Laporan Proker Pendidikan Revisi
Laporan Proker Pendidikan Revisi
Oleh :
KENCONG JEMBER
2023
i
LEMBAR PENGESAHAN
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan karunia-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan Pengabdian
Kepada Masyarakat Berbasis Riset (PKM-BR) yang diadakan oleh Universitas Al-Falah As-
Sunniyyah Kencong Jember dengan lancar. Laporan ini dibuat guna untuk mempertanggung
jawabkan kegiatan yang sudah penulis laksanakan selama kegiatan Pengabdian Kepada
Masyarakat Berbasis Riset. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak
yang sudah membantu dan mendukung, terutama ibu-ibu muslimat ranting Yosowilangun
Kidul yang sudah menerima kegiatan kami dengan sangat baik sehingga kegiatan ini berjalan
dengan semestinya.
Dalam kegiatan ini penulis terfokus pada pelatihan perawatan jenazah untuk
meningkatkan pemahaman keagamaan ibu-ibu muslimat ranting Yosowilangun Kidul yang
dilaksanakan di masjid Al Ishlah Roudlotul Falah, Dusun Kebonan, Desa Yosowilangun
Kidul, Kecamatan Yosowilangun. Dalam hal ini penulis memberikan program tentang
perawatan jenazah kepada ibu-ibu muslimat guna untuk menunjang pengetahuan para
masyarakat tentang perawatan jenazah sesuai dengan sunnah Nabi Muhammad saw. Program
ini dilakukan karena masyarakat di desa biasanya lebih menggantungkan prosesi perawatan
jenazah kepada seorang mudin. Kendala yang sering terjadi apabila mudin tidak berada
ditempat saat ada orang meninggal. Sehingga, perawatan jenazah menjadi tertunda.
Sebagai penulis laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan kegiatan ini masih
banyak kekurangan-kekurangan yang harus diperbaiki, dari segi kata maupun penyusunan
laporan kegiatan ini. Oleh karena itu, penulis meminta maaf atas kekurangan-kekurangan
tersebut, dan dengan rendah hati penulis berharap mendapat kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca. Semoga tulisan ini dapat menjadi tulisan yang bermanfaat
baik untuk penulis maupun untuk pembaca.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................iii
DAFTAR ISI......................................................................................................................................................iv
BAB I..................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................................1
A. ISU DAN FOKUS PEMBERDAYAAN................................................................................................1
B. TUJUAN.................................................................................................................................................2
C. ALASAN MEMILIH DAMPINGAN....................................................................................................3
D. KONDISI SUBJEK DAMPINGAN.......................................................................................................4
E. OUTPUT PENDAMPINGAN YANG DIHARAPKAN........................................................................4
BAB II.................................................................................................................................................................7
KAJIAN TEORI.................................................................................................................................................7
A. PENGERTIAN TAJHIZUL JANAZAH................................................................................................7
B. PENGERTIAN JAM’IYYAH MUSLIMAT..........................................................................................8
C. PERAWATAN JENAZAH SESUAI SYARI’AT ISLAM....................................................................9
a. Sakaratul Maut..................................................................................................................................10
b. Setelah Ruh Dicabut.........................................................................................................................11
c. Tajhizul Janazah atau Merawat Janazah...........................................................................................11
BAB III.............................................................................................................................................................15
METODE PENDAMPINGAN.........................................................................................................................15
A. STRATEGI YANG DIGUNAKAN PADA SAAT PENDAMPINGAN.............................................15
B. LANGKAH-LANGKAH DALAM PENDAMPINGAN.....................................................................17
BAB IV.............................................................................................................................................................18
HASIL DAMPAK PERUBAHAN...................................................................................................................18
A. PELAKSANAAN KEGIATAN PENGABDIAN................................................................................18
B. DAMPAK.............................................................................................................................................18
C. REPLIKA..............................................................................................................................................19
BAB V..............................................................................................................................................................20
PENUTUP.........................................................................................................................................................20
A. KESIMPULAN.....................................................................................................................................20
B. SARAN.................................................................................................................................................20
DOKUMENTASI KEGIATAN........................................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................................25
iv
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu tuntunan syariat islam yang telah diajarkan oleh Rosulullah saw ialah
perawatan jenazah. Padahal kita mengetahui diantara masalah penting yang terkait dengan
hubungan manusia dengan manusia lainnya adalah perawatan jenazah. Oleh karena itu,
agama islam menaruh perhatian yang sangat serius terhadap masalah ini. Termasuk
menyelenggarakan perawatan jenazah bagi umat islam hukumnya adalah fardlu kifayah.
