Anda di halaman 1dari 7

Karakteristik dan Prinsip Ajaran Islam, Serta Perbandingannya

dengan Agama Lain

A. Definisi agama Islam


Pengertian Islam secara harfiyah artinya damai, selamat, tunduk, dan bersih.
Kata Islam terbentuk dari tiga huruf, yaitu S (sin), L (lam), M (mim) yang
bermakna dasar “selamat” (Salama)

Pengertian Islam Menurut Bahasa, Islam berasal dari kata aslama yang
berakar dari kata salama. Kata Islam merupakan bentuk mashdar (infinitif) dari
kata aslama ini.

Ditinjau dari segi bahasanya yang dikaitkan dengan asal katanya, Islam memiliki
beberapa pengertian, diantaranya adalah:

1. Berasal dari ‘salm’ yang berarti damai.

Dalam al-Qur’an Allah SWT berfirman (QS. AL-Anfal: 61)

‫ِم ِل‬ ‫َّلِه ِإ‬ ‫ِل ِم‬ ‫ِإ‬


‫َو ْن َج َنُح وا لَّس ْل َفاْج َنْح َهَلا َو َتَو َّك ْل َعَلى ال ۚ َّنُه ُه َو الَّس يُع اْلَع يُم‬

“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya


dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha
Mendengar lagi Maha Mengetahui.”

Kata ‘salm’ dalam ayat di atas memiliki arti damai atau perdamaian. Dan ini
merupakan salah satu makna dan ciri dari Islam, yaitu bahwa Islam merupakan
agama yang senantiasa membawa umat manusia pada perdamaian.

2. Berasal dari kata ‘aslama’ ( ‫)َأْس َلَم‬ yang berarti menyerah.


Hal ini menunjukkan bahwa seorang pemeluk Islam merupakan seseorang yang
secara ikhlas menyerahkan jiwa dan raganya hanya kepada Allah SWT.
Penyerahan diri seperti ini ditandai dengan pelaksanaan terhadap apa yang Allah
perintahkan serta menjauhi segala larangan-Nya. Menunjukkan makna
penyerahan ini,

Allah berfirman dalam al-Qur’an: (QS. An-Nisa : 125)

ۗ‫َو َمْن َأْح َس ُن ِد يًن ا َّمِمْن َأْس َلَم َو ْجَه ُه ِلَّل ِه َو ُه َو ْحُمِس ٌن َو اَّتَبَع ِم َّل َة ِإْبَر اِه يَم َح ِنيًف ا‬

‫َو اَخَّتَذ الَّلُه ِإْبَر اِه يَم َخ ِلياًل‬

“Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan kebaikan, dan
ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi
kesayanganNya.”

Sebagai seorang muslim, sesungguhnya kita diminta Allah untuk menyerahkan


seluruh jiwa dan raga kita hanya kepada-Nya. Dalam sebuah ayat Allah
berfirman: (QS. 6 : 162)

‫ِم‬ ‫ِل ِه‬ ‫ِك‬


‫ُقْل ِإَّن َص اَل يِت َو ُنُس ي َو ْحَمَياَي َو َمَمايِت َّل َر ِّب اْلَعاَل َني‬

“Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah


untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

3. Berasal dari kata istaslama–mustaslimun : penyerahan total kepada Allah.

Dalam Al-Qur’an Allah berfirman (QS. As-Saffat : 26)


‫َبْل ُه ُم اْلَيْو َم ُمْس َتْس ِلُم وَن‬

“Bahkan mereka pada hari itu menyerah diri.”

4. Berasal dari kata ‘saliim’ ( ‫ )َسِلْيٌم‬yang berarti bersih dan suci.

Mengenai makna ini, Allah berfirman dalam Al-Qur’an (QS. Asy-Syu’ara : 89)

‫ِإاَّل َمْن َأَتى الَّلَه ِبَق ْلٍب َس ِليٍم‬

“Kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih”.

