Anda di halaman 1dari 17

MIMBAR AGRIBISNIS

Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2022. 8(1): 1-17

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMENGARUHI PENERAPAN


SERTIFIKASI KEBERLANJUTAN DI KALANGAN PETANI SWADAYA
DI KECAMATAN SECANGGANG

FACTORS THAT MAY INFLUENCE THE IMPLEMENTATION OF


SUSTAINABILITY CERTIFICATION AMONG INDEPENDENT FARMERS
IN SECANGGANG DISTRICT

Prisman A. L. Sihombing*1, Maman. H. Karmana2, Ernah2


1
Pascasarjana Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
2
Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran
*E-mail: andrilesmana276@gmail.com
(Diterima 22-07-2021; Disetujui 15-12-2021)

ABSTRAK
Salah satu faktor penting meningkatnya konsumsi minyak sawit di Indonesia karena minyak kelapa
sawit merupakan bahan utama pembuatan minyak goreng. Tujuan penelitian ini adalah
mendeskripsikan faktor yang dapat memengaruhi penerapan sertifikasi keberlanjutan pada petani
swadaya di Kecamatan Secanggang. Metode penelitian menggunakan survey, Pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan sampel acak (Random Sampling) dengan jumlah responden 258
orang petani swadaya. Analisis data menggunakan Analisis Regresi Logistik Binear dengan model
regresi logit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor internal yang dapat memengaruhi
penerapan sertifikasi keberlanjutan perkebunan kelapa sawit di kalangan petani swadaya di
Kecamatan Secanggang adalah umur petani, pengalaman bertani kelapa sawit, jumlah tanggungan
keluarga dan pendapatan usahatani kelapa sawit; sedangkan faktor eksternal yang dapat
memengaruhi penerapan sertifikasi keberlanjutan perkebunan kelapa sawit adalah akses informasi.

Kata kunci: kelapa sawit, swadaya, keberlanjutan

ABSTRACT
One of the important factors in increasing consumption of palm oil in Indonesia is because palm
oil is the main ingredient for making cooking oil. The purpose of this study is to describe the
factors that can affect the implementation of sustainability certification on independent
smallholders in Secanggang District. The research method uses a survey. Sampling in this study
uses a random sample (Random Sampling) with the number of respondents as many as 258
independent farmers. Data analysis used Binary Logistics Regression Analysis with logit
regression model. The results showed that the internal factors that could influence the
implementation of oil palm plantation sustainability certification among independent smallholders
in Secanggang District were Farmer Age, Oil Palm Farming Experience, Number of Family
Dependents and Oil Palm Farming Income, while external factors that could affect the
implementation of plantation sustainability certification palm oil is Access to Information.

Keywords: palm oil, self-help, sustainability

PENDAHULUAN dengan peningkatan luas areal


Prospek perkembangan industri perkebunan kelapa sawit. Cerahnya
kelapa sawit saat ini sangat pesat sejalan prospek komoditas kelapa sawit dalam

1
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMENGARUHI PENERAPAN SERTIFIKASI KEBERLANJUTAN
DI KALANGAN PETANI SWADAYA DI KECAMATAN SECANGGANG
Prisman A. L. Sihombing, Maman. H. Karmana, Ernah

perdagangan minyak nabati mendorong- Negara (PBN). Berdasarkan data


pemerintah Indonesia untuk memacu Dirjenbun, PBS mengalami peningkatan
pengembangan areal perkebunan kelapa paling tinggi pada periode tahun 2016-
sawit. Menurut Food and Agriculture- 2017 dengan total kenaikan 14% atau
Organization (FAO, 2018), Indonesia seluas 1.957.968 juta hektar. PR juga
adalah negara produsen kelapa sawit mengalami peningkatan paling besar di
terbesar di ASEAN maupun dunia dan periode tersebut sekitar 9% atau seluas
sekaligus menjadi negara eskportir 958.574 ribu ha. Berbeda dengan PBS
terbesar. Hal ini secara otomatis dan PR, perkembangan luas areal
menjadikan Indonesia adalah negara perkebunan kelapa sawit untuk PBN
dengan luasan lahan perkebunan kelapa dalam periode 10 tahun terahir terlihat
sawit terbesar di dunia (Dirjenbun, 2019). sangat fluktuatif (turun-naik). Dirjenbun
Fenomena ini didasari oleh syarat tumbuh memprediksi tahun 2020 luas perkebunan
kelapa sawit yang sangat sesuai dengan kelapa sawit di Indonesia meningkat
Indonesia. Kelapa sawit tumbuh dengan 0,9% atau seluas 271.590 ribu hektar.
baik pada dataran rendah di daerah tropis Perkebunan kelapa sawit
yang beriklim basah, yaitu sepanjang memberikan pendapatan yang besar
garis khatulistiwa antara 23.5° lintang untuk pemerintah pusat dan pemerintah
utara sampai 23,5° lintang selatan dan daerah berdampak wilayah hutan banyak
merupakan faktor pendukung pesatnya dialokasikan untuk pengembangan kelapa
perkembangan luasan areal perkebunan sawit-terutama di Sumatera dan
kelapa sawit di Indonesia (Pahan, 2007) Kalimantan (Casson, 2000 dalam
Direktorat Jendral Perkebunan (Agustina & Hariyadi, 2014).
menyatakan tahun 2018 perkebunan Perkembangan luas areal perkebunan
kelapa sawit di Indonesia mencapai kelapa sawit yang sangat pesat untuk
14.326.350 hektar. Dari luasan tersebut, memenuhi permintaan pasar global juga
55.09% atau seluas 7.892.706 hektar domestik ternyata menimbulkan berbagai
diusahakan oleh Perusahaan Besar permasalahan. Peningkatan luas areal
Swasta (PBS), 40.62% atau seluas perkebunan kelapa sawit yang sangat
5.818.888 ha diusahakan oleh cepat dikhawatirkan mengabaikan
Perkebunan Rakyat (PR), dan 4.29% prinsip-prinsip keberlanjutan yang
diusahakan oleh Perkebunan Besar berpotensi menyumbang kontribusi pada

