Anda di halaman 1dari 141

PENGELOLAAN HAMBATAN MEMORI PADA LANSIA DENGAN

DEMENSIA

KARYA TULIS ILMIAH


Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

Vidi Zahraningrum Pratiwi


NIM. P1337420220014

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO PROGRAM DIPLOMA III


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2023

i
PENGELOLAAN HAMBATAN MEMORI PADA LANSIA DENGAN
DEMENSIA

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan


Pada Progam Studi Keperawatan Purwokerto Program Diploma III

Vidi Zahraningrum Pratiwi


NIM. P1337420220014

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO PROGRAM DIPLOMA III


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2023

ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya yang betanda tangan di bawah ini :

Nama : Vidi Zahraningrum Pratiwi


NIM : P1337420220014
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa KTI saya yang berjudul
“Pengelolaan Hambatan Memori Pada Lansia Dengan Demensia” ini adalah
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil
alihan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan atau
pikiran saya sendiri.

Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perhatian
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Purwokerto, 17 Mei 2023


Yang membuat pernyataan

Vidi Zahraningrum Pratiwi


LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Laporan Karya Tulis Ilmiah oleh Vidi Zahraningrum Pratiwi, NIM.


P1337420220014, dengan judul Pengelolaan Hambatan Memori Pada Lansia
Dengan Demensia ini telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Purwokerto, 17 Mei 2023


Pembimbing

Ani Kuswati, S.Kep., Ns., M.H.


NIP. 19740323 199803 2 002
Tanggal : 17 Mei 2023

iv
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Karya Tulis Ilmiah oleh Vidi Zahraningrum Pratiwi, NIM.


P13377420220014, dengan judul Pengelolaan Hambatan Memori Pada Lansia
Dengan Demensia ini telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal
22 Mei 2023.

Dewan Penguji

Ulfah Agus Sukrillah, S.Kep., M.H. Ketua (


NIP. 19770807 200112 2 002 )

Taat Sumedi, S.Kep., Ns., M.H. Anggota I (


NIP. 19660115 199803 1 001 )

Ani Kuswati, S.Kep., Ns., M.H. Anggota II (


NIP. 19740323 199803 2 002 )

Mengetahui,
a.n. Direktur
Ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto
Program Diploma III

Dr. Walin, SST., M. Kes.


NIP. 19650423 198803 2 002

v
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,


atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis mampu menyelesaikan laporan karya tulis
ilmiah yang berjudul “Pengelolaan Hambatan Memori Pada Lansia Dengan
Demensia” sesuai dengan waktu yang direncanakan.
Penulis menyadari bahwa kegiatan penulisan ini dapat diselesaikan berkat
adanya dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Jefrri Ardiyanto, M.App.Sc., selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kemenkes Semarang.
2. Bapak Suharto, S.Pd., MN. selaku Ketua Jurusan Keperawatan Politeknik
Kesehatan Kemenkes Semarang.
3. Ibu Dr. Walin, SST., M.Kes. selaku Ketua Program Studi Diploma III
Keperawatan Purwokerto Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang
4. Ibu Ulfah Agus Sukrillah, S.Kep., M.H. selaku Ketua Penguji dalam
Karya Tulis Ilmiah.
5. Bapak Taat Sumedi, S.Kep., Ns., M.H. selaku Penguji I dalam Karya Tulis
Ilmiah.
6. Ibu Ani Kuswati, S.Kep., Ns., M.H. selaku Penguji II dalam Karya Tulis
Ilmiah dan dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan
yang berupa saran, kritik dan arahan yang dapat membangun semangat
yang positif dalam proses penyelesaikan Karya Tulis Ilmiah.
7. Seluruh Dosen dan Tenaga Kependidikan Program Studi Diploma III
Keperawatan Purwokerto yang telah memberikan kenyamanan dan banyak
ilmu pengetahuan dalam masa perkuliahan.
8. Orang tua saya, Mama dan Papah, serta Kakak yang telah memberikan
curahan kasih sayangnya, dukungan, serta doa yang selalu memberikan
semangat dalam proses pengerjaan Karya Tulis Ilmiah.
9. Sahabat-sahabat tercinta, Andin Diah, Frinna Videwanti, Danial Farid

vi
yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah.
10. Teman-teman Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang Program Studi
Diploma III.
11. Klien serta anggota keluarga yang dengan sukarela berpartisipasi dalam
penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.

Purwokerto, 17 Mei 2023

Penulis

vii
PENGELOLAAN HAMBATAN MEMORI PADA LANSIA

DENGAN DEMENSIA

Vidi Zahraningrum Praiwi1, Ani Kuswati2


1
Mahasiswa Program Keperawatan Purwokerto Program Diploma III
2
Dosen Jurusan Keperawatan Semarang
Korespondensi : vidizahra49@gmail.com

Abstrak

Latar Belakang: Demensia merupakan degenerasi fungsi kognitif pada otak yang
menyebabkan fungsi kognitif pada lansia menurun seperti menurunnya ingatan,
pemikiran, kepriadian dan kekuatan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
mengganggu dalam berinteraksi maupun beraktivitas. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pencegahan untuk menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan
dengan meningkatkan kemampuan otak dengan cara pemberian senam otak dan
terapi kenangan.
Tujuan: Karya tulis ini bertujuan untuk menggambarkan pengelolaan hambatan
memori pada lansia dengan demensia di Desa Sokaraja Kulon.
Metoda: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus (case study) dan menggunakan proses pendekatan keperawatan. Sampling
yang digunakan meliputi dua keluarga.
Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 8 kali kunjungan
pada kedua responden didapatkan hasil kedua reponden mengalami peningkatan,
yaitu klien 1 skor MMSE 22 menjadi 25 dan pada klien 2 skor MMSE menjadi
25.
Simpulan: Tindakan keperawatan telah dilakukan selama delapan kali kunjungan
sesuai intevensi keperawatan dengan hasil masalah teratasi sebagian. Namun,
disarankan bagi klien untuk melanjutkan terapi secara mandiri sebagai
penghambat penurunan kognitif

Kata Kunci : Demensia, Hambatan Memori, Senam Otak, Terapi Kenangan.

viii
MANAGEMENT OF MEMORY BARRIERS IN THE ELDERLY

WITH DEMENTIA

Vidi Zahraningrum Praiwi1, Ani Kuswati2


1
Student of D III of Purwokerto Nursing Study Program
2
Lecturern of Nursing Departement of Poltekkes Kemenkes Semarang

Corresponding author : vidizahra49@gmail.com

Abstract

Background: Dementia is a degeneration of cognitive function in the brain that


causes cognitive function in the elderly to decline, such as decreased memory,
thinking, personality, and strength in everyday life which can interfere with
interactions and activities. Therefore, it is necessary to prevent cognitive decline
due to aging by increasing the ability of the brain by providing brain exercises and
memory therapy.
Purpose: This paper aims to describe the management of memory barriers in the
elderly with dementia in Sokaraja Kulon Village.
Methods: This study uses a descriptive method with a case study approach and
uses a process approach to nursing. The sampling used includes two families.
Results: After carrying out family nursing care for 8 visits to both respondents,
the results of both respondents had an increase, namely client 1, the MMSE score
of 22 became 25 and for client 2, the MMSE score became 25.
Conclusion: Nursing actions have been carried out during eight visits according
to nursing interventions with the results of the problem being partially resolved.
However, clients should continue therapy independently as a barrier to cognitive
decline

Keywords : Dementia, Memory Barriers, Brain Gym, Memory Therapy.

ix
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Demensia
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Kriteria Derajat
5. Manifestasi Klinis
6. Patofisiologi
7. Komplikasi
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Penatalaksanaan

x
B. Konsep Dasar Hambatan Memori
1. Definisi
2. Batas Karakteristik
3. Faktor yang berhubungan
C. Konsep Senam Otak dan Terapi Kenangan
1. Senam Otak
2. Terapi Kenangan
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosis
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
Pathway
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Fokus Studi
D. Definisi Operasional
E. Lokasi dan Waktu
F. Pengumpulan Data
G. Analisis Data
H. Etika Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xi
l

xii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Indikator outcome pengetahuan: manajemen demensia ................................. 28

2.2 Indikator outcome dukungan keluarga selama perawatan .............................. 29

2.3 Indikator outcome kognisi .............................................................................. 30

2.4 Indikator outcome kontrol resiko .................................................................... 31

2.5 Indikator outcome pengetahuan: sumber-sumber kesehatan .......................... 32

4.1 Intervensi ........................................................................................................ 51

4.2 Evaluasi .......................................................................................................... 64

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Asuhan Keperawatan Keluarga Tn. A Khususnya Ny. C

Lampiran 2. Asuhan Keperawatan Keluarga Ny. M

Lampiran 3. Pemeriksaan MMSE Ny. C sebelum dilakukan tindakan

Lampiran 4. Pemeriksaan MMSE Ny. M sebelum dilakukan tindakan

Lampiran 5. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Demensia Ny. C

Lampiran 6. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Demensia Ny. M

Lampiran 7. Lampiran Materi Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Demensia

Lampiran 8. Leaflet Demensia

Lampiran 9. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Senam Otak Ny. C

Lampiran 10. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Senam Otak Ny. M

Lampiran 11. Lampiran Materi Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Senam Otak

Lampiran 12. Standar Operasional Prosedur (SOP) Senam Otak

Lampiran 13. Leaflet Senam Otak

Lampiran 14. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Terapi Kenangan Ny. C

Lampiran 15. Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Terapi Kenangan Ny. M

Lampiran 16. Lampiran Materi Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Terapi Kenangan

Lampiran 17. Standar Operasional Prosedur (SOP) Terapi Kenangan

Lampiran 18. Leaflet Terapi Kenangan

Lampiran 19. Pemeriksaan MMSE Ny. C setelah dilakukan tindakan

Lampiran 20. Pemeriksaan MMSE Ny. M setelah dilakukan tindakan

xiv
Lampiran 21. Inform Consent Ny. C

Lampiran 22. Inform Consent Ny. M

Lampiran 23. Dokumentasi

Lampiran 24. Lembar Bimbingan

Lampiran 25. Daftar Riwayat Hidup

xv
DAFTAR SINGKATAN

ACh : Asetilkolin

CDR : Clinical Dementia Rating

DLB : Dementia with Lewy Bodies

EEG : Electroencecephalogram

FTLD : Fronto Temporal Lobar Degeneration

MMSE : Mini Mental State Examination

NIC : Nursing Interventions Classification

NOC : Nursing Outcomes Classification

MRI : Magnetic Resonance Imaging

SSRI : Serotonin Re-uptake Inhibitor

WHO : World Health Organization

xvi
BAB I

PPENDAHULUANN

A. Latar Belakangg

Penuaan yang terjadi pada penduduk abad 21 merupakan hal yang

tidak dapat dihindari bagi semua negara di dunia. Lanjut usia (Lansia) ialah

orang yang berusia 60 tahun atau lebih. Lansia adalah seseorang yang lebih

tua dari orang dewasa dan mulai merasakan terjadinya penurunan fisik dan

psikologis secara perlahan-lahan (Abdillah & Oktaviani, 2018).

Salah satu permasalahan kesehatan yang paling lumrah terjadi pada

lansia yaitu degenerasi fungsi kognitif pada otak yang akan menyebabkan

masalah degeneratif pada otak yang disebut dengan demensia. Menurut World

Health Organization, (2021) demensia yaitu suatu gejala neurodegeneratif

yang muncul karena adanya gangguan yang bersifat akut dan degeneratif yang

beragam. Demensia adalah gejala dari suatu penyakit yang indikasinya

diakibatkan oleh penyakit ataupun kelainan otak.

Demensia terjadi karena masalah penurunan ingatan, pemikiran,

kepribadian, dan kekuatan dalam kehidupan sehari-hari. Kehilangan daya

intelektual pada demensia tidak hanya pada kemampuan mengingat sesuatu

atau untuk mengingat apa yang terjadi beberapa menit yang lalu, tetapi juga

dapat mempengaruhi kemampuan berfikir dan kepribadian seseorang yang

semakin lama akan semakin parah. Demensia kebanyakan terjadi pada usia

xvii
diatas 60 tahun, tetapi ada juga orang yang berusia 40 atau 50-an tahun (pra

lansia) mengalami demensia, hal tersebut menyebabkan peningkatan populasi

lansia berbanding lurus dengan permasalahan kesehatan yang dialami lansia

(Sumarni et al., 2019).

Demensia dapat diakibatkan adanya gangguan pembuluh darah di otak,

yang mengakibatkan oksigen tidak dapat mencapai bagian dari otak, sehingga

bagian lain dari otak menjadi iskemik atau mati, hal ini menyebabkan

hilangnya fungsi dari bagian otak. World Alzheimer Report mencatat pada

abad ini demensia akan menjadi masalah terbesar dikesehatan dengan jumlah

penderita yang semakin bertambah sekitar 10 juta kasus baru terjadi setiap

tahun atau setara dengan setiap 3 detik 1 orang di dunia mengalami demensia.

Prevalensi demensia di seluruh dunia terdapat peningkatan jumlah

yang didiagnosis dengan demensia. Saat ini diperkirakan sekitar 46,8 atau 50

juta orang yang memiliki kondisi tersebut (Alzheimer’s Disease International,

World HealthhOrganization, 2017 dalam Alzheimer’s Indonesia, 2019). Di

Indonesia banyak sekali penderita demensia sekitar 1,2 juta orang pada tahun

2016 dan diperkirakan akan ada 2 juta orang pada tahun 2030 kemudian 4 juta

orang pada tahun 2050 dengan demensia (Alzheimer’s Indonesia, 2019). Hasil

studi menunjukkan angka prevalensi demensia di Jawa Tengah mencapai

20,1% dari seluruh populasi lansia sekitar 832.140 orang, jauh lebih tinggi

dari keadaan global yang masih di bawah 10% (Surveymeter, 2018). Di

Banyumas ada sekitar 23,08% lansia pada rentang usia 65-69 tahun yang

mengalami demensia. Dari data lansia yang mengalami demensia tersebut

xviii
sekitar 45% mengalami hambatan memori (Sumarni et al., 2019).

Lansia yang mengalami demensia sering terjadi hambatan pada

memorinya yang menyebabkan pengidapnya mengalami kesulitan untuk

mrnyimpang, mengendalikan dan kesulitan dalam mengingat sesuatu.

Hambatanmmemori adalah ketidakmampuannmengingatt beberapaa

informasii atauuketerampilann sikap (Herdman & Kamitsuru, 2018). Lansia

dengan demensia yang mengalami hambatan memori jika tidak ditangani

dapat mengganggu aktivitas sehari-hari dan dapat memperburuk kesehatan

seiring dengan betambahnya usia, bahkan jika dibiarkan dapat menyebabkan

kematian.

Melihat dari permasalahan diatas, penulis menyimpulkan bahwa masih

tingginya angka kejadian demensia di Jawa Tengah khususnya di Banyumas.

Maka perlu adanya tindakan yang tepat sebagai upaya pencegahan untuk

menghambat penurunan fungsi kognitif pada lansia. Upaya yang dapatt

dilakukann dalam manangani demensia ialah dengan mendeteksi dini adanya

gangguan kognitif dengan menggunakan pemeriksaan Minii Mentall State

Examination (MMSE) dan memberikan pendidikan kesehatan. Selain itu,

terdapat upaya farmakologi seperti memberikan obat-obatan untuk penurunan

angka mortalitas maupun morbiditas dan untuk upaya nonfarmakologi dapat

dilakukan terapi senam otak (brain gym) dan terapi kenangan (reminiscence)

untuk menghambat kemunduran kognitif pada lansia dengan demensia.

Senam otak (brain gym) berarti rangkaian gerakan yang dapat

menyeimbangkan setiap bagian otak yang membantu agar otak dapat

xix
berkonsentrasi dan bekerja secara maksimal (Sunarno & Lasmini, 2022).

Selain senam otak, terapi kenangan (reminiscence) untuk membantu mencapai

kesadaran diri dan mampu memahami diri pada masa yang telah lalu. Terapi

kenangan (reminiscence) merupakan jenis terapi yang digunakan untuk

membantu meningkatkan fungsi kognitif pada lansia dengan demensia,

sehingga mereka dapat mengingat dan menikmati aspek positif dari

pengalaman masa lalu, melalui refleksi ini individu tersebut mampu

menyelesaikan masalah yang dihadapi (Ayu & Kurniaty, 2019).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Al-Finatunni’mah &

Nurhidayati (2020) diperoleh penambahan nilai kognitif dari

senammotakk(brain gym)( dengan hasill MMSE sebelum dilaksanakan

ssenam PM. S memiliki skor MMSE 11 yang kemudian menjadi 12,

sedangkan pada PM. Y pada awalnya memiliki skor MMSE 14 menjadi 16.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Dewi (2018) status lansia

dengan demensia yang telah dilakukan terapi kenangan dengan pengukuran

menggunakan MMSE berada pada rerata 12,80 dengan nilaii minimumb110

dan nnilai maksimum aadalah 115. Sedangkann setalah dilakukan terapi rerata

status kognitif llansia aadalah 14,10 dengann nilai minimun 100dann

maksimum 17.

Berdasarkan permasalahan di atas dan beberapa penelitian yang

membuktikan bahwa senam otak dan terapi kenangan dapat menangani

permasalahan demensia yang masih tinggi di kalangan masyarakat khususnya

di daerah Jawa Tengah. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan studi

xx
kasus dengan judul “Pengelolaan Hambatan Memori pada Lansia dengan

Demensia”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis dapat merumuskan masalah

dalam penelitian karya tulis ilmiah yaitu “Bagaimana Pengelolaan Hambatan

Memori pada Lansia dengan Demensia?”

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menggambarkan hasil pengelolaan hambatan memori pada lansia dengan

demensia.

2. Tujuan Khusus

a. Memaparkan pengkajian keperawatan terhadap pengelolaan

hambatan memori pada lansia dengan demensia.

b. Memaparkan diagnosa keperawatan hambatan memori pada lansia

yang mengalami demensia.

c. Memaparkan perencanaan untuk mengatasi diagnosis keperawatan

dengan hambatan memori pada lansia yang mengalami demensia.

d. Memaparkan tindakan keperawatan yang dilakukan dalam

pengelolaan hambatan memori pada lansia dengan demensia.

e. Memaparkan evaluasi masalah keperawatan hambatan memori

pada lansia yang mengalami demensia.

D. Manfaat Penulisan

xxi
1. Manfaat Teoritis

Hasil penulisan KTI ini diharapkan memberikan sumbangan untuk

meningkatkan pengetahuan dan praktik terutama dalam pengelolaan

hambatan memori pada lansia dengan demensia.

2. Manfaat Praktis

a. Peningkatan Pelayanan Keperawatan

Hasil penulisan KTI diharapkan memberikan kontribusi dalam

peningkatan kualitas pelayanan asuhan keperawatan khususnya bagi

klien lansia dengan demensia.

b. Peningkatan Kesehatan Masyarakat

Hasil penulisan KTI diharapkan memberikan kontribusi dalam

peningkatan status kesehatan melalui upaya promotif khususnya bagi

klien lansia dengan demensia.

xxii
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Demensia

1. Definisi Demensia

Demensia (pikun) adalah gejala yang terjadi karena menurunannya

ingatan, pemikiran, kepribadian, dan kemampuan untuk melakukan

aktivitas sehari-hari. Penurunan memori/daya ingat (pelupa) menjadi

tanda kemunduran kognitif pada demensia. Demensia ialah sekelompok

kondisi yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengingat dan

berfikir jernih.

Kondisi ini disebut gangguan neurokognitif mayor atau penyakit

pikun, tetapi tidak semua orang yang pikun (pelupa atau sering kali lupa)

mengalami demensia. Pikun adalah penurunan daya ingat yang biasanya

terjadi seiring bertambahnya usia. Namun, penderita demensia memiliki

gejala pikun yang cukup parah. Tingkat keparahan berkisar dari yang

ringann hingga bberat, hal ini dapat mempengaruhi kinerja otak yang

dapat menyebabkan berubahnya perilaku seseorang.

Jadi dapat disimpulkan bahwa demensia adalah penyakit yang

dapat terjadi kepada siapa saja dengan kumpulan gejala yang meliputi

xxiii
kemampuan dalam proses berfikir dan mengingat sesuatu yang

berdampak pada gaya hidup, kemampuan bersosialisasi, hingga

mengganggu aktivitas sehari-hari.

2. Etiologi

Demensia adalah suatu sindrom atau kumpulan indikasi yang

ditandai dengan pengurangan fungsi kognitif secara menyeluruh tanpa

disertai dengan hambatan kesadaran yang dapat memengaruhi fungsi

memori baik dalam jangka pendek ataupun jangka panjang,

mempengaruhi keterampilan intelektual, bahkan sering kali diikuti

dengan perubahan perilaku dan kepribadian.

Sedangkan penyebab terjadinya demensia menurut dr.Paulina

(2020), antara lain faktor genetik atau keturunan, riwayat down syndrome

atau idiot, hipertensi, riwayat stroke, diabetes, merokok, penyakit

jjantung, minuman alkohol, serta kemunduran sel saraf yang ditandai

dengan pendengaran menurun.

