Anda di halaman 1dari 19

TUGAS FORTOPOLIO

“NILAI DAN UNSUR BUDAYA YANG BERKEMBANG PADA MASA KERAJAAN HINDU-
BUDHA YANG MASIH BERTAHAN DALAM KEHIDUPAN BANGSA INDONESIA PADA
MASA KINI”

KELOMPOK VII :

1. M. IQBAL. J
2. IPA SAFITTRI
3. FAZA FAUZI

MA DARUL FIKRI CIPONGKOR


KAB.BANDUNG BARAT
TAHUN PELAJARAN 2022/2023
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia adalah bangsa yang majemuk, terkenal dengan keanekaragaman dan keunikannya. Terdiri
dari berbagai suku bangsa, yang mendiami belasan ribu pulau yang tidak terlepas dari pengaruh
budaya luar, salah satunya pengaruh budaya India. Kebudayaan India masuk ke Indonesia pada saat
Indonesia masih mengalami masa pra-sejarah. Masuknya kebudayaan India ini sekaligus menandai
berakhirnya masa pra-sejarah dan mulai membawa bangsa Indonesia ke jaman sejarah, karena sejak
saat itu bangsa kita mulai mengenal tulisan. Pengaruh hindu-budha ini dapat terlihat dari berbagai
macam peninggalan-peninggalan yang tersebar hampir disetiap pulau-pulau di Indonesia yang kini
menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa ini yang berasal dari berbagai kerajaan Hindu-Budha
yang merupakan cikal bakal terbentuknya bangsa ini. Dengan hadirnya kebudayaan India di
Indonesia banyak sekali aspek yang dipengaruhinya antara lain seni, agama, tradisi, bangunan dan
lain-lain.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia?


2. Bagaimana perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia ?
3. Peninggalan apa saja yang dihasilkan dari kerajaan Hindu Budha ?
4. Bagaimana pengaruh kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui proses masuknya kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia.


2. Mengetahui perkembangan kerajaan-kerajaan Hindu Budha di Indonesia.
3. Mengetahui peninggalan kerajaan Hindu Budha.
4. Mengetahui pengaruh kebudayaan dan agama Hindu Budha di Indonesia.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Proses Masuknya Kebudayaan Dan Agama Hindu Budha Di Indonesia.

Pada permulaan awal masehi, di Benua Asia terdapat dua negeri besar yang tingkat peradabannya
dianggap sudah tinggi yaitu India dan China. Kedua negara ini menjalin hubungan ekonomi dan
perdangan yang baik. Arus lalu lintas perdagangan dan pelayaran berlangsung melalui darat dan
laut. Salah satu jalur lalu lintas laut yang dilewati India-Cina adalah Selat Malaka. Indonesia yang
terletak di jalur posisi silang dua benua dan dua samudera, serta berada didekat Selat Malaka
memiliki keuntungan, yaitu:

1. Sering dikunjungu bangsa-bangsa asing seperti India, China, Arab dan Persia.
2. Kesempatan melakukan hubungan perdagangan internasional terbuka lebar.
3. Pergaulan dengan bangsa-bangsa lain semakin luas.
4. Pengaruh asing masuk ke Indonesia, seperti Hindu-Budha.

Keterlibatan bangsa Indonesia dalam kegiatan perdagangan dan pelayaran internasional


menyebabkan timbulnya percampuran budaya. India merupakan negara pertama yang memberikan
pengaruh kepada Indonesia, yaitu dalam bentuk budaya Hindu. Ada beberapa hipotesis yang
dikemukakan para ahli tentang proses masuknya budaya Hindu-Budha ke Indonesia.

1. Hipotesis Brahmana

Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaum brahmana amat berperan dalam upaya penyebaran
budaya Hindu di Indonesia. Para brahmana mendapat undangan dari penguasa Indonesia untuk
menobatkan raja dan memimpin upacara-upacara keagamaan. Pendukung hipotesis ini adalah Van
Leur.

2. Hipotesis Ksatria

Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria.
Menurut hipotesis ini, di masa lampau di India sering terjadi peperangan antargolongan di dalam
masyarakat. Para prajurit yang kalah atau jenuh menghadapi perang, lantas meninggalkan India.
Rupanya, diantara mereka ada pula yang sampai ke wilayah Indonesia. Mereka inilah yang kemudian
berusaha mendirikan koloni-koloni baru sebagai tempat tinggalnya. Di tempat itu pula terjadi proses
penyebaran agama dan budaya Hindu. F.D.K. Bosch adalah salah seorang pendukung hipotesis
ksatria.

3. Hipotesis Waisya

Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaum waisya yang berasal dari kelompok pedagang telah
berperan dalam menyebarkan budaya Hindu ke Nusantara. Para pedagang banyak berhubungan
dengan para penguasa beserta rakyatnya. Jalinan hubungan itu telah membuka peluang bagi
terjadinya proses penyebaran budaya Hindu. N.J. Krom adalah salah satu pendukung dari hipotesis
waisya.

