KTI Vidi Semhas
KTI Vidi Semhas
DEMENSIA
i
PENGELOLAAN HAMBATAN MEMORI PADA LANSIA DENGAN
DEMENSIA
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
Apabila kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan laporan pengelolaan kasus
ini adalah hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perhatian
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Mengetahui,
a.n. Direktur
Ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto
Program Diploma III
v
KATA PENGANTAR
vi
yang telah memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah.
10. Teman-teman Mahasiswa Poltekkes Kemenkes Semarang Program Studi
Diploma III.
11. Klien serta anggota keluarga yang dengan sukarela berpartisipasi dalam
penyusunan laporan Karya Tulis Ilmiah ini.
12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu dalam menyelesaikan penyusunan Karya Tulis Ilmiah.
Penulis
vii
PENGELOLAAN HAMBATAN MEMORI PADA LANSIA
DENGAN DEMENSIA
Abstrak
Latar Belakang: Demensia merupakan degenerasi fungsi kognitif pada otak yang
menyebabkan fungsi kognitif pada lansia menurun seperti menurunnya ingatan,
pemikiran, kepriadian dan kekuatan dalam kehidupan sehari-hari yang dapat
mengganggu dalam berinteraksi maupun beraktivitas. Oleh karena itu, perlu
dilakukan pencegahan untuk menghambat kemunduran kognitif akibat penuaan
dengan meningkatkan kemampuan otak dengan cara pemberian senam otak dan
terapi kenangan.
Tujuan: Karya tulis ini bertujuan untuk menggambarkan pengelolaan hambatan
memori pada lansia dengan demensia di Desa Sokaraja Kulon.
Metoda: Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan studi
kasus (case study) dan menggunakan proses pendekatan keperawatan. Sampling
yang digunakan meliputi dua keluarga.
Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan keluarga selama 8 kali kunjungan
pada kedua responden didapatkan hasil kedua reponden mengalami peningkatan,
yaitu klien 1 skor MMSE 22 menjadi 25 dan pada klien 2 skor MMSE menjadi
25.
Simpulan: Tindakan keperawatan telah dilakukan selama delapan kali kunjungan
sesuai intevensi keperawatan dengan hasil masalah teratasi sebagian. Namun,
disarankan bagi klien untuk melanjutkan terapi secara mandiri sebagai
penghambat penurunan kognitif
viii
MANAGEMENT OF MEMORY BARRIERS IN THE ELDERLY
WITH DEMENTIA
Abstract
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
DAFTAR SINGKATAN
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Demensia
1. Definisi
2. Etiologi
3. Klasifikasi
4. Kriteria Derajat
5. Manifestasi Klinis
6. Patofisiologi
7. Komplikasi
8. Pemeriksaan Penunjang
9. Penatalaksanaan
x
B. Konsep Dasar Hambatan Memori
1. Definisi
2. Batas Karakteristik
3. Faktor yang berhubungan
C. Konsep Senam Otak dan Terapi Kenangan
1. Senam Otak
2. Terapi Kenangan
D. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
2. Diagnosis
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
Pathway
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
B. Subjek Penelitian
C. Fokus Studi
D. Definisi Operasional
E. Lokasi dan Waktu
F. Pengumpulan Data
G. Analisis Data
H. Etika Penelitian
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
l
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 11. Lampiran Materi Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Senam Otak
Lampiran 16. Lampiran Materi Satuan Acara Penyuluhan (SAP) Terapi Kenangan
xiv
Lampiran 21. Inform Consent Ny. C
xv
DAFTAR SINGKATAN
ACh : Asetilkolin
EEG : Electroencecephalogram
xvi
BAB I
PPENDAHULUANN
A. Latar Belakangg
tidak dapat dihindari bagi semua negara di dunia. Lanjut usia (Lansia) ialah
orang yang berusia 60 tahun atau lebih. Lansia adalah seseorang yang lebih
tua dari orang dewasa dan mulai merasakan terjadinya penurunan fisik dan
lansia yaitu degenerasi fungsi kognitif pada otak yang akan menyebabkan
masalah degeneratif pada otak yang disebut dengan demensia. Menurut World
yang muncul karena adanya gangguan yang bersifat akut dan degeneratif yang
atau untuk mengingat apa yang terjadi beberapa menit yang lalu, tetapi juga
semakin lama akan semakin parah. Demensia kebanyakan terjadi pada usia
xvii
diatas 60 tahun, tetapi ada juga orang yang berusia 40 atau 50-an tahun (pra
yang mengakibatkan oksigen tidak dapat mencapai bagian dari otak, sehingga
bagian lain dari otak menjadi iskemik atau mati, hal ini menyebabkan
hilangnya fungsi dari bagian otak. World Alzheimer Report mencatat pada
abad ini demensia akan menjadi masalah terbesar dikesehatan dengan jumlah
penderita yang semakin bertambah sekitar 10 juta kasus baru terjadi setiap
tahun atau setara dengan setiap 3 detik 1 orang di dunia mengalami demensia.
yang didiagnosis dengan demensia. Saat ini diperkirakan sekitar 46,8 atau 50
Indonesia banyak sekali penderita demensia sekitar 1,2 juta orang pada tahun
2016 dan diperkirakan akan ada 2 juta orang pada tahun 2030 kemudian 4 juta
orang pada tahun 2050 dengan demensia (Alzheimer’s Indonesia, 2019). Hasil
20,1% dari seluruh populasi lansia sekitar 832.140 orang, jauh lebih tinggi
Banyumas ada sekitar 23,08% lansia pada rentang usia 65-69 tahun yang
xviii
sekitar 45% mengalami hambatan memori (Sumarni et al., 2019).
kematian.
Maka perlu adanya tindakan yang tepat sebagai upaya pencegahan untuk
dilakukan terapi senam otak (brain gym) dan terapi kenangan (reminiscence)
xix
berkonsentrasi dan bekerja secara maksimal (Sunarno & Lasmini, 2022).
kesadaran diri dan mampu memahami diri pada masa yang telah lalu. Terapi
sedangkan pada PM. Y pada awalnya memiliki skor MMSE 14 menjadi 16.
dan nnilai maksimum aadalah 115. Sedangkann setalah dilakukan terapi rerata
maksimum 17.
di daerah Jawa Tengah. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan studi
xx
kasus dengan judul “Pengelolaan Hambatan Memori pada Lansia dengan
Demensia”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
demensia.