2
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2022. 8(1): 1-17

hilangnya tutupan kawasan hutan, Pantai Timur Sumatera (Deli) dengan


kehilangan keanekaragaman hayati luas areal perkebunan 5.123 hektar, maka
(biodiversity) dan terganggunya tak asing jika Sumatera Utara termasuk
keseimbangan ekosistem, serta sentra penghasil kelapa sawit di
meningkatnya emisi gas rumah kaca dan Indonesia. Menurut data Dirjenbun tahun
menimbulkan konflik sosial dengan 2019, total luas areal perkebunan kelapa
masyarakat sekitar perkebunan (Rizal et sawit di Sumatera Utara mencapai
al., 2018). Ekspansi kelapa sawit secara 1.630.744 juta hektar. PBN mengalami
langsung menyumbang 11% dari perkembangan paling tinggi pada periode
deforestasi Indonesia antara tahun 2000 2015-2016 dengan total kenaikan 4,3%
dan 2010 (Abood et all, 2014). Ekspansi atau seluas 30.635 ribu hektar. PR
lahan perkebunan kelapa sawit adalah mengalami perkembangan paling tinggi
kata-kunci yang penting untuk mulai pada periode 2017-2018 dengan total
memahami semesta persoalan kelapa kenaikan 19% atau seluas 222.599 ribu
sawit di Indonesia (Dharmawan et al., hektar. PBS mengalami perkembangan
2019). World Growth menyatakan paling tinggi pada periode 2016-2017
industri kelapa sawit Indonesia mendapat dengan total kenaikan 18% atau seluas
kecaman dari sejumlah Lembaga 247.044 ribu hektar.
Swadaya Masyarakat (LSM) yang Produk kelapa sawit merupakan
berkampanye menentang industri ini. Inti salah satu komoditas pertanian yang
kecaman adalah ekspansi perkebunan sering mendapat perhatian terhadap
yang dinilai berlangsung dalam waktu pemenuhan kriteria keberlanjutan oleh
cepat dan massive. Sejalan dengan hal konsumen. Masyarakat dunia khususnya
itu, muncul tudingan yang meluas bahwa konsumen menyambut positif himbauan
industri minyak kelapa sawit sebagai melakukan produksi secara
komoditas yang tidak mendukung berkelanjutan, untuk menciptakan iklim
keberlanjutan (unsustainable). produksi yang baru dan mendukung
Provinsi Sumatera Utara adalah produksi barang yang memiliki jaminan
salah satu sentra penghasil kelapa sawit berkelanjutan. Sektor pertanian di
di Indonesia. Secara histories perkebunan Indonesia juga menjadi sasaran
kelapa sawit pertama di Indonesia penerapan praktik-praktik berkelanjutan.
berlokasi di Sumatera Utara tepatnya Mekanisme agribisnis yang berkelanjutan

3
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMENGARUHI PENERAPAN SERTIFIKASI KEBERLANJUTAN
DI KALANGAN PETANI SWADAYA DI KECAMATAN SECANGGANG
Prisman A. L. Sihombing, Maman. H. Karmana, Ernah

harus diciptakan sedemikian rupa untuk di Kecamatan Secanggang sangat rendah.


menciptakan iklim bisnis yang mampu Rata-rata petani swadaya di Secanggang
diterima sehingga produk pertanian tidak tidak mengetahui pentingnya menjaga
kehilangan pasarnya akibat kehilangan kelestarian lingkungan dan biodiversity.
kepercayaan dari konsumen (Saragih dkk, Ditemukan beberapa petani swadaya
2020). menggunakan bibit turunan atau yang
Kecamatan Secanggang adalah tidak bersertifikat.
salah satu kecamatan dari 23 kecamatan Analisis (Nora et al., 2020)
sentra penghasil kelapa sawit di menyatakan masyarakat di Kecamatan
Kabupaten Langkat. Berdasarkan data Secanggang menanam komoditas
Dinas Perkebunan Sumatera Utara luas pertanian maupun perkebunan tanpa
areal perkebunan kelapa sawit rakyat di pertimbangan kecocokan lahannya
wilayah ini mencapai 1.189 ha dengan dengan persyaratan tumbuh tanaman.
populasi petani berjumlah 730 kk petani Diduga petani kelapa sawit di
dan belum terdaftar sebagai anggota Secanggang memiliki pengetahuan yang
koperasi atau kelompok tani. Perkebunan minim tentang budidaya perkebunan
kelapa sawit rakyat di kawasan ini kelapa sawit sesuai Good Agricultural
dikelola oleh petani swadaya dan Practice akibat proses peralihan mata
mayoritas petani memiliki luasan lahan pencaharian dari pengusaha tambak
10 ha. Berdasarkan hasil pra survey, udang kemudian menjadi petani kelapa
perkebunan kelapa sawit rakyat di sawit. Kerusakan mangrove di
Kecamatan Secanggang Petani Swadaya Kecamatan Secanggang terus mengalami
di wilayah ini belum menerapkan peningkatan dan sudah mencapai tingkat
Sertifikasi ISPO ataupun sertifikasi yang cukup parah yang salah satunya
keberlanjutan lainnya. Sistem pemasaran diakibatkan oleh alih fungsi lahan
hasil panen kelapa sawit tidak mangrove menjadi kebun kelapa sawit
terorganisir, petani langsung menjual (Dinas Perikanan dan Kelautan
hasil panen ke Tengkulak dengan harga Kabupaten Langkat, 2002) dalam (Rosni,
yang murah dengan kesepakatan jual beli 2009). Penelitian yang dilakukan
TBS (Tandan Buah Segar) hanya (Supriana, 2010) menunjukkan bahwa
dilakukan secara lisan menyebabkan faktor sosial (tingkat pendidikan, tingkat
posisi tawar (bargaining position) petani pengetahuan lingkungan dan tingkat

