Skripsi Pudji Praditya
Skripsi Pudji Praditya
Oleh :
PUDJI PRADITYA ERDHINI
NIM : 2021050420
BAB 1
PENDAHULUAN
perkembangan manusia secara global. Pada saat ini terdapat sekitar 162 juta
anak berusia dibawah lima tahun mengalami stunting. Jika tren seperti ini
terus berlanjut diproyeksikan bahwa pada tahun 2025 terdapat 127 juta anak
stunting atau sebesar 56% tinggal di ASIA dan lebih dari sepertiga atau
sebanyak 149,2 juta pada 2020, turun 26,7% dibandingkan pada 2000 yang
Afrika Barat dan Tengah masih meningkat 28,5% dari 22,8 juta pada 2000
menunjukkan perbaikan dengan turunnya tren sebesar 3,3 persen dari 27,7
persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen 2021. Di Jatim juga mengalami tren
yang sama dengan penurunan sebesar 3,35 persen dari 26,86 persen pada
tahun 2019 menjadi 23,5 persen pada tahun 2021. Angka stunting di Kab.
Pasuruan berhasil ditekan menjadi 18,10 persen dari target yang ditetapkan
Pemprov Jatim sebesar 21,1 persen pada 2021. Sementara di desa Kedawung
jumlah balita.
kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya
kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak
diantaranya yaitu BBLR. Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2.500 gram
dapat berisiko menjadi pendek jika tidak ditangani dengan baik. Hal ini juga
yang lahir dari orang tua yang berpendidikan cenderung tidak mengalami
stunting dibandingkan dengan anak yang lahir dari orang tua yang tingkat
pendidikanya rendah.
remaja dapat mencegah terjadinya gizi yang kurang saat masa kehamilan.
dilakukan pada ibu hamil dapat dilakukan dengan memperbaiki gizi ibu
hamil. Perbaikan gizi yang dapat dilakukan saat kehamilan yaitu dengan
itu pada ibu yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) perlu
tersebut.
dilakukan oleh Tiwari yang menyatakan bahwa anak yang diberi ASI
5
Kulon yang menjadi bagian dari wilayah Pasuruan. Pada tahun 2020
sebesar 21,51%, dan pada tahun ini menurun menjadi 18,10% dari
1.3. Tujuan
Pasuruan.
Kabupaten Pasuruan.
Pasuruan.
Pasuruan.
6.1. Manfaat
2. Bagi bidan
sejak dini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan dapat dilihat dalam waktu
dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks
bawah normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang
Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan
badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama sehingga indeks ini
Status gizi pada balita dapat dilihat memalui klasifikasi status gizi
Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan PB/U atau TB/U Anak
Umur 0-60 Bulan
Indeks Status Gizi Ambang Batas
SD
masalah pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali
pada dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah masih
mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi pada
hidden hunger.
deficit dalam panjang atau tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih
anak stunting tertinggi setelah India, China, Nigeria dan Pakistan. Saat
38%.
usia dua tahun. Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi
Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang
pedesaan.
15
c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat
Kelurahan Kalibaru. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah
(BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram, bayi dengan berat badan lahir rendah akan mengalami hambatan
hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian stunting. Selain itu,
meliputi tinggi badan orang tua dan jenis kelamin. Tinggi badan ayah
Kejadian stunting pada balita usia 6-12 bulan dan usia 3-4
ibu. Hasil penelitian Rahayu ada hubungan antara tinggi badan ayah
pengaruh yang signifikan terhadap stunting pada anak usia 1-2 tahun.
Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah
tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi, berbagai jenis ukuran tubuh
antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak
dibawah kulit.
dengan baku yang telah tersedia. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan
dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi
oleh siapa saja dengan hanya melakukan latihan sederhana, selain itu
batas dan rujukan yang pasti, mempunyai prosedur yang sederhana, dan dapat
dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Jenis ukuran tubuh yang paling
sering digunakan dalam survei gizi adalah berat badan, tinggi badan, dan
lingkar lengan yang disesuaikan dengan usia anak. Pengukuran yang sering
merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran
18
dikenal yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur
Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat
diukur) karena mudah diubah, namun indikator BB/U tidak spesifik karena
berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan.
tidak adekuat.
