Premis: Seorang mahasiswa yang tinggal di Loteng dan memiliki tetangga pria yang misterius. Orientasi: Cerita dimulai dengan karakter utama (saya) menggambarkan suasana di sekitar loteng Ny. Casper yang penuh misteri. Laki-laki tua yang tinggal di loteng tersebut menjadi pusat perhatian. Ia tidak pernah membuka jendela dan perilakunya menjadi aneh, seperti bermain- main dengan pistol di jendela. Loteng tersebut menciptakan kesan ketegangan dan ketidakpastian bagi karakter utama (saya). Konflik: Konflik dalam cerita ini berkembang ketika perilaku laki-laki tua semakin mengganggu dan mengintimidasi Ny. Casper dan orang-orang di sekitarnya. Karakter utama (saya) mencatat perilaku yang aneh, termasuk laki-laki tua itu berjalan dengan tidak tegap dan memainkan pistol. Ketidakpastian tumbuh tentang apakah laki-laki tua tersebut berbahaya atau hanya mencari perhatian. Konflik mencapai puncaknya ketika laki-laki tua tersebut mengejar Ny. Casper sambil mengancam dengan pistol. Klimaks: Klimaks dalam cerita ini terjadi ketika laki-laki tua itu mengejar Ny. Casper sambil mengancam dengan pistol. Tensi dan ketegangan mencapai titik maksimum saat Ny. Nolan, seorang karakter lain dalam cerita, mengambil tindakan tegas dengan menembak laki-laki tua tersebut menggunakan senapannya panjang bermoncong dua miliknya. Ada momen ketegangan di mana nasib laki-laki tua itu tergantung pada tindakan Ny. Nolan. Dengan kematian laki-laki tua tersebut, cerita mencapai klimaks dramatis. Ending: Setelah klimaks, cerita menuju pada ending yang memerikan suasana penyelesaian dan ketenangan. Polisi tiba di tempat kejadian, dan karakter utama (saya) menolak dibawa ke kantor polisi. Dia akhirnya dibawa kembali ke rumah sakit, tetapi dirinya sulit tidur karena peristiwa mengerikan yang baru saja terjadi. Ending cerita menciptakan rasa penutupan tetapi juga meninggalkan karakter utama (saya) dengan pertanyaan dan perasaan ketidaknyamanan tentang peristiwa tersebut. Dengan demikian, cerita ini menggambarkan perjalanan dari orientasi yang penuh misteri, konflik yang menegangkan, mencapai klimaks dramatis, dan akhirnya mengarah pada ending yang menciptakan rasa penyelesaian namun juga ketidakpastian. Kutipan yang menarik: 1. "Dia mempunyai dua anak laki-laki, satu tewas di Vietnam, yang lain terbenam di Sungai Ohio ketika sedang main-main di sana." Penjelasan: Kutipan ini mengungkapkan latar belakang laki-laki tua yang tinggal di loteng Ny. Casper. Kedua anak laki-laki yang mengalami nasib tragis ini memberikan dimensi tambahan pada karakternya, menggambarkan rasa sakit dan kehilangan yang dialaminya dalam hidupnya. 2. "Laki-laki tua yang menolak menyebutkan namanya ini mempunyai rencana menyewa menara Gedung Union di tingkat dua puluh tiga, dan melengkapinya dengan sebuah mitraliur dan beberapa kotak peluru, untuk mempertahankan diri kalau ada orang yang berusaha menyakitinya." Penjelasan: Kutipan ini menciptakan elemen misteri dan ketegangan dalam cerita. Niat laki- laki tua untuk menyewa menara Gedung Union dan membawa senjata memunculkan pertanyaan tentang niat sebenarnya dan potensi konflik yang akan datang. Kedua kutipan ini menambahkan kompleksitas pada cerita dengan menggambarkan latar belakang dan niat karakter, memberikan lapisan baru pada elemen konflik, dan menarik