Selain pendapat di atas, para ahli menduga banyak pemuda di wilayah Indonesia yang belajar agama
Hindu dan Buddha ke India. Di perantauan mereka mendirikan organisasi yang disebut Sanggha.
Setelah memperoleh ilmu yang banyak, mereka kembali untuk menyebarkannya. Pendapat
semacam ini disebut Teori Arus Balik.

Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca perunggu Buddha di daerah
Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya, arca ini mempunyai langgam yang sama dengan
arca yang dibuat di Amarawati (India). Para ahli memperkirakan, arca Buddha tersebut merupakan
barang dagangan atau barang persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Selain itu, banyak
pula ditemukan prasasti tertua dalam bahasa Sanskerta dan Malayu kuno. Berita yang disampaikan
prasasti-prasasti itu memberi petunjuk bahwa budaya Hindu menyebar di Kerajaan Sriwijaya pada
abad ke-7 Masehi.

B. Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Hindu Budha Di Indonesia

1. Kerajaan Kutai

Letak Kerajaan Kutai berada di hulu sungai Mahakam, Kalimantan Timur yang merupakan Kerajaan
Hindu tertua di Indonesia. Ditemukannya tujuh buah batu tulis yang disebut Yupa yang mana ditulis
dengan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta tersebut diperkirakan berasal dari tahun 400 M
(abad ke-5). Prasasti Yupa tersebut merupakan prasasti tertua yang menyatakan telah beridirinya
suatu Kerajaan Hindu tertua yaitu Kerajaan Kutai..

Yupa adalah tugu batu yang berfungsi sebagai tugu peringatan yang dibuat oleh para Brahmana atas
kedermawanan Raja Mulawarman. Dituliskan bahwa Raja Mulawarman, Raja yang baik dan kuat
yang merupakan anak dari Aswawarman dan merupakan cucu dari Raja Kudungga, telah
memberikan 100 ekor sapi kepada para Brahmana.

Dari prasati tersebut didapat bawah Kerajaan Kutai pertama kali didirikan oleh Kudungga kemudian
dilanjutkan oleh anaknya Aswawarman dan mencapai puncak kejayaan pada masa Mulawarman
(Anak Aswawarman). Menurut para ahli sejarah nama Kudungga merupakan nama asli pribumi yang
belum tepengaruh oleh kebudayaan Hindu. Namun anaknya, Aswawarman diduga telah memeluk
agama Hindu atas dasar kata 'warman' pada namnya yang merupakan kata yang berasal dari bahasa
Sanskerta.

Menurut prasasti Yupa, puncak kejayaan Kerajaan Kutai berada pada masa kepemerintahan Raja
Mulawarman. Pada masa pemerintahan Mulawarman, kekuasaan Kerajaan Kutai hampir meliputi
seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kerajaan Kutai pun hidup sejahtera dan makmur.

Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam
peperangan melawan Aji Pangeran Sinum Panji yang merupakan Raja dari Kerajaan Kutai
Kartanegara. Terdapatnya dua kerajaan yang berada di sungai Mahakam tersebut menimbulkan
friksi diantara keduanya. Pada abad ke-16 terjadi peperangan diantara kedua Kerajaan tersebut.

· Raja-raja Kerajaan Kutai


Raja-raja yang pernah memimpin Kerjaan Kutai, diantaranya adalah sebagai berikut:

1. Maharaja Kudungga, gelar anumerta Dewawarman (pendiri)

2. Maharaja Aswawarman (anak Kundungga)

3. Maharaja Mulawarman (anak Aswawarman)

4. Maharaja Marawijaya Warman

5. Maharaja Gajayana Warman

6. Maharaja Tungga Warman

7. Maharaja Jayanaga Warman

8. Maharaja Nalasinga Warman

9. Maharaja Nala Parana Tungga

10. Maharaja Gadingga Warman Dewa

11. Maharaja Indra Warman Dewa

12. Maharaja Sangga Warman Dewa

13. Maharaja Candrawarman

14. Maharaja Sri Langka Dewa

15. Maharaja Guna Parana Dewa

16. Maharaja Wijaya Warman

17. Maharaja Sri Aji Dewa

18. Maharaja Mulia Putera

19. Maharaja Nala Pandita

20. Maharaja Indra Paruta Dewa

21. Maharaja Dharma Setia

Dalam hal kebudayaan sendiri ditemukan dalam salah satu prasasti Yupa menyebutkan suatu tempat
suci dengan nama "Wapakeswara" (tempat pemujaan Dewa Siwa). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa masyarakat Kutai memeluk agama Siwa.

2. Kerajaan Tarumanegara

Menurut Naskah Wangsakerta, pada abad ke-4 Masehi, pulau dan beberapa wilayah Nusantara
lainnya didatangi oleh sejumlah pengungsi dari India yang mencari perlindungan akibat terjadinya
peperangan besar di sana. Para pengungsi itu umumnya berasal dari daerah Kerajaan Palawa dan
Calankayana di India, pihak yang kalah dalam peperangan melawan Kerajaan Samudragupta (India).

