunia. Gua |


juga tau pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah aja Sampe gak
bisa buat ngehancurin, karena Allah secara langsung ngedatengin
burung ababil yang membawa batu api neraka untuk membinasakan
mereka. Dan saat itu, Abrahah meninggal.

Ikram,

“Gak di situ aja, peristiwa air zam-zam dari cerita Ismail dan Siti
Hajar juga. Bahkan sampai Nabi

Muhammad yang mendapat wahyu


atas Kabah

sebagai kiblat salat. Sungguh Kami melihat mukamu


menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkan kamu
ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil
Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke
arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang yang diberi Al Kitab memang
mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar
dari Tuhannya: dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang

mereka kerjakan. (OS. Al-Bagarah: 144).


“Nabi

Muhammad adalah orang terkemuka di dunia bahkan


mencapai surga. Gua percaya betapa istimewanya beliau melalui umat
Islam. Gua percaya cinta bisa timbul tanpa pernah melihat rupa,
lewat Nabi Muhammad. Umat Islam belum secara langsung bertemu, |
tapi kecintaan mereka luar biasa. Bahkan mendapatkan syafaat Nabi
Muhammad adalah suatu hal yang selalu diinginkan. Iya kan?” |
Haba lekat mendengar tiap kata yang Sam jelaskan. Matanya |
semakin basah mendengar betapa agungnya Allah menciptakan wa

Betapa indahnya Allah merencanakan semua ini, membuat perbedaan


begitu tidak berarti di antara keduanya.

206

Manda bhn mia

Scanned by CamScanner
Fr "52
| Gua sangat cinta dengan tiap ayat dari surah Al-Kahfi, Gua “3
sk bisa baca ayatnya, tapi salah satu orang Palestina pernah “
membacakan itu buat gua. Katanya sebagai hadiah ulang tahun
ma waktu gua di sana. Lu percaya nggak gua hafal arti dari surah
AlKahf?” Sam memalingkan pandangannya pada Haba yang sejak
vadi sibuk menghapus tiap tetes air mata yang jatuh.
“In the name of Allah, the Most Gracious, The Most Merciful
“JAII) praise is (due) to Allah, who has sent down upon His
Seruant the Book and has not made therein any deviance.
“IHe has made it) straight, to warn of severe punishment from
Him and to give good tidings to the believers who do righteous deeds
that they will have a good reward
“In which they will rernain forever
“And to warn those who say, 'Allah has taken a son.
“They have no knowledge of it, nor had their fathers. Grave is
the word that cornes out of their mouths, they speak not except a lie...
“Say, “If the sea were ink for (writing) the words of my Lord, the
sea would be exhausted before the words of my Lord were exhausted,
even if We brought the like of it as a supplement."
"Say, Tam only a man like you, to whom has been revealed
that your god is one God. So whoever would hope for the meeting
With his Lord - let him do righteous work and not associate in the
Worship of his Lord anyone.”
Sam menyelesaikan bacaannya dengan senyuman. “Gua belajar
tu lama banget, ya walaupun nggak bisa baca ayatnya. Jadi, gua
hafalin artinya dalam bahasa Inggris.”
dri Gn mata Haba semakin deras, ia melihat sosok malaikat dalam
“ebi Surah Al-Kahf, surah favoritnya. Bahkan ia menambahkan
Yang hafal surah Al-Kahfi” sebagai list calon suami idaman. Dan

ik “4

Scanned by CamScanner
lelaki yang berada di sampingnya telah memenuhi Syarat itu,

menghafal lebih dari dua puluh ayat saja Haba sudah mang !
Sam tidak menyadari betapa deras tangisan itu na "ed :

karena sudah buru-buru dihapus saat Sam memberhentikan Ai Haba,


“Haba...” nya,
“Ya Sammy?”

“Lu mau kan jadi temen surga gua lagi?” Sam memandan, Ha
8 Haba

nya. Bahkan, ia harus


mengumpulkan banyak mental untuk mengatakan hal ini. Keheningan

muncul antara keduanya. Hanya deru hujan yang mengisi dan menjadi
1

lekat, ada perasaan penuh harap dalam diri

jeda antara pertanyaan dan jawaban itu.

“You Always be... Sammy.” Haba tersenyum tipis. “Gak ada


mantan temen, kan?”

“Dont let me fall to the hole of the mistakes anymore. So il


do the same. I promise.”

“Dont make a promise you can't keep.”

“Don't leave me anymore, karena gua nggak bakal, sekalipun


la minta. Promise me?”

“In Shaa Allah. May Allah guide us to the straight path."

Sam tersenyum merekah, menampakkan deretan giginya ye


a sekarang

Tak perlu
b kembali.

rapi. Ada kebahagiaan yang kembali muncul, karen


semua itu tak perlu ia kubur dalam-dalam secara paksa.
menutup-nutupi rasa kehilangannya karena semua suda van
Walau tidak sepenuhnya, karena ia hampir melupakan Aga
yang sejak tadi berdiri di balik dinding, mendengarkan Peras
antara Sam dan Haba dengan tangisan yang tidak ae” hilang”
dengan hujan. Hatinya kembali sakit, harapannya kembali

208

Scanned by CamScanner
TIGA hari sebelum Sam koma....
“Abi, ini yakin gak papa?”
“Santai aja Mba. Niat kita baik, memenuhi undangan. Om Berto

itu sohib Abi Iho. Semua keluarganya baik sama Abi. Jadi
baik juga dengan mereka.”

kita harus

“Kalau diliatin sana-sini gimana, Bi?”


“Ribet amat ni Mba satu, tinggal duduk aja juga. Kita kan
Indonesia, bermacam agama. Ini salin

g menghargai namanya.”
Tiba-tiba Umar ikut bicara.

Jujur saja Haba merasa canggung dan aneh. Bukan tidak sadar, tapi
yak tatap mata yang sedari tadi memandanginya. Mungkin heran

dengan pakaian Haba atau bisa jadi terpesona dengan kecantikannya?


Ah, itu sih Haba aja yang geer.
Keluarga Usman sen

tampak Sudah berjalan


bunyi

ban

gaja datang di tengah acara. Sehingga semuanya

lebih dulu. Dari arah luar sudah terdengar


lonceng beserta alunan
Suasana bahagia.
Pp

piano nan merdu yang menambah

Terlebih saat mempelai wanita datang dari arah


Intu " 6
masuk, dengan gaun putih yang menjulur sampai lantai dengan

ba—

209

Scanned by CamScanner
ecil di belakangnya. Langkah itu mantap menghampiri

n pendeta di depannya.
hening dan sakral, keduanya sudah

beberapa anak k

sang pria denga


pai keadaan menjadi
depan para saksi yang ikut terbawa suasana,

skoro menyatakan dengan tulus ikhlas

Sam
berada berdampingan di
“Saya, Samuel Arya Ba
bahwa Sandy Natalia yang hadir di sini mulai sekarang ini menjadi
istri saya. Saya berjanji setia kepadanya dalam untung dan malang, dan

saya mau mencintai dan menghormatinya seumur hidup. Demikianlah

janji saya demi Allah dan Injil Suci ini.”


“Abi, Haba ingin ke kamar mandi dulu ya?”
h lebih dulu memilih untuk menghindar.

Belum saja Haba

memasuki ruangan, ia suda


ya mengangguk. Ia yakin Haba akan memilih untuk

Usman han
karena dari awal Haba memang sudah tidak

menghindari acara ini,

nyaman.
“Astaghfirullah, aku ini kenapa?” Entah, entah sudah berapa kali

Haba memukul pipinya yang sudah ia basahi dengan air. Terkadang

ia memejamkan matanya dan mencubit lengannya untuk memastikan


ia sedang tidak tertidur.

Awww!!” Ini bukan mimpi, ini nyata. Suara M


terdengar jelas di telinganya. Bahkan sampai menusuk hati,

saja dadanya sesak. Ia memilih menghindar dari acara dan duduk


gereja.

empelai masih
tiba-tiba

di kursi taman di depan gedung juga bersebelahan dengan

Tiba-tiba saja pikirannya kacau.


kan keberadaan
“Acaranya pindah di sini?” Lelaki itu menemu .
dak

Haba, sedari tadi ia sibuk menarik-turunkan dasinya, merasa "

nyaman dengan apa yang ia kenakan.


“ n” , "
Sam?” Haba mengadahkan kepala, ia kaget dengan sa
. . i "

lelaki yang baru saja memenuhi pikirannya, yang telah meng

20 | |

Scanned by CamScanner
khayalan gila, bahkan berhasil membuat dirinya teri Ha sa :
suatu ) Ta 1

ita, . . | ag
ceri “Gua duduk di sini ya?” Tanpa mendengar jawaban dari Haba,
Sam duduk di kursi yang sama. Melepas dasi hitam yang sedari
sadi membuatnya risih, jas hitamnya sudah lebih dulu terpisah dari

| mubuhnya, menyisakan kemeja putih yang lengannya sudah ia gulung

sampai siku. “Lu gak papa? ”

Haba menggeleng pelan, ia masih sibuk memainkan botol minuman


dingin yang satu tetes pun belum masuk ke dalam kerongkongannya.
“Daripada lu mainin gitu, mending buat gua deh. Gua aus nih.”
Lagi-lagi Haba terdiam, tapi tangannya mengulurkan botol
minuman itu pada Sam.

“Ju nggak lagi ngebayangin gua yang jadi mempelai pria kan?”
Sam seakan bisa membaca pikiran Haba. Ia berpandangan mengikuti
lawan bicara. Lurus tanpa ada suatu halangan apa pun.

“Ha?” Haba dibuat kikuk. Ia tidak yakin jika harus jujur, tapi
mengapa semua itu tampak nyata? Jelas-jelas ini bukan mimpi di
siang bolong, karena Haba tidak sedang tertidur.

Sam menegakkan posisi tubuhnya yang semula membungkuk.

Ada tawa samar dari Sam.

Kalau itu beneran kamu, apa rasanya akan sesak seperti ini?
Atau lebih parah?

Haba menundukkan kepala, ia tidak tahu harus berkata apa dan


ia lebih tidak tahu itu sebuah pujian atau ejekan.

“Bocah-bocah di bus, mereka apa kabar?”

“Baik, mereka nitip salam.”

“Buat gua?”

Haba mengangguk. “Kayaknya mereka kangen.”

Scanned by CamScanner
“Yang kangen, yang ngasih salam apa yang dititipin salam?” Sam
kembali menatap Haba, kali ini dengan senyum bandel, mungkin
ahnya sudah meleleh kalau dikasih senyum
bubur dia mah.

teman-teman di sekol

macem gini. Apalagi Sandy, udah jadi


“Ha?” Lagi-lagi Haba dibuat kikuk, matanya ke sana kemari

menghindari tatapan Sam.


“Lu bingung aja terus.” Makin lucu, gumam Sam.

“Kamu kenal sama Om Berto juga?” Haba mencoba mengalihkan

pembicaraan.
“Enggak sih, Sandy yang ajak gu
gua kenal, itu Uwa gua.”

“Oh, gitu ya.”


“So, sekarang kita impas dong. Gua pernah dateng ke tempat

ibadah lu, dan sekarang lu dateng ke tempat ibadah gua. Nggak

a ke sini. Tapi kalau pendetanya

seburuk yang lu kira kan?”


Haba mengangguk, seraya tersenyum tipis. Karena sebenarnya ia

tidak benar-benar masuk ke dalam rumah ibadah Sam. Keluarganya

pun datang tidak tepat waktu, sehingga tidak sempat mengikuti


berbagai ritualnya. Alasan Usman datang adalah kewajiban sebagai
umat Islam, walau itu tidak wajib karena Om Berto bukanlah seorang
Muslim. Lagi pula pertemanannya dengan pihak mempelai lelaki juga

sudah kental.
Abu Hurairah radbiallahu anhu berkata: Aku mendenga

Rasulullah shallallahu “alaihi wasallam bersabda: “Hak

Muslim atas Muslim lainnya ada lima: Menjawab salam,


omenuhi undanga"

menjenguk yang sakit, mengiringi jenazah, m


1240 6

dan mendoakan orang yang bersin.” (HR. Al-Bukhari "no.

Muslim no. 2162)

Scanned by CamScanner
Jpabak

“Sandy, kamu ngapain di sana, Sayang?” Fransisca, mamah dari

sandy menghampiri anak satu-satunya yang sedari tadi. mematung

di dekat pintu. Perempuan itu ikut mematung, melihat pemandangan


menyita perhatian Sandy.

Terkadang Sam tertawa, atau keduanya sama-sama membendung


senyum. Begitu manis. Tanpa harus mendengar topik pembicaraan,
semua orang yang memandang keduanya sudah mengerti jika mereka
sedang dalam keadaan bahagia. Dan Fransisca sadar, inilah yang
Sandy lihat sejak tadi, yang membuatnya sukses mematung dengan
mara berkaca-kaca, sekarang ia berbalik memandang Sandy penuh iba.

“Sayang, kamu gak papa?”

“Mommy, Sandy jahat nggak sih?” Pandangan itu bergantian


menuju Fransisca.

“Kamu itu malaikatnya Mommy, malaikat mana ada yang jahat


sih honey?”

“Tapi kenapa Sandy tega misahin mereka? Kenapa Sandy tega


ngejauhin mereka?”

“Sayang....”

“Sandy nggak pernah ngeliat Sam sebahagia itu, Mommy. Sejak


Sam bilang dia ingin membuka hati buat Sandy, sejak itu juga Sandy
sadar kalau hati Sam sama sekali nggak ada buat Sandy. Hatinya
nggak pernah bisa buat Sandy.” Mata itu kian basah, kian sendu oleh
tangisan penyesalan dan kesalahan. Senyum dan tawa dari Sam yang
sejak tadi menyita perhatiannya, kian menyayat hati. Menunjukkan
Detapa bahagianya Sam di dekat Haba, tapi dengan jahat keduanya
harus terpisah hanya untuk menjaga perasaan Sandy. Padahal ia tahu,

r TE .
Perasaan itu tidak akan bisa terbalaskan.

Scanned by CamScanner
“Sayang, maafin Mommy ya masih sering bikin kamu sedih, tapi
Mommy nggak bisa bantuin kamu terusan-terusan dalam masalah
ini. Ini tentang perasaan, nggak ada yang bisa dipaksa. Nggak ada
yang boleh maksa.”

“Harusnya Sandy nggak buat Sam menderita, harusnya Sandy


sadar kalau Sam bener-bener sayang sama Haba. Bukan sama Sandy,”

Fransisca terbawa sendu, ia mengusap rambut Sandy dengan

lembut. “Kamu yakin mau ngelepasin Sam?”


“Cinta itu tulus kan, Mommy? Saat kita merasakan cinta, maka

saat itu juga kita harus belajar untuk nggak minta balesan kan? Saat
itu juga kita harus belajar untuk menjaga agar cinta itu tetap suci?”
“Anak Mommy udah gede ya? Udah ngerti cinta-cintaan.”
“Sam yang bilang itu semua ke Sandy, Mommy. Sam yang bikin
Sandy jadi lebih baik, karena cinta bakal mengubah seseorang menuju
baik, bukan sebaliknya. Dan Sandy sadar, Sandy nggak bisa bikin
Sam menuju baik, Haba yang bisa. Bukan Sandy.”
“Mommy yakin kok, di luar sana masih banyak orang yang
baik dari Sam, masih banyak orang yang sayang banget sama kamu.”
“Gak ada yang bisa gantiin Sam, Mommy.”
“Gak ada, Sayang, karena semua orang punya tempatnya ana
masing. Mereka ada untuk mengisi bukan untuk menggantikan.”
“Mommy, Sandy sayang banget sama Mommy.”
Keduanya sudah jatuh dalam kehangatan. Melepaskan Sam adalah
hal sulit bagi Sandy. Setelah dirinya hampir saja menggapai ca
yang sudah lama timbul dari dalam hatinya, kini harus dengan
ia tinggalkan begitu saja. |
“Gak perlu sekarang, nggak perlu buru-buru, nggak perlu dipak
Biarkan hati kamu yang menentukan arah kamu. Semua butuh pos?

lebih

sing-

rela

Scanned by CamScanner
, Fransisca membalas pelukan itu tak kalah hangatnya, ia ja 2
adari Sandy mulai dewasa.

Sayang:
| yum meny

«satu hal yang perlu kamu tahu, mungkin kamu gagal ngedapetin
m. Tapi kamu nggak pernah gagal dapetin sayangnya
ma Daddy, karena tanpa kamu coba, kamu udah berhasil

hatinya Sa
Mommy sa
jadi kesayangan

«Mommy:
“By the way anyway busway, temen kamu yang waktu itu

kami berdua.”

nganterin buku PR kamu boleh juga kok, ya nggak kalah deh ya


kalau sama Samuel, masih imut-imut manja gimana gitu. Siapa teh
namanya? Mommy kok mendadak pikun gini sih.”

“Deo ya, Mommy? Ih Mommy udah tua ya?”

“OH NO, SUPER NO! Please jangan bilang kalau kerutan


Mommy makin banyak. NO!”

