Anda di halaman 1dari 91

SKRIPSI

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


KEJADIAN STUNTING PADA BALITA
DI DESA KEDAWUNG KULON
KEC GRATI KAB PASURUAN

Oleh :
PUDJI PRADITYA ERDHINI
NIM : 2021050420

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG


PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
2022
2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Stunting merupakan salah satu masalah yang menghambat

perkembangan manusia secara global. Pada saat ini terdapat sekitar 162 juta

anak berusia dibawah lima tahun mengalami stunting. Jika tren seperti ini

terus berlanjut diproyeksikan bahwa pada tahun 2025 terdapat 127 juta anak

berusia dibawah lima tahun akan mengalami stunting. Menurut United

Nations Children's Emergency Fund (UNICEF) lebih dari setengah anak

stunting atau sebesar 56% tinggal di ASIA dan lebih dari sepertiga atau

sebesar 37% tinggal di Afrika.

United Nations International Children's Emergency Fund (UNICEF)

memperkirakan, jumlah anak penderita stunting di bawah usia lima tahun

sebanyak 149,2 juta pada 2020, turun 26,7% dibandingkan pada 2000 yang

mencapai 203,6 juta. Meski demikian, kemajuan penanganan stunting tidak

merata di seluruh kawasan. Jumlah balita penderita stunting di wilayah

Afrika Barat dan Tengah masih meningkat 28,5% dari 22,8 juta pada 2000

menjadi 29,3 juta pada 2020.

Angka prevalensi stunting di Indonesia tahun 2020 diperkirakan turun

menjadi 26,92%. Penurunan angka stunting diprediksi sebesar 0,75%

dibandingkan dengan tahun 2019 (27,67%). Berdasarkan data BKKBN,

Kementerian Kesehatan baru saja mengumumkan Hasil Studi Status Gizi

Balita Indonesia (SSGI) 2021, yakni angka stunting secara nasional


3

menunjukkan perbaikan dengan turunnya tren sebesar 3,3 persen dari 27,7

persen tahun 2019 menjadi 24,4 persen 2021. Di Jatim juga mengalami tren

yang sama dengan penurunan sebesar 3,35 persen dari 26,86 persen pada

tahun 2019 menjadi 23,5 persen pada tahun 2021. Angka stunting di Kab.

Pasuruan berhasil ditekan menjadi 18,10 persen dari target yang ditetapkan

Pemprov Jatim sebesar 21,1 persen pada 2021. Sementara di desa Kedawung

Kulon kecamatan Grati angka Stunting mencapai 23% dari keseluruhan

jumlah balita.

Dampak buruk yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi (stunting),

dalam jangka pendek adalah terganggunya perkembangan otak kecerdasan,

gangguan pertumbuhan fisik, dan gangguan metabolisme dalam tubuh.

Sedangkan dalam jangka panjang akibat buruk yang dapat ditimbulkan

adalah menurunnya kemampuan kognitif dan prestasi belajar, menurunnya

kekebalan tubuh sehingga mudah sakit, dan risiko tinggi untuk munculnya

penyakit diabetes, kegemukan, penyakit jantung dan pembuluh darah,

kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta kualitas kerja yang tidak

kompetitif yang berakibat pada rendahnya produktivitas ekonomi.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya stunting sangat banyak

diantaranya yaitu BBLR. Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2.500 gram

akan membawa risiko kematian, gangguan pertumbuhan anak, termasuk

dapat berisiko menjadi pendek jika tidak ditangani dengan baik. Hal ini juga

didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Tiwari yang menyatakan

bahwa anak dengan riwayat kelahiran BBLR berisiko menderita stunting

dibandingkan dengan anak yang tidak menderita BBLR. Penelitian yang


4

dilakukan di Nigeria juga menyebutkan bahwa anak yang mengalami BBLR

berisiko menderita stunting.

Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kejadian stunting, anak-anak

yang lahir dari orang tua yang berpendidikan cenderung tidak mengalami

stunting dibandingkan dengan anak yang lahir dari orang tua yang tingkat

pendidikanya rendah.

Menurut WHO upaya pencegahan pada stunting dapat dimulai sejak

remaja. Remaja putri dapat mulai diberikan pengetahuan dan pemahaman

mengenai pentingnya pemenuhan nutrisi saat remaja. Pemenuhan nutrisi saat

remaja dapat mencegah terjadinya gizi yang kurang saat masa kehamilan.

Nutrisi yang adekuat saat kehamilan dapat mencegah terjadinya

pertumbuhan yang terhambat pada janin yang dikandung. Pencegahan yang

dilakukan pada ibu hamil dapat dilakukan dengan memperbaiki gizi ibu

hamil. Perbaikan gizi yang dapat dilakukan saat kehamilan yaitu dengan

memberikan tablet tambah darah minimal 90 tablet saat kehamilan. Selain

itu pada ibu yang mengalami Kurang Energi Kronis (KEK) perlu

mendapatkan makanan tambahan untuk meningkatkan gizi ibu hamil

tersebut.

Meningkatkan praktek menyusui juga merupakan salah satu tindakan

untuk mencegah terjadinya stunting. Inisiasi menyusui dini dan pemberian

ASI eksklusif selama enam bulan dapat memberikan perlindungan terhadap

infeksi gastrointestial. Pernyataan tersebut di dukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Tiwari yang menyatakan bahwa anak yang diberi ASI
5

ekslusif kemungkinan menderita stunting lebih rendah jika dibandingkan

anak yang tidak diberi ASI ekslusif.

1.2. Rumusan Masalah

1.2.1. Pernyataan Masalah

Stunting masih menjadi permasalahan dalam masalah gizi dan

tumbuh kembang anak di Pasuruan termasuk di desa Kedawung

Kulon yang menjadi bagian dari wilayah Pasuruan. Pada tahun 2020

sebesar 21,51%, dan pada tahun ini menurun menjadi 18,10% dari

target provinsi sebesar 21,1%. Analisis faktor yang menyebabkan

terjadinya stunting sangat banyak. Faktor tersebut diantaranya berat

lahir, tingkat pendidikan ibu, jenis kelamin, tinggi badan ibu,

pemberian ASI eksklusif dan status ekonomi.

1.2.2. Pertanyaan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Analisis factor apa sajakah

yang mempengaruhi terjadinya kejadian stunting pada balita di Desa

Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui Analisis faktor apa sajakah yang berhubungan

dengan kejadian stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon

Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.


6

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi hubungan berat badan lahir dengan kejadian

stunting di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten

Pasuruan.

2. Mengidentifikasi hubungan jenis kelamin dengan kejadian stunting

di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.

3. Mengidentifikasi hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan

kejadian stunting di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati

Kabupaten Pasuruan.

4. Mengidentifikasi hubungan tinggi badan ibu dengan kejadian

stunting di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten

Pasuruan.

5. Mengidentifikasi hubungan status ekonomi dengan kejadian stunting

di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.

6. Mengidentifikasi hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian

stunting di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten

Pasuruan.

6.1. Manfaat

6.1.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai kajian

ilmiah untuk pengembangan ilmu kebidanan guna peningkatan

kualitas pelayanan kebidanan pada balita terutama dalam peningkatan

keberhasilan penurunan angka stunting.


7

6.1.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Instunsi Pendidikan

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai

informasi mengenai analisis faktor yang berhubungan dengan

kejadian stunting sehingga institusi pendidikan STIKES Husada

Jombang dapat mengembangkan terapi komplementer sebagai

salah satu mata kuliah keahlian bagi mahasiswa kebidanan.

2. Bagi bidan

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai

informasi mengenai adanya analisis faktor yang berhubungan

dengan kejadian stunting sehingga bidan dapat memberikan

health education kepada ibu hamil dan ibu balita terutama

mengenai cara yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian

stunting pada balita.

3. Bagi Ibu Balita

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai

informasi mengenai analisis faktor yang berhubungan dengan

kejadian stunting sehingga bisa melakukan upaya pencegahan

sejak dini.

4. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan sebagai

kajian ilmiah untuk melakukan penelitian lebih lanjut.


8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
9

2.1. Konsep Dasar Stunting

2.1.1. Definisi Stunting

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

1995/MENKES/SK/ XII/2010 tentang Standar Senbanjo et al

mendefinisikan stunting adalah keadaan status gizi seseorang

berdasarkan z-skor tinggi badan (TB) terhadap umur (U) dimana

terletak pada <-2 SD. Indeks TB/U merupakan indeks antropometri

yang menggambarkan keadaan gizi pada masa lalu dan berhubungan

dengan kondisi lingkungan dan sosial ekonomi. SK Menkes

menyatakan pendek dan sangat pendek adalah status gizi yang

didasarkan pada indeks Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah

stunting (pendek) dan severely stunting (sangat pendek). Pengaruh

kekurangan zat gizi terhadap tinggi badan dapat dilihat dalam waktu

yang relatif lama.


10

Antropometri Penilaian Status Gizi Anak, pengertian pendek

dan sangat pendek adalah status gizi yang didasarkan pada indeks

Panjang Badan menurut Umur (PB/U) atau Tinggi Badan menurut

Umur (TB/U) yang merupakan padanan istilah stunting (pendek) dan

severely stunting (sangat pendek). Balita pendek (stunting) dapat

diketahui bila seorang balita sudah diukur panjang atau tinggi

badannya, lalu dibandingkan dengan standar, dan hasilnya berada di

bawah normal. Balita pendek adalah balita dengan status gizi yang

berdasarkan panjang atau tinggi badan menurut umurnya bila

dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS (Multicentre Growth

Reference Study) tahun 2005, nilai z-scorenya kurang dari -2SD dan

dikategorikan sangat pendek jika nilai z-scorenya kurang dari -3SD.

Tinggi badan dalam keadaan normal akan bertambah seiring dengan

bertambahnya umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat

badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam

waktu yang pendek. Pengaruh kekurangan zat gizi terhadap tinggi

badan akan tampak dalam waktu yang relatif lama sehingga indeks ini

dapat digunakan untuk menggambarkan status gizi pada masa lalu.

Status gizi pada balita dapat dilihat memalui klasifikasi status gizi

berdasarkan indeks PB/U atau TB/U dapat dilihat pada tabel.

Tabel 2.1. Klasifikasi Status Gizi berdasarkan PB/U atau TB/U Anak
Umur 0-60 Bulan
Indeks Status Gizi Ambang Batas

Panjang Badan menurut Sangat Pendek <-3SD

Umur (PB/U) atau Tinggi Pendek -3 SD sampai < -2


11

SD

Badan menurut Umur Normal -2 SD sampai 2 SD

(TB/U) Tinggi >2SD


Sumber : Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak Tahun 2010
12

2.1.2. Patofisiologi Stunting

Masalah gizi merupakan masalah multidimensi, dipengaruhi

oleh berbagai faktor penyebab. Masalah gizi berkaitan erat dengan

masalah pangan. Masalah gizi pada anak balita tidak mudah dikenali

oleh pemerintah, atau masyarakat bahkan keluarga karena anak tidak

tampak sakit. Terjadinya kurang gizi tidak selalu didahului oleh

terjadinya bencana kurang pangan dan kelaparan seperti kurang gizi

pada dewasa. Hal ini berarti dalam kondisi pangan melimpah masih

mungkin terjadi kasus kurang gizi pada anak balita. Kurang gizi pada

anak balita bulan sering disebut sebagai kelaparan tersembunyi atau

hidden hunger.

Stunting merupakan retradasi pertumbuhan linier dengan

deficit dalam panjang atau tinggi badan sebesar -2 Z-score atau lebih

menurut buku rujukan pertumbuhan World Health

Organization/National Center for Health Statistics (WHO/NCHS).

Stunting disebabkan oleh kumulasi episode stress yang sudah

berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang buruk),

yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar tumbuh).


13

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan

berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur

(WUS) dan ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis

(KEK) akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah

(BBLR). BBLR ini akan berlanjut menjadi balita gizi kurang

(stunting) dan berlanjut ke usia anak sekolah dengan berbagai

konsekuensinya. Kelompok ini akan menjadi generasi yang

kehilangan masa emas tumbuh kembangnya dari tanpa

penanggulangan yang memadai kelompok ini dikuatirkan lost

generation. Kekurangan gizi pada hidup manusia perlu diwaspadai

dengan seksama, selain dampak terhadap tumbuh kembang anak

kejadian ini biasanya tidak berdiri sendiri tetapi diikuti masalah

defisiensi zat gizi mikro.

2.1.3. Prevalensi Stunting

Stunting merupakan masalah gizi utama yang terjadi pada

negara-negara berkembang. UNICEF mengemukakan sekitar 80%

anak stunting terdapat di 24 negara berkembang di Asia dan Afrika.

Indonesia merupakan negara urutan kelima yang memiliki prevalensi

anak stunting tertinggi setelah India, China, Nigeria dan Pakistan. Saat

ini, prevalensi anak stunting di bawah 5 tahun di Asia Selatan sekitar

38%.