Fardlu kifayah artinya apabila telah ada seseorang atau beberapa kelompok orang yang telah
melaksanakan kewajiban tersebut. Maka, kewajiban orang lain menjadi gugur untuk
melaksanakannya. Ada empat fardlu kifayah yang dilakukan untuk merawat jenazah, yaitu:
memandikan jenazah, mengkafani jenazah, mensholati jenazah, dan mengubur jenazah.
Namun, pada kenyataannya sebagian masyarakat masih belum memiliki pengetahuan yang
benar menegnai tata cara merawat jenazah yang sesuai dengan sunnah.
1
masyarakat yang kurang memahami apa yang seharusnya dilakukan dalam merawat jenazah
sesuai sunnah. Mereka hanya melakukan perawatan jezanah berdasarkan kebiasaan turun-
temurun yang kental dengan budaya dan terkadang masih berhubungan dengan hal-hal
tahayyul. Maka, alasan kami memilih program pelatihan kepada mereka terkait tata cara
perawatan jenazah adalah dengan harapan mampu membawa dampak positif pada
masyarakat guna menambah ilmu serta pengetahuan masyarakat dalam pelaksanaan
perawatan jenazah.
)
Gambar 0.1 Workshop Pelatihan Tajhizul Janazah bersama jam’iyyah
muslimat ranting Yosowilangun Kidul.
B. TUJUAN
Program kegiatan tersebut dijalankan melalui beberapa tindak nyata penting yakni
dengan melakukan observasi kepada masyarakat dengan proses interview mengenai
bagaimana pemahaman mereka sejauh ini terhadap tata cara perawatan jenazah. Dalam
pelatihan ini kami sebagai nara sumber dari mahasiswa UAS universitas Al – falah As-
Suniyyah bersinergi dengan berbagai lapisan masyarakat pada umumnya dan bersama ibu –
ibu Muslimat Yosowilangun pada kususnya, semua pihak yang terkait bersinergi untuk
dapat mensukseskan kegiatan ini.
2
kampung mereka.
3
3. Meningkatkan kesadaran untuk mandiri dan tidak bergantung kepada masyarakat
lainnya dalam segala permasalahan yang terjadi, sehingga terbangun sikap kemandirian
desa.
Segala tujuan yang akan dilakukan akan bisa dicapai dengan cara mampu memahami
dan mengerti mengenai ilmu merawat jenazah yang baik dan benar sesuai dengan syariat
islam. Hal ini bisa dicapai apabila masyarakat yang diberikan pelatihan ilmu tata cara
merawat jenazah bisa mempraktekkan di lingkungan keluarga khususnya dan kepada
masyarakat luas pada umumnya.
Setelah mengetahui tata cara dalam penyelenggaraan jenazah, diharapkan para anggota
masyarakat di Kecamatan Yosowilangun Kidul Kabupaten Lumajang mampu menjadikan
pedoman dalam kehidupan sehari-hari dalam mempermudah sanak keluarga apabila salah
satu dari sanak saudaranya ada yang baru saja meninggal dunia dan mampu diurus oleh
anggota masyarakat di daerah tersebut.
Sebagai seorang muslim kita harus tahu tata caranya dalam perawatan jenazah tersebut,
jangan menganggap bahwa itu tugas seorang imam kampung saja (tokoh masyarakat yang
mengurusi kematian) atau seorang kyai. Sehingga, apabila ada sanak saudara kita yang
meninggal kita bisa merawatnya sendiri sesuai dengan syari’at islam tanpa melibatkan orang
lain. Supaya aib jenazah tersebut tidak diketahui oleh orang lain. Berdasarkan pernyataan
diatas, maka penulis tergerak untuk memberikan pelatihan perawatan jenazah kepada
masyarakat, terutama bagi jama’ah pengajian ibu-ibu.
Oleh karena itu, kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk pendampingan ini sangat
penting untuk dilaksanakan. Kegiatan ini dilaksanakan dalam upaya meningkatkan
profesionalisme dan mutu masyarakat dalam menyelenggarakan kewajiban fardlu kifayah.
Sasaran-sasaran pendampingan jenazah ini adalah ibu rumah tangga dan remaja sebagai
penerus nantinya.