2. Tujuan Khusus
D. Manfaat Penulisan
xxi
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
xxii
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Demensia
1. Definisi Demensia
berfikir jernih.
pikun, tetapi tidak semua orang yang pikun (pelupa atau sering kali lupa)
gejala pikun yang cukup parah. Tingkat keparahan berkisar dari yang
ringann hingga bberat, hal ini dapat mempengaruhi kinerja otak yang
dapat terjadi kepada siapa saja dengan kumpulan gejala yang meliputi
xxiii
kemampuan dalam proses berfikir dan mengingat sesuatu yang
2. Etiologi
(2020), antara lain faktor genetik atau keturunan, riwayat down syndrome
3. Klasifikasi
a. Demensia Alzheimer
xxiv
dari proses normal penuaan. Proses penyakit yang terindentifikasi
jauh lebih luas. Selain itu gejala pada pasien yang mengidap
b. Demensia Vaskularr
area lain di tubuh dan juga fungsi otak. Namun, pasien dengan
xxv
masalah konsentrasi dan komunikasi, depresi, gejala yang
kebingungan parah.
xxvi
dan lupa kata-kata umum, adanya perubahan perilaku seperti
e. Demensia Campuran
a. Demensia ringan :
komunitas.
xxvii
5) Kehidupan sehari- hari : kegiatan sehari-hari mengalami
b. Demensia sedang :
c. Demensia berat :
beberapa bagian
xxviii
5) Kehidupan sehari-hari : tidak dapat melakukan kegiatan rumah
5. Manifestasi Klinis
aktivitasnya dan sulit mengatur rutinitas akibat dari penurunan daya ingat
xxix
tempat dan benda (Sopyanti et al., 2019).
saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil
yang dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
6. Patofisiologi
sistem saraf pusat pada lansia, dengan penurunan berat otak sebesar 10%
xxx
area kortikal ataupun subkortikal (Darmojo, 2009 dalam Harahap, 2022).
7. Komplikasi
(infarkmiokardium)
1) Kejang
2) Kontraktur sendi
8. Pemeriksaan Penunjang
xxxi
Pemeriksaan yang dapat dilakukan pada demensia, antara lain :
a. Pemeriksaan Laboratorium
d. Pemeriksaan Neurologis
xxxii
e. Pemeriksaan Neuropsikologis
adalah dengan skor ringan berkisar antara 21-30, untuk skor 11- 20
9. Penatalaksanaan
xxxiii
gejala afek depresi pada demensia. Obat-obatan tersebut misalnya
antipsikotik.
b. Terapi Nonfarmakologi
xxxiv
dan terapi lainnya (Sholehah dkk, 2022).
antara lain :
ikan, daging, telur dan susu, maka harus ada pengganti seperti
xxxv
Penggunaan rokok dan alkohol yang terus menerus
1. Definisi
2. Batasan Karakteristik
xxxvi
Faktor yang berhubungan dengan hambatan memori yaitu
otak agar otak bekerja atau aktif (suka berpikir) akan lebih sehat secara
Senam otak dapat dilakukan selama 10-15 menit dalam jangka waktu 2-3
kali sehari.
otak atas dan bawah) yang bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja otak.
lebih bersemangat, kreatif dan afektif, serta membuat orang merasa lebih
xxxvii
sehat karena prinsip dasar senam otak membuat otak lebih bugar dan
meningkatkan fungsi kognitif atau daya ingat lansia, karena aliran darah
dan oksigen semakin lancar ke otak dan senam otak juga dapat
lansia karena adanya perasaan yang psikologis dan emosi yang nyaman,
juga dapat diberikan pada lansia yang mengalami depresi, gangguan tidur,
kecemasan dan adaptasi. Terapi ini dapat dilakukan dengan standar waktu
30-60 menit selama 1-2 kali per minggu dengan topik yaitu mengenang
masa lalu, mengenang masa kecil, pekerjaan, hobi dan peristiwa lainnya
xxxviii
lansia agar mereka dapat melanjutkan hidup dalam kondisi individu yang
(Susanto, 2020).
1. Pengkajian
atau orang yang merawat klien terkait kondisi atau persepsi masalah yang
dkk, 2022).
xxxix
dan spiritual. Metode yang digunakan dalam pengkajian dapat melalui
fasilitas rumah, pemeriksaan fisik dari pasien maupun keluarga dan data
sekunder.
a. Identitas pasien
genogram.
b. Keluhan utama
Berisi keluhan yang dirasakan pasien pada saat itu dan bersifat
c. Keluhan tambahan
utama.
xl
Data tentang apakah pasien pernah menderita cedera kepala, pernah
genetik.
g. Riwayat psikososial
h. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Kesadaran
3) Tanda-tanda vital
xli
1) Pola persepsi kesehatan
3) Pola eliminasi
gangguan.
mengalami depresi.
xlii
8) Pola hubungan dan peran
pada pasien.
