Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ PERKEMBANGAN KOGNISI DAN INTERVENSI


ANAK BERKESULITAN BELAJAR”

DOSEN PENGAMPU :

Dra. Zulmiyetri,
M.Pd Gaby Arnez,
M.Pd

DISUSUN OLEH :

Nurul Hanifah Aziz


21003222

PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
203
ii
1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Perkembangan Kognisi

Istilah cognitive berasal dari kata cognition yang padananya


knowing, berarti mengetahui. Dalam arti yang luas, cognition ialah
perolehan, penataan dan penggunaan pengetahuan (Neiser dalam Jahja,
2013:56). Selanjutnya kognitif juga dapat diartikan dengan kemampuan
belajar atau berfikir atau kecerdasan yaitu kemampuan untuk mempelajari
keterampilan dan konsep baru, keterampilan untuk memahami apa yang
terjadi di lingkungannya, serta keterampilan menggunakan daya ingat dan
menyelesaikan soal-soal sederhana (Pudjiati & Masykouri, 2011:6).
Kognisi adalah suatu kegiatan atau proses memperoleh
pengetahuan (termasuk kesadaran, perasaan, dan sebagainya) atau usaha
mengenali sesuatu melalui pengalaman sendiri. Proses kognisi
berhubungan dengan tingkat kecerdasan (inteligensi) yang mencirikan
seseorang dengan berbagai minat terutama sekali ditujukan kepada ide-ide
dan belajar.
Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam
berpikir dan kemampuan untuk memberikan alasan. Secara umum,
pengertian dari perkembangan kognitif adalah perubahan dalam
pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Proses perkembangan kognitif
membuat anak mampu mengingat, membayangkan bagaimana cara
memecahkan soal, menyusun strategi kreatif atau menghubungkan kalimat
menjadi pembicaraan yang bermakna (meaningfull).
Perkembangan kognitif merupakan pertumbuhan berfikir logis dari
dari masa bayi hingga dewasa, Menurut Piaget perkembangan kognitif
berdasarkan umur ada empat tahap yaitu :
a. Tahap Sensorimotor (0-2 tahun)

Pada periode ini anak belajar melalui indra dan gerak serta
berinteraksi dengan lingkungan fisik. Melalui bergerak, meraba,
memukul, menggigit dan memanipulasi objek-objek secara fisik, anak
belajar mengenai sifat ruang, waktu, lokasi, ketetapan, dan sebab
2
akibat.

3
b. Tahap Praoperasional (4-7 tahun)

Pada tingkat ini, anak telah menunjukkan aktivitas kognitif dalam


menghadapi berbagai hal diluar dirinya. Aktivitas berfikirnya belum
mempunyai sistem yang teroganisasikan. Anak sudah dapat memahami
realitas di lingkungan dengan menggunakan tanda –tanda dan simbol.
c. Tahap Konkret Operasional (7-11 tahun)

Pada tahapan ini yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada
benda-benda konkret yang dapat dilihat dan diraba. Benda-benda yang
tidak jelas, yang tidak tampak dalam kenyataan, masih sulit dipikirkan
oleh anak.
d. Tahap Formal Operasional (11 tahun atau lebih)

Pada tahapan ini anak memperlihatkan adanya suatu masa transisi


utama dalam proses berpikir. Pada tahapan ini anak telah mampu
berpikir abstrak, menggunakan berbagai teori, dan menggunakan
berbagai hubungan logis tanpa menunjukkan hal-hal yang
konkret.tahapan ini merupakan landasan yang memungkinkan anak
melakukan pemecahan masalah.

B. Analisis Hasil Asesmen Perkembangan


a. Pengertian
Analisis hasil asesmen perkembangan adalah proses evaluasi dan
penafsiran data yang diperoleh dari berbagai jenis penilaian untuk
memahami kemajuan perkembangan seseorang, terutama anak-anak,
dalam berbagai aspek perkembangan seperti fisik, sosial, emosional,
kognitif, dan bahasa. Tujuannya adalah untuk mendapatkan wawasan
yang lebih mendalam tentang perkembangan individu,
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perkembangannya, serta
menentukan langkah- langkah intervensi atau dukungan yang mungkin
diperlukan.
Analisis data-data yang diperoleh selama proses asesmen seperti
hasil tes, observasi, catatan perkembangan, serta masukan dari

4
berbagai sumber seperti orangtua, guru, dan terapis, akan dievaluasi
secara sistematis. Hasil analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi
di mana