4
D. KONDISI SUBJEK DAMPINGAN
Hasil dari musyawarah kami bersama para tokoh agama desa Yosowilangun Kidul, kami
dapat memahami bahwasannya permasalahan yang sangat pelik di masyarakat desa tesebut
adalah minimnya pemahaman mereka cara merawat jenazah sesuai dengan syari'at islam
serta sugesti-sugesti yang mengakar dalam masyarakat tersebut tentang seputar jenazah.
Dengan minimnya minat masyarakat dalam menuntut ilmu dari para tokoh agama setempat
tentang tata cara merawat jenazah sehingga timbullah sugesti-sugesti aneh dalam
masyarakat yang mengakibatkan adanya sedikit perdebatan dalam tata cara merawat jenazah
dan seterusnya.
Pertama, yang ingin diwujudkan oleh pelaksana dan tokoh agama adalah
bagaimana masyarakat di desa tersebut dapat mempraktikkan tata cara merawat
jenazah sejak dari sakarotul maut hingga saat di kafani yang sesuai dengan syariat
islam. Guna mengamalkan apa yang sudah didapatkan dari pelatihan tajhizul janazah,
yang mana ilmu ini merupakan fardlu kifayah yang sudah banyak di tinggalkan
banyak orang. ALLAH SWT berfirman dalam alqur’an : falau laa nafaro min kulli
firqotin min-hum too’ifatul liyatafaqqohu fid-diini wa liyundziruu qoumahum idzaa
roja’uu ilahim la’allahum yahdzaruun (QS. At-Taubah: 122). Artinya : Mengapa
sebagian dari setiap golongan diantara mereka tidak pergi untuk memperdalam
5
pengetahuan agama mereka
6
dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali, agar
mereka dapat menjaga dirinya.
Ketiga, pemateri membuka sesi tanya jawab khusus seputar tata cara merawat
jenazah dan apa yang berkaitan dengan kematian secara umum. Pelaksana berharap
para peserta dapat menghilangkan sugesti-sugesti yang mengakar dan menghantui
masyarakat sekitar. Seperti dilarangnya air bekas mandi jenazah mengalir ke arah
kepala si mayyit, menangisi si mayyit daripada keluarganya akan menyebabkan si
mayyit disiksa di alam kuburnya, serta banyak yang lainnya.
8
menampung segala pertanyaan-pertanyaan jam’iyyah seputar agama yang menjadi
permasalahan umum maupun khusus dalam masyarakat disana yang kemudian dari
pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa di berikan kepada tokoh agama setempat agar
dapat dijawab dan diselesaikan sesuai dengan syari’at islam yang terdapat dalam
kitab-kitab ahlus sunnah wal jama’ah. dan kemudian disampaikan kepada mereka
sebagaimana firman ALLAH SWT dalam alqur’an : fas ‘aluu ahladz dzikri in kun-tum
laa ta’lamuun. (QS. An-Nahl: 43) artinya : maka bertanyalah kepada orang yang
mempunyai pengetahuan jika kalian tidak mengetahui.
9
BAB II
KAJIAN TEORI
Kata janazah, bila ditinjau dari segi bahasa (etimologis), berasal dari Bahasa Arab dan
menjadi turunan isim masdar (adjective) yang diambil dari fi’il madli “janaza-yazniju-
janazatan wa jinazatan”. Bila huruf Jim dari kata tersebut dibaca fathah (janazatan), kata
ini berarti orang yang telah meninggal dunia. Namun, bila huruf Jim-nya dibaca kasroh,
maka kata ini memiliki arti orang yang mengantuk. Demikian keterangan yang dijelaskan
oleh sang penulis kitab Matali’ al-Anwar.
Dalam kamus al-Munawwir, kata janazah diartikan sebagai “seseorang yang telah
meninggal dunia dan diletakkan dalam usungan”. Kata ini bersinonim dengan al-mayyit
(Arab) atau mayat (Indonesia). Karenanya, Ibn al-Faris memaknai kematian (al-mawt)
sebagai peristiwa berpisahnya nyawa dari badan atau jasad. Luis Ma’luf di dalam kitab al-
Munjid mendefinisikan jenazah sebagai berikut. Artinya: “seseorang yang berpisah dengan
kehidupan”. Menurut Hasan Sadiliy, kata jenazah yaitu “seseorang yang telah meninggal
dunia yang sudah terputus masa kehidupannya dengan alam dunia ini”. Hampir sama
dengan pemakna tersebut, Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin S., mengartikan kata jenazah
sebagai orang yang telah meninggal yang diletakkan di dalam usungan dan hendak dibawa
ke kubur untuk dimakamkan. Selanjutnya, kata jenazah juga diartikan oleh Partanto dan M.