minat pembaca dengan mengungkapkan detail yang tidak biasa. Opini tentang karakter: 1. Karakter utama Bagi saya untuk karakter utama sendiri saya tidak terlalu menyukai sifatnya yang suka mengusik privasi seseorang, yang padahal pada awalan cerita ia sempat berkata: "Mula-mula syarat ini memang sangat menyenangkan karena saya sendiri tidak suka diganggu." Statment nya berbalik disaat ia memiliki seorang tetangga pria tua yang misterius. Disini ia juga suka mengusik kedamaian orang dari mengusik Ny. Casper, Ny. McMillan, Ny. Nolan dan pemilik toko Marsh. Yang paling terlihat mengusik pada saat ia menelpon Ny. Casper di malam hari berikut percakapannya: “Eh, mengapa lampu di kamarnya tidak menyala, Ny. Casper?” “Wah, wah, Anak Muda, mengapa saya harus mengurusi soal itu segala? Kan, dia sudah menyewa loteng saya. Mau berbuat apa pun dia tidak akan saya larang, selama dia tidak merusak dan menimbulkan huru- hara.” Karena belum puas, saya terus mendesak, “Ny. Casper, maaf atas pertanyaan saya ini. Kalau tidak salah, dia memiliki pistol, benarkah ini?” “Wah, wah, kau ini ada-ada saja, Anak Muda. Mau apa kau kalau dia punya dan mau apa kau kalau dia tidak punya? Nah, selamat malam, Anak Muda. Saya harap kau tidak menanyakan soal dia lagi, kalau tidak perlu sekali.” Dan, pembicaraan terhenti. Kutipan di atas menjadi argumen saya untuk saya tidak menyukai sifat dari karakter utama, karena terlalu mengganggu privasi seseorang dan mengganggu orang tua yang sedang tidur. 2. Ny. Nolan Saya sedikit kurang suka dengan sikapnya yang langsung main hakim sendiri namun saya disini tidak menyalahkan perilakunya disaat ia membunuh pria tua tak bernama itu, karena pada saat itu ia ingin menolong Ny. Casper dan dia juga memiliki alibi bahwa ia sering di ancam oleh pria tua tak bernama itu, namun mengapa ia harus menghakimi orang tua tersebut, padahal ia ada bilang kalau dia ingin melaporkan kepada pihak berwajib untuk menangani orang itu. Namun ia malah yang membunuh langsung pria tua tanpa nama itu. 3. Ny. Casper Saya suka dengan sifatnya yang masih peduli, dia juga baik tidak seperti Ny. Nolan yang ketika di ajak berbicara menjawab hanya seperlunya, mungkin hanya karakter ini yang bisa berbicara cukup panjang dengan karakter utama di dalam cerpen ini, karena dia satu satunya orang yang masih bersikap peduli terhadap pertanyaan dari karakter utama, walaupun pada saat karakter utama sudah kelewatan ia masih menjawab pertanyaannya dengan tidak emosi. Detail yang menarik: 1. Pistol yang Menjadi Simbol Ketegangan Penggunaan pistol dalam cerita ini memiliki banyak lapisan makna. Pistol yang dimainkan oleh laki-laki tua di loteng Ny. Casper menjadi simbol ketegangan dan ancaman yang mengambang di sekitar karakter utama. Ini menciptakan atmosfer yang mencekam dan menambah ketidakpastian, sekaligus memunculkan pertanyaan tentang niat sebenarnya dari laki-laki tua tersebut. Detail ini menjadikan elemen visual yang kuat dalam cerita. 2. Tantangan Moral Ny. Nolan Karakter Ny. Nolan membawa elemen moral yang kompleks ke dalam cerita. Tindakannya menembak laki-laki tua tersebut, yang sejatinya mengancam Ny. Casper, memunculkan pertanyaan etis tentang hak untuk membela diri dan melindungi orang lain. Ini menimbulkan konflik internal dalam karakter tersebut dan menambah dimensi karakter yang menarik. 