“Mommy ih, lebay. Sandy tetep sayang Mommy kok kalau


Mommy udah jadi kayak Eyang Put.”

“Ah my sweet heart. Eh tunggu, kamu nggak lagi minta iPhone


6 ke Mommy kan? Segala puji-puji begini?”

Sandy tertawa kecil.

Mungkin saat ini ia bisa tertawa renyah di depan Fransisca.


la tidak tega jika terus-terusan mengeluh tentang hatinya, tentang
perasaan pada Sam. Ia tidak tega melihat Mommy yang ikut merasakan

kesedihannya, merasakan bagaimana terpuruknya ia hanya kerena

putus cinta.
Apa gue bisa ngelepasin lo gitu aja? Apa gue siap ngerelain lo
gitu aja? Gue belum siap, bahkan nggak akan siap, Sam.

Scanned by CamScanner
«NAH ini Sam sama Haba udah dateng.” Sindy lebih dulu menyambut

kedatangan keduanya dari arah pintu. Tangannya memberikan isyarat


telah ada seseorang yang menunggu Sam sejak tadi.

Perempuan itu masih setia duduk manis di sofa, menyembunyikan


segala macam rasa yang sudah bercampur aduk, bahkan sudah tidak
rerlihat bekas air mata lagi.

«Hai Sam.” Perempuan itu lantas ikut berdiri menyambut Sam,


handphone yang ia mainkan sejak tadi sudah ia masukkan ke dalam
saku baju.

“Kalau gitu Haba permisi dulu Tante, guru ngaji Haba datang
ke rumah setelah maghrib.”

“Yah buru-buru pulang ya? Kalau gitu Tante anterin pulang aja
yuk. Tadi kan Tante yang ajak kamu ke sini.”

Jadi, Tante Sindy yang ajak Haba ke sini?

“Kebetulan Sandy juga nggak bisa lama-lama Tante, tadi cuman


ambil handphone aja. Haba pulang sama Sandy mau nggak?”

Sam menaikkan satu alis, ia bergantian memandangi Sandy. dan


Haba. Ia tidak yakin keadaan di mobil akan baik-baik saja.

“Mau kok, Haba sama Sandy juga gak papa Tante.”

Z7

ai

Scanned by CamScanner
syaa

Jawaban Haba mengundang senyum miring dari Sam, ia sudah


tahu jika Haba akan menerima ajakan itu. Walau Sam yakin hari
Haba mungkin sudah bergemuruh kencang untuk menolak, tapi Haba
adalah tipe orang yang tidak enakan dalam menolak suatu tawaran,
jelas saja ia akan menerima.

“Maaf ya Sandy, Tante jadi ngerepotin kamu gini. Kalian berdua


ati-ati ya, main-main ke sini lagi atau main ke rumah Sam.” Tante
Sindy mengantar keduanya menuju pintu, menggandeng dua perempuan
sebaya yang sangat bertolak belakang. Haba dengan pakaian syari
-nya, dan Sandy dengan pakaian ala anak hits zaman sekarang.

“Gak papa kok, Tante. Kalau gitu, Sandy sama Haba duluan ya
Tante. Bye Tante, bye Sam!” Sandy melambaikan tangannya pada

Sam, sedang Haba hanya bisa tersenyum tipis seraya berpamitan.

Sepak

Selebihnya hanya tercipta suasana canggung dan hening, tidak ada yang
memulai pembicaraan dari kedua gadis itu. Sejak keduanya memilih
duduk bersebelahan di kursi belakang mobil, mereka hanya berteman
musik dari radio mobil. Sandy sibuk dengan handphone-nya, membuka
notifikasi yang muncul dari akun ask.fm miliknya dan Haba mulai
memasang Ipod berisikan ayat Alguran yang sedang ia hafalkan. Ia
sengaja memasang headset hanya pada kuping sebelah kiri, aga" ia
mendengar kalau-kalau Sandy mengajaknya berbicara.

“Makasih ya Sandy, mau anterin aku pulang.” Haba lebih dulu


memecah keheningan.

Sandy mengangguk pelan, bahkan tanpa melihat Haba karena


terlihar sibuk dengan gadget. “Entar lo kasih tau Pak Danu y3
ancer-ancernya ke mana.”

Ka R8
Kana pa aa Sa Hg

Pak nat ntah


PEN en Pe APA AP

Scanned by CamScanner
uMaaf ya jadi ngerepotin kamu sama Pak Danu.”
agi Sandy mengangguk. Bahkan bisa dibilang sebatas
malitas karena perhatiannya masih sepenuhnya pada layar handphone
«Kenapa sih 10 masih baik sama gue? Bukannya jelas-jelas gue Tn
sama lo? Apa lo pura-pura baik doang? Pencintraan doang ya?”
Haba melepas beadset-nya, ia memandang Sandy dengan
“Kenapa aku harus jahat sama kamu? Aku nggak ada
ge-tag kamu sebagai orang jahat, cuman karena kejadian

Lagi

jahat
Kali ini
senyuman.
hak buat N

di pertandingan basket itu.”


«Lo tau kan kalau nggak ada Sam mungkin tangan gue udah

mulus bikin cap merah di pipi lo? Bisa aja kan sekarang gue masih

dendam dan nampar lo?”


“Aku yakin kamu oran
emang pantes nerima itu,

g baik kok, kalaupun kamu mau nampar

aku dan aku Insa Allah aku gak papa.”

“Lo itu sok baik!”


«Abi aku nggak pernah ngajarin aku untuk membalas kejahatan

dengan kejahatan, di mana-mana kebaikan pasti menang. Nabi

Muhammad yang orang besar aja, dengan ikhlas menerima lemparan

kotoran dari musuhnya, masa aku yang manusia biasa harus ngeluh?

Nggak pantes kan?”


Sandy menggelengkan kepala sambil be
apa malaikat sih? Kenapa lo masih
“Sandy, dari awal kita ketemu hubungan kita udah nggak baik.

Aku nggak mau ke depannya terus-terusan nggak baik, aku mau kita
temenan. Kamu mau kan?” Haba mengulurkan tangannya pada Sandy.

“Lo geer banget sih, lo kira gue mau temenan sama lo? Lo
kira gue mau temenan sama orang yang udah ngerebut orang re
bue sayang? Lo kira gue mau temanan sama orang yang jelas-jelas

keberadaannya selalu bikin gue sakit hati? ENGGAK!”

rdecak kesal. Lo manusia

sempet-sempernya baik sama gue?

3S

Scanned by CamScanner
mar
na

“Aku nggak pernah berniat untuk ngerebut siapa pun. Aku


Sam cuman temen, nggak lebih.” Tang

“Bullshit! Jelas-jelas kalian saling nyimpen perasaan.”

“Sandy, hati itu kebolak-balik. Kita nggak pernah tau ke depannya


kaya gimana. Kalau emang aku sama Sam saling punya rasa, itu
nggak lebih dari rasa pertemanan surga karena kita berdua janji saling
jalan menuju kebaikan, kita sama-sama punya jalan masing-masing,
dan untuk saat ini jalan itu nggak ngarahin kita untuk bersama.”

“Lo tahu kan rencana Tuhan nggak bisa ketebak?! Lo bisa aja
kan nuntun dia menuju jalan lo?!”

“Kalaupun itu harus, aku mau dia yang menentukan jalannya


sendiri. Bukan karena aku, atau siapa pun. Tapi karena hatinya
sudah memilih.”

“Lo nggak takut kehilangan Sam?! Lo nggak takut kelamaan


nunggu hati Sam buat milih?!”

“Kamu percaya kan rencana Tuhan itu pasti yang terbaik? Aku
nggak takut kehilangan, karena pada dasarnya aku nggak pernah
milikin Sam. Kalau Tuhan menakdirkan Sam sama kamu, aku ikut
bahagia kok. Aku tahu kamu sayang banget sama Sam, dan kamu
pantes dapet perasaan yang sama.”

“Kenapa?! Kenapa lo ngerelain dia gitu aja?!” Sandy berpandangan


tajam.

“Sandy... Abi aku bilang, cinta itu memberi, bukan meminta:


Dan memberi itu harus tulus. Cinta itu kebahagiaan. Aku harus
ikhlas ngebuat orang yang aku sayang bahagia, walau nggak sam”
aku. Aku yakin semua orang yang dateng ke hidup aku nggak 23
yang sia-sia.”

“Termasuk dateng ke hidup lo, tapi cuman untuk nyakitin?"

Scanned by CamScanner
Tn

S7 ta sapa 4

-Ab juga bilang, kalau dia bukan jodoh, beratti Tuhan ngirim
dia buat ngasih kita pelajaran. Kamu pernah sadar ngga? Di setiap

sakit hati, kamu belajar untuk dewasa? Kamu belajar untuk


Aam belajar untuk bangkit dan nggak terpuruk sama keadaan.”

Sandy tidak kuat menahan emosinya, ia mengeluarkan tangisan


yang tak kalah derasnya dengan hujan di luar mobil. Ia menundukkan
wajah, menutupnya dengan kedua tangannya. Napasnya bahkan
sesenggukan.

“Sandy, kamu kenapa? Maafin aku ya kalau kata-kata aku


nyakitin kamu. Tapi aku bener-bener gak tau.” Haba yang berada
di sampingnya, segera menenangkan keadaan. Ia kebingungan dengan
reaksi Sandy.

Dan sekarang Sandy malah memeluknya erat, ia menumpahkan


segala isi hatinya di bahu Haba.
“Haba, lo nggak salah, gue yang salah, maafin gue Haba, maafin

gue.” Suara Sandy mulai serak, tapi masih mampu terdengar oleh
telinga Haba.

“Kamu nggak salah Sandy.”

“Gue salah. Gue ngerebut Sam dari lo, gue ngejauhin lo dari
Sam. Gue maksa Sam buat nerima gue, padahal gue tau kalau hati
dia seutuhnya buat Io. Bukan buat gue. Gue salah Haba, gue salah
mengartikan cinta gue sendiri. Gue nyakitin orang yang gue cintai.”

“Kamu berhak memperjuangan perasaan kamu, Sandy. Kamu


nggak ngerebut Sam dari siapa pun.”

“Ini bukan, ini namanya memaksakan kehendak. Gue egois, gue

h, gue tolol, gue bego, gue jahat. Gue nggak pantes buat Sam,
BUE nggak pantes bersaing sama lo. Gue ngejahatin lo, gue nyakitin
0 Tapi apa yang gue dapetin? Lo ngerelain Sam buat gue, gue tau

21 s5
5

Scanned by CamScanner
ekarang? Lo tetep baik sama gue, Ip nggak

semuanya Haba. Dan $

dendam sama Bus: )


“Sandy, kamu nggak boleh bilang begitu, kamu nggak jahat, aku
yakin kamu baik. Kita sama-sama perempuan, aku ngerti perasaan

kamu.”
MA GUE! BERHENTI MUJI-Muyi

“BERHENTI BAIK SA
GUE SEAKAN GUE NGGAK NYAKITIN LO! TAMPAR GUF

SEKARANG, TAMPAR HABA! HINA GUE SEPUAS LO! GUE


PANTES DAPETIN ITU!”

sekarang ia menatap mata Haba da


“Enggak, kamu temen aku. Aku nggak mau nyakitin temen aku.

Sandy melepaskan pelukannya dari Haba,

lam-dalam.

Nggak gini caranya.”


“ENGGAK! GUE NGGAK PANTES JADI TEMEN LO! GUE

BENCI LO! GUE BENCI!”

“Sandy, jangan nyalahin diri kamu sendiri. Aku udah maafin


kamu, aku temen kamu.” Keduanya kembali jatuh dalam pelukan,
saling menumpahkan perasaan.

Tangisan Sandy malah semakin deras, ia tak kuasa. Sekarang


ia tahu mengapa Sam benar-benar menyayangi Haba. Haba adalah
Pemngaan Tang pantas diperjuangkan, dan amat sayang jika disia-
siakan. Keadaan jadi memanas, sendu, amarah, semua menyatu pada
waktu yang bersamaan.
va Pak Danu yang melihat keduanya dari kaca depan mobil ikut
sik " n. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. “Non Sandy

papa? Mau saya teleponin Ibu?”

Enggak!

: Mommy nggak boleh tahu masalah ini. Awas kalau


Bapak bilang-bilang ke Mommy!” .ani Pak
Dana ommy! Sandy langsung menghujani
tian saka jam, membu
2 f kia, n perhatiannya pad

Dao aa
at lawan bicara hanya

a jalan.

Scanned by CamScanner
“Sandy, kalau kamu bener-bener sayang Sam, kamu... ”
“Enggak Haba. Lo jaga hati dia, jaga baik-baik, buat Bae busa
kalian, buat Tuhan.” ”

deokap

“Kok balik? Ada yang ketinggalan?” Sam yang baru saja ditinggal
sendirian oleh Tante Sindy mendengar pintu kamarnya terbuka, ada
seorang perempuan yang matanya sembab berdiri di depan kamar
Sam. Ia tersenyum memendam kepedihan.

“Iya.”

“Apa?”

“Hati gue ketinggalan di sini.”

Sam memandang Sandy lirih, ia tahu keadaan sedang tidak


baik-baik saja.

“Sam. Dia baik banget. Nggak kaya gue.” |

Sam tersenyum miring, tatapannya mengikuti lawan bicaranya |


yang kini sudah berada di sampingnya, duduk di kursi kecil sambil

tertunduk. “Are you give up on me?”

Sandy mengangguk. Matanya tidak sanggup memandang Sam,


ia masih tidak rela harus melepas kakak kelas ganteng yang sudah
ia idami sejak pertama MOS.

“Tell me why?”

“Cinta nggak seperti ini Sam, aku ngasih perasaan aku ke kamu,
tapi kamu engga. Bahkan kamu terpaksa, karena aku yang minta.
Cuman aku di sini yang udah nemuin cinta di kamu, tapi kamu
Enggak nemuin apa-apa di aku.” |

“Bukannya lu bilang, selagi itu sama gua, lu mau ngerencanain


“gala macem bentuk masa depan?”

223

Scanned by CamScanner
Kali ini Sandy mengangguk. “Sam, dari awal kamu bi,
ngebuka hatimu buat aku, aku bahagia banget. Tapi ata ..
jalanin, aku malah ngerasa kamu nggak pernah bener-beng, Na
hati kamu. Aku malah ngerasa kamu semakin bohongin IN hai
sendiri, kamu semakin maksa hati kamu buat aku. Aku nggak mau

“IPs over, isn't it?” "

Kali ini Sandy menggeleng pelan. “Gak ada yang berakhir Sain
karena ini nggak pernah dimulai.” Punggung tangannya berusahy
menghapus tetes demi tetes air mata yang keluar membasahi pipinya,

yang semakin lama tidak bisa ia tahan.

“Look at me.” Sam menaikkan dagu Sandy, memaksanya untuk


saling bertatapan dengan Sam. Menambah luka dalam hati Sandy,
mata itu, pandangan itu membuat segalanya semakin buruk.

“Gua nggak pernah main-main waktu gua bilang itu ke elu. Itu
pilihan gua. Walau jujur, hati gua sulit buat nerima. Tapi so far, gua
bahagia sama lu. And i think we are one of sweet couple.”

“Tapi kan, kita nggak pernah...”

“Gua nggak nganggep hubungan kemarin itu coba-coba, gua

serius.”

“Jadi sebulan kemaren itu, kita pacaran ya? Iya kan?” Sandy
mulai tersenyum, ia berusaha menghilangkan luka di hatinya, lebih
tepatnya ia berusaha tegar di depan Sam.

“Boleh.”

Sandy bahagia, tapi juga tidak sanggup untuk berhe 3


hatinya menjadi tidak keruan. Semuanya tumpah menjadi satu,

: , karena
itu karena Sam. Tapi dia tidak akan menyalahkan siapa Pu" i
an Sam ata

nti menangis,

ini pilihannya, ia datang ke sini bukan untuk menyalahk


bahkan memaksanya untuk menerimanya kembali.

Scanned by CamScanner
Pr—

“ Wait kalau sebulan itu kita pacaran berarti kita jadian waktu
dateng dan bilang buka hati kamu buat aku? Itu berarti 2
kamu

vember tanggal jadian kita dong? Berarti sekarang m


0 Sandy memandang Sam kecewa. thversarry

kita dong?”
Sam hanya tertawa renyah, menambah ketampanan dalam

senyumnya. Walau wajahnya masih tidak keruan karena babak belur.

“Sayang banget ya, kita harus break di tanggal ini.” Sandy kembali
memaksakan senyuman, mencairkan suasana sendu yang sejak tadi
ia rasakan. Tangannya mengulur menuju Sam.

“Kenapa?”

“Makasi ya buat satu bulan ini, makasi buat ngajarin gue banyak
hal, makasi buat mau make barang yang samaan, makasi buat anter
jemput gue, makasi mau nemenin gue ke taman bermain, makasi mau
ke gereja bareng gue, makasi buat bikin gue bahagia selama bareng
lo, makasih udah jadi pacar super ganteng gue hehehe, Dan maaf
gue nggak bisa bikin lo sayang sama gue, maaf karena gue selalu
maksa lo, maaf karena gue sangat bocah dan nyebelin. Kita masih
bisa temenan kan?”