5
individu tersebut telah mencapai atau tertinggal dari standar
perkembangan yang berlaku untuk usia atau tahap perkembangan
mereka. Selain itu, analisis ini juga membantu dalam merancang
rencana intervensi yang sesuai untuk mendukung perkembangan
optimal individu tersebut, baik itu melalui program pendidikan khusus,
terapi, atau dukungan lainnya. Analisis hasil asesmen perkembangan
merupakan langkah penting dalam membantu individu mencapai
potensi perkembangannya yang penuh dan dalam merencanakan
tindakan yang tepat untuk mendukung perkembangan anak-anak atau
individu yang mengalami kesulitan dalam perkembangannya.

b. Langkah-Langkah
Adapun langkah-langkah dalam menganalisis hasil asesmen sebagai
berikut :
1. Analisis hasil asesmen perkembangan dimulai dengan
pengumpulan data asesmen yang relevan dan identifikasi tujuan
asesmen.
2. Data ini kemudian diorganisasi secara terstruktur, diperiksa
kualitasnya, dan dibandingkan dengan standar perkembangan
yang sesuai.
3. Dalam analisis, ditemukan kekuatan dan kelemahan individu,
serta identifikasi masalah atau tantangan yang mungkin
muncul.
4. Selanjutnya hasil tes atau pertanyaan khusus diperiksa secara
mendalam. Jika diperlukan, konsultasi dengan profesional
dapat dilakukan.
5. Hasil analisis kemudian dijelaskan dalam laporan yang jelas,
dilengkapi dengan rencana tindakan yang sesuai. Pemantauan
dan evaluasi berkelanjutan diperlukan untuk memastikan
efektivitas tindakan yang diambil.

6
C. Interpretasi Hasil Asesmen

Interpretasi hasil analisis mengacu pada proses memahami dan


memberikan makna pada data yang diperoleh dari berbagai jenis asesmen
atau penilaian. Melibatkan penafsiran data dengan tujuan untuk
mengidentifikasi pola, tren, atau informasi yang relevan dari data tersebut.
Interpretasi hasil analisis sangat penting dalam berbagai konteks, termasuk
ilmu pengetahuan, bisnis, pendidikan, dan bidang lainnya.
Dalam konteks asesmen perkembangan, interpretasi hasil analisis
bertujuan untuk memahami kemajuan perkembangan individu,
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, serta menentukan langkah-
langkah intervensi atau dukungan yang mungkin diperlukan. Ini
melibatkan pembandingan data hasil asesmen dengan norma atau standar
yang relevan, pemahaman konteks individu, dan penentuan implikasi dari
hasil tersebut terhadap keputusan atau tindakan selanjutnya. Jadi, secara
singkat, interpretasi hasil analisis adalah proses memahami dan
mengambil kesimpulan dari data asesmen untuk menginformasikan
pengambilan keputusan atau tindakan selanjutnya. Berikut contoh
interpretasi hasil asesmen :
1. Analisis Hasil Asesmen Perkembangan Anak Prasekolah
Setelah analisis hasil asesmen, guru prasekolah
mengadakan
pertemuan dengan orangtua anak-anak dan menjelaskan
temuan- temuan hasil asesmen. Dia mengkomunikasikan
bahwa sebagian besar anak telah menunjukkan kemajuan yang
baik dalam kemampuan bahasa mereka, tetapi ada
kekhawatiran tentang keterlambatan dalam perkembangan
motorik kasar beberapa anak. Orangtua dan guru bekerja sama
dalam mengidentifikasi cara untuk mendukung perkembangan
motorik kasar anak-anak tersebut, termasuk mengintegrasikan
lebih banyak kegiatan fisik dalam kegiatan sehari-hari di kelas
dan memberikan permainan yang merangsang motorik kasar di
rumah. Dengan interpretasi hasil asesmen ini, guru dan
orangtua dapat berkolaborasi dalam mendukung perkembangan

7
holistik anak-anak tersebut.

8
D. Intervensi Gangguan Kognisi

Intervensi adalah tindakan atau campur tangan yang direncanakan dan


dilakukan untuk mengubah, memperbaiki, atau mengatasi suatu kondisi,
situasi, atau masalahtertentu. Intervensi dapat dilakukan dalam berbagai
konteks, termasuk dalam bidang kesehatan, pendidikan, sosial, psikologi,
dan banyak bidang lainnya.
Intervensi gangguan kognisi adalah tindakan atau campur tangan yang
dilakukan untuk meningkatkan fungsi kognitif seseorang yang mengalami
penurunan fungsi kognitif.
Gangguan perkembangan kognitif adalah salah satu bentuk kesulitan
belajar yang bersifat perkembangan (Devopmental Learning) atau
kesulitan belajar preakademik (Preacademic Learning Disabilities).
Kesulitann belajar jenis ini perlu mendapat perhatian karena sebagian
besar dari belajar akademik terkait dengan ranah kognitif.
Berikut adalah bentuk intervensi yang dapat dilakukan dalam
mengatasi gangguan kognisi diantaranya :
1. Intervensi Langsung