3. Cuaca yang Mencerminkan Suasana Hati Penggambaran cuaca dalam cerita menjadi simbolis. Salju yang turun pada saat-saat penting dalam cerita, seperti ketika narator meninggalkan rumah sakit setelah pertempuran berdarah, menciptakan efek dramatis. Salju ini dapat diartikan sebagai representasi dari dinginnya perasaan dan ketidakpastian yang melanda karakter-karakter dalam cerita, serta meningkatkan suasana cerita secara keseluruhan. Detail-detail ini menambahkan kedalaman dan kompleksitas pada cerita, mengundang pembaca untuk mempertimbangkan banyak makna dan memahami karakter serta suasana yang dibangun oleh pengarang. Pesan Moral: Ketika menghadapi konflik dan ketidakpastian dalam hidup, penting untuk mempertimbangkan pilihan yang diambil dengan bijak. Tindakan dan keputusan kita bisa memiliki konsekuensi yang besar, dan kadang-kadang keputusan yang diambil dalam situasi tekanan bisa memiliki dampak jauh lebih besar daripada yang kita duga. Oleh karena itu, penting untuk mencari solusi yang damai dan berpikir secara bijaksana dalam menghadapi konflik, daripada merespons dengan kekerasan atau tergesa-gesa. Selain itu, kita juga harus berusaha untuk memahami perasaan dan perspektif orang lain sebelum mengambil tindakan yang drastis. Pesan moral ini muncul dari konflik antara Ny. Nolan dan laki-laki tua, serta dampak tindakan mereka pada diri mereka sendiri dan orang lain dalam cerita. Judul : Joshua Karabish Pengarang : Budi Darma Premis: Seorang mahasiswa yang tinggal di Loteng dengan temannya yang sakit- sakitan. Orientasi: Cerpen dimulai dengan karakter utama (saya) menceritakan pengalaman masa lalu ketika dia memiliki teman sekamar dan ia bernama Joshua. Mereka berbagi kamar di sebuah apartemen di mana Joshua tinggal, dan karakter utama (saya) menjelaskan bagaimana Joshua selalu terlihat menderita dari penyakit yang tidak diketahui. Kumpulan puisi Joshua ditemukan oleh karakter utama (saya), dan karakter utama (saya) merencanakan untuk mengirimnya ke sebuah kompetisi sastra. Namun, ada rasa ketidakpastian mengenai hubungannya dengan Joshua dan penyakit misterius yang pernah dialaminya. Konflik: Konflik dalam cerpen ini muncul ketika karakter utama (saya) mulai mengalami gejala yang mirip dengan penyakit yang pernah diderita Joshua. Ia menjadi cemas dan paranoid, mencoba mengingat setiap interaksi dengan Joshua. Ia merasa takut bahwa ia telah tertular penyakit yang tidak diketahui tersebut. Konflik ini berpusat pada rasa takut dan ketidakpastian karakter utama (saya) tentang kondisinya. Klimaks: Klimaks cerpen terjadi ketika rasa sakit dan kegelisahan karakter utama (saya) mencapai puncaknya. Ia merasa terjebak dalam ketidakpastian dan akhirnya memutuskan untuk mencari bantuan medis. Ia berkonsultasi dengan beberapa dokter untuk mencari tahu penyebab gejala yang ia alami. Klimaks ini merupakan puncak dari ketegangan emosional karakter utama (saya) karena ingin mencari tahu jawaban atas kondisi misterius yang ia alami. Ending: Cerpen berakhir dengan karakter utama (saya) yang menerima berita bahwa ia telah memenangkan sebuah kompetisi sastra. Namun, ia memutuskan untuk tidak hadir pada acara penutupan kompetisi tersebut dengan alasan sakit. Meskipun ia dinyatakan sebagai pemenang harapan ketiga, ia