3. Klasifikasi

Terdapat berbagai macam klasifikasi dari demensia secara umum

yang sering terjadi, klasifikasi demensia menurut Banker (2019), yaitu :

a. Demensia Alzheimer

Demensia Alzheimer pertama kali dijelaskan pada tahun

1906 oleh Alois Alzheimer. Awalnya, digunakan untuk

mengidentifikasikan serangan awal demensia (sebelum 65 tahun),

sebagai kerusakan kognitif setelah salah dianggap sebagai bagian

xxiv
dari proses normal penuaan. Proses penyakit yang terindentifikasi

oleh Alzheimer meliputi kerusakan sel otak di area-area otak yang

bertanggung jawab akan memori yang mempengaruhi kemampuan

pasien untuk mengingat, berfikir dan membuat keputusan. Gejala

utama adalah proses hilangnya memori secara lamban, tetapi

serangan awal demensia meliputi kerusakan fungsi kortikal yang

jauh lebih luas. Selain itu gejala pada pasien yang mengidap

demensia Alzheimer, yaitu hilangnya memori, kesulitan

menemukan kata-kata yang tepat untuk benda sehari-hari, dan

suasana hati yang cepat berubah.

b. Demensia Vaskularr

Demensia vaskular adalah tipe yang paling umum pada

mereka yang berusia diatas 65 tahun, dengan 27% dari mereka

yang didiagnosis masuk dalam kategori ini. Demensia ini

dideskripsikan sebagai penyakit yang memiliki perkembangan

stepwise yang artinya kondisi pasien tiba-tiba menurun lalu stabil

sebelum kembali menurun. Masalah kesehatan yang dapat

menyebabkan demensia vaskular termasuk darah tinggi, masalah

jantung, kolestrol darah tinggi, dan diabetes yang dapat membuat

seseorang berada dalam resiko stroke, yang dapat memengaruhi

area lain di tubuh dan juga fungsi otak. Namun, pasien dengan

demensia vaskular akan mempunyai gejala yang berbeda dari tipe

demensia lainnya di banyak area, seperti perkembangan berkala,

xxv
masalah konsentrasi dan komunikasi, depresi, gejala yang

berhubungan dengan stroke, masalah memori, epilepsi, dan

kebingungan parah.

c. Demensia dengan Lewy Bodies

Lewy bodies (DLB) adalah endapan protein globular yang

ditemukan di sel-sel otak yang dapat mengganggu zat kimia

pembawa pesan di otak yang disebut neurotransmiter, khususnya

asetilkolin (ACh) dan dopamin. ACh diimplikasikan pada gejala

demensia Alzheimer, dan kekurangan dopamin adalah penyebab

kunci dari penyakit Parkinson. Pada penyakit Parkinson, ada

kematian sel-sel otak yang memproduksi dopamin, seuah

neurotransmiter, di sebuah area yang dikenal sebagai substantia

nigra di dalam otak. Demensia ini memiliki kondisi yang mirip

dengan penyakit Alzheimer dan parkison, seperti mengalami

kesulitan mengingat, sulit berfikir, halusinasi visual, sering

melamun, sulit tidur di malam hari atau tertidur di siang hari,

tangan bergetar, dan bergerak lambat.

d. Fronto-Temporal Lobar Degeneration (FTLD)

Fronto-Temporal Lobar Degeneration (FTLD) merupakan

tipe demensia yang diakibatkan oleh kerusakan pada lobus frontal

(depan) dan/atau lobus temporal (samping) karena mutasi gen-gen

tertentu. Gejala pada penderita hal tersebut meliputi sulit bicara

xxvi
dan lupa kata-kata umum, adanya perubahan perilaku seperti

menjadi mudah terganggu, hilangnya hambatan (inhibisi) atau

meningkatnya extroversion dari dalam diri saat berinteraksi dengan

orang sekitar, sehingga muncul tindakan-tindakan impulsif, dan

gangguan pergerakan, seperti kekakuan pada otot, tremor, dan

terjadinya gangguan keseimbangan.

e. Demensia Campuran

Sesuai dengan namanya, demensiaa campurann adalah

keadaan dimana terdapat orang yang mengalamii beberapa jenis

demensia dalam satu waktu. Contohnya terdapat beberapa orang

yang mungkin mengalami demensia Alzheimer dan demensia

Vaskular secara bersamaan.

4. Kriteria Derajat Demensia

a. Demensia ringan :

1) Memori : ingatan mulai memudar, terlebih dengan peristiwaa yang

baru terjadi, membuat sulit dalam melakukan aktivitas normal.

2) Orientasi : mulai mengalami kesulitan dengan hubungan waktu dan

mengorientasikan di area yang dikenali sebelumnya.

3) Mengambil keputusan dan pemecahan masalah : sedikit kesulitan

dalam menangani masalah, persamaan dan perbedaan, dan

pengambilan keputusan untuk hal-hal disekitarnya.

4) Hubungan sosial : tidak berfungsi dengan baik untuk kegiatan

komunitas.

xxvii
5) Kehidupan sehari- hari : kegiatan sehari-hari mengalami

penurunan, tugas biasa terasa lebih sulit dan mulai meninggalkan

hobi dan untuk perawatan diri membutuhkan bantuan.

b. Demensia sedang :

1) Memori : kehilangan memori berat, materi baru cepat hilang.

2) Orientasi : kesulitan dengan hubungan waktu, juga kehilangan

orientasi terhadap tempat.

3) Mengambil keputusan dan memecahkan masalah : sangat

terganggu dalam menangani masalah, persamaan dan pembedaan ;

penilaian sosial biasanya terganggu.

4) Hubungan sosial : tidak dapat bersosialisasi di luar rumah.

5) Kehidupan sehari-hari : hanya dapat melakukan tugas-tugas

sederhana, sangat terbatas, tidak terawat dan membutuhkan

bantuan dalam berpakaian dan kebersihan pribadi.

c. Demensia berat :

1) Memori : kehilangan memori berat, hanya dapat mengingat

beberapa bagian

2) Orientasi : hanya dapat berorientasi pada satu orang saja.

3) Mengambil keputusan dan memecahkan masalah : tidak dapat

mengambil keputusan dan memecahkan masalah.

4) Hubungan sosial : tidak dapat keluar rumah sendiri dan

melaksanakan kegiatan di luar rumah.

xxviii
5) Kehidupan sehari-hari : tidak dapat melakukan kegiatan rumah

yang biasa dan membutuhkan bantuan untuk semua kebutuhan

pribadi ; sering mengalami inkontinesia.

Untuk mengetahui tingkat demensia seseorang dapat dilakukan

metode pengkajian Clinical Dementia Rating (CDR) dengan wawancara

klinis dan informan lain meliputi memori, orientasi, penyelesaian

masalah, hubungan sosial, serta kebiasaan dan aktivitas kehidupan

sehari-hari. Nilai 0 tidak ada gangguan, nilai 0,5 penurunan

dipertanyakan, nilai 1 gangguan ringan, nilai 2 gangguan sedang, dan

nilai 3 gangguan berat (Pillai, 2021).

5. Manifestasi Klinis

Orang dengan demensia akan mulai memiliki masalah dengan

aktivitasnya dan sulit mengatur rutinitas akibat dari penurunan daya ingat

yang akan membuat menjadi kebingungan dan dapat mengalami perilaku

wandering. Perilaku wandering merupakan sebuah kegagalan memori

lansia dan penurunan kemampuan dalam berkomunikasi yang

mengakibatkan tidak dapat mengingat atau menjelaskan kenapa mereka

melakukan gerakan-gerakan tanpa tujuan yang jelas seperti mondar-

mandir ataupun melakukan gerakan yang berulang-ulang. Gejala awal

yang dapat dialami seperti kemunduran fungsi kognitif yang dapat

membuat kemunduran dalam mempelajari hal-hal baru, ingatan terhadap

peristiwa jangka panjang maupun pendek dan dapat terjadinya penurunan

dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu, mengenali orang,

xxix
tempat dan benda (Sopyanti et al., 2019).

Tanda dan gejala dari demensia, yaitu :

a. Menurunnya daya ingat menyebabkan lupa menjadi bagian keseharian

yang tidak bisa lepas.

b. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang

benar untuk sebuah kondisi sehingga terjadi pengulangan kata atau

cerita yang sama berkali-kali.

c. Ekspresi dan perasaan yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan

saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil

yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.

d. Adanya perubahan perilaku kepribadian dan suasana hati seperti acuh

tak acuh, menarik diri dan gelisah.

6. Patofisiologi

Penuaan tidak dengan sendirinya menyebabkan demensia, tetapi

dapat disebabkan karena perubahan struktural dan metabolisme pada

sistem saraf pusat pada lansia, dengan penurunan berat otak sebesar 10%

antara usia 30 dan 70 tahun. Penyakit degeneratif pada otak, gangguan

kronis seperti hipertensi, diabetes, kardiovaskular, metabolisme dan

keganasan, serta multipatologis maupun polifarmasi dan penyakit lainnya.

Gangguan vaskular, gangguan nutrisi, metabolik dan toksisitas secara

langsung maupun tak langsung dapat menyebabkan sel neuron mengalami

kerusakan melalui mekanisme iskemia, infark, inflamasi, deposisi protein

abnormal sehingga jumlah neuron menurun dan mengganggu fungsi dari

xxx
area kortikal ataupun subkortikal (Darmojo, 2009 dalam Harahap, 2022).

Di samping itu, area girus temporal superior (area paling cepat

kehilangan neuron), girus precentral dan area lurik semuanya mengalami

penurunan jumlah neuron yang stabil seiring bertambahnya usia.

Penurunan jumlah neuron koligenik menyebabkan penurunan

neurontransmiter asetilkolin di otak yang diperlukan untuk proses

konduksi saraf juga akan berkurang, hal tersebut yang menyebabkan

masalah kognitif dan gangguan perilaku (Nabila dkk, 2022).

7. Komplikasi

Menurut Sya’diyah (2018) komplikasi yang mungkin timbul pada

pasien yang mengalami demensia, yaitu :

a. Peningkatan resiko infeksi di seluruh bagian tubuh yang terdiri dari :

1) Luka diabetes (ulkus diabetikum)

2) Infeksi saluran kencing

3) Infeksi saluran pernafasan (pneumonial)

b. Penggumpalan darah (thromboemboli) dan serangan jantung

(infarkmiokardium)

1) Kejang

2) Kontraktur sendi

3) Kehilangan kemampuan untuk merawat diri

4) Malnutrisi dan dehidrasi akibat nafsu makan berkurang dan

kesulitan menggunakan peralatan.

8. Pemeriksaan Penunjang

xxxi
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada demensia, antara lain :

a. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan seperti pemeriksaan

darah lengkap, urinalisis, elektrolit serum, kalsium darah, ureum,

fungsi hati, hormone tiroid, kadar asam folat.

b. Pemeriksaan Pencitraan Otak

Pemeriksaan Computed Tomography (CT) Scan dan Magnetic

Resonance Imaging (MRI) untuk menentukan beratnya penyakit serta

prognosis. Pemeriksaan ini dilakukan agar dapat mengetahui kelainan

intrasebral, seperti lesi intrakranial, infark dan pendarahan selebri

walaupun hasilnya masih dipertanyakan.

c. Pemeriksaan Electroencephalogram (EEG)

Pemeriksaan EEG tidak menunjukkan adanya kelainan yang

spesifik, tetapi pada stadium lanjut ditemukan adanya perlambatan

umum dan kompleks secara periodik.

d. Pemeriksaan Neurologis

Pemeriksaan neurologis dilakukan untuk membedakan proses

degeneratif primer atau sekunder dan kondisi komorbid lainnya.

Pemeriksaan ini juga digunakan untuk mengetahui adanya tekanan

tinggi intrakranial, gangguan neurologis fokal seperti gangguan

berjalan, gangguan motorik maupun sensorik, otonom, koordinasi,

penglihatan, pendengaran, keseimbangan, tonus otot, gerakan

abnormal dan adanya refleks patologis dan primitif.

xxxii
e. Pemeriksaan Neuropsikologis

Pada pemeriksaan ini dilakukan pemeriksaan Mini Mental

State Examination (MMSE) yang merupakan gold standar untuk

mendiagnosa demensia, untuk mengetahui adanya disfungsi kognitif,

menilai efektivitas pengobatan dan untuk menentukan progresivitas

penyakit. Pemeriksaan dilakukan dapat dengan memberikan

pertanyaan dengan kategori yang terdiri dari orientasi terhadap

tempat, waktu, registrasi (mengulang kata dengan cepat), atensi dan

konsentrasi, mengingat kembali bahasa dan konstruksi visual

(menyalin gambar). Selain itu, pemeriksaan dapat dilakukan dengan

cepat dalam waktu 5-10 menit. Rentan skor pengukuran MMSE

adalah dengan skor ringan berkisar antara 21-30, untuk skor 11- 20

kemampuan sedang, ≤10 mempunyai kerusakan fungsi kognitif berat

dan nilai yang rendah ini mengidentifikasi resiko untuk demensia.

9. Penatalaksanaan

Kasus demensia diperkirakan dapat sembuh apabila pengobatan

dilaksanakan tepat waktu. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan untuk

mengatasi demensia diperlukan terapi farmakologi yang dapat

memperkuat fungsi kognitif dan terapi nonfarmakologi untuk

menghambat terjadinya penurunan fungsi kognitif.

a. Terapi Farmakologi menurut Wardani (2019), yaitu :

1) Obat anti depresi yang digunakan adalah golongan Selective

Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI) yang paling efektif untuk

xxxiii
gejala afek depresi pada demensia. Obat-obatan tersebut misalnya

fluoksetin, paroksetin, citalopram, escitalopram, venlavaxine,

reboxetine ataupun duloksetin yang dimulai dari dosis yang kecil

dan dinaikkan perlahan.

2) Terapi kolinesterase inhibitor sebagai terapi terpilih untuk

meningkatkan fungsi kognitif dan mengurangi gejala

neuropsikiatri pada demensia dengan stadium awal hingga

menengah seperti donepezil, rivastigmin dan galantamin.

Sedangkan asetilkolinesterase dan butirilkolinesterase dapat

memperbaiki gejala perilaku dan dapat mengurangi penggunaan

antipsikotik.

3) Pemberian antipsikotik bila terjadi gejala, seperti waham dan

halusinasi yang masih ada dan dapat mengganggu, maka diberikan

antipsikotik konvensional seperti haloperidol, clozapine,

risperidon, olanzapin dan quetiapin. Penggunaan antipsikotik

harus berhati-hati karena menimbulkan efek samping penurunan

kognitif apabila pemakaian lebih dari satu tahun.

b. Terapi Nonfarmakologi

Adapun terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk

meminimalisir terjadinya demensia yaitu dengan menerapkan pola

hidup yang sehat, teratur dalam berolahraga, berlatih yoga ataupun

meditasi, terapi warna, terapi senam otak, terapi mengingat kenangan

xxxiv
dan terapi lainnya (Sholehah dkk, 2022).

Selain terapi farmakologi dan terapi nonfarmakologi, terdapat

beberapa upaya preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah demensia,

antara lain :

1) Pertahankan keaktifan mental

Kegiatan yang dapat merangsang keaktifan mental, seperti

membaca dan bermain catur dapat meningkatkan kemampuan untuk

mengatasi perubahan yang berkaitan dengan demensia.

2) Pertahankan pola makan yang sehat

Pola makan yang seimbang dapat menjaga kesehatan pembuluh

darah, mengurangi kemungkinan tekanan darah tinggi dan kadar

kolesterol yang tinggi, sehingga dapat menurunkan resiko demensia.

3) Mencukupi asupan vitamin

Kurangnya vitamin B12, seperti tidak mengkonsumsi banyak

ikan, daging, telur dan susu, maka harus ada pengganti seperti

suplemen vitamin B12 agar tidak mudah menimbulkan demensia.

Selain itu, vitamin C dan E merupakan antioksidan yang dapat

melindungi neuron dan pembuluh darah untuk mencegah demensia.

4) Berolahraga secara teratur

Selain tetap aktif secara mental, olahraga secara teratur dapat

mengurangi risiko demensia dengan merangsang kemampuan otak

untuk mempertahankan koneksi lama serta membuat yang baru.

5) Hindari rokok dan penyalahgunaan alkohol

xxxv
Penggunaan rokok dan alkohol yang terus menerus

menyebabkan kebiasaan buruk yang dapat merusak pembuluh darah

dan organ tubuh lainnya.

B. KONSEP DASAR HAMBATAN MEMORI

1. Definisi

Hambatan memori adalah katidakmampuan mengingat beberapa

informasi atau keterampilan sikap (Herdman & Kamitsuru, 2018).

2. Batasan Karakteristik

Menurut NANDA (Herdman & Kamitsuru, 2018), batasan

karakteristik dari diagnosa hambatan memori ialah lupa melakukan

perilaku pada waktu yang telah dijadwalkan, mudah lupa,

ketidakmampuan mempelajari keterampilan baru, ketidakmampuan

mempelajari informasi baru, ketidakmampuan melakukan keterampilan

yang telah dipelajari sebelumnya, ketidakmampuan mengingat informasi

atau kejadian faktual, ketidakmampuan mengingat nama, kata, atau benda

yang familier, ketidakmampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah

dilakukan, ketidakmampuan menguasai keterampilan baru,

ketidakmampuan menyimpan informasi baru dan mempertahankan

kapasitas untuk melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

3. Faktor yang berhubungan

xxxvi
Faktor yang berhubungan dengan hambatan memori yaitu

gangguan volume cairan, dengan kondisi terkait berupa anemia, cedera

otak, penurunan curah jantung, ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia,

gangguan kognitif ringan, gangguan neurologis dan penyakit parkinson

(Herdman & Kamitsuru, 2018).

C. Konsep Senam Otak (Brain Gym) dan Terapi Kenangan (Reminiscence)

1. Senam Otak (Brain Gym)

Senam otak (brain gym) merupakan salah satu stimulasi langkah

preventif untuk mengoptimalkan dan merangsang fungsi otak. Senam otak

dilakukan dengan gerakan yang sederhana tetapi menyenangkan untuk

meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan

otak agar otak bekerja atau aktif (suka berpikir) akan lebih sehat secara

keseluruhan dari orang yang tidak atau jarang menggunakan otaknya.

Senam otak dapat dilakukan selama 10-15 menit dalam jangka waktu 2-3

kali sehari.

Senam otak dilakukan melalui tiga dimensi, yakni lateralisasi

komunikasi (dimensi otak kiri dan kanan), pemfokusan pemahaman

(dimensi otak muka dan belakang), dan pemusatan pengaturan (dimensi

otak atas dan bawah) yang bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja otak.

Senam otak memiliki manfaat seperti dapat menurunkan stres emosional,

meningkatkan kemampuan dalam bahasa dan inisiatif, menjadikan orang

lebih bersemangat, kreatif dan afektif, serta membuat orang merasa lebih

xxxvii
sehat karena prinsip dasar senam otak membuat otak lebih bugar dan

mencegah kepikunan. Senam otak diberikan bertujuan untuk

meningkatkan fungsi kognitif atau daya ingat lansia, karena aliran darah

dan oksigen semakin lancar ke otak dan senam otak juga dapat

merangsang kedua belahan otak bekerja secara harmonis dan bersamaan

(Abdillah & Octaviani, 2018).

2. Terapi Kenangan (Reminiscence)

Terapi kenangan (reminiscence) merupakan terapi yang dilakukan

dengan cara mengingat kembali peristiwa, pengalaman, masa lalu yang

mengarah pada hubungan atau interaksi sosial dan hubungan interpersonal

lansia karena adanya perasaan yang psikologis dan emosi yang nyaman,

sehingga memberikan dampak positif secara signifikan terhadap kondisi

kualitas hidup lansia. Selain dilakukan untuk demensia, terapi kenangan

juga dapat diberikan pada lansia yang mengalami depresi, gangguan tidur,

kecemasan dan adaptasi. Terapi ini dapat dilakukan dengan standar waktu

30-60 menit selama 1-2 kali per minggu dengan topik yaitu mengenang

masa lalu, mengenang masa kecil, pekerjaan, hobi dan peristiwa lainnya

yang menyenangkan (Retnin, Sahar, & Wiarsi, 2021).

Terapi kenangan dapat mempengaruhi fungsi kognitif seperti

memberikan impuls pada memori yang menciptakan pengharapan,

kesamaan, impartasi informasi, altruisme, kemampuan bersosialisasi dan

lain-lainnya (Kuswati dkk, 2020). Terapi kenangan bersifat fleksibel

dengan tetap memperhatikan tujuan untuk peningkatan successful aging

xxxviii
lansia agar mereka dapat melanjutkan hidup dalam kondisi individu yang

masih berdaya dan masih memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan

yang bermanfaat dan produktif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar

(Susanto, 2020).

D. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan adalah tahap dasar dari seluruh proses

keperawatan dengan tujuan mengumpulkan infromasi data-data pasien.