Dahlan al-Barry sebagai “raga yang sudah tidak bernyawa lagi”.
Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata jenazah diartikan
sebagai badan atau tubuh yang sudah mati. Lebih jauh lagi, Ustadz Labib Mz, memperluas
pemaknaan tersebut dengan seseorang yang terputus hbungannya antara ruh dengan badan,
perpisahan antara keduanya, perubahan dari suatu keadaan ke keadaan lainnya. Di dalam
kitab Fathul Qadir didefinisikan sebagai berikut. Artinya: “kata al-janaiz adalah jama’ dari
kata janazah. Apabila huruf Jim bercharokat kasroh berarti beranda usungan mayat. Tetapi,
apabila huruf Jim bercharokat fathah artinya mayat. Berdasarkan pengertian yang telah
dikemukakan diatas, maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa jenazah adalah seseorang
yang telah meninggal dunia dengan berpisahnya antara ruh dengan badan, dan telah terputus
hubungannya dengan dunia ini, tak ada yang dapat dibawa selain amal ibadahnya selama
hidup di dunia.
1
Memandikan jenazah merupakan gabungan dari kata memandikan dan jenazah. Kata
memandikan berasal dari kata mandi yang berarti menyiramlan air ke seluruh badan.
Maksud dari memandikan yaitu mensucikan mayat. Misalnya, sesudah meninggal lalu
dimandikan. Maksudnya, perbuatan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah
meninggal dunia dengan cara menyiramkan air atau mengalirkan air ke seluruh tubuh untuk
mengangkat najis yang menempel pada tubuh jenazah tersebut dengan melafalkan niat
kepada Allah. Jenazah artinya mayat.
Muktamar NU ke-13 di Menes, Banten, 1938 menjadi momen awal gagasan mendirikan
organisasi perempuan NU itu muncul. Dua tokoh, yakni Ny R Djuaesih dan Ny Siti Sarah
tampil sebagai pembicara di forum tersebut mewakili jamaah perempuan. Ny R Djuaesih
secara tegas dan lantang menyampaikan urgensi kebangkitan perempuan dalam kancah
organisasi sebagaimana kaum laki-laki. Ia menjadi perempuan pertama yang naik mimbar
dalam forum resmi organisasi NU. Secara internal, di NU ketika itu juga belum tersedia
ruang yang luas bagi jamaah perempuan untuk bersuara dan berpartisipasi dalam penentuan
kebijakan. Ide itu pun disambut dengan perdebatan sengit di kalangan peserta Muktamar.
Setahun kemudian, tepatnya pada Muktamar NU ke-14 di Magelang, saat Ny R Djuaesih
mendapat tugas memimpin rapat khusus wanita oleh RH Muchtar (utusan NU Banyumas)
1
yang waktu itu dihadiri perwakilan dari daerah-daerah di Jawa Tengah dan Jawa Barat.
Seperti: Muntilan, Sukoharjo, Kroya, Wonosobo, Surakarta, Magelang, Parakan, Purworejo,
dan Bandung. Forum menghasilkan rumusan pentingnya peranan wanita NU dalam
organisasi NU, masyarakat, pendidikan, dan dakwah.
Atas dasar prestasi dan kiprahnya, Muktamar NU ke-19 di Palembang pada tahun 1952,
Muslimat NU memperoleh hak otonomi. Muktamirin sepakat memberikan keleluasaan bagi
Muslimat NU dalam mengatur rumah tangganya sendiri serta memberikan kesempatan
untuk mengembangkan kreativitasnya di medan pegabdian. Sejak menjadi badan otonom
NU, Muslimat lebih bebas bergerak dalam memperjuangkan hak-hak wanita dan cita-cita
nasional secara mandiri. Dalam perjalanannya, Muslimat NU bergabung bersama elemen
perjuangan wanita lainnya, utamanya yang tergabung dalam Kongres Wanita Indonesia
(Kowani), sebuah federasi organisasi wanita tingkat nasional. Di Kowani, Muslimat NU
menduduki posisi penting.