3 Terefe Derso et al cross faktor-faktor yang
tahun 2022. Stunting, sectional menyebabkan stunting
wasting and diantaranya adalah diare,
associated factors tidak tersedianya jamban,usia
among children aged anak 12-24 bulan, dan ibu
6–24 months in Dabat yang tidak meneriama
health and suplementsi vitamin A setelah
demographic kelahiran
surveillance system
site: A community
based crosssectional
study in Ethiopia
4 Ngainis,2019.Faktor - Case sontrol Terdapat hubungan antara
faktor yang Riwayat BBLR,riwayat
berhubungan dengan pemberian ASI,Riwayat
kejadian stunting MPASI,usia ibu saat
pada balita usia 24-59 hamil,status gizi ibu hamil.
bulan
20
BAB III
stunting akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, yang
yang lahir dari ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm cenderung
dengan tinggi badan normal (36%). Faktor penyebab stunting dari ibu yaitu,
tingkat pendidikan ibu, dan tinggi badan ibu. Faktor penyebab stunting dari
bayi yaitu riwayat BBLR, jenis kelamin anak, dan riwayat pemberian ASI
ekslusif.
Pasuruan
Pasuruan.
22
BAB IV
METODE PENELITIAN
tergantung tidak dilakukan pada saat yang sama. Penelitian dimulai dengan
bebasnya dicari secara retrospektif; karena itu studi case control disebut
dengan studi longitudinal, artinya subyek tidak hanya diobservasi pada satu
saat tetapi diikuti selama periode yang di tentukan. Penelitian ini dapat
4.2.1. Populasi
4.2.2. Sampel
(Sugiyono, 2014) :
26
λ². N .P.Q
S= 2
( d ) . ( N−1 )+ λ ² . P . Q
Keterangan :
P=Q = 0,5
D = 0,05
S = Jumlah Sampel
N = Jumlah Populasi
1 .50 ( 0 , 5 ) (0 ,5)
S= 2
( 0 , 05 ) ( 50−1 ) +1(0 , 5)(0 , 5)
50 . 0 , 25
S=
0 , 07+0 , 25
12 ,5
S=
0 ,32
S = 39,0625 = 40 orang
Variabel penelitian dapat juga didefinisikan sebagai ciri yang dimiliki oleh
suatu kelompok (orang, benda) dan berbeda dengan ciri yang dimiliki
(Nursalam, 2017). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu
terikat)
setelah lahir .
lahir.
28
materi.
yakni keadaan status gizi seseorang berdasarkan z-skor tinggi badan (TB)
tentang definisi, cara ukur, alat ukur, hasil ukur, dan skala ukur dari
Skoring dan
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Kriteria
2500 gr
Diperoleh dari
pengukuran
2.Jenis Jenis kelamin secara Laki-laki Lembar Nominal Beresiko jika
Kelamin biologis sejak Perempua observasi tidak ASI
seseorang lahir n Eksklusif, tidak
yang tertulis dalam beresiko jika
rekam medis diberi ASI
Eksklusif
3.Asi Cara pemberian ASI -ASI Lembar Nominal Beresiko jika
Ekslusif eksklusif eksklusif/ observasi TB < 145 cm,
pada bayi dalam -Tidak tidak beresiko
kurun 6 bulan pertama ASI jika >145cm
setelah eksklusif
lahir yang diperoleh
dengan data primer
dengan menggunakan
lembar observasi
4.Tinggi Tinggi badan Ibu saat - Kurang Lembar Nominal Beresiko jika
Badan hamil yang didapat - Normal observasi Rp 1.337.650,
Ibu dari melihat buku tidak beresiko
KIA jika > Rp
1.337.650
5. Status Gaji atau pendapatan -Tinggi Lembar Nominal Beresiko jika
ekonomi yang didapat ibu dan -/Rendah observasi pendidikan
bapak pada awal rendah SD-
kehamilan yang SMP, Tidak
diperoleh dari lembar beresiko jika
observasi pendidikan
tinggi SMA-PT
6. Tingkat Tingkat -Tinggi/ Lembar Nominal
pendidika Pendidikan formil -Rendah observasi
n ibu Yang dimaksud
adalah
pendidikan terakhir
yang ditempuh ibu.
observasi yang digunakan untuk mencatat hasil observasi pada kriteria yang
diteliti yakni Berat Badan Lahir, jenis kelamin balita, pemberian ASI
Eksklusif, TB ibu saat hamil, status ekonomi dan tingkat pendidikan ibu.
Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
xi : nilai data ke-i untuk kelompok variabel X
31
4.7.1. Editing
apabila ada soal yang belum oleh responden maka responden diminta
lembar observasi. Hal ini bertujuan agar tidak ada data penelitian
4.7.2. Coding
(1) Stunting:
kode 2
4.7.3. Transferring
4.7.4. Tabulating
data.
ekonomi, pemberian ASI, berat bayi lahir, dan jenis kelamin. Rumus
yang digunakan:
Keterangan:
Y = ∑ sampel total
36
berikut:
1) Chi-square
Chi-square :
sekaligus (simultaneously).
secara teguh pada sikap ilmiah dan etika penelitian meskipun penelitian
yang kita lakukan tidak merugikan responden tetapi etika penelitian harus
kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan
dilaksanakan.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
No Keterangan n %
1 Stunting 23 57,50
2 Tidak Stunting 17 42,50
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023
No Keterangan n %
1 Kurang 9 2,25
2 Normal 31 88,75
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023
5.2.3.Jenis Kelamin
No Keterangan n %
1 Laki-laki 20 50,00
2 Perempuan 20 50,00
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023
No Keterangan n %
1 ASI Eksklusif 24 60,00
2 Tidak ASI Eksklusif 16 40,00
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023
No Keterangan n %
1 Kurang 12 30,00
2 Normal 28 70,00
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023
kurang.
No Keterangan n %
1 Rendah 15 37,50
2 Tinggi 25 63,50
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023
5.3.1. Hubungan BBL balita dengan kejadian stunting pada balita usia 25-59
berat badan lahir kurang yang stunting ada 8 orang (34,78%) dan
balita dengan berat badan lahir normal yang stunting ada 15 orang
tidak stunting hanya ada 1 orang (5,88%) dan balita dengan berat
maka yang dibaca adalah p value nya pada table fisher exact dengan
nilai 0,044 yang berarti kurang dari 0,05, artinya ada hubungan antara
1,227 yang berarti risiko stunting pada balita yang memiliki berat
badan lahir kurang adalah 8,553 lebih besar daripada balita yang
5.3.2. Hubungan Jenis Kelamin balita dengan kejadian stunting pada balita
kabupaten Pasuruan
Balita Stunting
Jenis P Nilai
Tidak Total Value OR
Kelamin Stunting
Stunting
N % n % n %
Laki-laki 12 52,17 8 47,05 20 50,00
0,749 1,227
Perempuan 11 47,83 9 52,95 20 50,00
Total 23 100,00 17 100,00 40 100,00
Sumber : Data Primer,2023
stunting ada 8 orang (47,05%) dan balita perempuan yang tidak stunting
menggunakan Chi Square dan diketahui p value nya adalah 0,749 yang
berarti lebih dari 0,05, artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin
risiko stunting pada balita yang berjenis kelamin laki-laki adalah 1,227
kabupaten Pasuruan
Balita Stunting
ASI Nilai
Total P Value
Eksklusif Tidak OR
Stunting
Stunting
N % n % n %
Tidak ASI 17 73,91 7 41,17 24 60,00
Eksklusif
0,037 4,048
ASI 6 26,09 10 58,83 16 40,00
Eksklusif
Total 23 100,00 17 100,00 40 100,00
Sumber : Data Primer,2023
Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa balita tidak ASI
ASI eksklusif yang tidak stunting ada 7 orang (41,17%) dan balita ASI
p value nya adalah 0,037 yang berarti kurang dari 0,05, artinya ada
OR adalah 4,048 yang berarti risiko stunting pada balita yang tidak
ASI eksklusif adalah 4,048 lebih besar daripada balita yang ASI
eksklusif.
5.3.4. Hubungan Tinggi Badan Ibu balita saat hamil dengan kejadian stunting
pada balita usia 25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati
kabupaten Pasuruan
Balita Stunting
Tinggi Nilai
Total P Value
Badan Tidak OR
Stunting
Ibu Stunting
N % N % n %
Kurang 10 43,47 2 5,00 12 30,00
0,030 5,769
Normal 13 56,53 15 95,00 28 70,00
Total 23 100,00 17 100,00 40 100,00
Sumber : Data Primer,2023
tinggi badan ibu kurang yang stunting ada 10 orang (43,47%) dan
balita dengan tinggi badan ibu normal yang stunting ada 13 orang
48
tidak stunting hanya ada 2 orang (5,00%) dan balita dengan tinggi
dan diketahui p value nya adalah 0,030 yang berarti lebih dari 0,05,
pada balita yang memiliki ibu bertinggi badan kurang adalah 5,769
lebih besar daripada balita yang memiliki ibu dengan tinggi badan
normal.
