Pejalan Kaki
Pejalan Kaki
ABSTRAK
Keberadaan jalur pejalan kaki sebagai kelengkapan prasarana sebuah kota memang sangat
dibutuhkan, sehingga fungsi utamanya sebagai jalur pergerakan yang nyaman dan aman bagi
pejalan kaki dapat terpenuhi. Namun dalam kenyataannya, masih banyak jalur pejalan kaki di kota
Banda Aceh yang tidak berfungsi secara optimal untuk pejalan kaki, misalnya jalur pejalan kaki
beralih fungsi menjadi jalur sepeda motor, tempat pedagang kaki lima berjualan, ataupun menjadi
tempat parkir sepeda motor dan becak. Selain itu, masih terdapat jalur pejalan kaki yang
rancangannya kurang nyaman bagi pejalan kaki, misalnya terdapat pohon besar di jalur pejalan kaki
sehingga menghalangi pergerakan pejalan kaki. Permasalahan tersebut mengakibatkan terganggunya
pejalan kaki yang menggunakan jalur pejalan kaki, baik dari segi keamanan dan kenyamanan. Studi
ini mengkaji beberapa permasalahan pada jalur pejalan kaki yang ada di Kawasan Kampus
Universitas Syiah Kuala Kota Banda Aceh.
Kata kunci : pedestrian, jalur pejalan kaki, kampus Universitas Syiah Kuala.
PENDAHULUAN
Dalam perencanaan ruang kota di era modern saat ini, keberadaan jalur pejalan
kaki (pedestrian ways) merupakan elemen yang sangat penting. Selain karena
memberikan ruang yang khusus bagi pejalan kaki, jalur pejalan kaki juga
memberikan keamanan dan kenyamanan bagi pejalan kaki yang melintasi jalur
tersebut. Selain itu dengan adanya jalur pejalan kaki maka jalur tersebut juga
berperan sebagai tempat terjadinya interaksi sosial antar anggota masyarakat. Oleh
kerena itu, ruang pejalan kaki sangat berperan dalam menciptakan lingkungan kota
yang baik.
Namun dalam realita terkadang dalam suatu perancangan kawasan kota, jalur
pejalan kaki tersebut tidak berhasil dirancang untuk memberikan kenyamanan bagi
para penggunanya. Contohnya, jalur pejalan kaki yang ada di jalan T. Nyak Arief di
Kawasan Kampus Universitas Syiah Kuala, yang dipenuhi oleh pedagang kaki lima
sehingga jalur pejalan kaki tidak berfungsi sebagaimana semestinya. Padahal jalur
pejalan kaki memiliki fungsi utama untuk mewadahi segala aktivitas pejalan kaki.
Untuk itu dalam perancangannya faktor elemen pendukung yang dapat
mempengaruhi kenyamanan jalur pejalan kaki harus direncanakan dengan baik,
misalnya: keadaan fisik, tempat duduk, vegetasi atau pohon peneduh, lampu
penerangan, petunjuk arah dan yang lain sebagainya.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Pedestrian
Kata pedestrian berasal dari bahasa latin, yaitu pedestres, yang berarti orang
yang berjalan kaki (Dharmawan, 2004). Jalur pedestrian pertama kali dikenal pada
tahun 6000 SM di Khirokitia, Cyprus, dimana jalan terbuat dari batu gamping lalu
permukaannya di tinggikan dari tanah dan pada interval tertentu dibuat ramp untuk
menuju ke kelompok hunian pada kedua sisi- sisinya (Kostof, 1992). Sedangkan jalur
pedestrian atau yang lebih dikenal dengan istilah trotoar berasal dari bahasa
Perancis, Trotoire, yang berarti jalan kecil selebar 1,5 – 2 meter, memanjang
sepanjang jalan umum, jalan besar atau jalan raya.