merasa sangat bersalah dan cemas tentang pengakuan puisi-puisi Joshua sebagai karyanya sendiri. Ia akhirnya mengirim cek hadiah kepada ibu Joshua sebagai penghargaan atas inspirasi yang dia terima dari Joshua. Ending cerita menunjukkan perasaan kompleks karakter utama (saya) yang tetap merasa bersalah dan bertanggung jawab terhadap puisi-puisi Joshua, meskipun ia telah memenangkan kompetisi. Ini juga mencerminkan bagaimana perasaan karakter utama (saya) tentang Joshua berubah seiring berjalannya cerita dari rasa bersalah menjadi penghargaan atas inspirasi yang diberikan. Kutipan yang menarik: 1. "Apa pun yang saya lakukan, kalau perlu bunuh diri sekali pun, saya tidak akan sanggup menghilangkan rasa berdosa mencaplok puisi-puisi Joshua. Biarlah naluri saya tersiksa dengan sendirinya, tapi saya tidak boleh dengan sengaja menyiksa diri." Penjelasan: Kutipan ini menyoroti perasaan bersalah dan perasaan berdosa yang dialami oleh tokoh utama dalam cerita. Ia merasa bersalah karena mengaku sebagai penulis puisi-puisi Joshua, meskipun tahu bahwa itu adalah tindakan yang salah. Kutipan ini mencerminkan konflik batin tokoh dan pertimbangan moral yang kuat dalam cerita. 2. "Saya girang karena saya hanyalah pemenang harapan ketiga, dosa saya terhadap Joshua tidaklah besar." Penjelasan: Kutipan ini mencerminkan perasaan lega dan pemahaman bahwa pengakuan palsu atas karya Joshua adalah suatu dosa. Meskipun merasa bersalah, tokoh merasa lega karena tidak memenangkan hadiah utama, yang akan menambah dosa moralnya. Ini menunjukkan bahwa ada akhir yang adil dalam cerita ini. Kutipan-kutipan ini menyoroti perasaan dan dilema moral tokoh utama dalam cerpen, menambah dimensi emosional cerita, dan menggambarkan perjalanan karakter tokoh. Opini tentang karakter: 1. Karakter utama Saya suka dengan sikap pedulinya, tetapi saya tidak suka karena dia orangnya tidak enakan yang akhirnya membuat dirinya sendiri menderita karena ia terlalu tidak enakan kepada teman sekamarnya, saya akan berikan sedikit kutipan di mana ia menyesali perbuatannya: "Tapi tentu saja, akhirnya Joshua merupakan gangguan bagi saya. Setelah mengatakan keadaan yang sebenarnya, dia tidak pernah pura-pura mempunyai mimpi buruk atau salah makan. Dan setiap kali dia merasa akan kena serangan hebat, dia selalu mengatakannya." Dari sedikit kutipan di atas ia sangat menyesali perbuatannya karena ia terlalu percaya kepada orang yang akhirnya membuat hidupnya menderita tertular penyakit yang tidak diketahui apa namanya. Satu lagi yang membuat saya mempertimbangkan sifatnya yang terlalu tidak enakan walaupun teman sekamarnya sudah membuat ia menderita tetapi ia masih memperdulikan biaya angsuran, dan hutang dari temannya itu yang pada akhirnya utang-utang tersebut digantikan oleh ibu dari temannya yang sudah meninggal itu. 2. Joshua Walaupun saya merasa kasihan kepada karakter satu ini, tetapi dia bukannya jujur kepada teman satu-satunya yang ia miliki malah berbohong dan berkata: “Percayalah, penyakit saya ini tidak akan menular,” demikian kata Joshua semasa hidupnya berkali-kali meyakinkan saya. Tapi, bagaimana penyakitnya tidak mungkin menular kalau telinganya sering mengeluarkan lendir dan hidungnya sering meneteskan darah?" Opini saya ia sengaja membohongi temannya tersebut dengan berkata bahwa penyakit ini tidak menular agar karakter utama masih mau berteman dengannya, supaya ia juga merasa tidak takut pada saat berada di dekat Joshua, itu lah sifat yang saya tidak suka dari karakter ini egois, dan tidak jujur karena sifatnya itu teman sekamarnya mendapatkan nasib yang sangat menyedihkan seperti dirinya dulu semasa ia masih hidup, menderita akan penyakit yang tidak tahu apa itu namanya. 