Balita Stunting
Status P Nilai
Tidak Total Value OR
Ekonomi Stunting
Stunting
N % N % n %
Rendah 12 52,17 3 17,64 15 37,50
0,026 5,091
Tinggi 11 47,83 14 82,36 25 62,50
Total 23 100,00 17 100,00 40 100,00
Sumber : Data Primer,2023
Dari hasil uji paired t test dengan signifikasi α (0,05) didapatkan
nilai sig (2-tailed) sebesar 0,000. Karena nilai nilai sig (2-tailed)
ASI bayi usia 0-6 bulan ditinjau dari berat badan bayi di Desa
5.3.6. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada balita
Pasuruan
Balita Stunting
Tingkat Nilai
Total P Value
Pendidika Stunting Tidak OR
n Ibu Stunting
N % N % n %
Rendah 14 60,86 9 52,94 23 57,50
Tinggi 9 39,14 8 47,06 17 42,50 0,616 1,382
Total 2 100,0 17 100,00 40 100,00
3 0
Sumber : Data Primer,2023
dan diketahui p value nya adalah 0,616 yang berarti lebih dari 0,05,
pada balita dengan ibu berpendidikan kurang adalah 1,382 lebih besar
5.3.7. Analisis Multivariat Antara Jenis Kelamin, Berat Badan Lahir, ASI
Ekonomi ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita usia 25-59 bulan di
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa odd ratio dari variabel
independent yang diteliti paling besar adalah BBL dengan nilai 14,823,
selanjutnya diikuti oleh tinggi badan ibu dengan nilai 9,038, kemudian
status ekonomi dengan nilai 8,814 dan ASI eksklusif dengan nilai 3,781.
Sedangkan variabel yang memiliki odd ratio kecil yakni jenis kelamin
dengan nilai 1,645 dan tingkat pendidikan ibu dengan nilai 0,471.
terhadap kejadian stunting pada balita adalah berat badan lahir, diikuti oleh
tinggi badan ibu, kemudian status ekonomi dan dilanjutkan oleh ASI
eksklusif
5.4.1. Hubungan BBL balita dengan kejadian stunting pada balita usia 25-59
perkembangan jangka panjang anak balita, Bayi yang lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan
kurang dari 2500 gram, bayi dengan berat badan lahir rendah akan
lahir kurang yang stunting ada 8 orang (34,78%) dan balita dengan berat
badan lahir normal yang stunting ada 15 orang (65,22%). Sedangkan balita
dengan berat badan lahir kurang yang tidak stunting hanya ada 1 orang
52
(5,88%) dan balita dengan berat badan lahir normal yang tidak stunting
ada 16 orang (94,12%), dan ditemukan ada hubungan antara berat badan
lahir dengan kejadian stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon, yakni
risiko stunting pada balita yang memiliki berat badan lahir kurang adalah
8,553 lebih besar daripada balita yang memiliki berat badan lahir normal.
masa bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau
penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai
sebagai indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan
menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada
tubuh, misalnya tulang, otot, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat
diketahui status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat
ukuran berat badan dapat menggunakan ukuran atau standar yang telah
ditetapkan oleh WHO. Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi
menjadi dua, yaitu 0–6 bulan dan usia 6–12 bulan. Dan usia 0–6 bulan
sekitar 140–200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat
badan lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6–12 bulan terjadi
53
penambahan setiap minggu sekitar 25–40 gram dan pada akhir bulan ke-12
akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir. Pada masa
bermain terjadi penambahan berat badan sekitar empat kali lipat dari berat
badan lahir pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan berat badan
setiap tahunnya adalah 2–3 kg. pada masa pra sekolah dan sekolah akan
terjadi penambahan berat badan setiap tahunnya kurang lebih 2–3 tahun
tumbuh).
berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan
melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan
berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting) dan berlanjut ke usia anak
selain dampak terhadap tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak
5.4.2. Hubungan jenis kelamin balita dengan kejadian stunting pada balita usia
Pasuruan.
yang tidak biasa dilakukan wanita. Selama masa bayi dan anak-anak, anak
severe stunting daripada anak laki-laki, selain itu bayi perempuan dapat
memasuki masa puber dua tahun lebih awal daripada anak laki-laki, dan
dua tahun juga merupakan selisih dipuncak kecepatan tinggi antara kedua
jenis kelamin.