Pengkajian merupakan langkah dalam proses keperawatan yang

melibatkan keterampilan berpikir kritis dan pengumpulan data yang

dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari klien maupun keluarga

atau orang yang merawat klien terkait kondisi atau persepsi masalah yang

mereka alami/hadapi yang meliputi data subyektif dan obyektif (Rukmi

dkk, 2022).

Dalam pengkajian keperawatan keluarga terdapat 2 (dua)

pengkajian yaitu pengkajian pasien sebagai anggota keluarga dan

pengkajian pasien sebagai individu. Pada pengkajian pasien sebagai

anggota keluarga, meliputi data umum, riwayat dan tahap perkembangan

keluarga, pengkajian lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stres

dan koping keluarga, pemeriksaan fisik dan harapan keluarga. Sedangkan

pengkajian pasien sebagai individu, meliputi fisik, mental, emosi, sosial

xxxix
dan spiritual. Metode yang digunakan dalam pengkajian dapat melalui

wawancara, observasi langsung kepada pasien dan keluarga maupun

fasilitas rumah, pemeriksaan fisik dari pasien maupun keluarga dan data

sekunder.

Pengkajian keperawatan lansia dengan demensia menurut Azhari,

dkk. (2022), antara lain :

a. Identitas pasien

Pada pengkajian identitas berisi identitas pasien dan identitas

penanggung jawab yang meliputi nama, umur, tempat tanggal lahir,

jenis kelamin, alamat, agama, ras/suku, pendidikan, pekerjaan dan

genogram.

b. Keluhan utama

Berisi keluhan yang dirasakan pasien pada saat itu dan bersifat

objektif, yang sering ditemukan pada pasien demensia ialah hilangnya

ingatan atau memori.

c. Keluhan tambahan

Berisi keluhan tambahan yang dirasakan oleh pasien selain keluhan

utama.

d. Riwayat kesehatan sekarang

Keluhan yang dirasakan pasien saat dilakukan pengkajian.

e. Riwayat kesehatan dahulu

xl
Data tentang apakah pasien pernah menderita cedera kepala, pernah

mengalami penyakit degeneratif ataupun pernah menderita parkinson

dan pengalaman perawatan kesehatan terkait riwayat pernah dirawat

di RS atau pernah menjalani operasi.

f. Riwayat kesehatan keluarga

Data ini berisi apakah penyakit tersebut terdapat hubungan

kekeluargaan lansung atau hubungan darah yang dapat berasal dari

genetik.

g. Riwayat psikososial

Data yang menunjukkan siapa sistem pendukung pasien seperti

pasangan, anak-anak, anggota keluarga lain atau teman dekat.

h. Pemeriksaan fisik

1) Keadaan umum

Keadaan pasien dengan demensia umumnya lemah.

2) Kesadaran

Kesadaran pasien dengan demensia pada umumnya sadar normal

atau sadar penuh yang biasa disebut compos mentis

3) Tanda-tanda vital

Tanda-tanda vital yang diperiksa berupa nadi, suhu dan tekanan

darah yang biasanya normal jika tidak ada penyakit penyerta.

i. Pemeriksaan fungsi gordon

xli
1) Pola persepsi kesehatan

Dialami pada pasien demensia yang tidak mengerti mengenai

informasi dari penyakit yang diderita.

2) Pola nutrisi dan metabolik

Pasien yang menderita demensia memiliki nafsu makan yang

berlebih/berkurang karena sering mengalami lupa apakah sudah

makan atau belum.

3) Pola eliminasi

Pasien dengan demensia tidak memiliki masalah terkait pola

eliminasi pada pasien.

4) Pola aktivitas dan latihan

Pasien demensia pada umumnya mengalami penurunan minat

dalam beraktivitas, sehingga pola aktivitas dan latihan mengalami

gangguan.

5) Pola istirahat dan tidur

Pada pasien dengan demensia biasanya mengalami gangguan pola

tidur, sehingga sulit dalam berkonsentrasi.

6) Pola sensori dan kognitif

Pasien dengan masalah demensia dapat mengalami kebingungan,

mudah lupa, sulit berkonsentrasi, cepat marah dan disorientasi.

7) Pola persepsi dan konsep diri

Pada pola ini penderita mengalami konsep diri yang dapat

mengalami depresi.

xlii
8) Pola hubungan dan peran

Pasien dengan demensia mengetahui hubungan dan peran terhadap

keluarga maupun masyarakat sekitar.

9) Pola reproduksi dan seksualitas

Adanya penurunan minat pada pola reproduksi dan seksualitas

pada pasien.

10) Pola mekanisme koping

Ketidakefektifan mekanisme koping dalam menangani stres yang

dialami pasien dengan demensia.

11) Pola kepercayaan

Pasien memiliki keyakinan yang kuat terhadap agamanya,

walaupun sulit untuk melakukan ibadah.

2. Diagnosis

Diagnosis keperawatan adalah penilaian klinis untuk mengetahui

bagaimana cara seseorang dalam merespon gangguan kesehatan atau

proses kehidupan dari seorang individu, keluarga, kelompok atau

komunitas (Herdman & Kamitsuru, 2018). Diagnosis keperawatan yang

muncul pada pasien lansia dengan demensia, antara lain hambatan

memori, hambatan komunikasi verbal, defisit perawatan diri, persepsi

sensori, ketidakberdayaan (Qasim, 2021). Dari beberapa diagnosis yang

ada, penulis menetapkan hambatan memori sebagai diagnosis

keperawatan pada kasus demensia pada lansia.

3. Intervensi

xliii
Intervensi keperawatan merupakan perencanaan dalam asuhan

keperawatan yang tindakannya ditentukan oleh perawat bersama dengan

sasaran (keluarga) untuk dilaksanakan, sehingga masalah kesehatandan

keperawatan yang telah teridentifikasi dapat diselesaikan. Rencana

tindakan pada lansia dengan demensia dikaitkan dengan 5 (lima) tugas

keluarga, antara lain :

a. Kemampuan keluarga dalam mengenal masalah kesehatan

b. Kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan

kesehatan yang tepat

c. Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit

d. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat

e. Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di

masyarakat

1) Kemampuan mengenal masalah

NOC : Pengetahuan: Manajemen Demensia (1851)

Tabel 2.1 Indikator Outcome Pengetahuan: Manajemen Demensia (1851)

Skala
No. Indikator
Awal Tujuan
1. Tanda dan gejala kejadian (penyakit) - 5
2. Jenis demensia - 5
3. Tahapan demensia - 5
4. Tanda dan gejala kehilangan fungsi - 5
neurologis
5. Strategi kompensasi akan kehilangan - 5
memori

Keterangan :

1 : Tidak ada pengetahuan

2 : Pengetahuan terbatas

xliv
3 : Pengetahuan sedang

4 : Pengetahuan banyak

5 : Pengetahuan sangat banyak

NIC : Manajemen Demensia (6460)

a. Sertakan anggota keluarga dalam perencanaan, pemberian dan

evaluasi perawatan sejauh yang diinginkan

b. Tentukan riwayat fisik, sosial, psikologis, kebiasaan dan rutinitas

pasien

c. Tentukan harapan-harapan perilaku yang sesuai dengan status

kognitif pasien

d. Sediakan lingkungan fisik dan rutinitas sehari-hari yang konsisten

e. Beri label foto-foto yang tidak asing dengan nama-nama individu

dalam foto

f. Diskusikan dengan teman dan anggota keluarga bagaimana cara

terbaik untuk berinteraksi dengan pasien

2) Kemampuan mengambil keputusan

NOC : Dukungan Keluarga Selama Perawatan (2609)

Tabel 2.2 Indikator Outcome Dukungan Keluarga Selama Perawatan (2609)

Skala
No. Indikator
Awal Tujuan
1. Anggota keluarga mengungkapkan - 5
keinginan untuk mendukung anggota
keluarga yang sakit
2. Anggota keluarga bertanya bagaimana - 5
mereka dapat membantu
3. Meminta informasi mengenai kondisi - 5
pasien
4. Anggota keluarga memberikan dorongan - 5
kepada anggota keluarga yang sakit
5. Memberikan informasi yang akurat - 5
kepada anggota keluarga yang lain

xlv
Keterangan :

1 : Tidak pernah menunjukkan

2 : Jarang menunjukkan

3 : Kadang-kadang menunjukkan

4 : Sering menunjukkan

5 : Secara konsisten menunjukkan

NIC : Dukungan Keluarga (7140)

a. Dukung harapan yang realistis

b. Tingkatkan hubungan terbuka dan saling percaya dengan keluarga

c. Kurangi perbedaan harapan antara pasien, keluarga dan tenaga

kesehatan melalui keterampilan komunikasi

d. Berikan informasi bagi keluarga terkait perkembangan pasien

dengan sering, sesuai kehendak pasien

e. Libatkan anggota keluarga dan pasien dalam membuat keputusan

terkait perawatan, jika memungkinkan

3) Kemampuan merawat anggota keluarga

NOC : Kognisi (0900)

Tabel 2.3 Indikator Outcome Kognisi (0900)

Skala
No. Indikator
Awal Tujuan
1. Komunikasi jelas sesuai usia - 5
2. Perhatian - 5
3. Orientasi kognisi - 5
4. Memori baru - 5
5. Memori lama - 5
6. Pengambilan keputusan yang tepat - 5

Keterangan :

xlvi
1 : Sangat terganggu

2 : Banyak terganggu

3 : Cukup terganggu

4 : Sedikit terganggu

5 : Tidak terganggu

NIC : Stimulasi Kognisi (4720)

a. Konsultasikan dengan keluarga dalam rangka membangun dasar

kognisi klien

b. Stimulasi perkembangan klien dengan melibatkan aktivitas untuk

meningkatkan pencapaian dan pembelajaran dengan memenuhi

kebutuhan klien

c. Dorong penggunaan program multi stimulasi (misalnya, bernyanyi

dan mendengarkan musik, aktivitas-aktivitas kratif, latihan,

percakapan, interaksi sosial atau pemecahan masalah) untuk

meningkatkan dan melindungi kapasitas kognisi

d. Beri stimulasi sensori yang terencana, seperti latihan peningkatan

memori dengan terapi kenangan ataupun senam otak

e. Gunakan alat bantu memori: ceklis, jadwal dan catatan peringatan

f. Tingkatkan atau ulang informasi

g. Minta klien untuk mengulang informasi

h. Berikan intruksi verbal dan tertulis

4) Kemampuan memelihara lingkungan

xlvii
NOC : Kontrol Risiko (1902)

Tabel 2.4 Indikator Outcome Kontrol Risiko (1902)

Skala
No. Indikator
Awal Tujuan
1. Memonitor faktor risiko di lingkungan - 5
2. Mengembangkan strategi yang efektif - 5
dalam mengontrol risiko
3. Berpartisipasi dalam skrining masalah - 5
kesehatan
4. Menggunakan sistem dukungan personal - 5
untuk mengurangi risiko
5. Memonitor perubahan status kesehatan - 5

Keterangan :

1 : Tidak pernah menunjukkan

2 : Jarang menunjukkan

3 : Kadang-kadang menunjukkan

4 : Sering menunjukkan

5 : Secara konsisten menunjukkan

NIC : Manajemen Lingkungan (6480)

a. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien

b. Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan fungsi

fisik dan kognitif serta riwayat perilaku di masa lalu

c. Letakkan benda yang sering digunakan dalam jangkauan pasien

d. Sediakan keluarga/orang terdekat dengan informasi mengenai

membuat lingkungan rumah yang aman bagi pasien

5) Kemampuan menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan

NOC : Pengetahuan: Sumber-Sumber Status Kesehatan (1806)

Tabel 2.5 Indikator Outcome Pengetahuan: Sumber-Sumber Status Kesehatan

(1806)

No. Indikator Skala

xlviii
Awal Tujuan
1. Sumber perawatan kesehatan terkemuka - 5
2. Pentingnya perawatan tindak lanjut - 5
3. Rencana perawatan tindak lanjut - 5
4. Sumber daya komunitas tersedia - 5
5. Strategi untuk mengakses layanan - 5
kesehatan

Keterangan :

1 : Tidak ada pengetahuan

2 : Pengetahuan terbatas

3 : Pengetahuan sedang

4 : Pengetahuan banyak

5 : Pengetahuan sangat banyak

NIC : Panduan Sistem Pelayanan Kesehatan (7400)

a. Bantu pasien dan keluarga untuk berkoordinasikan dan

mengkomunikasikan perawatan kesehatan

b. Informasikan pasien mengenai sumber daya masyarakat yang tepat

di masyarakat

c. Identifikasi dan fasilitasi komunikasi antara penyedia layanan

kesehatan dengan pasien/keluarga dengan tepat

d. Monitor kecukupan tindak lanjut dengan pasien dengan tepat

e. Anjurkan untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan ketika

terdapat keluhan

4. Implementasi

Implementasi keperawatan termasuk dalam perencanaan dari

rencana asuhan keperawatan yang diuraikan selama tahap perencanaan

sebagai pemecah permasalahan dalam tindakan keperawatan agar tercapai

xlix
target yang sudah ditetapkan sebelumnya dari kriteria hasil dalam

diagnosis keperawatan. Tahap ini untuk mengetahui respon pasien

terhadap asuhan yang diberikan dengan mencatat atau

mendokumentasikannya (Rukmi dkk, 2022). Penulis melakukan semua

implementasi berdasarkan tindakan yang sudah direncanakan yaitu senam

otak (brain gym) dan terapi kenangan (reminiscence).

5. Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan kelanjutan dari tahap

implementasi yang mengevaluasi kegiatan dalam menilai tindakan yang

telah dilakukan agar mengetahui apakah kebutuhan pasien dapat terpenuhi

dan mencapai hasil sesuai yang diinginkan. Evaluasii tidak hanya

dilakukan di akhir pengobatan atau keperawatan, tetapi harus dilakukan

terus-menerus saat asuhan keperawatan diimplementasikan (Rukmi dkk,

2022).

Hasil yang diharapkan adalah pasien dapat mengalami kemajuan

sesuai tujuan penulis dengan skala tujuan 5, keluarga dan pasien dapat

mengerti dan melaksanakan perawatan pada lansia yang mengalami

demensia, keluarga dan pasien dapat mengambil keputusan untuk cara

perawatan secara benar, keluarga dan pasien mampu menyediakan

lingkungan yang sehat, serta dapat memanfaatkan fasilitas pelayanan

kesehatan dengan sebaik mungkin.

l
E. Pathway Demensia

Penuaan

Gangguan Degeneratif Gangguan Vaskular Gangguan Nutrisi Toksisitas

Rusaknya sel neuron di korteks serebri

Iskemia Infark Inflamasi Deposisi protein


abnormal

Jumlah neuron Mengganggu fungsi di area


menurun kortikal ataupun subkortikal

Area girus superior Area lurik Area girus prancentral

Jumlah neuron koligenik menurun

Penurunan neurontransmiter

li
Menurunnya asetilkolin di otak

Masalah kognitif Proses konduksi saraf berkurang Gangguan perilaku

Defisit perawatan diri Demensia Hambatan komunikasi verbal

Persepsi sensori Hambatan memori


Ketidakberdayaan
Sumber : (Darmojo, 2009 dalam Harahap, 2022); (Nabila dkk, 2022)

BBAB IIII

MMETODE PENELITIANN

A. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dipilih kepada lansia yang mengalami

demensia dengan hambatan memori. Penulis akan melakukan penelitian

dengan menggunakan metode deskriptif yaitu dengan pendekatan studi kasus

(case studies). Studi kasus ialah jenis kegiatan ilmiah yang dilaksanakan

secara intensif, berurutan dan mendalam terhadap peristiwa atau situasi dan

aktivitas yang tingkatannya dapat secara individu, kelompok, lembaga

maupun organisasi untuk memperoleh informasi yang diinginkan.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian atau responden adalah pihak-pihak yang dijadikan

sebagai sampell dalam penelitian yang membahas karakteristik subjekk yangg

akan diteliti. Pastisipan dalam karya tulis ilmiah ini ialah dua pasien lansia

dengan demensia yang mengalami hambatan memori. Subjek yang akan

lii
dilakukan penelitian dengan memenuhi kriteria inklusii dan tidak memenuhi

kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi, yaitu :

1. Pasien berusia 60-75 tahun

2. Dapat dilakukan pengukuran status fungsi kognitif menggunakan MMSE

dengan skor 20-24

3. Pasien dengan demensia yang ringan

4. Dapat berkomunikasi secara lancar

5. Bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi, yaitu :

1. Pasien yang berusia dibawah 60 tahun

2. Pasien lansia dengan gangguan penglihatan dan pendengaran yang parah

3. Pasien yang mengalami gangguan jiwa maupun mentalnya

4. Pasien tidak dapat menyelesaikan tes pengukuran status fungsi kognitif

menggunakan MMSE

C. Fokus Studi

Fokus studi yang akan diambil oleh penulis dalam pengelolaan

demensia pada lansia ialah hambatan memori.

D. Definisi Operasional

1. Demensia atau pikun merupakan kondisi dimana menurunnya

kemampuan fungsi otak yang menyebabkan penurunan daya ingat dan

cara berfikir, sehingga membuat menjadi mudah lupa dan sulit

berkomunikasi dengan sekitar maupun melakukan aktivitas sehari-hari

liii
secara normal.

2. Hambatan memori adalah terganggunya kemampuan kognitf otak yang

menyebabkan kesulitan dalam mengingat atau menyimpan ingatan

maupun informasi tertentu yang dapat diukur menggunakan status fungsi

kognitif yaitu Minii Mentall Statee Examinationn (MMSE).

E. Lokasi dan Waktu

1. Lokasi penelitian

Lokasi yang akan direncanakan sebagai tempat untuk

malaksanakan pengelolaan hambatan memori pada lansia dengan

demensia menggunakan terapi senam otak (brain gym) dan terapi

kenangan (reminiscence) adalah Kabupaten Banyumas, Kecamatan

Sokaraja, khususnya di wilayah Puskesmas Sokaraja I.

2. Waktu penelitian

Penelitian pengelolaan hambatan memori pada lansia dengan

demensia yang menggunakan terapi senam otak (brain gym) dan terapi

kenangan (reminiscence) rencananya dilakukan pada bulan Maret-Mei

2023, dengan jumlah kunjungan 8 kali.

F. Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data menurut Purwanza (2022), antara lain :

1. Wawancara

liv
Wawancara merupakan situasi sosial dimana dua oarang berbicara

satu sama lain tentang berbagai hal proses psikologis yang terlibat dalam

percakapan yang mengharuskan kedua orang untuk berbagi informasi

sesuai apa yang dibutuhkan oleh peneliti.

2. Observasi

Teknik ini digunakan untuk mengevaluasi bagaimana variabel

yang berbeda mempengaruhi variabel lain, berdasarkan aturan penelitian

yang lebih natural, lebih nyata dan lebih akurat. Lembar observasii yang

digunakan dalam penelitian adalah MMSE agar dapat mengetahui

keadaan kognitif responden.

3. Kajian dokumentasi

Kajian dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data

kualitatif melibatkan melihat dan menganalisis data yang telah

dikumoulkan maupun dibuat sendiri oleh subjek atau ditulis oleh orang

lain tentang subjek tersebut.

G. Analisis Data

Analisis data ialah suatu proses mengolah data dari semua responden

atau sumber data lainnya menjadi informasi yang baru, mudah dimengerti dan

bermanfaat sebagai solusi untuk permasalahan yang berkaitan dengan

penelitian. Analisis data yang dilakukan adalah dengan aanalisis ddeskriptif,

dimana peneliti menganalisis data yang bersumber dari data-data yang

diperoleh dari tahap pengkajian hingga evaluasi yang berupa data subjektif

dan data objektif yang akan dibandingkan antara dua kasus tersebut, sehingga

lv
menghasilkan kesimpulan hasil analisis.

H. Etika Penelitian

Etika penelitian merupakan aspek penting karena penelitian

melibatkan partisipasi orang, lembaga maupun institusi yang memerlukan

pertimbangan yang cermat dan hati-hati atas hak dan perlindungan terhadap

privasi dan keselamatan reponden sebagai objek penelitian. Beberapa asas

etik penelitian, yaitu :

1. Pernyataan persetujuan menjadi reponden penelitian (inform consent)

Terdapat lembar persetujuan sebelum penelitian diberikan kepada

responden agar reponden mengetahui maksud dan tujuan penelitian, serta

dampak yang akan terjadi saat ppengumpulan ddata.

2. Tanpa nama (anonimity)

Digunakan untik menjaga kerahasiaan identitas responden dengan

cara peneliti tidak akan mencantumkan nama, subjek pada lembar

pengumpulan data, tetapi lembar tersebut hanya berisi inisial responden

berupa huruf depan.

3. Menjaga kerahasiaan reponden (confidentiality)

Kerahasiaan berarti bahwa peneliti tidak akan membagi informasi

tentang reponden kepada orang lain. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada

orang lain yang dapat mengakses informasi tersebut kecuali peneliti.