Salah satu dari rombongan pengungsi Calankayana dipimpin oleh seorang Maharesi yang bernama
Jayasingawarman. Setelah mendapatkan persetujuan dari raja yang berkuasa di barat Jawa
(Dewawarman VIII, raja Salakanagara), maka Jayasingawarman membuka tempat pemukiman baru
di dekat sungai Citarum. Pemukimannya oleh Jayasingawarman diberi nama Tarumadesya (desa
Taruma).

Sepuluh tahun kemudian desa ini banyak didatangi oleh penduduk dari desa lain, sehingga
Tarumadesya menjadi besar. Akhirnya dari wilayah setingkat desa berkembang menjadi setingkat
kota (Nagara). Semakin hari, kota ini semakin menunjukan perkembangan yang pesat, karena itulah
Jayasingawarman kemudian membentuk sebuah Kerajaan yang bernama Tarumanagara.

Kerajaan Tarumanagara mencapai puncak kejayaannya ketika dipimpin oleh Purnawarman. Dimasa
kepemerintahan Purnawarman, luas Kerajaan Tarumanagara diperluas dengan menaklukan
kerajaan-kerajaan yang berada disekitarnya. Tercatat Luas Kerajaan Tarumanagara hampir sama
dengan luas daerah Jawa Barat sekarang. Selain itu Raja Purnawarman juga menyusun pustaka yang
berupa undang-undang kerjaana, peraturan angkatan perang, siasat perang serta silsilah dinasti
Warman. Raja Purnawarman juga dikenal sebagai raja yang kuat dan bijak kepada rakyatnya

Raja ke-12 Tarumanagara, Linggawarman, memiliki dua orang putri. Putri pertamanya bernama Dewi
Manasih yang kemudian menikah dengan Tarusbawa dan Sobakencana yang kemudian menjadi
isteri Dapunta Hyang Sri Jayanasa, pendiri Kerajaan Sriwijaya. Tangku kepemimpian Kerajaan
Tarumanegara pun jatuh pada suami Manasih yaitu Tarusbawa. Pada masa kepemerintahan
Tarusbawa, pusat kerajaan Tarumanagara ke kerajaanya sendiri yaitu Kerajaan Sunda (Kerajaan
bawahan Tarumanagara) dan kemudian mengganti Kerajaan Tarumanagara menjadi Kerajaan
Sunda.

· Sumber Sejarah Kerajaan Tarumanagara

Kerajaan Tarumanagara banyak meninggalkan bukti sejarah, diantaranya ditemukannya 7 buah


prasati yaitu:

1. Prasasti Ciareteun yang ditemukan di Ciampea, Bogor.

2. Prasasti Pasri Koleangkak yang ditemukan di perkebunan Jambu.


3. Prasasti Kebonkopi yang ditemukan di kampung Muara Hilir, Cibungbulang.

4. Prasasti Tugu yang ditemukan di dareah Tugu, Jakarta.

5. Prasasti Pasir Awi yang ditemukan di daerah Pasir Awi, Bogor.

6. Prasasti Muara Cianten yang juga ditemukan di Bogor.

7. Prasasti Cidanghiang atau Lebak yang ditemukan di kampung Lebak, pinggir Sungai Cidanghiang,

Selain dari prasasti, terdapat juga sumber-sumber lain yang berasal dari Cina, diantarnya:

1. Berita dari Fa-Hien, seorang musafir Cina (pendeta Budha) yang terdampar di Yepoti
(Yawadhipa/Jawa) tepatnya Tolomo (Taruma) pada tahun 414. Dalam catatannya di sebutkan rakyat
Tolomo sedikit sekali memeluk Budha yang banyak di jumpainya adalah Brahmana dan Animisme.

2. Berita dari Dinasti Soui yang menyatakan bahwa pada tahun 528 dan 535 datang utusan dari
negeri Tolomo (Taruma) yang terletak disebelah selatan.

3. Berita dari Dinasti Tang Muda yang menyebutkan tahun 666 dan tahun 669 M datang utusan dari
Tolomo.

· Raja-raja Kerajaan Tarumanagara

Selama berdirinya Kerajaan Tarumanagara dari abad ke-4 sampai abad ke-7 Masehi, kerajaan
tersebut pernah dipimpin oleh 12 orang raja, diantaranya:

1. Jayasingawarman (358-382 M.)

2. Dharmayawarman (382-395 M.)

3. Purnawarman (395-434 M.)

4. Wisnuwarman (434-455 M.)

5. Indrawarman (455-515 M.)

6. Candrawarman (515-535 M.)

7. Suryawarman (535-561 M.)

8. Kertawarman (561-628 M.)

9. Sudhawarman (628-639 M.)

10. Hariwangsawarman (639-640 M.)

11. Nagajayawarman (640-666 M.)

12. Linggawarman (666-669 M.)


3. Kerajaan Majapahit

Kerajaan Majapahit Didirikan tahun 1294 oleh Raden Wijaya yang bergelar Kertarajasa Jayawardana
yang merupakan keturunan Ken Arok raja Singosari.

Kerajaan Majapahit ini mencapai puncak kejayaannya di masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk
(1350-1389). Kebesaran kerajaan ditunjang oleh pertanian sudah teratur, perdagangan lancar dan
maju, memiliki armada angkutan laut yang kuat serta dipimpin oleh Hayam Wuruk dengan patih
Gajah Mada.