ada 12 orang (52,17%) dan balita perempuan yang stunting ada 11 orang
(47,05%) dan balita perempuan yang tidak stunting ada 9 orang (52,95%).
faktor prediktor yang kuat dari stunting dan severe stunting pada anak usia
0-23 bulan dan 0-59 bulan. Anak perempuan memiliki risiko yang lebih
rendah dibandingkan anak laki-laki dalam hal ini. Selama masa bayi dan
55
perempuan dapat bertahan hidup dalam jumlah besar daripada bayi laki-
pula ketika dilakukan analisa data dengan menggunakan Chi Square dan
diketahui p value nya adalah 0,749 yang berarti lebih dari 0,05, artinya
tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian stunting pada
OR adalah 1,227 yang berarti risiko stunting pada balita yang berjenis
5.4.3. Hubungan pemberian ASI Eksklusif saat bayi dengan kejadian stunting
pada balita usia 25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati
kabupaten Pasuruan.
Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah
pemberian Air Susu Ibu (ASI) tanpa menambahkan dan atau mengganti
dengan makanan atau minuman lain yang diberikan kepada bayi sejak baru
penting karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna
oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa
belum sempurna. Manfaat dari ASI Eksklusif ini sendiri sangat banyak
56
eksklusif yang stunting ada 17 orang (73,91%) dan balita ASI eksklusif
yang stunting ada 6 orang (26,09%). Sedangkan balita tidak ASI eksklusif
yang tidak stunting ada 7 orang (41,17%) dan balita ASI eksklusif yang
dengan menggunakan Chi Square dan diketahui p value nya adalah 0,037
yang berarti kurang dari 0,05, artinya ada hubungan antara ASI Eksklusif
risiko stunting pada balita yang tidak ASI eksklusif di desa Kedawung
Kulon adalah 4,048 lebih besar daripada balita yang ASI eksklusif.
baik, imunisasi yang tidak lengkap dengan faktor yang paling dominan
dinyatakan pula oleh Arifin pada tahun 2012 dengan hasil penelitian yang
namun faktor yang paling dominan adalah pemberian ASI. Berarti dengan
57
kejadian stunting pada balita, hal ini juga tertuang pada gerakan 1000 HPK
5.4.4. Hubungan tinggi badan ibu saat hamil dengan kejadian stunting pada balita
Pasuruan.
genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi tinggi badan orang
tua dan jenis kelamin. Tinggi badan ayah dan ibu yang pendek merupakan
risiko terjadinya stunting. Kejadian stunting pada balita usia 6-12 bulan
dan usia 3-4 tahun secara signifikan berhubungan dengan tinggi badan
ibu kurang yang stunting ada 10 orang (43,47%) dan balita dengan tinggi
badan ibu normal yang stunting ada 13 orang (56,53%). Sedangkan balita
dengan tinggi badan ibu kurang yang tidak stunting hanya ada 2 orang
(5,00%) dan balita dengan tinggi badan ibu normal yang tidak stunting ada
menggunakan Chi Square dan diketahui p value nya adalah 0,030 yang
berarti lebih dari 0,05, artinya ada hubungan antara tinggi badan ibu
risiko stunting pada balita di desa Kedawung Kulon yang memiliki ibu
58
bertinggi badan kurang adalah 5,769 lebih besar daripada balita yang
signifikan terhadap stunting pada anak usia 1-2 tahun. Anak yang memiliki
5.4.5. Hubungan status ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada balita
Pasuruan.
pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang dihasilkan dan jumlah uang
lebih memadai.
memperoleh bahan pangan yang cukup dan gizi yang seimbang dan harga
yang terjangkau.
diperlukan oleh setiap individu untuk makanan setara 2.100 Kilo kalori
barang/jasa lainnya.
ekonomi rendah yang stunting ada 12 orang (52,17%) dan balita dengan
balita dengan status ekonomi rendah yang tidak stunting ada 3 orang
(17,64%) dan balita dengan status ekonomi tinggi yang tidak stunting ada
menggunakan Chi Square dan diketahui p value nya adalah 0,026 yang
berarti kurang dari 0,05, artinya ada hubungan antara status ekonomi ibu
risiko stunting pada balita yang berstatus ekonomi kurang adalah 5,091
baik, imunisasi yang tidak lengkap dengan faktor yang paling dominan
5.4.6. Hubungan status pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia
Pasuruan.
yang lahir dari orang tua yang terdidik cenderung tidak mengalami
stunting dibandingkan dengan anak yang lahir dari orang tua yang tingkat
pendidikanya rendah.