Saat ini tangan mereka sudah bertautan, saling menyalurkan


kehangatan. Membuat Sandy semakin sulit melepaskan Sam.

“Makasih udah sayang sama gua.” Sam tersenyum hangat, senyum


yang jarang sekali tampak. Pernah sekali Sandy melihat senyum ini,
saat Sam bersama Haba.

“Kenapa? Kenapa ketika gue mau ngelepasin, lo malah berubah


Ka an 2 dilepas gini? Kenapa lo nggak sedingin dulu?
ah jadi maksa gue buat nggak ninggalin lo?

“Gua yakin lu pasti dapet yang lebih baik dari gua.”


“Sekarang,

RU lap nggak bakal ada yang maksa lo buat make Rosario


B1.”

Scanned by CamScanner

an “Lu nggak bakal maksa gua buat ngelepas kan? Kalau BUA tetep
make Rosario ini?”

Sandy tersenyum sambil mengangguk cepat. “Semoga Io selalu

inget sama Yesus, semoga Yesus selalu ngebimbing lo. Ikutin kata

hati lo ya Sam.”

“Lu baik-baik ya Dy, jangan nyia-nyiain masa remaja lu di satu


titik. Jangan mau kalah sama masalah.”

“Siap, Boss!!” Sandy memberikan penghormatan, seakan Sam


adalah komandan yang harus ia dengar dan taati.

Sam tersenyum miring. Jika saja ia mau jujur, hatinya tidak


sepenuhnya menutup untuk Sandy, setelah segala perjuangan yang
Sandy berikan padanya, tidak bisa bohong jika Sandy juga berhasil
membuatnya bahagia dan nyaman.

“Jangan lama-lama dong megang tangan gue, entar gue baper


lagi. nggak jadi ngerelain lo.”

“Fine. Jangan nyesel ya.” Sam kembali memberikan senyum


bandelnya, membuat hati Sandy semakin meleleh.

Mungkin penyesalan gue adalah ngelepasin lo Sam, tapi kesalahan


terbesar bagi gue kalau gue tetep egois maksain orang yang gve
sayang nggak bahagia.

Keduanya kembali tersenyum, walau masih ada sisa-sisa air mata


pada pipi Sandy. Tapi setidaknya untuk kali ini ia berhasil membuat
Sam bahagia, dan itu karenanya. Mungkin benar, inilah cinta. Kita
harus merelakan orang yang kita cintai, tanpa mengharap imbalan,
tanpa peduli dengan siapa ia akan bahagia, sekalipun itu bukan
dengan kita.

“Kayaknya lo bakal jadi mantan terindah gue deh,” ucap Sand


mengundang tawa dari Sam.

bi Ne ka 4

Scanned by CamScanner
Na
«3

sandy masih memperhatikan Sam, ia mencintai tiap inci


kaki ini. Senyumnya, tawanya, tatapan matanya, dinginnya, jago
berantemnya, dan sekarang ia harus melepaskannya. Membiarkan
gam dimiliki oleh perempuan lain, tentunya jika Sam tidak mencintai
seseorang sebaik Haba mungkin ia tidak akan merelakannya begitu saja,

Walau ia tidak tahu kapan hatinya akan berhenti mencintai Sam,


tapi setidaknya ia tetap bahagia memiliki perasaan ini. Ia tidak pernah
menyesal telah mencintai seseorang seperti Sam.

Makasih udah ngajarin gue banyak hal Sam, gue sayang banget
sama lo. Dari awal gue liat lo telat masuk sekolah, dari ruangan
Kepsek ngeliat lo dimarah-marahin, dari kantin tempat lo ngumpul,
detik ini, jam ini, hari ini, dan entah sampai kapan, mungkin sampai
Tuhan menemukan gue dengan seseorang di luar sana, tapi sampai
kapan pun lo bakal jadi bagian dari hidup gue, bagian dari hati gue...

2) 9
Scanned by CamScanner
“GIMANA keadaan kamu, Samuel? Kayaknya hari ini sepi

ya ngga
ada fans yang berkunjung?” Suster dengan name tag

“Maria” datang
seperti biasanya ke kamar Sam, membawakan Sam sarapan atau

mencatat perkembangan kondisinya.

“Stay cool stay awesome, Sus. Masih cakep kan? Kayaknya


Suster Maria bentar lagi demen sama Sam deh, kayak Suster Alia,
Suster Margareth, Suster Ima, Suster Feron, Suster...”

“Suster mah tau pisan, kamu teh kasep makanya banyak yang
suka. Puji Tuhan kalau kamu semakin baik, kayaknya kamu harus
Cepet pulang, lama-lama ada Samuel Fans Club entar di sini.”

“Bagus dong, tuh nambahin persediaan cokelat di lemari Sam.”

Suster Maria menggelengkan kepala, ia sudah tau sikap Sam yang


pede-nya di atas normal, ya biasa dari gosipan Sindy juga. “Jangan
lupa istirahat ya Samuel, oh iya itu ada kiriman bunga. Selamat pagi.”

Sam mengambil sebuket mawar merah di meja dekat ranjangnya,

ada secarik kertas di sana.

Ma pa SeBr

pas rig 1 Ka Sa Naa


d se ) ! t

seindah bunga ini. .selambt pagi Sah 1

haw bulk ng

Ka
' »

Sila Jani aa aa

Scanned by CamScanner
Tercetak senyum miring dari Sam, ia tahu jika Sandy masih
belum sepenuhnya merelakan dirinya. Tapi lagi-lagi Sam menghargai
tiap usaha dari perempuan itu.

Tok tok...
“Masuk.” Seingat Sam,Suster Maria baru saja masuk ke kamarnya,

dan Sindy bilang tidak bisa menemuinya hari ini karena nenek sedang
sakit di Jakarta.

“Fajrul?” Sam tidak menyangka dengan kehadiran lelaki itu.

“Gimana keadaan kamu?” Fajrul mendekat, lalu menaruh buah-


buahan pada meja Sam.

“Ju bisa liat sendiri lah.” Sam berpandangan datar, dirinya masih
menyimpan kesal saat melihat lelaki ini.

“Kayaknya kamu masih kesel.” Fajrul tersenyum merekah,


membuat Sam menaikkan satu alisnya dan menatap Fajrul aneh.
“Maaf nggak bisa lama-lama, kedatangan aku kayaknya nggak di
terima di sini. Tapi...”

“Buruan aja.”

“Aku yakin Haba bisa milih mana yang terbaik buat dirinya sendiri.
Kamu baik-baik.” Dan begitu saja fajrul meninggalkan Sam dengan
keheningan, membuat Sam menerka-nerka maksud dari perkataan itu.

Dan untuk kedua kalinya ruangan Sam kembali kosong, terlihat


membosankan. Sampai akhirnya satu ketukan pintu kembali membuat
Sam sadar dengan kehadiran seseorang.

“Ada apa, Sus?” Keadaan masih hening, tidak ada tanda-tanda


kehadiran seseorang. Tapi Sam yakin mendengar suara ketukan pintu,
bahkan ia sudah mempersilakan masuk.

“Sus?”

Kali ini, Sam menggerakkan badannya, melihat menuju arah pin"


yang sulit ia gapai karena keadaannya yang belum baik. Ia melihat

Scanned by CamScanner
p—

da jam dinding, memastikan ini sudah pagi, tidak ada hantu saat
pa ag kan? Suster Maria juga sudah membuka jendela kamarnya,
Pa biarkan cahaya matahari masuk dan menghangatkan ruangan.
Tapi Sam lupa, ini adalah jaan sakit, gudang segala jenis hantu,
bahkan ia sempat dengar jika kamarnya beberapa tahun yang lalu
bekas pasien busung lapar yang akhirnya meninggal dunia.

jantungan, setelah keadaan menjadi tegang selama beberapa menit.


Dan siapa lagi kalau bukan...

“GILAAAA!!! LU LAMA BANGET NGINEP Di SINI,


ANJAYYY!!!!” Andro sontak lompat ke ranjang Sam, menggeser
posisi Sam dan berbaring di sampingnya.

“Geser dikit aelah, gua kesel nih manjat pager, mana tadi Pak
Salim liat Andro lagi, kampret emang tu anak.” Ali ikut-ikutan

nyempil di sisi lain Sam, membuat ranjang terlihat sumpek dengan


kehadiran dua cowok SMA ru,

“Yee, nyalahin gua lagi, gua kan udah bilang cepet-cepet. Lu aja
yang lama kayak Pangeran Solo.”

“Gua ada setoran juz 28 dulu tadi, nggak bisa lulus gua kalau
itu juz nggak gua setor.”

“Derita lo.”

“Entar deh entar, lu ngerasa kagak, kita seranjang bertiga?”

“Makanya geser dikit, elaah.” Ali lagi-lagi berusaha menyamankan


posisi,

“Gilaaa... infus gua ampir lepas nih! Minggir lu pada dah! Udah

Haa bikin gua jantungan, teriak-teriak di kamar orang. Gua lagi


sakit ini, bukan liburan!”

“Yee, bilang aja lu takut setan.”

“Astaghfirullahalldzim, Sam.” Ali menggelengkan kepala.

ons n

Scanned by CamScanner
“Kambing ya lu pada!!!”

“Kurang sohib apa kita bedua cabut sekolah buat jenguk elus
Ya kagak, Li?”

Ali mengangguk mantap, menyetujui perkataan Andro.

“Mau ampe kapan lu di sini? Lusa ada try out oy.”

“Anjir. Pantes kemaren Bu Tanti ke sini, bawain gua soal UN


lagi. Ya kali, ikut pelajaran aja gua jarang. Yakin banget gua lulus
tu emak-emak?”

“Ah lu balik kek, gua gabut nggak ada temen cabut.”

“Daffa, Febri, Deo?”

Kali ini Andro mengangkat bahu. Semenjak kejadian malam


keroyokan itu dan keadaan Sam yang sempat buruk, ia tidak tahu
apa-apa. Bahkan saat ia sudah siuman, Sam tidak pernah melihat

kedatangan dari ketiganya. Ya ngarep aja kali persahabatan mereka


bakal balik lagi.

“Btw, tusalib kudu banget ada di aras dinding?” Andro mengadahkan


kepalanya pada salib yang tepat berada di dinding di depan ranjang
Sam.

“Comment aja lu, buat ngingetin gua sama Tuhan lah.”

“Oh, Anak Tuhan sekarang?” Andro tertawa kecil, ia tahu benar


jika Sam dan dirinya adalah anak abal-abal, setengah-setengah dalam
beribadah. Tapi semenjak kedekatan Sam dan Haba, Andro sadar jika

banyak perubahan pada Sam, ya salah satunya ini.


Krrreekkkk...

“Lu bawa siapa lagi?” Kali ini pintu kembali bersuara.


“Sumpah, gua cuman berdua sama Ali.”

Ketiganya saling bertatapan. Lagi-lagi keadaan menjadi


“Li liat gih, Li.” Andro angkat bicara.

“Ah ogah, lu aja sono, Ndro. Atau kagak Sam tuh.”

Scanned by CamScanner

hening:
yee, katanya mah laki, ginian aja takut.” Kali ini Sam
berdiri, tep pada ranjang sambil Mengangkat inf mencnha

“ Mirror COYY:

Sam tidak menggubris perkataan Andro, ia semakin dekat dinyan


piatu, ruangan kamarnya memang memiliki sisi lain untuk piara
smk, sehingga ia harus melewati dinding untuk bisa melihat -1
yang datang.

“Sam...” Keduanya kepergok sedang bersenggolan, sama-sama


sdak berani untuk masuk lebih dulu atau bahkan berteriak seperti
yang sebelumnya dilakukan Andro dan Ali. Mereka merasa tidak
enak, menyadari hubungan yang belum ada ujung perdamaiannya.

“Daf, Feb, kok nggak masuk?”

“Ah, anjir banget lu! Gua kangen elu!” Dafa yang lebih dulu
memeluk Sam, menciptakan ekspresi setengah bingung dan setengah
risih dari Sam. Tapi jujur saja, ia juga rindu dengan teman satunya ini.

“Lu gimana? Udah baikan?” Kali ini Febri meninju lengannya,


membuat Sam meringis karena tepat mengenai luka lebam.

“Eh eh sorry, gua sengaja.”

“Yee, gua gibeng juga lu.” Ketiganya sama-sama meringis, sudah


lama tidak merasakan suasana ini.

“Siapa Sam? Lu kagak pingsan kan?” Andro muncul dari arah


belakang, disusul dengan Ali. Keheningan kembali terjadi.

“GILAAAKKK!!!!” Tiba-tiba saja Ali nimbrung, ia membawa


kelimanya pada lingkaran hangat yang hampir hilang di antara mereka,
lebih tepatnya Ali menghancurkan suasana canggung tadi. Bagus juga
sh, senggaknya mencairkan suasana. “WE ARE BACK MAN!”
| “Lu marahan ama kita lama amat sih, nggak bosen apa? Kita
adi kubu-kubuan, tawa-tawa sendiri, diem-dieman kaya abis putus,

Bi

Scanned by CamScanner
deuh... gelo euy.” Andro melepaskan pelukannya lebih dulu, membua,
kelimanya kembali pada suasana canggung.
“Wetssss, makanan ya tuh? Tau aja gua belum sarapan, sikaaart"
Ali lagi-lagi memecah hening, mengambil bungkus plastik yang sejak
tadi di bawa oleh Dafa, dan membawa kelimanya masuk keruangan,
“Gabut parah, betiga ke mana-mana. Lu tau sendiri kan Febri
paling males diajak cabut. Tiap malem kagak keluar, berasa jomblo

gua, Sam.” Dafa paling antusias saat bercerita, membawa

ngenes
kelimanya pada tawa yang sempat menghilang.

“Iu bedua repot amat segala bawa makanan, tumben.” Andro


angkat bicara.

“Pencintraan doang, siapa tau lu tadi mau ngusir gua.”

“Aslinya sih gua ogah, mending ditabung buat nikahan gua


sama bebeb.”

“Deuh si Febri, sekolah dulu lu. Upan aja kita belom, mau main
kawin aja.” Andro menoyor kepala Febri. Sam dan Ali hanya tertawa
geli, sudah lama tidak melihat pemandangan seperti ini.

“NI-KAH bukan KA-WIN. Emangnya elu. Lagian juga sekolah


h nabung

tinggal itung bulan, tiga empat bulan lagi juga lulus, boleh la
dari sekarang.”

“Pede amat lu, kayak bakal lulus aja.” Dafa ikut mencibir.

“Naudtubillahimindzalik, ogah dah gua lama-lama di SMA.” Itu


Ali, ia lebih dulu melempari Dafa dengan kentang goreng, membua'
yang lain ikut-ikutan menghujani Dafa dengan makanan ringan IU
Mereka tidak terima dengan apa yang Dafa ucapkan.

“Mubazir ih, pada nggak bisa cari duit juga lu pada.” Dale
melakukan pembelaan.

ULagian ek ih segala skandal sama Deo, Iu av sendi 27


begimana,” ucap Febri mulai serius.

Scanned by CamScanner
ag

S
“in FESISA

si
4 £
pm De ai Ie

a
- ta,

iIyaa, tau gua. Sekarang tuh anak mana?”


kepalan, memberi isyarat pertanyaan.

“Katanya lagi ulangan Sejarah sama Pak Gatot.”

“Palingan gengsi, lu kayak gak tau dia aja. Padahal


lu koma, dia nggak pernah absen nggak nungguin lu.
heran, sebenernya kakaknya dia, gua apa elu sih”

Sam menaikkan

Gua sampe

Sam tersenyum miring. “Gua kangen sama tu bocah. Kayaknya


sh kita saudara yang terpisah macem sinetron Indonesia gitu,”
Kelimanya kembali tenggelam dalam tawa, seakan sudah tidak
ada lagi api di antara mereka. Semuanya seperti kembali lagi, seperti
apa kata Sam. Sahabat itu simple, Iu ketawa, lu susah, Iu seneng,

lu berantem tapi bukan buat pisah. Kalau kagak balik ya udah, dia
bukan sahabat. Ribet,

Walau sebenarnya belum sepenuhnya sempurna, tanpa seseorang

yang diam-diam sedang mendengar percakapan kelimanya dari pintu


masuk, menahan tubuhnya untuk bergabung karena gengsi. Seseorang
yang paling terpukul saat mengetahui keadaan Sam yang kian buruk,
yang diam-diam selalu ada di samping Sam. Berbicara dengan Sam saat
masih belum sadar, dan sekarang, saat Sam sudah siuman ia malah
menjadi orang yang paling takut untuk memulai berbicara dengannya.

Maafin gua Sam.

“Eh, berarti entar malem kita ngumpul tempat biasa kan?”


“Yoi.”

“Lah gua begimana? Ya kali ke tempat balapan bawa infus,


nggak lucu dah.”