1
a. Sakaratul Maut
ا جَنا ِئ ِز وا،ض و ش ت ا ْل َ عـا و جا َبةُ عَ و وع يَ ا َ دةُ ا ْل ت لْ ل س علَى أَ ِ خي ُّد ال خ ْم
ِت َبا ْل َم ِري ، ِإ ال َّ د ِة،ِطس ت ِمي، ر ِم:ِه ِج ُ م ب ل ِ م
ع س س
“Ada lima hak seorang muslim yang wajib atas saudaranya sesama muslim, menjawab
salam, menjawab orang yang bersin, memenuhi undangan, menjenguk orang sakit, dan
mengantarkan jenazah.”
a. Menjawab salam
Dalam hal ini banyak ummat islam umumnya sudah lupa akan hal ini,
padahal Nabi muhammad mengingatkan tentang menyebarluaskan salam merupakan
kesempurnaan iman seseorang,
Nabi SAW bersabda : “Tidaklah kalian dapat masuk surga sampai iman
kalian sempurna, dan tidak lah semurna iman kalian sampai kalian saking
mencintai, apakah kalian mau aku beri tahu tentang sesuatu yang jika kalian
lakukan dapat menambah kecintaan kalian? Mereka menjawab: iya wahai
Rasulullah, beliau menjawab: sebar luaskan lah salam diantara kalian”
1
Ketika orang yang sakit telah mendekati ajal, maka bagi orang yang merawatnya segera
mengambil langkah 4 M:
Tajhizul janazah artinya merawat atau mengurus seseorang yang telah meninggal.
Dengan demikian, apabila ada orang Islam yang meninggal dunia (selain mati syahid atau
1
bayi prematur) secara fardhu kifayah langkah-langkah yang harus dilakukan adalah 4 M:
1
1. Memandikan.
2. Mengkafani.
3. Mensholati.
4. Menguburkan.
Memandikan mayat
Syarat-syarat orang yang memandikan:
a) Harus sejenis atau punya ikatan mahram atau suami istri titik jika tidak menemukan
syarat, maka mayat cukup ditayamummi dan orang yang menayamumi harus beralas
tangan.
b) Orang yang memandikan dan orang yang membantunya hendaknya orang yang dapat
dipercaya (amanah) serta mempunyai keahlian.
Tempat memandikan
a) Harus sepi dan tertutup serta tidak ada orang yang masuk selain yang bertugas
memandikan.
b) Ditaburi wewangian seperti dengan membakar dupa dan lain sebagainya.
Batas minimal memandikan mayat adalah dengan menghilangkan najis yang ada
pada tubuh mayat. Kemudian mengguyurkan air secara merata pada seluruh tubuhnya.
Termasuk anggota yang wajib dibasuh adalah sesuatu yang tampak dari kemaluan
wanita ketika duduk. Dan bagian dalam alat kelamin laki-laki yang belum dikhitan
(kucur) serta bibir kemaluan wanita yang kelihatan tatkala jongkok. Adapun cara
memandikan mayat yang lebih sempurna adalah sebagai berikut:
a) Mayat dibawa ke tempat pemandian dan tubuhnya ditutup dengan kain tipis.
b) Mayat diletakkan di tempat yang agak tinggi seperti didipan atau dipangku oleh tiga
atau empat orang. Sementara kaki orang yang memangku diganjal dengan semisal batu
dengan posisi kakinya orang yang berada di tengah agak merenggang.
c) Punggung mayat disandarkan pada lutut orang yang memangku dan pundaknya
disanggah dengan tangan kanan dan meletakkan ibu jari pada tengkuk mayat (githok)
untuk menyangga kepala agar tidak miring.
1
d) Perut mayat diurut menggunakan tangan kiri orang yang memangku secara pelan-
pelan dan berulang-ulang agar kotoran yang ada di dalam perut dapat keluar. Setelah
itu mayat disiram dengan air yang banyak.
e) Mayat ditidurkan dengan posisi terlentang, kemudian dimiringkan ke kiri kemudian ke
kanan untuk dibersihkan kedua alat kemaluannya serta daerah sekitarnya dengan
tangan kiri yang dibungkus kain atau sarung tangan, dan saat membersihkan atau
menggosok- gosok aurat (jika tidak seperti anggota diantara pusat dan lutut bagi laki
laki) juga harus menggunakan penghalang, seperti sarung tangan atau kain. Karena
aurat itu haram dilihat dan haram disentuh secara langsung (tanpa penghalang).