Di bawah patih Gajah Mada Majapahit banyak menaklukkan daerah lain. Dengan semangat
persatuan yang dimilikinya, dan membuatkan Sumpah Palapa yang berbunyi “Ia tidak akan makan
buah palapa sebelum berhasil menyatukan seluruh wilayah Nusantara”.

Mpu Prapanca dalam bukunya Negara Kertagama menceritakan tentang zaman gemilang kerajaan di
masa Hayam Wuruk dan juga silsilah raja sebelumnya tahun 1364 Gajah Mada meninggal disusul
oleh Hayam Wuruk di tahun 1389 dan kerajaan Majapahit mulai mengalami kemunduran.

Majapahit kehilangan tokoh besar seperti Hayam Wuruk dan Gajah Mada meletusnya Perang
Paragreg tahun 1401-1406 merupakan perang saudara memperebutkan kekuasaan daerah bawahan
mulai melepaskan diri.

· Raja-raja pada kerajaan Majapahit

Kerajaan Maja pahit dipimpin oleh :

1. Raden Wijaya 1273 – 1309

2. Jayanegara 1309-1328

3. Tribhuwanatunggaldewi 1328-1350

4. Hayam Wuruk 1350-1389

5. Wikramawardana 1389-1429

6. Kertabhumi 1429-1478

4. Kerajaan Singasari

Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah kerajaan di Jawa
Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini sekarang diperkirakan
berada di daerah Singosari, Malang. Kerajaan ini bercorak Hindu.

Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1272 - 1292). Ia adalah
raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan
Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi
ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari
Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti
arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.

Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada tahun 1289
Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan
Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan
daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali,
Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami
keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati
Gelanggelang, yang merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanagara sendiri.
Dalam serangan itu Kertanagara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi
raja dan membangun ibu kota baru di Kerajaan Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun
berakhir.

· Raja-raja yang pernah memerintah Kerajaan Singasari

Arok mati dibunuh Anusapati (anak tirinya). Anusapati mati dibunuh Tohjaya (anak Ken Arok dari
selir). Tohjaya mati akibat pemberontakan Ranggawuni (anak Anusapati). Hanya Ranggawuni yang
digantikan Kertanagara (putranya) secara damai.

1. Ken Arok alias Rajasa Sang Amurwabhumi (1222 - 1247)

2. Anusapati (1247 - 1249)

3. Tohjaya (1249 - 1250)

4. Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250 - 1272)

5. Kertanagara (1272 – 1292)

5. Kerajaan Sriwijaya

Bukti tertua datangnya dari berita Cina yaitu pada tahun 682 M terdapat seorang pendeta Tiongkok
bernama I-Tsing yang ingin belajar agama Budha di India, singgah terlebih dahulu di Sriwijaya untuk
mendalami bahasa Sanskerta selama 6 Bulan. Tercatat juga Kerajaan Sriwijaya pada saat itu dipimpin
oleh Dapunta Hyang.

Selain berita dari luar, terdapat juga beberapa prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya, diantaranya
adalah prasasti Kedukan Bukit (605S/683M) di Palembang. Isi dari prasasti terseubt adalah Dapunta
Hyang mengadakan ekspansi 8 hari dengan membawa 20.000 tentara, kemudian berhasil
menaklukkan dan menguasai beberapa daerah. Dengan kemenangan itu Sriwijaya menjadi makmur.
Dari kedua bukti tertua di atas bisa disimpulkan Kerajaan Sriwijaya berdiri pada abad ke-7 dengan
raja pertamanya adalah Dapunta Hyang.
Lokasi Kerajaan Sriwijaya di wilayah Sumatera bagian selatan, Pusat pemerintahannya kemungkinan
besar di sekitar `Palembang, Sumatera, meskipun ada pendapat lain yang menyebutkan Ligor di
Semenanjung malaya sebagai pusatnya.

Faktor Pendorong Perkembangan Kerajaan Sriwijaya

1. Letaknya yang strategis

2. Kemajuan kegiatan perdagangannya.

3. Keruntuhan Kerajaan Funan di Vietnam Selatan memberikan kesempatan bagi perkembangan


Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke- 6 dipegang oleh kerajaan Funan.

4. Memiliki armada laut yang kuat

5. Melayani distribusi ke berbagai wilayah nusantara

· Sumber sejarah

1. Berita Asing yaitu Berita Cina, Berita Arab, Dan Berita India

2. Dari dalam negeri berwujud prasasti yaitu prasasti kedukan bukit, prasasti talang tuo ,prasasti kota
kapur ,prasasti telaga batu, prasastikarang berahi dan prasasti ligor

Faktor Politik Kedudukan Kerajaan Sriwijaya makin terdesak, karena munculnya kerajaan-kerajaan
besar yang juga memiliki kepentingan dalamdunia perdagangan, seperti Kerajaan Siam di sebelah
utara. Pada akhir abad ke-13 M, Kerajaan Sriwijaya mengalami kemunduran. Hal ini disebabkan oleh
faktor politik dan ekonomi.