2. Diagnosis
3. Intervensi
xliii
Intervensi keperawatan merupakan perencanaan dalam asuhan
masyarakat
Skala
No. Indikator
Awal Tujuan
1. Tanda dan gejala kejadian (penyakit) - 5
2. Jenis demensia - 5
3. Tahapan demensia - 5
4. Tanda dan gejala kehilangan fungsi - 5
neurologis
5. Strategi kompensasi akan kehilangan - 5
memori
Keterangan :
2 : Pengetahuan terbatas
xliv
3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak
pasien
kognitif pasien
dalam foto
Skala
No. Indikator
Awal Tujuan
1. Anggota keluarga mengungkapkan - 5
keinginan untuk mendukung anggota
keluarga yang sakit
2. Anggota keluarga bertanya bagaimana - 5
mereka dapat membantu
3. Meminta informasi mengenai kondisi - 5
pasien
4. Anggota keluarga memberikan dorongan - 5
kepada anggota keluarga yang sakit
5. Memberikan informasi yang akurat - 5
kepada anggota keluarga yang lain
xlv
Keterangan :
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
Skala
No. Indikator
Awal Tujuan
1. Komunikasi jelas sesuai usia - 5
2. Perhatian - 5
3. Orientasi kognisi - 5
4. Memori baru - 5
5. Memori lama - 5
6. Pengambilan keputusan yang tepat - 5
Keterangan :
xlvi
1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu
5 : Tidak terganggu
kognisi klien
kebutuhan klien
xlvii
NOC : Kontrol Risiko (1902)
Skala
No. Indikator
Awal Tujuan
1. Memonitor faktor risiko di lingkungan - 5
2. Mengembangkan strategi yang efektif - 5
dalam mengontrol risiko
3. Berpartisipasi dalam skrining masalah - 5
kesehatan
4. Menggunakan sistem dukungan personal - 5
untuk mengurangi risiko
5. Memonitor perubahan status kesehatan - 5
Keterangan :
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
(1806)
xlviii
Awal Tujuan
1. Sumber perawatan kesehatan terkemuka - 5
2. Pentingnya perawatan tindak lanjut - 5
3. Rencana perawatan tindak lanjut - 5
4. Sumber daya komunitas tersedia - 5
5. Strategi untuk mengakses layanan - 5
kesehatan
Keterangan :
2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak
di masyarakat
terdapat keluhan
4. Implementasi
xlix
target yang sudah ditetapkan sebelumnya dari kriteria hasil dalam
5. Evaluasi
2022).
sesuai tujuan penulis dengan skala tujuan 5, keluarga dan pasien dapat
l
E. Pathway Demensia
Penuaan
Penurunan neurontransmiter
li
Menurunnya asetilkolin di otak
BBAB IIII
MMETODE PENELITIANN
A. Rancangan Penelitian
(case studies). Studi kasus ialah jenis kegiatan ilmiah yang dilaksanakan
secara intensif, berurutan dan mendalam terhadap peristiwa atau situasi dan
B. Subjek Penelitian
akan diteliti. Pastisipan dalam karya tulis ilmiah ini ialah dua pasien lansia
lii
dilakukan penelitian dengan memenuhi kriteria inklusii dan tidak memenuhi
kriteria eksklusi.
menggunakan MMSE
C. Fokus Studi
D. Definisi Operasional
liii
secara normal.
1. Lokasi penelitian
2. Waktu penelitian
demensia yang menggunakan terapi senam otak (brain gym) dan terapi
F. Pengumpulan Data
1. Wawancara
liv
Wawancara merupakan situasi sosial dimana dua oarang berbicara
satu sama lain tentang berbagai hal proses psikologis yang terlibat dalam
2. Observasi
yang lebih natural, lebih nyata dan lebih akurat. Lembar observasii yang
3. Kajian dokumentasi
dikumoulkan maupun dibuat sendiri oleh subjek atau ditulis oleh orang
G. Analisis Data
Analisis data ialah suatu proses mengolah data dari semua responden
atau sumber data lainnya menjadi informasi yang baru, mudah dimengerti dan
diperoleh dari tahap pengkajian hingga evaluasi yang berupa data subjektif
dan data objektif yang akan dibandingkan antara dua kasus tersebut, sehingga
lv
menghasilkan kesimpulan hasil analisis.
H. Etika Penelitian
pertimbangan yang cermat dan hati-hati atas hak dan perlindungan terhadap
tentang reponden kepada orang lain. Hal tersebut berarti bahwa tidak ada
resiko yang dapat terjadi, maka dari itu peneliti akan memberikan manfaat
lvi
yang baik bagi reponden tanpa menimbulkan dampak negatif yang tidak
diinginkan.
BAB IV
asuhan keperawatan keluarga pada Ny. C dan Ny. M dengan fokus studi hambatan
Asuhan keperawatan ini dilakukan pada 27 April 2023-7 Mei 2023, selama 8 kali
A. Hasil
2. Pengkajian
lvii
keluarga dyad family karena hanya tinggal berdua dengan istrinya yaitu
x/menit.
Keluhan kedua klien sama yaitu mudah lupa sejak beberapa tahun
terakhir, seperti pada Ny. C sejak 2 tahun yang lalu mudah lupa, bingung
dan sulit mengingat nama orang yang baru ditemui. Sedangkan pada Ny.
lviii
M sejak 1 tahun yang lalu mudah lupa terhadap hal yang baru saja
dilakukan seperti halnya menaruh barang dan mengulang cerita yang baru
dengan skor pemeriksaan MMSE 22 poin dan 23 poin, serta kedua klien
menganggap itu hal yang biasa terjadi pada usia tua; Kemampuan
sakit: Kedua keluarga belum tahu perawatan yang tepat untuk penyakit
dibuka, tetapi untuk kondisi lantai belum bersih dan kondisi rumah kurang
lix
Kemampuan menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan di
3. Diagnosis Keperawatan
utama keperawatan pada klien Ny. C dan Ny. M adalah hambatan memori.