Sedangkan balita dengan ibu berpendidikan kurang yang tidak stunting ada
9 orang (52,94%) dan balita dengan ibu berpendidikan tinggi yang tidak
61
menggunakan Chi Square dan diketahui p value nya adalah 0,616 yang
berarti lebih dari 0,05, artinya tidak ada hubungan antara pendidikan ibu
risiko stunting pada balita dengan ibu berpendidikan kurang adalah 1,382
lebih besar daripada balita yang memiliki ibu dengan pendidikan tinggi.
yang terlahir dari orang tua yang berpendidikan berpotensi lebih rendah
menderita stunting dibandingkan anak yang memiliki orang tua yang tidak
berpendidikan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Haile
yang menyatakan bahwa anak yang terlahir dari orang tua yang memiliki
kebutuhan nutrisi saat hamil dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa odd ratio dari variabel
independent yang diteliti paling besar adalah BBL dengan nilai 14,823,
selanjutnya diikuti oleh tinggi badan ibu dengan nilai 9,038, kemudian
status ekonomi dengan nilai 8,814 dan ASI eksklusif dengan nilai 3,781.
Sedangkan variabel yang memiliki odd ratio kecil yakni jenis kelamin
dengan nilai 1,645 dan tingkat pendidikan ibu dengan nilai 0,471.
terhadap kejadian stunting pada balita adalah berat badan lahir, diikuti oleh
62
tinggi badan ibu, kemudian status ekonomi dan dilanjutkan oleh ASI
eksklusif.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
6.1.1 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita dengan berat
badan lahir kurang yang stunting ada 8 orang (34,78%) dan balita
tidak stunting hanya ada 1 orang (5,88%) dan balita dengan berat
risiko stunting pada balita yang memiliki berat badan lahir kurang
adalah 8,553 lebih besar daripada balita yang memiliki berat badan
lahir normal.
63
6.1.2 Dari hasil penelitian diketahui bahwa balita laki-laki yang stunting
6.1.3 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita tidak ASI
tidak ASI eksklusif yang tidak stunting ada 7 orang (41,17%) dan
stunting pada balita yang tidak ASI eksklusif adalah 4,048 lebih
6.1.4 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita dengan tinggi
badan ibu kurang yang stunting ada 10 orang (43,47%) dan balita
tidak stunting hanya ada 2 orang (5,00%) dan balita dengan tinggi
adalah 5,769 lebih besar daripada balita yang memiliki ibu dengan
6.1.5 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita dengan ekonomi
rendah yang stunting ada 12 orang (52,17%) dan balita dengan status
balita dengan status ekonomi rendah yang tidak stunting ada 3 orang
6.1.6 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita dengan ibu
6.1.7 Dari penelitian juga diketahui bahwa odd ratio dari variabel
14,823, selanjutnya diikuti oleh tinggi badan ibu dengan nilai 9,038,
kecil yakni jenis kelamin dengan nilai 1,645 dan tingkat pendidikan
adalah berat badan lahir, diikuti oleh tinggi badan ibu, kemudian
6.2. Saran
posyandu Stunting.
penelitian ini.
67
DAFTAR PUSTAKA
Atika, N. (2014). Perbedaan Pemberian ASI Eksklusif dan Susu Formula terhadap
Status Gizi Bayi Usia 7-12 bulan. Ungaran. Karya Tulis Ilmiah. Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo
Harahap, N. R. (2019). Pijat Bayi Meningkatkan Berat Badan Bayi Usia 0-6
Bulan. Jurnal Kesehatan Prima, 13(2), 99-107.
Isnan, W., & Muin, N. (2017). Ragam Manfaat Tanaman Kelor (Moringa oleifera
Lamk.) Bagi Masyarakat. Buletin Eboni, 14(1), 63-75.
Johan, H., Anggraini, R. D., & Noorbaya, S. (2019). Potensi Minuman Daun
Kelor Terhadap Peningkatan Produksi Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu
Postpartum. Sebatik, 23(1), 192-194.
Khanal, V., Scott, J. A., Lee, A. H., Karkee, R., & Binns, C. W. (2015). Factors
associated with early initiation of breastfeeding in Western
Nepal. International journal of environmental research and public
health, 12(8), 9562-9574.