4. Asas manfaat (beneficence)

Saat penelitian dilakukan telah mempertimbangkan manfaat dan

resiko yang dapat terjadi, maka dari itu peneliti akan memberikan manfaat

lvi
yang baik bagi reponden tanpa menimbulkan dampak negatif yang tidak

diinginkan.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini menggambarkan tentang hasil dan pembahasan dari pelaksanaan

asuhan keperawatan keluarga pada Ny. C dan Ny. M dengan fokus studi hambatan

memori di Desa Sokaraja Kulon, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.

Asuhan keperawatan ini dilakukan pada 27 April 2023-7 Mei 2023, selama 8 kali

kunjungan pada masing-masing klien.

A. Hasil

1. Gambaran Lokasi Penelitian

Pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga ini mengambil 2 klien

yang bertempat tinggal wilayah kerja Puskesmas Sokaraja 1 yaitu di

Desa Sokaraja Kulon, Kecamatan Sokaraja, Kabupaten Banyumas.

2. Pengkajian

Hasil dari pengkajian didapatkan keluarga Tn. A merupakan tipe

lvii
keluarga dyad family karena hanya tinggal berdua dengan istrinya yaitu

Ny. C (klien 1), sedangkan untuk keluarga Ny. M (klien 2) merupakan

single parent family. Tn. A sebagai kepala keluarga berumur 71 tahun,

berjenis kelamin laki-laki, beragama islam, pendidikan terakhir SD dan

sekarang beliau bekerja sebagai petani, yang bertempat tinggal di Desa

Sokaraja Kulon Rt 06/Rw 08, Kecamatan Sokaraja dan istrinya Ny. C

berumur 73 tahun, pendidikan terakhir SD, sekarang bekerja sebagai ibu

rumah tangga. Status kesehatan keluarga Tn. A untuk Tn. A sehat,

sedangkan untuk Ny. C mengalami demensia.

Keluarga Ny. M beranggotakan Ny. M sebagai kepala keluarga dan

Ny. K sebagai anak. Ny. M berumur 73 tahun, berjenis kelamin

perempuan, beragama islam, pendidikan terakhir SMP dan sekarang sudah

tidak bekerja hanya sebagai pensiunan, bertempat tinggal di Desa Sokaraja

Kulon Rt 02/Rw 05, Kecamatan Sokaraja, sedangkan Ny. K sebagai anak

Ny. M berumur 44 tahun, pendidikan terakhir S1 dan bekerja sebagai PNS.

Status kesehatan keluarga Ny. M untuk Ny. M mengalami demensia,

sedangkan untuk Ny. K sehat. Pemeriksaan fisik mendapatkan hasil dari

Ny. C didapatkan hasil TD: 140/90 mmHg, S: 36,5 oC, N: 93x/menit.

Sedangkan Ny. M dengan hasil TD: 150/90 mmHg, S; 36,3 oC, N: 87

x/menit.

Keluhan kedua klien sama yaitu mudah lupa sejak beberapa tahun

terakhir, seperti pada Ny. C sejak 2 tahun yang lalu mudah lupa, bingung

dan sulit mengingat nama orang yang baru ditemui. Sedangkan pada Ny.

lviii
M sejak 1 tahun yang lalu mudah lupa terhadap hal yang baru saja

dilakukan seperti halnya menaruh barang dan mengulang cerita yang baru

saja diceritakan. Pada Ny. C dan Ny. M mengalami demensia ringan

dengan skor pemeriksaan MMSE 22 poin dan 23 poin, serta kedua klien

mengalami kebingungan saat menjawab pertanyaan.

Fungsi keperawatan keluarga yang didapatkan yaitu sebagai

berikut: Kemampuan keluarga mengenal masalah: Kedua keluarga

klien mengetahui penyakit diderita Ny. C dan Ny. M tetapi tidak

mengetahui penyebab dari proses penyakit tersebut dan masih

menganggap itu hal yang biasa terjadi pada usia tua; Kemampuan

keluarga mengambil keputusan: Keluarga Tn. A cukup mampu

memutuskan tindakan yang tepat, dibuktikan dengan pemeriksaan anggota

keluarga yang sakit ke pelayanan kesehatan, sedangkan untuk keluarga

Ny. M belum mampu mengambil keputusan yang tepat dan memutuskan

tindakan yang tepat; Kemampuan keluarga merawat anggota yang

sakit: Kedua keluarga belum tahu perawatan yang tepat untuk penyakit

demensia karena bingung memberikan perawatan yang tepat karena

kesibukan masing-masing anggota keluarga; Kemampuan keluarga

memodifikasi lingkungan: Keluarga Tn. A kurang mampu menjaga

lingkungan rumah yang sehat walaupun untuk ventilasi sudah sering

dibuka, tetapi untuk kondisi lantai belum bersih dan kondisi rumah kurang

baik dalam penataan barang-barangnya. Sedangkan pada keluarga Ny. M

kondisi lingkungan rumah bersih, rapi dalam penataan barang;

lix
Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di

masyarakat: Keluarga Tn. A dan Ny. M mampu memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan dengan baik, seperti melakukan pemeriksaan

kesehatan ke dokter atau pelayanan kesehatan lainnya.

3. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data didapatkan diagnosa

utama keperawatan pada klien Ny. C dan Ny. M adalah hambatan memori.

lx
4. Intervensi

Tabel 4.1 Intervensi

Diagnosis Keperawatan Kriteria Hasil Intervensi (NIC)- Rasional

Demensia berhubungan Kemampuan Mengenal Masalah Manajemen Demensia (6460)


dengan hambatan Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1 kali kunjungan 45 a. Sertakan anggota keluarga dalam perencanaan, pemberian
memori menit, diharapkan keluarga mampu mengenal masalah manajemen dan evaluasi perawatan sejauh yang diinginkan
demensia dengan kriteria hasil: b. Tentukan riwayat fisik, sosial, psikologis, kebiasaan dan
Pengetahuan: Manajemen Demensia (1851) rutinitas pasien
Skala c. Tentukan harapan-harapan perilaku yang sesuai dengan
Indikator status kognitif pasien
Awal Tujuan d. Sediakan lingkungan fisik dan rutinitas sehari-hari yang
konsisten
Tanda dan gejala kejadian 2 4
e. Beri label foto-foto yang tidak asing dengan nama-nama
(penyakit)
individu dalam foto
Jenis demensia 2 4
f. Diskusikan dengan teman dan anggota keluarga
Tahapan demensia 2 4
bagaimana cara terbaik untuk berinteraksi dengan pasien
Tanda dan gejala kehilangan fungsi 2 4
neurologis
Strategi kompensasi akan 2 4
kehilangan memori

Keterangan :
1 : Tidak ada pengetahuan
2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak
5 : Pengetahuan sangat banyak
45

Kemampuan Mengambil Keputusan Dukungan Keluarga (7140)


Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1 kali kunjungan 45 a. Dukung harapan yang realistis
menit, diharapkan keluarga mampu menambil keputusan dengan b. Tingkatkan hubungan terbuka dan saling percaya dengan
kriteria hasil: keluarga
Dukungan Keluarga Selama Perawatan (2609) c. Kurangi perbedaan harapan antara pasien, keluarga dan
Skala tenaga kesehatan melalui keterampilan komunikasi
Indikator d. Berikan informasi bagi keluarga terkait perkembangan
Awal Tujuan pasien dengan sering, sesuai kehendak pasien
Anggota keluarga mengungkapkan 2 4 e. Libatkan anggota keluarga dan pasien dalam membuat
keinginan untuk mendukung keputusan terkait perawatan, jika memungkinkan
anggota keluarga yang sakit
Anggota keluarga bertanya 2 4
bagaimana mereka dapat membantu
Meminta informasi mengenai 2 4
kondisi pasien
Anggota keluarga memberikan 2 4
dorongan kepada anggota keluarga
yang sakit
Memberikan informasi yang akurat 2 4
kepada anggota keluarga yang lain

Keterangan :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten menunjukkan
Kemampuan Merawat Anggota Keluarga Stimulasi Kognisi (4720)
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 4 kali kunjungan 45 a. Konsultasikan dengan keluarga dalam rangka membangun
menit, diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan dengan dasar kognisi klien
kriteria hasil: b. Stimulasi perkembangan klien dengan melibatkan
Kognisi (0900) aktivitas untuk meningkatkan pencapaian dan
pembelajaran dengan memenuhi kebutuhan klien
46

Skala c. Dorong penggunaan program multi stimulasi (misalnya,


Indikator bernyanyi dan mendengarkan musik, aktivitas-aktivitas
Awal Tujuan kratif, latihan, percakapan, interaksi sosial atau
Komunikasi jelas sesuai usia 2 4 pemecahan masalah) untuk meningkatkan dan melindungi
Perhatian 2 4 kapasitas kognisi
Orientasi kognisi 2 4 d. Beri stimulasi sensori yang terencana, seperti latihan
Memori baru 2 4 peningkatan memori dengan terapi kenangan ataupun
Memori lama 2 4 senam otak
Pengambilan keputusan yang tepat 2 4 e. Gunakan alat bantu memori: ceklis, jadwal dan catatan
peringatan
Keterangan : f. Tingkatkan atau ulang informasi
1 : Sangat terganggu g. Minta klien untuk mengulang informasi
2 : Banyak terganggu h. Berikan intruksi verbal dan tertulis
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
Kemampuan Memodifikasi Lingkungan Manajemen Lingkungan (6480)
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1 kali kunjungan 45 a. Ciptakan lingkungan yang aman bagi pasien
menit, diharapkan keluarga mampu memodifikasi lingkungan b. Identifikasi kebutuhan keselamatan pasien berdasarkan
dengan kriteria hasil: fungsi fisik dan kognitif serta riwayat perilaku di masa
Kontrol Risiko (1902) lalu
Skala c. Letakkan benda yang sering digunakan dalam jangkauan
Indikator pasien
Awal Tujuan
d. Sediakan keluarga/orang terdekat dengan informasi
Memonitor faktor risiko di 2 4 mengenai membuat lingkungan rumah yang aman bagi
lingkungan pasien
Mengembangkan strategi yang 2 4
efektif dalam mengontrol risiko
Berpartisipasi dalam skrining 2 4
masalah kesehatan
Menggunakan sistem dukungan 2 4
personal untuk mengurangi risiko
Memonitor perubahan status 2 4
kesehatan
47

Keterangan :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten menunjukkan
Kemampuan menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan Panduan Sistem Pelayanan Kesehatan (7400)
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1 kali kunjungan 45 a. Bantu pasien dan keluarga untuk berkoordinasikan dan
menit, diharapkan keluarga mampu menggunakan mengkomunikasikan perawatan kesehatan
fasilitas/pelayanan kesehatan dengan kriteria hasil: b. Informasikan pasien mengenai sumber daya masyarakat
yang tepat di masyarakat
Pengetahuan: Sumber-Sumber Status Kesehatan (1806) c. Identifikasi dan fasilitasi komunikasi antara penyedia
Skala layanan kesehatan dengan pasien/keluarga dengan tepat
Indikator
Awal Tujuan d. Monitor kecukupan tindak lanjut dengan pasien dengan
Sumber perawatan kesehatan 2 4 tepat
terkemuka e. Anjurkan untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan
Pentingnya perawatan tindak 2 4 ketika terdapat keluhan
lanjut
Rencana perawatan tindak lanjut 2 4
Sumber daya komunitas tersedia 2 4
Strategi untuk mengakses layanan 2 4
kesehatan

Keterangan :
1 : Tidak ada pengetahuan
2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak
5 : Pengetahuan sangat banyak
5. Implementasi

Tindakan keperawatan dengan diagnosa hambatan memori pada

Ny. C dan Ny. M dilaksanakan pada tanggal 27 April 2023-7 Mei 2023

selama 8 kali kunjungan pada masing-masing klien. Tindakan yang

dilakukan pada kunjungan pertama yaitu membina hubungan saling

percaya dengan keluarga dan klien dengan memperkenalkan diri, serta

menjelaskan maksud dan tujuan kedatangan mahasiswa, melakukan

pengkajian terhadap keluarga Ny. C secara komprehensif, melakukan

pengkajian terhadap keluarga Ny. C tentang demensia, dan melakukan

kontrak selanjutnya. Saat dilakukan tindakan kedua klien mengatakan

senang dikunjungi oleh mahasiswa dan mengatakan bersedia menjadi

menjadi klien, serta akan terbuka dalam menjawab pertanyaan dalam

pemberian asuhan keperawatan. Selain itu keluarga terlihat antusias karena

kedatangan mahasiswa. Keluarga klien belum mengetahui tentang

demensia yang diderita klien, mereka mengatakan jika klien sejak

beberapa tahun yang lalu menjadi mudah lupa dan bingung dengan apa

yang baru saja klien ceritakan maupun lakukan dan juga klien sulit

mengingat nama orang yang baru saja ditemuinya. Klien terlihat bingung

saat menjawab pertanyaan, seperti saat ditanya nama mahasiswa dan klien

mengulang cerita yang baru saja disampaikan.

Kunjungan kedua, menanyakan kepada keluarga dan klien tentang

kegiatan sebelumnya bertujuan untuk mengingat kembali,

menginformasikan klien mengenai orang, waktu dan tempat, meminta


49

keluarga turut berpartisipasi dalam perawatan, melakukan pemeriksaan

MMSE, memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga Ny. C tentang

demensia, dan melakukan kontrak selanjutnya. Setelah dilakukan tindakan

asuhan keperawatan klien dan keluarga mengatakan lebih mengerti terkait

demensia dan bersedia untuk dikunjungi kembali. Klien dan keluarga

tampak mampu memahami penjelasan yang telah disampaikan serta

didapatkan untuk skor pemeriksaan MMSE Ny. C 22 poin dan Ny. M 23

poin.

Kunjungan ketiga, menanyakan kepada keluarga dan klien

kebiasaan rutinitas, riwayat fisik dan kebiasaan klien, memberikan

pendidikan kesehatan mengenai stimulasi kognitif: senam otak kepada

keluarga dan klien, dan melakukan kontrak selanjutnya. Pada kunjungan

ini klien mengatakan sudah memahami tentang demensia terutama senam

otak dan terlihat dapat memahami informasi terkait penyuluhan tersebut,

serta klien dan keluarga menyetujui kontrak selanjutnya.

Kunjungan keempat, mengulang kembali materi tentang senam

otak, mengajarkan senam otak beserta fungsi tiap gerakan, melakukan

senam otak dengan keluarga dan klien dan melakukan kontrak selanjutnya.

Klien mengatakan masih mengingat apa itu senam otak dan senang saat

melakukan senam otak. Saat dilakukan senam otak, klien terlihat

mengikuti senam tersebut dengan kooperatif dan klien serta keluarga

menyetujui kontrak selanjutnya.

Kunjungan kelima, mengevaluasi keluarga dan klien tentang


50

kegiatan yang telah dilakukan sebelumnya, memberikan pendidikan

kesehatan mengenai stimulasi kognitif: terapi kenangan kepada keluarga

dan klien, dan melakukan kontrak selanjutnya. Saat dilakukan penyuluhan

klien mengatakan mengetahui apa itu terapi kenangan dan klien tampak

kooperatif saat diberikan penyuluhan, serta klien dan keluarga menyetujui

kontrak selanjutnya.

Kunjungan keenam, mengulang kembali materi terapi kenangan,

menanyakan tentang foto-foto yang ada di dalam album foto, melakukan

terapi kenangan dengan cara klien menceritakan pengalaman masa lalu

dan siapa saja yang ada difoto tersebut, dan melakukan kontrak

selanjutnya. Sebelum terapi kenangan dilakukan klien mengatakan masih

mengingat apa itu terapi kenangan dan klien terlihat antusias saat

menceritakan foto-foto yang ada dialbum tersebut, serta klien dan keluarga

menyetujui kontrak selanjutnya.

Kunjungan ketujuh, mengevaluasi kegiatan sebelumnya,

memberikan informasi kepada keluarga dan klien mengenai makanan yang

dapat dikonsumsi untuk meningkatkan daya ingat, memodifikasi

lingkungan dengan cara meletakkan benda-benda yang dibutuhkan klien

agar mudah terlihat, dan melakukan kontrak selanjutnya. Setelah

penyampaian informasi, klien dan keluarga mengatakan sudah paham

mengenai makanan yang dapat dikonsumsi untuk menambah daya ingat

dan klien mengatakan sudah mencoba melakukan senam dan terapi setiap

hari. Klien juga tampak kooperatif dan dapat menjawab pertanyaan-


51

pertanyaan yang diberikan, serta menyetujui untuk kontrak hari

selanjutnya.

Kunjungan kedelapan, mengevaluasi kegiatan sebelumnya,

melakukan pemeriksaan MMSE, memotivasi klien untuk melatih memori,

memotivasi klien untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan, dan terminasi

kunjungan dan mengucapkan terima kasih kepada keluarga dan klien

dikarenakan kunjungan telah berakhir. Pada kunjungan hari terakhir, klien

dan keluarga mengatakan memahami tindakan asuhan keperawatan yang

telah diberikan dan senang telah diberikan penyuluhan. Evaluasi

pemeriksaan MMSE yang telah dilakukan kedua klien mengalami

peningkatan dengan hasil 25 poin, sehingga masalah telah teratasi sebagian

yang selanjutnya untuk perawatan dilakukan secara mandiri oleh keluarga

maupun klien.
6. Evaluasi

Tabel 4.2 Evaluasi


Diagnosis Keperawatan: Hambatan Memori

Hari/tanggal Klien 1 Klien 2


Minggu, 7 Mei Subjektif Subjektif
2023 - Tn. A dan Ny. C mengatakan senang karena dikunjungi oleh - Ny. M dan Ny. K mengatakan senang karena dikunjungi oleh
15.00 WIB mahasiswa. mahasiswa.
- Ny. C mengatakan sudah mampu mengingat nama mahasiswa. - Ny. M mengatakan sudah mampu mengingat nama mahasiswa.
- Keluarga mengatakan Ny. C sudah lebih mampu mengingat nama - Keluarga mengatakan Ny. M sudah lebih mampu mengingat
orang yang baru dikenalnya dan beberapa kejadian terbaru. nama orang yang baru dikenalnya dan beberapa hal yang baru
- Keluarga mengatakan lebih mengetahui mengenai demensia yang dilakukan maupun benda yang baru saja diletakkan.
diderita oleh Ny. C dan akan terus berusaha berlatih bersama Ny. - Keluarga mengatakan lebih mengetahui mengenai demensia yang
C dengan senam otak dan terapi kenangan yang sudah diajarkan diderita oleh Ny. M dan akan terus berusaha berlatih bersama Ny.
sebelumnya. M dengan senam otak dan terapi kenangan yang sudah diajarkan.
Objektif Objektif
- Ny. C dapat mengingat nama mahasiswa. - Ny. M dapat mengingat nama mahasiswa.
- Ny. C tampak mampu mengingat hal yang baru dilakukan dan - Ny. M tampak mampu mengingat hal yang baru dilakukan dan
dapat mengingat nama orang yang baru ditemui. diceritakan maupun benda yang telah diletakkan.
- Skor MMSE 25. - Skor MMSE 25.

Assesment Assesment
Masalah teratasi sebagian. Masalah teratasi sebagian.