lx
4. Intervensi
Keterangan :
1 : Tidak ada pengetahuan
2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak
5 : Pengetahuan sangat banyak
45
Keterangan :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten menunjukkan
Kemampuan Merawat Anggota Keluarga Stimulasi Kognisi (4720)
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 4 kali kunjungan 45 a. Konsultasikan dengan keluarga dalam rangka membangun
menit, diharapkan keluarga mampu melakukan perawatan dengan dasar kognisi klien
kriteria hasil: b. Stimulasi perkembangan klien dengan melibatkan
Kognisi (0900) aktivitas untuk meningkatkan pencapaian dan
pembelajaran dengan memenuhi kebutuhan klien
46
Keterangan :
1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten menunjukkan
Kemampuan menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan Panduan Sistem Pelayanan Kesehatan (7400)
Setelah dilakukan tidakan keperawatan selama 1 kali kunjungan 45 a. Bantu pasien dan keluarga untuk berkoordinasikan dan
menit, diharapkan keluarga mampu menggunakan mengkomunikasikan perawatan kesehatan
fasilitas/pelayanan kesehatan dengan kriteria hasil: b. Informasikan pasien mengenai sumber daya masyarakat
yang tepat di masyarakat
Pengetahuan: Sumber-Sumber Status Kesehatan (1806) c. Identifikasi dan fasilitasi komunikasi antara penyedia
Skala layanan kesehatan dengan pasien/keluarga dengan tepat
Indikator
Awal Tujuan d. Monitor kecukupan tindak lanjut dengan pasien dengan
Sumber perawatan kesehatan 2 4 tepat
terkemuka e. Anjurkan untuk memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan
Pentingnya perawatan tindak 2 4 ketika terdapat keluhan
lanjut
Rencana perawatan tindak lanjut 2 4
Sumber daya komunitas tersedia 2 4
Strategi untuk mengakses layanan 2 4
kesehatan
Keterangan :
1 : Tidak ada pengetahuan
2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak
5 : Pengetahuan sangat banyak
5. Implementasi
Ny. C dan Ny. M dilaksanakan pada tanggal 27 April 2023-7 Mei 2023
beberapa tahun yang lalu menjadi mudah lupa dan bingung dengan apa
yang baru saja klien ceritakan maupun lakukan dan juga klien sulit
mengingat nama orang yang baru saja ditemuinya. Klien terlihat bingung
saat menjawab pertanyaan, seperti saat ditanya nama mahasiswa dan klien
poin.
senam otak dengan keluarga dan klien dan melakukan kontrak selanjutnya.
Klien mengatakan masih mengingat apa itu senam otak dan senang saat
klien mengatakan mengetahui apa itu terapi kenangan dan klien tampak
kontrak selanjutnya.
dan siapa saja yang ada difoto tersebut, dan melakukan kontrak
mengingat apa itu terapi kenangan dan klien terlihat antusias saat
menceritakan foto-foto yang ada dialbum tersebut, serta klien dan keluarga
dan klien mengatakan sudah mencoba melakukan senam dan terapi setiap
selanjutnya.
maupun klien.
6. Evaluasi
Assesment Assesment
Masalah teratasi sebagian. Masalah teratasi sebagian.
Keterangan : Keterangan :
1 : Tidak ada pengetahuan 1 : Tidak ada pengetahuan
2 : Pengetahuan terbatas 2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang 3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak 4 : Pengetahuan banyak
5 : Pengetahuan sangat banyak 5 : Pengetahuan sangat banyak
Keterangan : Keterangan :
1 : Tidak pernah menunjukkan 1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan 3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan 4 : Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten menunjukkan 5 : Secara konsisten menunjukkan
Merawat anggota keluarga yang sakit Merawat anggota keluarga yang sakit
Kognisi (0900) Kognisi (0900)
Skala Skala
Indikator Indikator
Awal Tujuan Akhir Awal Tujuan Akhir
Komunikasi jelas sesuai usia 2 4 4 Komunikasi jelas sesuai usia 2 4 4
Perhatian 2 4 3 Perhatian 2 4 3
Orientasi kognisi 2 4 3 Orientasi kognisi 2 4 3
Memori baru 2 4 3 Memori baru 2 4 3
Memori lama 2 4 3 Memori lama 2 4 3
Pengambilan keputusan yang 2 4 3 Pengambilan keputusan yang 2 4 3
tepat tepat
Keterangan : Keterangan :
1 : Sangat terganggu 1 : Sangat terganggu
2 : Banyak terganggu 2 : Banyak terganggu
3 : Cukup terganggu 3 : Cukup terganggu
4 : Sedikit terganggu 4 : Sedikit terganggu
55
Keterangan : Keterangan :
1 : Tidak pernah menunjukkan 1 : Tidak pernah menunjukkan
2 : Jarang menunjukkan 2 : Jarang menunjukkan
3 : Kadang-kadang menunjukkan 3 : Kadang-kadang menunjukkan
4 : Sering menunjukkan 4 : Sering menunjukkan
5 : Secara konsisten menunjukkan 5 : Secara konsisten menunjukkan
Keterangan : Keterangan :
1 : Tidak ada pengetahuan 1 : Tidak ada pengetahuan
2 : Pengetahuan terbatas 2 : Pengetahuan terbatas
3 : Pengetahuan sedang 3 : Pengetahuan sedang
4 : Pengetahuan banyak 4 : Pengetahuan banyak
5 : Pengetahuan sangat banyak 5 : Pengetahuan sangat banyak
Planning Planning
Lakukan senam otak dan terapi kenangan secara rutin, libatkan Lakukan senam otak dan terapi kenangan secara rutin, libatkan
keluarga dan orang sekitar agar lebih bersemangat dan antusias. keluarga dan orang sekitar agar lebih bersemangat dan antusias.
57
B. Pembahasan
1. Pengkajian
didapatkan keluhan sejak 2 tahun yang lalu menjadi mudah lupa, bingung
dan sulit mengingat nama orang yang baru ditemui sehingga merasa tidak
keluhan sejak sejak 1 tahun yang lalu menjadi mudah lupa terhadap hal
yang baru saja dilakukan seperti lupa menaruh barang dan mengulang
hal ini dikarenakan pola hidup Ny. C seperti kurang beraktivitas fisik
aktivitas fisik seperti jalan setiap pagi disekitar rumah, tetapi Ny. M
dengan orang yang jarang melakukan aktivitas fisik. Selain itu menurut
kognitif.
dengan skor 22, sedangkan Ny. M dengan skor 23 dengan kedua klien
mengalami gangguan kognitif ringan. Hal ini dapat terjadi karena kedua
klien sudah berumur 73 tahun, sesuai dengan teori yang ada bahwa
2. Diagnosis Keperawatan
data sebagai berikut: tanda dan gejala yang dialami oleh Ny. C adalah
mudah lupa, bingung dan sulit mengingat nama orang yang baru ditemui.