Kulsum, A. U., Nugroho, H. A., & Andarsari, W. (2014). Deskripsi Praktik Ibu
Tentang Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi 7-8 Bulan Di Puskesmas
Tegowanu Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. Jurnal
Kebidanan, 3(2), 1-7.
Nirwana, A. B. (2014). ASI dan Susu Formula. Yogyakarta: Nuha Medika, 125-
143.
Nurhayati, E. (2016). Indeks massa tubuh (IMT) Pra hamil dan kenaikan berat
badan ibu selama hamil berhubungan dengan berat badan bayi lahir. Jurnal
Ners dan Kebidanan Indonesia, 4(1), 1-5.
Pratiwi, I., & Srimiati, M. (2020). Pengaruh Pemberian Puding Daun Kelor
(Moringa oleifera) terhadap Produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu
Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cawang Jakarta
Timur. Jurnal Kesehatan Indonesia, 11(1), 53-57.
Qoniah, E. W. (2014). Uji Kadar Protein Dan Uji Organoleptik Biskuit Dengan
Ratio Tepung Terigu Dan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Yang
Ditambahkan Sari Buah Nanas (Ananas comosus) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).
Zakaria, A. T., & Sirajuddin, R. H. (2012). Penambahan tepung daun kelor pada
menu makanan sehari–hari dalam Upaya penanggulangan gizi kurang pada
anak balita. Media Gizi Pangan, 8, 190.
70
LAMPIRAN 1
Alamat Tinggal
No. Telp
(Selular)
Alamat Email
PROFIL PENELITIAN
Judul ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
Skrips STUNTING PADA BALITA DI DESA KEDAWUNG KULON KEC
i GRATI KAB PASURUAN
PEMBIMBING I PEMBIMBING II
HERMIN SETYONINGSIH
NIM: 2020050054
71
LAMPIRAN 2
LAMPIRAN 3
Konsultasi Bab IV
-Jumlah populasi dan kriteria
populasi di betulkan
Konsul Bab IV
-Memperbaiki variabel dependen
dan independen
-Memperbaiki isi definisi
operasional
-Revisi bahan penelitian dan
instrumen penelitian
-Rumus –rumus untuk uji peneli
tian agar diberi keterangan
Bab IV Acc
Perbaikan hasil ujian proposal
-Jumlah sampel minimal 30
-Membuat cheklis monitoring
minum kapsul daun kelor
-Tempat penelitian kalau sampel
tidak bisa terpenuhi, ganti di
Puskesmas
3 13-2-2023 Konsultasi hasil penelitian
-Lembar pemohonan responden
dan persetujuan jadi responden
harus diisi lengkap
Lakukan observasi
Lakukan uji Normalitas data
Konsultasi tabulasi data
Konsultasi Bab V
-Gambaran umum lokasi
penelitian di tambah fasilitas
kesehatan yang ada
-Kolom data hasil penelitian di
77
perbaiki
Pembahasan hasil penelitian di
hubungkan dengan teori dan hasil
penelitian sebelumnya
Lampiran agar di lengkapi
15-2-2023 -Lembar pengajuan judul
-Permohonan dari Instansi
-Jawaban dari tempat penelitian
-Jadwal penyusunan Skripsi
-Data penelitian
78
LAMPIRAN 4
LAMPIRAN 5
Kepada
Yth. Calon responden penelitian
Di
Tempat
Hormat kami,
Peneliti
80
LAMPIRAN 6
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut
berpartisipasi sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
dengan keterangan sebagai berikut :
Nama : Pudji Praditya Erdhini
NIM : 2021050420
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang
Judul Penelitian : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada
Balita di Desa Kedawung Kulon Kec Grati Kab Pasuruan
Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya dan untuk
dipergunakan sebagaimana perlunya.
Pasuruan, ..............................