“DERITA LO!!!” teriak Dafa, Febri, Ali, dan Andro memekikkan


telinga Sam.

29
Scanned by CamScanner

"
7

cAM sudah berada pada tempat semestinya, senyumnya mengembang

setelah ia berpapasa
man ia memaksa Tante Sindy untuk mengeluarkannya dari

n dengan orang yang sudah lama ia rindukan.

Semala

rumah sakit, pad


melihat kondisi Sam yang belum sepenuhnya membaik. Tapi tidak

ahal Suster Maria kukuh untuk menahannya,

dengan Dokter Samuel. Karena memiliki nama yang sama, serasa


mempermudah kedekatan bagi mereka. Dokter Samuel salut dengan
keberanian dan tekad Sam. So, hari ini ia bisa kembali ke sekolah.
Ehem... kembali menemui Haba.
“Sammy?”
“Do you miss me?”
| Haba hanya diam. Wajahnya terlihat kebingungan melihat
kehadiran lelaki itu di bus, padahal baru beberapa hari yang lalu
ia bertemu dengan Sam, berada di kursi roda dengan tangan yang
masih terpasang infus.

“Udah ah, nggak usah masang tampang gitu. Bikin g


sama lu.”

ua gemes

«
Kamu, udah sehat?”

Scanned by CamScanner
Sam menaikkan satu alisnya, menganggaP itu sebagai suatu jawaban
“Udah lama ya gua nggak naik bus ini”

atas pertanyaan Haba.


u udah sehat.”

«Aku nggak yakin kam

“Gua masih cakep kan? Kalau iya, berarti gua masih dan selalu

sehat.”

Haba lagi-lagi diam,


dalam bus kare
samaan ya sama Sandy?”

ia tidak membayangkan jika tiba-tiba Sam

na memaksakan kondisi.

pingsan di
Haba membahas Rosario

“Kalung itu,

lekat di leher Sam, menghiasi kerah kemeja sekolahnya karena

yang me

sengaja ia keluarkan agar terlihat jelas.


«Lu merhatiin juga?”
«Gantungan S itu juga,
Sam lagi-lagi menaikkan satu alisnya, $

S buat Sam, S buat Sandy.”


eraya tersenyum miring.

“Lu cemburu?”
“Enggak kok, kalian cute.”

“Lebih cute juga kita.”

“Kita?”

Sam mengangguk perlahan.


buku?”

“Iya.”

“Bagus deh.”

“Kenapa?”

“Gua mau nyari buku UN.” Selebihnya hanya ada keheningan-

Bukan karena canggung, tapi kondisinya memaksa Sam untuk tidak


n tubuhnya

“Pulang sekolah, lu mau ke toko


berkata atau beraktvitas banyak, kepalanya masih pening da
masih

kebisik

alah

Ya lemas. Bahkan saat keadaan Sam yang seperti ini saja,


ada beberapa gadis di ujung bus yang terang-terangan berbisi
mengenai ketampanan Sam. Keadaannya yang semakin diam
semakin menghanyutkan.

Mr 8
Ouad P3

——msM

Scanned by CamScanner
wa

udah sembuh kamu, Sam?” Bu Tanti yang pertama kali menyambut

di depan gerbang. Hampir setiap pagi perempuan itu berjaga


pada detik-detik bel masuk berbunyi, mencari mangsa murid yang
terlambat atau ketahuan membolos.

“Bu Tanti nggak liat, saya udah sehat begini?”

Bu Tanti menggelengkan kepala. “Wajah kamu aja masih pucet


begitu, Sam.”

“Santai aja, Bu. Saya nggak selemah yang Ibu kira.” Sam
memasuki gerbang dengan keadaan yang ia paksa. Bahkan baru kali
ini Bu Tanti mengkhawatirkan Sam, biasanya sih malah bersyukur
kalau troublemaker yang satu itu tidak masuk sekolah. Sekolah serasa
damai dan tenteram.

“Kalau ada apa-apa jangan dipaksain, nggak akan ada yang mau
bopong kamu. Langsung temuin Ibu di kantor, istirahat di UKS.”

Bu Tanti masih memperhatikan langkah Sam, tidak ada tanggapan


selain tubuh Sam yang kian menjauh dari pandangan. Ia hanya
memberikan ibu jarinya di udara, menandakan bahwa dirinya baik-
baik saja dan tidak ada yang perlu dikhawatirkan karena ia sudah
merasa sehat. Lagian siapa juga yang mau berlama-lama di rumah
sakit? Mending di sekolah, ketemu temen-temennya. Ya, bonus deh
kalau ketemu sama Bu Tanti.

“Lu yakin gak papa, Sam? Muka lu masih lebam gitu.” Tatapan
Ipul semakin dekat dengan Sam, terang-terangan melihat cetakan biru
pada beberapa bagian wajahnya.

“Apaan sih lu.”

"Awas aja kalau lu pingsan...”

ra

Maeda

Scanned by CamScanner
“Gua ogah bopong elu ke UKS, iya gua tau, gua paham.” Saifu
belum selesai dengan kalimatnya, tapi sudah buru-buru dipotong oleh
Sam.

Ipul menganggukan kepala mantap, sebenarnya bukan itu yang


akan ia katakan pada Sam. Tapi tampaknya Sam sudah percaya diri
dengan tebakannya tadi.

ap ab ak

“Liat deh, beda agama ya mereka?”

“Gila, pake kerudung tapi pacarannya sama beda agama. Kasian


kerudungnya.”

“Tampang doang alim.”

“Cakep sih cowoknya, tapi berandal gitu.”

Beberapa cibirian itu masuk ke telinga Haba, entah ia yang salah


dengar atau beberapa perempuan memang sedang bergosip sangat
kencang. Haba hanya bisa menundukkan pandangan, sementara Sam
sudah mengepalkan tangannya menahan emosi. Jika saja mereka bukan
perempuan mungkin mereka sudah habis di tangan Sam.

“Gak usah.” Haba menghalangi niatan Sam untuk memasukkan


kalung Rosario itu ke dalam baju seragam, menghindari cibiran lain
saat mereka turun dari bus atau tiba di toko buku. Sam hanya tidak
ingin Haba sakit hati karena lagi-lagi perbedaan agama.

Sam memandang Haba, ia tidak mengerti mengapa Habe

mencegahnya. Padahal ia tahu, Haba sudah sakit hati karena perkataan


itu,

...“Akumau kamu jadi diri kamu sendiri.” Kemudian Haba tersenyum


2. is, menutup dalam-dalam hatinya yang sudah mulai geram, tapi
23. Sidak ingin Sam menyembunyikan jati dirinya. Apa salahnya denga"

Scanned by CamScanner
nan beda agama? Toh mereka saling toleransi dan sudah
perten perbedaan ini sebagai mana mestinya.

Lagi-lagi Haba membuat Sam semakin jatuh hati, kebaikan


harinya semakin membuat Sam tetap pada perempuan itu. Lantas ia
membiarkan kalung itu menghiasi lehernya, perasaan geramnya malah |
berubah damai saat berada di dekat Haba. |

“Lain kali kalau lu ngomong, dipikir baik-baik ya.” Kemudian


Sam berlalu, meninggalkan ketiga perempuan yang sudah mematung, |
dengan perkataan Sam.

tah

“Harusnya kamu nggak gitu.”

“Gua gak terima, enak aja lu di kayak gituin.”

“Kalaupun mereka buruk, kita jangan ikut-ikutan. Kita harus


tetep baik. Jangan biarin mereka ngontrol sikap kita. Kita yang
nentuin diri kita sendiri, bukan mereka. Kita yang menuai apa yang
kita tanem, bukan mereka.”

“Fine.”

“Bagus deh.”

Keduanya berpisah di pintu masuk toko, sibuk pada apa yang


mereka cari. Haba pada barisan spiritual “Islam” dan Sam pada
barisan Pelajaran SMA.

Tidak seperti Haba yang tampak sudah tenggelam dengan beberapa


buku tebal, Sam terlihat kebingungan melihat berbagai macam buku
Pelajaran, tidak tahu harus memilih yang mana. Membuka satu per
satu dan melihar angka-angka akan membuat kepalanya semakin

Pening, Biasa, penyakit anak SMA, mendadak pusing kalau ngeliat


'umus dan soal.

Scanned by CamScanner
34

“Habaa.”

Yang dipanggil masih diam, ia sudah nyaman duduk di lantai


bersama beberapa orang yang juga asik membaca buku dengan tipe
yang sama.

“HABA SALSABILLA USMAN!”

“SStttt!!” “Pelan dikit dong.” “Brisik banget!” “Ganggu tau


ga.” Beberapa komentar mulai bermunculan, memusatkan perhatian
pengunjung toko selama beberapa menit pada Haba dan Sam.

“Ada apa?” Haba mulai berbisik, ia melangkah mendekati Sam.

“Gua pusing nih, ngeliatin buku.”

Haba menggaruk tengkuk lehernya yang tidak gatal, ia juga tidak


ada pengalaman dalam mencari buku UN SMA.

“Kata Mas Umar, penerbit ini udah terkenal banget. Soal-soalnya


tepat sasaran.” Haba mengambil beberapa buku dari penerbit yang
sama kepada Sam, setelah menutup teleponnya dengan Mas Umar.

Sam mengangguk seraya mengambil buku yang Haba pilihkan.


Belum tentu juga buku tebal seperti ini akan sanggup ia buka. Paling
sudah dijadikan bantal di kelas atau hiasan di meja belajarnya.

“Eh, tunggu deh.” Sam memberhentikan langkah Haba pada


lemari kaca berisikan aksesori sebelum keduanya menuju kasi.

Haba memberikan pandangan penuh tanya. Tidak mengeru


dengan maksud Sam.

“Bagus yang mana?”

“Ehm... ini.” Haba memilih gelang tali dengan satu

gai penghias.

“Kalau gitu kita samaan sekarang, satu buat elu,

“Tapi...”

batu hitam

gatu buat gua.”

Scanned by CamScanner
'ykan satu alisnya, ia tidak berkata apa-apa aedaim” “5

sam sewakili jawaban penolakan jika Haba enggan menerima


yang

pen Sam.”

“9yukron, 0 |

Sak ekpresi itu berubah menjadi senyum manis, senyum

beberapa orang di sekitar mereka cemburu

k keduanya. Lebih tepatnya cemburu karena menginginkan


dengan

m dari Sam. | )
Sam membukakan pintu, mempersilakan Haba keluar terlebih

aa ema ya, Ba. Bisa di opname lagi kali, kalau tadi gua nyari

buku sendirian.”
Haba menga
perhatiannya pada

ngguk sambil tersenyum tipis, ia masih memusatkan


gelang yang sudah menghiasi pergelangan tangannya.

“Lu kenapa sih, gak mau gua anterin naik motor? Takut item?
Kalau kaya gini kan jadi harus naik bus, nggak hemat ongkos.”

“Bukan mabram-nya, Sammy.”

“Emang dilarang?” )

Haba mengangguk. “Kecuali kalau emang keadaan mendesak, tapi


lebih baik dihindari. Apalagi motor jenis kuda begitu, nempel-nempel.”

“Apa? Nempel-nempel?” Kali ini Sam tertawa geli mendengar


penjelasan dari Haba. “Terus kalau bukan mahram, nggak boleh
apalagi? Pegangan tangan boleh nggak?”

“Enggak.”

“Pelukan?”

“Enggak juga.”

“Kis-sing?”

“Gak Sammy!” Langkah Haba tiba-tiba saja menjadi cepat,


menghindari topik pembicaraan.

bin »
Scanned by CamScanner
Tapi Sam buru-buru menyetarakannya kembali. “Jalan bareng
gini gimana?”

“Kembalikan ke niat, kita kan ke sini buat nyari buku bukan


buat ber-khalwat.”

“Sebegitunya?”

“Perempuan itu makhluk istimewa, dan Islam sangat menjaga


kehormatan perempuan, dengan memerintahkan menjaga aurat dan
pergaulannya. Semuanya udah diatur sama Allah, nggak perlu terburu-
buru karena Allah adalah sebaik-baiknya perencana. Ini semua demi
kebaikan juga kok.”

“Gak boleh semua dong? Kalau sayang gimana? Masa diem-dieman?”

“Kalau bener-bener sayang, seorang lelaki bakal ngejaga,


menghormati kedudukan orang yang dia sayang, menghargainya
sebagai mana wanita semestinya, bukannya ngerusak dengan menyentuh
seenaknya cuman karena alesan sayang. Itu sih, nafsu namanya."

“Terus?”

“Kalau sayang, peluk dia lewat doa, lindungi dia lewat menjaga
nafsu, biarkan dia tetap suci karena cukup Allah yang mengerti betapa
besarnya perasaanmu, cukup jarak yang mengerti betapa besar
dan perjuangaamu untuknya, cukup langit yang menjadi saksi 2128
penjagaan namanya, karena hati terbolak-balik sedang doa tercat
di langit selamanya.”

Sam lagi-lagi dibuat hanyut dengan perkataan Haba. Islam

artikulasi
mengajarkan cinta yang begitu dalam. Sangat jauh denga? "aji
Cinta yang Sam tahu selama ini. Bahkan mungkin cinta aa
salah kaprah dalam dunia remaja, hanya penyalur nafsu somuah ju,
semata. Dan dari Haba ia mengerti bahwa cinta tidak
cises adalah saru perjuangan dan komirmen yang harus IPP”

Scanned by CamScanner
“Ya gammy?”
“Gua pengen bareng-
“Gak bisa.”
Kenapa?”
nuh pertanyaan.

“Kalau bareng: —
hal itu nggak boleh. Kita harus jalan sendiri-sendiri, nggak boleh
padaha

ang mun |
sad danya kita udah sama-sama baik.”

bareng sama lu ke arah kebuilka

Sam memberhentikan langkahnya, menatap tg

Sa
lg

bareng, berarti aku harus ketemu terus sama kamu,

dur atau ketinggalan, aku tungguin kamu di ujung

jalan. Itu tan

sekalipun aku har


karena Allah, aku mau kita bertemu karena Allah, dan

us berpapasan dengan kamu di tengah penantian,

aku mau itu


berpisah juga karena Allah.

“Gitu ya?”

Haba mengangguk sambil memberikan senyum tipis.

“Oke!” Sam mengangguk mantap.

Haba tersenyum tipis sekali lagi saat mendengar semangat dari


jawaban Sam. Tapi kemudian, tatapannya menjadi hening. “Sammy.....”

Sam perlahan berhenti setelah mendengar panggilan itu, entah


mengapa namanya menjadi sangat indah saat itu diucapkan oleh Haba.
la membalas dengan menaikkan kedua alisnya sambil menatap Haba
dari samping sebagai pengganti jawaban, Iya?

Kemudian Haba buru-buru menggelengkan kepala, ia menghilangkan


segala niatan di dalam kepalanya. Karena jujur saja ia belum siap
untuk mengeluarkan apa yang ia pikirkan sejak tadi.
“Jangan nyesel.”

Jawaban itu semakin membuat Haba tidak enak hati, perasaannya


semakin tidak keruan. Yang ada, jalannya malah kian cepat, meninggalkan
Sam yang masih berada di belakangnya tanpa sedikit pun niatan
Untuk menyetarakan kembali langkahnya dengan Haba. Yang ada ia

—— .

Scanned by CamScanner
hanya tersenyum miring, sambil melihat punggung Haba yang kian
jauh dari kasat mata.

“Iucu. Mana bisa gua nggak ketemu terus-terusan sama elu?


Jelas-jelas aja lu tercipta buat dikangenin.”

, . "2
esai 1»
2

Scanned by CamScanner
“MAH, Sam berangkat dulu.”

Hari ini, Sam benar-benar menjalankan apa yang kemarin ia


bicarakan dengan Haba. Ada benarnya jika keduanya harus menjalani
kehidupan mereka masing-masing, dan pada akhirnya semoga Tuhan
mempertemukan Sam dan Haba pada ujung jalan penantian,
sama-sama ditakdirkan untuk bersama walau kenyataannya semua
terlihat mustahil.

“GILA!!! Sejak kapan lu keluar rumah sakit?” Andro langsung


terkejut saat melihat kedatangan motor Sam.

“Lebay lu! Kaya liat setan.”

“Muka lu belum bener gitu, udah maksa masuk. Kalau gua sih,
mending lanjut, apalagi ada Suster Ima, beuh pemandangan, Bro.”

“Yee si Otong, masalah bening-bening aja paling cepet.”

“Itu pertanda, gua masih normal.”

Sam melirik Andro sekilas, kemudian melanjutkan langkah menuju


kelas, Meninggalkan Andro yang masih betah berada di parkiran.

Si Odong, gua malah ditinggal! Awas aja lu!!”


| Samuel, kamu gak papa?” Itu dari Bu Riska, guru agama
Tisten-

nya yang masih serius membahas kegiatan reatret yang akan

247

Scanned by CamScanner
diadakan lusa. Sejak tadi ia memperlihatkan gerak-gerik Sam

tidak menandakan akan timbulnya suatu masalah. Dari tadi Sa


Im

hanya diam menenggelamkan wajahnya pada lekukan kedua tangan,

Sampai saat ini tubuhnya masih terasa lemas.