Sedangkan pada Ny. M adalah mudah lupa terhadap hal yang baru saja
dilakukan seperti lupa menaruh barang dan mengulang cerita yang baru
diceritakan.
dialami Ny. C dan Ny. M tidak ada kesenjangan dengan penelitian yang
60
yang telah dilakukan, setidaknya ada 3 tanda dan gejala Ny. C dan Ny. M
yang sesuai dengan batas karakteristik yang ada pada diagnosis hambatan
3. Perencanaan
4. Implementasi
diagnosis hambatan memori yang terjadi pada Ny. C dan Ny. M dilakukan
pada tanggal 27 April 2023-7 Mei 2023 di rumah Ny. C dan Ny. M selama
keluarga dan klien agar dapat terbuka dalam proses asuhan keperawatan.
lansia normal jika yang didapatkan rentang skor antara 25-30, lansia yang
62
mendapatkan skor 10-21 artinya terjadi gangguan kognitif sedang dan jika
meningkatkan fungsi kognitif atau daya ingat lansia, karena aliran darah
dan oksigen semakin lancar ke otak dan senam otak juga dapat
menggunakan keseluruhan otak agar otak bekerja atau aktif (suka berpikir)
63
5. Evaluasi
C dan Ny. M pada tanggal 7 Mei 2023 menunjukkan respon dan hasil yang
berbeda dari kedua pasien dengan kriteria hasil masalah teratasi sebagian.
kenangan, Ny. C mampu mengingat nama orang yang baru ditemuinya dan
BAB V
A. Simpulan
kesimpulan agar pembaca dapat memahami isi dari karya ilmiah ini.
Klien 1 mudah lupa sejak 2 tahun yang lalu dan klien 2 mudah lupa sejak 1
tahun yang lalu, diihat dari hasil pemeriksaan MMSE yang telah dilakukan
5. Evaluasi menunjukkan respon dan hasil yang berbeda dari kedua pasien
perubahan keluhan pada klien jauh lebih baik dimana sudah cukup
memenuhi harapan serta kriteria hasil yang sudah ditentukan dapat cukup
poin. Namun dari hasil kedua klien membutuhkan dukungan dari keluarga
B. Saran
dan perawatannya.
Agustina, E., Wismasa, I. H., Nurfaizah, N., Maslinda, N., Kusniwaningsih, R. A.,
Andriyani, S., & Aini, V. N. (2022). Evidence Based Practice (EBP)
Pengaruh Reminiscence Therapy Terhadap Fungsi Kognitif Pada Lansia
Dengan Demensia Di Wisma Tulip Dan Flamboyan Di Upt Pstw
Bondowoso.
Akhmad, A., Sahmad, S., Hadi, I., & Rosyanti, L. (2019). Mild Cognitive
Impairment (MCI) pada Aspek Kognitif dan Tingkat Kemandirian Lansia
dengan Mini-Mental State Examination (MMSE). Health Information:
Jurnal Penelitian, 11(1), 48-58.
Alfatihah, A., Maysaroh, M. N., Ningsih, S., & Hidayati, L. (2019). Asupan
Protein dan Kejadian Demensia pada Lansia di Panti Jompo Aisyiyah,
Sumber, Surakarta. Prosiding Seminar Nasional Kesehatan Masyarakat
Universitas Muhammadiyah Surakarta 2019.
Aprilia, M., Wulandari, L. F. E., Wulandari, R. R., Alhayu, R. N., Dewi, T.,
Korina, Z., & Rosadi, S. A. (2022). Evidence Based Practice Penerapan
Senam Otak Terhadap Peningkatan Fungsi Kognitif pada Lansia dengan
Demensia di UPT PSTW Bondowoso.
Ayu, N. M. S., & Kurniaty, D. (2019). Analisis Domain Fungsi Kognitif Lansia
dengan Demensia Melalui Reminiscence Therapy Di Panti Werdha
Anugerah Tanjungpinang. Jurnal Keperawatan, 8(2), 847-856.
Azhari, AA., Suhariyanto, S., Ernawati, E., Juniartati, E., & Sulistyawati,
D. . (2022). Asuhan Keperawatan Lansia dengan Demensia: Studi
Kasus. Jurnal Keperawatan Cikini , 3 (2).
Lasmini, L., & Sunarno, R. D. (2022). Penerapan senam otak (brain gym)
terhadap peningkatan fungsi kognitif pada lansia dengan dimensia. Jurnal
Ilmu Keperawatan dan Kebidanan, 13(1), 205-214.
Nabila, BI, Kurniawan, WE, & Maryoto, M. (2022). Gambaran Tingkat Demensia
pada Lansia di Rojinhome Ikedaen Okinawa Jepang. Cerdika: Jurnal Ilmiah
Indonesia , 2 (8), 671-681.
Pillai, JA, Bena, J., Bonner-Jackson, A., & Leverenz, JB (2021). Dampak
genotipe APOE ε4 pada gejala kognitif awal berbeda untuk neuropatologi
tubuh Alzheimer dan Lewy. Penelitian & Terapi Alzheimer , 13 (1), 1-12.
Purwanza, S. W., Mufidah, A., Renggo, Y. R., Kom, S., Hudang, A. K., Setiawan,
J., ... & Rasinus, M. T. (2022). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan Kombinasi. Media Sains Indonesia.
Retnani, CT, Sahar, J., & Wiarsi, W. (2021). Terapi Reminiscence Meningkatkan
Kualitas Hidup Lansia. Jurnal Kesehatan , 10 (2), 88-96.
Rukmi, D. K., Dewi, S. U., Pertami, S. B., Agustina, A. N., Carolina, Y., Wasilah,
H., ... & Lubbna, S. (2022). Metodologi Proses Asuhan Keperawatan.
Yayasan Kita Menulis.
Sholehah, A. B., Fitri, A., Rahmah, D. A., Fitriani, N., Rahmah, S., Azhariyah,
W., & Pradana, A. A. Pengaruh Aktivitas Fisik pada Lansia dengan
Demensia: Telaah Literatur.
Sumarni, N., Rosidin, U., & Sumarna, U. (2019). Hubungan Demensia dan
Kualitas Hidup Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Guntur. Jurnal
Keperawatan BSI, 7(1).
LEMBAR BIMBINGAN
NIM : P1337420220014
Demensia
Jumlah 30 22
Keterangan :
20 – 24 : Demensia ringan
13 – 19 : Demensia sedang
0 – 12 : Demensia berat
Ny. C mendapat skor 22 yang artinya klien mengalami gangguan kognitif ringan.