3. Ibu Joshua Sifatnya yang selalu mengata-ngatai Joshua adalah anak yang bodoh, mengapa seorang ibu bisa-bisanya mengatakan anaknya seperti itu, itu adalah sifat yang saya tidak sukai bahkan saya tidak menyukai karakternya, Ibunya terlalu membangga banggakan kakak dari Joshua yaitu Cathy. berikut kutipannya: “Saya tahu bahwa Joshua suka menulis puisi, tapi saya juga tahu bahwa dia hanyalah seorang yang bodoh,tidak seperti Cathy, kakaknya, yang sudah bisa berdiri sendiri setelah lepasdari SMP, dan sanggup membantu saya setelah lepas dari SMA. Saya juga sudah membaca puisi-puisi Joshua, dan meskipun saya orang bodoh dan tidak tahu apa-apa mengenai puisi, saya menganggap puisi Joshua tidak mempunyai mutu. Setelah Cathy menyatakan pendapat yang sama bahwa Joshua tidak mempunyai bakat sama sekali dalam menulis puisi, atas persetujuan Cathy, puisi-puisi Joshua sudah saya musnahkan.” Dari awal saja saya sendiri sudah tidak menyukai karakter tersebut ditambah lagi pada akhir cerita di kalimat paragraft terakhir ibunya mengatakan bahwa Joshua itu anak yang bodoh dan malah dibanding-bandingkan dengan kakaknya di depan temannya sendiri. 4. Cathy Sama dengan ibunya saya tidak menyukai karakter tersebut walaupun dia menanggung utang-utang milik Joshua tapi apakah sepantasnya ia berkata bahwa adiknya tidak memiliki bakat sama sekali dalam menulis puisi, yang bahkan puisinya Joshua dimusnahkan, berikut kutipan yang menguatkan alasan saya tidak suka kepada karakter Cathy: "Setelah Cathy menyatakan pendapat yang sama bahwa Joshua tidak mempunyai bakat sama sekali dalam menulis puisi, atas persetujuan Cathy, puisi-puisi Joshua sudah saya musnahkan.” Detail yang menarik: 1. Penularan Penyakit Misterius Detail menarik dalam cerpen ini adalah bagaimana karakter utama (saya) mulai merasakan gejala penyakit misterius yang mirip dengan penyakit yang pernah diderita Joshua. Ini menciptakan rasa ketegangan dan ketidakpastian dalam cerita karena pembaca tidak tahu apakah penyakit ini benar-benar menular atau hanya merupakan sugesti psikologis karakter utama (saya). Hal ini juga memperkuat tema penyakit fisik dan emosional dalam cerita. 2. Kebingungan Identitas Karakter utama (saya) mengalami kebingungan tentang identitas diri mereka dalam hubungannya dengan puisi-puisi Joshua. Mereka merasa tergantung pada karya-karya tersebut untuk meraih pengakuan dalam sebuah kompetisi sastra, tetapi merasa bersalah karena takut pengakuan itu akan salah diberikan. Ini menyoroti konflik internal yang kuat dan kompleks yang dialami narator dalam cerita. 