Kerajaan Siam memperluas kekuasaannya ke arah selatan dengan menguasai daerah-daerah


diSemenanjung Malaka termasuk Tanah Genting Kra. Jatuhnya Tanah Genting Kra ke dalam
kekuasaan Kerajaan Siam mengakibatkan kegiatan pelayaran perdagangan di Kerajaan Sriwijaya
semakin berkurang.

· Sebab-sebab keruntuhan Kerajaan Sriwijaya

Kebesaran Kerajaan Sriwijaya mulai surut sejak abad ke-11. Kemunduran itu bermula dari serangan
besar – besaran yang dilancarkan Kerajaan Cola (India) di bawah pimpinan Raja Rajendra Coladewa
pada tahun 1017 dan tahun 1025. Perisitiwa serangan Kerajaan Cola dapat diketahui dari prasasti
Tanjore ( 1030 )

a. Pada saat tahun 990 M Kerajaan Sriwijaya diserang oleh raja Dharmawangsa dari P. Jawa

b. Banyak daerah atau kekuasaan Sriwijaya yang melepaskan diri.

c. Pernah diserang oleh raja Rajendra Coladewa dari Colamandala India dua kali, yaitu tahun 1025 M
dan 1030 M
d. Adanya ekspedisi Pamalayu dari kerajaan Singasari pada tahun 1275 M

e. Muncul dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.

f. Serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah Mahapatih Gajah Mada, 1477.
Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit Terjadinya serangan dari kerajaan Majapahit pada
tahun 1477M Pada sekitar pertengahan abad ke-14, nama Sriwijaya sudah tidak pernah lagi disebut
– sebut dalam sumber sejarah. Kerajaan Sriwijaya benar – benar runtuh akibat serangan Kerajaan
Majapahit dari Jawa

· Raja-raja yang Pernah Memerintah

Menurut sejarah kerajaan sriwijaya merupakan kerajaan yang megah dan jaya dimasa lampau. Raja
raja yang pernah memerintah adalah :

1. Dapunta Hyang Srijayanegara

2. Dharmasetu

3. Balaputradewa

4. Cudamani Warmadewa

5. Sanggrama Wijaya Tunggawarman

6. Kerajaan Mataram Kuno

Menurut Prasasti Mantyasih (907) menyebutkan Raja pertama Kerajaan Mataram Kuno adalah
Sanjaya. Sanjaya sendiri mengeluarkan Prasasti Canggal (732) tanpa menyebut jelas apa nama
kerajaannya. Dalam prasasti itu, Sanjaya menyebutkan terdapat raja yang memerintah di pulau Jawa
sebelum dirinya. Raja tersebut bernama Sanna atau yang dikenal dengan Bratasena yang merupakan
raja dari Kerajaan Galuh yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda (akhir dari Kerajaan
Tarumanegara).

Kekuasaan Sanna digulingkan dari tahta Kerajaan Galuh oleh Purbasora dan kemudian melarikan diri
ke Kerajaan Sunda untuk memperoleh perlindungan dari Tarusbawa, Raja Sunda. Tarusbawa
kemudian mengambil Sanjaya yang merupakan keponakan dari Sanna sebagai menantunya. Setelah
naik tahta, Sanjaya pun berniat untuk menguasai Kerajaan Galuh kembali. Setelah berhasil
menguasai Kerajaan Sunda, Galuh dan Kalingga, Sanjaya memutuskan untuk membuat kerajaan baru
yaitu Kerajaan Mataram Kuno.

Dari prasasti yang dikeluarkan oleh Sanjaya yaitu Prasasti Canggal, bisa dipastikan Kerajaan Mataram
Kuno telah berdiri dan berkembang sejak abad ke-7 dengan rajanya yang pertama adalah Sanjaya
dengan gelar Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Kemunduran kerajaan Mataram Kuno pada Masa Raja Dharmawangsa yang disebabkan karena
kedudukan ibukota kerajaan yang semakin lama semakin lemah dan tidak menguntungkan. Hal ini
disebabkan oleh:
a. Tidak memiliki pelabuhan laut sehingga sulit berhubungan dengan dunia luar

b. Sering dilanda bencana alam oleh letusan Gunung Merapi

c. Mendapat ancaman serangan dari kerajaan Sriwijaya

Oleh karena itu pada tahun 929 M ibukota Mataram Kuno dipindahkan ke Jawa Timur (di bagian hilir
Sungai Brantas) oleh Empu Sindok. Pemindahan ibukota ke Jawa Timur ini dianggap sebagai cara
yang paling baik. Selain Jawa Timur masih wilayah kekuasaan Mataram Kuno, wilayah ini dianggap
lebih strategis. Hal ini mengacu pada letak sungai Brantas yang terkenal subur dan mempunyai akses
pelayaran sungai menuju Laut Jawa. Kerajaan itu kemudian dikenal dengan Kerajaan Mataram Kuno
di Jawa Timur atau Kerajaan Medang Kawulan.