2.1.4. Dampak Stunting

Menurut laporan UNICEF beberapa fakta terkait stunting dan

pengaruhnya adalah sebagai berikut:


14

a. Anak-anak yang mengalami stunting lebih awal yaitu sebelum

usia enam bulan, akan mengalami stunting lebih berat menjelang

usia dua tahun. Stunting yang parah pada anak-anak akan terjadi

deficit jangka panjang dalam perkembangan fisik dan mental

sehingga tidak mampu untuk belajar secara optimal di sekolah,

dibandingkan anak- anak dengan tinggi badan normal. Anak-anak

dengan stunting cenderung lebih lama masuk sekolah dan lebih

sering absen dari sekolah dibandingkan anak-anak dengan status

gizi baik. Hal ini memberikan konsekuensi terhadap kesuksesan

anak dalam kehidupannya dimasa yang akan datang.

b. Stunting akan sangat mempengaruhi kesehatan dan

perkembanangan anak. Faktor dasar yang menyebabkan stunting

dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan intelektual.

Penyebab dari stunting adalah bayi berat lahir rendah, ASI yang

tidak memadai, makanan tambahan yang tidak sesuai, diare

berulang, dan infeksi pernapasan. Berdasarkan penelitian

sebagian besar anak-anak dengan stunting mengkonsumsi

makanan yang berada di bawaz h ketentuan rekomendasi kadar

gizi, berasal dari keluarga miskin dengan jumlah keluarga banyak,

bertempat tinggal di wilayah pinggiran kota dan komunitas

pedesaan.
15

c. Pengaruh gizi pada anak usia dini yang mengalami stunting dapat

mengganggu pertumbuhan dan perkembangan kognitif yang

kurang. Anak stunting pada usia lima tahun cenderung menetap

sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut

pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa

yang stunting dan mempengaruhi secara langsung pada kesehatan

dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan

anak dengan BBLR. Stunting terutama berbahaya pada

perempuan, karena lebih cenderung menghambat dalam proses

pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.

2.2. Faktor-Faktor Penyebab Stunting

2.2.1. Berat Badan Lahir

Berat badan lahir sangat terkait dengan pertumbuhan dan

perkembangan jangka panjang anak balita, pada penelitian yang

dilakukan oleh Anisa menyimpulkan bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara berat lahir dengan kejadian stunting pada balita di

Kelurahan Kalibaru. Bayi yang lahir dengan berat badan lahir rendah

(BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500

gram, bayi dengan berat badan lahir rendah akan mengalami hambatan

pada pertumbuhan dan perkembangannya serta kemungkinan terjadi

kemunduran fungsi intelektualnya selain itu bayi lebih rentan terkena

infeksi dan terjadi hipotermi.

Banyak penelitian yang telah meneliti tentang hubungan antara

BBLR dengan kejadian stunting diantaranya yaitu penelitian yang


16

dilakukan di Pasuruan menyatakan hal yang sama bahwa ada

hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian stunting. Selain itu,

penelitian yang dilakukan di Malawi juga menyatakan prediktor

terkuat kejadian stunting adalah BBLR.

2.2.2. Tinggi Ibu

Stunting pada masa balita akan berakibat buruk pada

kehidupan berikutnya yang sulit diperbaiki. Pertumbuhan fisik

berhubungan dengan genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik

meliputi tinggi badan orang tua dan jenis kelamin. Tinggi badan ayah

dan ibu yang pendek merupakan risiko terjadinya stunting.

Kejadian stunting pada balita usia 6-12 bulan dan usia 3-4

tahun secara signifikan berhubungan dengan tinggi badan ayah dan

ibu. Hasil penelitian Rahayu ada hubungan antara tinggi badan ayah

dan ibu terhadap kejadian stunting pada balita. Jesmin et al

mengemukakan bahwa tinggi badan ibu merupakan faktor yang

berpengaruh langsung terhadap anak yang stunting. Penelitian Candra,

dkk juga mengemukakan bahwa tingga badan ayah memberikan

pengaruh yang signifikan terhadap stunting pada anak usia 1-2 tahun.

Anak yang memiliki tinggi badan ayah < 162 cm memiliki

kecenderungan untuk menjadi pendek sebesar 2,7 kali.

2.3. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri

Kata antropometri berasal dari bahasa latin antropos dam metros.

Antropos artinya tubuh dan metros artinya ukuran, jadi antropometri adalah

ukuran dari tubuh.Pengertian dari sudut pandang gizi antropometri adalah


17

hubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi

tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi, berbagai jenis ukuran tubuh

antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, dan tebal lemak

dibawah kulit.

Penilaian status gizi merupakan proses pemeriksaan keadaan gizi

seseorang dengan cara mengumpulkan data penting, baik yang bersifat

objektif atau subjektif. Data yang telah dikumpulkan kemudian dibandingkan

dengan baku yang telah tersedia. Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan

dua cara yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi

secara tidak langsung.

Penilaian status gizi secara antropometri merupakan penilaian status

gizi secara langsung yang paling sering digunakan di masyarakat.

Antropometri dikenal sebagai indikator untuk penilaian status gizi

perseorangan maupun masyarakat.Pengukuran antropometri dapat dilakukan

oleh siapa saja dengan hanya melakukan latihan sederhana, selain itu

antropometri memiliki metode yang tepat, akurat karena memiliki ambang

batas dan rujukan yang pasti, mempunyai prosedur yang sederhana, dan dapat

dilakukan dalam jumlah sampel yang besar. Jenis ukuran tubuh yang paling

sering digunakan dalam survei gizi adalah berat badan, tinggi badan, dan

lingkar lengan yang disesuaikan dengan usia anak. Pengukuran yang sering

dilakukan untuk keperluan perorangan dan keluarga adalah pengukuran berat

badan (BB), dan tinggi badan (TB) atau panjang badan

(PB).Indeksantropometri adalah pengukuran dari beberapa parameter yang

merupakan rasio dari satu pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran
18

atau yang dihubungkan dengan umur. Indeks antropometri yang umum

dikenal yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur

(TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Indikator BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat

diukur) karena mudah diubah, namun indikator BB/U tidak spesifik karena

berat badan selain dipengaruhi oleh umur juga dipengaruhi oleh tinggi badan.

Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu. Indikator BB/TB

menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini.

2.4. Keaslian Penelitian

NO Nama,tahun dan Metode Hasil Penelitian


Judul Penelitian Penelitian
1 Demewoz Haile et cross hasil penelitian menunjukan
al,2016. Exploring sectional bahwa terdapat beberapa
spatial variations and faktor risiko terjadinya
factors associated stunting yaitu anak usia 24-35
with childhood bulan, anak yang menderita
stunting in Ethiopia: anemia, anak yang memiliki
spatial and multilevel ibu dan bapak dengan
analysis pendidikan rendah, tingkat
ekonomi yang rendah.

2 Rina Tiwari et al analitik Hubungan yang signifikan


tahun 2014 observasional bahwa anak yang menerima
Determinants of desain cross ASI eksklusif kemungkinan
stunting and severe sectional menderita stunting lebih
stunting among rendah dibandingkan dengan
under-fives: evidence anak yang tidak menerika
from the 2011 Nepal ASI. Selain itu diketahui juga
Demographic and faktor risiko terjadinya
Health Survey stunting pada anak yaitu
tingkat ekonomi yang
rendah,besar bayi yang dirasa
ibu kecil, dan pemberian ASI
lebih dari 12 bulan.
Pemberian ASI lebih dari 12
jam dapat mengakibatkan
stunting dikarenakan asupan
makanan penambah yang
19

tidak adekuat.
3 Terefe Derso et al cross faktor-faktor yang
tahun 2022. Stunting, sectional menyebabkan stunting
wasting and diantaranya adalah diare,
associated factors tidak tersedianya jamban,usia
among children aged anak 12-24 bulan, dan ibu
6–24 months in Dabat yang tidak meneriama
health and suplementsi vitamin A setelah
demographic kelahiran
surveillance system
site: A community
based crosssectional
study in Ethiopia
4 Ngainis,2019.Faktor - Case sontrol Terdapat hubungan antara
faktor yang Riwayat BBLR,riwayat
berhubungan dengan pemberian ASI,Riwayat
kejadian stunting MPASI,usia ibu saat
pada balita usia 24-59 hamil,status gizi ibu hamil.
bulan
20

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1. Kerangka Konseptual Penelitian

Kerangka konseptual penelitian merupakan abstraksi dari suatu

realitas agar dapat dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang

menjelaskan keterkaitan antar variabel yang bertujuan untuk membantu

peneliti menghubungkan hasil penemuan dengan teori (Nursalam, 2017)


21

Gambar 3.1. Kerangka konseptual penelitian analisi faktor yang


berhubungan dengan kejadian stunting pada balita di Desa
Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

Masalah stunting merupakan masalah gizi intergenerasi. Wanita yang

stunting akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, yang

kemudian berkontribusi dalam siklus malnutrisi dalam kehidupan. Anak

yang lahir dari ibu dengan tinggi badan kurang dari 150 cm cenderung

melahirkan bayi pendek lebih banyak (42,2%) dibandingkan kelompok ibu

dengan tinggi badan normal (36%). Faktor penyebab stunting dari ibu yaitu,

tingkat pendidikan ibu, dan tinggi badan ibu. Faktor penyebab stunting dari

bayi yaitu riwayat BBLR, jenis kelamin anak, dan riwayat pemberian ASI

ekslusif.

3.2. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian adalah dugaan sementara dari peneliti terkait

pertanyaan penelitian / variabel penelitian yang akan diteliti (Nursalam,

2017). Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah :

H0 : Analisis Faktor yang ada hubungan dengan kejadian stunting pada

balita di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten

Pasuruan

H1 : Analisis faktor yang tidak ada hubungan dengan kejadian stunting

pada balita di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten

Pasuruan.
22

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu strategi penelitian dalam

mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir pengumpulan

data, dan mengidentifikasi permasalahan sebelum perencanaan akhir

pengumpulan data, dan mendefinisikan struktur dimana penelitian

dilaksanakan (Prasetyo dan Jannah, 2019). Penelitian ini merupakan

penelitian observasional dengan desain penelitian case control. Pada studi

kasus kontrol observasi atau pengukuran variabel bebas dan variabel

tergantung tidak dilakukan pada saat yang sama. Penelitian dimulai dengan

melakukan pengukuran variabel tergantung, yakni efek, sedangkan variabel

bebasnya dicari secara retrospektif; karena itu studi case control disebut

dengan studi longitudinal, artinya subyek tidak hanya diobservasi pada satu

saat tetapi diikuti selama periode yang di tentukan. Penelitian ini dapat

diilustrasikan sebagai berikut :


23

Gambar 4.1. Desain Penelitian

4.1.1. Kerangka Kerja Penelitian

Kerangka kerja penelitian merupakan susunan tahapan yang

dilakukan untuk melakukan suatu kegiatan penelitian atau lebih

lazim disebut sebagai kerangka kerja (frame work). Melalui

kerangka kerja penelitian, seorang peneliti akan memiliki pedoman

untuk melakukan perencanaan terhadap setiap kegiatan penelitian

(Juliansyah, 2016). Adapun kerangka kerja penelitian yang

digunakan seperti terlihat dalam gambar berikut ini :

Populasi : Jumlah balita di Desa Kedawung Kulon Kecamatan


Grati Kabupaten Pasuruan selama bulan Januari 2023 – Februari
2023 sejumlah 50 orang

Sampling : Nonprobability sampling dengan jenis purposive
sampling

Sampel : Sebagian balita di Desa Kedawung Kulon Kecamatan
Grati Kabupaten Pasuruan selama bulan Januari 2023– Februari
2023 yang memenuhi kriteria penelitian sejumlah 40 orang

Pengumpulan data : menggunakan lembar observasi

Pengumpulan data faktor-faktor yang berhubungan dengan
Stunting

24

Pengolahan data dan analisa data


Pengolahan data terdiri dari tahapan : editing, coding, scoring dan
tabulating
Analisa data : paired t test dengan signifikasi α : 0.05

Penyajian data hasil penelitian

Kesimpulan dan saran
Gambar 4.2. Kerangka kerja analisis faktor yang berhubungan
dengan kejadian Stunting pada balita di Desa
Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten
Pasuruan

4.2. Populasi, sampel dan teknik sampling

4.2.1. Populasi

Populasi merupakan subjek penelitian (misalya : manusia)

yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan. Menurut Nursalam

(2017) populasi terbagi menjadi dua yaitu populasi target dan

populasi terjangkau. Populasi target adalah populasi yang menjadi

sasaran penelitian. Populasi terjangkau adalah populasi yang

memenuhi kriteria penelitian dan biasanya dapat dijangkau oleh

peneliti dari kelompoknya. Populasi dalam penelitian ini adalah

balita di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten

Pasuruan selama bulan Januari-Februari 2023 sejumlah 50 orang.

4.2.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi terjangkau yang dapat

dipergunakan sebagai subjek penelitian melalui sampling. menurut

Nursalam (2017), dua syarat utama dari sampel adalah representatif

(sampel dapat mewakili populasi yang ada) dan sampel harus

banyak. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian balita di Desa


25

Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan selama

bulan Januari-Februari 2023 yang memenuhi kriteria penelitian.

Adapun kriteria penelitian yang harus terpenuhi agar anggota

populasi dapat dijadikan sebagai sampel dalam penelitian adalah :

1. Ibu yang memiliki balita di Desa Kedawung Kulon Kecamatan

Grati Kabupaten Pasuruan selama bulan Januari-Februari 2023.