B. Karakteristik Agama Islam


Di antara karakteristik yang mengokohkan kelebihan Islam dan membuat umat
manusia sangat membutuhkan agama Islam adalah sebagai berikut1
1. Islam datang dari sisi Allah Subhanahu wa Ta’ala dan sesungguhnya Allah lebih
mengetahui apa yang menjadi mashlahat (kebaikan) bagi hamba-hamba-Nya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Apakah (pantas) Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui? Dan Dia Mahahalus,
Maha Mengetahui.” [Al-Mulk: 14]
2. Islam menjelaskan awal kejadian manusia dan akhir kehidupannya, serta
tujuan ia diciptakan.

1
Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Qur’an dan As-Sunnah yang Shahih,
Penerbit Pustaka At-Taqwa Po Box 264 Bogor, Cetakan ke 2 melalui almanhj.or.id
3. Islam adalah agama fitrah. Islam tidak akan pernah bertentangan dengan
fitrah dan akal manusia.
4. Islam adalah ilmu syar’i. Ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim dan
muslimah, dan ilmu mengangkat derajat orang-orang yang memilikinya ke derajat
yang paling tinggi.
5. Allah Azza wa Jalla menjamin kebahagiaan, kemuliaan, dan kemenangan
bagi orang yang berpegang teguh kepada Islam dan menerapkannya dalam
kehidupan, baik bagi perorangan maupun masyarakat
6. Dalam agama Islam terdapat penyelesaian bagi segala problematika, karena
syari’at dan dasar-dasar ajarannya mencakup segala hukum bagi segala peristiwa
yang tidak terbatas.
7. Syari’at Islam adalah syari’at yang paling bijak dalam mengatur semua
bangsa, paling tepat dalam memberikan solusi dari setiap masalah,
memperhatikan kemaslahatan dan sangat memperhatikan hak-hak manusia.
8. Islam adalah agama yang fleksibel (cocok untuk semua tempat, zaman,
bangsa dan berbagai macam situasi). Bahkan dunia tidak akan menjadi baik
melainkan dengan agama Islam. Oleh karenanya, semakin modern zaman dan
semakin majunya bangsa selalu muncul bukti baru yang menunjukkan keabsahan
Islam dan ketinggian nilainya.
9. Islam adalah agama cinta, kebersamaan, persahabatan dan kasih sayang
sesama kaum mukminin.
10. Islam adalah agama kesungguhan, keseriusan dan amal.

C. Prinsip dalam ajaran Islam

Ahlus Sunnah wal Jama’ah yang berjalan di atas manhaj salafush shalih mereka
berjalan di atas prinsip-prinsip agama yang kokoh dan jelas baik dalam masalah
aqidah, amal maupun akhlak. Prinsip-prinsip ini diambil dari kitabullah Ta’ala
dan semua yang shahih dan sunnah Rasul-Nya baik yang mutawatir maupun yang
ahaad dan dengan pemahaman salaful ummah dari kalangan para sahabat, tabi’in
dan orang yang mengikuti mereka dengan baik.
Prinsip-prinsip agama Islam sudah di jelaskan oleh Nabi saw dengan sejelas-
jelasnya. Oleh karena itu, tidak boleh bagi seorang muslim untuk mengada-adakan
sesuatu yang baru dalam prinsip-prinsip agama ini lalu berprasangka bahwa apa
yang diada-adakannya merupakan bagian dari agama. Oleh karena itu, ahlus
sunnah wal jamaah senantiasa berpegang teguh pada prinsip-prinsip agama ini,
menjauhi lafazh-lafazh yang bid’ah dan konsisten dengan lafazh-lafazh yang
syar’i. Dari sinilah, ahlus sunnah wal jamaah merupakan manifestasi lanjutan
yang sebenarnya berasal dari generasi salafuhs shalih.

Prinsip-prinsip agama Islam menurut ahlus sunnah wal jama’ah secara global
sebagai berikut :

Prinsip Pertama: Iman Dan Rukunnya

Aqidah salafush shalih -ahlus sunnah wal jamaah dalam prinsip-prinsip


keimanan terangkum dalam iman dan tashdiq(pembenaran) terhadap rukun iman
yang enam sebagaimana yang disabdakan Nabi shallallahu alaihi wa sallam dalam
hadits Jibril, tatkala datang untuk menanyakan tentang iman kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam lalu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam
menjawab, “Hendaknya engkau beriman kepada Allah, para Malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari Akhir dan (hendaknya) pula engkau
beriman dengan qadar baik maupun buruk.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dalam
Kitaabul Imaan). (HR. Muslim no. 8, Ahmad (VIII/27,51-52), Abu Dawud no.
4695, at-Tirmidzi no. 2610, an-Nasa-i (VIII/97) dan Ibnu Majah no. 63 serta yang
lainnya.