4
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2022. 8(1): 1-17

kosmopolitan) masyarakat berpengaruh keberlanjutan pada petani swadaya di


nyata terhadap tingkat perambahan hutan Kecamatan Secanggang.
mangrove di Kecamatan Secanggang.
Perkebunan kelapa sawit rakyat METODE PENELITIAN
adalah bagian dari rantai pasok agribisnis Desain yang digunakan dalam
kelapa sawit yang perlahan dituntut untuk penelitian ini adalah kuantitatif.
menerapkan aspek keberlanjutan. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan
Sertifikasi keberlanjutan seakan menjadi Secanggang, Kabupaten Langkat,
kewajiban untuk memasuki pasar Sumatera Utara. Metode yang digunakan
sementara posisi perkebunan yang tidak dalam penelitian adalah metode survey.
memiliki kemampuan manajerial menjadi Penentuan tempat penelitian dilakukan
keterbatasan bagi petani (Saragih, 2020). secara sengaja, dengan pertimbangan
Persoalan yang dihadapi oleh petani bahwa Kecamatan Secanggang
swadaya diperkirakan akan melambat merupakan kawasan lindung hutan
manakala sertifikasi keberlanjutan kelapa mangrove Suaka Margasatwa Karang
sawit dapat diimplementasikan di Gading dan Langkat Timur Laut (SM
lapangan (Dharmawan et al., 2019). KGLTL) (Rosni, 2009). Jenis data yang
Penerapan Sertifikasi keberlanjutan pada digunakan dalam penelitian ini adalah
petani swadaya di Kecamatan data primer dan data sekunder.
Secanggang adalah solusi alternatif untuk Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menuju perkebunan kelapa sawit menggunakan sampel acak (Random
berkelanjutan sesuai permintaan pasar Sampling) dengan jumlah responden 258
dan turut serta meningkatkan orang petani swadaya.
profitabilitas petani. Namun demikian, Analisis data menggunakan
implementasi sertifikasi keberlanjutan Analisis Regresi Logistik Binear dengan
tidak mudah karena readiness to model regresi logit. Regresi Logistik
implement sertifikasi yang sangat rendah adalah analisis statistika untuk
(Brandi et al., 2015). mendeskripsikan hubungan antara peubah
Berdasarkan uraian sebelumnya respon (dependent variable) yang
maka fokus penelitian ini yaitu memiliki dua kategori atau lebih dengan
mendeskripsikan faktor yang dapat satu atau lebih peubah penjelas
memengaruhi penerapan sertifikasi (independent variable) berskala kategori

5
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMENGARUHI PENERAPAN SERTIFIKASI KEBERLANJUTAN
DI KALANGAN PETANI SWADAYA DI KECAMATAN SECANGGANG
Prisman A. L. Sihombing, Maman. H. Karmana, Ernah

atau interval (Hosmer & Lemeshow, berdasarkan pada model yang diterapkan
2000) dalam (Hendayana, 2013). Regresi oleh Nachrowi dan Usman (2005), maka
Logistik merupakan regresi non linear, digunakan model logit sebagai berikut:
digunakan untuk menjelaskan hubungan Ln = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5….
Β11X11+ e.
antara variabel dependent dan variabel Dimana:
independent, keragaman respon tidak P = Probabilitas petani menerapkan
konstan yang tidak dapat dijelaskan sertifikasi keberlanjutan
1 – P= Probabilitas petani tidak menerapkan
dengan model regresi linear biasa sertifikasi keberlanjutan
β0 = Konstanta
(Hendayana, 2013). Penelitian ini
X1 = Umur Petani
bertujuan untuk menganalisis faktor- X2 = Tingkat Pendidikan Formal
X3 = Pengalaman Bertani Kelapa Sawit
faktor yang dapat memengaruhi X4 = Luas Lahan
penerapan sertifikasi keberlanjutan oleh X5 = Produktivitas Kelapa Sawit
X6 = Jumlah Tanggungan Keluarga
petani swadaya di Kecamatan X7 = Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit
X8 = Sumber Pendapatan Lain
Secanggang dengan variabel respon y X9 = Status Kepemilikan Lahan
terdiri dari dua kategori yaitu X10 = Penyuluhan
X11 = Akses Informasi
“menerapkan” dan “tidak menerapkan” E = Kesalahan (Error term)
β1β2β3β4β5……β11 = Koefisien
yang dinotasikan dengan y=1
(menerapkan) dan y=0 (tidak
a. Uji Kelayakan Model Goodness of
menerapkan). Secara umum model
Fit
regresi logit dapat ditulis sebagai berikut
Uji Goodness of fit digunakan
(Nachrowi dan Usman, 2005):
untuk mengetahui ukuran ketepatan
Li = Ln [ ] = 𝛽1 + 𝛽2𝑋𝑖 + 𝑈𝑖
model yang dipakai yang dinyatakan
(P/(1-P)) adalah odd ratio (perbandingan dengan beberapa persen variabel
resiko) dimana p menyatakan probabilitas dependent dapat dijelaskan oleh variabel
petani yang mau menerapkan sertifikasi independent yang dimasukkan kedalam
keberlanjutan (y = 1) dan p – 1 model regresi. Model yang digunakan
menyatakan probabilitas petani yang harus layak atau memenuhi Goodness of
tidak mau menerapkan sertifkasi Fit (GoF). Menurut (Hendayana, 2013)
keberlanjutan (y = 0). suatu model dikategorikan memenuhi
Untuk melihat bagaimana GoF jika terdapat kesesuaian antara data
pengaruh antara dependent variable yang dimasukkan dalam model dengan
dengan independent variable, data yang diamati.

6
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2022. 8(1): 1-17

b. Pengujian Parameter H1: K = (1-B) ≠ 0, ada perbedaan


Model persamaan yang diperoleh distribusi observasi dengan distribusi
perlu dilakukan pengujian signifikasi. teori/model tidak sesuai dengan data.
Pengujian ini dimaksudkan untuk Kriteria pengujian:
mengetahui apakah variabel yang Jika sign < 0,05 maka terima H1 tolak Ho
terdapat dalam model memiliki Jika sign > 0,05 maka terima Ho tolak H1
kontribusi yang nyata bagi variabel 4) Marginal Effect
respon. Pengujian yang dilakukan adalah: Untuk menghitung perubahan
1) Uji Omnibus (Serempak) peluang atas perubahan tertentu dari
Dilakukan untuk memeriksa variabel independent dapat dihitung
signifikasi parameter β secara dengan menggunakan rumus:
keseluruhan atau serentak. Hipotesis = βiPi (1-Pi)
pengujian ini adalah:
Ho: βo = β1 =…= βp = 0
HASIL DAN PEMBAHASAN
H1: Paling tidak ada satu βj ≠ 0, j = 1,2,.p
Karakteristik Petani Kelapa Sawit
2) Uji Wald (Individu) Swadaya di Kecamatan Secanggang.
Dimaksudkan untuk memeriksa Responden dalam penelitian ini
signifikasi parameter β secara individu. adalah petani swadaya perkebunan kelapa
Hipotesisnya adalah: sawit. Menurut (Akhbianor et al., 2015),
Ho: βj = 0 petani swadaya kelapa sawit adalah
H1: βj ≠ 1,2,…,p petani yang mengusahakan perkebunan
Dengan uji statistic: kelapa sawit dengan kemampuan yang
W (Wald) = . (
mereka miliki dari aspek biaya,

Daerah penolakan: Tolak Ho apabila Wj² pengelolaan sampai pemasaran hasil

> X²α,1 atau p- value < α panen. (Andoko et al., 2013)

3) Uji Hosmer dan Lemeshow menambahkan bahwa petani swadaya

Uji ini untuk membandingkan merupakan petani yang dengan inisiatif

distribusi observasi dengan distribusi sendiri membuka dan mengelola lahan

teori (uji model). Hipotesisnya adalah: secara mandiri, tidak terkait dengan

Ho: K = (1-B) = 0, Tidak ada perbedaan perusahaan tertentu. Petani responden

distribusi observasi dengan distribusi dalam penelitian ini berjumlah 258 orang

teori /model sesuai dengan data. petani swadaya.