a. Bimbingan individual, Bimbingan individual/perorangan, yaitu


bimbingan yang memungkinkan peserta didik mendapatkan
pelayanan langsung tatap muka (secara perorangan) dengan guru
pembimbing dalam rangka pembahasan dan pengentasan
permasalahan kesulitan belajar yang dideritanya. Adapun langkah-
langkah bimbingan individual sebagai berikut :
1) Langkah Analisis adalah langkah memahami permasalahan
belajar peserta didik, yaitu penghimpunan data tentang
peserta didik yang berkenaan dengan lokasi kesulitan belajar,
faktor penyebab kesulitan belajar, serta disposisi personal
peserta didik dalam hal ini adalah gaya belajar agar guru
dapat meramalkaan strategi penanganannya.
2) Langkah Sintesis adalah langkah yang menghubungkan dan
merangkum data. Ini berarti, guru mengorganisasikan dan

9
merangkum data sehingga tampak dengan jelas gejala-gejala
atau keluhan-keluhan peserta didik.
3) Langkah Diagnosis adalah langkah menemukan atau
mengidentifikasi masalah. Langkah ini mencakup proses
interpretasi data dalam kaitannya dengan gejala-gejala
masalah, kekuatan dan kelemahan peserta didik. Dalam
proses penafsiran data dalam hubungannya dengan perkiraan
penyebab masalah, guru harus menentukan penyebab
masalah yang paling mendekati kebenaran atau
menghubungkan sebab akibat yang paling logis dan rasional.
4) Langkah Pragnosis yaitu langkah mengenai alternatif bantuan
yang dapat atau mungkin diberikan kepada peserta didik
sesuai dengan masalah yang dihadapi sebagaimana
ditemukan dalam langkah diagnosis.
5) Langkah Bimbingan adalah pemeliharaan yang berupa inti
dari pelaksanaan bimbingan yang meliputi berbagai bentuk
usaha, diantaranya menciptakan hubungan baik/kedekatan
(rapport) antara guru dengan peserta didik, menafsirkan data,
memberikan berbagai informasi, serta merencanakan
berbagai bentuk kegiatan bersama peserta didik.
6) Tindak lanjut adalah langkah membantu peserta didik
melakukan program kegiatan yang dikehendaki atau
membantu peserta didik kembali memecahkan masalah-
masalah baru yang berkaitan dengan masalahanya semula.

2. Intervensi Melalui Penggunaan Strategi pembelajaran

Perbedaan gaya belajar peserta didik dapat diakomodasi


dengan penggunaan strategi pembelajaran yang disesuaikan
dengan aspek gaya belajar. Para pakar dibidang gaya belajar
telah merumuskan rambu-rambu strategi pembelajaran yang
dapat penulis simpulkan antara lain:
a. Strategi belajar peserta didik visual

10
Dengan memberikan dorongan peserta didik visual
membuat banyak simbol dan gambar dalam catatan
mereka. Karena para peserta didik visual belajar saat
mereka mulai dengan gambaran keseluruhan,
melakukan tinjauan umum mengenai bahan pelajaran.
Membaca bahan secara sekilas, misalnya memberikan
gambaran umum mengenai bahan bacaan sebelum
mereka terjun ke dalam perinciannya.

b. Strategi belajar peserta didik auditori

Para peserta didik auditori lebih suka merekam pada


kaset daripada mencatat, karena mereka suka
mendengarkan informasi secara berulang-ulang. Mereka
menyimak, hanya saja mereka suka mendengarkannya
lagi. Jika guru melihat mereka kesulitan pada suatu
konsep, guru bisa membantu mereka dengan
mengupayakan mereka berbicara dengan diri mereka
sendiri untuk memahaminya. Guru dapat membuat
cerita yang panjang yang mudah diingat oleh peserta
didik auditori dengan menggubahnya menjadi lagu,
dengan melodi yang sudah dikenal baik. Ada peserta
didik auditori yang suka mendengarkan musik saat
belajar, ada yang menganggapnya sebagai gangguan.

c. Strategi belajar peserta didik kinestetik

Peserta didik dengan kinestetik suka belajar dengan


bergerak, paling baik menghafal informasi dengan
mengasosiasikan gerakan dengan setiap fakta. Guru
dapat menunjukkan cara kepada mereka. Peserta didik
kinestetik lebih suka menjauhkan diri dari bangku dan
lebih suka duduk santai dan menyebarkan bahan
pelajaran di sekelilingnya