“Gak papa, Bu.”

“Sana gih ke UKS, jangan dipaksain.” Tiba-tiba Saja semua guru


menjadi perhatian dengan kondisi Sam. Tidak ada kata-kata ketus
atau teriakan-teriakan manja seperti hari biasa ia sekolah.

“Makasih, Bu.”

Saat itu juga ia langsung meninggalkan kelas, baru kali ini Sam
dipersilakan secara hormat. Tapi semua tampak sia-sia, ia tidak
merasakan kebahagiaan seperti dulu. Bahkan sudah dua hari ini
ia habiskan waktu sekolah di UKS, dengan mudahnya semua guru
mempersilakan Sam untuk beristirahat, padahal biasanya ia mati-matian
untuk bisa cabut: Tampaknya semua guru mulai bersyukur jika Sam
sudah mau masuk sekolah.

Sam tidak lantas menuju UKS, ia bosan jika harus bertemu lagi
dengan penjaga genit yang diam-diam mengambil gambar Sam saat
sedang tertidur. Biasa, anak PMR kelas 10, lagi demen-demennya
sama kakak kelas yang mau lulus. Jadi, ia memutuskan untuk menuju
taman belakang.

“Sam? Lo udah sekolah?” Iru Sandy, baru hari ini keduanya


kembali bertemu setelah keputusannya untuk tidak lagi mengejar sam

Pertanyaan itu membuat lawan bicaranya berhenti di rempah


menjawab pertanyaan Sandy d kadar anggukan sambi

y dengan sekadar angg


tersenyum tipis.
“Lo yakin udah sehat? Wajah Io masih pucet gitu.”

2. Ka mengangguk lagi, kali ini tanpa memberikan senyu


dingin Seperti biasa, -

man,

Scanned by CamScanner
r

7
“Lo mau ke mana?

Sam masih belum mengeluarkan Suara, ia


kepalanya lurus, seperti menunjuk suatu tem
ahnya karena seiring lorong tempat Sam ber:

kamar mandi.
kelas dan

“Mau gue temenin?”

“Gak usah. Sana gih lu masuk kelas" Ucap Sampean


meninggalkan Sandy yang masih terlihat khawar an

ir. Sam terus berjalan


Ka . 5
sampai-sampai ia tidak sadar jika badannya menabrak Seseorang

Menumpahkan tumpukan buku yang ia bawa pada sikapan tangan.

“Punya mata nggak sih lu?!” Lelaki itu belum melihat pelakunya,
tapi sudah uring-uringan sendiri. Lututnya ikut bersentuhan dengan
lantai, memungut satu demi satu buku yang sudah kadung berserakan.

Sam turut membantu, tidak biasanya ia begini. Kalaupun itu


salahnya, ia tidak akan terima jika sudah di bentak seperti itu. Tapi,
beberapa hari ini memang berbeda. Mungkin karena kondisinya yang

masih lemas, mendadak ia ogah untuk mencari gara-gara.

hanya mengzt

“Deo?” Mata keduanya bertemu setelah tersisa satu buku di


lantai. Menimbulkan suasana canggung, hening, dan saling buang
pandang. “Sorry, nih.” Dan sekarang buku itu kembali menjadi
tumpukan semula.

Tumben banget Sam minta maaf, harusnya kan gua udah di


gebukin gara-gara bentak dia. Ni orang yakin gak papa? gumam
Deo, sesekali memperhatikan Sam.

“Kalau gitu, gua duluan.” Sam meninggalkan Deo yang masih


memaku di tempat, menghindari jika suasana aneh lainnya datang.

“Lu udah gak papa?” Deo angkat bicara, tubuhnya memutar

Mengikuti langkah Sam.


Scanned by CamScanner
Di sisi lain, Sam tidak menyangka jika Deo akan bertanya tentang
kondisinya, karena seingatnya belum ada tanda-tanda perdamaian
dari kedua lelaki ini. Tubuh Sam ikut menoleh mengikuti arak
sumber suara, tidak ada jawaban selain anggukan dan senyum yang
mengembang. “Thanks.”

Deo ikut-ikutan mengangguk. Lalu keduanya sama-sama diam,

kembali pada arah yang berbeda, melanjutkan tujuan masing-masing.

pb ob

Dddrrrttt... Sam masih bersandar pada pohon besar yang asri, ia


tidak berniat ingin tahun notifikasi yang baru saja datang. Namun
beberapa menit setelah itu, perlahan ia bangkit karena bel pulang
sudah berdering nyaring. Saat itu juga perlahan Sam membuka satu

pesan yang masuk, dan itu dari Umar.

4 9

& Umar

Haba sama lu? Dari jam 10 dia belum balik.

Sam membulatkan pandangannya, saat itu juga ia bersegera


mengendarai Ninja hitam dengan kecepatan tinggi. Dilihatnya a10
yang menunjukan jam sudah pukul 17.05

“Ni bocah ke mana?” Sam sudah mengunjungi toko buku,


masjid, taman, halte, dan tempat kajian yang biasa Haba datang"

Tapi hasilnya nihil, tidak ada tanda-tanda keberadaan Haba di ser

Scanned by CamScanner
m teringat dengan suatu tempat, harapan na
ukan Haba dan kali ini Sam sangat yakin.

i Sa
La on

peokak

«Ummi, maafin Haba ya. Haba belum bisa jadi anak yang salehah,
ijaba bohong dan sampai peang Haba belum bisa jujur. Haba takut
kalau pertemanan Haba bakal hilang lagi, Haba nggak mau Ummi.
Maafin Haba.” Haba seakan-akan sedang berbicara pada seseorang
yang masih hidup, sudah dari enam jam yang lalu ia memutuskan
untuk kembali ke sini, bertemu dengan ummi-nya. Ia rindu dengan
suasana dulu, dengan mudahnya bercengkerama, bercanda tawa, dan
berbagi kasih.

Namun semua hilang sejak tujuh tahun yang lalu, Kecelakaan


yang merenggut ummi-nya, memaksa Haba untuk menjalani hidup
tanpa seorang ibu. Padahal ia sudah menunggu momen di mana ia
merasakan jatuh hati dan mencurahkan perasaannya pada Ummi,
seperti anak perempuan pada umumnya. Tapi Haba harus menerima
kenyataan, jika ia sudah tidak bisa lagi, hanya doa sebagai perantara
hubungan dua dunia ini.

“Kata siapa gua bakal hilang dari pertemanan surga ini?”

“Sammy?” Haba sukses dibuat kaget dengan kedatangan Sam,


buru-buru ia menghapus sisa-sisa air mata yang sejak tadi tumpah.

“Gua nunggu lu, buat jujur.”

“Maaf. Aku nggak bermaksud...”

“Iya lu bermaksud, lu bermaksud buat ngusir gua dari hidup hu.


Itu maksud lu kan?”

: Haba mengangguk pelan sambil pandangannya menunduk dan


bibirnya tertekuk.

LV a

Scanned by CamScanner
“Harus banget bohong? Nyuruh sepupu lu buat Pura-pura jadi
ibu lu? Terus mojok-mojokin gua? ! mean, mojokin perbedaan sin
kita?”

“Aku salah.”

“Siapa bilang lu bener? Tapi, lu niat juga ya.”

Hati Haba seperti tertusuk. Untuk kedua kalinya ia mendengar


Sam berbicara ketus padanya dan lagi-lagi ini semua karena ulahnya
sendiri.

Tapi Sam tidak akan bisa jika harus marah dengannya, dari awal
Umar sudah memberitahu Sam tentang kebohongan yang dilakukan
Haba, Sam tidak pernah terlintas untuk membencinya. Ia malah
tidak menyangka Haba seniat ini ingin mengusir Sam dari hatinya,
memaksa keadaan Sam untuk mencoba menerima Sandy dan Haba
berhasil menyukseskan itu semua.

Sam ikut berlutut, duduk di samping gundukan tanah dengan


rumput hijau yang rapi dan indah, ada bunga-bunga yang masih segar
yang baru saja Haba taburkan, dengan nisan bertuliskan Halimah
Salsabilla bin Abdul Muhammad. Hari ini, tepat ulangtahun ummi-nya
yang ke 45.

“Halo Tante, saya Samuel Arya Baskoro, saya Christian, Tante.


Saya temannya Haba. Pertama kali saya lihat Haba, hati saya sudah
jatuh buat dia Tante. Pertama kali saya berbicara dengan Haba, Sa
ketus banget Tante. Irit ngomong, saya suka liat dia jampi-jamP -
bus Tante, tapi sekarang saya tau itu namanya zikir.

“Saya harus ngegebukin preman dulu buat tau namanya Habs,


Tante. Jujur aja, digebukin berasa manis, karena lewat situ saya Ka
malai deket sama Haba. Tante, sejak saya kenal dengan Haba, 54"
belajar banyak, saya mengerti kalau hidup nggak sekadar seneng: senen

Scanned by CamScanner
5 1 nana

2 x

- Ri “
2
F,

. sia kalau terus-terusan nyalahin masa lalu, lewar


dan ak menerima segala rencana Tuhan.
ag saya berubah Tante, sudah beberapa bulan ini
pehenti ngerokok...”

Tiba-tiba mata Haba terbuka lebar, jadi selama ini aroma


iba

ada di tubuh Sam saat keduanya pertama kali bertemu bersumber


ne benda yang sangat Haba benci. Dan semuanya terjawab di sini,
aa ia tahu lambat laun aroma itu kian hilang, berubah menjadi
aroma wangi yang mampu menyihir siapa pun di sekitarnya.

« .. itu semua awalnya karena Haba, Tante. Tapi Sam sadar kalau

Ta
Ni

Haba

saya

perubahan itu harus dari dalam diri sendiri, tanpa menggantungkan


orang lain. Waktu Sam jauh dari Haba, Sam ngelakuin hal buruk lagi.
Di situ, Sam sadar kalau niat Sam udah nggak baik. Tante, waktu
di masjid, Sam pernah denger Haba baca surah An-nisa. Sam boleh
jujur nggak kalau Sam cinta dengan tiap ayat yang Haba lantunkan.

“Tapi Tante, beberapa waktu kemarin Haba sukses bikin Sam


putus asa, Haba sukses matahin hati Sam. Haba maksa Sam buat
nerima orang lain, Haba maksa Sam buat jatuh cinta sama orang
in. Dan anehnya, Sam nggak bisa marah ke Haba.

“Maaf ya Tante, Sam lancang masuk ke hidup Haba, Sam nekat


ngejalanin hubungan beda agama gini, Sam maksa hati Haba buat

nerima Sam, padahal Sam tahu kalau semua ini mustahil untuk
menyatu,

“Tante, Sam izin ya buat jadi temen surganya Haba. Walau jujur,

Sam Sebenernya lebih seneng kalau bisa jadi menantu Tante. Tapi gak
Papa Tante, Sam tahu rencana Tuhan pasti yang terbaik. Sam pasti

u . .
. Haba bukan karena sesuatu yang sia-sia.
Tante.

| Sana, M Selamat ulang tahun ya. Semoga Tante baik-baik di


| "Makasih udah ngelahirin perempuan seperti Haba, perempuan

ah ta

Scanned by CamScanner
sebaik dan seistimewa Haba. Puji Tuhan Sam dikasih ke
buat ketemu sama Haba. Tante, Sam janji bakal jadi temen

Sempatan

yang baik,
ya, Tante,”
Kemudian Sam meletakkan mawar merah yang Sejak tadi ia

nggak bakal bawa Haba menuju keburukan. Izinin Sam

pegang tepat dibagian tengah. Tangannya memegang nisan hitam


itu, sambil sesekali tersenyum. Kemudian bergantian memandang
Haba yang berada di depannya dengan tatapan tidak percaya. Sam
mengeluarkan isi hatinya tentang Haba. Di sini, pada ummi-nya dan
secara tidak langsung menyatakan isi perasaannya.

“Lu balik gih, Mas Umar nanyain lu.”

Haba mengangguk pelan. Ia masih canggung karena tidak berhasil


berkata jujur dengan Sam. Ia meraa semakin bersalah karena Sam
sudah tahu yang sebenarnya.

Sam mulai mengembalikan posisinya seperti semula, ia melangkah


meninggalkan Haba yang belum berubah sedikit pun.

“Kenapa nggak marah?”

Sam menoleh, membuang napas panjang sambil melihat Haba


dengan senyuman tipis. “Mana bisa sih, gua marah sama elu?”

Haba semakin tertunduk. “Aku pasti jahat banget?”

Sam kembali tersenyum, ia berjalan kembali menuju Haba yang


masih duduk. “Haba, gua coba buat ngerti. Lu nggak perlu susah
payah lagi buat ngusir gua, gua nggak bisa ninggalin lu, gua per
bilang kan? Tapi, mungkin gua bakal belajar buat ngejalanin hidup
gua sendiri. Makasih ya udah ngerubah hidup gua.”

“Kamu bener nggak marah?” . wGva

Sam kembali tersenyum, entah untuk yang keberapa hati 1

Cuma pengen lu jujur sama gua, sekalipun lu minta gua bua

Han
£

Scanned by CamScanner
kecil dalam hati. Ia tidak menyangka Sam akan

ba Ik
Ha bergumam

ik nb yuk, gua masih lemes nih.”

va ngguk, menyetujui. Ia berdiri dan melangkah kecil,


Ha meng

cakan langkah Sam yang sudah lebih dulu di depannya.


yera

"

Sa menoleh ke arah Haba tanpa mengeluarkan satu patah kata


eolah-olah itu adalah tanggapan dari panggilannya.

«Makasih ya mau ke sini.”

Sam mengangguk. “Makasih juga udah nyeritain gua sekaligus


pgenalin gua ke ummi lu.” Tiba-tiba saja tercetak senyum lebar dari
Sam, yang sontak
Haba sudah kelewat malu, ia lupa menanyakan satu hal, sejak kapan

Sam berdiri di dekat Haba, mendengarkan semua pembicaraannya

N,

langsung membuat Haba diam mematung di tempat.

dengan ummi-nya.
“Ja-ja-jadi?” Haba terbata-bata, antara malu, kaget, deg-degan.

Jika Sam mendengar semuanya, itu berarti bukan hanya Sam yang
mengeluarkan perasaannya tadi, tapi Haba juga.

Sam lagi-lagi tersenyum lebar ke arah Haba, seakan peluhnya


hilang semua. Karena ia sukses membuat Haba mati kutu. Jelas-jelas
Sam tidak tahu apa-apa, ia baru saja tiba di sana. Kebetulan saja
kepercayaan diri Sam di atas normal dan ia jago berbohong, tidak
ada apa-apanya kalau disuruh ngerjain perempuan polos seperti
Haba. Dalam hatinya Sam tertawa geli, 1a menebak-nebak bagaimana
Perasaan perempuan itu.

“Udah, santai aja kali” Sam lagi-lagi seakan tidak merasa


bersalah, membuat Haba kelewat malu. Bahkan mungkin pipi Haba
“dah berubah menjadi tomat.

bi "

perlahan. Yow don't have to go, Samuny. F5

Scanned by CamScanner
Keduanya masih berjalan menuju halte. Entah mengapa Sam
malah tidak merasakan sakit lagi, Haba benar-benar seseorang yang
luar biasa. Dengan diam saja sudah membuat Sam klepek-klepek,
Walau sampai saat ini Sam masih belum mengerti tentang perasaan
Haba terhadapnya, semua seperti terlihat abu-abu, tidak jelas apakah
ia merasakan hal yang sama dengan Sam atau sebaliknya.

Tapi semua kembali lagi, perasaan ini tulus ia berikan. Ia tidak


akan meminta balasan, karena jika ini tidak tulus mungkin Sam
sudah meninggalkan Haba lebih dulu. Karena sudah tahu betapa
besar banteng yang membatasi keduanya. Toh, selama mereka berada
di bumi yang sama, berada di langit yang sama. Mereka tidak akan
mengerti dengan hari esok, bagaimana Tuhan merangkai masa depan.

Bisa saja keduanya bersama kan? Tapi apa pun itu, Sam bersyukur
karena telah mengenal Haba di sini dan saat ini. Ia tidak akan pernah
menyesal telah berjuang untuk Haba, walau ia tahu perjuangannya
sudah di ujung kekalahan.

Scanned by CamScanner
GAM”

senyum kaku ketika pintu itu terbuka. Ada seseorang yang

menyambutnya dengan tercengang. Bagaimana


unjungi rumah Pak Erik lengkap

Sarn ter
sejak tadi ia tunggu,
vidak? Tiba-tiba saja muridnya meng

dengan tas punggung, penampilannya turut serta mendukung seperti

orang yang sedang kabur dari rumah.

“Kamu teh arek naon atuh ka diet


2?

1271

“Saya nggak di suruh masuk, Pak

“Eh, iya atuh hapunten.” Pak Erik mempersilakan Sam masuk,


membawakan segelas jus mangga yang masih segar untuk segera
Sam minum.