Mengenal masalah Mengenal masalah


Pengetahuan: Manajemen Demensia (1851) Pengetahuan: Manajemen Demensia (1851)
Skala Skala
Indikator Indikator
Awal Tujuan Akhir Awal Tujuan Akhir
53

Tanda dan gejala kejadian 2 4 3 Tanda dan gejala kejadian 2 4 3


(penyakit) (penyakit)
Jenis demensia 2 4 3 Jenis demensia 2 4 3
Tahapan demensia 2 4 3 Tahapan demensia 2 4 3
Tanda dan gejala kehilangan 2 4 3 Tanda dan gejala kehilangan 2 4 3
fungsi neurologis fungsi neurologis
Strategi kompensasi akan 2 4 3 Strategi kompensasi akan 2 4 3
kehilangan memori kehilangan memori

Keterangan : Keterangan :
1 : Tidak ada pengetahuan 1 : Tidak ada pengetahuan
2 : Pengetahuan terbatas 2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang 3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak 4 : Pengetahuan banyak
5 : Pengetahuan sangat banyak 5 : Pengetahuan sangat banyak

Mengambil keputusan Mengambil keputusan


Dukungan Keluarga Selama Perawatan (2609) Dukungan Keluarga Selama Perawatan (2609)
Skala Skala
Indikator Indikator
Awal Tujuan Akhir Awal Tujuan Akhir
Anggota keluarga 2 4 3 Anggota keluarga 2 4 3
mengungkapkan keinginan mengungkapkan keinginan
untuk mendukung anggota untuk mendukung anggota
keluarga yang sakit keluarga yang sakit
Anggota keluarga bertanya 2 4 3 Anggota keluarga bertanya 2 4 3
bagaimana mereka dapat bagaimana mereka dapat
membantu membantu
Meminta informasi 2 4 3 Meminta informasi 2 4 3
mengenai kondisi pasien mengenai kondisi pasien
Anggota keluarga 2 4 3 Anggota keluarga 2 4 3
memberikan dorongan memberikan dorongan
54

kepada anggota keluarga kepada anggota keluarga


yang sakit yang sakit
Memberikan informasi yang 2 4 3 Memberikan informasi yang 2 4 3
akurat kepada anggota akurat kepada anggota
keluarga yang lain keluarga yang lain

Keterangan : Keterangan :
1 : Tidak pernah menunjukkan 1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan 3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan 4 : Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten menunjukkan 5 : Secara konsisten menunjukkan

Merawat anggota keluarga yang sakit Merawat anggota keluarga yang sakit
Kognisi (0900) Kognisi (0900)
Skala Skala
Indikator Indikator
Awal Tujuan Akhir Awal Tujuan Akhir
Komunikasi jelas sesuai usia 2 4 4 Komunikasi jelas sesuai usia 2 4 4
Perhatian 2 4 3 Perhatian 2 4 3
Orientasi kognisi 2 4 3 Orientasi kognisi 2 4 3
Memori baru 2 4 3 Memori baru 2 4 3
Memori lama 2 4 3 Memori lama 2 4 3
Pengambilan keputusan yang 2 4 3 Pengambilan keputusan yang 2 4 3
tepat tepat

Keterangan : Keterangan :
1 : Sangat terganggu 1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu 2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu 3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu 4 : Sedikit terganggu
55

5 : Tidak terganggu 5 : Tidak terganggu

Memelihara dan memodifikasi lingkungan Memelihara dan memodifikasi lingkungan


Kontrol Risiko (1902) Kontrol Risiko (1902)
Skala Skala
Indikator Indikator
Awal Tujuan Akhir Awal Tujuan Akhir
Memonitor faktor risiko di 2 4 3 Memonitor faktor risiko di 2 4 3
lingkungan lingkungan
Mengembangkan strategi yang 2 4 3 Mengembangkan strategi yang 2 4 3
efektif dalam mengontrol efektif dalam mengontrol
risiko risiko
Berpartisipasi dalam skrining 2 4 3 Berpartisipasi dalam skrining 2 4 3
masalah kesehatan masalah kesehatan
Menggunakan sistem 2 4 3 Menggunakan sistem 2 4 3
dukungan personal untuk dukungan personal untuk
mengurangi risiko mengurangi risiko
Memonitor perubahan status 2 4 3 Memonitor perubahan status 2 4 3
kesehatan kesehatan

Keterangan : Keterangan :
1 : Tidak pernah menunjukkan 1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan 3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan 4 : Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten menunjukkan 5 : Secara konsisten menunjukkan

Memanfaatkan fasilitas kesehatan Memanfaatkan fasilitas kesehatan


Pengetahuan: Sumber-Sumber Status Kesehatan (1806) Pengetahuan: Sumber-Sumber Status Kesehatan (1806)
Skala Skala
Indikator Indikator
Awal Tujuan Akhir Awal Tujuan Akhir
56

Sumber perawatan kesehatan 2 4 3 Sumber perawatan kesehatan 2 4 3


terkemuka terkemuka
Pentingnya perawatan tindak 2 4 3 Pentingnya perawatan tindak 2 4 3
lanjut lanjut
Rencana perawatan tindak 2 4 3 Rencana perawatan tindak 2 4 3
lanjut lanjut
Sumber daya komunitas 2 4 3 Sumber daya komunitas 2 4 3
tersedia tersedia
Strategi untuk mengakses 2 4 3 Strategi untuk mengakses 2 4 3
layanan kesehatan layanan kesehatan

Keterangan : Keterangan :
1 : Tidak ada pengetahuan 1 : Tidak ada pengetahuan
2 : Pengetahuan terbatas 2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang 3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak 4 : Pengetahuan banyak
5 : Pengetahuan sangat banyak 5 : Pengetahuan sangat banyak

Planning Planning
Lakukan senam otak dan terapi kenangan secara rutin, libatkan Lakukan senam otak dan terapi kenangan secara rutin, libatkan
keluarga dan orang sekitar agar lebih bersemangat dan antusias. keluarga dan orang sekitar agar lebih bersemangat dan antusias.
57
B. Pembahasan

Penulis melakukan analisa data dengan membandingkan teori dengan

kenyataan yang ditemukan saat dilakukannya pengelolaan hambatan memori

pada Ny. C dan Ny. M di Desa Sokaraja Kulon, Kecamatan Sokaraja,

Kabupaten Banyumas yang dilakukan pada 27 April 2023-7 Mei 2023.

1. Pengkajian

Pengkajian keperawatan yaitu tahap pengumpulan data yang

dilaksanakan secara terstruktur untuk menetapkan masalah, keperluan

keperawatan dan kesehatan pasien (Rukmi dkk, 2022).

Berdasarkan hasil pengkajian terhadap klien 1 yaitu Ny. C

didapatkan keluhan sejak 2 tahun yang lalu menjadi mudah lupa, bingung

dan sulit mengingat nama orang yang baru ditemui sehingga merasa tidak

enak terhadap temannya. Sedangkan klien 2 yaitu Ny. M didapatkan

keluhan sejak sejak 1 tahun yang lalu menjadi mudah lupa terhadap hal

yang baru saja dilakukan seperti lupa menaruh barang dan mengulang

cerita yang baru diceritakan.

Diketahui keluhan yang dialami klien berkaitan dengan teori Kim

et al (2020) yang mengatakan bahwa demensia mempengaruhi aktivitas

sehari-hari karena adanya gangguan daya ingat, kesulitan untuk fokus,

gangguan dalam berkomunikasi, serta disorientasi waktu dan tempat.

Keluhan kedua klien berbeda walaupun sama-sama mengalami demensia,

hal ini dikarenakan pola hidup Ny. C seperti kurang beraktivitas fisik

seperti olahraga), lebih sering duduk dan tiduran di rumah semenjak


58

kakinya sakit. Sedangkan Ny. M cenderung lebih sering melakukan

aktivitas fisik seperti jalan setiap pagi disekitar rumah, tetapi Ny. M

kurang mengkonsumsi asupan protein dikarenakan tidak terlalu suka

olahan daging dan telur.

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Maulidia (2023),

aktivitas fisik merupakan salah satu yang berhubungan dengan fungsi

kognitif. Melakukan aktivitas fisik dapat meningkatkan aliran darah ke

otak sehingga pembuluh darah terstimulasi ke otak yang membantu

pembentukan memori. Berdasarkan penelitian Fatimah & Lubis (2018),

bahwa seseorang lebih banyak melakukan aktivitas fisik termasuk

berolahraga cenderung memiliki memori yang lebih tinggi dibandingkan

dengan orang yang jarang melakukan aktivitas fisik. Selain itu menurut

penelitian Sholehah (2022), lansia dengan asupan protein yang kurang

lebih cenderung mengalami demensia karena protein dapat menghindari

terjadinya abnormalitas asam amino yang berguna untuk sintesis

neurotranmitter dan lebih tinggi mempunyai efek positif terhadap fungsi

kognitif.

Setelah penulis melakukan pemeriksaan MMSE sebelum dilakukan

asuhan keperawatan, penulis mendapatkan hasil MMSE pada Ny. C

dengan skor 22, sedangkan Ny. M dengan skor 23 dengan kedua klien

mengalami gangguan kognitif ringan. Hal ini dapat terjadi karena kedua

klien sudah berumur 73 tahun, sesuai dengan teori yang ada bahwa

penyakit degeneratif (demensia) sering terjadi pada orang-orang lanjut usia


59

(Abdillah & Oktaviani, 2018).

2. Diagnosis Keperawatan

Berdasarkan pengkajian yang diperoleh dari Ny. C dan Ny. M,

maka penulis merumuskan permasalahan/diagnosis keperawatannya

adalah hambatan memori. Diagnosis keperawatan tersebut dengan batas

karakteristik menurut Herdman & Kamitsuru (2018) yaitu mudah lupa,

lupa melakukan perilaku pada waktu yang telah dijadwalkan,

ketidakmampuan mempelajari informasi baru, ketidakmampuan

melakukan keterampilan yang telah dipelajari sebelumnya,

ketidakmampuan mengingat informasi atau kejadian faktual,

ketidakmampuan mengingat nama, kata atau benda yang familier,

ketidakmampuan mengingat perilaku tertentu yang pernah dilakukan,

ketidakmampuan menguasai keterampilan baru, ketidakmampuan

menyimpan informasi baru dan mempertahankan kapasitas untuk

melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri.

Berdasarkan hasil pengkajian yang penulis lakukan, didapatkan

data sebagai berikut: tanda dan gejala yang dialami oleh Ny. C adalah

mudah lupa, bingung dan sulit mengingat nama orang yang baru ditemui.

Sedangkan pada Ny. M adalah mudah lupa terhadap hal yang baru saja

dilakukan seperti lupa menaruh barang dan mengulang cerita yang baru

diceritakan.

Berdasarkan penarikan diagnosis, menurut penulis kondisi yang

dialami Ny. C dan Ny. M tidak ada kesenjangan dengan penelitian yang
60

dilakukan Djabrael (2018) yang mengatakan bahwa diagnosis umum pada

demensia adalah hambatan memori. Selain itu, berdasarkan pengkajian

yang telah dilakukan, setidaknya ada 3 tanda dan gejala Ny. C dan Ny. M

yang sesuai dengan batas karakteristik yang ada pada diagnosis hambatan

memori menurut Herdman & Kamitsuru (2018) yaitu mudah lupa,

ketidakmampuan mengingat informasi atau kejadian faktual dan

ketidakmampuan mengingat nama, kata dan benda.

3. Perencanaan

Intervensi atau perencanaan keperawatan merupakan proses

penyusunan tindakan keperawatan yang akan dilakukan guna mencegah,

menurunkan ataupun mengurangi masalah yang dialami klien (Siregar

dkk, 2020). Penulis menggunakan 5 tugas keluarga dalam kesehatan

sebagai fokus penyelesaian masalah yang akan dilakukan selama 8 kali

kunjungan. Diharapkan masalah hambatan memori klien dapat teratasi

dengan perumusan berdasarkan pada Nursing Otcomes Classification

(NOC) dan Nursing Interventions Classification (NIC).

Perencanaan tindakan yang diberikan kepada Ny. C dan Ny. M

meliputi pendidikan kesehatan mengenai demensia, senam otak, terapi

kenangan, mengajarkan senam otak, meminta klien menceritakan tentang

masa lalunya melalui terapi kenangan, memodifikasi lingkungan klien

dengan cara meletakkan benda-benda yang dibutuhkan agar mudah terlihat

dan memotivasi untuk menggunakan fasilitas kesehatan.


61

Berdasarkan hasil penelitian Sholehah (2022), bahwa upaya

menunda kepikunan tidak hanya dilakukan berdasarkan penatalaksanaan

secara farmakologi, namun dapat dilakukan secara non farmakologi seperti

terapi kognitif, memberi perhatian dan mendengarkan pembicaraan dan

memberikan motivasi dari keluarga.

4. Implementasi

Penulis melakukan implementasi pada Ny. C dan Ny. M sesuai

dengan intervensi yang telah dirumuskan. Tindakan keperawatan untuk

diagnosis hambatan memori yang terjadi pada Ny. C dan Ny. M dilakukan

pada tanggal 27 April 2023-7 Mei 2023 di rumah Ny. C dan Ny. M selama

8 kali kunjungan pada masing-masing klien.

Tindakan yang dilakukan pada pertemuan pertama yaitu

memperkenalkan diri sekaligus membina hubungan saling percaya pada

keluarga dan klien agar dapat terbuka dalam proses asuhan keperawatan.

Selanjutnya menjelaskan tujuan serta penulis mengkaji kesehatan keluarga

secara komprehensif, mengkaji penyakit demensia klien, mengkaji

pengetahuan keluarga tentang penyakit demensia dan melakukan kontrak

selanjutnya (Azhari dkk, 2022).

Pertemuan kedua melakukan pengukuran tanda-tanda vital, serta

pemeriksaan MMSE yang bertujuan untuk mengetahui gangguan kognitif

pada klien. Hasil penilaian instrumen yang menunjukkan fungsi kognitif

lansia normal jika yang didapatkan rentang skor antara 25-30, lansia yang
62

mendapatkan skor 21-24 artinya terjadi gangguan kognitif ringan, apabila

mendapatkan skor 10-21 artinya terjadi gangguan kognitif sedang dan jika

lansia mendapatkan skor <10 artinya gangguan kognitif berat (Akhmad,

2019). Pemeriksaan MMSE yang dilakukan sebelum tindakan asuhan

keperawatan pada Ny. C mendapatkan skor 22, sedangkan Ny. M

mendapatkan skor 23. Kemudian mahasiswa memberikan pendidikan

kesehatan mengenai demensia dengan menjelaskan melalui tanya jawab

menggunakan leaflet selama 20 menit.

Pertemuan ketiga mengevaluasi kegiatan sebelumnya dan

mengevaluasi pengetahuan klien dan keluarga mengenai penyakit

demensia, menggali kebiasaan atau rutinitas fisik klien, memberikan

pendidikan kesehatan senam otak. Senam otak diberikan bertujuan untuk

meningkatkan fungsi kognitif atau daya ingat lansia, karena aliran darah

dan oksigen semakin lancar ke otak dan senam otak juga dapat

merangsang kedua belahan otak bekerja secara harmonis dan bersamaan

(Abdillah & Octaviani, 2022).

Pertemuan keempat mengevaluasi ulang pengetahuan keluarga

setelah diberikan penyuluhan dan demonstrasi tentang senam otak,

kemudian mengajarkan senam otak beserta fungsi tiap gerakan dengan

melibatkan keluarga dan meminta klien untuk melakukan senam otak.

Senam otak dilakukan dengan gerakan yang sederhana tetapi

menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan belajar dengan

menggunakan keseluruhan otak agar otak bekerja atau aktif (suka berpikir)
63

akan lebih sehat.

Pertemuan kelima mengevaluasi kegiatan sebelumnya dan

memberikan pendidikan kesehatan mengenai terapi kenangan untuk

penanganan demensia. Menurut Retnin, Sahar, & Wiarsi (2021), terapi

kenangan merupakan terapi yang dilakukan dengan cara mengingat

kembali peristiwa, pengalaman, masa lalu yang mengarah pada hubungan

atau interaksi sosial dan hubungan interpersonal lansia karena adanya

perasaan yang psikologis dan emosi yang nyaman, sehingga memberikan

dampak positif secara signifikan terhadap kondisi kualitas hidup lansia.

Pertemuan keenam mengevaluasi ulang pengetahuan keluarga

setelah diberikan penyuluhan tentang terapi kenangan dan meminta klien

menceritakan foto-foto yang ada dialbum tersebut. Hal tersebut dapat

mempengaruhi fungsi kognitif seperti memberikan impuls pada memori

yang menciptakan pengharapan, kemampuan bersosialisasi dan lain-

lainnya (Kuswati dkk, 2020).

Pertemuan ketujuh mengevaluasi kegiatan sebelumnya, memberi

informasi mengenai makanan yang bagus untuk dikonsumsi bertujuan

meningkatkan daya ingat dengan makanan yang mengandung protein.

Kemudian memodifikasi lingkungan dengan cara meletakkan benda-benda

yang dibutuhkan klien agar mudah terlihat. Berdasarkan penelitian yang

dilakukan Alfatihah (2019) asupan protein yang cukup dapat menghindari

terjadinya abnormalitas asam amino yang berguna untuk sintesis

neurotransmitter yang sudah dibuktikan sebanyak 9 responden demensia


64

yang mengalami demensia dengan 7 responden kurang asupan protein.

Pertemuan kedelapan mengevaluasi kegiatan sebelumnya,

melakukan pemeriksaan MMSE kembali, memotivasi klien untuk melatih

memori, menyimpulkan kegiatan dan kunjungan selama 8 kali pertemuan

dengan hasil pemeriksaan klien yang mulai meningkat normal dan

berpamitan kepada klien serta keluarganya.

5. Evaluasi

Evaluasi dari tindakan yang dilakukan pada kunjungan terakhir Ny.

C dan Ny. M pada tanggal 7 Mei 2023 menunjukkan respon dan hasil yang

berbeda dari kedua pasien dengan kriteria hasil masalah teratasi sebagian.

Setelah dilakukan stimulasi kognitif senam otak dan terapi

kenangan, Ny. C mampu mengingat nama orang yang baru ditemuinya dan

dapat berkomunikasi dengan baik dengan perubahan nilai kognitif dari 22

poin menjadi 25 poin. Sedangkan Ny. M mampu mengingat dimana

meletakkan barang terakhir dan mulai mengingat cerita yang telah

diceritakan sebelumnya dengan perubahan nilai menjadi 25 poin.


65

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawaan pada dua klien dari

proses keperawatan secara lansung mulai dari pengkajian, penentuan diagnosis

keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi maka penulis menuliskan

kesimpulan agar pembaca dapat memahami isi dari karya ilmiah ini.

1. Hasil pengkajian menunjukkan bahwa klien memiliki riwayat mudah lupa.

Klien 1 mudah lupa sejak 2 tahun yang lalu dan klien 2 mudah lupa sejak 1

tahun yang lalu, diihat dari hasil pemeriksaan MMSE yang telah dilakukan

klien mendapatkan skor MMSE 22 poin dan 23 poin.

2. Diagnosis keperawatan yang muncul pada klien ialah hambatan memori.

3. Perencanaan dilakukan sesuai 5 fungsi keluarga mulai dari memberikan

pengetahuan manajemen demensia dengan cara memberikan pendidikan

kesehatan kepada keluarga dan klien tentang demensia, membantu keluarga

memberikan dukungan perawatan dan memberikan terapi kognitif dengan

mengajarkan serta mendemonstrasikan stimulasi kognitif pada klien

khususnya dengan senam otak dan terapi kenangan. Kemudian memberikan

informasi mengenai cara mengontrol risiko untuk memodifikasi lingkungan

dengan cara meletakkan benda-benda yang dibutuhkan klien agar mudah

terlihat, serta memberi pengetahuan kepada keluarga dan klien mengenai


66

sumber-sumber pelayanan kesehatan.

4. Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis selama 8 kali kunjungan

dengan waktu 45 menit yang setiap kunjungannya disesuaikan dengan

rencana keperawatan yang telah disusun sebelumnya untuk mencapai

tujuan berdasarkan indikator keberhasilan.

5. Evaluasi menunjukkan respon dan hasil yang berbeda dari kedua pasien

dengan hasil masalah teratasi sebagian yang menunjukkan adanya

perubahan keluhan pada klien jauh lebih baik dimana sudah cukup

memenuhi harapan serta kriteria hasil yang sudah ditentukan dapat cukup

teratasi dengan hasil pemeriksaan MMSE kedua klien mendapatkan 25

poin. Namun dari hasil kedua klien membutuhkan dukungan dari keluarga

agar dapat memperlambat proses terjadinya demensia.

B. Saran

Setelah membandingkan antara tinjuan teori dan pengalaman yang

penulis peroleh selama melakukan asuhan keperawatan keluarga pada klien

dengan masalah keperawatan hambatan memori, dengan hal tersebut penulis

dapat memberikan saran kepada pembaca, yaitu :

1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan institusi pendidikan dapat memperbaharui tentang sumber

pembelajaran yang lebih banyak agar mahasiswa dapat memperoleh ilmu

terbaru yang sesuai di lapangan.

2. Bagi pelayanan kesehatan

Diharapkan fasilitas kesehatan yang turun langsung di masyarakat dapat


67

memberikan penyuluhan dan melakukan kunjungan rumah agar klien

maupun keluarga memiliki pengetahuan terkait penyakit, cara pencegahan

dan perawatannya.

3. Bagi keluarga klien

Diharapkan keluarga dapat berpartisipasi dalam melakukan perawatan dan

dukungan bagi klien terutama pada lansia dengan demensia.


68
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah, A. J., & Octaviani, A. P. (2018). Pengaruh senam otak terhadap


penurunan tingkat demensia. Jurnal Kesehatan, 9(2), 112-118.

Agustina, E., Wismasa, I. H., Nurfaizah, N., Maslinda, N., Kusniwaningsih, R. A.,
Andriyani, S., & Aini, V. N. (2022). Evidence Based Practice (EBP)
Pengaruh Reminiscence Therapy Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia
Dengan Demensia Di Wisma Tulip Dan Flamboyan Di Upt Pstw
Bondowoso.

Akhmad, A., Sahmad, S., Hadi, I., & Rosyanti, L. (2019). Mild Cognitive
Impairment (MCI) pada Aspek Kognitif dan Tingkat Kemandirian Lansia
dengan Mini-Mental State Examination (MMSE). Health Information:
Jurnal Penelitian, 11(1), 48-58.

Alfatihah, A., Maysaroh, M. N., Ningsih, S., & Hidayati, L. (2019). Asupan
Protein dan Kejadian Demensia pada Lansia di Panti Jompo Aisyiyah,
Sumber, Surakarta. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2019.