Sumber Sejarah Kerajaan Mataram Kuno

1. Prasasti Canggal, ditemukan di halaman Candi Guning Wukir di desa Canggal berangka tahun 732
M. Prasasti Canggal menggunakan huruf pallawa dan bahasa Sansekerta yang isinya menceritakan
tentang pendirian Lingga (lambang Syiwa) di desa Kunjarakunja oleh Raja Sanjaya dan disamping itu
juga diceritakan bahwa yang menjadi raja sebelumnya adalah Sanna yang digantikan oleh Sanjaya
anak Sannaha (saudara perempuan Sanna).

2. Prasasti Kalasan, ditemukan di desa Kalasan Yogyakarta berangka tahun 778M, ditulis dalam huruf
Pranagari (India Utara) dan bahasa Sansekerta. Isinya menceritakan pendirian bangunan suci untuk
dewi Tara dan biara untuk pendeta oleh Raja Pangkaran atas permintaan keluarga Syaelendra dan
Panangkaran juga menghadiahkan desa Kalasan untuk para Sanggha (umat Budha).

3. Prasasti Mantyasih, ditemukan di Mantyasih Kedu, Jawa Tengah berangka 907M yang
menggunakan bahasa Jawa Kuno. Isi dari prasasti tersebut adalah daftar silsilah raja-raja Mataram
yang mendahului Rakai Watukura Dyah Balitung yaitu Raja Sanjaya, Rakai Panangkaran, Rakai
Panunggalan, Rakai Warak, Rakai Garung, Rakai Pikatan, rakai Kayuwangi dan Rakai Watuhumalang.

4. Prasasti Klurak, ditemukan di desa Prambanan berangka 782M ditulis dalam huruf Pranagari dan
bahasa Sansekerta isinya menceritakan pembuatan Acara Manjusri oleh Raja Indra yang bergelar Sri
Sanggramadananjaya.

Candi-candi peninggalan Kerajaan Medang antara lain, Candi Kalasan, Candi Plaosan, Candi
Prambanan, Candi Sewu, Candi Mendut, Candi Pawon, Candi Sambisari, Candi Sari, Candi Kedulan,
Candi Morangan, Candi Ijo, Candi Barong, Candi Sojiwan, dan tentu saja yang paling kolosal adalah
Candi Borobudur.

Raja-raja Kerajaan Mataram Kuno

Selama berdiri, Kerajaan Mataram Kuno pernah dipimpin oleh raja-raja dinataranya sebagai berikut:

1. Sanjaya, pendiri Kerajaan Mataram Kuno

2. Rakai Panangkaran, awal berkuasanya Wangsa Sailendra


3. Rakai Panunggalan alias Dharanindra

4. Rakai Warak alias Samaragrawira

5. Rakai Garung alias Samaratungga

6. Rakai Pikatan suami Pramodawardhani, awal kebangkitan Wangsa Sanjaya

7. Rakai Kayuwangi alias Dyah Lokapala

8. Rakai Watuhumalang

9. Rakai Watukura Dyah Balitung

10. Mpu Daksa

11. Rakai Layang Dyah Tulodong

12. Rakai Sumba Dyah Wawa

13. Mpu Sindok, awal periode Jawa Timur

14. Sri Lokapala suami Sri Isanatunggawijaya

15. Makuthawangsawardhana

16. Dharmawangsa Teguh, Kerajaan Mataram Kuno berakhir

C. Peninggalan Yang Dihasilkan Dari Kerajaan Hindu Budha

Pada masa kerajaan Hindu-Budha di Nusantara, banyak meninggalkan sumber sejarah, baik berupa
bangunan kuno (seni bangun), prasasti, hasil kesusastraan. Berikut beberapa peninggalan sejarah
yang bercorak Hindu- Budha.

a. Seni bangun

Peninggalan-peninggalan sejarah ada beberapa jenisnya, seperti komplek percandian, pemandian,


keraton, makam. Candi adalah peninggalan berupa komplek bangunan yang bersifat Hindu,
sedangkan yang bersifat Budhis disebut Stupa, Stupika.

Contoh kompleks percandian atau candi adalah sebagai berikut :

1. Pada masa kerajaan Sriwijaya ditemukan candi Muara takus di daerah Jambi.

2. Di Jawa Tengah ada Stupa Borobudur, candi Mendut dan candi Pawon.

Bangunan bangunan ini berfungsi sebagai tempat ibadah. Sampai sekarang peninggalan-peninggalan
tersebut masih dipergunakan oleh umat Budha untuk pelaksanaan upacara memperingati hari
Waisak.
3. Candi Prambanan merupakan peninggalan yang bersifat Hindu yang didirikan abad ke VIII M.
Candi ini terletak di desa Prambanan Sleman, Jogjakarta. Candi ini adalah candi Hindu. Fungsinya
adalah sebagai tempat pemujaan (kuil).