“Pak Erik tau aja saya aus.”

“Terus kamu teh kumaha? Aya naon euy?”

“Saya males Pak ikut reatret. Bapak kan tau sendiri.”

“Ari Bapak sarta indung kamu teh kumaha? Teurang teu kalau

kh 4
amu teh nggak ikut reatret?2”"
ang engaa

1
2 tuh mau apa ke sini?
. Ya, saya minta maaf deh.
€TUS kamu gimana? Ada apa?

4 Kalau
Bapak .
Teatrer) Pak dan Ibu kamu gimana? Tahu nggak kalau kamu tuh nggak ikut

27

Scanned by CamScanner
mn P 5
ar“
“. 1
eta

Sam menyelesaikan tegukan terakhirnya, kemudian menggelengkan


kepala. “Itu gampang Pak, yang penting saya nggak mau pulang dulu,"
“Saya teh mau pergi, tapi ada Bagus sama Bagas di rumah,”

“Ke mana, Pak?”


“Bapak teh mau ke Bogor...” Pak Erik belum menyelesaikan

kalimatnya, tapi Sam seperti SU


Erik tidak akan membawanya kabur atau memurilasinya di tengah

dah mengerti. Toh, ia percaya Pak

perjalanan. “Ikut Pak.”

Pak Erik menggelengkan kepala sambil tersenyum, ia sering


memaklumi sikap Sam yang seperti ini. “Hayu atuh.”

“Sekarang Pak?”

“Iya atuh sekarang, Bapak teh udah siap ini.” Pak Erik berdiri
dari sofa dan meninggalkan Sam sendirian di ruang tamu. Kemudian
datang kembali dengan membawa tas seperti Sam, sambil memainkan
kunci mobil di jari telunjuknya. Keduanya kini siap untuk berangkat.

Ada Naila, istri Pak Erik. Keduanya berpamitan dengan mesra,


Naila dengan lembut mencium punggung tangan Pak Erik, begitu
pula Pak Erik yang mencium kening Naila. Seperti keduanya enggan
dipisahkan, padahal jarak Bandung-Bogor mungkin hanya berkisar
dua sampe empat jam.

Sam yang ikut berdiri di luar pintu, mem


saksama. Ada kehangatan di antara pasangan yang sudah menikah
sepuluh tahun ini. Belum lagi, dua anak kembar bernam# Bagas dan
Bagus yang ikut-ikutan berebut mencium tangan Pak Erik, semuany”
terlihat begitu manis. Sepintas ia memikirkan jika pemandanga" 1
terjadi di antaranya dan Haba.

“Assallamualaikum. Bagas sama Bagus, jagain Ummi ya,


bandel.”

“Waallaikumussalam, hati-hati ya Abi.”

andang itu dengan

jangan

id

Scanned by CamScanner
dalah bagian dari kebahagiaan. Mereka sama sekali tidak

'bedakan Sam. Ini bukan kali pertama Sam datang ke


vunah Pak Erik, dan tidak pernah ada penolakan. Pintu ini seperti

terbuka menyambutnya.

ugeru ya Pak kalau udah punya keluarga?”

“Cinta itu komitmen, Sam. Kalau kamu cinta segera seriuskan,


tu adalah satu-satunya solusi untuk menghindari fitnah dan menjaga
cinta tetap fitrah karena jalannya tidak haram. Menikah itu sunah
Rasul, suami dan istri yang saling berpandangan penuh cinta Insa
Allah diridai Allah, apalagi ada Bagas sama Bagus, Masya Allah
betapa sempurnanya Allah membuat hidup Bapak kian indah.”

Sam tampak terkagum-kagum, betapa berartinya sebuah keluarga


bagi Pak Erik, betapa bahagianya dengan kehadiran buah hari di
antara mereka, betapa mulianya cinta di agama Islam.

Sam

“Tapi banyak tuh Pak, yang nikah akhirannya cerai.”

“Nah, hanya orang yang memiliki tanggung jawab yang berani


mengajak orang yang dicintainya menuju Allah, menuntunnya ke jalan
Allah dan bersama-sama berjalan menuju jarmah. Jelas suatu masalah
tu ada Sam. Tapi di situ intinya, pernikahan itu bukan ikatan saja,
Upi kehidupan. Dan kehidupan itu bukan bahagia saja, ada manis,
“em pahitnya, Tapi apa pun itu, Bapak yakin ketika masalah sebesar
kapal, Allah adalah samudra. Allah nggak akan memberi masalah
melampaui batas umatnya. Asal kamu tahu aja, ngelewatin masa-masa

tri itu seru, kita banyak pengalaman. Dan semakin kuat

Scanned by CamScanner
—-

fondasinya, karena Allah menguji umat semata-mata agar Meteka


kuat dengan segala macam kehidupan.”

“Jadi pengen cepet-cepet nikah, Pak.”

“Eh atuh, sekolah dulu yang bener. Pernikahan teh bukan cuman
cinta. Kamu teh harus mapan. Iman dan masa depan. Mau dikasih
makan apa istri kamu kalau belum lulus aja udah minta dinikahin?
Yang ada teh nafsu, bukan karena Allah.”

Sam tertawa kecil. “Siap Pak.”

“Alhamdulillah.”

“Pak, kita ke Bogor mau ngapain ya, Pak?”

“Mau ketemuan sama temen-temen kuliah Bapak.”

Itu artinya Sam akan bertemu dengan orang-orang ahli agama,


karena jelas Pak Erik adalah sarjana agama Islam, terlihat dari gelar
di belakang namanya. Muke gile! Gua kumpul ama ustaz-ustaz dong?

“Sama ustaz dong, Pak? Wah, Bapak bercandanya nggak serunih."

“Saha oge anu bercanda? Bapak teh serius. Salah siapa tadi main
ikut-ikut wae.”

Sam menghela napas panjang, menyenderkan punggungnya


pada jok mobil. Matanya beberapa menit sudah terlelap. Tidak
bisa membayangkan dirinya berkumpul bersama orang-orang yang
berumuran jauh di atasnya dan ahli agama. Bisa mati kutu si Sam,
mana penampilannya berandal gini segala pake anting, dia juga pake
Rosario. Good luck Sam!

Sam merasakan mobil yang mulai berjalan lebih lambat dari

uk
sebelumnya, matanya terbuka, ternyata mobil Pak Erik sudah mas
luar sand

bahkan

ke dalam kawasan penginapan, ada beberapa orang di |


dengan pakaian yang tidak jauh berbeda dengan Pak Erik, |
ada yang lebih agamis, seperti orang dakwah yang pernah -. Jah
saat tidak sengaja menonton TV. Dari tatapan matanya saja SU |

Scanned by CamScanner
har sebagi orang berilmu. Mateng deh Sam di sini, bakal kelewat
nge Ue

“Santai aj
“Bapak udah berapa lama nggak ketemu mereka?”

uLima mungkin, bahkan ada yang sepuluh tahunan lah Sam.”


uIya seru Pak, pas jaman kuliah, sekarang mah udah beda kali.”
Terdengar tawa renyah dari Pak Erik. Ia bahkan tidak sama sekali
mengkhwatirkan tentang keberadaan Sam. Pak Erik terlihat senang

a Sam sangat antusias untuk ikut dengannya. Walau, akhirnya


ren

a, mereka teh seru-seru.”


,

ka
i neh.

Sam akan merasa a

ia yakin

“Ini serius, Pak?” Sam semakin ragu, mobil yang dikendarai Pak
Frik sudah benar-benar berhenti, terparkir dengan sempurna. Hanya
tinggal satu langkah lagi untuk terlibat dalam acara reuni ini.

“Iya, bayu atuh.”

Dengan pasti Sam membuka pintu mobil, melangkahkan kakinya


dan membuang jauh-jauh rasa tegangnya yang sudah bercampur
aduk. la mencoba tetap santai di belakang Pak Erik, yang dengan
semangatnya berjalan mendekati kumpulan orang-orang berpeci. Pak,
pelan-pelan Pak ini ati udah jedag jedug.

“Assallamualaikum. Masya Allah Erik, kaifa haluka? Udah lama


ane nggak ketemu sama ente.”

“Waallaikumussalam. Alhamdulillah bi khoir. Jadi bagaimana


dakwah keliling dunia? Ciprat-ciprat ilmu sama saya, biar ikut jadi
kekasihnya Allah.”

“Masya Allah. Ilmu ane belum ada apa-apanya. Aamiin semoga


Allah ngizinin ane bisa ngerambah dunia buat syiar Islam.”

Sam semakin canggung, sejak tadi ia hanya tersenyum kaku,

Tidak tahu harus berbuat apa. Sepertinya Pak Erik mulai tenggelam
dengan nostalgia,

5 ) zbt

Scanned by CamScanner
“Ini saya sama murid saya, sudah saya anggap anak.” Ternyata
tidak, tanpa Sam sangka as Erik mengenalkan keberadaannya pada
semua teman yang ia temui.

Sam menganggukan kepala sopan, ia mencium punggung tangan


setiap orang yang Pak Erik kenalkan padanya. Beberapa di antara
mereka kecurian sempat memandang Sam aneh, mungkin terpusat pada
kalung Rosario-nya, ada pula yang tampak biasa saja dan banyak di
antara mereka bahkan menyambut Sam hangat.

“Masya Allah, cakep pisan anak lu.”

“Satria! Lu apa kabar? Kapan balik ke Indonesia?”

What the hell? Are you kidding me? Pak Erik barusan ngomong
pake elu-gua. Luar biasa.

“Tiga tahun yang lalu, anak lu udah gede aja.”

“Eh iya kenalin, Samuel.”

Sam kembali menebarkan senyum. Laki-laki ini memang berbeda,


terlihat lebih santai dan gaul seperti Pak Erik. Sam yakin ia adalah
sahabat karib Pak Erik, buktinya keduanya sangat membaur, seperti
saat masa-masa kuliah. Entah mengapa, ada sesuatu yang tidak
asing dengan laki-laki ini, seperti Sam pernah kenal atau mendengar
namanya. Tapi tidak tahu kapan dan dengan siapa.

Acara reuni dimulai dengan nostalgia, semuanya melepas rindu.


Termasuk Pak Erik yang sejak tadi tidak berhenti berbicara, kadang
tertawa lepas, atau mendengarkan dengan serius. Sam yang Ka
mulai tidak bisa menyelam lebih jauh, memilih untuk pergi Ke

2 dengan
seruan angin malam Bogor, ditambah lagi dengan biang Pon
a
yang berkelap-kelip mengingatkannya pada hari saat Sam dan
berbincang setelah sekian lama keduanya saling menghilang, 3

malam yang sempurna.

Scanned by CamScanner

luar, membawa coffee creamer yang panas, menemaniny.


ve ag bermain ayunan, asyik dengan dunianya sendiri. Sam

| | gadis iru, dan duduk di ayunan di sampingnya, wa

Serkan seleges Gada Sanga Ta Pesing “Kanan kanan pa


Gadis tu mengangguk, penampilannya mengingatkan Sam dengan

Haha versi kecil. Anak wi mungkin seumuran Chris, namun terlihat


menggemaskan dengan jilbab yang ia pakai.

lebuh
«Nama aku Sam. Kamu siapa?”
“galma Kak.”
Sam tersenyum. “Papah kamu di dalem ya?”
Gadis itu lagi-lagi mengangguk. “Dari tadi Papah sibuk ngobrol.

Aku dicuekin.”
Sekarang Sam tertawa renyah sambil mengusap kepala gadis kecil

ru, ia menemukan seseorang yang senasib dengannya. “Kalau Salma

udah gede, pasti ngerti.”


“Salmaaa, sini Sayang.” Tiba-tiba seseorang memanggil gadis kecil

tu, ia berdiri di depan pintu mengarah ke halaman sambil tersenyum.


Membuat Salma tidak bisa menolak panggilan itu, seketika keduanya
larut dalam pelukan kehangatan.

“Salma bosen ya? Marah sama Papah gara-gara dicuekin?”

Salma lagi-lagi mengangguk dan memanyunkan bibirnya.


sih marah nggak?”
asih hangat melingkar

enggak ngambek lagi

“Kalau Papah beliin ice cream, ma


Salma menggelengkan kepala, tangannya mM
pada lelaki itu. “Kalau ice cream-nya banyak,

deh.” Kemudian ia tersenyum.

“Anak Papah, doyan bener sama ice cream. Sini Papah sayang
sni." Lelaki itu kemudian mencium pipi Salma lembut, sambil sesekali
menggelitiki gadis kecilnya. Menciptakan tawa yang terasa hangat. |
Sam yakin ia adalah ayah dari Salma. |

ag

Scanned by CamScanner
PP

“Tante Bunga mau ketemu tuh sama Salma, bawain Salma Cokelat
yang banyak. Salma inget nggak sama Tante Bunga?”

Lagi-lagi Salma mengangguk kecil, bibirnya masih terus tersenyum,


Kemudian melepas pelukannya, dan langsung lari terbirit-birit ke dalam
untuk mencari seseorang bernama Bunga, ia sudah membayangkan
betapa banyaknya cokelat yang akan ia bawa.

“Jangan lari-larian, Sayang.”

Sam kemudian berhenti dengan pengamatannya, ia kembali melihat |


langit. Tersenyum ke arah bintang, membuat Sam merindukan Baskoro.

“Makasih ya mau nemenin Salma.” Laki-laki itu berjalan mendekati


Sam dan sekarang bergantian menemani Sam.

“Salma anaknya Om?”

“Dia anak saya satu-satunya.” |

“Salma gemesin banget Om, saya seneng.”

“Kamu nggak niat nikahin Salma kan?”

“Ha?”

“Bercanda doang saya.”

“Kirain Om, orang masih bocah gitu. Sam sih udah ada calon
di Bandung.”

“Alhamdulillah. Segera diseriuskan saja, kenalkan sama Allah


agar diridai.”

Sam tersenyum, sebenarnya ia tidak benar bahagia dengan


senyuman itu. Andaikan Om tahu, calon gua aja beda agama"
Gimana ngenalinnya?

“Sam kayak nggak asing deh sama Om, kaya perna


aja gitu.” . setelah

“Oh ya? Selama ini saya dan Salma tinggal di Kairo, tap! »
sepeninggal istri saya, saya memutuskan untuk kembali ke?”
j1 “Maaf Om, saya nggak bermaksud buat ngungkit mes

h ketemu

5 EN an L ONE

Scanned by CamScanner
ku tERENYUM, ERUAP Pl Yng ak Ag
) La mencrtakan kematian istrinya bebe" 9g
"Gak papa Sam. Lagi pula itu sudah iga
“mur saya, istri saya bukan bagian dar
sajian dari saya, dulu, saat ini dan sampai kapan

lengan dia. Saya sadar dia adalah orang

salah satu bidadari surga yang Allah turunkan ke Bumi dan betapa

Tante Rianti, bareng Salma


| juga di surga. Ngumpul lagi kayak dulu

“Aaamiin. Terima kasih ya, Sam.”

“Papahhh....” Kali ini Salma kembali dengan cokelar yang ia


| pegang erat-erar.

Pah, Salma sudah mengantuk sekali. Ingin tidur.”


memperhatikan tingkah Salma, jika sudah
ngkat kegemesan Salma naik hingga lima puhuh

Satria tersenyum
Mengantuk begini ti
Penen, “Kalau begi

TU saya tinggal dulu ya Sam, lebih baik kamu


“trahat pasri capek
“Iyaa Om.”

dari Bandung ke sini.”

Scanned by CamScanner
“Thankyou sweet heart.”

“Your welcome. Good night and nice dream Kakak ta


Salma terlihat malu-malu, bahkan anak kecil macam Salma "
sa

paham kalau Sam orang tampan. Kalau gini sih udah PASTI bener
anak kecil mana ada yang bohong, yakan? |

| Sam ikut-ikutan tersenyum, begitu juga dengan lelaki yang sejak


tadi mengelus kepala Salma lembut.
“See you.”

ppakak

“Gimana, temen-temen Pak Erik seru-seru kan?”

“Om Satria doang deh kayaknya.”

“Ya dia mah temen Bapak dari SMA. Udah sohib banget. Mana
cakep, pinter pisan.”

“Sayangnya cepet banget dipisahin sama istrinya.”

“Rencana Allah tidak ada yang tahu Sam.”

Sam mengangguk. “Temen SMA, Pak? Bukannya Om Satrio


dulu di Kairo?”

“Iyaa, jadi waktu kuliah sebenernya mah kita satu universitas,


cuman dasarnya mah orang meuni pinter, dia dapet beasiswa di Kairo
plus dapet istri di sana.”

“Oh...

“Satria itu kisah cintanya sama kaya kamu lho, Sam.”

“Kisah cinta yang mana, Pak?”

“Beda agama.”

“Hah?” Tiba-tiba saja Sam tersentak, ia bahkan meneggaki?”


posisi duduknya saat mendengar penjelasan Pak Erik. Seper"

Scanned by CamScanner
semua tanda yang ia rasakan saat bersama dengan Satria

menga

rin malam.