7
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMENGARUHI PENERAPAN SERTIFIKASI KEBERLANJUTAN
DI KALANGAN PETANI SWADAYA DI KECAMATAN SECANGGANG
Prisman A. L. Sihombing, Maman. H. Karmana, Ernah

Karateristik petani swadaya di berada pada kisaran umur 42-52 tahun


Kecamatan Secanggang dijelaskan yaitu sebesar 34,11%. Tingkat
dengan analisis deskriptif dan diolah pendidikan petani swadaya sebagian
dengan cara dikelompokkan, besar adalah Sekolah Dasar (SD) dengan
ditabulasikan menggunakan frekuensi persentase sebesar 56,59% dan
rata-rata kemudian diberi penjelasan pengalaman bertani kelapa sawit yang
naratif sehingga memberikan gambaran dimiliki petani swadaya 11-20 tahun atau
empiris dari data primer yang telah sebesar 37,98%. Jumlah tanggungan
dikumpulkan dari responden yang terlibat keluarga paling besar yang dimiliki
secara langsung dengan kegiatan petani swadaya kelapa sawit adalah tiga
pengelolaan perkebunan kelapa sawit. orang dengan persentase sebesar 29,46%
Petani swadaya yang mengelola Tabel 1. Presentase Karateristik Petani
Swadaya
perkebunan kelapa sawit di Kecamatan Komponen
Jml.
Indikator Karateristik Petani %
(orang)
Secanggang yang masuk sebagai Swadaya
Umur 1 = 20 – 30 tahun 11 4,26
responden dalam penelitian ini (tahun) 2 = 31 – 41 tahun 52 20,16
3 = 42 – 52 tahun 88 34,11
seluruhnya berjenis kelamin laki-laki. 4 = 53 – 64 tahun 78 30,23
Kegiatan budidaya kelapa sawit 5 = >64 tahun 29 11,24
Jumlah 258 100.00
merupakan kegiatan yang memiliki risiko Tingkat 1 = Tidak Sekolah 12 4,65
Pendi- 2 = SD 146 56,59
yang tinggi dengan menggunakan porsir dikan 3 = SMP 49 18,99
Formal 4 = SMA 42 16,28
tenaga yang besar menjadi latar belakang (tahun) 5=Perguruan Tinggi 9 3,49
Jumlah 258 100.00
fenomena tersebut. Karakteristik petani Pengala- 1 = 0 – 10 tahun 63 24,42
yang diamati dalam penelitian ini adalah man 2 = 11 – 20 tahun 98 37,98
(tahun) 3 = 21 – 30 tahun 60 23,26
umur, tingkat pendidikan, pengalaman 4 = 31 – 40 tahun 29 11,24
5 = >40 tahun 8 3,10
dan jumlah tanggungan keluarga. Jumlah 258 100,00
Jumlah 1 = >4 orang 51 19,77
Karakteristik terdiri dari 4 indikator yang Tang- 2 = 4 orang 58 22,48
gungan 3 = 3 orang 76 29,46
dijelaskan secara lebih rinci pada Tabel 1.
Keluarga 4 = 2 orang 73 28,29
Tabel 1 menjelaskan karateristik (orang) 5 = <2 orang 0 0
Jumlah 258 100,00
petani responden yaitu petani swadaya Sumber: Data Primer (diolah)

kelapa sawit yang terdiri atas umur,


Faktor yang Dapat Memengaruhi
tingkat pendidikan, pengalaman bertani Penerapan Sertifikasi Keberlanjutan
kelapa sawit dan jumlah tanggungan Sertifikasi keberlanjutan
keluarga. Sebagian besar petani swadaya perkebunan kelapa sawit adalah salah

8
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2022. 8(1): 1-17

satu cara menanggulangi dampak swadaya di Kecamatan Secanggang


lingkungan, permasalahan sosial, dalam menerapkan sertifikasi
pemanasan global, pemusnahan dan keberlanjutan perkebunan kelapa sawit.
dampak lainnya (Emilia et al., 2014). Analisis faktor-faktor yang dapat
Emilia berpendapat sertifikasi produk memengaruhi petani kelapa sawit
kelapa sawit yang disyaratkan swadaya dalam menerapkan sertifikasi
menimbulkan konsekuensi baru yang keberlanjutan perkebunan kelapa sawit di
menuntut produk CPO yang diterima di Kecamatan Secanggang dilakukan
pasar international haru berasal dari menggunakan Regresi Logistik dengan
produksi yang tersertifikasi kelapa sawit Model logit. Hasil dari model tersebut
mulai dari produk Tandan Buah Segar diuji dengan menggunakan bantuan
(TBS) sebagai bahan baku hingga software SPSS 21. Secara keseluruhan
menjadi CPO dan produk turunannya. model mampu mengklasifikasikan
Petani swadaya sebagai salah satu responden dalam memengaruhi
stakeholder produksi kelapa sawit penerapan sertifikasi keberkelanjutan,
diharapkan mampu menerapkan artinya model logit secara keseluruhan
sertifikasi keberlanjutan kelapa sawit dapat menjelaskan faktor-faktor yang
yang sudah ditetapkan. Penerapan dapat memengaruhi petani kepala sawit
sertifikasi keberlanjutan bertujuan untuk swadaya di Kecamatan Secanggang
memelihara lingkungan, meningkatkan dalam menerapkan sertifikasi
ekonomi, sosial dan penegakan peraturan keberlanjutan perkebunan kelapa sawit.
perundang-undangan di Indonesia. Faktor-faktor yang diduga dapat
Sertifikasi keberlanjutan diharapkan memengaruhi keputusan petani kelapa
dapat diikuti oleh seluruh produsen sawit swadaya dalam menerapkan
kelapa sawit di Indonesia, namun sertifikasi keberlanjutan perkebunan
karateristik perkebunan rakyat kelapa sawit meliputi beberapa variabel
(smallholders) dengan berbagai independen yaitu umur, pengalaman
keterbatasannya menghadapi kendala bertani, tingkat pendidikan, luas lahan,
dalam memenuhi standar keberlanjutan produktivitas, tanggungan keluarga, total
tersebut. pendapatan, pendapatan lain, status
Penelitian ini ingin melihat faktor- kepemilikan lahan, penyuluhan dan akses
faktor yang dapat memengaruhi petani informasi. Variabel dependen yaitu petani