Al-Finatunni’mah, A., & Nurhidayati, T. (2020). Pelaksanaan Senam Otak untuk


Peningkatan Fungsi Kognitif pada Lansia dengan Demensia. Ners
Muda, 1(2), 139-145.

Aprilia, M., Wulandari, L. F. E., Wulandari, R. R., Alhayu, R. N., Dewi, T.,
Korina, Z., & Rosadi, S. A. (2022). Evidence Based Practice Penerapan
Senam Otak Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif pada Lansia dengan
Demensia di UPT PSTW Bondowoso.

Ayu, N. M. S., & Kurniaty, D. (2019). Analisis Domain Fungsi Kognitif Lansia
dengan Demensia Melalui Reminiscence Therapy Di Panti Werdha
Anugerah Tanjungpinang. Jurnal Keperawatan, 8(2), 847-856.
Azhari, AA., Suhariyanto, S., Ernawati, E., Juniartati, E., & Sulistyawati,
D. . (2022). Asuhan Keperawatan Lansia dengan Demensia: Studi
Kasus. Jurnal Keperawatan Cikini , 3 (2).

Fatimah, S., & Lubis, V. H. (2018). Hubungan Antara Tingkat Pendidikan,


Aktivitas Fisik, Aktivitas Kognitif Dengan Kejadian Demensia Pada Lansia
Mandiri Di Panti Wherda Bina Bhakti Tangerang Selatan Tahun 2018. Jurnal
Kesehatan STIKES IMC Bintaro, 2(2), 174-174.
Harahap, Z. F. (2022). Asuhan Keperawatan Gerontik pada Ny. N dengan
Gangguan Sistem Persarafan: Demensia dengan Penerapan Senam Otak
Terhadap Fungsi Kognitif.

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

Immanuel, J. (2021). Strategi kampanye Alzheimer Indonesia#


janganmaklumdenganpikun dalam membangun kesadaran akan isu
demensia. PRofesi Humas, 6(1), 67-88.

Kuswati, A., & Sumedi, T. (2019). Hartati.(2020). Jurnal Keperawatan Mersi.


Jurnal Keperawatan Mersi, 8, 23-30.

Lasmini, L., & Sunarno, R. D. (2022). Penerapan senam otak (brain gym)
terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan dimensia. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 13(1), 205-214.

Maulidia, Y. P. A., Yuliadarwati, N. M., & Lubis, Z. I. (2023). Hubungan antara


Aktivitas Fisik dengan Fungsi Kognitif pada Komunitas Lansia di Kota
Malang. Nursing Update: Jurnal Ilmiah Ilmu Keperawatan P-ISSN: 2085-
5931 e-ISSN: 2623-2871, 14(1), 283-290.

Nabila, BI, Kurniawan, WE, & Maryoto, M. (2022). Gambaran Tingkat Demensia
pada Lansia di Rojinhome Ikedaen Okinawa Jepang. Cerdika: Jurnal Ilmiah
Indonesia , 2 (8), 671-681.

Pillai, JA, Bena, J., Bonner-Jackson, A., & Leverenz, JB (2021). Dampak
genotipe APOE ε4 pada gejala kognitif awal berbeda untuk neuropatologi
tubuh Alzheimer dan Lewy. Penelitian & Terapi Alzheimer , 13 (1), 1-12.
Purwanza, S. W., Mufidah, A., Renggo, Y. R., Kom, S., Hudang, A. K., Setiawan,
J., ... & Rasinus, M. T. (2022). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan Kombinasi. Media Sains Indonesia.

Retnani, CT, Sahar, J., & Wiarsi, W. (2021). Terapi Reminiscence Meningkatkan
Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Kesehatan , 10 (2), 88-96.

Rukmi, D. K., Dewi, S. U., Pertami, S. B., Agustina, A. N., Carolina, Y., Wasilah,
H., ... & Lubbna, S. (2022). Metodologi Proses Asuhan Keperawatan.
Yayasan Kita Menulis.

Sholehah, A. B., Fitri, A., Rahmah, D. A., Fitriani, N., Rahmah, S., Azhariyah,
W., & Pradana, A. A. Pengaruh Aktivitas Fisik pada Lansia dengan
Demensia: Telaah Literatur.

Sopyanti, Y. D., Sari, C. W. M., & Sumarni, N. (2019). Gambaran Status


Demensia Dan Depresi Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur
Kelurahan Sukamentri Garut. Jurnal Keperawatan Komprehensif
(Comprehensive Nursing Journal), 5(1), 26-38.

Sumarni, N., Rosidin, U., & Sumarna, U. (2019). Hubungan Demensia dan
Kualitas Hidup Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur. Jurnal
Keperawatan BSI, 7(1).

Susanto, T. I., Soetjiningsih, C. H., & Samiyono, D. (2020). Terapi Reminiscence:


Memberdayakan Lansia untuk Mencapai Successful Aging. Buletin
Psikologi, 28(1), 72-84.

Sya’diyah, H. (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori dan Aplikasi. Sidoarjo:


Indomedia Pustaka.

Wardani, N. D. (2019). Manajemen Terapi Gangguan Perilaku Pada Demensia.


Media Medika Muda, 3(3).
World Health Organization. (2021). Dementia. (online),
(https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/dementia, diakses pada
tanggal 20 September 2022).
Lampiran 24

LEMBAR BIMBINGAN

PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PURWOKERTO

PROGRAM DIPLOMA III

JURUSAN KEPERAWATAN – POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Nama Mahasiswa : Vidi Zahraningrum Pratiwi

NIM : P1337420220014

Nama Pembimbing : Ani Kuswati, S.Kep., Ns., M.H.

Judul KTI : Pengelolaan Hambatan Memori Pada Lansia Dengan

Demensia

HARI/ MATERI TTD MONITOR


NO. SARAN
TANGGAL BIMBINGAN PEMBIMBING KAPRODI
Purwokerto, Mei 2023
Ketua Program Studi,

Dr. Walin, SST., M.Kes.


NIP. 19650423 198803 2 002
Lampiran 3

FORMAT PEMERIKSAAN FUNGSI KOGNITIF

Mini Mental State Examination (MMSE)

Nama : Ny. C (Sebelum diberi terapi)

Alamat : Sokaraja Kulon Rt 06/Rw 08, Sokaraja, Banyumas

Hari/tanggal pemeriksaan : Jumat, 28 April 2023

Waktu : 13.00 WIB

No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria


Maksimal Klien
1 Orientasi 5 3 Menjawab dengan benar:
1. Sekarang ini tahun berapa? 2023
2. Sekarang bulan apa? April
3. Saat ini tanggal berapa?-
4. Saat ini hari apa?-
5. Saat ini musim apa? Hujan

2 Orientasi 5 5 Menjawab dengan benar:


1. Kita berada di negara mana? Indonesia
2. Kita berada di provinsi mana? Jawa
Tengah
3. Kita berada di kabupaten mana?
Banyumas
4. Kita berada di kecamatan mana? Sokaraja
5. Kita berada di desa mana? Sokaraja Kulon

3 Registrasi 3 3 Penguji menyebutkan 3 buah objek yaitu:


1. Buku
2. Meja
3. Kursi
Dengan jarak waktu 1 detik tiap objek dan
minta klien untuk mengulangi objek yang
disebutkan.

4 Perhatian dan 5 3 Meminta klien berhitung mulai dari 100


kalkulasi kemudian dikurangi 5 berurutan
Klien menjawab 100, 95, 90, 80)

5 Mengingat 3 1 Meminta klien untuk menyebutkan objek pada


poin 3
Klien menjawab: Meja

6 Bahasa 9 2 Meminta klien menyebutkan benda yang


ditunjuk (sambil menunjuk benda tersebut:
kaleng, kursi)
Pasien menjawab: toples, kursi

1 Meminta klien untuk mengulang kata-kata


berikut “tak ada jika dan akan tetapi”
Klien menjawab: akan tetapi

2 Meminta klien untuk mengikuti perintah


“ambil kertas ditangan kanan anda, lipat
menjadi dua dan letakkan dilantai”
Klien mengambil kertas dan melipat menjadi
2

1 Perintahkan klien untuk hal berikut “tutup


mata anda”
Klien menutup mata

1 Perintahkan pada klien untuk menyalin dan


memisahkan gambar

Klien menggambar 2 buah segi 5.

Jumlah 30 22

Keterangan :

25 – 30 : Fungsi kognitif normal

20 – 24 : Demensia ringan

13 – 19 : Demensia sedang

0 – 12 : Demensia berat

Ny. C mendapat skor 22 yang artinya klien mengalami gangguan kognitif ringan.
Lampiran 4

FORMAT PEMERIKSAAN FUNGSI KOGNITIF

Mini Mental State Examination (MMSE)

Nama : Ny. M (Sebelum diberi terapi)

Alamat : Sokaraja Kulon Rt 06/Rw 08, Sokaraja, Banyumas

Hari/tanggal pemeriksaan : Jumat, 28 April 2023

Waktu : 14.00 WIB

No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria


Maksimal Klien
1 Orientasi 5 3 Menjawab dengan benar:
1. Sekarang ini tahun berapa? 2023
2. Sekarang bulan apa? April
3. Saat ini tanggal berapa?-
4. Saat ini hari apa?-
5. Saat ini musim apa? Hujan

2 Orientasi 5 5 Menjawab dengan benar:


1. Kita berada di negara mana? Indonesia
2. Kita berada di provinsi mana? Jawa
Tengah
3. Kita berada di kabupaten mana?
Banyumas
4. Kita berada di kecamatan mana? Sokaraja
5. Kita berada di desa mana? Sokaraja Kulon

3 Registrasi 3 3 Penguji menyebutkan 3 buah objek yaitu:


1. Buku
2. Meja
3. Kursi
Dengan jarak waktu 1 detik tiap objek dan
minta klien untuk mengulangi objek yang
disebutkan.

4 Perhatian dan 5 4 Meminta klien berhitung mulai dari 100


kalkulasi kemudian dikurangi 5 berurutan
Klien menjawab 100, 95, 90, 85, 70)
5 Mengingat 3 1 Meminta klien untuk menyebutkan objek pada
poin 3
Klien menjawab: Meja

6 Bahasa 9 2 Meminta klien menyebutkan benda yang


ditunjuk (sambil menunjuk benda tersebut:
kaleng, kursi)
Pasien menjawab: toples, kursi

1 Meminta klien untuk mengulang kata-kata


berikut “tak ada jika dan akan tetapi”
Klien menjawab: akan tetapi

2 Meminta klien untuk mengikuti perintah


“ambil kertas ditangan kanan anda, lipat
menjadi dua dan letakkan dilantai”
Klien mengambil kertas dan melipat menjadi
2

1 Perintahkan klien untuk hal berikut “tutup


mata anda”
Klien menutup mata

1 Perintahkan pada klien untuk menyalin dan


memisahkan gambar

Klien menggambar 2 buah segi 5.

Jumlah 30 22

Keterangan :

25 – 30 : Fungsi kognitif normal

20 – 24 : Demensia ringan

13 – 19 : Demensia sedang

0 – 12 : Demensia berat

Ny. M mendapat skor 23 yang artinya klien mengalami gangguan kognitif ringan.
Lampiran 5

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DEMENSIA PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Demensia Pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Mengenal Demensia

Sasaran : Keluarga Tn. A khususnya Ny. C

Tempat : Rumah Tn. A di Sokaraja Kulon Rt 06/Rw 08

Hari/Tanggal : Jumat, 28 April 2023

Waktu : 30 menit

A. Latar Belakang

Penuaan yang terjadi pada penduduk abad 21 merupakan hal yang tidak
dapat dihindari bagi semua negara di dunia. Lanjut usia (Lansia) ialah orang
yang berusia 60 tahun atau lebih. Lansia adalah seseorang yang lebih tua dari
orang dewasa dan mulai merasakan terjadinya penurunan fisik dan psikologis
secara perlahan-lahan (Abdillah & Oktaviani, 2018). Salah satu permasalahan
kesehatan yang paling lumrah terjadi pada lansia yaitu degenerasi fungsi
kognitif pada otak yang akan menyebabkan masalah degeneratif pada otak
yang disebut dengan demensia.
Maka perlu adanya tindakan yang tepat sebagai upaya pencegahan untuk
menghambat penurunan fungsi kognitif pada lansia. Upaya farmakologi seperti
memberikan obat-obatan untuk penurunan angka mortalitas maupun morbiditas
dan untuk upaya nonfarmakologi dapat dilakukan terapi senam otak (brain
gym) dan terapi kenangan (reminiscence) untuk menghambat kemunduran
kognitif pada lansia dengan demensia. Selain lansia sendiri, keluarga yang
memiliki lansia bahkan setiap orang hendaknya mengetahui bagaimana
perawatan pada demensia karena hal tersebut penting untuk dilakukan.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penyuluh pada Jumat,
28 April 2023 di Desa Sokaraja Kulon Rt 06/Rw 08, ditemukan seorang yang
menderita demensia pada keluarga Tn. A yaitu Ny. C yang mengatakan sejak 2
tahun yang lalu menjadi mudah lupa, bingung dan sulit mengingat nama orang
yang baru ditemui sehingga merasa tidak enak terhadap temannya. Hal tersebut
maka dilakukan penyuluhan dengan memilih topik penyuluhan mengenai
demensia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan demensia klien mendapatkan informasi
tentang demensia, sehingga klien mampu memahami tentang demensia dan
dapat memahami mengenai pentingnya menjaga kesehatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan selama 1 x 30 menit, klien dapat
menyebutkan dan mengerti tentang :
a. Pengertian demensia
b. Penyebab demensia
c. Jenis demensia
d. Tanda dan gejala demensia
e. Penanganan demensia
f. Cara pencegahan demensia
C. Materi (Terlampir)
1. Pengertian demensia
2. Penyebab demensia
3. Jenis demensia
4. Tanda dan gejala demensia
5. Penanganan demensia
6. Cara pencegahan demensia

D. Pelaksanaan Kegiatan

Waktu Uraian Penyebab Sasaran


Kegiatan
4 menit Pembukaan - Mengucapkan salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri dan - Memperhatikan dengan
menjelaskan tujuan seksama
- Melakukan kontrak waktu - Menyetujui kontrak
waktu

20 menit Penyajian Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak, mendengarkan


Materi dengan leaflet yang berisi dan memperhatikan
materi tentang: dengan seksama
- Pengertian demensia
- Pengertian demensia
- Penyebab demensia
- Jenis demensia
- Tanda dan gejala demensia
- Penanganan demensia
- Cara pencegahan demensia

3 menit Evaluasi - Memberikan kesempatan pada - Bertanya


klien dan keluarga untuk - Menjawab pertanyaan
bertanya secara lisan
- Mengevaluasi hasil materi - Mendengarkan dan
yang disampaikan dengan memperhatikan
memberikan pertanyaan
- Memberikan pujian atas
keberhasilan responden dalam
menjelaskan
3 menit Penutup - Menyampaikan materi yang - Memperhatika,
telah disampaikan merespon dan
- Menyampaikan terima kasih mendengarkan
atas perhatiaan dan waktu - Menjawab salam
yang telah diberikan - Menerima leaflet dari
- Mengucapkan salam penyuluh
- Membagikan leaflet kepada
klien dan keluarga

E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
F. Media
Leaflet

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyuluh, klien dan keluarga berada pada posisi yang sudah
direncanakan.
b. Tempat dan alat tersedia sesuai rencana.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
b. Klien dan keluarga dapat mengikuti acara atau kegiatan penyuluhan
sampai selese.
c. Klien dan keluarga berperan aktif selama kegiatan berjalan.
3. Evaluasi Hasil
a. Prosedur : Post test.
b. Jenis test : Pertanyaan secara lisan
c. Butir-butir pertanyaan
1) Apa yang dimaksud dengan demensia?
2) Apa penyebab terjadinya demensia?
3) Sebutkan jenis-jenis demensia?
4) Apa tanda dan gejala demensia?
5) Bagaimana penanganan demensia?
6) Bagaimana cara pencegahan demensia?
Lampiran 6

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

DEMENSIA PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Demensia Pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Mengenal Demensia

Sasaran : Keluarga Ny. M

Tempat : Rumah Ny. M di Sokaraja Kulon Rt 02/Rw 05

Hari/Tanggal : Jumat, 28 April 2023

Waktu : 30 menit

A. Latar Belakang

Penuaan yang terjadi pada penduduk abad 21 merupakan hal yang tidak
dapat dihindari bagi semua negara di dunia. Lanjut usia (Lansia) ialah orang
yang berusia 60 tahun atau lebih. Lansia adalah seseorang yang lebih tua dari
orang dewasa dan mulai merasakan terjadinya penurunan fisik dan psikologis
secara perlahan-lahan (Abdillah & Oktaviani, 2018). Salah satu permasalahan
kesehatan yang paling lumrah terjadi pada lansia yaitu degenerasi fungsi
kognitif pada otak yang akan menyebabkan masalah degeneratif pada otak
yang disebut dengan demensia.
Maka perlu adanya tindakan yang tepat sebagai upaya pencegahan untuk
menghambat penurunan fungsi kognitif pada lansia. Upaya farmakologi seperti
memberikan obat-obatan untuk penurunan angka mortalitas maupun morbiditas
dan untuk upaya nonfarmakologi dapat dilakukan terapi senam otak (brain
gym) dan terapi kenangan (reminiscence) untuk menghambat kemunduran
kognitif pada lansia dengan demensia. Selain lansia sendiri, keluarga yang
memiliki lansia bahkan setiap orang hendaknya mengetahui bagaimana
perawatan pada demensia karena hal tersebut penting untuk dilakukan.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penyuluh pada Jumat,
28 April 2023 di Desa Sokaraja Kulon Rt 02/Rw 05, ditemukan seorang yang
menderita demensia pada keluarga Ny. M yang mengatakan sejak 1 tahun yang
lalu menjadi mudah lupa terhadap hal yang baru saja dilakukan seperti lupa
menaruh barang dan mengulang cerita yang baru diceritakan. Hal tersebut
maka dilakukan penyuluhan dengan memilih topik penyuluhan mengenai
demensia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan demensia klien mendapatkan informasi
tentang demensia, sehingga klien mampu memahami tentang demensia dan
dapat memahami mengenai pentingnya menjaga kesehatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan selama 1 x 30 menit, klien dapat
menyebutkan dan mengerti tentang :
a. Pengertian demensia
b. Penyebab demensia
c. Jenis demensia
d. Tanda dan gejala demensia
e. Penanganan demensia
f. Cara pencegahan demensia
C. Materi (Terlampir)
1. Pengertian demensia
2. Penyebab demensia
3. Jenis demensia
4. Tanda dan gejala demensia
5. Penanganan demensia
6. Cara pencegahan demensia

D. Pelaksanaan Kegiatan

Waktu Uraian Penyebab Sasaran


Kegiatan
4 menit Pembukaan - Mengucapkan salam - Menjawab salam
- Memperkenalkan diri dan - Memperhatikan dengan
menjelaskan tujuan seksama
- Melakukan kontrak waktu - Menyetujui kontrak
waktu

20 menit Penyajian Menjelaskan materi penyuluhan Menyimak, mendengarkan


Materi dengan leaflet yang berisi dan memperhatikan
materi tentang: dengan seksama
- Pengertian demensia
- Pengertian demensia
- Penyebab demensia
- Jenis demensia
- Tanda dan gejala demensia
- Penanganan demensia
- Cara pencegahan demensia

3 menit Evaluasi - Memberikan kesempatan pada - Bertanya


klien dan keluarga untuk - Menjawab pertanyaan
bertanya secara lisan
- Mengevaluasi hasil materi - Mendengarkan dan
yang disampaikan dengan memperhatikan
memberikan pertanyaan
- Memberikan pujian atas
keberhasilan responden dalam
menjelaskan

3 menit Penutup - Menyampaikan materi yang - Memperhatika,


telah disampaikan merespon dan
- Menyampaikan terima kasih mendengarkan
atas perhatiaan dan waktu - Menjawab salam
yang telah diberikan - Menerima leaflet dari
- Mengucapkan salam penyuluh
- Membagikan leaflet kepada
klien dan keluarga

E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
F. Media
Leaflet

G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyuluh, klien dan keluarga berada pada posisi yang sudah
direncanakan.
b. Tempat dan alat tersedia sesuai rencana.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
b. Klien dan keluarga dapat mengikuti acara atau kegiatan penyuluhan
sampai selese.
c. Klien dan keluarga berperan aktif selama kegiatan berjalan.
3. Evaluasi Hasil
a. Prosedur : Post test.
b. Jenis test : Pertanyaan secara lisan
c. Butir-butir pertanyaan
1) Apa yang dimaksud dengan demensia?
2) Apa penyebab terjadinya demensia?
3) Sebutkan jenis-jenis demensia?
4) Apa tanda dan gejala demensia?
5) Bagaimana penanganan demensia?
6) Bagaimana cara pencegahan demensia?
Lampiran 7

MENGENAL DEMENSIA PADA LANSIA

A. Definisi Demensia

Demensia (pikun) adalah gejala yang terjadi karena menurunannya

ingatan, pemikiran, kepribadian, dan kemampuan untuk melakukan aktivitas

sehari-hari. Penurunan memori/daya ingat (pelupa) menjadi tanda

kemunduran kognitif pada demensia. Demensia ialah sekelompok kondisi

yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengingat dan berfikir

jernih.