2. Ibu dan balita di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati

Kabupaten Pasuruan selama bulan Januari-Februari 2023 yang

tidak mengalami komplikasi kesehatan

3. Bersedia menjadi responden penelitian

Sampel dalam penelitian ini adalah balita yang tidak

mengalami stunting sebagai control dan balita yang mengalami

stunting sebagai kelompok kasus.Teknik pengambilan sampel yaitu

dengan simple random sampling. Pengambilan sampel didasarkan

pada prinsip bahwa setiap subyek dalam populasi (terjangkau)

mempunyai kesempatan yang sama untuk terpilih atau untuk tidak

terpilih sebagai sampel penelitian. Pada simple random sampling

dihitung terlebih dahulu jumlah subyek dalam populasi (terjangkau)

yang dipilih subyeknya sebagai sampel penelitian. Sampel pada

penelitian ini adalah balita yang ada di Desa Kedawung Kulon

sejumlah 40 orang. Jumlah tersebut didapatkan berdasarkan

perhitungan besar sampel menggunakan rumus sebagai berikut

(Sugiyono, 2014) :
26

λ². N .P.Q
S= 2
( d ) . ( N−1 )+ λ ² . P . Q

Keterangan :

λ² = Dengan taraf dk = 1 (Taraf Kesalahan 5%)

P=Q = 0,5

D = 0,05

S = Jumlah Sampel

N = Jumlah Populasi

Berdasarkan rumus diatas maka didapatkan sampel :

1 .50 ( 0 , 5 ) (0 ,5)
S= 2
( 0 , 05 ) ( 50−1 ) +1(0 , 5)(0 , 5)

50 . 0 , 25
S=
0 , 07+0 , 25

12 ,5
S=
0 ,32

S = 39,0625 = 40 orang

4.2.3. Teknik sampling

Sampling merupakan proses menyeleksi porsi dari populasi

untuk dapat mewakili populasi atau teknik yang digunakan untuk

mengambil sampel dari populasi (Nursalam, 2017). Peneliti dalam

penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling yaitu

penarikan sampel secara purposive merupakan cara penarikan

sampel yang dilakukan memiih subjek berdasarkan kriteria spesifik

yang ditetapkan peneliti.


27

4.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel

Variabel penelitian merupakan perilaku atau karakteristik yang

memberikan nilai beda terhadap sesuatu (benda, manusia dan lain-lain).

Variabel penelitian dapat juga didefinisikan sebagai ciri yang dimiliki oleh

suatu kelompok (orang, benda) dan berbeda dengan ciri yang dimiliki

(Nursalam, 2017). Variabel dalam penelitian ini terdiri dari 2 variabel yaitu

variabel independen (variabel bebas) dan variabel dependen (variabel

terikat)

4.3.1. Independen Variabel

Independen variabel (variabel bebas) merupakan variabel yang

mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Dalam ilmu

kesehatan, variabel independen (variabel bebas) biasanya merupakan

stimulus atau intervesi yang diberikan guna mempengaruhi tingkah

laku klien (Nursalam, 2017). Independen variable (variabel bebas)

dalam penelitian ini adalah:

1. Berat lahir : Ukuran dari berat atau masa bayi yang di

timbang dalam bentuk gram pada waktu 1 jam pertama

setelah lahir .

2. Jenis kelamin : Jenis kelamin secara biologis sejak

seseorang lahir yang ditulis dalam rekam medis.

3. Tingkat pendidikan ibu : Tingkat pendidikan formal terakhir

yang di tempuh ibu.

4. Pemberian ASI : Pemberian air susu ibu pada bayi baru

lahir.
28

5. Tinggi badan ibu: Tinggi badan yang diukur dalam posisi

berdiri sikap sempurna dan tanpa alas kaki.

6. Status ekonomi : Keadaan yang menggambarkan posisi atau

kedudukan suatu keluarga dalam masyarakat berdasarkan

materi.

4.3.2. Variabel Dependen

Variabel dependen (variabel terikat) merupakan variabel yang

nilainya ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2017). Variabel

dependen (variabel terikat) dalam penelitian ini adalah kejadian Stunting.,

yakni keadaan status gizi seseorang berdasarkan z-skor tinggi badan (TB)

terhadap umur (U) dimana terletak pada <-2 SD.

4.3.3. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pernyataan yang menerangkan

tentang definisi, cara ukur, alat ukur, hasil ukur, dan skala ukur dari

variabel-variabel yang akan diteliti (Nursalam, 2017). Definisi operasional

penelitian ini dijabarkan dalam tabel berikut :

Tabel 4.1. Definisi operasional penelitian analis faktor yang berhubungan


dengan kejadian stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon
Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan
Skoring dan
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Kriteria

Variabel Ukuran dari berat - Normal Lembar Rasio Skor :


independen atau masa -Kurang observasi Ukuran berat
( faktor- bayi yang di badan bayi
faktor yang timbang dalam dalam satuan
berhubunga bentuk gram pada gram atau
n dengan waktu 1 jam kilogram yang
kejadian pertama setelah lahir didapatkan dari
stunting): 1. hasil
Berat Badan penimbangan
Lahir
Kategori :
Beresiko jika
BBL < 2500 gr
Tidak beresiko:
Jika BBL >
29

Skoring dan
Variabel Definisi Operasional Parameter Alat Ukur Skala Kriteria

2500 gr

Variabel Keadaan status gizi - Stunting Checklist Nominal -


dependen : seseorang - Tidak
stunting berdasarkan z-skor Stunting
tinggi
badan (TB) terhadap
umur (U)
dimana terletak pada
<-2 SD..

Diperoleh dari
pengukuran
2.Jenis Jenis kelamin secara Laki-laki Lembar Nominal Beresiko jika
Kelamin biologis sejak Perempua observasi tidak ASI
seseorang lahir n Eksklusif, tidak
yang tertulis dalam beresiko jika
rekam medis diberi ASI
Eksklusif
3.Asi Cara pemberian ASI -ASI Lembar Nominal Beresiko jika
Ekslusif eksklusif eksklusif/ observasi TB < 145 cm,
pada bayi dalam -Tidak tidak beresiko
kurun 6 bulan pertama ASI jika >145cm
setelah eksklusif
lahir yang diperoleh
dengan data primer
dengan menggunakan
lembar observasi
4.Tinggi Tinggi badan Ibu saat - Kurang Lembar Nominal Beresiko jika
Badan hamil yang didapat - Normal observasi Rp 1.337.650,
Ibu dari melihat buku tidak beresiko
KIA jika > Rp
1.337.650
5. Status Gaji atau pendapatan -Tinggi Lembar Nominal Beresiko jika
ekonomi yang didapat ibu dan -/Rendah observasi pendidikan
bapak pada awal rendah SD-
kehamilan yang SMP, Tidak
diperoleh dari lembar beresiko jika
observasi pendidikan
tinggi SMA-PT
6. Tingkat Tingkat -Tinggi/ Lembar Nominal
pendidika Pendidikan formil -Rendah observasi
n ibu Yang dimaksud
adalah
pendidikan terakhir
yang ditempuh ibu.

4.4. Bahan Penelitian

Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan

digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya (Notoatmodjo, 2012).


30

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar

observasi yang digunakan untuk mencatat hasil observasi pada kriteria yang

diteliti yakni Berat Badan Lahir, jenis kelamin balita, pemberian ASI

Eksklusif, TB ibu saat hamil, status ekonomi dan tingkat pendidikan ibu.

4.5. Instrumen Penelitian

4.5.1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh

mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakukam

fungsi ukurannya (Yusup, 2018). Selain itu validitas adalah suatu

ukuran yang menunjukkan bahwa variabel yang diukur memang

benar-benar variabel yang hendak diteliti oleh peneliti (Yusup, 2018).

Suatu tes menghasilkan data yang tidak relevan dengan tujuan

diadakannya pengukuran dikatakan sebagai tes yang memiliki

validitas rendah. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian tidak

dilakukan uji validitas karena instrumen penelitian yang digunakan

berupa lembar observasi untuk mencatat hasil observasi berupa BBL

balita, Jenis kelamin, pemberian ASI Eksklusif, TB ibu, Status

ekonomi dan tingkat pendidikan ibu.

Keterangan :
rxy : koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
xi : nilai data ke-i untuk kelompok variabel X
31

yi : nilai data ke-i untuk kelompok variable Y


n : banyak data

4.5.2. Uji Reliabilitas

Yusup (2018) menyatakan bahwa reliabilitas menunjuk pada

suatu pengertian bahwa instrumen yang digunakan dalam penelitian

untuk memperoleh informasi yang digunakan dapat dipercaya

sebagai alat pengumpulan data dan mampu mengungkap informasi

yang sebenarnya dilapangan. Reliabilitas adalah alat untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari peubah

atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika

jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil

dari waktu ke waktu. Dalam penelitian ini, instrumen penelitian tidak

dilakukan uji reliabilitas karena instrumen penelitian yang digunakan

berupa lembar observasi untuk mencatat hasil observasi berupa BBL

balita, Jenis kelamin, pemberian ASI Eksklusif, TB ibu, Status

ekonomi dan tingkat pendidikan ibu.


32

4.6. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati

Kabupaten Pasuruan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari-Februari

2023. Sebelum kegiatan penelitian dilakukan, peneliti terlebih dahulu

mengajukan permohanan melakukan kegiatan kepada Ketua Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Husada Jombang. Selanjutnya surat ijin diajukan kepada

Bupati Kabupaten Pasuruan melalui Bakesbangpol dan Linmas Kabupaten

Pasuruan untuk kemudian diteruskan kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Pasuruan. Setelah mendapatkan ijin selanjutnya peneliti

mendatangi calon responden untuk menjelaskan maksud dan tujuan

dilakukannya kegiatan penelitian. Jika responden bersedia, maka

selanjutnya peneliti meminta persetujuan calon responden untuk

menandatangani lembar persetujuan menjadi responden. Selama melakukan


33

kegiatan penelitian, peneliti menerapkan protokol kesehatan yaitu

menggunakan masker dan faceshield serta menerapkan physical distance.

4.7. Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data

4.7.1. Editing

Editing adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meneliti

kembali apakah isian pada lembar pada pengumpulan data

(kuesioner) sudah cukup baik sebagai upaya menjaga kualitas data

agar dapat diproses lebih lanjut. Pada saat melakukan penelitian,

apabila ada soal yang belum oleh responden maka responden diminta

untuk mengisi kembali (Juliansyah, 2016). Editing dilakukan pada

lembar observasi. Hal ini bertujuan agar tidak ada data penelitian

yang tidak terisi.

4.7.2. Coding

1) Coding adalah mengklasifikasikan jawaban dari responden

menurut kriteria tertentu. Coding dilakukan untuk

memudahkan peneliti dalam melakukan kegiatan scoring dan

analisa data (Juliansyah, 2016). Coding berguna untuk

mempermudah pada saat analisis data dan juga mempercepat

pada entry data. Coding dilakukan untuk data umum

penelitian yang terdiri dari:

(1) Stunting:

Terjadi stunting (kasus): diberikan kode 1

Tidak terjadi stunting (kontrol): diberi kode 2

(2) Jenis Kelamin:


34

Bererisiko (laki-laki ): diberi kode 2

Tidak berisiko ( perempuan ): diberi kode 2

(3) Berat Bayi Lahir:

Berisiko ( < 2500gram): diberi kode 2

Tidak berisiko ( >2500 gram): diberi kode 2

(4) Pemberian ASI:

Berisiko (bia tidak diberi ASI eksklusif ): diberi kode 1

Tidak berisiko (bila diberi ASI Eksklusif): diberi kode 2

(5) Tinggi badan ibu

Berisiko ( < 145 cm): diberi kode 1

Tidak berisiko (> 145cm): diberi kode 2

(6) Status ekonomi

Beresiko (pendapatan keluarga <Rp 1.337.650): diberi kode 1

Tidak Beresiko(pendapatan keluarga >Rp 1.337.650): diberi

kode 2

(7) Status pendidikan ibu

Beresiko/Rendah(SD-SMP) : diberi kode 1

Tidak beresiko/tinggi(SMA-PT) : diberi kode 2

4.7.3. Transferring

Peneliti memasukan data kedalam mastersheet yang terdiri dari

stunting/tidak, BBL balita, jenis kelamin, ASI eksklusif, TB ibu,

status ekonomi dan tingkat pendidikan ibu.


35

4.7.4. Tabulating

Peneliti memindahkan data dari mastersheet kedalam bentuk

tabel distribusi frekuensi. Dengan memberikan kode responden serta

menghitung jumlah dari kategori jenis sehingga memudahkan untuk

mendeskripsikan hasil penelitian dalam bentuk narasi dan uji analisa

data.

4.8. Analisa Data

4.8.1. Analisa Univariate

Analisa univariate (analisa deskriptif) bertujuan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

penelitian. Analisis ini menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel. Dalam penelitian analisis untivariat

terdiri dari tinggi badan, usia kehamilan, tingkat pendidikan, status

ekonomi, pemberian ASI, berat bayi lahir, dan jenis kelamin. Rumus

yang digunakan:

Keterangan:

P = Persentase subjek pada kategori tertentu

X = ∑ sampel dengan karakteristik tertentu

Y = ∑ sampel total
36

4.8.2. Analisa Bivariate

Analisa Bivariate dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Analisa bivariate dilakukan pada data

berat badan bayi. Dalam Analisa Bevariate ini dilakukan beberapa

tahap, antara lain :

1) Analisis proporsi atau persentase, dengan membandingkan

distribusi silang antara dua variabel yang bersangkutan

2) Analisis dari hasil uji t berpasangan (paired t test) dengan

signifikasi α : 0.05 menggunakan aplikasi SPSS 22.0 for

windows. Jika nilai signifikasi yang didapatkan < 0,05 maka

hipotesis penelitian H0 ditolak dan H1 diterima yang berarti ada

ada hubungan tinggi badan, usia kehamilan, tingkat pendidikan,

status ekonomi, pemberian ASI, berat bayi lahir, dan jenis

kelamin dengan kejadian stunting pada balita di desa Kedawung

Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.