3. Hubungan yang Rumit dengan Joshua Hubungan antara karakter utama (saya) dan Joshua adalah aspek menarik lainnya. Awalnya, karakter utama (saya) merasa kesal terhadap Joshua karena menyebabkan rasa sakit dan kebingungan. Namun, seiring berjalannya cerita, karakter utama (saya) mulai menghargai inspirasi yang ia dapatkan dari Joshua, bahkan jika ia tetap merasa bersalah. Ini mencerminkan dinamika yang rumit dalam hubungan manusia dan bagaimana perasaan dapat berubah seiring waktu. Detail-detail ini menambahkan kedalaman dan kompleksitas pada cerpen, membuat pembaca terlibat dalam perasaan dan pikiran narator yang rumit. Pesan moral: Dalam cerpen ini adalah pentingnya integritas, kejujuran, dan tanggung jawab terhadap tindakan dan karya kita sendiri. Hal ini juga menggarisbawahi pentingnya kesadaran akan perasaan bersalah, kemampuan untuk menghadapinya, dan mencari solusi yang jujur terhadap masalah yang mungkin kita ciptakan. Selain itu, cerpen ini menekankan pentingnya empati dan pengertian terhadap orang lain dalam menghadapi konflik dan situasi yang rumit. Pesan moralnya adalah bahwa kita harus bertindak dengan jujur, berempati, dan bertanggung jawab dalam segala aspek kehidupan kita. Judul : Keluarga M Pengarang : Budi Darma Premis: Seorang pria yang tinggal di apartement sendirian dan kesepian. Orientasi: Cerita dimulai dengan karakter utama (saya) menceritakan tentang kehidupan sehari-harinya di gedung apartemennya. Dia menjelaskan bagaimana dia merasa kesepian dan tidak memiliki teman, serta mengamati sekelompok anak-anak yang bermain di lapangan bermain dekat gedung. Konflik: Konflik dalam cerita ini muncul ketika karakter utama (saya) melihat mobilnya terkena baretan. Ini membuatnya sangat kesal dan marah karena merasa telah dirusak oleh seseorang. Dan ia salah mengira, ia menuduh seorang anak kecil yang sedang berada di sana dan menangkapnya untuk diadukan kepada kedua orang tuanya Konflik ini memunculkan perasaan amarah dan frustrasi dalam diri karakter utama tersebut. Klimaks: Klimaks cerita terjadi ketika karakter utama (saya), dipenuhi oleh kemarahan, memutuskan untuk mengambil tindakan. Dia merusak mobil dari Keluarga Meek itu dengan menusukkan ban dengan jarum dan menambahkan pasir ke tangki bensin. Dengan maksud agar mereka menjadi cacat seumur hidup karena kecelakaan. Tindakan ini merupakan ekspresi ekstrim dari amarah dan frustrasi karakter utama (saya) terhadap situasi yang dia alami. Ending: Cerita mencapai endingnya ketika karakter utama (saya) menyadari konsekuensi dari tindakannya yang destruktif. Dia merasa menyesal dan merenungkan perbuatannya. Ini juga menjadi momen refleksi dalam cerita, menggambarkan perubahan dalam sikap dan pandangan karakter utama (saya) terhadap hidupnya. Akibat perbuatannya ia merasa sangat ada yang mengganjal di hatinya setiap kali ia ingin memberikan pertolongan kepada Keluarga Meek, yang telah ia celakai waktu itu, pertolongan yang ia berikan selalu di tolak oleh keluarga tersebut. Cerita berakhir dengan karakter utama (saya) tetap di apartemennya dan juga tetap sendirian, merenungkan perubahannya. Kutipan yang menarik: 1. "Saya hantam dia dari belakang semak-semak. Dia menjerit panjang, lalu saya menyelinap, dan cepat lari ke arah kebun pohon tulip." Penjelasan: Kutipan ini menunjukkan tindakan protagonist yang tak terduga dan brutal terhadap anjing buduk, yang menjadi pemicu konflik dalam cerita. Ini menggambarkan bagaimana tindakan kecil dapat memicu perubahan dramatis dalam alur cerita. 