Prinsip Kedua:

Bahwa iman menurut mereka adalah, “Membenarkan dengan hati, diucapkan


dengan lisan , diperbuat dengan anggota badan, bertambah dengan ketaatan dan
berkurang dengan kemaksiatan.”
Iman (Makna iman secara bahasa yaitu membenarkan, menampakan
kekhusyu’an dan iqrar (pernyataan/pengakuan). Adapun makna iman secara syar’i
yaitu segala bentuk ketaatan bathin maupun zhahir. Ketaatan bathin seperti
amalan hati, yaitu pembenaran hati. Sedangkan yang zhahir yaitu perbuatan badan
yang mencakup berbagai kewajiban dan amalan-amalan sunnah. Intinya iman itu
adalah yang menghujam kokoh di dalam hati dan dibenarkan dengan perilaku dan
sikap, sedangkan buahnya iman itu nampak nyata dalam pelaksanaan perintah
Allah dan menjauhi dari segala larangan-Nya. Jika ilmu tersebut tanpa disertai
dengan pengamalan, maka ilmu tersebut tidak ada manfaatnya. Seandainya hanya
sekedar ilmu saja tanpa perbuatan dapat memberi manfaat kepada seseorang, pasti
ilmu tersebut tidak dapat memberi manfaat pula kepada iblis -semoga Allah
melaknatnya.

Prinsip Ketiga: Pandangan Dan Sikap Ahlus Sunnah Wal Jamaah

Termasuk prinsip ‘aqidah Salafush Shalih, Ahlus Sunnah wal Jama’ah:

Bahwa mereka tidak mengkafirkan seorang pun dari kaum muslimin


apabila berbuat dosa yang dapat menjadikan kafir kecuali setelah iqamatul hujjah
(menegakkan hujjah atau argumentasi) terhadapnya, sehingga orang itu menjadi
kafir apabila mengabaikannya, dengan memenuhi berbagai persyaratan, dan tidak
ada halangan dan hilangnya syubhat (keraguan) dari orang yang jahil maupun
orang yang menakwilkannya. Sebagaimana dimaklumi bahwa yang demikian itu
terjadi dalam perkara-perkara rumit lagi tersembunyi yang memerlukan penelitian
dan penjelasan; lain halnya dengan perkara-perkara yang jelas dan nyata, seperti:
mengingkari wujudnya Allah, mendustakan Rasulullah SAW meningkari
risalahnya yang universal dan kedudukan beliau sebagai penutup para Nabi.

Ahlus Sunnah wal Jama’ah tidak mengkafirkan orang yang dipaksa (untuk kafir),
jika hatinya tetap tenang dan tentram dengan keimanannya.
Prinsip Keempat

Termasuk dari prinsip-prinsip aqidah Salafush Shalih, Ahlus Sunnah wal


Jama’ah: Beriman kepada nash-nash wa’ad(janji) (Al-Wa’du, yaitu nas-nash (al-
Qur’an dan as-Sunnah) yang mengandung janji Allah kepada orang yang taat
dengan ganjaran yang baik, pahala dan Surga) dan wa’iid(ancaman) (Al-Wa’id,
yaitu nash-nash yang terdapat padanya ancaman bagi orang-orang yang berbuat
maksiyat dengan adzab dan siksaan yang pedih). Ahlus Sunnah mengimaninya
dan memberlakukannya sebagaimana datangnya, tidak menakwilkan
(menyelewengkan) dan menetapkan nash-nash wa’ad dan wa’iid sebagaimana
adanya. Berdasarkan firman Allah Ta’ala, “Sesungguhnya Allah tidak akan
mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari
(syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-nya. Barang siapa mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” (An-Nisaa’: 48 dan 116)

Anda mungkin juga menyukai