4.8.3. Uji Statistik

Pada penelitian ini menggunakan uji statistik sebagai

berikut:

1) Chi-square

Data yang diperoleh akan diuji dengan Chi-square, apabila

memenuhi syarat uji Chi-square yaitu tidak ada nilai expected

yang kurang dari 5. Jika syarat uji Chi-square tidak terpenuhi,

maka dapat dipakai uji alternatifnya yaitu uji Fisher’s Exact

Test. Kedua variabel yang diuji dikatakan memiliki hubungan


37

yang signifikan apabila dengan tingkat kepercayaan 95%,

didapatkan nilai p-value kurang dari 0,05. Rumus perhitungan

Chi-square :

2) Odds Ratio (OR)

Odds Ratio digunakan sebagai indikator adanya hubungan

sebab akibat antara faktor risiko dan efek. Interpretasi OR

lebih dari 1 menunjukkan bahwa faktor yang diteliti

memang merupakan faktor risiko, bila OR=1 atau

mencakup angka 1 berarti bukan merupakan faktor, dan

bila kurang dari 1 berarti merupakan faktor protektif

4.8.4. Analisa Multivariate

Analisis multivariat adalah metoda-metoda statistik yang

mengolah beberapa pengukuran (measurement) menyangkut

individu atau objek sekaligus (simultaneously). analisis


38

multivariat adalah metoda-metoda statistik yang mengolah beberapa

pengukuran (measurement) menyangkut individu atau objek

sekaligus (simultaneously).

4.9. Legal Ethic / Ethic Clearence

Etika penelitian merupakan perilaku peneliti yang harus di pegang

secara teguh pada sikap ilmiah dan etika penelitian meskipun penelitian

yang kita lakukan tidak merugikan responden tetapi etika penelitian harus

tetap dilakukan. Masalah etika penelitian yang harus diperhatikan oleh

peneliti yaitu sebagai berikut (Hidayat, 2014)

4.9.1. Informed consent (lembar persetujuan)

Informed consent adalah salah satu bentuk persetujuan yang

telah diterima subjek penelitian setelah mendapatkan keterangan

yang jelas mengenai perlakuan dan dampak yang timbul pada

penelitian yang akan dilakukan. Informed consent ini diberikan

kepada responden sebelum dilakukan penelitian supaya responden

mengetahui maksud dan tujuan serta memahami dampak dari

penelitian tersebut. Saat responden bersedia, maka mereka harus

menandatangani lembar informed consent tersebut. Apabila

responden tidak bersedia, maka peneliti tidak boleh memaksa dan

harus menghormati keputusan dan hak responden

4.9.2. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika responden yang memberikan jaminan dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden atau

memakai nama inisial pada lembar kuesioner dan hanya menuliskan


39

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan

dilaksanakan.

4.9.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah etika responden pada setiap penelitian di berikan

jaminan untuk menjaga kerahasiaan hasil penelitian, baik secara

informasi tertulis maupun tidak tertulis ataupun masalah lain yang

terjadi saat penelitian berlangsung. Semua informasi yang

didapatkan dari responden yang telah dikumpulkan pada peneliti

akan dijamin kerahasiaannya, hanya kelompok data tertentu yang

dilaporkan pada hasil perhitungan data

4.9.4. Justice and Inklusiveness (Keadilan dan Keterbukaan)

Permasalahan etika responden yang memberikan jaminan

keadilan untuk setiap responden untuk mendapatkan perlakuan yang

sama tanpa membedakan gender, agama dan etnis. Sedangkan untuk

keterbukaan peneliti memberikan jaminan untuk lingkungan peneliti

supaya dikondisikan agar peneliti dapat menjelaskan prosedur

penelitian secara terbuka kepada responden

4.10. Keterbatasan Penelitian

Dalam pelaksanaan kegiatan penelitian ini, beberapa hambatan yang

dialami oleh peneliti diantaranya adalah

1) Penelitian ini hanya dilakukan pada ibu balita di Desa Kedawung

Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan sehingga jumlah

responden yang terlibat dalam kegiatan penelitian terbatas


40

2) Penerapan protokol kesehatan selama masa pandemi covid-19

menjadikan ketakutan pada calon responden dan dapat dimungkinkan

responden menolak untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian.

BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Desa Kedawung Kulon merupakan salah satu wilayah administratif

dari Kabupaten Pasuruan yang terletak di Kecamatan Grati Kabupaten

Pasuruan. Mayoritas penduduk Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati

Kabupaten Pasuruan bekerja di sektor pertanian. Hal ini didukung dengan

luas wilayah desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

yang mayoritas merupakan area pertanian. Beberapa produk pertanian yang

dihasilkan oleh Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten

Pasuruan diantaranya adalah padi dan jagung. Desa Kedawung Kulon


41

Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan memiliki beberapa fasilitas umum

yang dapat dipergunakan oleh masyarakat seperti 1 sekolah dasar, 1 MTS, 1

SMK, 1 masjid, dan 1 polindes.

5.2. Data Umum

5.2.1 Balita stunting

Tabel 5.1. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan


karakteristik balita stunting di Desa Kedawung Kulon
Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

No Keterangan n %
1 Stunting 23 57,50
2 Tidak Stunting 17 42,50

Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil penelitian didapatkan responden sebagian besarnya

yaitu 23 orang (57,50%) merupakan balita stunting. Sedangkan

hampir setengah yaitu 17 orang (42,50%) bukan merupakan balita

dengan status tidak stunting.

5.2.2. BBL balita

Tabel 5.2. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan BBL


balita di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati
Kabupaten Pasuruan

No Keterangan n %
1 Kurang 9 2,25
2 Normal 31 88,75
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil penelitian hampir seluruhnya yaitu 31 orang (88,75%)

merupakan balita dengan berat badan lahir yang normal. Sedangkan

Sebagian kecil yaitu 9 orang (2,25%) merupakan balita dengan berat


42

badan lahir yang kurang.

5.2.3.Jenis Kelamin

Tabel 5.3. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Jenis


Kelamin di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati
Kabupaten Pasuruan

No Keterangan n %
1 Laki-laki 20 50,00
2 Perempuan 20 50,00
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil penelitian didapatkan diatas dapat diketahui bahwa

bahwa dari 40 responden, setengahnya sama antara laki-laki dan

perempuan yakni masing-masing 20 orang (50%).

5.2.4.Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 5.4. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan


Pemberian ASI Eksklusif di Desa Kedawung Kulon
Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

No Keterangan n %
1 ASI Eksklusif 24 60,00
2 Tidak ASI Eksklusif 16 40,00
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besarnya yaitu 24

orang (60,00%) merupakan balita yang mendapatkan ASI

eksklusif. Sedangkan hampir setengahnya yaitu 16 orang (40,00%)

merupakan balita yang mendapatkan ASI eksklusif.

5.2.5.Tinggi Badan Ibu saat hamil


43

Tabel 5.5. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Tinggi


Badan Ibu saat hamil di Desa Kedawung Kulon
Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

No Keterangan n %
1 Kurang 12 30,00
2 Normal 28 70,00
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil penelitian didapatkan sebagian besarnya yaitu 28

orang (70,00%) merupakan balita yang memiliki ibu dengan tinggi

badan normal. Sedangkan hampir setengahnya yaitu12 orang

(30,00%) merupakan balita yang memiliki ibu dengan tinggi badan

kurang.

5.2.6. Status Ekonomi

Tabel 5.6. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Status


Ekonomi di Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati
Kabupaten Pasuruan

No Keterangan n %
1 Rendah 15 37,50
2 Tinggi 25 63,50
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil penelitian sebagian besarnya yaitu 25 orang (62,50%)

merupakan balita yang memiliki ibu dengan status ekonomi tinggi.

Sedangkan hampir setengah yaitu 15 orang (37,50%) merupakan

balita yang memiliki ibu dengan status ekonomi rendah.


44

5.2.7. Status Pendidikan Ibu

Tabel 5.7. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Status


Pendidikan Ibu di Desa Kedawung Kulon Kecamatan
Grati Kabupaten Pasuruan
No Keterangan n %
1 Rendah 23 57,50
2 Tinggi 17 42,50
Jumlah 40 100%
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil penelitian sebagian besarnya yaitu 23 orang (57,50%)

merupakan balita yang memiliki ibu dengan tingkat pendidikan rendah

dan hampir setengah yaitu 17 orang (42,50%) merupakan balita yang

memiliki ibu dengan tingkat pendidikan tinggi.

5.3. Data Khusus

5.3.1. Hubungan BBL balita dengan kejadian stunting pada balita usia 25-59

bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati kabupaten Pasuruan.

Tabel 5.8. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan


Hubungan Berat Badan Lahir Balita dengan Kejadian
Stunting pada Balita Usia 25-59 Bulan di Desa Kedawung
Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan.
Balita Stunting
Berat P
Total Nilai OR
Badan Tidak Value
Stunting
Stunting
Lahir N % n % n %
Kurang 8 34,78 1 5,88 9 22,5
0,044 8,533
Normal 15 65,22 16 94,12 31 77,5
Total 23 100,00 17 100,00 40 100,00
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa balita dengan

berat badan lahir kurang yang stunting ada 8 orang (34,78%) dan

balita dengan berat badan lahir normal yang stunting ada 15 orang

(65,22%). Sedangkan balita dengan berat badan lahir kurang yang


45

tidak stunting hanya ada 1 orang (5,88%) dan balita dengan berat

badan lahir normal yang tidak stunting ada 16 orang (94,12%).

Selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan Chi Square,

namun karena terdapat 1 cell dengan expected count kurang dari 5

maka yang dibaca adalah p value nya pada table fisher exact dengan

nilai 0,044 yang berarti kurang dari 0,05, artinya ada hubungan antara

berat badan lahir dengan kejadian stunting pada balita di Desa

Kedawung Kulon. Selanjutnya dapat diketahui bahwa nilai OR adalah

1,227 yang berarti risiko stunting pada balita yang memiliki berat

badan lahir kurang adalah 8,553 lebih besar daripada balita yang

memiliki berat badan lahir normal.

5.3.2. Hubungan Jenis Kelamin balita dengan kejadian stunting pada balita

usia 25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati

kabupaten Pasuruan

Tabel 5.9. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan


Hubungan Jenis Kelamin Balita dengan Kejadian
Stunting pada Balita Usia 25-59 Bulan di Desa
Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten
Pasuruan.

Balita Stunting
Jenis P Nilai
Tidak Total Value OR
Kelamin Stunting
Stunting
N % n % n %
Laki-laki 12 52,17 8 47,05 20 50,00
0,749 1,227
Perempuan 11 47,83 9 52,95 20 50,00
Total 23 100,00 17 100,00 40 100,00
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa balita laki-laki

yang stunting ada 12 orang (52,17%) dan balita perempuan yang


46

stunting ada 11 orang (47,83%). Sedangkan balita laki-laki yang tidak

stunting ada 8 orang (47,05%) dan balita perempuan yang tidak stunting

ada 9 orang (52,95%). Selanjutnya dilakukan analisa data dengan

menggunakan Chi Square dan diketahui p value nya adalah 0,749 yang

berarti lebih dari 0,05, artinya tidak ada hubungan antara jenis kelamin

dengan kejadian stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon.

Selanjutnya dapat diketahui bahwa nilai OR adalah 1,227 yang berarti

risiko stunting pada balita yang berjenis kelamin laki-laki adalah 1,227

lebih besar daripada balita yang berjenis kelamin perempuan.

5.3.3. Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada

balita usia 25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati

kabupaten Pasuruan

Tabel 5.10. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan


Hubungan pemberian ASI Eksklusif dengan Kejadian
Stunting pada Balita Usia 25-59 Bulan di Desa
Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten
Pasuruan

Balita Stunting
ASI Nilai
Total P Value
Eksklusif Tidak OR
Stunting
Stunting
N % n % n %
Tidak ASI 17 73,91 7 41,17 24 60,00
Eksklusif
0,037 4,048
ASI 6 26,09 10 58,83 16 40,00
Eksklusif
Total 23 100,00 17 100,00 40 100,00
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa balita tidak ASI

eksklusif yang stunting ada 17 orang (73,91%) dan balita ASI


47

eksklusif yang stunting ada 6 orang (26,09%). Sedangkan balita tidak

ASI eksklusif yang tidak stunting ada 7 orang (41,17%) dan balita ASI

eksklusif yang tidak stunting ada 10 orang (58,83%). Selanjutnya

dilakukan analisa data dengan menggunakan Chi Square dan diketahui

p value nya adalah 0,037 yang berarti kurang dari 0,05, artinya ada

hubungan antara ASI Eksklusif dengan kejadian stunting pada balita

di Desa Kedawung Kulon. Selanjutnya dapat diketahui bahwa nilai

OR adalah 4,048 yang berarti risiko stunting pada balita yang tidak

ASI eksklusif adalah 4,048 lebih besar daripada balita yang ASI

eksklusif.