2. "Nah, setelah semua kue saya keluarkan dari bungkusnya, semua kue itu, tanpa kecuali, saya ludahi, lalu saya campakkan ke tempat sampah." Penjelasan: Kutipan ini mencerminkan tindakan protagonist yang menghancurkan kue-kue yang seharusnya ia berikan kepada dua anak kecil yang menderita. Tindakan ini menunjukkan betapa pahitnya hati protagonist terhadap mereka, dan hal ini memicu konflik internal dalam dirinya. Kedua kutipan ini memengaruhi jalan cerita dengan menyoroti tindakan dan perasaan protagonist terhadap anak-anak tersebut. Mereka menggambarkan konflik antara moralitas dan keputusan protagonist, yang akhirnya mempengaruhi bagaimana cerita berkembang. Opini tentang karakter: 1. Karakter utama Saya tidak suka oleh sikapnya yang terlalu emosian, pendendam dan suka mengadili seseorang tanpa adanya bukti sedikitpun, sikap jahanamnya ini lah yang mungkin membuat ia menjadi sendirian tanpa anak dan keluarga, alasan saya tidak menyukai karakter ini karena sikapnya yang terlalu jahat dan psikopat, berikut akan saya berikan kutipan untuk menguatkan alasan saya tidak menyukai karakter ini: “Anjing Buduk! Kamu berak, ya?” teriaksaya. Ingin rasanya saya membawa parang, memotong kaki dan tangan mereka satu per satu, dan membuat mereka cacat seumur hidup." "Setelah memaki-maki dan meludah beberapa kali saya turun, langsungmendatangi manajer." "Nah, di situlah saya melihat sebuah botol Coca Cola pecah. Andaikata, ya, andaikata saja siabang dan si adik terjatuh dan kepalanya termakan oleh pecahan botol, pikirsaya." Dengan sikapnya yang seperti ini terlalu emosian dan pendendam ia juga sempat salah sasaran melukai seorang anak yang ia kira itu adalah anak dari Keluarga Meek, berikut kutipannya: "Nah, pada saat itulah saya melihat berkelebatnya siadik, lari sendirian sambil menangis ketakutan. Baru kali ini lah saya melihat si anjing buduk tanpa dikawal abangnya. Maka, saya cepat merunduk dan mengambil batu besar. Setelah yakin bahwa perbuatan saya tidak bisa dilihat dari jendela-jendela apartemen, saya ambil keputusan bulat untuk menghajar anjing buduk ini. Dan setelah yakin bahwa tembakan saya tidak akan meleset, saya hantam dia dari belakang semak-semak. Dia menjerit panjang, lalu saya menyelinap, dan cepat lari ke arah kebun pohontulip." Ini membuat saya menjadi benci terhadap karakter utama di dalam cerita tersebut yang semena-mena memperlakukan anak-anak dibawah umur dengan cara kekerasan. Namun ada lagi yang membuat saya makin tidak menyukai karakter ini ia membuat satu Keluarga Meek kecelakaan pada musim liburan Thanksgiven, ia memasukan pasir ke tanki bensin dan membocori ban mobil keluarga itu yang mengakibatkan si ayah Melvin harus cacat seumur hidup dan Ibunya Marion duduk di kursi roda seumur hidup anak tertuanya Mark yang hanya sedikit luka-luka adiknya Martin yang pincang seperti ayahnya dan harus selalu di gendong oleh kakanya Mark. 2. Mark & Martin Kakak beradik yang saya sukai didalam cerita ini mereka dari keluarga yang tidak mampu, sang kakak yang memiliki jiwa tanggung jawab yang sangat tinggi kepada adiknya dan adiknya pun sama sepertinya, kakaknya sering melindungi adiknya dari bahaya mereka saling menjaga satu sama lain. Itulah yang membuat saya suka kepada kakak beradik ini di dalam cerpen. Berikut kutipan yang menguatkan saya menyukai kedua karakter tersebut: “Dan harus diingat,” kata Melvin selanjutnya, “saya pun sudah mendidik mereka, terutama Mark, agar bertanggung jawab atas perbuatannya, mengaku bersalah kalau memang bersalah, tapi harus beraniberkelahi kalau mereka dituduh bersalah secara sewenang-wenang padahalmereka benar.” Marion mengangguk-angguk lagi membenarkan suaminya." 