“Woles wae atuh, Sam.”

.perarti? Mereka nggak nyatu, Pak?”

“Enggak, Bapak sih kurang tau ya kumaha ceritana teh. Cuman

ng Sulu pas jaman SMA beda agama pacarannya dia mah.

ema Km
sekarang pa" nikahna sama Rianti.

“Mantannya yang dulu namanya siapa, Pak?” Sam pelan-pelan


menanyakan hal itu, ia menghitung mundur, menyiapkan dirinya
untuk mendengar jawaban Pak Erik, kedua matanya menatap serius,
telinganya terbuka lebar kalau-kalau ia salah dengar.

“Sghanyaa, Bapak teh lupa euy, udah lama pisan.”

“Yg-ilah, Pak.” Sam kemudian menyenderkan kembali badannya


pada jok, kecewa dengan jawaban Pak Erik. Tapi ia tidak menyalahkan,
karena mungkin kejadian itu sudah begitu lama.

“Oh iya Bapak inget, namanya teh Sindy.”

Deg...

Scanned by CamScanner
“gAM?!!! KAMU KE MANA DUA HARI KEMARIN? BU RISKA
BILANG KAMU KABUR NGGAK IKUT REATRET? JUJUR
SAMA MAMAH#!” Teriakan itu yang pertama kali menyambut

kehadiran Sam saat masuk ke rumah. Mbok Minah yang lebih dulu
membukakan pintu sudah memberitahu Sam jika Tante Sindy terus
khawatir tentang keberadaannya, bahkan sempat akan menghubungi
polisi tentang hilangnya Sam.

“Mah...” Sam memegang pundak Sindy yang sejak tadi sibuk


memijat-mijat kecil keningnya, sudah dua hari ini ia tidak bisa tidur,
khawatir dengan anak lelakinya itu. “Sam baru pulang, masa udah
diteriakin?”

“Terus kamu ke mana? Kalau kamu nggak mau ikut reatret kan
bisa bilang Mamah. Jangan kabur-kaburan gini.” Suaranya seketika

mel : :
emburt, cmosinya sudah mulai turun.

“Sam ke Bogor sama Pak Erik.”

Ada napas lega dari Sindy, ia sudah sering diceritakan tentang


BUTu agama Islam yang bernama Pak Erik itu, walau belum pernah

Mu secara langsung. Tapi Sindy percaya Pak Erik adalah orang

baik-ha:
“ik, yang menyayangi Sam seperti anaknya sendiri.

| ag

Scanned by CamScanner
“Telepon, SMS, BBM, Line, Whatsapp kan bisa?” |
“Yang penting sekarang Sam udah pulang.” Sam tersenyum ke
arah Sindy. “Mah...” |

“Hm?”

“Tebak Sam ketemu sama siapa di Bogor?”

“Siapa?”

“Om Satria.”

Jeddeeerrrrrrrr... Tiba-tiba saja hati Sindy seperti meledak, ia


mendadak kaku, diam. Setelah sekian lama, ada seseorang yang menyebut
nama itu lagi, dan itu Sam. Ada sepercik rindu dari lubuk hatinya,
kejadian itu sudah sangat lama. Tapi masih menyisakan bekas yang
mendalam. Ditambah lagi dengan Satria yang tiba-tiba menghilang,
tidak terdengar kabar seperti di telan bumi, dan sekarang ia kembali.

Ada tatapan sendu dari Tante Sindy, ia memandang Sam lekat-


lekat. Bisa saja ini tipuan kan?

Sam mengangguk, seperti paham arti tatapan itu. “Dari tiga

tahun yang lalu.”

“Di-dia, apa kabar?” Sindy membuka mulutnya, hanya itu yan


ingin ia ketahui sekarang. Cinta masa SMA-nya. Cinta beda agama

yang kandas.

pakak

ata"
main aja.

“Gua kan udah minta maaf, asli itu cuman kalah di


ini tera

Haba tetap diam, ia tidak sama sekali berbicara. Semua au


karena ketidaksengajaan Haba memergoki Sam menghabiska :
puntung rokok, dengan beralasan karena kalah main ToD:

“Gua harus gimana dong biar elu nggak marah?”

3 : “Siapa yang marah sih?”

Scanned by CamScanner
,Gak usah bohong deh.”
Mungkin aa. .
Ummi aku, udah ngelanggar janji kamu sendiri.”

Ara gua minta maaf ke Yesus, ke Ummi lu.” Sam masih terus
rajuk, ia tahu ini a
“bodohi oleh Dafa karena main ToD dan apesnya tiba-tiba aja Haba
kewat Sialan emang si Dafa!

Haba tetap diam, ia tersenyum kaku. Terlihat sangat terpaksa,

dalah kesalahan fatal, bisa-bisanya dia mau

bahkan ogah-ogahan.
“Im not as good as you think, Ba.”

«Aku yakin kamu baik.”

“Sotoy.”

“Kamu aja yang pura-pura jahat.” Sam yang bergantian diam


mendengar perkataan Haba. Ia malah merasa tidak pantas, mengingat
kelakuannya selama ini tidak sebanding dengan perempuan manis yang
sejak dulu ia perjuangkan. Bagai bumi dan langit, tidak bisa menyatu.
“Aku kasian sama kamu. Hati kamu baik, tapi kamunya enggak,
terus-terusin aja ngingkarin hati kamu. Enggak capek apa ngebohongin
diri sendiri?” Haba berbicara sambil memandang langit, sementara
Sam mencoba mengerti perkataan Haba yang cukup menyayat hati.
“Silent means yes.”

Sam berbalik memandang Haba, kemudian ia mengambil tasnya


dan mulai melangkah menjauh. Meninggalkan Haba dengan keheningan
yang dingin. Hatinya geram, tapi apa daya? Perempuan yang sedang
berbicara dengannya adalah seseorang yang sedang mengisi hatinya.
Toh, Seberapa tajam perkataan Haba tidak akan mengurangi perasaan
Sam, Hati yang telanjur dibuat gado-gado ini hanya terbuang dalam
keheningan.

“Mau ke mana? Mau ngebohongin diri kamu lagi?”

ik harusnya minta maaf sama Tuhan, rnins4 mak

ji

Scanned by CamScanner
Sam tidak menoleh, namun langkahnya berhenti saat itu :
Mengharapkan Haba untuk mengejar dan menahannya yan Ka
pergi bagaikan menggapai udara. Rasanya tidak mungkin.

“Aku titip hati kamu ya.” Haba menambahkan, membuat


Sam kembali berjalan seraya memberikan ibu jarinya di udara. Ia
meninggalkan Haba begitu saja. Dari kursi tempatnya duduk, Haba
hanya tersenyum kecil. Seperti ia sudah menduga hal ini akan terjadi.
Ia senang jika laki-laki yang hendak mengisi hatinya itu mulai berpikir
dengan segala perbuatan yang ta lakukan.

...

Di bus tempat mereka biasa bertemu, keduanya hanya berikat hening.


Satu-satunya alasan Sam menaiki bus pagi ini, hanyalah karena
motornya yang dipinjam oleh Stefan, sepupunya yang baru saja datang
dari Amerika.

“Lu tuh emang nyebelin ya?” Sam memandang Haba dengan


tatapan penuh tanya. “Gak ngerasa nyakitin hati orang?” Sam

menambahkan.
“Oh. Maaf.”
“Udah? Gitu doang?”
Haba mengangguk pelan.
“Mang, mang!! Udah turun sini aja.” Kemudian bus itu berbenn
di jalan yang masih jauh dengan keberadaan sekolah. Merasakan
semuanya semakin panas, Haba mengikuti langkah Sam dari belaka"
“Kamu nggak sekolah?” Sam masih terus berjalan, men aa
menghiraukan Haba.
“Peduli lu apa?!”
“Cemen banget sih.”

In |
e Rs |
cai
EL 4 -
tt
Dg.
Kg da |
4 : ra ,
ai aa
.) I dijay - Li
£ - ii
WNI aa bi
Kao 3
pa aim LI A

Scanned by CamScanner
eTerusin aja, terusin.”

katanya mau jadi temen surga? Aku mau kita bareng-bareng


ga Sammy, walaupun surga kita berbeda” Kemudian Haba
jiam sambil tertunduk. Memaksa Sam untuk ikut diam, langkahnya
sebaik mendekati Haba, ia mencoba mengerti. Selalu tidak baik-baik
sia jika mereka berdua mengungkit tentang perbedaan ini.

“Gua nggak mau sekolah hari ini.”

NN
— im si Biak Tam Vai

“Mau ke mana?”

“Ju mau anterin gua ke masjid Al-Irsyad? Gua dengar di-oanta


.da Festival Islam Bandung, gua mau liat.”

“Tapi...”

“Temen surga, lu mau nemenin gua kan?”

Haba tidak tega jika mengurungkan niat Sam, tapi ia juga ragu.
Toh, bolos keduanya memiliki tujuan yang baik, melihat Festival Islam.
Apa salahnya? begitu pikir Haba, sebenarnya ia hanya mencoba yakin
dengan keputusannya kali ini.

dalah

“Eh, tunggu!”

“Kenapa?”

“Kita cari tempat duduk dulu, nggak baik makan sambil berdiri.”
Haba memberhentikan suapan ice cream yang hampir saja masuk ke
dalam mulut Sam.

“Sambil jalan kan bisa?”

Haba tetap menggeleng, ia kukuh untuk mencari tempat duduk

walau keadaan sangat ramai.


“Fine,”

“Kalau gini sih, ice cream-nya keburu cair Haba.”

2735

—emdih

Scanned by CamScanner

“Sabar.” Haba masih terus melihat di sekelilingnya, ia tidak lantas


menyerah. “Tuh di sana.” Keduanya kemudian berjalan pada kursi
taman yang baru saja kosong, mereka duduk tak jauh dari tempat pos
Alguran, senandung ayat suci jelas masuk menamani keduanya. Semua
anak di pos itu sibuk menghafalkan, mempersiapkan yang terbaik.

“Itu tadarus?” Sam yang pertama kali membuka pembicaraan.

“Itu para hafiz dan hafizah Sam, para penghafal Alguran. Salah
satu manusia mulia di muka bumi.”

Sam mendengar ayat demi ayatnya. Dirinya semakin kagum dengan


Islam, ditambah lagi para Muslim. Membaca Al Ouran saja sudah
terlibat sulit, bagaimana menghafalnya? Begitu pikirnya. Kemudian
mereka kembali menyusuri lingkungan festival.

“Lu juga penghafal kan?”

“Aku mah nggak ada apa-apanya dengan mereka. Punya suami


yang hafiz pasti ngebahagiain ya, Sam?” Sam tiba-tiba terdiam,
perkataan Haba seakan memutus harapan Sam terhadap Haba.

Kini keduanya berada di pos azan. Seseorang anak berkisaran


umur sebelas tahun mencuri perhatian Sam. Azan yang berkumandang
dari mulutnya menggetarkan hatinya. Badannya seketika dingin,
mungkin tubuhnya sudah berubah menjadi es. Lain lagi dengan
perasaanya yang ikut hanyut, merasakan tiap kalimat yang seakan
masuk mencapai relung hatinya. Sampai azan itu selesai, Sam belum
juga berhenti memandang.

“Keren banget ya, Sam.”

Sam hanya diam, ketika anak lelaki itu melewati keduanya, denga”
reflek Sam menahan tangannya, membuat anak itu memberhentikan
langkah tepat di hadapan Sam. “Ada apa, Kak?”

“Kok bisa keren banget?”

. ,

Scanned by CamScanner
epihamdulillah Kak, kata Abi saya, seg | Ta "
a harus saya serahkan sama Allah. Yang saya aman ai

jasa, ini azan. Panggilan Allah buat seluruh umatnya, 1


saya untuk main-main dalam mengumandangkan
. .» Sam semakin diam, hanya sebuah azan, tapi begitu berarti

, Begitu mengemban tugas yang amat berat bagi alam

ukan syair b

semesta:
“Kalau
Gam segera melepaskan tanga

a. Hatinya tidak berhenti di situ.

di bagian kiri kemejany:


«Mau nyoba pake?” Haba menawarkan sebuah peci hitam ke

begitu saya pergi dulu ya, Kak.”


n lelaki dengan name tag “Hakim”

hadapan Sam.
Sam menaikkan satu alisnya penuh pertanyaan. Haba mengangguk

cepat sambil memberikan tersenyum cerah. Perlahan Sam mengambil


peci itu dan sekarang Sam sudah beradu dengan cermin, memandang
penuh detail bayangan yang tercipta di depannya. Terlintas bermacam-
macam pemikiran. Hatinya seakan terketuk mempersilakan bayangan
iu masuk ke dalam dirinya, bahkan bayangan itu tampak tersenyum.
Sam seperti menemukan dirinya yang baru. Perjalanannya seakan
mulai memberikan titik terang tentang bagaimana seharusnya ia
hidup di dunia.

“Kasep pisan atuh si Aa teh.”

“Makasi Mang.” Sam melepaskan peci itu, mengembalikannya

bersama deretan peci-peci yang lain. Matanya tertuju pada Haba yang
masih sibuk memilih gelang tasbih bersama pemilik stand.

“Loh, kenapa a?”

“Saya Christian, Mang.” Lelaki yang mungkin lebih tua tiga sampai
empat tahun dari Sam dengan logat Sunda kentalnya saat itu juga

mg
1
Ganteng sekali sih si Aa.
Scanned by CamScanner
diam, tapi kemudian mengambil kembali peci itu dan memberikannya
lagi pada Sam.

“Atuh sok diambil.”

“Saya kan nggak beli, Mang.”

“Buat Aa, hadiah dari saya. Siapa tau bermanfaat.” Lelaki itu |
seperti bermaksud lain terhadap Sam, karena seharusnya mamang itu
tahu dirinya tidak mungkin memakainya. Untuk apa? Tidak mungkin
jika Sam ke gereja dengan memakai peci kan? Lalu apa? Salat?

Sampai azan Zuhur berkumandang.

“Lu salat kan?”

“Kamu gak papa aku tinggal salat?”

Sam mengangguk pelan. Ia berdiri tepat di depan gerbang


pintu masjid, melihar punggung Haba yang kian pergi menjauh
meninggalkannya sendiri, bersamaan dengan beberapa orang yang
juga sibuk lalu lalang di sekitarnya, mereka memiliki tujuan sama
dengan Haba. Sudah beberapa jam ini Sam hanya diam, ia bahkan
tidak mengerti apa yang ia rasakan, semuanya begitu campur aduk.

“Haba...” Tiba-tiba saja ia memanggil Haba yang sudah beberapa


langkah jauh darinya. Membuat perempuan itu menoleh ke arah Sam
dengan senyum tipis. “Gua boleh minta tolong?”

Haba tidak lantas menjawab, ia menggerakkan seluruh tubuhnya


untuk menghadap Sam.

“Tolong minta sama Allah, pertemukan saya di surga-Nya denga"


kamu.”

Kemudian Sam pergi....

Scanned by CamScanner
“DO you ever feel like lose Something?”

“Yeah, i lose my handphone yesterda

y and it s9 damn chiyin


“No, it's different.” | n shit!
“What kind of lose?”

“Like, you're doubt Of yourself, doubt of your heart.”

Stefan menganggukan kepalanya beberapa kali, namun masih


fokus pada layar di depannya. Ia sudah memasuki peringkat dua di
ronde terakhir Moto GP. “Oh yeah, Rossi Im coming up there!!!

SAY HELLO TO THE WINNER!!! WOO HO00.”


“Stefan!”

“Whate!”

“Do you hear me?”

"Of course! What are you talking about?”

“Arghhh!!!” Sam mendengus kesal, dengan sigap ia menekan power

Off pada tombol Playstation, sontak membuat layar berubah hitam,


semua permainan selesai begitu saja. Dan detik-detik kemenangan
Stefan seakan Sia-sia.

"WHAT THE HELL ARE YOU DOING, MAN?!!! IT'S THE


LAST ROUND, AND 1 WILL WIN IN 20 SECOND. COME

277

dn
0

Scanned by CamScanner
—.

ON ARE YOU SERIOUS!!!!” Stefan ikut-ikutan emosi, kemenang .


yang ia tunggu-tunggu hanya tinggal kenangan, dan Sekarang is
harus memulainya dari awal lagi. Bahkan ia sempat membuang Stick
yang sejak tadi berada di tangannya, karena saking tidak menyangka
dengan apa yang Sam lakukan.

“Of course, im serious about this.”

“Okay, fine! VII hear you right now. And after this, Please leave
me, and don't disturb me. You're so damn annoying!!”

“Deal.” Keduanya ber-fist-bump sebagai suatu kesepakatan.


“Now, What?!”

“What do you think about religion?”


“Its so damn easy, are you sure?”
“Just answer, dude."

“Something you believe in your heart. The reason why you life
for, the purpose of your life.”

“And i can't, i can't feel that. It's very strange feeling.”

“Are you serious?”

“I told you."

“Wait, don't tell me it's part of your love story?”