11
3. Intervensi Melalui Pelibatan Orang Tua
Orang tua merupakan bagian yang paling mengambil
peranan besar dalam perkembangan anak khususnya peserta
didik sekolah dasar. Interaksi terbesar seorang anak adalah
dengan orang tuanya, sehingga pelibatan orang tua dalam
mengatasi segala hambatan pembelajaran menjadi langkah
strategis yang dapat dilakukan. langkah-langkah kegiatan
pelibatan orang tua dalam proses belajar peserta didik baik di
sekolah maupun di rumah diantaranya:
a. Kunjungan rumah, yaitu kegiatan untuk memperoleh
data, keterangan, kemudahan, dan komitmen bagi
terlaksananya peserta didik melalui kunjungan ke
rumahnya.
b. Mengenali gaya belajar Anak, Gaya belajar anak ini
bisa pula menjadi salah satu faktor pemicu prestasi
anak. Sebab tidak semua anak memiliki minat dan bakat
terhadap seluruh pelajaran di sekolah. Misalnya, ada
anak yang memiliki minat bakat IPA, tapi ada juga yang
mengalami kesulitan. Cara untuk memudahkan
menangkap pelajaran dan juga mengasah minatnya
salah satunya dengan belajar sesuai dengan gaya belajar
anak. Secara umum, gaya belajar yang dikenal ada 3
macam:
1. Visual : Menggunakan ketajaman visual dalam
proses belajar, misalnya melalui slide, kartu,
gambar, film, tulisan, melihat mimik wajah guru,
mind mapping.
2. Auditory : Mengandalkan pendengaran dalam
belajar, yaitu dengan cara mendengarkan
penjelasan orang lain, belajar dengan suara yang
agak keras agar ia bisa mendengarkan suaranya
sendiri, menggunakan tape recorder, diskusi.
3. Kinestetik : Dalam belajar perlu banyak bergerak,

12
bekerja, dengan menyentuh.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Perkembangan kognitif mengacu pada perkembangan anak dalam
berpikir dan kemampuan untuk memberikan alasan. Secara umum,
pengertian dari perkembangan kognitif adalah perubahan dalam
pemikiran, kecerdasan, dan bahasa anak. Menurut Piaget perkembangan
kognitif berdasarkan umur ada empat tahap yaitu; 1)Tahap Sensorimotor
(0-2 tahun), 2)Tahap Praoperasional (4-7 tahun), 3)Tahap Konkret
Operasional (7-11 tahun), 4)Tahap Formal Operasional (11 tahun atau
lebih).
Analisis hasil asesmen perkembangan merupakan proses evaluasi
dan penafsiran data yang diperoleh dari berbagai jenis penilaian untuk
memahami kemajuan perkembangan seseorang. Interpretasi hasil analisis
mengacu pada proses memahami dan memberikan makna pada data yang
diperoleh dari berbagai jenis asesmen/penilaian. Selanjutnya ada intervensi
gangguan kognisi yang merupakan tindakan atau campur tangan yang
dilakukan untuk meningkatkan fungsi kognitif seseorang yang mengalami
penurunan fungsi kognitif.

B. Saran
Kami merasa bahwa makalah yang kami kerjakan masih memiliki
banyak kekurangan, karena kurangnya referensi dan pengetahuan pada
saat pembuatan makalah ini, kami sebagai penulis tentunya mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari para pembaca agar kami dapat
belajar dari kesalahan yang kami lakukan dan Insya Allah dalam proses
pmbuatan makalah selanjutnya bisa lebih baik lagi.
Demikian makalah ini kami buat untuk menambah pengetahuan
dan informasi yang benar guna mendapatkan apresiasi yang bisa
digunakan untuk perbaikan demi kepentingan bersama, sekian dan terima
kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Husain, A. (2014). Hakikat Pengembangan. Igarss 2014, 1, 1–5.

Indonesia, S. 4 M. R. (2015). Perkembangan Kognitif: Teori Jean Piaget.


Intelektualita, 3(1), 242904.

Maryani, I., Fatmawati, L., Erviana, V. Y., Wangid, M. N., & Mustadi, A. (2018).
Model intervensi gangguan kesulitan belajar. Ika Maryani.

Mukrimaa, S. S., Nurdyansyah, Fahyuni, E. F., YULIA CITRA, A., Schulz, N. D.,
Taniredja, T., Faridli, E. M., & Harmianto, S. (2016). In Jurnal Penelitian
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (Vol. 6, Issue August).

Widiastuti, N. L. G. K. (2019). Karakteristik dan Model Layanan Pendidikan Bagi


Anak Berkesulitan Belajar. Jurnal Kajian Pendidikan Widya Accarya
FKIP Universitas Dwijendra, volume 2(2085).

11

online-pdf-no-copy.com

Anda mungkin juga menyukai