3. Melvin Saya menyukai sifat dari Ayah dari kedua anak itu sangat peduli dan selalu meminta maaf jika anaknya berdua itu memang salah, dan ayahnya juga suka memberikan nasihat kapada Mark agar selalu bertanggung jawab apa yang dilakukan oleh adiknya Martin, ayahnya juga mengajarkan lawan orang yang menuduh mu sembarangan tanpa bukti, dan meminta maaflah jika kamu memang salah. Sangat mencerminkan keluarga yang memiliki kehormatan dan rasa tanggung jawab yang tinggi, tidak semua keluarga bisa memilikinya sifat rendah hati yang ia miliki membuat saya suka kepada karakter ini. Berikut kutipan yang menguatkan alasan saya menyukai karakter ini: "Andaikata benar anaknyatelah berbuat durjana, sambungnya, dia mengajukan permohonan maaf.Tapi menurut akal sehatnya, katanya, tidak mungkin anaknya berbuat sembarangan. “Mereka kami didik untuk menghormati orang lain, berbuatbaik, bersifat menolong, dan jangan merusak,” katanya lagi. Kata-kata inibertubi-tubi diiyakan oleh Marion." Detail yang menarik: 1. Pemasangan Mesin Penjual Coca Cola Menggambarkan perubahan dalam lingkungan sehari-hari karakter utama (saya). Awalnya, karakter utama (saya) hanya mengamati anak-anak yang bermain di lapangan bermain dekat gedung apartemennya. Namun, ketika mesin penjual Coca Cola dipasang, itu mempengaruhi dinamika lingkungan dengan menciptakan konflik dan perubahan perilaku anak-anak. 2. Tindakan Karakter Utama (saya) yang Merusak Mobil Keluarga Meek Menunjukkan eskalasi emosi karakter utama di awal cerita yang dipicu oleh konflik dengan mobilnya yang terkena baretan. Karakter utama (saya), dalam keadaan marah dan frustrasi, mengambil tindakan yang drastis dengan merusak mobil dari Keluarga Meek. Hal ini menciptakan momen klimaks dalam cerita dan menggambarkan bagaimana konflik dapat mendorong tindakan yang ekstrem. 3. Perasaan Menyesalnya Karakter Utama (saya) dan Refleksi Terakhir Menggambarkan perubahan dalam karakter utama (saya) dan memberikan pesan moral dalam cerita. Setelah tindakan merusak mobilnya, karakter utama (saya) merasa menyesal dan merenungkan perbuatannya. Ini menciptakan momen refleksi dalam cerita, di mana karakter utama (saya) menyadari konsekuensi dari tindakannya yang destruktif. Hal ini memberikan dimensi karakter yang lebih dalam dan mengajarkan pembaca tentang tanggung jawab dan refleksi atas perbuatan. Detail-detail ini menambahkan kedalaman cerita dan mengarah pada perkembangan karakter serta pesan moral yang disampaikan oleh cerpen ini. Pesan Moral: Cerpen ini mengajarkan kita untuk bertanggung jawab atas tindakan kita dan menyadari konsekuensi dari perbuatan kita. Karakter utama dalam cerita merusak mobil dari keluarga m dan membuat satu keluarga itu kecelakaan, dan dalam tindakan kemarahan, tetapi merasa menyesal kemudian. Ini menggambarkan pentingnya merenungkan tindakan kita sebelum melakukannya dan memahami bahwa tindakan kita dapat memiliki dampak jangka panjang. Pesan moralnya adalah untuk berpikir sebelum bertindak, merenungkan konsekuensi, dan bertanggung jawab atas perbuatan kita.