Lampiran 4
Jumlah 30 22
Keterangan :
20 – 24 : Demensia ringan
13 – 19 : Demensia sedang
0 – 12 : Demensia berat
Ny. M mendapat skor 23 yang artinya klien mengalami gangguan kognitif ringan.
Lampiran 5
Waktu : 30 menit
A. Latar Belakang
Penuaan yang terjadi pada penduduk abad 21 merupakan hal yang tidak
dapat dihindari bagi semua negara di dunia. Lanjut usia (Lansia) ialah orang
yang berusia 60 tahun atau lebih. Lansia adalah seseorang yang lebih tua dari
orang dewasa dan mulai merasakan terjadinya penurunan fisik dan psikologis
secara perlahan-lahan (Abdillah & Oktaviani, 2018). Salah satu permasalahan
kesehatan yang paling lumrah terjadi pada lansia yaitu degenerasi fungsi
kognitif pada otak yang akan menyebabkan masalah degeneratif pada otak
yang disebut dengan demensia.
Maka perlu adanya tindakan yang tepat sebagai upaya pencegahan untuk
menghambat penurunan fungsi kognitif pada lansia. Upaya farmakologi seperti
memberikan obat-obatan untuk penurunan angka mortalitas maupun morbiditas
dan untuk upaya nonfarmakologi dapat dilakukan terapi senam otak (brain
gym) dan terapi kenangan (reminiscence) untuk menghambat kemunduran
kognitif pada lansia dengan demensia. Selain lansia sendiri, keluarga yang
memiliki lansia bahkan setiap orang hendaknya mengetahui bagaimana
perawatan pada demensia karena hal tersebut penting untuk dilakukan.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penyuluh pada Jumat,
28 April 2023 di Desa Sokaraja Kulon Rt 06/Rw 08, ditemukan seorang yang
menderita demensia pada keluarga Tn. A yaitu Ny. C yang mengatakan sejak 2
tahun yang lalu menjadi mudah lupa, bingung dan sulit mengingat nama orang
yang baru ditemui sehingga merasa tidak enak terhadap temannya. Hal tersebut
maka dilakukan penyuluhan dengan memilih topik penyuluhan mengenai
demensia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan demensia klien mendapatkan informasi
tentang demensia, sehingga klien mampu memahami tentang demensia dan
dapat memahami mengenai pentingnya menjaga kesehatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan selama 1 x 30 menit, klien dapat
menyebutkan dan mengerti tentang :
a. Pengertian demensia
b. Penyebab demensia
c. Jenis demensia
d. Tanda dan gejala demensia
e. Penanganan demensia
f. Cara pencegahan demensia
C. Materi (Terlampir)
1. Pengertian demensia
2. Penyebab demensia
3. Jenis demensia
4. Tanda dan gejala demensia
5. Penanganan demensia
6. Cara pencegahan demensia
D. Pelaksanaan Kegiatan
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyuluh, klien dan keluarga berada pada posisi yang sudah
direncanakan.
b. Tempat dan alat tersedia sesuai rencana.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
b. Klien dan keluarga dapat mengikuti acara atau kegiatan penyuluhan
sampai selese.
c. Klien dan keluarga berperan aktif selama kegiatan berjalan.
3. Evaluasi Hasil
a. Prosedur : Post test.
b. Jenis test : Pertanyaan secara lisan
c. Butir-butir pertanyaan
1) Apa yang dimaksud dengan demensia?
2) Apa penyebab terjadinya demensia?
3) Sebutkan jenis-jenis demensia?
4) Apa tanda dan gejala demensia?
5) Bagaimana penanganan demensia?
6) Bagaimana cara pencegahan demensia?
Lampiran 6
Waktu : 30 menit
A. Latar Belakang
Penuaan yang terjadi pada penduduk abad 21 merupakan hal yang tidak
dapat dihindari bagi semua negara di dunia. Lanjut usia (Lansia) ialah orang
yang berusia 60 tahun atau lebih. Lansia adalah seseorang yang lebih tua dari
orang dewasa dan mulai merasakan terjadinya penurunan fisik dan psikologis
secara perlahan-lahan (Abdillah & Oktaviani, 2018). Salah satu permasalahan
kesehatan yang paling lumrah terjadi pada lansia yaitu degenerasi fungsi
kognitif pada otak yang akan menyebabkan masalah degeneratif pada otak
yang disebut dengan demensia.
Maka perlu adanya tindakan yang tepat sebagai upaya pencegahan untuk
menghambat penurunan fungsi kognitif pada lansia. Upaya farmakologi seperti
memberikan obat-obatan untuk penurunan angka mortalitas maupun morbiditas
dan untuk upaya nonfarmakologi dapat dilakukan terapi senam otak (brain
gym) dan terapi kenangan (reminiscence) untuk menghambat kemunduran
kognitif pada lansia dengan demensia. Selain lansia sendiri, keluarga yang
memiliki lansia bahkan setiap orang hendaknya mengetahui bagaimana
perawatan pada demensia karena hal tersebut penting untuk dilakukan.
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan oleh penyuluh pada Jumat,
28 April 2023 di Desa Sokaraja Kulon Rt 02/Rw 05, ditemukan seorang yang
menderita demensia pada keluarga Ny. M yang mengatakan sejak 1 tahun yang
lalu menjadi mudah lupa terhadap hal yang baru saja dilakukan seperti lupa
menaruh barang dan mengulang cerita yang baru diceritakan. Hal tersebut
maka dilakukan penyuluhan dengan memilih topik penyuluhan mengenai
demensia.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan demensia klien mendapatkan informasi
tentang demensia, sehingga klien mampu memahami tentang demensia dan
dapat memahami mengenai pentingnya menjaga kesehatan keluarga.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan selama 1 x 30 menit, klien dapat
menyebutkan dan mengerti tentang :
a. Pengertian demensia
b. Penyebab demensia
c. Jenis demensia
d. Tanda dan gejala demensia
e. Penanganan demensia
f. Cara pencegahan demensia
C. Materi (Terlampir)
1. Pengertian demensia
2. Penyebab demensia
3. Jenis demensia
4. Tanda dan gejala demensia
5. Penanganan demensia
6. Cara pencegahan demensia
D. Pelaksanaan Kegiatan
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya jawab
F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
a. Penyuluh, klien dan keluarga berada pada posisi yang sudah
direncanakan.
b. Tempat dan alat tersedia sesuai rencana.
2. Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
b. Klien dan keluarga dapat mengikuti acara atau kegiatan penyuluhan
sampai selese.
c. Klien dan keluarga berperan aktif selama kegiatan berjalan.
3. Evaluasi Hasil
a. Prosedur : Post test.
b. Jenis test : Pertanyaan secara lisan
c. Butir-butir pertanyaan
1) Apa yang dimaksud dengan demensia?
2) Apa penyebab terjadinya demensia?
3) Sebutkan jenis-jenis demensia?
4) Apa tanda dan gejala demensia?
5) Bagaimana penanganan demensia?
6) Bagaimana cara pencegahan demensia?
Lampiran 7
A. Definisi Demensia
jernih.
pikun, tetapi tidak semua orang yang pikun (pelupa atau sering kali lupa)
B. Penyebab Demensia
faktor genetik atau keturunan, riwayat down syndrome atau idiot, hipertensi,
riwayat stroke, diabetes, merokok, penyakit jjantung, minuman alkohol, serta
C. Jenis Demensia
a. Demensia Alzheimer
kerusakan sel otak di area-area otak yang bertanggung jawab akan memori
tepat untuk benda sehari-hari, dan suasana hati yang cepat berubah.
b. Demensia Vaskularr
parah.
berfikir, halusinasi visual, sering melamun, sulit tidur di malam hari atau
Gejala pada penderita hal tersebut meliputi sulit bicara dan lupa
kata-kata umum, adanya perubahan perilaku seperti menjadi mudah
dari dalam diri saat berinteraksi dengan orang sekitar, sehingga muncul
e. Demensia Campuran
benar untuk sebuah kondisi sehingga terjadi pengulangan kata atau cerita
melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
d. Adanya perubahan perilaku kepribadian dan suasana hati seperti acuh tak
E. Penanganan Demensia
a. Terapi Farmakologi
reboxetine ataupun duloksetin yang dimulai dari dosis yang kecil dan
dinaikkan perlahan.
b. Terapi Nonfarmakologi
daging, telur dan susu, maka harus ada pengganti seperti suplemen vitamin
B12 agar tidak mudah menimbulkan demensia. Selain itu, vitamin C dan E
lainnya.
Lampiran 9
Waktu : 30 menit
A. Latar Belakang
Senam otak (brain gym) merupakan salah satu stimulasi langkah preventif
untuk mengoptimalkan dan merangsang fungsi otak. Senam otak dilakukan
dengan gerakan yang sederhana tetapi menyenangkan untuk meningkatkan
kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak agar otak bekerja
atau aktif (suka berpikir) akan lebih sehat secara keseluruhan dari orang yang
tidak atau jarang menggunakan otaknya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti senam otak, peserta dapat menerapkan senam
otak sebagai kegiatan olahraga rutin.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan, klien mampu :
a. Memahami konsep senam otak untuk lansia
b. Mengikuti senam otak dengan lancar sampai selesai
c. Mendemonstrasikan senam otak.
C. Materi (terlampir)
1. Pengertian senam otak
2. Manfaat senam otak
3. Macam-macam senam otak
D. Pelaksanaan Kegiatan
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Klien sudah diberitahu satu hari sebelumnya
- Media sudah disiapkan
- Materi sudah siap
- Satuan acara sudah disiapkan
- Klien hadir di tempat penyuluhan
- Penyelenggaraan di rumah peserta
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
(SAP, leaflet)
2. Evaluasi Proses
- Penyampaian materi jelas
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan dan mempraktekannya
- Klien mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab pertanyaan
secara benar
3. Hasil
- Klien mengerti penjelasan yang telah diberikan dengan cara diskusi
dan tanya jawab
- Klien mampu memahami tentang cara melakukan senam otak (brain
gym)
Lampiran 10
Waktu : 30 menit
A. Latar Belakang
Senam otak (brain gym) merupakan salah satu stimulasi langkah preventif
untuk mengoptimalkan dan merangsang fungsi otak. Senam otak dilakukan
dengan gerakan yang sederhana tetapi menyenangkan untuk meningkatkan
kemampuan belajar dengan menggunakan keseluruhan otak agar otak bekerja
atau aktif (suka berpikir) akan lebih sehat secara keseluruhan dari orang yang
tidak atau jarang menggunakan otaknya.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti senam otak, peserta dapat menerapkan senam
otak sebagai kegiatan olahraga rutin.
2. Tujuan Khusus
Setelah kegiatan penyuluhan, klien mampu :
a. Memahami konsep senam otak untuk lansia
b. Mengikuti senam otak dengan lancar sampai selesai
c. Mendemonstrasikan senam otak.
C. Materi (terlampir)
1. Pengertian senam otak
2. Manfaat senam otak
3. Macam-macam senam otak
D. Pelaksanaan Kegiatan
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Klien sudah diberitahu satu hari sebelumnya
- Media sudah disiapkan
- Materi sudah siap
- Satuan acara sudah disiapkan
- Klien hadir di tempat penyuluhan
- Penyelenggaraan di rumah klien
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
(SAP, leaflet)
2. Evaluasi Proses
- Penyampaian materi jelas
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan dan mempraktekannya
- Klien mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab pertanyaan
secara benar
3. Hasil
- Klien mengerti penjelasan yang telah diberikan dengan cara diskusi
dan tanya jawab
- Klien mampu memahami tentang cara melakukan senam otak (brain
gym)
Lampiran 11.
agar otak bekerja atau aktif (suka berpikir) akan lebih sehat secara
daya ingat yang beresiko terjadinya demensia. Kegiatan senam otak dapat
pikiran.