Menurut pendapat Kevin Lynch tentang elemen-elemen pembentuk kota, jalur
pedestrian atau jalur pejalan kaki ini termasuk dalam salah satu bentuk elemen yaitu
Path, yang dapat dijadikan pembatas dari satu wilayah/distrik/blok. Keberadaan jalur
pedestrian tidak hanya sekedar sebagai pemberi kesan pada sebuah kota, dimana jika
jalan-jalan dan jalur pedestriannya mengesankan maka kota tersebut juga akan
menyenangkan. Namun juga harus diingat fungsi utamanya yaitu sebagai wadah bagi
pejalan kaki untuk dapat bergerak dan berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya
dengan aman dan nyaman, tanpa rasa takut baik terhadap sesama pengguna jalur
tersebut maupun terhadap kendaraan (pedestrian security and pedestrian safety).
hobi sebagian masyarakatnya. Hal ini karena pedestrian disana dilandasi oleh hal- hal
yang positif, antara lain:
Pedestrian dapat menumbuhkan aktivitas yang sehat, sehingga mengurangi
kerawanan kriminalitas.
Pedestrian dapat menghadirkan suasana lingkungan yang spesifik, unik dan
dinamis di kawasan kota.
Pedestrian merupakan daerah yang menarik untuk berbagai kegiatan sosial,
seperti bernostalgia, pertemuan mendadak, berekreasi, bertegur sapa, dan
sebagainya.
Pedestrian berfungsi sebagai penurun tingkat pencemaran udara dan polusi
suara, karena berkurangnya kendaraan bermotor yang lewat dan vegetasi
yang tumbuh dengan baik.
Pedestrian dapat berkembang menjadi kawasan bisnis yang menarik, juga
sebagai tempat kegiatan promosi, pameran, periklanan, kampanye, dan
sebagainya.
Jalur pedestrian tidak hanya sekedar sebagai salah satu ruang sirkulasi dan
transportasi, akan tetapi juga mempunyai fungsi sebagai ruang interaksi antara
manusia dengan sistem moda transportasi kendaraan, serta semua aktivitas di jalur
pedestrian.
STUDI KASUS
1. Jalur Pedestrian di Tokyo, Jepang
Jepang merupakan salah satu negara dengan jumlah wisatawan yang tinggi.
Salah satu hal yang membuat wisatawan merasa nyaman saat berada di Jepang
adalah kawasan pedestriannya yang bersih. Selain itu, kendaraan-kendaraan seperti
mobil, bus dan sepeda motor akan mengalah pada siapa saja yang sedang
menyabrang jalan. Saat lampu merah, kendaraan-kendaraan tersebut berhenti tepat di
belakang garis penyebrangan memberikan ruang kepada pejalan kaki yang
menyebrang.
Jalur pedestrian di Jepang bukan hanya untuk pejalan kaki, tetapi juga untuk
pengguna sepeda yang juga akan mengalah kepada pejalan kaki. Pengguna sepeda
enggan membunyikan bel sepeda, jika sudah terlalu ramai barulah mereka
membunyikan bel sepedanya.
Jalur pedestrian di Jepang dirancang untuk membuat pejalan kaki merasa aman dan
nyaman, pejalan kaki di Jepang seperti mendapat perlakuan khusus. Namun, pejalan
kaki juga harus mematuhi peraturan yang berlaku seperti tidak menyeberang jalan
saat lampu lalu lintas berwarna hijau dan menyeberang jalan juga harus di pedestrian
crossing.
pengguna publik yang melewati jalur pedestrian tersebut dan sekaligus memenuhi
kebutuhan akan ruang terbuka publik bagi area kampus. Pengguna umum atau
pejalan kaki yang disinyalir bukan sebagai pengguna dalam area kampus seperti
mahasiswa, dosen dan karyawan juga dapat menikmati nyamannya area pedestrian di
area kampus SOTA tersebut.
akan diselenggarakan oleh SOTA dengan membagikan brosur kepada para pejalan
kaki yang melewati area tersebut.
3. Jalur Pedestrian di Bandung
Selama hampir empat tahun memimpin Kota Bandung, sebagai Walikota
Bandung Ridwan Kamil, sedikitnya telah menata 26 titik trotoar untuk memenuhi
hak pejalan kaki warga kota, dimana revitalisasi trotoar menjadi salah satu fokus
perhatiannya. Adapun salah satu perbaikan trotoar yang dianggap paling baik ada di
Jalan Ir. H. Djuanda (Dago), jalan itu disebut mirip area pedestrian yang ada di
Barcelona.