Kondisi ini disebut gangguan neurokognitif mayor atau penyakit

pikun, tetapi tidak semua orang yang pikun (pelupa atau sering kali lupa)

mengalami demensia. Pikun adalah penurunan daya ingat yang biasanya

terjadi seiring bertambahnya usia. Namun, penderita demensia memiliki

gejala pikun yang cukup parah.

B. Penyebab Demensia

Penyebab terjadinya demensia menurut dr.Paulina (2020), antara lain

faktor genetik atau keturunan, riwayat down syndrome atau idiot, hipertensi,
riwayat stroke, diabetes, merokok, penyakit jjantung, minuman alkohol, serta

kemunduran sel saraf yang ditandai dengan pendengaran menurun.

C. Jenis Demensia

a. Demensia Alzheimer

Proses penyakit yang terindentifikasi oleh Alzheimer meliputi

kerusakan sel otak di area-area otak yang bertanggung jawab akan memori

yang mempengaruhi kemampuan pasien untuk mengingat, berfikir dan

membuat keputusan. Gejala pada pasien yang mengidap demensia

Alzheimer, yaitu hilangnya memori, kesulitan menemukan kata-kata yang

tepat untuk benda sehari-hari, dan suasana hati yang cepat berubah.

b. Demensia Vaskularr

Pasien dengan demensia vaskular akan mempunyai gejala yang

berbeda dari tipe demensia lainnya di banyak area, seperti perkembangan

berkala, masalah konsentrasi dan komunikasi, depresi, gejala yang

berhubungan dengan stroke, masalah memori, epilepsi, dan kebingungan

parah.

c. Demensia dengan Lewy Bodies

Demensia ini memiliki kondisi yang mirip dengan penyakit

Alzheimer dan parkison, seperti mengalami kesulitan mengingat, sulit

berfikir, halusinasi visual, sering melamun, sulit tidur di malam hari atau

tertidur di siang hari, tangan bergetar, dan bergerak lambat.

d. Fronto-Temporal Lobar Degeneration (FTLD)

Gejala pada penderita hal tersebut meliputi sulit bicara dan lupa
kata-kata umum, adanya perubahan perilaku seperti menjadi mudah

terganggu, hilangnya hambatan (inhibisi) atau meningkatnya extroversion

dari dalam diri saat berinteraksi dengan orang sekitar, sehingga muncul

tindakan-tindakan impulsif, dan gangguan pergerakan, seperti kekakuan

pada otot, tremor, dan terjadinya gangguan keseimbangan.

e. Demensia Campuran

Sesuai dengan namanya, demensiaa campurann adalah keadaan

dimana terdapat orang yang mengalamii beberapa jenis demensia dalam

satu waktu. Contohnya terdapat beberapa orang yang mungkin mengalami

demensia Alzheimer dan demensia Vaskular secara bersamaan.

D. Tanda dan Gejala Demensia

a. Menurunnya daya ingat menyebabkan lupa menjadi bagian keseharian

yang tidak bisa lepas.

b. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang

benar untuk sebuah kondisi sehingga terjadi pengulangan kata atau cerita

yang sama berkali-kali.

c. Ekspresi dan perasaan yang berlebihan, misalnya menangis berlebihan saat

melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang

dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.

d. Adanya perubahan perilaku kepribadian dan suasana hati seperti acuh tak

acuh, menarik diri dan gelisah.

E. Penanganan Demensia
a. Terapi Farmakologi

1) Obat anti depresi yang digunakan adalah golongan Selective

Serotonin Re-uptake Inhibitor (SSRI) yang paling efektif untuk

gejala afek depresi pada demensia. Obat-obatan tersebut misalnya

fluoksetin, paroksetin, citalopram, escitalopram, venlavaxine,

reboxetine ataupun duloksetin yang dimulai dari dosis yang kecil dan

dinaikkan perlahan.

2) Terapi kolinesterase inhibitor sebagai terapi terpilih untuk

meningkatkan fungsi kognitif dan mengurangi gejala neuropsikiatri

pada demensia dengan stadium awal hingga menengah seperti

donepezil, rivastigmin dan galantamin. Sedangkan

asetilkolinesterase dan butirilkolinesterase dapat memperbaiki gejala

perilaku dan dapat mengurangi penggunaan antipsikotik.

3) Pemberian antipsikotik bila terjadi gejala, seperti waham dan

halusinasi yang masih ada dan dapat mengganggu, maka diberikan

antipsikotik konvensional seperti haloperidol, clozapine, risperidon,

olanzapin dan quetiapin. Penggunaan antipsikotik harus berhati-hati

karena menimbulkan efek samping penurunan kognitif apabila

pemakaian lebih dari satu tahun.

b. Terapi Nonfarmakologi

Adapun terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan untuk

meminimalisir terjadinya demensia yaitu dengan menerapkan pola hidup

yang sehat, teratur dalam berolahraga, berlatih yoga ataupun meditasi,


terapi warna, terapi senam otak, terapi mengingat kenangan dan terapi

lainnya (Sholehah dkk, 2022).

F. Cara Pencegahan Demensia

1) Pertahankan keaktifan mental

Kegiatan yang dapat merangsang keaktifan mental, seperti

membaca dan bermain catur dapat meningkatkan kemampuan untuk

mengatasi perubahan yang berkaitan dengan demensia.

2) Pertahankan pola makan yang sehat

Pola makan yang seimbang dapat menjaga kesehatan pembuluh

darah, mengurangi kemungkinan tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol

yang tinggi, sehingga dapat menurunkan resiko demensia.

3) Mencukupi asupan vitamin

Kurangnya vitamin B12, seperti tidak mengkonsumsi banyak ikan,

daging, telur dan susu, maka harus ada pengganti seperti suplemen vitamin

B12 agar tidak mudah menimbulkan demensia. Selain itu, vitamin C dan E

merupakan antioksidan yang dapat melindungi neuron dan pembuluh

darah untuk mencegah demensia.

4) Berolahraga secara teratur

Selain tetap aktif secara mental, olahraga secara teratur dapat

mengurangi risiko demensia dengan merangsang kemampuan otak untuk

mempertahankan koneksi lama serta membuat yang baru.

5) Hindari rokok dan penyalahgunaan alkohol

Penggunaan rokok dan alkohol yang terus menerus menyebabkan


kebiasaan buruk yang dapat merusak pembuluh darah dan organ tubuh

lainnya.

Lampiran 9

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SENAM OTAK (BRAIN GYM) PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Terapi Peningkatan Daya Ingat pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Senam Otak (Brain Gym)

Sasaran : Keluarga Tn. A khususnya Ny. C

Tempat : Rumah Tn. A di Sokaraja Kulon Rt 06/Rw 08

Hari/Tanggal : Minggu, 30 April 2023

Waktu : 30 menit

A. Latar Belakang

Senam otak (brain gym) merupakan salah satu stimulasi langkah preventif
untuk mengoptimalkan dan merangsang fungsi otak. Senam otak dilakukan
dengan gerakan yang sederhana tetapi menyenangkan untuk meningkatkan
kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak agar otak bekerja
atau aktif (suka berpikir) akan lebih sehat secara keseluruhan dari orang yang
tidak atau jarang menggunakan otaknya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti senam otak, peserta dapat menerapkan senam
otak sebagai kegiatan olahraga rutin.

2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan, klien mampu :
a. Memahami konsep senam otak untuk lansia
b. Mengikuti senam otak dengan lancar sampai selesai
c. Mendemonstrasikan senam otak.
C. Materi (terlampir)
1. Pengertian senam otak
2. Manfaat senam otak
3. Macam-macam senam otak
D. Pelaksanaan Kegiatan

No. Kegiatan Respon Waktu

1. Pembukaan a. Menjawab salam, 5 menit


- Salam mendengarkan dan
- Perkenalan memperhatikan
- Menjelaskan tujuan b. Memberi tanggapan
- Memberikan kesempatan
untuk bertanya
2. Inti a. Memperhatikan dan 20 menit
- Melakukan appersepsi mengemukakan
- Menjelaskan dan menguraikan pendapat
tujuan senam otak b. Mendengarkan dan
- Menjelaskan prosedur senam memperhatikan
otak c. Mempraktekkan senam
- Menjelaskan manfaat senam otak yang telah
otak diajarkan
- Menjelaskan macam-macam d. Mengajukan
senam otak pertanyaan
- Demonstrasi dan pelaksanaan
senam otak
- Memberikan
kesempatan kepada lansia
untuk bertanya
- Menjawab pertanyaan
3. Penutup a. Bersama penyuluh 5 menit
- Menyimpulkan kegiatan yang menyimpulkan materi
telah disampaikan b. Menjawab pertanyaan
- Melakukan evaluasi dengan c. Memperhatikan dan
mengajukan pertanyaan menjawab salam
- Mengakhiri kegiatan

E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Klien sudah diberitahu satu hari sebelumnya
- Media sudah disiapkan
- Materi sudah siap
- Satuan acara sudah disiapkan
- Klien hadir di tempat penyuluhan
- Penyelenggaraan di rumah peserta
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
(SAP, leaflet)
2. Evaluasi Proses
- Penyampaian materi jelas
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan dan mempraktekannya
- Klien mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab pertanyaan
secara benar
3. Hasil
- Klien mengerti penjelasan yang telah diberikan dengan cara diskusi
dan tanya jawab
- Klien mampu memahami tentang cara melakukan senam otak (brain
gym)
Lampiran 10

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

SENAM OTAK (BRAIN GYM) PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Terapi Peningkatan Daya Ingat pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Senam Otak (Brain Gym)

Sasaran : Keluarga Ny. M

Tempat : Rumah Ny. M di Sokaraja Kulon Rt 02/Rw 05

Hari/Tanggal : Minggu, 30 April 2023

Waktu : 30 menit

A. Latar Belakang

Senam otak (brain gym) merupakan salah satu stimulasi langkah preventif
untuk mengoptimalkan dan merangsang fungsi otak. Senam otak dilakukan
dengan gerakan yang sederhana tetapi menyenangkan untuk meningkatkan
kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak agar otak bekerja
atau aktif (suka berpikir) akan lebih sehat secara keseluruhan dari orang yang
tidak atau jarang menggunakan otaknya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti senam otak, peserta dapat menerapkan senam
otak sebagai kegiatan olahraga rutin.

2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan, klien mampu :
a. Memahami konsep senam otak untuk lansia
b. Mengikuti senam otak dengan lancar sampai selesai
c. Mendemonstrasikan senam otak.
C. Materi (terlampir)
1. Pengertian senam otak
2. Manfaat senam otak
3. Macam-macam senam otak
D. Pelaksanaan Kegiatan

No. Kegiatan Respon Waktu

1. Pembukaan a. Menjawab salam, 5 menit


- Salam mendengarkan dan
- Perkenalan memperhatikan
- Menjelaskan tujuan b. Memberi tanggapan
- Memberikan kesempatan
untuk bertanya
2. Inti a. Memperhatikan dan 20 menit
- Melakukan appersepsi mengemukakan
- Menjelaskan dan menguraikan pendapat
tujuan senam otak b. Mendengarkan dan
- Menjelaskan prosedur senam memperhatikan
otak c. Mempraktekkan senam
- Menjelaskan manfaat senam otak yang telah
otak diajarkan
- Menjelaskan macam-macam d. Mengajukan
senam otak pertanyaan
- Demonstrasi dan pelaksanaan
senam otak
- Memberikan
kesempatan kepada lansia
untuk bertanya
- Menjawab pertanyaan
3. Penutup a. Bersama penyuluh 5 menit
- Menyimpulkan kegiatan yang menyimpulkan materi
telah disampaikan b. Menjawab pertanyaan
- Melakukan evaluasi dengan c. Memperhatikan dan
mengajukan pertanyaan menjawab salam
- Mengakhiri kegiatan

E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Klien sudah diberitahu satu hari sebelumnya
- Media sudah disiapkan
- Materi sudah siap
- Satuan acara sudah disiapkan
- Klien hadir di tempat penyuluhan
- Penyelenggaraan di rumah klien
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
(SAP, leaflet)
2. Evaluasi Proses
- Penyampaian materi jelas
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan dan mempraktekannya
- Klien mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab pertanyaan
secara benar
3. Hasil
- Klien mengerti penjelasan yang telah diberikan dengan cara diskusi
dan tanya jawab
- Klien mampu memahami tentang cara melakukan senam otak (brain
gym)
Lampiran 11.

MENGENAL SENAM OTAK (BRAIN GYM) PADA LANSIA

A. Definisi Senam Otak

Senam otak (brain gym) merupakan salah satu stimulasi langkah

preventif untuk mengoptimalkan dan merangsang fungsi otak. Senam otak

dilakukan dengan gerakan yang sederhana tetapi menyenangkan untuk

meningkatkan kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak

agar otak bekerja atau aktif (suka berpikir) akan lebih sehat secara

keseluruhan dari orang yang tidak atau jarang menggunakan otaknya.

Pada lansia senam otak berpengaruh terhadap peningkatan

kemampuan daya ingat, dimana pada umumnya lansia mengalami penurunan

daya ingat yang beresiko terjadinya demensia. Kegiatan senam otak dapat

dilakukan dengan berbagai macam gerakan yang disesuaikan dengan

kemampuan pada lansia, setiap gerakan dilakukan berulang sampai beberapa


kali dan dilakukan pergantian posisi pada setiap gerakan.

B. Manfaat Senam Otak

Manfaat dari senam otak antara lain :

a. Melepaskan ketegangan, menurunkan stress emosional dan menjernihkan

pikiran.

b. Memudahkan belajar dan bekerja, serta meningkatkan prestasi.

c. Meningkatkan daya ingat.

d. Meningkatkan kemampuan berbahasa.

e. Meningkatkan kepercayaan diri.

C. Macam-macam Senam Otak

Macam-macam gerakan senam brain gym, yaitu :

a. Gerakan Sakelar Otak

Gerakan dengan meletakkan satu tangan di atas pusar, kemudian

tangan yang lain memijat lekukan rusuk dada. Gerakan ini dilakukan

selama 30-60 detik, sambil melirik mata ke kanan dan ke kiri. Kemudian

ulang gerakan dengan menggunakan tangan yang berbeda. Gerakan ini

berfungsi untuk mengoptimalkan pengiriman pesan dari otak kiri ke kanan

atau sebaliknya, meningkatkan penerimaan oksigen, dan menstimulasi

aliran darah agar lebih lancar mengalir ke otak.

b. Gerakan Silang

Gerakan ini mengaktifkan hubungan kedua sisi otak dan

merupakan gerakan pemanasan untuk semua keterampilan yang

memerlukan penyeberangan garis tengah bagian lateral tubuh. Berfungsi


mengaktifkan gerakan mata dari kiri ke kanan, meningkatkan harmonisasi

penglihatan (binokular), mengoptimalkan pekerjaan menulis, mendengar,

membaca dan memahami, meningkatkan stamina, memperbaiki

pernapasan, pendengaran dan penglihatan.

c. Tombol Bumi

Ujung salah satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya

di pinggir atas tulang kemaluan (15 cm di bawah pusar). Disentuh selama

30 detik atau 4-6 kali tarikan nafas penuh. Meningkatkan koordinasi dan

konsentrasi (melihat secara vertikal dan horizontal sekaligus tanpa keliru,

seperti saat membaca kolom dalam tabel).

d. Tombol Imbang

Gerakan ini akan mengembalikan tiga dimensi keseimbangan

tubuh (kiri-kanan, atas-bawah, depan-belakang). Letakkan satu tangan di

belakang telinga, dan satu tangan diatas pusar. Tahan selama 30-60 detik

sambil bernapas secara dalam. Kemudian ulangi dengan menggunakan

tangan yang lain. Gerakan ini dapat meningkatkan konsentrasi,

pengambilan keputusan, pemikiran asosiatif, kepekaan indrawi untuk

keseimbangan, menjernihkan pikiran dan menjaga badan tetap rileks.

e. Kait Relaks

Tumpangkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas

tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah. Jemari kedua tangan saling

menggenggam, kemudian tarik tangan ke arah pusar dan terus ke depan

dada. Pejamkan mata dan saat menarik napas, lidah ditempelkan ke langit-
langit mulut dan lepaskan saat menghembuskan napas. Berikutnya, buka

silangan kaki, dan ujung-ujung jari tangan saling bersentuhan secara halus

di dada atau di pangkuan, sambil mengambil napas dalam 1 menit lagi.

f. Gerakan 8 Tidur

Gerakan ini dilakukan dengan merentangkan tangan kanan ke

depan. Mata memandang lurus ke depan (memandang ujung jari). Dengan

perlahan, gerakkan tangan kanan mengikuti bentuk 8 rebah atau tidur.

Fokuskan mata pada jari dan jaga leher tetap rileks. Gerakan ini dapat

dilakukan sebanyak 3 kali dan ulangi dengan menggunakan tangan kiri.

Kemudian ulangi sekali lagi dengan menggunakan kedua tangan secara

bersamaan membentuk angka 8. Fungsi gerakan ini antara lain,

memadukan bidang visual kiri dan kanan, meningkatkan integrasi kedua

otak, serta menyeimbangkan koordinasi dan keseimbangan.

g. Gerakan Putaran Leher

Gerakan ini sangat mudah dilakukan. Dengan mengambil napas

dalam, dan menundukkan kepala hingga bersentuhan dengan dada.

Pejamkan kedua mata dan putar kepala dari satu sisi ke sisi lainnya.

Gerakan ini dapat dilakukan 3 kali atau lebih. Gerakan ini berfungsi untuk

melepaskan ketegangan leher pada saat berbicara dan berpikir,

meningkatkan kemampuan mental tanpa stress, memperbaiki pernapasan,

dan meningkatkan kemampuan membaca.

h. Gerakan Titik Positif

Titik positif terletak di atas alis, di pertengahan antara batas rambut


dan alis (benjolan kecil). Gerakan ini dilakukan dengan meraba lembut

titik tersebut sambil memejamkan mata. Dilakukan selama 6-8 kali

pernapasan. Gerakan ini dapat memindahkan reaksi stress dari sistem

limbik ke bagian otak depan (frontal lobe), sehingga reaksi yang

dihasilkan akan lebih rasional maupun logis.

Lampiran 12

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR SENAM OTAK


(BRAIN GYM)

1. Pengertian Senam otak adalah senam yang berisi serangkaian gerakan


sederhana yang dapat merangsang integrasi kerja bagian otak
kanan dan kiri untuk menghasilkan koordinasi tubuh,
kemampuan motorik halus dan kasar, kemampuan penanganan
stress dan peningkatan kemampuan belajar individu.

2. Tujuan a. Memperlambat kepikunan


b. Menghilangkan stres
c. Meningkatkan konsentrasi
d. Membuat emosi lebih tenang

3. Indikasi Dapat dilakukan oleh lansia atau orang yang terkena demensia
maupun tidak dan masih mampu melakukan senam.

4. Kontraindikasi a. Klien dengan stroke


b. Klien dengan gangguan otak karena trauma

5. Persiapan klien a. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi klien
memeriksa identitas klien secara cermat
b. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan klien jika bertanya dan
jawab jika ada pertanyaan.
c. Beri privasi kepada klien

6. Persiapan alat a. Video Senam Otak


b. Kursi (jika dibutuhkan bagi klien yang mengalami
kelemahan ringan)

7. Cara bekerja Senam Otak I (dilakukan sambal duduk).


Membuat angka 8 tidur (lazy 8’s for eyes).
1. Buat/tulis angka delapan tidur dengan tangan kiri sebanyak
3 kali
2. Buat angka delapan tidur dengan tangan kanan sebanyak 3
kali
3. Buat angka delapan tidur dengan kedua tangan sebanyak 3
kali

Senam Otak II menekan saklar otak (brain button)


1. Letakkan 2 jari tangan kanan di bagian kanan dan kiri
tulang tengah (sternum)
2. Letakkan 2 jari tangan kiri diatas pusar
3. Tekan dan lakukan pemijatan secara bersamaan sebanyak
2x10gerakan (bergantian tangan)

Senam Otak III membuat tombol bumi (earth button)


1. Ujung dua jari salah satu tangan menyentuh bawah bibir
2. Ujung dua jari yang ainnya memegang pusar, jari
menyentuh kebawah
3. Disentuh dan digerakkan secara bersamaan selama 2x10
kali hitungan (bergantian tangan)

Senam Otak IV memijat tombol imbang(balance button)


1. Sentuhkan kedua jari kebelakang telinga pada lekukan
dibelakang telinga
2. Tangan yang lainnya menyentuh pusar
3. Lakukan secara bersamaan
4. Pemijatan dilakukann selama 2x10 kali secara bergantian
Senam Otak V memijat tombol angkas (Space
Button)
1. Sentuhkan kedua jari ke atas bibir
2. Sentuhkan kedua jari lainnya menyentuuh tulang ekor
3. Lakukan pemijatan secara bersamaan selama kurang lebih
2x10 gerakan

8. Evaluasi Evaluasi :
a. Respon verbal klien
1. Klien dapat menyebutkan kembali pengertian senam
otak
2. Klien dapat menyebutkan kembali tujuan senam otak
b. Respon non verbal
1. Klien dapat melakukan ulang senam otak secara
mandiri
Indikator Post
a. Faktor resiko demensia dapat berkurang ditandai dengan
menurunnya kepikunan

9. Hal-hal yang perlu Usahakan lakukan senam otak 2-3 kali dalam sehari sekitar 10-
diperhatikan 15 menit.

Sumber : Aprilia, dkk (2022)


Lampiran 14

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI KENANGAN (REMINISCENCE) PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Terapi Kenangan pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Mengenal definisi, tujuan, manfaat, dan hal yang perlu

diperhatikan pada terapi kenangan.