5.3.4. Hubungan Tinggi Badan Ibu balita saat hamil dengan kejadian stunting

pada balita usia 25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati

kabupaten Pasuruan

Tabel 5.11.Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan


Hubungan Tinggi Badan Ibu balita saat hamil dengan
Kejadian Stunting pada Balita Usia 25-59 Bulan di Desa
Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

Balita Stunting
Tinggi Nilai
Total P Value
Badan Tidak OR
Stunting
Ibu Stunting
N % N % n %
Kurang 10 43,47 2 5,00 12 30,00
0,030 5,769
Normal 13 56,53 15 95,00 28 70,00
Total 23 100,00 17 100,00 40 100,00
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa balita dengan

tinggi badan ibu kurang yang stunting ada 10 orang (43,47%) dan

balita dengan tinggi badan ibu normal yang stunting ada 13 orang
48

(56,53%). Sedangkan balita dengan tinggi badan ibu kurang yang

tidak stunting hanya ada 2 orang (5,00%) dan balita dengan tinggi

badan ibu normal yang tidak stunting ada 15 orang (95,00%).

Selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan Chi Square

dan diketahui p value nya adalah 0,030 yang berarti lebih dari 0,05,

artinya ada hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian

stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon. Selanjutnya dapat

diketahui bahwa nilai OR adalah 5,769 yang berarti risiko stunting

pada balita yang memiliki ibu bertinggi badan kurang adalah 5,769

lebih besar daripada balita yang memiliki ibu dengan tinggi badan

normal.

5.3.5. Hubungan status ekonomi orangtua balita dengan kejadian stunting


pada balita usia 25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati
kabupaten Pasuruan
Tabel 5.12. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan Hubungan
Status Ekonomi Orangtua Balita dengan Kejadian Stunting
pada Balita Usia 25-59 Bulan di Desa Kedawung Kulon
Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

Balita Stunting
Status P Nilai
Tidak Total Value OR
Ekonomi Stunting
Stunting
N % N % n %
Rendah 12 52,17 3 17,64 15 37,50
0,026 5,091
Tinggi 11 47,83 14 82,36 25 62,50
Total 23 100,00 17 100,00 40 100,00
Sumber : Data Primer,2023
Dari hasil uji paired t test dengan signifikasi α (0,05) didapatkan

nilai sig (2-tailed) sebesar 0,000. Karena nilai nilai sig (2-tailed)

sebesar 0,000 < signifikasi α (0,05) maka hipotesis penelitian diterima


49

yang berarti konsumsi daun kelor berpengaruh terhadap kecukupan

ASI bayi usia 0-6 bulan ditinjau dari berat badan bayi di Desa

Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan

5.3.6. Hubungan tingkat pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada balita

usia 25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati kabupaten

Pasuruan

Tabel 5.13.Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan


Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu Balita dengan
Kejadian Stunting pada Balita Usia 25-59 Bulan di
Desa Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten
Pasuruan

Balita Stunting
Tingkat Nilai
Total P Value
Pendidika Stunting Tidak OR
n Ibu Stunting
N % N % n %
Rendah 14 60,86 9 52,94 23 57,50
Tinggi 9 39,14 8 47,06 17 42,50 0,616 1,382
Total 2 100,0 17 100,00 40 100,00
3 0
Sumber : Data Primer,2023

Dari hasil tabulasi silang dapat diketahui bahwa balita dengan

ibu berpendidikan rendah yang stunting ada 14 orang (60,86%) dan

balita dengan ibu berpendidikan tinggi yang stunting ada 9 orang

(39,14%). Sedangkan balita dengan ibu berpendidikan kurang yang

tidak stunting ada 9 orang (52,94%) dan balita dengan ibu


50

berpendidikan tinggi yang tidak stunting ada 8 orang (47,06%).

Selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan Chi Square

dan diketahui p value nya adalah 0,616 yang berarti lebih dari 0,05,

artinya tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan kejadian

stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon. Selanjutnya dapat

diketahui bahwa nilai OR adalah 1,382 yang berarti risiko stunting

pada balita dengan ibu berpendidikan kurang adalah 1,382 lebih besar

daripada balita yang memiliki ibu dengan pendidikan tinggi.

5.3.7. Analisis Multivariat Antara Jenis Kelamin, Berat Badan Lahir, ASI

Eksklusif, Tinggi Badan Ibu, Tingkat Pendidikan Ibu dan Status

Ekonomi ibu dengan Kejadian Stunting pada Balita usia 25-59 bulan di

desa Kedawung Kulon kecamatan Grati kabupaten Pasuruan.

Tabel 5.14. Karakteristik Responden Penelitian Berdasarkan odd ratio


dari variabel independen dengan Kejadian Stunting(variabel
dependen) pada Balita Usia 25-59 Bulan di Desa
Kedawung Kulon Kecamatan Grati Kabupaten Pasuruan
Variabel
Exp(B
independe B S.E. Wald df Sig.
)
n
BBL 2,696 1,234 4,773 1 ,029 14,823
Tinggi 2,201 1,124 3,836 1 ,050 9,038
badan
Status 2,176 ,964 5,100 1 ,024 8,814
ekonomi
Asi 1,330 ,957 1,930 1 ,165 3,781
eksklusif
Jenis ,498 ,883 ,318 1 ,573 1,645
kelamin
Tingkat -,754 ,961 ,616 1 ,433 ,471
pendidik
an

Sumber : Data Primer,2023


51

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa odd ratio dari variabel

independent yang diteliti paling besar adalah BBL dengan nilai 14,823,

selanjutnya diikuti oleh tinggi badan ibu dengan nilai 9,038, kemudian

status ekonomi dengan nilai 8,814 dan ASI eksklusif dengan nilai 3,781.

Sedangkan variabel yang memiliki odd ratio kecil yakni jenis kelamin

dengan nilai 1,645 dan tingkat pendidikan ibu dengan nilai 0,471.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa factor yang paling berpengaruh

terhadap kejadian stunting pada balita adalah berat badan lahir, diikuti oleh

tinggi badan ibu, kemudian status ekonomi dan dilanjutkan oleh ASI

eksklusif

5.4. Fakta, teori, opini

5.4.1. Hubungan BBL balita dengan kejadian stunting pada balita usia 25-59

bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati kabupaten Pasuruan

Berat badan lahir sangat terkait dengan pertumbuhan dan

perkembangan jangka panjang anak balita, Bayi yang lahir dengan berat

badan lahir rendah (BBLR) yaitu bayi yang lahir dengan berat badan

kurang dari 2500 gram, bayi dengan berat badan lahir rendah akan

mengalami hambatan pada pertumbuhan dan perkembangannya serta

kemungkinan terjadi kemunduran fungsi intelektualnya selain itu bayi

lebih rentan terkena infeksi dan terjadi hipotermi.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa balita dengan berat badan

lahir kurang yang stunting ada 8 orang (34,78%) dan balita dengan berat

badan lahir normal yang stunting ada 15 orang (65,22%). Sedangkan balita

dengan berat badan lahir kurang yang tidak stunting hanya ada 1 orang
52

(5,88%) dan balita dengan berat badan lahir normal yang tidak stunting

ada 16 orang (94,12%), dan ditemukan ada hubungan antara berat badan

lahir dengan kejadian stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon, yakni

risiko stunting pada balita yang memiliki berat badan lahir kurang adalah

8,553 lebih besar daripada balita yang memiliki berat badan lahir normal.

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting pada

masa bayi dan balita. Berat badan merupakan hasil peningkatan atau

penurunan semua jaringan yang ada pada tubuh. Berat badan dipakai

sebagai indikator yang terbaik saat ini untuk mengetahui keadaan gizi dan

tumbuh kembang anak, sensitif terhadap perubahan sedikit saja,

pengukuran objektif dan dapat diulangi (Soetjiningsih, 1995, dikutip

dalam Nurhayati, 2016). Pengukuran berat badan digunakan untuk

menilai hasil peningkatan atau penurunan semua jaringan yang ada pada

tubuh, misalnya tulang, otot, organ tubuh, dan cairan tubuh sehingga dapat

diketahui status gizi dan tumbuh kembang anak, berat badan juga dapat

digunakan sebagai dasar perhitungan dosis dan makanan yang diperlukan

dalam tindakan pengobatan (Hidayat, 2008, dikutip dalam Nurhayati,

2016). Salah satu untuk mengetahui pertumbuhan balita terutama pada

ukuran berat badan dapat menggunakan ukuran atau standar yang telah

ditetapkan oleh WHO. Pada masa pertumbuhan berat badan bayi dibagi

menjadi dua, yaitu 0–6 bulan dan usia 6–12 bulan. Dan usia 0–6 bulan

pertumbuhan berat badan akan mengalami penambahan setiap minggu

sekitar 140–200 gram dan berat badannya akan menjadi dua kali berat

badan lahir pada akhir bulan ke-6. Sedangkan pada usia 6–12 bulan terjadi
53

penambahan setiap minggu sekitar 25–40 gram dan pada akhir bulan ke-12

akan terjadi penambahan tiga kali lipat berat badan lahir. Pada masa

bermain terjadi penambahan berat badan sekitar empat kali lipat dari berat

badan lahir pada usia kurang lebih 2,5 tahun serta penambahan berat badan

setiap tahunnya adalah 2–3 kg. pada masa pra sekolah dan sekolah akan

terjadi penambahan berat badan setiap tahunnya kurang lebih 2–3 tahun

(Hidayat, 2008, dikutip dalam Nurhayati, 2016). Stunting merupakan

retradasi pertumbuhan linier dengan deficit dalam panjang atau tinggi

badan sebesar -2 Z-score atau lebih menurut buku rujukan pertumbuhan

World Health Organization/National Center for Health Statistics

(WHO/NCHS). Stunting disebabkan oleh kumulasi episode stress yang

sudah berlangsung lama (misalnya infeksi dan asupan makanan yang

buruk), yang kemudian tidak terimbangi oleh catch up growth (kejar

tumbuh).

Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan

berlanjut dalam setiap siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan

ibu hamil yang mengalami kekurangan energi kronis (KEK) akan

melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan

berlanjut menjadi balita gizi kurang (stunting) dan berlanjut ke usia anak

sekolah dengan berbagai konsekuensinya. Kelompok ini akan menjadi

generasi yang kehilangan masa emas tumbuh kembangnya dari tanpa

penanggulangan yang memadai kelompok ini dikuatirkan lost generation.

Kekurangan gizi pada hidup manusia perlu diwaspadai dengan seksama,


54

selain dampak terhadap tumbuh kembang anak kejadian ini biasanya tidak

berdiri sendiri tetapi diikuti masalah defisiensi zat gizi mikro.

5.4.2. Hubungan jenis kelamin balita dengan kejadian stunting pada balita usia

25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati kabupaten

Pasuruan.

Jenis kelamin menentukan pula besar kecilnya kebutuhan gizi untuk

seseorang. Pria lebih banyak membutuhkan zat tenaga dan protein

dibandingkan wanita. Pria lebih sanggup mengerjakan pekerjaan berat

yang tidak biasa dilakukan wanita. Selama masa bayi dan anak-anak, anak

perempuan cenderung lebih rendah kemungkinannya menjadi stunting dan

severe stunting daripada anak laki-laki, selain itu bayi perempuan dapat

bertahan hidup dalam jumlah lebih besar daripada bayi laki-laki

dikebanyakan Negara berkembang termasuk Indonesia. Anak perempuan

memasuki masa puber dua tahun lebih awal daripada anak laki-laki, dan

dua tahun juga merupakan selisih dipuncak kecepatan tinggi antara kedua

jenis kelamin.

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa balita laki-laki yang stunting

ada 12 orang (52,17%) dan balita perempuan yang stunting ada 11 orang

(47,83%). Sedangkan balita laki-laki yang tidak stunting ada 8 orang

(47,05%) dan balita perempuan yang tidak stunting ada 9 orang (52,95%).

Hasil penelitian lain menunjukkan bahwa jenis kelamin anak adalah

faktor prediktor yang kuat dari stunting dan severe stunting pada anak usia

0-23 bulan dan 0-59 bulan. Anak perempuan memiliki risiko yang lebih

rendah dibandingkan anak laki-laki dalam hal ini. Selama masa bayi dan
55

masa kanak-kanak, anak perempuan cenderung lebih rendah

kemungkinannya menjadi stunting dan severe stunting, selain itu bayi

perempuan dapat bertahan hidup dalam jumlah besar daripada bayi laki-

laki di kebanyakan negara berkembang termasuk Indonesia. Demikian

pula ketika dilakukan analisa data dengan menggunakan Chi Square dan

diketahui p value nya adalah 0,749 yang berarti lebih dari 0,05, artinya

tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kejadian stunting pada

balita di Desa Kedawung Kulon. Selanjutnya dapat diketahui bahwa nilai

OR adalah 1,227 yang berarti risiko stunting pada balita yang berjenis

kelamin laki-laki di desa Kedawung Kulon adalah 1,227 lebih besar

daripada balita yang berjenis kelamin perempuan.

5.4.3. Hubungan pemberian ASI Eksklusif saat bayi dengan kejadian stunting

pada balita usia 25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati

kabupaten Pasuruan.