4. Candi lain yang bercorak Hindu adalah candi Gedong Sango, percandian Dieng, Ratu Baka, Candi
Kalasan dan sebagainya. Di Jawa Timur terdapat candi Singasari, candi Kidal, Candi Panataran, dan
kompleks percandian di Trowulan Mojokerto.

b. Seni Rupa dan Seni Ukir

Pengaruh India membawa perkembangan dalam bidang seni rupa dan seni ukir atau pahat. Hal ini
disebabkan adanya akulturasi. Misalnya relief yang dipahatkan pada dinding candi Borobudur yang
merupakan relief tentang riwayat Sang Budha. Relief ini dikenal dengan Karma Wibangga yang
dipahatkan dalam salah satu dinding Studa Borobudur.

c. Seni Sastra dan Aksara

Hasil sastra berbentuk prosa atau puisi : isinya antara lain tentang tutur (pitutur : kitab keagamaan),
wiracarita (kepahlawanan), kitab Hukum (Undang-Undang).

Wiracarita yang terkenal di Indonesia yaitu Kitab Ramayana dan Mahabarata. Timbul wiracarita
gubahan pujangga Indonesia. Misalnya, Kitab Baratayuda yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu
Panuluh.

Perkembangan aksara, perkembangan huruf Pallawa dari India ke Indonesia, mengakibatkan


berkembangnya karya-karya sastra. Misal, karya-karya sastra Jawa kuno. Huruf Nagari (dari India)
disertai huruf Bali kuno (dari Indonesia).

d. Prasasti

Prasasti adalah piagam atau dokumen yang ditulis pada bahan yang keras dan tahan lama.
Penemuan prasasti pada sejumlah situs arkeologi, menandai akhir dari zaman prasejarah, yakni
babakan dalam sejarah kuno Indonesia yang masyarakatnya belum mengenal tulisan, menuju zaman
sejarah, dimana masyarakatnya sudah mengenal tulisan. Ilmu yang mempelajai tentang prasasti
disebut Epigrafi. Contoh peninggalan Hindu Budha yang berbentuk prasasti :

· Prasasti Mulawarman, Kutai,

· Prasasti Kebon Kopi, Ciampea, Bogor,

· Prasasti Tugu, Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, abad
ke-5
· Prasasti Cidanghiyang atau Prasasti Munjul, Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten
Pandeglang, Banten, abad ke-5

· Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor

· Prasasti Sojomerto, Desa Sojomerto, Kecamatan Reban, Batang, Jawa Tengah, awal abad ke-7
paling tua.

· Prasasti Kedukan Bukit, Palembang, Sumatera Selatan, 16 Juni 682

· Prasasti Talang Tuwo, Palembang, Sumatera Selatan, 23 Maret 684

· Prasasti Kota Kapur, Kota Kapur, Bangka, 686

· Prasasti Plumpungan, Dukuh Plumpungan, Desa Kauman Kidul, Kecamatan Sidorejo, Salatiga, Jawa
Tengah, 24 Juli 750

· Prasasti Sukabumi, Sukabumi, Pare, Kediri, Jawa Timur, 25 Maret 804

· Prasasti Siwagrha (Prasasti kakawin tertua Jawa), 856

e. Sistem Kemasyarakatan.

Sistem kasta merupakan penggolongan masyarakat berdasarkan tingkat atau derajad orang yang
bersangkutan. Setiap orang sudah ditentukan kastanya. Sistem kasta ini muncul dalam masyarakat
Indonesia setelah ada hubungan dengan India. Terdapat empat kasta yaitu kasta Brahmana, Ksatria,
Weisya dan Sudra. Sistem kasta ini bukan asli Indonesia.

f. Filsafat dan Sistem Kepercayaan

Kepercayaan asli bangsa Indonesia adalah animisme dan dinamisme, percaya adanya kehidupan
sesudah mati, yakni sebagai roh halus. Kehidupan roh halus memiliki kekuatan maka roh nenek
moyang dipuja. Masuknya pengaruh India tidak menyebabkan pemujaan terhadap roh nenek
moyang hilang. Hal ini dapat dilihat pada fungsi candi. Fungsi candi di India sebagai tempat
pemujaan. Di Indonesia, selain sebagai tempat pemujaan, candi juga berfungsi sebagai makam raja
dan untuk menyimpan abu jenazah raja yang telah wafat.

Dapat terlihat adanya pripih tempat untuk menyimpan abu jenazah, dan diatasnya didirikan patung
raja dalam bentuk mirip dewa. Hal tersebut merupakan perpaduan antara fungsi candi di India
dengan pemujaan roh nenek moyang di Indonesia.

g. Sistem Pemerintahan

Pengaruh India di Indonesia dalam sistem pemerintahan, adalah adanya sistem pemerintahan secara
sederhana. Setelah pengaruh India masuk, kedudukan pemimpin tersebut diubah menjadi raja serta
wilayahnya disebut kerajaan. Rajanya dinobatkan dengan melalui upacara Abhiseka, biasanya
namanya ditambah “warman”. Contoh: di Kerajaan Kutai, Taruma dan sebagainya.

Bukti akulturasi di bidang pemerintahan, misalnya : raja harus berwibawa dan dipandang punya
kesaktian (kekuatan gaib), seperti para Raja disembah menunjukkan adanya pemujaan Dewa Raja.