9
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMENGARUHI PENERAPAN SERTIFIKASI KEBERLANJUTAN
DI KALANGAN PETANI SWADAYA DI KECAMATAN SECANGGANG
Prisman A. L. Sihombing, Maman. H. Karmana, Ernah

kelapa sawit swadaya menerapkan keberlanjutan perkebunan kelapa sawit di


sertfikasi keberlanjutan kelapa sawit (Y). Kecamatan Secanggang sebesar 90,076
Penelitian ini menggunakan tingkat %, hal tersebut ditunjukkan dengan nilai
kepercayaan 95% atau taraf nyata 0,05. ratio likelihood yang tinggi sebesar
Berikut analisis faktor-faktor yang dapat 224,449 (>10), yang berarti model uji
memengaruhi keputusan petani yang telah dilakukan sangat bermanfaat.
menerapkan sertifikasi keberlanjutan Hasil pendugaan logit memiliki
perkebunan kelapa sawit disajikan pada nilai prob > Chisq = 0,1 sehingga tolak
Tabel 2. H0 dan terima H1. Hasil pengujian
Tabel 2. Faktor-faktor yang dapat serempak tersebut menunjukkan bahwa
memengaruhi Petani Swadaya
menerapkan sertifikasi paling sedikit ada satu variabel
keberlanjutan
Variabel B P-value Odds independen yang berpengaruh nyata
Ratio
Konstan 11,286 terhadap peluang petani kelapa sawit
Umur Petani 0,051 0,027 1,053
Pengalaman Bertani -0,063 0,003 0,939 swadaya menerapkan sertifikasi
Kelapa Sawit
Tingkat Pendidikan 0,100 0,089 1,105 keberlanjutan. Kemampuan variabel
Luas Lahan -0,028 0,151 0,972
Produktivitas Kelapa 0,001 0,822 1,001 (umur, pengalaman bertani, tingkat
Sawit
Jumlah Tanggungan 0,287 0,044 1,333 pendidikan, luas lahan, produktivitas,
Keluarga
Pendapatan -0,131 0,001 0,877 tanggungan keluarga, total pendapatan,
Usahatani Kelapa
Sawit pendapatan, status kepemilikan lahan,
Sumber Pendapatan -0,103 0,880 0,902
Lain penyuluhan dan akses informasi) dalam
Status Kepemilikan -0,295 0,205 0,183
Lahan menjelaskan variabel dependen
Penyuluhan -0,555 0,265 0,574
Akses Informasi 2,045 0,000 7,729 (menerapkan sertifikasi keberlanjutan)
Omnibus Test 90,076
-2 Log Likelihood 224,449 dapat dilihat dari nilai Pseudor R2.
Prob > Chisq 0,1
Pseudo R2 0,769 Hasil pengujian nilai Pseudor R2
Sumber: Data Primer (diolah)
sebesar 0,769 menunjukan bahwa secara
Berdasarkan Tabel 2, hasil bersama-sama 11 (sebelas) variabel
pengujian uji serempak (Omnibus Test) mampu menjelaskan pengaruh petani
model regresi logit menunjukkan bahwa kepala sawit swadaya untuk berpeluang
model yang digunakan telah sesuai untuk menerapkan ISPO sebesar 76,9%.
model faktor-faktor yang dapat Selebihnya sebesar 23,1% dipengaruhi
memengaruhi petani kelapa sawit oleh faktor lain di luar model penelitian
swadaya dalam menerapkan sertifikasi ini.

10
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2022. 8(1): 1-17

Hasil pengujian parsial 1. Umur Petani


menggunakan Wald Test Umur adalah aspek penting yang
diinterpretasikan dengan cara melihat memengaruhi seseorang dalam
nilai p-value pada masing-masing melakukan usahatani kelapa sawit.
variabel independennya. Hasil pengujian Menurut Nurhasikin (2013) manusia
menunjukan bahwa faktor yang dikatakan produktif apabila memiliki usia
signifikan dan berpengaruh terhadap 15-64 tahun, dimana usia produktif
faktor-faktor yang memengaruhi petani merupakan usia ideal untuk bekerja dan
kelapa sawit swadaya menerapkan mempunyai kemampuan untuk
sertifikasi keberlanjutan yaitu: umur, meningkatkan produktivitas kerja serta
pengalaman bertani, tanggungan memiliki kemampuan untuk menyerap
keluarga, total pendapatan dan akses informasi dan teknologi yang inovatif di
informasi. Berdasarkan hasil pengujian, bidang pertanian. Data hasil penelitian
maka didapatkan persamaan regresi logit menyatakan bahwa 88,76% petani
faktor-faktor yang memengaruhi petani swadaya di Kecamatan Secanggang
kelapa sawit swadaya berpeluang berumur produktif.
menerapkan sertifikasi keberlanjutan Berdasarkan hasil Regresi Logistik,
sebagai berikut: variabel umur petani menunjukkan nilai
𝑝𝑖 P-Value sebesar 0,02 yang menyatakan
𝐿𝑛 = 11,286 + 0,051𝑋 − 0,063𝑋
1 − 𝑝𝑖
+ 0,100𝑋 − 0,028𝑋 + 0,001 bahwa hasil ini < 0,05 (taraf nyata 5%)
+ 0,287𝑋 − 0,131𝑋 − 0,103𝑋
− 0,295𝑋 + 0,555 𝑋 maka H0 diterima, artinya faktor umur
− 2,045𝑋
petani memiliki pengaruh yang signifikan
Variabel independen yang tidak dan dapat memengaruhi petani kelapa
signifikan dan tidak berpengaruh nyata sawit swadaya di Kecamatan Secanggang
terhadap berpeluang menerapkan untuk menerapkan sertifikasi
sertifikasi keberlanjutan pada taraf nyata keberlanjutan perkebunan kelapa sawit.
5 persen (α = 0,05) yaitu tingkat Hasil uji regresi logit terhadap variabel
pendidikan, luas lahan, produktivitas, umur memiliki nilai koefisien positif
pendapatan dan penyuluhan sertifikasi sebesar 0,051 dengan nilai Odd Ratio
keberlanjutan perkebunan kelapa sawit. umur petani sebesar 1,053 yang artinya
jika umur petani naik satu tahun maka
kemungkinan untuk menerapkan

