Paper Uas
Paper Uas
oleh
Alex Ahmad Ubaidillah (225090101111034)
Kelompok 5
Biologi A-18A
PANCASILA
DEPARTEMEN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2023
1. Pendahuluan
Sejarah Kayutangan diawali pada masa Belanda yang berfungsi sebagai wilayah
pertokoan dan berada di daerah utara Alun-alun kota Malang. Awalnya bernama Kajoetangan
Straat yang dijadikan sebagai nama jalan, lalu setelah kemerdekaan diubah menjadi Jl. Jend.
Basuki Rahmat (malang.merdeka.com, 2016). Wilayah tersebut mulai dikenal karena adanya
Kampoeng Heritage Kajoetangan yang berisikan gedung-gedung belanda zaman penjajahan.
Dengan adanya aritektur yang berbeda dan khas dari kawasan tersebut dapat menjadi ikon
pembeda dengan wilayah lainnya dan juga memberikan nilai lokalitas tersendiri bagi kota
tersebut (Junianingrum dkk, 2021). Lalu seiring waktu tempat tersebut juga berkembang
sebagai objek wisata dan tempat hiburan. Tentunya karena objek wisata yang merupakan
jalan raya mengakibatkan terjadinya macet di kawasan tersebut, terutama di malam hari.
Dari kemaceetan tersebut juga menyebabkan adanya percobaan satu arah di kawasan
kayutangan karena dirasa dapat menjadi solusi untuk mengurangi kepadatan lalu lintas disana
(Romadhona, 2018). Menurut Pramanasari dkk (2014) pemberlakuan satu arah ini juga
bermanfaat sebagai pemerataan kendaraan di berbagai jalur. Setelah diputuskan hal tersebut
pengendara mulai merasakan dampaknya, dan yang begitu mengena terjadi pada pihak
angkot, karena dengan aturan tersebut dan kurangnya koordinasi menyebabkan pihak angkot
kebingungan dengan rute transportasi untuk mengantar dan menjemput pelangganya.
Menurut Supiyono (2019) kemacetan pada kayutangan terjadi karena tingginya volume
kendaraan disana dan hal itu dapat meningkatkan terjadinya kecelakaan disana. Dengan
kemacetan tersebut, jika ada pihak angkot yang menaik dan turunkan pelanggan disana juga
akan lebih menyebabkan parahnya kemacetan disana.
2. Identifikasi Masalah
3. Pandangan Penulis
Setelah observasi tempat dan dijalankannya sesi wawancara pada kedua pihak, yaitu
pihak Dishub dan pihak angkot dan dengan bantuan beberapa literatur bisa diartikan bahwa
pengambilan keputusan jalan satu arah di kawasan kayutangan merupakan keputusan yang
tepat dan itu juga belum diambil sebagai keputusan resmi, masih tahapan uji coba. Namun
dirasa kurang baiknya jika pihak Dishub tidak memikirkan pihak yang dirugikan dalam
aturannya tersebut yaitu pihak sopir angkot. Tentu hal ini telah dijelaskan dalan Pancasila sila
kelima dengan bunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”. Saya merasa bahwa
belum adanya simbiosis mutualisme dari kedua pihak tersebut dan yang dirugikan ada pada
pihak Angkot yang harus mencari rute alternatif dan rute yang bertabrakan dengan angkot
lainnya, tentunya itu dapat berakibat berkurangnya pelanggan angkot. Hal tersebut telah
diperhatikan oleh pihak Dishub dengan dihasilkan bahwa ada sistem buka tutup disana hanya
untuk pihak angkot. Tentunya, pihak pengendara lain merasa di anak tirikan dengan aturan
tersebut, dan sistem buka tutup tersebut juga berbahaya karena angkot yang berjalan melawan
arah.
4. Kesimpulan
Daftar Pustaka
Junianingrum, D., Wijaya, I, N, S., & Setyono, D, A. 2021. KUALITAS VISUAL ELEMEN
CITRA KAWASAN KAYUTANGAN DI KOTA MALANG. Planning for Urban
Region and Environment. 10(4).
Pramanasari, R., Qomariyah, N., Purwanto, D., dan Yulipriyono, E. 2014. Penerapan
manajemen lalu lintas satu arah pada ruas Jalan Sultan Agung-Sisingamangaraja-Dr.
Wahidin Kota Semarang untuk pemerataan sebaran beban lalu lintas. Jurnal Karya
Teknik Sipil, 3(1), 142-153
Romadhona, P. J. (2018). Solusi Jalan Satu Arah di Kota Yogyakarta. TEKNIK, 39(1), 25-31.
https://doi.org/10.14710/teknik.v39i1.13654.
Supiyono, S. 2019. Pengaruh lama nyala hijau terhadap derajad pelayanan simpang Kayu
Tangan Kota Malang. In Prosiding Forum Studi Transportasi antar Perguruan
Tinggi.