ASI Eksklusif menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Nomor 33 tahun 2012 tentang Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif adalah

pemberian Air Susu Ibu (ASI) tanpa menambahkan dan atau mengganti

dengan makanan atau minuman lain yang diberikan kepada bayi sejak baru

dilahirkan selama 6 bulan. Pemenuhan kebutuhan bayi 0-6 bulan telah

dapat terpenuhi dengan pemberian ASI saja. Menyusui eksklusif juga

penting karena pada usia ini, makanan selain ASI belum mampu dicerna

oleh enzim-enzim yang ada di dalam usus selain itu pengeluaran sisa

pembakaran makanan belum bisa dilakukan dengan baik karena ginjal

belum sempurna. Manfaat dari ASI Eksklusif ini sendiri sangat banyak
56

mulai dari peningkatan kekebalan tubuh, pemenuhan kebutuhan gizi,

murah, mudah, bersih, higienis serta dapat meningkatkan jalinan atau

ikatan batin antara ibu dan anak.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita tidak ASI

eksklusif yang stunting ada 17 orang (73,91%) dan balita ASI eksklusif

yang stunting ada 6 orang (26,09%). Sedangkan balita tidak ASI eksklusif

yang tidak stunting ada 7 orang (41,17%) dan balita ASI eksklusif yang

tidak stunting ada 10 orang (58,83%). Selanjutnya dilakukan analisa data

dengan menggunakan Chi Square dan diketahui p value nya adalah 0,037

yang berarti kurang dari 0,05, artinya ada hubungan antara ASI Eksklusif

dengan kejadian stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon.

Selanjutnya dapat diketahui bahwa nilai OR adalah 4,048 yang berarti

risiko stunting pada balita yang tidak ASI eksklusif di desa Kedawung

Kulon adalah 4,048 lebih besar daripada balita yang ASI eksklusif.

Penelitian yang dilakukan di Kota Banda Aceh menyatakan bahwa

kejadian stunting disebabkan oleh rendahnya pendapatan keluarga,

pemberian ASI yang tidak eksklusif, pemberian MP-ASI yang kurang

baik, imunisasi yang tidak lengkap dengan faktor yang paling dominan

pengaruhnya adalah pemberian ASI yang tidak eksklusif. Hal serupa

dinyatakan pula oleh Arifin pada tahun 2012 dengan hasil penelitian yang

menyatakan bahwa kejadian stunting dipengaruhi oleh berat badan saat

lahir, asupan gizi balita, pemberian ASI, riwayat penyakit infeksi,

pengetahuan gizi ibu balita, pendapatan keluarga, jarak antar kelahiran

namun faktor yang paling dominan adalah pemberian ASI. Berarti dengan
57

pemberian ASI eksklusif kepada bayi dapat menurunkan kemungkinan

kejadian stunting pada balita, hal ini juga tertuang pada gerakan 1000 HPK

yang dicanangkan oleh pemerintah Republik.

5.4.4. Hubungan tinggi badan ibu saat hamil dengan kejadian stunting pada balita

usia 25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati kabupaten

Pasuruan.

Stunting pada masa balita akan berakibat buruk pada kehidupan

berikutnya yang sulit diperbaiki. Pertumbuhan fisik berhubungan dengan

genetik dan faktor lingkungan. Faktor genetik meliputi tinggi badan orang

tua dan jenis kelamin. Tinggi badan ayah dan ibu yang pendek merupakan

risiko terjadinya stunting. Kejadian stunting pada balita usia 6-12 bulan

dan usia 3-4 tahun secara signifikan berhubungan dengan tinggi badan

ayah dan ibu.

Dari hasil penelitian diketahui bahwa balita dengan tinggi badan

ibu kurang yang stunting ada 10 orang (43,47%) dan balita dengan tinggi

badan ibu normal yang stunting ada 13 orang (56,53%). Sedangkan balita

dengan tinggi badan ibu kurang yang tidak stunting hanya ada 2 orang

(5,00%) dan balita dengan tinggi badan ibu normal yang tidak stunting ada

15 orang (95,00%). Selanjutnya dilakukan analisa data dengan

menggunakan Chi Square dan diketahui p value nya adalah 0,030 yang

berarti lebih dari 0,05, artinya ada hubungan antara tinggi badan ibu

dengan kejadian stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon.

Selanjutnya dapat diketahui bahwa nilai OR adalah 5,769 yang berarti

risiko stunting pada balita di desa Kedawung Kulon yang memiliki ibu
58

bertinggi badan kurang adalah 5,769 lebih besar daripada balita yang

memiliki ibu dengan tinggi badan normal.

Hasil penelitian Rahayu ada hubungan antara tinggi badan ayah

dan ibu terhadap kejadian stunting pada balita. Jesmin et al

mengemukakan bahwa tinggi badan ibu merupakan faktor yang

berpengaruh langsung terhadap anak yang stunting. Penelitian Candra, dkk

juga mengemukakan bahwa tingga badan ayah memberikan pengaruh yang

signifikan terhadap stunting pada anak usia 1-2 tahun. Anak yang memiliki

tinggi badan ayah < 162 cm memiliki kecenderungan untuk menjadi

pendek sebesar 2,7 kali..

5.4.5. Hubungan status ekonomi keluarga dengan kejadian stunting pada balita

usia 25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati kabupaten

Pasuruan.

Azwar (2000), yang dikutip oleh Manurung (2009), mengatakan

pendapatan keluarga adalah jumlah uang yang dihasilkan dan jumlah uang

yang akan dikeluarkan untuk membiayai keperluan rumah tangga selama

satu bulan. Pendapat keluarga yang memadai akan menunjang perilaku

anggota keluarga untuk mendapatkan pelayanan kesehatan keluarga yang

lebih memadai.

Beberapa faktor penyebab masalah gizi adalah kemiskinan.

Kemiskinan dinilai mempunyai peran penting yang bersifat timbal balik

sebagai sumber permasalahan gizi yakni kemiskinan menyebabkan

kekurangan gizi sebaliknya individu yang kurang gizi akan memperlambat

pertumbuhan ekonomi dan mendorong proses kemiskinan.


59

Hal ini disebabkan apabila seseorang mengalami kurang gizi maka

secara langsung akan menyebabkan hilangnya produktifitas kerja karena

kekurang fisik, menurunnya fungsi kognitif yang akan mempengaruhi

tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi keluarga. Dalam mengatasi

masalah kelaparan dan kekurangan gizi, tantangan yang dihadapi adalah

mengusahakan masyarakat miskin, terutama ibu dan anak balita

memperoleh bahan pangan yang cukup dan gizi yang seimbang dan harga

yang terjangkau.

Standar kemiskinan yang digunakan BPS bersifat dinamis,

disesuaikan dengan perubahan/pergeseran pola konsumsi agar realitas

yaitu Ukuran Garis Kemiskinan Nasional adalah jumlah rupiah yang

diperlukan oleh setiap individu untuk makanan setara 2.100 Kilo kalori

perorang perhari dan untuk memenuhi kebutuhan nonmakan berupa

perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan, transportasi, dan aneka

barang/jasa lainnya.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita dengan status

ekonomi rendah yang stunting ada 12 orang (52,17%) dan balita dengan

status ekonomi tinggi yang stunting ada 11 orang (47,83%). Sedangkan

balita dengan status ekonomi rendah yang tidak stunting ada 3 orang

(17,64%) dan balita dengan status ekonomi tinggi yang tidak stunting ada

14 orang (82,36%). Selanjutnya dilakukan analisa data dengan

menggunakan Chi Square dan diketahui p value nya adalah 0,026 yang

berarti kurang dari 0,05, artinya ada hubungan antara status ekonomi ibu

dengan kejadian stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon.


60

Selanjutnya dapat diketahui bahwa nilai OR adalah 5,091 yang berarti

risiko stunting pada balita yang berstatus ekonomi kurang adalah 5,091

lebih besar daripada balita yang berstatus ekonomi tinggi.

Penelitian yang dilakukan di Kota Banda Aceh menyatakan bahwa

kejadian stunting disebabkan oleh rendahnya pendapatan keluarga,

pemberian ASI yang tidak eksklusif, pemberian MP-ASI yang kurang

baik, imunisasi yang tidak lengkap dengan faktor yang paling dominan

pengaruhnya adalah pemberian ASI yang tidak eksklusif.

5.4.6. Hubungan status pendidikan ibu dengan kejadian stunting pada balita usia

25-59 bulan di desa Kedawung Kulon kecamatan Grati kabupaten

Pasuruan.

Pendidikan merupakan sesuatu yang dapat membawa seseorang

untuk memiliki ataupun meraih wawasan dan pengetahuan seluas- luasnya.

Orang –orang yang memiliki pendidikan lebih tinggi akan memiliki

wawasan dan pengetahuan yang lebih luas jika dibandingkan dengan

orang- orang yang memiliki pendidikan yang lebih rendah.Anak-anak

yang lahir dari orang tua yang terdidik cenderung tidak mengalami

stunting dibandingkan dengan anak yang lahir dari orang tua yang tingkat

pendidikanya rendah.

Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita dengan ibu

berpendidikan rendah yang stunting ada 14 orang (60,86%) dan balita

dengan ibu berpendidikan tinggi yang stunting ada 9 orang (39,14%).

Sedangkan balita dengan ibu berpendidikan kurang yang tidak stunting ada

9 orang (52,94%) dan balita dengan ibu berpendidikan tinggi yang tidak
61

stunting ada 8 orang (47,06%). Selanjutnya dilakukan analisa data dengan

menggunakan Chi Square dan diketahui p value nya adalah 0,616 yang

berarti lebih dari 0,05, artinya tidak ada hubungan antara pendidikan ibu

dengan kejadian stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon.

Selanjutnya dapat diketahui bahwa nilai OR adalah 1,382 yang berarti

risiko stunting pada balita dengan ibu berpendidikan kurang adalah 1,382

lebih besar daripada balita yang memiliki ibu dengan pendidikan tinggi.

Penelitian yang dilakukan di Nepal juga menyatakan bahwa anak

yang terlahir dari orang tua yang berpendidikan berpotensi lebih rendah

menderita stunting dibandingkan anak yang memiliki orang tua yang tidak

berpendidikan. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Haile

yang menyatakan bahwa anak yang terlahir dari orang tua yang memiliki

pendidikan tinggi cenderung lebih mudah dalam menerima edukasi

kesehatan selama kehamilan, misalnya dalam pentingnya memenuhi

kebutuhan nutrisi saat hamil dan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan.

5.4.7. Hubungan variabel independen yang diteliti dengan variabel dependen

Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa odd ratio dari variabel

independent yang diteliti paling besar adalah BBL dengan nilai 14,823,

selanjutnya diikuti oleh tinggi badan ibu dengan nilai 9,038, kemudian

status ekonomi dengan nilai 8,814 dan ASI eksklusif dengan nilai 3,781.

Sedangkan variabel yang memiliki odd ratio kecil yakni jenis kelamin

dengan nilai 1,645 dan tingkat pendidikan ibu dengan nilai 0,471.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa factor yang paling berpengaruh

terhadap kejadian stunting pada balita adalah berat badan lahir, diikuti oleh
62

tinggi badan ibu, kemudian status ekonomi dan dilanjutkan oleh ASI

eksklusif.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

6.1.1 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita dengan berat

badan lahir kurang yang stunting ada 8 orang (34,78%) dan balita

dengan berat badan lahir normal yang stunting ada 15 orang

(65,22%). Sedangkan balita dengan berat badan lahir kurang yang

tidak stunting hanya ada 1 orang (5,88%) dan balita dengan berat

badan lahir normal yang tidak stunting ada 16 orang (94,12%).

Selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan Chi

Square, ada hubungan antara berat badan lahir dengan kejadian

stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon. Dan yang memiliki

risiko stunting pada balita yang memiliki berat badan lahir kurang

adalah 8,553 lebih besar daripada balita yang memiliki berat badan

lahir normal.
63

6.1.2 Dari hasil penelitian diketahui bahwa balita laki-laki yang stunting

ada 12 orang (52,17%) dan balita perempuan yang stunting ada 11

orang (47,83%). Sedangkan balita laki-laki yang tidak stunting ada 8

orang (47,05%) dan balita perempuan yang tidak stunting ada 9

orang (52,95%). Selanjutnya dilakukan analisa data dengan

menggunakan Chi Square ternyata tidak ada hubungan antara jenis

kelamin dengan kejadian stunting

6.1.3 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita tidak ASI

eksklusif yang stunting ada 17 orang (73,91%) dan balita ASI

eksklusif yang stunting ada 6 orang (26,09%). Sedangkan balita

tidak ASI eksklusif yang tidak stunting ada 7 orang (41,17%) dan

balita ASI eksklusif yang tidak stunting ada 10 orang (58,83%).

Selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan Chi Square

ditemukan ada hubungan antara ASI Eksklusif dengan kejadian

stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon. Sehingga risiko

stunting pada balita yang tidak ASI eksklusif adalah 4,048 lebih

besar daripada balita yang ASI eksklusif.

6.1.4 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita dengan tinggi

badan ibu kurang yang stunting ada 10 orang (43,47%) dan balita

dengan tinggi badan ibu normal yang stunting ada 13 orang

(56,53%). Sedangkan balita dengan tinggi badan ibu kurang yang

tidak stunting hanya ada 2 orang (5,00%) dan balita dengan tinggi

badan ibu normal yang tidak stunting ada 15 orang (95,00%).

Selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan Chi Square


64

ditemukan ada hubungan antara tinggi badan ibu dengan kejadian

stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon. Sehingga risiko

stunting pada balita yang memiliki ibu bertinggi badan kurang

adalah 5,769 lebih besar daripada balita yang memiliki ibu dengan

tinggi badan normal.

6.1.5 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita dengan ekonomi

rendah yang stunting ada 12 orang (52,17%) dan balita dengan status

ekonomi tinggi yang stunting ada 11 orang (47,83%). Sedangkan

balita dengan status ekonomi rendah yang tidak stunting ada 3 orang

(17,64%) dan balita dengan status ekonomi tinggi yang tidak

stunting ada 14 orang (82,36%). Selanjutnya dilakukan analisa data

dengan menggunakan Chi Square ditemukan ada hubungan antara

status ekonomi ibu dengan kejadian stunting pada balita di Desa

Kedawung Kulon. Sehingga risiko stunting pada balita yang

berstatus ekonomi kurang adalah 5,091 lebih besar daripada balita

yang berstatus ekonomi tinggi.

6.1.6 Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa balita dengan ibu

berpendidikan rendah yang stunting ada 14 orang (60,86%) dan

balita dengan ibu berpendidikan tinggi yang stunting ada 9 orang

(39,14%). Sedangkan balita dengan ibu berpendidikan kurang yang

tidak stunting ada 9 orang (52,94%) dan balita dengan ibu

berpendidikan tinggi yang tidak stunting ada 8 orang (47,06%).

Selanjutnya dilakukan analisa data dengan menggunakan Chi Square


65

ditemukan tidak ada hubungan antara pendidikan ibu dengan

kejadian stunting pada balita di Desa Kedawung Kulon.

6.1.7 Dari penelitian juga diketahui bahwa odd ratio dari variabel

independent yang diteliti paling besar adalah BBL dengan nilai

14,823, selanjutnya diikuti oleh tinggi badan ibu dengan nilai 9,038,

kemudian status ekonomi dengan nilai 8,814 dan ASI eksklusif

dengan nilai 3,781. Sedangkan variabel yang memiliki odd ratio

kecil yakni jenis kelamin dengan nilai 1,645 dan tingkat pendidikan

ibu dengan nilai 0,471. Sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor

yang paling berpengaruh terhadap kejadian stunting pada balita

adalah berat badan lahir, diikuti oleh tinggi badan ibu, kemudian

status ekonomi dan dilanjutkan oleh ASI eksklusif

6.2. Saran

6.2.1. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan

sebagai informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian stunting pada balita usia 25-59 bulan sehingga institusi

pendidikan STIKES Husada Jombang dapat mengembangkan

pembelajaran tentang stunting sebagai salah satu mata kuliah

keahlian bagi mahasiswa kebidanan

6.2.2. Bagi bidan

Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan

sebagai informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian stunting pada balita usia 25-59 bulan untuk meningkatkan


66

pengetahuan tentang hal ini sehingga bidan dapat memberikan

health education kepada ibu balita terutama mengenai cara yang

dapat dilakukan untuk mencegah dan menurunkan kejadian stunting

pada balita 25-59 bulan dengan praktek bersama kader KPM di

posyandu Stunting.

6.2.3. Bagi ibu balita

Diharapkan hasil penelitian yang dilakukan dapat dijadikan

sebagai informasi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan

kejadian stunting pada balita usia 25-59 bulan untuk meningkatkan

pengetahuan ibu balita sehingga dapat memenuhi kebutuhan balita

guna pencapaian pertumbuhan dan perkembangan balita yang

optimal untuk mencegah atau menurunkan kejadian stunting dengan

penyuluhan dan kunjungan bersama petugas gizi.

6.2.4. Bagi peneliti selanjutnya

Diharapkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat

dijadikan sebagai kajian ilmiah untuk melakukan penelitian lebih

lanjut dengan menyertakan variabel yang belum diangkat dalam

penelitian ini.
67

DAFTAR PUSTAKA

Atika, N. (2014). Perbedaan Pemberian ASI Eksklusif dan Susu Formula terhadap
Status Gizi Bayi Usia 7-12 bulan. Ungaran. Karya Tulis Ilmiah. Akademi
Kebidanan Ngudi Waluyo

Erawati, L. (2017). Aktivitas Antibakteri Kombinasi Fraksi Daun Moringa


Oleifera Dan Ekstrak Daun Annona squamosa (Studi terhadap Bakteri
Staphylococus aureus dan Escherichia coli dengan Metode Difusi
Cakram) (Doctoral dissertation, University of Muhammadiyah Malang).

Ernawati, D., Ismarwati, I., & Hutapea, H. P. (2019). Analisi Kandungan FE


dalam Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu Menyusui. Jurnal Ners dan Kebidanan
(Journal of Ners and Midwifery), 6(1), 051-055.

Harahap, N. R. (2019). Pijat Bayi Meningkatkan Berat Badan Bayi Usia 0-6
Bulan. Jurnal Kesehatan Prima, 13(2), 99-107.

Ikalinus, R., Widyastuti, S. K., & Setiasih, N. L. E. (2015). Skrining fitokimia


ekstrak etanol kulit batang kelor (Moringa oleifera). Indonesia Medicus
Veterinus, 4(1), 71-79.

Ilona, Duria, A. U. C. (2015). Pengaruh penambahan ekstrak daun kelor (Moringa


oleifera) dan waktu inkubasi terhadap sifat organoleptik yoghurt. Jurnal
Tata Boga, 4(3).

Isnan, W., & Muin, N. (2017). Ragam Manfaat Tanaman Kelor (Moringa oleifera
Lamk.) Bagi Masyarakat. Buletin Eboni, 14(1), 63-75.

Johan, H., Anggraini, R. D., & Noorbaya, S. (2019). Potensi Minuman Daun
Kelor Terhadap Peningkatan Produksi Air Susu Ibu (ASI) Pada Ibu
Postpartum. Sebatik, 23(1), 192-194.

Juliansyah Noor, S. E. (2016). Metodologi Penelitian: Skripsi, Tesis, Disertasi &


Karya Ilmiah. Prenada Media.

Khanal, V., Scott, J. A., Lee, A. H., Karkee, R., & Binns, C. W. (2015). Factors
associated with early initiation of breastfeeding in Western
Nepal. International journal of environmental research and public
health, 12(8), 9562-9574.

Kulsum, A. U., Nugroho, H. A., & Andarsari, W. (2014). Deskripsi Praktik Ibu
Tentang Pemberian ASI Ekslusif Pada Bayi 7-8 Bulan Di Puskesmas
Tegowanu Kecamatan Tegowanu Kabupaten Grobogan. Jurnal
Kebidanan, 3(2), 1-7.

Maryunani, A. (2012). Inisiasi Menyusui Dini, ASI Eksklusif Dan Manajemen


Laktasi. Jakarta: Trans Info Media.
68

Nirwana, A. B. (2014). ASI dan Susu Formula. Yogyakarta: Nuha Medika, 125-
143.

Nurhayati, E. (2016). Indeks massa tubuh (IMT) Pra hamil dan kenaikan berat
badan ibu selama hamil berhubungan dengan berat badan bayi lahir. Jurnal
Ners dan Kebidanan Indonesia, 4(1), 1-5.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2020 Tentang


Standar Antropometri Anak

Prasetyo, B., & Jannah, L. M. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta ;


Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia

Pratiwi, I., & Srimiati, M. (2020). Pengaruh Pemberian Puding Daun Kelor
(Moringa oleifera) terhadap Produksi Air Susu Ibu (ASI) pada Ibu
Menyusui di Wilayah Kerja Puskesmas Kelurahan Cawang Jakarta
Timur. Jurnal Kesehatan Indonesia, 11(1), 53-57.

Putra, I. W. D. P., Dharmayudha, A. A. G. O., & Sudimartini, L. M. (2016).


Identifikasi Senyawa Kimia Ekstrak Etanol Daun Kelor (Moringa oleifera
L) di Bali. Indonesia Medicus Veterinus, 5(5), 464-473.

Qoniah, E. W. (2014). Uji Kadar Protein Dan Uji Organoleptik Biskuit Dengan
Ratio Tepung Terigu Dan Tepung Daun Kelor (Moringa oleifera) Yang
Ditambahkan Sari Buah Nanas (Ananas comosus) (Doctoral dissertation,
Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Sihombing, M. A. (2019). Efektifitas Kapsul Ekstrak Daun Kelor Terhadap


Kecukupan ASI Pada Bayi Kurang Dari 6 Bulan Ditinjau Dari Berat Badan
Bayi Di Wilayah Kerja Puskesmas Sri Padang Kota Tebing Tinggi Tahun
2018.

Sofyani, W. O. W. (2019). Sistem Klasifikasi Kelor dalam Etnobotani Masyarakat


Wolio. JSW (Jurnal Sosiologi Walisongo), 3(1), 49-64.

Tilong, A. D. (2012). Ternyata, Kelor Penakluk Diabetes. Jogjakarta: Diva Press


kontrol berupa pengukuran kembali kadar glukosa darah yang dilakukan, 2.

Toripah, S. S. (2014). 4. Aktivitas Antioksidan Dan Kandungan Total Fenolik


Ekstrak Daun Kelor (Moringa oleifera LAM). Pharmacon, 3(4).

WHO. (2019). Global Breastfeeding Scorecard, 2018 Enabling Women To


Breastfeed Through Better Policies And Programmes. Diakses dari :
https://www.who.int/publications/infantfeeding/global/

Yusup, F. (2018). Uji Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian


Kuantitatif. Tarbiyah: Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1).
69

Zakaria, A. T., & Sirajuddin, R. H. (2012). Penambahan tepung daun kelor pada
menu makanan sehari–hari dalam Upaya penanggulangan gizi kurang pada
anak balita. Media Gizi Pangan, 8, 190.
70

LAMPIRAN 1

LEMBAR PENGAJUAN JUDUL


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN
FORMULIR PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI
Kepada : LPPM
PROGRAM STUDI SARJANA KEBIDANAN STIKES HUSADA JOMBANG
BIODATA MAHASISWA NIM : 2021050420 IPK :
Nama PUDJI PRADITYA ERDHINI
Tempat Tanggal
Lahir

Alamat Tinggal

No. Telp
(Selular)
Alamat Email

PROFIL PENELITIAN
Judul ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN
Skrips STUNTING PADA BALITA DI DESA KEDAWUNG KULON KEC
i GRATI KAB PASURUAN
PEMBIMBING I PEMBIMBING II

Bdn. Fifi Ratna Aminati ,S.ST.M.Kes Endang Yuliani,S.ST.M.PH


NPP : 011305134 NPP : 0714078209
Mengetahui :

LPPM SARJANA KEBIDANAN Ka PROGRAM STUDI SARJANA


STIKES HUSADA JOMBANG KEBIDANAN

SITI NUR FARIDA, SST.,M.Kes ZENY FATMAWATI ,SST.,M.PH.


NPP : 011105094 NPP : 010205008
MAHASISWA

HERMIN SETYONINGSIH
NIM: 2020050054
71

LAMPIRAN 2

SURAT BALASAN DARI TEMPAT PENELITIAN


72

LAMPIRAN 3

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Pudji Praditya Erdhini


Nim : 2021050420
Judul Skripsi : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada
Balita di Desa Kedawung Kulon Kec Grati Kab Pasuruan
Dosen Pembimbing I :
TANDA TANGAN
No TANGGAL HASIL KONSULTASI
PEMBIMBING

1 19-12-2022 Pengajuan judul skripsi


Acc judul penelitian
Konsultasi Bab I dan halaman
depan:
-Pada Kata Pengantar di bagian
bawah sendiri,Pasuruan di ganti
Jombang
-Gelar pembimbing dibetulkan
-Bab I latar belakang jangan
terlalu banyak paragraf, berisi
gambaran umum, kesenjangan yg
akan menimbulkan masalah, data
data dan solusi
-Revisi pernyataan masalah
-Revisi minggu kemarin acc
2 20-12-2022 Konsultasi Bab 2
-Materi tentang konsep Stunting
ditambah
Revisi Bab II Acc
Konsultasi Bab III
-Kerangka konseptual diperbaiki
Melanjutkan konsul Bab III
73

-Hipotesis penelitian acc


Konsultasi Bab IV
-Jumlah populasi dan kriteria
populasi di betulkan
Konsul Bab IV
-Memperbaiki variabel dependen
dan independen
-Memperbaiki isi definisi
operasional
-Revisi bahan penelitian dan
instrumen penelitian
-Rumus –rumus untuk uji peneli
tian agar diberi keterangan
Bab IV Acc
Perbaikan hasil ujian proposal
-Jumlah sampel minimal 30
-Membuat cheklis monitoring
minum kapsul daun kelor
-Tempat penelitian kalau sampel
tidak bisa terpenuhi, ganti di
Puskesmas
3 13-2-2023 Konsultasi hasil penelitian
-Lembar pemohonan responden
dan persetujuan jadi responden
harus diisi lengkap
Lakukan observasi
Lakukan uji Normalitas data
Konsultasi tabulasi data
Konsultasi Bab V
-Gambaran umum lokasi
penelitian di tambah fasilitas
kesehatan yang ada
74