Setelah itu segera disiram dengan air yang banyak.
f) Mengambil kain lain yang dibasahi untuk membersihkan gigi dan lubang hidung
dengan jari telunjuk tangan kiri serta membersihkan kotoran yang ada pada kuku
telinga dan mata.
g) Membutuhkan mayat persis seperti wudhunya orang yang hidup, baik rukun dan
syaratnya.
Dengan niat:
نويت الوضوء المسنون لهاذا الميت هلل تعالىlaki-laki) mayyit (untuk
نويت الوضوء المسنون لهذه الميتة هلل تعالىperempuan) mayyit (untuk
h) Dan diusahakan mulut mayat tidak terbuka agar air tidak masuk ke dalam. Kemudian
mengguyur kepala serta jenggot dengan air yang dicampur daun bidara atau sampo.
i) Menyisir rambut dan jenggot dengan pelan-pelan. Apabila ada rambut yang rontok
maka sunah diletakkan di kain kafan dan dikubur bersama mayat.
j) Mengguyurkan air yang telah dicampur daun bidara atau sabun ke anggota badan
depan mayat sebelah kanan, mulai leher sampai kaki, serta menggosok-gosok tubuh
mayat dengan pelan-pelan. Kemudian dilanjutkan bagian tubuh sebelah kiri.
k) Mayat dimiringkan ke kiri, lalu mengguyurkan air pada bagian belakang sebelah
kanan, mulai tengkuk sampai ujung kaki. Selanjutnya dimiringkan ke kanan,
kemudian sebelah kiri mayit, mulai tengkuk sampai ujung kaki.
l) Mengguyur seluruh tubuh mayat mulai kepala sampai kaki dengan air yang murni
(tidak dicampur daun bidara atau sabun) sebanyak dua kali. Kasuhan ini untuk
membilas sisa- sisa daun bidara atau sabun.
m) Mengguyur seluruh badan mayat dengan air yang dicampur sedikit kapur barus yang
tidak sampai merubah kemutlakaan air sebanyak 3 kali dengan niat:
1
Tata cara mengkafani mayyit:
1. Letakkan lembaran-lembaran kain lebar, baju kurung, lalu sorban (untuk mayat laki-
laki). Atau sarung, baju kurung, dan kerudung (untuk mayat perempuan).
2. Letakkan (mayat yang telah selesai dimandikan dan ditaburi wewangian) diatas kain
kafan dengan posisi terlentang dan posisi tangan disedekapkan.
3. Letakkan kapas yang telah diberi wewangian pada anggota-anggota tubuh yang
berlubang. Anggota tubuh tersebut meliputi kedua mata, kedua lubang hidung, kedua
telinga, dan mulut. Selain itu, juga letakkan kapas pada kening mayat, kedua telapak
tangan, diantara pergelangan tangan, kedua lutut dan diantara jari-jari tangan serta jari-
jari kaki. Serta anggota tubuh yang terluka.
4. Kedua pantat mayat diikat dengan kain.
5. Kemudian kain kafan dilipatkan dengan urutan: pertama, melipatkan kain sisi kiri
menuju ke kanan. Kemudian melipatkan kain sisi kanan menuju ke kiri. Untuk
melipatkan lapis kedua dan selanjutnya, caranya sama dengan diatas. Langkah ini
dilakukan setelah pemakaian baju kurung dan surban. Serta diusahakan kain pocong
kepala lebih panjang.
6. Setelah semua kain kafan telah dilipatkan, kemudian ujung masing-masing kain kafan
yang ada di kepala dan kaki disatukan, serta ditarik agar rapat. Setelah itu, mayat
diikat pada bagian atas, tengah dan kaki dengan ikat simpul (tali wangsul) dan posisi
ikatan berada dibagian kiri mayit. Untuk perempuan ditambah ikatan pada bagian
dadanya.