Dengan trotoar bermaterial granit dan beton pola berpadu padan dengan
rindangnya pepohonan besar membuat nuansa julukan 'Kota Kembang' kembali
hinggap. Kursi serta lampu jalan bertema klasik juga membuat masyarakat betah
untuk berjalan-jalan menikmati Kota Bandung. Adapun tujuan utama dari revitalisasi
jalur pedestrian atau trotoar ini adalah untuk meningkatkan minat masyarakat untuk
berjalan kaki agar mengurangi kemacetan dan polusi udara akibat asap dari
kendaraan bermotor.
semestinya akibat terjadi perubahan fungsi jalur pejalan kaki seperti jalur pejalan
kaki yang dipenuhi oleh pedagang kaki lima.
Jalur pedestrian pada lokasi di sekitar gedung AAC Dayan Dawood sudah
layak, ukurannya cukup lebar dilengkapi dengan lampu jalan dan signage. Namun
kekurangan tidak terdapat tempat sampah, vegetasi kurang memadai dan terkadang
dialihfungsikan sebagai tempat berjualan.
Jalur pedestrian pada lokasi sekitar Lapangan Tugu kurang tinggi sehingga
kendaraan roda dua dapat melintas di atasnya. Sebagian area ini fungsinya juga telah
berubah menjadi tempat berjualan sehingga menyulitkan pejalan kaki untuk melintas.
Begitupula dengan banyaknya pedagang yang berjualan di jalur pedestrian tersebut,
membuat lingkungannya menjadi kumuh dan kotor.
Jalur pedestrian di lokasi sekitar gerbang Kopelma tidak sesuai fungsinya,
sebagian jalur dijadikan sebagai tempat berjualan dan tempat parkir. Kondisi jalur
pedestrian ada yang rusak dan tidak terawat. Pada jalur ini tidak terdapat tempat
sampah.
KESIMPULAN
Hasil dari peninjauan terhadap jalur pedestrian yang ada di lingkungan kampus
Universitas Syiah Kuala menunjukkan bahwa jalur pedestrian di lingkungan kampus
belum memenuhi syarat-syarat jalur pedestrian yang baik bagi pejalan kaki. Jalur
pedestrian atau pedestrian ways belum optimal berfungsi untuk pejalan kaki bergerak
dari satu tempat ke tempat lainnya sambil menikmati suasana lingkungan secara
nyaman.
Meskipun secara teoritis jalur pedestrian di kampus dapat berfungsi sebagai
tidak hanya sebagai tempat bergeraknya manusia atau menampung sebagian kegiatan
sirkulasi manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun juga merupakan
ruang (space) tempat beraktivitasnya manusia itu sendiri, seperti kegiatan jual-beli,
media interaksi sosial, pedoman visual ataupun ciri khas suatu lingkungan kawasan.
Untuk itu jalur pedestrian di lingkungan kampus sebaiknya dilakukan peningkatan
mutu sehingga pedestrian menjadi elemen yang dibutuhkan dan menyenangkan bagi
pejalan kaki, khususnya mahasiswa.
DAFTAR PUSTAKA
Lynch, K (1960). The Image of the City. Cambridge. Penerbit MIT Press,
Massachusetts.
Mauliani, Lily. Fungsi dan Peran Pedestrian oleh Pejalan Kaki. Jurnal Jurusan
Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Mauliani, Lily dkk. Kajian Jalur Pedestrian sebagai Ruang Terbuka pada Area
Kampus. Jurusan Arsitektur Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Shirvani, Hamid. (1985). The Urban Design Process. New York. Van Nostrand
Reinhold Company.
https://travel.detik.com/international-destination/d-2931075/andai-jalan-kaki-di-
indonesia-senyaman-di-jepang Diakses pada 4 Desember 2017.
http://okeline.com/berita-1725-26-lokasi-trotoar-kota-bandung-bisa-dinikmati-
warga.html Diakses pada 4 Desember 2017.
.