Responden Penelitian
( ............................................... )
81
LAMPIRAN 7
Data Umum
1. BBL balita
< 2500 gr
>2500 gr
Kesimpulan :
Sangat pendek/ Stunting : Z-score < -3 SD
Pendek/Stunting : Z score -3 SD sd < -2 SD
Normal : Z score -2 SD sd +2 SD
Tinggi : > 2SD
83
LAMPIRAN 8
No Tingkat
Responde Jenis ASI TB Pendidika Status
n Stunting Kelamin BBL Eksklusif IBU n Ekonomi
1 1 2 2 1 1 2 1
2 2 1 2 2 2 1 2
3 1 1 2 1 1 1 1
4 1 2 2 1 1 1 1
5 1 2 2 1 2 1 2
6 2 1 2 2 2 2 2
7 1 1 2 1 1 2 2
8 1 1 2 1 1 1 1
9 1 2 2 2 2 2 1
10 1 2 2 1 1 1 1
11 1 1 2 2 1 1 2
12 1 1 2 1 2 1 1
13 1 1 2 1 2 1 1
14 1 2 2 1 2 1 1
15 1 2 2 1 2 2 1
16 1 1 2 2 2 2 1
17 2 2 2 1 1 1 2
18 1 2 1 1 2 1 1
19 2 2 2 2 1 2 2
20 2 2 2 2 2 1 2
21 2 1 2 2 2 2 1
22 1 1 2 1 2 2 2
23 1 1 1 1 1 1 2
24 1 1 1 1 2 1 2
25 1 2 1 1 2 2 2
26 1 2 1 2 1 1 2
84
No Tingkat
Responde Jenis ASI TB Pendidika Status
n Stunting Kelamin BBL Eksklusif IBU n Ekonomi
27 2 1 2 1 2 1 2
28 2 1 2 2 2 2 2
29 2 1 1 1 2 1 1
30 2 2 2 2 2 1 2
31 2 1 2 2 2 2 2
32 2 2 2 1 2 1 1
33 1 1 1 2 1 1 2
34 1 2 1 1 2 2 2
35 2 2 2 2 2 1 2
36 2 2 2 1 2 1 2
37 2 2 2 2 2 2 2
38 2 1 2 1 2 2 2
39 1 1 1 2 2 2 2
40 2 2 2 1 2 2 2
85
LAMPIRAN 9
Jenis Kelamin
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,102 1 ,749
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,102 1 ,749
Fisher's Exact Test 1,000 ,500
Linear-by-Linear ,100 1 ,752
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,50.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Jenis Kelamin (laki- 1,227 ,350 4,307
laki / perempuan)
For cohort Stunting = Stunting 1,091 ,640 1,861
N of Valid Cases 40
86
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,682 1 ,030
Continuity Correctionb 3,171 1 ,075
Likelihood Ratio 5,327 1 ,021
Fisher's Exact Test ,044 ,033
Linear-by-Linear 4,565 1 ,033
Association
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,82.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Berat Badan Lahir 8,533 ,950 76,626
(kurang / normal)
For cohort Stunting = Stunting 1,837 1,194 2,826
For cohort Stunting = TIdak Stunting ,215 ,033 1,409
N of Valid Cases 40
ASI Eksklusif
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,365 1 ,037
Continuity Correctionb 3,107 1 ,078
Likelihood Ratio 4,404 1 ,036
Fisher's Exact Test ,053 ,039
Linear-by-Linear 4,256 1 ,039
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,80.
b. Computed only for a 2x2 table
87
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for ASI Eksklusif (tidak 4,048 1,058 15,478
ASI eksklusif / ASI eksklusif)
For cohort Stunting = Stunting 1,889 ,954 3,738
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,682 1 ,030
Continuity Correctionb 3,293 1 ,070
Likelihood Ratio 5,062 1 ,024
Fisher's Exact Test ,041 ,032
Linear-by-Linear 4,564 1 ,033
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,10.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tinggi Badan 5,769 1,064 31,270
(kurang / normal)
For cohort Stunting = Stunting 1,795 1,120 2,876
N of Valid Cases 40
Pendidikan Ibu
Chi-Square Tests
88
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,251a 1 ,616
Continuity Correctionb ,032 1 ,859
Likelihood Ratio ,251 1 ,616
Fisher's Exact Test ,749 ,429
Linear-by-Linear ,245 1 ,621
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,23.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat Pendidikan 1,383 ,389 4,915
(rendah / tinggi)
N of Valid Cases 40
89
Status Ekonomi
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 4,972 1 ,026
Continuity Correctionb 3,608 1 ,058
Likelihood Ratio 5,240 1 ,022
Fisher's Exact Test ,046 ,027
Linear-by-Linear 4,848 1 ,028
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,38.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Status Ekonomi 5,091 1,146 22,620
(rendah / tinggi)
For cohort Stunting = Stunting 1,818 1,092 3,026
Analisis Multivariat