1
BAB III
METODE PENDAMPINGAN
1
masalah dan mengubah posisinya. Pendampingan dengan konsep mencakup
2
upaya perbaikan kualitas hidup rakyat yang diukur dari peningkatan
kesejahteraan ekonomi, partisipasi. Berdasarkan dari pengertian pola
pendampingan yang telah dijelaskan diatas, dapat disimpulkan bahwa pola
pendampingan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah model atau cara
(suatu set peraturan) dalam suatu aktivitas yang dilakukan dan dapat bermakna
pembinaan, pengajaran, pengarahan, dan mengembangkan diberbagai potensi
yang dimiliki oleh para pekerja rumah tangga dengan menempatkan tenaga
pendamping sebagai fasilitator, komunikator, dan dinamisator sehingga pekerja
rumah tangga mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.
1. Metode Ceramah
Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan
kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab
ceramah dilakukan dengan ditujukan sebagai pemicu terjadinya
kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan,
studi kasus, dan lain-lain). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini
adalah ceramah yang cenderung interaktif. Yaitu melibatkan peserta
melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat
dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan seperti:
bahan serahan (handouts), transparasi yang ditayangkan dengan
OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan
di kartu metaplan atau kertas plano, dan lain-lain.
2. Metode Curah Pendapat (Brainstorming)
Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam
rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan,
pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana
gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi,
dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain. Pada penggunaan
metode curah pendapat-pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi.
Tujuan metode pendampingan curah pendapat adalah untuk membuat
2
komplikasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua
peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta
informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan untuk menjadi
pembelajaran bersama.
3. Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi adalah metode yang digunakan untuk
membelajarkan peserta dengan cara menceritakan dan memperagakan
suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Metode demonstrasi
merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Oleh karena itu,
metode demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan. Demonstrasi
proses untuk memahami langkah demi langkah. Dan demonstrasi hasil
untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses.
Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta
sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar
langsung detelah melihat, melakukan, dan merasakan sendiri. Tujuan
dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktek adalah
membuat perubahan pada ranah keterampilan.
2
BAB IV
B. DAMPAK
Dengan adanya pelatihan ini, ibu-ibu jam’iyyah muslimat tidak hanya menunggu
dan terfokus kepada satu orang yang faham dan terbiasa tentang merawat jenazah
untuk melaksanakan perawatan itu. Akan tetapi, mereka bisa melaksanakannya secara
mandiri apabila yang bersangkutan dari pada yang bertugas ada udzur, sehingga tidak
dapat membantu dalam pengurusan atau perawatan jenazah.
2
C. REPLIKA
2
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pentingnya semua masyarakat umum mempelajari tatacara merawat jenazah sesuai syariat
islam.
2. Pentingnya memahami permasalahan-permasalahan dalam memandikan jenazah.
3. Dapat memperaktekan secara sempurna tatacara merawat dan memandikan jenazah.
4. Memperaktekan langsung ke lapangan dan selalu siap membantu memandikan jenazah jika
di perlukan.
B. SARAN
Saran utama untuk kegiatan ini diperuntukkan bagi seluruh warga masyarakat
Desa Yosowilangun Kidul, dan kami selaku mahasiswa Universitas Al-Falah
Assunniyyah yang menempuh KKN PkM-BR agar mampu bersinergi dalam
melakukan kegiatan dan mampu terus bersinergi dalam berkelanjutannya setelah
selesainya kegiatan.
2
DOKUMENTASI KEGIATAN
Gambar 1.1 Penyuluhan kepada ibu-ibu jam’iyyah muslimat ranting Yosowilangun Kidul
tentang tajhizul janazah
Gambar 1.2 Workshop Pelatihan Tajhizul Janazah bersama jam’iyyah muslimat ranting
Yosowilangun Kidul
2
DOKUMENTASI KEGIATAN
Gambar 1.3 Workshop Pelatihan Tajhizul Janazah bersama jam’iyyah muslimat ranting
Yosowilangun Kidul
2
Gambar 1.4 Workshop Pelatihan Tajhizul Janazah bersama jam’iyyah muslimat ranting
Kebonan
Gambar 1.5 Workshop Pelatihan Tajhizul Janazah bersama jam’iyyah muslimat ranting
Kebonan
2
Gambar 1.6 Workshop Pelatihan Tajhizul Janazah bersama jam’iyyah muslimat ranting
Kebonan
Gambar 1.7 Workshop Pelatihan Tajhizul Janazah bersama jam’iyyah muslimat ranting
Kebonan
2
DAFTAR PUSTAKA
Iqbal dan Muhammad, A.,2015. Pemikiran Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Al-Bukhari, M. bin I. (2010). Shahih Bukhari (e-book version) (Issue d). www.ibnumajjah.com