tangan yang lain memijat lekukan rusuk dada. Gerakan ini dilakukan
selama 30-60 detik, sambil melirik mata ke kanan dan ke kiri. Kemudian
b. Gerakan Silang
c. Tombol Bumi
Ujung salah satu tangan menyentuh bawah bibir, ujung jari lainnya
30 detik atau 4-6 kali tarikan nafas penuh. Meningkatkan koordinasi dan
d. Tombol Imbang
belakang telinga, dan satu tangan diatas pusar. Tahan selama 30-60 detik
e. Kait Relaks
Tumpangkan kaki kiri di atas kaki kanan, dan tangan kiri di atas
tangan kanan dengan posisi jempol ke bawah. Jemari kedua tangan saling
dada. Pejamkan mata dan saat menarik napas, lidah ditempelkan ke langit-
langit mulut dan lepaskan saat menghembuskan napas. Berikutnya, buka
silangan kaki, dan ujung-ujung jari tangan saling bersentuhan secara halus
f. Gerakan 8 Tidur
Fokuskan mata pada jari dan jaga leher tetap rileks. Gerakan ini dapat
Pejamkan kedua mata dan putar kepala dari satu sisi ke sisi lainnya.
Gerakan ini dapat dilakukan 3 kali atau lebih. Gerakan ini berfungsi untuk
Lampiran 12
3. Indikasi Dapat dilakukan oleh lansia atau orang yang terkena demensia
maupun tidak dan masih mampu melakukan senam.
5. Persiapan klien a. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi klien
memeriksa identitas klien secara cermat
b. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan klien jika bertanya dan
jawab jika ada pertanyaan.
c. Beri privasi kepada klien
8. Evaluasi Evaluasi :
a. Respon verbal klien
1. Klien dapat menyebutkan kembali pengertian senam
otak
2. Klien dapat menyebutkan kembali tujuan senam otak
b. Respon non verbal
1. Klien dapat melakukan ulang senam otak secara
mandiri
Indikator Post
a. Faktor resiko demensia dapat berkurang ditandai dengan
menurunnya kepikunan
9. Hal-hal yang perlu Usahakan lakukan senam otak 2-3 kali dalam sehari sekitar 10-
diperhatikan 15 menit.
Sub Pokok Bahasan : Mengenal definisi, tujuan, manfaat, dan hal yang perlu
Waktu : 45 menit
A. Latar Belakang
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Klien sudah diberitahu satu hari sebelumnya
- Media sudah disiapkan
- Materi sudah siap
- Satuan acara sudah disiapkan
- Klien hadir di tempat penyuluhan
- Penyelenggaraan di rumah klien
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
(SAP, leaflet)
2. Evaluasi Proses
- Penyampaian materi jelas
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan
- Klien mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab pertanyaan
secara benar
3. Hasil
- Klien mengerti penjelasan yang telah diberikan dengan cara diskusi
dan tanya jawab
- Klien mampu memahami tentang terapi kenangan
Lampiran 15
Sub Pokok Bahasan : Mengenal definisi, tujuan, manfaat, dan hal yang perlu
Waktu : 45 menit
A. Latar Belakang
E. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi
3. Tanya Jawab
F. Media
Leaflet
G. Evaluasi
1. Evaluasi Struktur
- Klien sudah diberitahu satu hari sebelumnya
- Media sudah disiapkan
- Materi sudah siap
- Satuan acara sudah disiapkan
- Klien hadir di tempat penyuluhan
- Penyelenggaraan di rumah klien
- Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan sebelumnya
(SAP, leaflet)
2. Evaluasi Proses
- Penyampaian materi jelas
- Klien antusias terhadap materi penyuluhan
- Klien mengajukan pertanyaan dan mahasiswa menjawab pertanyaan
secara benar
3. Hasil
- Klien mengerti penjelasan yang telah diberikan dengan cara diskusi
dan tanya jawab
- Klien mampu memahami tentang terapi kenangan
Lampiran 16
stimulus seperti benda yang berhubungan dengan masa lalu klien. Selain
dilakukan untuk demensia, terapi kenangan juga dapat diberikan pada lansia
5. Meningkatkan sosialisasi
dapat melanjutkan hidup dalam kondisi individu yang masih berdaya dan
1. Secara visual; foto, lukisan yang mengingatkan kejadian masa lalu yang
menyenangkan.
makanan.
yang menyenangkan.
Lampiran 17
3. Indikasi Dapat dilakukan oleh lansia atau orang yang terkena demensia
maupun tidak.
5. Persiapan klien a. Berikan salam, perkenalkan diri anda dan identifikasi klien
memeriksa identitas kliem secara cermat
b. Jelaskan tentang prosedur tindakan yang akan
dilakukan, berikan kesempatan klien jika bertanya dan
jawab jika ada pertanyaan
c. Beri privasi kepada klien
6. Persiapan alat Benda-benda yang masih dimiliki klien yang berkaitan dengan
masa lalu seperti: foto, permainan, CD, majalah, buku atau
koleksi lainnya.
8. Evaluasi Evaluasi :
a. Respon verbal klien
1. Klien dapat menyebutkan kembali pengertian terapi
kenangan
2. Klien dapat menyebutkan kembali tujuan terapi
kenangan
b. Respon non verbal
1. Klien dapat mengingat apa yang biasa sebelumnya
lakukan secara mandiri
Indikator Post
a. Faktor resiko demensia dapat berkurang ditandai dengan
menurunnya kepikunan
9. Hal-hal yang perlu Usahakan lakukan senam otak 1-22 kali dalam seminggu sekitar
diperhatikan 30-60 menit.
Jumlah 30 25
Keterangan :
13 – 19 : Demensia sedang
0 – 12 : Demensia berat
Ny. C mendapat skor 25 yang artinya klien tidak mengalami gangguan kognitif.
Lampiran 20
Jumlah 30 25
Keterangan :
20 – 24 : Demensia ringan
13 – 19 : Demensia sedang
0 – 12 : Demensia berat
Ny. M mendapat skor 25 yang artinya klien tidak mengalami gangguan kognitif ringan.
Lampiran 23
Klien 1
Klien 2
Lampiran 25
A. Data Diri
NIM : P1337420220014
Telepon : 082313065776
Email : vidizahra49@gmail.com
B. Riwayat Pendidikan
1. SD Negeri 1 Sokaraja Kulon
C. Riwayat Organisasi