11
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMENGARUHI PENERAPAN SERTIFIKASI KEBERLANJUTAN
DI KALANGAN PETANI SWADAYA DI KECAMATAN SECANGGANG
Prisman A. L. Sihombing, Maman. H. Karmana, Ernah

sertifikasi keberlanjutan perkebunan bertani berpengaruh secara signifikan


kelapa sawit naik sebesar 1,053. Hasil terhadap penerapan sertifikasi
penelitian ini tidak sejalan dengan keberlanjutan kelapa sawit oleh petani
penelitian yang dilakukan oleh (Emilia et swadaya di Kecamatan Secanggang.
al., 2014) menyatakan bahwa faktor umur Berdasarkan uji regresi terhadap variabel
petani kelapa sawit tidak berpengaruh pengalaman bertani memiliki nilai
secara signifikan terhadap minat koefisien negatif sebesar -0,063. Nilai
partisipasi petani KKPA dalam sertifikasi Odds Ratio variabel pengalaman bertani
perkebunan kelapa sawit di Kabupaten sebesar 0,939 yang menunjukkan bahwa
Kampar. jika pengalaman bertani naik satu tahun
2. Pengalaman Bertani Kelapa Sawit maka kemungkinan peluang petani
Pengalaman merupakan salah satu swadaya naik sebesar 0,939 dalam
faktor penting jika seseorang ingin menerapkan sertifikasi keberlanjutan
mengadopsi atau menerapkan suatu perkebunan kelapa sawit di Kecamatan
kegiatan, pengalaman seseorang dalam Secanggang. Rata-rata pengalaman petani
berusahatani berpengaruh dalam swadaya di Kecamatan Secanggang
menerima inovasi dari luar. (Soekartawi, dalam budidaya kelapa sawit adalah 11-
2003) berpendapat petani yang sudah 20 tahun. Menurut penelitian (Panjaitan
lama berusahatani akan lebih mudah et al., 2020) menyatakan faktor
menerapkan inovasi atau teknologi dan pengalaman bertani memengaruhi secara
mudah menjalankan anjuran dari para signifikan dalam meningkatkan
penyuluh. Lebih lanjut (Nurfitri, 2014) produktivitas perkebunan kelapa sawit di
menyatakan jika petani yang telah lama Kabupaten Kuantan Singingi.
terjun dalam usaha tani akan lebih mudah Produktivitas perkebunan kelapa sawit
menerima perubahan-perubahan dalam yang baik merupakan tujuan dalam
usahatani karena pengalaman di lapangan implementasi sertifikasi perkebunan
yang relatif lebih banyak. kelapa sawit, maka sangat relevan jika
Hasil Regresi Logistik menyatakan pengalaman bertani menjadi faktor yang
bahwa variabel pengalaman bertani mendorong penerapan sertifikasi
memperoleh nilai p-value sebesar 0,003 < keberlanjutan perkebunan kelapa sawit di
0,05 (taraf nyata 5%) yang menunjukkan Kecamatan Secanggang.
H0 diterima, artinya variabel pengalaman

12
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2022. 8(1): 1-17

3. Jumlah Tanggungan Keluarga sertifikasi keberlanjutan perkebunan


Tanggungan keluarga adalah kelapa sawit naik sebesar 1,333. Dengan
jumlah anggota keluarga petani yang demikian dapat disimpulkan bahwa
kebutuhannya masih dipenuhi. Hasyim keluarga yang memiliki jumlah
(2003) berpendapat dalam (Mandang et tanggungan lebih banyak lebih
al., 2020) bahwa jumlah tanggungan berpeluang menerapkan sertifikasi
keluarga merupakan salah satu faktor keberlanjutan kelapa sawit, hal ini
yang harus diperhatikan dalam dikarenakan dengan banyaknya jumlah
menentukan pendapatan untuk memenuhi anggota keluarga akan menambah jumlah
kebutuhannya. Banyaknya jumlah tenaga kerja yang akan membantu jika
tanggungan berdampak mendorong sertifikasi keberlanjutan perkebunan
petani untuk melakukan banyak aktivitas kelapa sawit diterapkan. Dengan
terutama dalam mencari dan menambah banyaknya persyaratan yang harus
pendapatan keluarganya. Menurut dipenuhi dalam sertifikasi keberlanjutan
(Soekartawi, 2003) jumlah anggota perkebunan kelapa sawit, akan sangat
keluarga akan memengaruhi keputusan efisien jika dibantu oleh 1-4 tenaga kerja
petani dalam berusahatani. yang berasal dari keluarga. Hasil uji
Hasil Regresi Logistik regresi logistik variabel jumlah
menghasilkan nilai p-value variabel luas tanggungan keluarga pada penelitian ini
lahan sebesar 0,044 < 0,05 (taraf nyata tidak sejalan dengan penelitian oleh
5%) yang menunjukkan H0 diterima, (Emilia et al., 2014) yang menyatakan
artinya tanggungan keluarga memiliki variabel jumlah tanggungan keluarga
pengaruh yang signifikan terhadap tidak berpengaruh secara signifikan
penerapan sertifikasi keberlanjutan dalam minat petani KKPA berpartisipasi
perkebunan kelapa sawit. Hasil uji regresi dalam sertifikasi produk kelapa sawit di
logit terhadap variabel tanggungan Kabupaten Kampar.
keluarga memiliki nilai koefisien positif 4. Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit
sebesar 0,287. Nilai Odds Ratio variabel Pendapatan usahatani kelapa sawit
jumlah tanggungan keluarga sebesar adalah imbalan atau balas jasa input-input
1,333, yang menyatakan jika tanggungan produksi kelapa sawit yang diterima
keluarga petani bertambah 1 orang maka petani. Menurut (Ginting, 2016)
peluang kemungkinan menerapkan pendapatan usahatani akan