Sasaran : Keluarga Tn. A khususnya Ny. C

Tempat : Rumah Tn. A di Sokaraja Kulon Rt 06/Rw 08

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Mei 2023

Waktu : 45 menit

A. Latar Belakang

Terapi kenangan (reminiscence) merupakan terapi yang dilakukan dengan


cara mengingat kembali peristiwa, pengalaman, masa lalu yang mengarah pada
hubungan atau interaksi sosial dan hubungan interpersonal lansia karena
adanya perasaan yang psikologis dan emosi yang nyaman, sehingga
memberikan dampak positif secara signifikan terhadap kondisi kualitas hidup
lansia. Selain dilakukan untuk demensia, terapi kenangan juga dapat diberikan
pada lansia yang mengalami depresi, gangguan tidur, kecemasan dan adaptasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi kenangan, peserta dapat mengingat
kenangan-kenangan yang telah berlalu.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan, klien mampu :
a. Memahami definisi, tujuan, manfaat terapi kenangan untuk lansia
b. Mengikuti terapi kenangan dengan lancar sampai selesai
c. Mengerti hal yang perlu diperhatikan pada terapi kenangan
C. Materi (terlampir)
1. Pengertian terapi kenangan
2. Tujuan terapi kenangan
3. Manfaat terapi kenangan
4. Hal yang perlu diperhatikan dalam terapi kenangan
D. Pelaksanaan Kegiatan

No. Kegiatan Respon Waktu

1. Pembukaan a. Menjawab salam, 5 menit


- Salam mendengarkan dan
- Perkenalan memperhatikan
- Menjelaskan tujuan b. Memberi tanggapan
- Memberikan kesempatan untuk
bertanya
2. Inti a. Memperhatikan dan 45 menit
- Melakukan appersepsi mengemukakan
- Menjelaskan dan menguraikan pendapat
tujuan terapi kenangan b. Mengajukan
- Menjelaskan manfaat terapi pertanyaan
kenangan
- Menjelaskan tentang hal yang
perlu diperhatikan untuk terapi
kenangan
- Memberikan
kesempatan kepada lansia untuk
bertanya
- Menjawab pertanyaan
3. Penutup a. Bersama penyuluh 10 menit
- Menyimpulkan kegiatan yang menyimpulkan materi
telah disampaikan b. Menjawab pertanyaan
- Melakukan evaluasi dengan c. Memperhatikan dan
mengajukan pertanyaan menjawab salam
- Mengakhiri kegiatan

E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab

F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Klien sudah diberitahu satu hari sebelumnya
- Media sudah disiapkan
- Materi sudah siap
- Satuan acara sudah disiapkan
- Klien hadir di tempat penyuluhan
- Penyelenggaraan di rumah klien
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
(SAP, leaflet)
2. Evaluasi Proses
- Penyampaian materi jelas
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan
- Klien mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab pertanyaan
secara benar
3. Hasil
- Klien mengerti penjelasan yang telah diberikan dengan cara diskusi
dan tanya jawab
- Klien mampu memahami tentang terapi kenangan
Lampiran 15

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TERAPI KENANGAN (REMINISCENCE) PADA LANSIA

Pokok Bahasan : Terapi Kenangan pada Lansia

Sub Pokok Bahasan : Mengenal definisi, tujuan, manfaat, dan hal yang perlu

diperhatikan pada terapi kenangan.

Sasaran : Keluarga Ny. M

Tempat : Rumah Ny. M di Sokaraja Kulon Rt 02/Rw 05

Hari/Tanggal : Rabu, 3 Mei 2023

Waktu : 45 menit

A. Latar Belakang

Terapi kenangan (reminiscence) merupakan terapi yang dilakukan dengan


cara mengingat kembali peristiwa, pengalaman, masa lalu yang mengarah pada
hubungan atau interaksi sosial dan hubungan interpersonal lansia karena
adanya perasaan yang psikologis dan emosi yang nyaman, sehingga
memberikan dampak positif secara signifikan terhadap kondisi kualitas hidup
lansia. Selain dilakukan untuk demensia, terapi kenangan juga dapat diberikan
pada lansia yang mengalami depresi, gangguan tidur, kecemasan dan adaptasi.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti terapi kenangan, peserta dapat mengingat
kenangan-kenangan yang telah berlalu.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan, klien mampu :
a. Memahami definisi, tujuan, manfaat terapi kenangan untuk lansia
b. Mengikuti terapi kenangan dengan lancar sampai selesai
c. Mengerti hal yang perlu diperhatikan pada terapi kenangan
C. Materi (terlampir)
1. Pengertian terapi kenangan
2. Tujuan terapi kenangan
3. Manfaat terapi kenangan
4. Hal yang perlu diperhatikan dalam terapi kenangan
D. Pelaksanaan Kegiatan

No. Kegiatan Respon Waktu

1. Pembukaan a. Menjawab salam, 5 menit


- Salam mendengarkan dan
- Perkenalan memperhatikan
- Menjelaskan tujuan b. Memberi tanggapan
- Memberikan kesempatan untuk
bertanya
2. Inti a. Memperhatikan dan 45 menit
- Melakukan appersepsi mengemukakan
- Menjelaskan dan menguraikan pendapat
tujuan terapi kenangan b. Mengajukan
- Menjelaskan manfaat terapi pertanyaan
kenangan
- Menjelaskan tentang hal yang
perlu diperhatikan untuk terapi
kenangan
- Memberikan
kesempatan kepada lansia untuk
bertanya
- Menjawab pertanyaan
3. Penutup a. Bersama penyuluh 10 menit
- Menyimpulkan kegiatan yang menyimpulkan materi
telah disampaikan b. Menjawab pertanyaan
- Melakukan evaluasi dengan c. Memperhatikan dan
mengajukan pertanyaan menjawab salam
- Mengakhiri kegiatan

E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Klien sudah diberitahu satu hari sebelumnya
- Media sudah disiapkan
- Materi sudah siap
- Satuan acara sudah disiapkan
- Klien hadir di tempat penyuluhan
- Penyelenggaraan di rumah klien
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
(SAP, leaflet)
2. Evaluasi Proses
- Penyampaian materi jelas
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan
- Klien mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab pertanyaan
secara benar
3. Hasil
- Klien mengerti penjelasan yang telah diberikan dengan cara diskusi
dan tanya jawab
- Klien mampu memahami tentang terapi kenangan
Lampiran 16

MENGENAL TERAPI KENANGAN (REMINISCENCE) PADA LANSIA

A. Definisi Terapi Kenangan

Terapi reminiscence atau terapi kenangan sebagai terapi pendekatan

kognitif untuk mengingat memori menyenangkan yang terjadi di masa lalu

untuk disampaikan ke keluarga atau orang terdekat dengan menggunakan

stimulus seperti benda yang berhubungan dengan masa lalu klien. Selain

dilakukan untuk demensia, terapi kenangan juga dapat diberikan pada lansia

yang mengalami depresi, gangguan tidur, kecemasan dan adaptasi.

B. Tujuan Terapi Kenangan

Tujuan dari terapi kenangan, yaitu :

1. Meningkatkan harga diri

2. Meningkatkan perasaan berharga

3. Beradaptasi terhadap stres


4. Meningkatkan kemampuan komunikasi

5. Meningkatkan sosialisasi

6. Meningkatkan kualitas hidup

C. Manfaat Terapi Kenangan

Terapi kenangan dapat mempengaruhi fungsi kognitif seperti

memberikan impuls pada memori yang menciptakan pengharapan, kesamaan,

impartasi informasi, altruisme, kemampuan bersosialisasi dan lain-lainnya

(Kuswati dkk, 2020). Terapi kenangan bersifat fleksibel dengan tetap

memperhatikan tujuan untuk peningkatan successful aging lansia agar mereka

dapat melanjutkan hidup dalam kondisi individu yang masih berdaya dan

masih memiliki kesempatan untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat dan

produktif bagi masyarakat dan lingkungan sekitar (Susanto, 2020).

D. Hal yang perlu diperhatikan dalam Terapi Kenangan

Media yang dapat digunakan dalam terapi reminiscence adalah:

1. Secara visual; foto, lukisan yang mengingatkan kejadian masa lalu yang

menyenangkan.

2. Musik; menggunakan lagu-lagu yang familiar dari radio, CD, atau

menciptakan musik menggunakan berbagai macam alat musik.

3. Melalui indera pengecap dan penciuman; menggunakan parfum,

makanan.

4. Melalui indera peraba; memegang objek tertentu, merasakan tekstur,

melukis dan puisi.

Tipe terapi dan aktivitas reminiscence dapat digunakan oleh individu,


kelompok dan keluarga. Kategori terapi reminiscence dibagi menjadi 3

kategori utama yaitu:

1. Simple reminiscence merupakan refleksi informasi masa lalu dengan cara

yang menyenangkan.

2. Evaluative reminiscence adalah evaluasi masa lalu dan digunakan sebagai

pendekatan pemecahan konflik.

3. Offensive-defensive reminiscence merupakan kegiatan pengulangan

informasi yang tidak menyenangkan dan meningkatkan stress.

Lampiran 17

STANDAR OPERATIONAL PROSEDUR TERAPI


KENANGAN (REMINISCENCE)

1. Pengertian Terapi reminiscence atau terapi kenangan sebagai terapi


pendekatan kognitif untuk mengingat memori menyenangkan
yang terjadi di masa lalu untuk disampaikan ke keluarga atau
orang terdekat dengan menggunakan stimulus seperti benda
yang berhubungan dengan masa lalu klien.

2. Tujuan a. Meningkatkan harga diri


b. Meningkatkan perasaan berharga
c. Beradaptasi terhadap stres
d. Meningkatkan kemampuan komunikasi
e. Meningkatkan sosialisasi
f. Meningkatkan kualitas hidup

3. Indikasi Dapat dilakukan oleh lansia atau orang yang terkena demensia
maupun tidak.

4. Kontraindikasi Klien dengan gangguan otak karena trauma

5. Persiapan klien a. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi klien
memeriksa identitas kliem secara cermat
b. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan klien jika bertanya dan
jawab jika ada pertanyaan
c. Beri privasi kepada klien

6. Persiapan alat Benda-benda yang masih dimiliki klien yang berkaitan dengan
masa lalu seperti: foto, permainan, CD, majalah, buku atau
koleksi lainnya.

7. Cara bekerja Terapi kenangan terdiri dari 5 sesi, yaitu :


a. Sesi ke-1
Berbagi pengalaman masa anak
- Perkenalan fasilitator sebagai leader
- Fasilitaor memberikan penjelasan mengenai maksud
dan tujuan terapi reminiscence.
- Berbagi pengalaman tentang permainan yang paling
menyenangkan pada masa anak berkaitan dengan teman
yang paling disenangi.
- Berbagi pengalaman yang paling menyenangkan
pada masa anak berkaitan dengan teman yang paling
disenangi.
- Persilahkan pasien untuk menceritakan tentang hari-
harinya di sekolah.
- Tunjukan gambar-gambar sekolah di tahun 1945-
1960.
- Diskusikan tentang mainan favorit (paling disenangi).
- Berikan permainan yang berhubungan dengan masa
lalu pasien dan beri kesempatan pada pasien untuk
memainkannya.
b. Sesi ke-2
Berbagi pengalaman masa remaja
- Berbagi pengalaman tentang hobi yang paling
menyenangkan yang dilakukan bersama teman sebaya
sewaktu remaja.
- Berbagi pengalaman tentang rekreasi yang paling
menyenangkan yang dilakukan.
- Diskusikan tentang teman-teman terdekat pada waktu
masa remaja.
- Ingatkan masa lalu melalui lagu-lagu tahun 70an
- Berikan kesempatan kepada anggota untuk
menceritakan tentang lagu tersebut yang mungkin
mempunyai arti khusus bagi dirinya.
- Dorong untuk bertepuk tangan dan menyanyi.
c. Sesi ke-3
Berbagi pengalaman masa dewasa
- Berbagi pengalaman tentang pekerjaan yang paling
menyenangkan yang dilakukan pada usia dewasa.
- Berbagi pengalaman yang menyenangkan tentang
makanan yang paling disukai pada waktu usia dewasa
- Ingatkan tentang tanggal pernikahan.
- Persilahkan pasien untuk membawa foto-foto
pernikahan.
- Dorong pasien untuk membawa sesuatu yang patut
dikenang dari karir atau pekerjaan mereka sewaktu dewasa
dan menceritakannya.
d. Sesi ke-4
Berbagi pengalaman keluarga dan di rumah
- Diskusikan tentang pekerjaan/kehidupan dirumah atau
kegiatan sukarela.
- Ingatkan tentang anak-anak, keluarga dan binatang
kesayangan.
- Menceritakan tentang anggota keluarga dan makanan
yang paling disukai di rumah.
- Berbagi pengalaman yang paling menyenangkan pada
saat merayakan hari raya agama beserta keluarga.
- Berbagi pengalaman tentang tetangga yang paling
disukai
- Dorong para anggota untuk menunjukkan foto-foto
keluarga dan menceritakan pengalaman pribadi yang patut
dikenang.
e. Sesi ke-5
Evaluasi integritas diri
- Menyampaikan perasaan setelah mengikuti kegiatan
terapi reminiscence dari sesi 1-4.
- Menyampaikan manfaat yang dicapai (dirasakan)
setelah mengikuti kegiatan terapi reminiscence
sampai selesai.
- Menyampaikan harapan dan rencana kegiatan setelah
terapi selesai.

8. Evaluasi Evaluasi :
a. Respon verbal klien
1. Klien dapat menyebutkan kembali pengertian terapi
kenangan
2. Klien dapat menyebutkan kembali tujuan terapi
kenangan
b. Respon non verbal
1. Klien dapat mengingat apa yang biasa sebelumnya
lakukan secara mandiri
Indikator Post
a. Faktor resiko demensia dapat berkurang ditandai dengan
menurunnya kepikunan

9. Hal-hal yang perlu Usahakan lakukan senam otak 1-22 kali dalam seminggu sekitar
diperhatikan 30-60 menit.

Sumber : Agustina, dkk (2022)


Lampiran 19

FORMAT PEMERIKSAAN FUNGSI KOGNITIF

Mini Mental State Examination (MMSE)

Nama : Ny. C (Setelah diberi terapi)

Alamat : Sokaraja Kulon Rt 06/Rw 08, Sokaraja, Banyumas

Hari/tanggal pemeriksaan : Senin, 7 Mei 2023

Waktu : 13.00 WIB

No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria


Maksimal Klien
1 Orientasi 5 4 Menjawab dengan benar:
1. Sekarang ini tahun berapa? 2023
2. Sekarang bulan apa? Mei
3. Saat ini tanggal berapa? 7
4. Saat ini hari apa?-
5. Saat ini musim apa? Hujan

2 Orientasi 5 5 Menjawab dengan benar:


1. Kita berada di negara mana? Indonesia
2. Kita berada di provinsi mana? Jawa
Tengah
3. Kita berada di kabupaten mana?
Banyumas
4. Kita berada di kecamatan mana? Sokaraja
5. Kita berada di desa mana? Sokaraja Kulon

3 Registrasi 3 3 Penguji menyebutkan 3 buah objek yaitu:


1. Buku
2. Meja
3. Kursi
Dengan jarak waktu 1 detik tiap objek dan
minta klien untuk mengulangi objek yang
disebutkan.

4 Perhatian dan 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100


kalkulasi kemudian dikurangi 5 berurutan
Klien menjawab 100, 95, 90, 85,80)

5 Mengingat 3 1 Meminta klien untuk menyebutkan objek pada


poin 3
Klien menjawab: Kursi

6 Bahasa 9 2 Meminta klien menyebutkan benda yang


ditunjuk (sambil menunjuk benda tersebut:
kaleng, kursi)
Pasien menjawab: toples, kursi

1 Meminta klien untuk mengulang kata-kata


berikut “tak ada jika dan akan tetapi”
Klien menjawab: akan tetapi

2 Meminta klien untuk mengikuti perintah


“ambil kertas ditangan kanan anda, lipat
menjadi dua dan letakkan dilantai”
Klien mengambil kertas dan melipat menjadi
2

1 Perintahkan klien untuk hal berikut “tutup


mata anda”
Klien menutup mata

1 Perintahkan pada klien untuk menyalin dan


memisahkan gambar

Klien menggambar 2 buah segi 5.

Jumlah 30 25

Keterangan :

25 – 30 : Fungsi kognitif normal


20 – 24 : Demensia ringan

13 – 19 : Demensia sedang

0 – 12 : Demensia berat

Ny. C mendapat skor 25 yang artinya klien tidak mengalami gangguan kognitif.

Lampiran 20

FORMAT PEMERIKSAAN FUNGSI KOGNITIF

Mini Mental State Examination (MMSE)

Nama : Ny. M (Setelah diberi terapi)

Alamat : Sokaraja Kulon Rt 06/Rw 08, Sokaraja, Banyumas

Hari/tanggal pemeriksaan : Senin, 7 Mei 2023

Waktu : 14.00 WIB

No Aspek Kognitif Nilai Nilai Kriteria


Maksimal Klien
1 Orientasi 5 4 Menjawab dengan benar:
1. Sekarang ini tahun berapa? 2023
2. Sekarang bulan apa? Mei
3. Saat ini tanggal berapa? 7
4. Saat ini hari apa?-
5. Saat ini musim apa? Hujan

2 Orientasi 5 5 Menjawab dengan benar:


1. Kita berada di negara mana? Indonesia
2. Kita berada di provinsi mana? Jawa
Tengah
3. Kita berada di kabupaten mana?
Banyumas
4. Kita berada di kecamatan mana? Sokaraja
5. Kita berada di desa mana? Sokaraja Kulon

3 Registrasi 3 3 Penguji menyebutkan 3 buah objek yaitu:


1. Buku
2. Meja
3. Kursi
Dengan jarak waktu 1 detik tiap objek dan
minta klien untuk mengulangi objek yang
disebutkan.

4 Perhatian dan 5 5 Meminta klien berhitung mulai dari 100


kalkulasi kemudian dikurangi 5 berurutan
Klien menjawab 100, 95, 90, 85, 80)

5 Mengingat 3 1 Meminta klien untuk menyebutkan objek pada


poin 3
Klien menjawab: Meja

6 Bahasa 9 2 Meminta klien menyebutkan benda yang


ditunjuk (sambil menunjuk benda tersebut:
kaleng, kursi)
Pasien menjawab: toples, kursi

1 Meminta klien untuk mengulang kata-kata


berikut “tak ada jika dan akan tetapi”
Klien menjawab: akan tetapi

2 Meminta klien untuk mengikuti perintah


“ambil kertas ditangan kanan anda, lipat
menjadi dua dan letakkan dilantai”
Klien mengambil kertas dan melipat menjadi
2

1 Perintahkan klien untuk hal berikut “tutup


mata anda”
Klien menutup mata

1 Perintahkan pada klien untuk menyalin dan


memisahkan gambar

Klien menggambar 2 buah segi 5.

Jumlah 30 25

Keterangan :

25 – 30 : Fungsi kognitif normal

20 – 24 : Demensia ringan
13 – 19 : Demensia sedang

0 – 12 : Demensia berat

Ny. M mendapat skor 25 yang artinya klien tidak mengalami gangguan kognitif ringan.

Lampiran 23

Klien 1

Klien 2
Lampiran 25

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

Nama Lengkap : Vidi Zahraningrum Pratiwi

NIM : P1337420220014

Tanggal Lahir : 29 Mei 2002

Tempat Lahir : Bekasi

Alamat Rumah : Sokaraja kulon Rt 02/Rw 05, Sokaraja, Banyumas

Telepon : 082313065776

Email : vidizahra49@gmail.com

B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 1 Sokaraja Kulon

2. SMP Negeri 1 Sokaraja

3. SMA Negeri 1 Banyumas

C. Riwayat Organisasi

1. Jurnalistik SMP Negeri 1 Sokaraja

2. Paskibra SMA Negeri 1 Banyumas

Anda mungkin juga menyukai