-Kolom data hasil penelitian di


perbaiki
Pembahasan hasil penelitian di
hubungkan dengan teori dan hasil
penelitian sebelumnya
Lampiran agar di lengkapi
15-2-2023 -Lembar pengajuan judul
-Permohonan dari Instansi
-Jawaban dari tempat penelitian
-Jadwal penyusunan Skripsi
-Data penelitian
75

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI

Nama : Pudji Praditya Erdhini


Nim : 2021050420
Judul Skripsi : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting
pada Balita di Desa Kedawung Kulon Kec Grati Kab
Pasuruan
Dosen Pembimbing II :.
TANDA
No TANGGAL HASIL KONSULTASI TANGAN
PEMBIMBING
1 30-9--2022 Pengajuan judul skripsi
Acc judul penelitian
Konsultasi Bab I dan halaman
depan:
-Pada Kata Pengantar di bagian
bawah sendiri,Pasuruan di ganti
Jombang
-Gelar pembimbing dibetulkan
-Bab I latar belakang jangan
terlalu banyak paragraf, berisi
gambaran umum, kesenjangan yg
akan menimbulkan masalah, data
data dan solusi
-Revisi pernyataan masalah
-Revisi minggu kemarin acc
2 19-12-2022 Konsultasi Bab 2
-Materi tentang konsep Stunting
ditambah
Revisi Bab II Acc
Konsultasi Bab III
-Kerangka konseptual diperbaiki
Melanjutkan konsul Bab III
-Hipotesis penelitian acc
76

Konsultasi Bab IV
-Jumlah populasi dan kriteria
populasi di betulkan
Konsul Bab IV
-Memperbaiki variabel dependen
dan independen
-Memperbaiki isi definisi
operasional
-Revisi bahan penelitian dan
instrumen penelitian
-Rumus –rumus untuk uji peneli
tian agar diberi keterangan
Bab IV Acc
Perbaikan hasil ujian proposal
-Jumlah sampel minimal 30
-Membuat cheklis monitoring
minum kapsul daun kelor
-Tempat penelitian kalau sampel
tidak bisa terpenuhi, ganti di
Puskesmas
3 13-2-2023 Konsultasi hasil penelitian
-Lembar pemohonan responden
dan persetujuan jadi responden
harus diisi lengkap
Lakukan observasi
Lakukan uji Normalitas data
Konsultasi tabulasi data
Konsultasi Bab V
-Gambaran umum lokasi
penelitian di tambah fasilitas
kesehatan yang ada
-Kolom data hasil penelitian di
77

perbaiki
Pembahasan hasil penelitian di
hubungkan dengan teori dan hasil
penelitian sebelumnya
Lampiran agar di lengkapi
15-2-2023 -Lembar pengajuan judul
-Permohonan dari Instansi
-Jawaban dari tempat penelitian
-Jadwal penyusunan Skripsi
-Data penelitian
78

LAMPIRAN 4

JADWAL PENYUSUNAN SKRIPSI MAHASISWA


TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Agu Des Jan Feb Mar Mei Juni Juli


Sept Okt Nov
No Kegiatan s
2022 2023 2022
2022 2023 2023 2023 2023 2023 2023
2022
1 Pembagian Pembimbing
dan Buku Pedoman
2 Pengajuan Judul
Penelitian
3 Studi Pendahuluan
(Surat Permohonan)
4 Penyusunan Bab I
5 Penyusunan Bab II
6 Penyusunan Bab III
7 Penyusunan Bab IV
8 Uji Validitas dan
Reliabilitas
9 Ujian Proposal
10 Pelaksanaan penelitian
11 Konsultasi hasil
penelitian
12 Penyusunan Bab V
13 Penyusunan Bab VI
14 Kelengkapan lampiran
15 Ujian hasil skripsi
16 Penyerahan skripsi
79

LAMPIRAN 5

LEMBAR PERMOHONAN RESPONDEN PENELITIAN

Kepada
Yth. Calon responden penelitian
Di
Tempat

Yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama : Pudji Praditya Erdhini
NIM : 20210500420
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang

Bersama ini peneliti mengajukan permohonan kepada Ibu untuk berkenan


menjadi responden penelitian sebagai tugas akhir Program Studi S-1 Kebidanan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang dengan judul penelitian
“Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada Balita di Desa
Kedawung Kulon Kec Grati Kab Pasuruan”.
Selama kegiatan penelitian berlangsung, responden memiliki hak untuk diri
jika penelitian yang dilakukan dianggap merugikan responden. Setiap jawaban
yang diberikan oleh responden akan dijamin kerahasiaan oleh peneliti dan hanya
digunakan untuk kepentingan pengembangan keilmuan kebidanan. Oleh karena
itu, peneliti mohon agar ibu bersedia menjadi responden.

Atas kesediaan dan partisipasinya ibu, peneliti ucapkan terimakasih.

Hormat kami,

Peneliti
80

LAMPIRAN 6
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bersedia untuk turut
berpartisipasi sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa
dengan keterangan sebagai berikut :
Nama : Pudji Praditya Erdhini
NIM : 2021050420
Institusi : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Husada Jombang
Judul Penelitian : Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Stunting pada
Balita di Desa Kedawung Kulon Kec Grati Kab Pasuruan

Demikian surat pernyataan ini kami buat dengan sebenarnya dan untuk
dipergunakan sebagaimana perlunya.

Pasuruan, ..............................
Responden Penelitian

( ............................................... )
81

LAMPIRAN 7

LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN STUNTING


PADA BALITA DI DESA KEDAWUNG KULON KEC GRATI KAB
PASURUAN

Pedoman Pengisian Lembar Observasi


1. Baca dengan seksama setiap pertanyaan pada lembar observasi berikut ini
2. Pilih jawaban dengan memberikan tanda centang (√) pada pilihan yang anda
pilih
3. Jika ada butir pertanyaan yang tidak dipahami, dapat langsung ditanyakan
kepada peneliti atau enumerator (petugas) yang datang kepada responden

Data Umum

1. BBL balita
 < 2500 gr
 >2500 gr

2. Jenis kelamin Balita


 Laki-laki
 Perempuan

3. Pemberian ASI Eksklusif


 ASI Eksklusif
 Tidak ASI Eksklusif

4. TB ibu saat hamil


 < 145 cm
 > 145 cm

5. Status Ekonomi/ penghasilan orangtua


 < Rp. 1.337.650/bulan
 > Rp. 1.337.650/bulan

6. Status Pendidikan ibu


 Rendah (SD-SMP)
 Tinggi (SMA-PT)
82

PENGUKURAN TINGGI BADAN BALITA


(Diisi Oleh Peneliti)

Tanggal pengukuran : ........................................


Tinggi badan balita : ........................................

Kesimpulan :
 Sangat pendek/ Stunting : Z-score < -3 SD
 Pendek/Stunting : Z score -3 SD sd < -2 SD
 Normal : Z score -2 SD sd +2 SD
 Tinggi : > 2SD
83

LAMPIRAN 8

LAMPIRAN DATA PENELITIAN

No Tingkat
Responde Jenis ASI TB Pendidika Status
n Stunting Kelamin BBL Eksklusif IBU n Ekonomi

1 1 2 2 1 1 2 1
2 2 1 2 2 2 1 2
3 1 1 2 1 1 1 1
4 1 2 2 1 1 1 1
5 1 2 2 1 2 1 2
6 2 1 2 2 2 2 2
7 1 1 2 1 1 2 2
8 1 1 2 1 1 1 1
9 1 2 2 2 2 2 1
10 1 2 2 1 1 1 1
11 1 1 2 2 1 1 2
12 1 1 2 1 2 1 1
13 1 1 2 1 2 1 1
14 1 2 2 1 2 1 1
15 1 2 2 1 2 2 1
16 1 1 2 2 2 2 1
17 2 2 2 1 1 1 2
18 1 2 1 1 2 1 1
19 2 2 2 2 1 2 2
20 2 2 2 2 2 1 2
21 2 1 2 2 2 2 1
22 1 1 2 1 2 2 2
23 1 1 1 1 1 1 2
24 1 1 1 1 2 1 2
25 1 2 1 1 2 2 2
26 1 2 1 2 1 1 2
84

No Tingkat
Responde Jenis ASI TB Pendidika Status
n Stunting Kelamin BBL Eksklusif IBU n Ekonomi

27 2 1 2 1 2 1 2
28 2 1 2 2 2 2 2
29 2 1 1 1 2 1 1
30 2 2 2 2 2 1 2
31 2 1 2 2 2 2 2
32 2 2 2 1 2 1 1
33 1 1 1 2 1 1 2
34 1 2 1 1 2 2 2
35 2 2 2 2 2 1 2
36 2 2 2 1 2 1 2
37 2 2 2 2 2 2 2
38 2 1 2 1 2 2 2
39 1 1 1 2 2 2 2
40 2 2 2 1 2 2 2
85

LAMPIRAN 9

Lampiran – Uji Statistik

Jenis Kelamin

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square ,102 1 ,749
Continuity Correctionb ,000 1 1,000
Likelihood Ratio ,102 1 ,749
Fisher's Exact Test 1,000 ,500
Linear-by-Linear ,100 1 ,752
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 8,50.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Jenis Kelamin (laki- 1,227 ,350 4,307
laki / perempuan)
For cohort Stunting = Stunting 1,091 ,640 1,861

For cohort Stunting = TIdak Stunting ,889 ,431 1,832

N of Valid Cases 40
86

Berat Badan Lahir

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,682 1 ,030
Continuity Correctionb 3,171 1 ,075
Likelihood Ratio 5,327 1 ,021
Fisher's Exact Test ,044 ,033
Linear-by-Linear 4,565 1 ,033
Association
N of Valid Cases 40
a. 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3,82.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Berat Badan Lahir 8,533 ,950 76,626
(kurang / normal)
For cohort Stunting = Stunting 1,837 1,194 2,826
For cohort Stunting = TIdak Stunting ,215 ,033 1,409
N of Valid Cases 40

ASI Eksklusif
Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,365 1 ,037
Continuity Correctionb 3,107 1 ,078
Likelihood Ratio 4,404 1 ,036
Fisher's Exact Test ,053 ,039
Linear-by-Linear 4,256 1 ,039
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,80.
b. Computed only for a 2x2 table
87

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for ASI Eksklusif (tidak 4,048 1,058 15,478
ASI eksklusif / ASI eksklusif)
For cohort Stunting = Stunting 1,889 ,954 3,738

For cohort Stunting = TIdak ,467 ,225 ,968


Stunting
N of Valid Cases 40

Tinggi Badan Ibu

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df (2-sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4,682 1 ,030
Continuity Correctionb 3,293 1 ,070
Likelihood Ratio 5,062 1 ,024
Fisher's Exact Test ,041 ,032
Linear-by-Linear 4,564 1 ,033
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5,10.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tinggi Badan 5,769 1,064 31,270
(kurang / normal)
For cohort Stunting = Stunting 1,795 1,120 2,876

For cohort Stunting = TIdak Stunting ,311 ,084 1,155

N of Valid Cases 40
Pendidikan Ibu

Chi-Square Tests
88

Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Pearson Chi-Square ,251a 1 ,616
Continuity Correctionb ,032 1 ,859
Likelihood Ratio ,251 1 ,616
Fisher's Exact Test ,749 ,429
Linear-by-Linear ,245 1 ,621
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 7,23.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Tingkat Pendidikan 1,383 ,389 4,915
(rendah / tinggi)

For cohort Stunting = Stunting 1,150 ,660 2,003

For cohort Stunting = TIdak ,832 ,406 1,703


Stunting

N of Valid Cases 40
89

Status Ekonomi

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance Exact Sig. Exact Sig.
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
a
Pearson Chi-Square 4,972 1 ,026
Continuity Correctionb 3,608 1 ,058
Likelihood Ratio 5,240 1 ,022
Fisher's Exact Test ,046 ,027
Linear-by-Linear 4,848 1 ,028
Association
N of Valid Cases 40
a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6,38.
b. Computed only for a 2x2 table

Risk Estimate
95% Confidence Interval
Value Lower Upper
Odds Ratio for Status Ekonomi 5,091 1,146 22,620
(rendah / tinggi)
For cohort Stunting = Stunting 1,818 1,092 3,026

For cohort Stunting = TIdak ,357 ,122 1,041


Stunting
N of Valid Cases 40
90

Analisis Multivariat

Variables not in the Equation


Score df Sig.
Step 0 Variables Jenis kelamin ,102 1 ,749
BBL 4,682 1 ,030
Asi Eksklusif 4,365 1 ,037
TB Ibu 4,682 1 ,030
Tingkat pendidikan ,251 1 ,616
Status ekonomi 4,972 1 ,026
Overall Statistics 17,002 6 ,009

Variables in the Equation


B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step Jenis kelamin ,498 ,883 ,318 1 ,573 1,645
1a BBL 2,696 1,234 4,773 1 ,029 14,823
Asi Eksklusif 1,330 ,957 1,930 1 ,165 3,781
TB Ibu 2,201 1,124 3,836 1 ,050 9,038
Tingkat -,754 ,961 ,616 1 ,433 ,471
Pendidikan
Status 2,176 ,964 5,100 1 ,024 8,814
ekonomi
Constant - 4,563 9,556 1 ,002 ,000
14,106
a. Variable(s) entered on step 1: jenis kelamin, BBL, Asi Eksklusif, TB Ibu, tingkat
pendidikan, status ekonomi.
91

Anda mungkin juga menyukai