13
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMENGARUHI PENERAPAN SERTIFIKASI KEBERLANJUTAN
DI KALANGAN PETANI SWADAYA DI KECAMATAN SECANGGANG
Prisman A. L. Sihombing, Maman. H. Karmana, Ernah

menguntungkan jika penerimaan total II untuk mengkonversi usahatani padi


lebih besar daripada biaya usahatani dan menjadi usahatani kelapa sawit.
sebaliknya. (Soekartawi, 1988) Rata-rata pendapatan dari kelapa
menambahkan jika pendapatan usahatani sawit yang diterima petani swadaya di
yang tinggi sangat berhubungan erat lokasi penelitian berjumlah ±35
dengan difusi inovasi pertanian dan juta/ha/tahun. Fakta tersebut
tingkat adopsi pertanian. Kemauan menunjukkan pendapatan petani swadaya
melakukan perubahan dalam difusi tergolong rendah dan hanya cukup
inovasi cenderung lebih cepat sesuai memenuhi kebutuhan pokok petani.
dengan kondisi pendapatan petani. Maka dapat disimpulkan untuk
Hasil Regresi Logistik pada kebutuhan biaya sertifikasi dibutuhkan
variabel pendapatan usahatani kelapa dukungan banyak kalangan seperti,
sawit menghasilkan nilai p-value sebesar lembaga keuangan, koperasi dan
0,001 < 0,05 (taraf nyata 5%) yang pemerintah daerah dalam memberi
menunjukkan H0 diterima, artinya dukungan berupa bantuan dana untuk
variabel pendapatan usahatani kelapa penerapan sertifikasi keberlanjutan
sawit berpengaruh secara signifikan dan perkebunan kelapa sawit.
dapat memengaruhi penerapan sertifikasi 5. Akses Informasi
keberlanjutan perkebunan kelapa sawit Informasi adalah salah satu faktor
oleh petani swadaya di Kecamatan penentu untuk seseorang dalam
Secanggang. Nilai Odds Ratio variabel mengambil keputusan (Putri & Purnomo,
pendapatan usahatani kelapa sawit 2017). Sumber informasi adalah media
sebesar 0,877 artinya jika pendapatan yang berperan penting untuk seseorang
yang diterima petani swadaya bertambah, dalam menentukan sikap dan keputusan
maka nilai peluang penerapan sertifikasi untuk bertindak. (Notoatmodjo,
keberlanjutan perkebunan kelapa sawit 2003)berpendapat sumber informasi
akan naik sebesar 0,877. Hasil uji Regresi adalah segala sesuatu yang menjadi
Logistik ini sejalan dengan penelitian perantara dalam menyampaikan
oleh (Gustina et al., 2020) yang informasi, media informasi untuk
mengemukakan bahwa faktor pendapatan komunikasi massa. Sumber informasi
memengaruhi secara signifikan keputusan dapat diperoleh melalui media cetak
petani swadaya di Desa Bukit Peninjauan (surat kabar, majalah), media elektronik

14
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2022. 8(1): 1-17

(televisi, radio, internet). Informasi yang adalah faktor yang paling berpengaruh
diperoleh dari beberapa sumber akan untuk petani swadaya dalam menerapkan
memengaruhi tingkat pengetahuan petani. sertifikasi keberlanjutan perkebunan
Seorang petani yang banyak memperoleh kelapa sawit. Nilai Odds Ratio variabel
informasi cenderung memiliki akses informasi yang dihasilkan sebesar
pengetahuan yang lebih luas. (Rogers, 7,729 artinya jika akses informasi yang
1983) menyatakan bahwa sumber diterima petani swadaya bertambah 1,
informasi memengaruhi kelima maka peluang kemungkinan petani
komponen (self efficacy, respon swadaya dapat menerapkan sertifikasi
effectiveness, severity, vulnerability, dan keberlanjutan naik sebesar 7,729.
fear) yang kemudian akan mendapatkan Dari hasil pengamatan di
salah satu dari adaptive coping response Kecamatan Secanggang, biasanya petani
atau maladaptive coping response. Teori swadaya memperoleh informasi dari
tersebut menyatakan bahwa semakin media sosial, media elektronik, media
seseorang mendapatkan informasi dari cetak, informasi antar petani (mouth to
berbagai sumber maka kecendrungan mouth), bandar/tengkulak/agen,
seseorang akan mengambil sikap yang formulator pestisida, sales pupuk dan
baik pula mengenai sesuatu hal. pemilik Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
Nilai p-value variabel akses Penelitian yang dilakukan oleh (Sibarani
informasi sebesar 0,00 < 0,05 (taraf nyata et al., 2015) menyebutkan bahwa akses
5%) yang menunjukkan H0 diterima, informasi merupakan tantangan yang
artinya variabel faktor akses informasi dihadapi petani swadaya di Desa Air
memberikan pengaruh yang signifikan Hitam, Kabupaten Pelalawan dalam
dan dapat memengaruhi petani swadaya menghadapi sertifikasi ISPO. Maka dapat
dalam penerapan sertifikasi disimpulkan jika akses informasi sangat
keberlanjutan. Hasil uji regresi logit dibutuhkan petani swadaya sebagai
terhadap variabel akses informasi gambaran tentang sertifikasi
memiliki nilai koefisien positif sebesar keberlanjutan perkebunan kelapa sawit.
2,045. Variabel akses informasi dalam
penelitian ini memiliki nilai Odds Ratio
paling tinggi daripada variabel yang
lainnya, dapat disimpulkan variabel ini

15
FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMENGARUHI PENERAPAN SERTIFIKASI KEBERLANJUTAN
DI KALANGAN PETANI SWADAYA DI KECAMATAN SECANGGANG
Prisman A. L. Sihombing, Maman. H. Karmana, Ernah