Sam hanya diam, ia berdiri dari posisi duduknya dan segera


merebahkan badannya di atas kasur. Banyak pemikiran yang oa
bisa ia jelaskan, bahkan ia masih tidak mengerti mengapa ia iba-tibs
saja berkata seperti itu pada Haba. Meninggalkannya begitu saja di
masjid, semuanya begitu aneh, tidak seperti biasa, dan Sam masih
belum mengerti. |

“Don't you think, i don't know about your relationshiP wah


4 Muslim girl. Hey, Man! Gua kasih tau ya, di mana-mana”
itu ngikut cowoknya, lu itu panutan bukan penganut!” Stefan wa
beberapa detik setelah Sam, ia mulai mengerti ini adalah

Bi an Me Om

Scanned by CamScanner
vIni bukan masalah cowok atau cewek, ini masalah mana yang
.h baik dan pantes dijadiin anutan.”

“ARE YOU CRAZY?! Gua ogah denger pikiran-pikiran sesaat


di orak lu. Ini masalah agama Man, nggak main-main.”

“J know. Siapa juga yang mau main-main?”

“Lu yakin Om Baskoro bakal baik-baik aja?! Pikirin sampe situ!


Lu nggak mikirin nyokap lu?!”

Sam mulai memejamkan mata, semua perasaan yang ia rasakan


gemakin campur aduk, pikirannya kacau balau. Papahnya, maminya,
Tante Sindy, ia melupakan beberapa orang penting yang jelas saja
tidak bisa menerima segala bentuk pemikiran Sam saat ini. Semuanya
memang keputusannya, tapi tidak mungkin jika ia mengambil langkah
ini sendiri. |

Stefan menghela napas panjang, ia ikut berbaring di samping


Sam. Sepupu kesayangannya, alasannya pergi ke Indonesia hanyalah
untuk bertemu dengan Sam. Saudara satu-satunya yang ia miliki, yang
meninggalkannya begitu saja di Amerika, membiarkannya kembali
menjalani kehidupan kelamnya sendirian.

“Sam...”

“Hm.” Sam belum membuka mata, ia tidak bisa melihat kenyataan


bahwa dirinya sedang dirundung kebimbangan.

“Yang gua tau, hubungan beda agama gini, cuman keegoisan


manusia. Mereka selalu mengedepankan cinta, tanpa berpikir ada
hal yang lebih penting di atas cinta, Sang Pencipta cinta itu sendiri.”

Sam mendengar tiap kata yang dikeluarkan Stefan, ia sadar


Stefan mulai serius menanggapi masalah ini. Kedua pasang mata Sam
dan Stefan bertemu dengan langit kamar, ada banyak bintang yang

ha Oi

Scanned by CamScanner
berkelap-kelip. Kamar itu memang tidak berubah sejak Sam de
kecil, dan enggan bagi Sam untuk mengubah tiap detailnya. Karena
ini semua desain dari mendiang Mami. Mengubah kamar ini sama
saja menghilangkan tiap inci dari kenangan masa lalunya, masa-masa
saat Mami masih ada di sini, menemani Sam.

“Lu liat Om Surya sama Tante Nina kan? Bokap-Nyokap gua,


apa yang udah mereka lakuin? Semuanya bermula dari sini Sam, kaya
gini. Sama-sama cuma junjung cinta. Sekarang apa akibatnya? Gua
nggak pernah tau Indonesia, karena negara gua sendiri aja ngelarang
keberadaan Bokap-Nyokap gua. Gua jauh dari keluarga gua, karena
keluarga gua aja mungkin udah nggak nganggep Bokap-Nyokap gua.
Cuma Om Baskoro yang mau nerima Nyokap, Bokap, sama gua.”

Sam mengganti arah pandangannya, ia tertuju pada laki-laki yang


umurnya dua tahun lebih muda darinya itu. Ada perasaan rindu yang

sudah lama Sam buang jauh-jauh ketika melihat lelaki itu, Stefan.
ya selain Chris dan Deo.
a cuman

n Mami

Sepupunya, bagian dari masa kelamnya. Adikn


“Mereka egois Sam, mereka nggak mikirin gua. Merek

mikirin cinta. Sekarang apa? Jangankan cinta, gua nggak yaki

masih nganggep Papi, atau sebaliknya. Cinta yang mereka perjuang!,

ak hal, cinta juga yang


kut bales

cinta yang bikin mereka ngorbanin bany


ngancurin hidup mereka, dan parahnya, cinta itu seakan !

dendam ke gua. Ikutan ngerusak hidup gua.” bai

Mata Sam masih betah tertuju pada Stefan yang belum hu

it kamar Sam. Ja 13

ang
benar masalah yang dihadapi Stefan, masalah keluarganya Y
a kenaka

memandang replika kelap kelip malam di lang

bercerai saat usianya sepuluh tahun, penyebab dari segal


yang dilakukan Stefan saat ini. Salah satu alasan Sam keh
sosok Stefan yang ramah dan ceria, yang sekarang suda
batas normal pada anak seusianya, bahkan bisa dikatakan
Scanned by CamScanner
Tidak ada aturan dalam hidupnya,
,k tahu arah hidup. Untung saja Bas

Ka menjalin kembali kehidupan


Jan lebih beruntungnya ia bertemu

hidupnya. Entah bagaimana nasibnya

koro memintanya kembali Wa”


sudah | 2 ba, 1
dea Haba va "an
8 mengubah
jika Sam masih di Amerika.
“Ju liat gua kan, Sam? Gua gak tau agama Sam, Mami Ka
Papi sama-sama ngedoktrin gua, sama-sama egois dan maksa gua,
tanpa pernah peduli keinginan gua yang sebenernya. Mereka gak tau
Gam. Lu tau kan, gimana ancurnya idup gua? Andaikan gua bisa
minta dihidupin lagi, gua gak mau hidup kayak gini.”

“Gua tau lu baik, gua kenal elu dari kecil. Gua kenal Stefan
yang ceria, gua kenal elu yang nggak pernah bosen senyum tiap
ketemu orang, gua kangen sama Stefan itu. Gua yakin dia bukan
bayangan, gua yakin dia nyata. Dia mungkin lagi ngedobrak hati lu
yang terus-terusan lu tutup, yang terus-terusan lu biarin dikendaliin
sama setan. Ke mana Stefan yang dulu?”

Pandangan Sam berubah tajam, ia membuang napasnya, kemudian


mengikuti arah pandangan Stefan. Sudah lama mereka tidak berbicara
serius. Bahkan saat keduanya masih di Amerika. Ini kali pertama
Sam berkata seperti ini pada Stefan, padahal sebelumnya ia tampak
tidak peduli tentang masa lalu Stefan yang terlihat sama dengan
masa lalunya.

“BULSHITT!! Itu Stefan yang dulu, yang polos. Yang gak tau
APa-apa, yang diem aja kalau Bokap-Nyokap-nya ngebohongin dia.
Udah nggak ada Stefan macem gitu, lemah!”

Sam menggelengkan kepala tidak setuju, ia tersenyum miring


Mendengar ucapan keras kepala dari Stefan. “Tuhan nggak pernah
“alah dalam membuat takdir, termasuk hidup lu yang sekarang. Lu

“man terlalu egois dan menyalahkan keadaan, sampe lupa kalau

ku 2

Scanned by CamScanner

waktu bakal terus jalan, roda bakal terus berputar. Dan lu masih
terus terpuruk?”

“Gua cuman gak mau hal kayak gua kejadian lagi Sam. Gua gak
mau ada Stefan lain di luar sana, udah cukup gua ngerasain gimana
paitnya kehancuran sebuah keluarga. It's enough.”

“Sam, Stefan, turun dong. Betah amat di kamar, dinner-nya udah


siap nih.” Tiba-tiba Sindy memanggil keduanya dari bawah, menjeda
pembicaraan antar dua lelaki ini.

Stefan yang lebih dulu berdiri dari posisinya. “Oh, yeah! Tm


very hungry.” la meninggalkan Sam yang masih betah memandang
dinding langit. “Come on!”

“You first.” Sam tidak bergerak sedikit pun, membuat Stefan


menaikkan satu alisnya dan mulai berjalan menjauh. Beberapa menit
setelahnya Sam duduk di tepian ranjang, masih dengan bermacam
pikiran yang mulai mengusiknya.

“Sam, pikirin apa yang gua omongin.” Stefan tiba-tiba saja berbalik
memandang Sam yang masih diam. Membuat Sam menganggukan
kepalanya pelan. “Good boy!”

Seketika tatapan tajam mulai menghujani Stefan, Sam ingat betul


itu adalah kata-kata kecil mereka. Panggilan sayang untuk “Dogy”,
anjing peliharaan Stefan saat di Amerika, buru-buru Sam melemparkan
bantal di sekitarnya menuju Stefan, karena beberapa detik yang lalu
ia baru saja disamakan dengan Dogy.

Bantal itu tepat mengenai wajah Stefan. Seperti tidak kapok, ia


malah tertawa dengan puas. “Gua gigit juga lu!!”

“Wooh, agresif boy.” Stefan berpandangan bandel menuju aa,


suasana yang lama tidak mereka rasakan. Karena beberapa bulan in"
Sam berada di Indonesia. Stefan kembali menjauh, dan sekarang 9
benar-benar sendirian. “Woy! Buruan turun!”

" ——

Scanned by CamScanner
... Bt oa

ea langkahnya pada ternpat lain. Setelah kejadian


bari” uut mmpak berboda, bahkan M meogurangan saya
kene mtali bertemu Haba. Ada seseorang yang harus ia datangi,
unuk besar yang seakan menyambutnya hangat.

. gni di depan pintu


di i masuk ke dalam. Memandang tiap detail dari

perlahan tapi pasti,


itu, tidak banyak yang berubah. Selalu mengingatkannya

masa dulu.
“Dalam nama Tuhan Yesus... masih ingat dengan laki-laki kecil

rang selalu datang kemari meminta suatu hadiah? Anak itu datang
kembali... Tuhan... masih pantaskah aku meminta? Bisakah kau
kembalikan Mami untuk hari ini? Lelaki kecilnya sungguh dalam

kebimbangan. Masih bisakah?”


tempat favorit Sam dan mendiang Mami, tempat

Tempat ini,
dikabulkannya segala keinginan Sam sejak kecil.

“Hari ini kamu minta apa, Sam?”

“Om Jo?” Seseorang lelaki dengan jubah putih menghampirinya,


auranya sangat jelas ia adalah seorang ahli agama.
| “Dulu, Mami kamu nggak pernah absen ngintipin kamu ke sini,

mau tau keinginan kamu.”

“Jadi...”

Laki-laki itu tersenyum tipis sambil mengangguk. Pandangan


kehangatan selalu tersirat darinya, tidak pernah berubah walau sudah
bertahun-tahun lamanya Sam tidak mendatangi gereja ini.

Dan satu hal yang baru Sam ketahui, dulu semasa ia kecil,
"aminya selalu mengikuti ke mana pun langkahnya pergi, diam-diam
mendengarkan tiap keinginan Sam dan senantiasa berusaha untuk

"3

Scanned by CamScanner
selalu mengabulkan. Itulah rahasia kecilnya. Dan hari ini Sam kembali
datang, meminta sesuatu hal yang mustahil.

“Mami kamu, sangat sayang sama kamu.”

Sam kali ini yang mengangguk, perasaannya semakin berkecambuk.


Tidak keruan, ia benar-benar dilema dengan segala jenis pemikiran
yang sejak semalam mengerubunginya.

“Om, apa Sam salah jika Sam menemukan hati Sam yang
sebenarnya?”

“Puji Tuhan, tidak semua orang bisa menemukan ke mana hatinya


akan berlabuh, Sam.”

“Tapi apa tetap suatu keanugrahan, jika Sam menemukannya


bukan di sini? Bukan pada kondisi Sam yang sekarang?”

“Jangan patahkan hatimu yang masih mencari Sam, ribuan


manusia hidup di dunia dalam keadaan bimbang. Bahkan ada yang
dibawa mati, karena hatinya sudah tidak peduli. Dan kamu, hati
kamu peduli, Tuhan Yesus menyayangimu dan memintamu untuk
mencari ke mana hatimu ingin berlabuh. Maka carilah...”

“Tapi Om...”

“Sekalipun tidak di sini, Om Yohannes akan menjadi orang yang


pertama kali bahagia jika kamu sudah menemukan ke mana tujuan
hatimu. Om akan menjadi orang yang pertama bersyukur ketika .
mendengar kabar itu.” Yohannes menepuk pundak Sam lembut. Ia
benar-benar menyayangi Sam sebagaimana ayah menyayangi anaknya:

“Apakah Om sadar, Om melepas Sam?”

“Om tidak pernah memaksakan umat, jika hatimu tetap da


aa bahagia. Tapi yang terpenting adalah, bagaimana kamu menem ai
hatimu. Bagaimana kamu menemukan tujuan hidupmu.”
om Ada “nyum yang merekah dari bibir Sam, ia tidak mapan"

ohannes akan menyambut hangat perbincangan ini Pia

PP

Scanned by CamScanner
sejak tadi menghantuinya. Bahkan Om Yohannes mendukung
wali vindak dari hatinya, tidak memaksa atau memaki Sam karena
hampir saja kehilangan keyakinan.
uMami kamu pernah titip pesan pada Om, untuk memastikan
aa menemukan hati kamu yang sebenarnya. Dan saat ini, Om akan

k
pastikan kamu mencarinya dengan baik. Jangan sia-siakan waktu.

Jangan buat mamimu kecewa.”

Sam mengangguk pelan. “Iya Om.” Ada perasaan haru pada


Sam. Seorang pendeta yang paling menginspirasinya, dan sekarang
membimbingnya menuju langkah yang masih entah akan dibawa
ke mana. Tapi ia tidak menyangka Om Yohannes merestui segala

keputusan ini.

“Udah berapa lama kamu ninggalin Om ya? Sekarang sudah


besar.”

Tidak ada jawaban dari Sam, ia memandang Om Yohannes


yang terlihat tidak berubah dari beberapa tahun yang lalu. Kemudian
melabuhkan tubuhnya ke dalam pelukan hangat pamannya.
Menumpahkan segala rasa rindu pada seseorang yang hampir ia
lupakan. Hampir ia tinggalkan karena rasa kecewa yang membalut
dirinya. Bahkan Om Yohannes seperti tidak menduga akan
ini, tapi kemudia ia tersenyum. Membalas pelukan Sam tak kalah
hangatnya. Ia juga rindu pada Anak Tuhan yang sudah lama menghilang.

“Makasih ya, Om.”


an tapi Om...” Sam melepaskan pelukannya, ia

Intas arah yang akan ia tuju untuk memenuhi pa

“Tya, Om nggak bakal bilang siapa-siapa. Tapi inget pesen Om."


“Om paling bisa kalau ngertiin Sam.” Sam menaikkan ibu jarinya.
Kn Pikiran gila yang sekarang memenuhi otaknya dan buru Aan

'gin ia lakukan.

pelukan

teringat sesuatu.
nggilan hatinya.

285

Scanned by CamScanner
“Lalu, tunggu apa lagi?”
Sam tersadar, tidak perlu waktu lama. Ini adalah
keputusannya, ia bertekad bulat untuk mencari, tanpa

Pilihannya, |
mau berhenti |
sampai menemukan ke mana hatinya ingin pergi. Ia menggenggam |

Rosario di dadanya erat, tidak berniat untuk melepaskannya. Bahkan |

|
ia sempat memandang pada pusat dari gedung itu, pusat dari segala |
hati umat Kristiani. Dalam hari kecilnya ia berdoa,

“Tuhan, tolong
tunjukkan jalan yang benar.”

Sam kemudian tersenyum penuh semangat, ia berdiri dan melangkah


semakin menjauhi pamannya yang masih betah berada di sana. Ia
juga tak kalah bahagianya dengan Sam, ia sadar Sam mulai kembali
membuka dirinya yang sudah lama terselimuti kabut hitam.

“Kabari Om segera!”

Sam menoleh kembali, memandang Om Yohannes dengan tersenyum.


Kemudian ia membalas dengan anggukkan yang mantap. Masih
dengan seragam putih abu-abunya, dengan tas sekolahnya, ia sudah
tidak peduli lagi. Ada tempat yang lebih penting yang akan ia tuju.
Langkahnya bahkan tidak ragu, mantap tanpa menoleh kebelakang.

Sekali lagi Sam kembali meyakinkan hatinya, walau masih


terbalut kebimbangan. Dilihatnya gelang tali dengan satu batu hitam
di tengahnya. Ia memandangnya dengan senyuman kecil, seakan ia
melihat seseorang yang sama beberapa waktu lalu. “Doain gua ya"

Tanpa Sam ketahui, seseorang di tempat yang berbeda juga sedang


memandangi gelang yang sama. Ia tersenyum kecil, seakan sedang
memandang seseorang yang memberikan gelang itu padanya. “Semog
Allah menunjukkan kita pada jalan yang benar.” |

Scanned by CamScanner

Anda mungkin juga menyukai