KESIMPULAN DAN SARAN Perkebunan Kelapa Sawit Di Desa


Sungai Kupang Jaya Kecamatan
Kesimpulan
Kelumpang Selatan Kabupaten
Faktor internal yang dapat Kotabaru. JPG (Jurnal Pendidikan
Geografi, 2(2), 1–15.
memengaruhi penerapan sertifikasi
Andoko, Agus, & Widodoro. (2013).
keberlanjutan perkebunan kelapa sawit di Berkebun Kelapa Sawit si Emas
Cair. PT. Agro Media Pustaka.
kalangan petani swadaya di Kecamatan
Brandi, C., Cabani, T., Hosang, C.,
Secanggang adalah Umur Petani, Schirmbeck, S., Westermann, L., &
Wiese, H. (2015). Sustainability
Pengalaman Bertani Kelapa Sawit,
Standards for Palm Oil. Journal of
Jumlah Tanggungan Keluarga dan Environment & Development,
24(3), 292–314.
Pendapatan Usahatani Kelapa Sawit,
Dharmawan, A. H., Nasdian, F. T.,
sedangkan faktor eksternal yang dapat Barus, B., Kinseng, R. A.,
Indaryanti, Y., Indriana, H.,
memengaruhi penerapan sertifikasi
Mardianingsih, D. I., Rahmadian,
keberlanjutan perkebunan kelapa sawit F., Hidayati, H. N., & Roslinawati,
A. M. (2019). Kesiapan Petani
adalah Akses Informasi.
Kelapa Sawit Swadaya dalam
Implementasi ISPO: Persoalan
Lingkungan Hidup, Legalitas dan
Saran
Keberlanjutan. Jurnal Ilmu
Saran penelitian membentuk Lingkungan, 17(2), 304–315.
https://doi.org/10.14710/jil.17.2.30
Koperasi yang diinisiasi oleh Pemerintah
4-315
Daerah Kabupaten Langkat yang berguna Emilia, R., Hutabarat, S., & Arifudin.
(2014). Faktor-Faktor Yang
menaungi Petani Swadaya dalam
Memengaruhi Minat Petani Kelapa
kegiatan usahatani kelapa sawit guna Sawit Rakyat Berpartisipasi Dalam
Sertifikasi Produk Di Kabupaten
meningkatkan taraf hidup petani swadaya
Kampar. SEPA, 11(1), 142–150.
di Kecamatan Secanggang. Ginting, M. C. D. (2016). Analisis
Pendapatan Dan Faktor-Faktor
Yang Memengaruhi Penerapan
DAFTAR PUSTAKA Usahatani Padi Sehat Di
Kecamatan Cigombong Kabupaten
Agustina, D., & Hariyadi. (2014).
Bogor. Institut Pertanian Bogor.
Analisis Lingkungan Sosial,
Gustina, Y., Chozin, M., & Barchia, M.
Ekonomi Pengelolaan Perkebunan
F. (2020). Analisis Komparasi
Kelapa Sawit Berkelanjutan
Usahatani Padi Dan Usahatani
Berdasarkan Kriteria ISPO PT.
Kelapa Sawit. Jurnal Penelitian
Tapian Nadenggan. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam
Pengelolaan Sumberdaya Alam
Dan Lingkungan, 9(1).
Dan Lingkungan, 4(1), 43–48.
Hendayana, R. (2013). Application
Akhbianor, Normelani, E., & Anggriani,
Method of Logistic Regression
P. (2015). Strategi Petani Swadaya
Analyze the Agricultural
Kelapa Sawit Dalam Mengelola

16
MIMBAR AGRIBISNIS
Jurnal Pemikiran Masyarakat Ilmiah Berwawasan Agribisnis. Januari 2022. 8(1): 1-17

Technology Adoption. Informatika Kabupaten Nganjuk. Swara Bhumi,


Pertanian, 22(1), 1–9. 04(5), 7–14.
Hosmer, D. W., & Lemeshow, S. (2000). Rizal, A., Hamidah, S., & Wuryani, S.
Applied Logistic Regression (2nd (2018). Analisis Penerapan
ed.). John Willey and Sons. Sertifikasi. Universitas Mercu
Mandang, M., Sondakh, M. F. L., & Buana Yogyakarta, 7.
Laoh, O. E. H. (2020). Rogers, E. M. (1983). Diffusion of
Karakteristik Petani Berlahan Innovations (3rd ed.). The Free
Sempit Di Desa Tolok Kecamatan Press.
Tompaso. Agri-Sosio Ekonomi, Rosni. (2009). Penurunan Kualitas
16(1), 105–114. Ekosistem Mangrove Hubungannya
Nora, S., Manullang, W., & Wijoyo, H. Dengan Pendapatan Masyarakat
(2020). Evaluasi Kesesuaian Lahan Nelayan Di Kecamatan Secanggang
Tanaman Kelapa Sawit Di Kabupaten Langkat Provisnsi
Kecamatan Secanggang Kabupaten Sumatera Utara. Jurnal Geografi,
Langkat Provinsi Sumatera Utara. 1(1), 13–26.
Jurnal Agrica Ekstensia, 14(1), 11. Saragih, I. K. (2020). Analisis Status
Notoatmodjo, S. (2003). Pengembangan Keberlanjutan Perkebunan Kelapa
Sumber Daya Manusia. PT. Rineka Sawit Rakyat Provinsi Jambi.
Cipta. Institut Pertanian Bogor.
Nurfitri, I. (2014). Tingkat Adopsi Sibarani, D. Y. T., Hutabarat, S., &
Teknologi Budidaya Sayuran Dewi, N. (2015). Prospek Dan
Organik Oleh Petani Mitra Ads-Uf Tantangan Petani Kelapa Sawit
Ipb Serta Faktor-Faktor Yang Swadaya Di Desa Air Hitam
Memengaruhinya. Institut Pertanian Kecamatan Ukui Kabupaten
Bogor. Pelalawan Dalam Menghadapi
Pahan, I. (2007). Panduan Lengkap Sertifikasi Ispo. Jom Faperta UR,
Kelapa Sawit. Penebar Swadaya. 2(1), 15.
Panjaitan, E., Paman, U., & Darus. Soekartawi. (1988). Prinsip Dasar
(2020). Analisis Pengaruh Faktor Komunikasi Pertanian. Penerbit
Produksi Terhadap Produktivitas Universitas Indonesia (UI-Press).
Usahatani Kelapa Sawit Pola Soekartawi. (2003). Agribisnis Teori dan
Swadaya Di Desa Sungai Buluh Aplikasinya. PT. Raja Grafindo
Kecamatan Kuantan Singingi Hilir, Persada.
Kabupaten Kuantan Singingi. Supriana, T. (2010). Social-Economic
Dinamika Pertanian, 36(1), 61–68. Aspects Of Coastal Community
https://doi.org/10.25299/dp.2020.vo That Influence Mangrove Forest
l36(1).5371 Degradation In Secanggang Village
Putri, C. F. A., & Purnomo, N. H. (2017). Langkat Regency. Jurnal Bumi
Faktor-Faktor Pengambilan Lestari, 10(1), 91–97.
Keputusan Petani Untuk Budidaya
Melon Di Kecamatan Tanjunganom

17

Anda mungkin juga menyukai