D. Pengaruh Kebudayaan Dan Agama Hindu Budha Di Indonesia

a. Kepercayaan atau agama

Bidang kepercayaan atau agama Sebelum budaya India masuk, di Indonesia telah berkembang
kepercayaan yang berupa pemujaan terhadap roh nenek moyang. Kepercayaan itu bersifat
Animisme dan Dinamisme. Animisme merupakan satu kepercayaan terhadap roh atau jiwa
sedangkan Dinamisme merupakan satu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib.
Dengan masuknya kebudayaan India, penduduk Nusantara secara berangsur-angsur memeluk
agama Hindu dan Buddha, diawali oleh lapisan elite para raja dan keluarganya. Agama Hindu dan
Budha yang berkembang di Indonesia sudah mengalami perpaduan dengan kepercayaan Animisme
dan Dinamisme, atau dengan kata lain mengalami Sinkritisme. Sinkritisme adalah bagian dari proses
akulturasi, yang berarti perpaduan dua kepercayaan yang berbeda menjadi satu. Untuk itu agama
Hindu dan Budha yang berkembang di Indonesia, berbeda dengan agama Hindu -Budha yang dianut
oleh masyarakat India. Perbedaaan-perbedaan tersebut dapat dilihat dalam upacara ritual yang
diadakan oleh umat Hindu atau Budha yang ada di Indonesia. Contohnya, upacara Nyepi yang
dilaksanakan oleh umat Hindu Bali, upacara tersebut tidak dilaksanakan oleh umat Hindu di India

b. Bahasa

Wujud akulturasi dalam bidang bahasa, dapat dilihat dari adanya penggunaan bahasa Sansekerta
yang dapat temukan sampai sekarang dimana bahasa Sansekerta memperkaya perbendaharaan
bahasa Indonesia. Dan istilah-istilah penting yang menggunakan bahasa Sanskerta.

c. Organisasi sosial kemasyarakatan

Wujud akulturasi dalam bidang organisasi sosial kemasyarakatan dapat dilihat dalam organisasi
politik yaitu sistem pemerintahan yang berkembang di Indonesia setelah masuknya pengaruh India.
Pemerintahan Raja di Indonesia ada yang bersifat mutlak dan turun-temurun seperti di India dan ada
juga yang menerapkan prinsip musyawarah. Prinsip musyawarah diterapkan terutama apabila raja
tidak mempunyai putra mahkota yaitu seperti yang terjadi di kerajaan Majapahit, pada waktu
pengangkatan Wikramawardana.

d. Bidang Sosial
Dalam bidang sosial terjadi perubahan-perubahan dalam tata kehidupan sosial
masyarakat.Perubahan itu terjadi sebagai akibat diperkenalkannya sistem kasta dalam masyarakat.
Kasta-kasta itu diantaranya kasta brahmana, kasta ksatria, kasta waisya.

e. Sistem pengetahuan

Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan
kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama
dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh
misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.

f. Teknologi

Salah satu wujud akulturasi dari teknologi terlihat dalam seni bangunan Candi. Seni bangunan Candi
tersebut memang mengandung unsur budaya India tetapi keberadaan candi-candi diIndonesia tidak
sama dengan candi-candi yang ada di India, karena candi di Indonesia hanya mengambil unsur
teknologi pembuatannya melalui dasar-dasar teoritis yang tercantum dalam kitab Silpasastra yaitu
sebuah kitab pegangan yang memuat berbagai petunjuk untuk melaksanakan pembuatan arca dan
bangunan. Contoh candi Borobudur salah satu dari 7 keajaiban dunia dan merupakan salah satu
peninggalan kerajaan Mataram. Itu membuktikan masyarakat telah memiliki pengetahuan dan
teknologi yang tinggi.

g. Kesenian

Wujud akulturasi dalam bidang kesenian terlihat dari seni rupa, seni sastra, seni bangunan dan seni
pertunjukan.

1. Seni rupa

Unsur seni rupa India telah masuk ke Indonesia dibuktikan dengan ditemukannya relief-relief cerita
sang Budha pada candi Borobudur, cerita Ramayana pada candi Prambanan. Dan sekarang relief-
relief tersebut dijadikan hiasan pada bangunan, seperti yang terdapat pada pustaka wilayah yang
terdapat di provinsi Riau.

2. Seni sastra

Bahasa sanskerta yang berasal dari India tersebut membawa pengaruh besar terhadap
perkembangan sastra di Indonesia, seperti prasasti yang ditulis dengan huruf pallawa dan sanskerta.
Tidak hanya itu kitab-kitab yang dibuat pada zaman tersebut juga memiliki nilai sastra yang tinggi.
3. Seni bangunan

Yang menjadi bukti berkembanngnya budaya India di Indonesia adalah bangunan candi. Dasar
bangunan candi merupakan hasil pembangunan bangsa Indonesia pada zaman megalitikum yang
berupa punden berundak-undak kemudian mendapat pengaruh dari kebudayaan India sehingga
menjadi wujud sebuah candi.

4. Seni Pertunjukkan

Wayang Seni pertunjukan wayang merupakan salah satu kebudayaan asli Indonesia dan pertunjukan
wayang tersebut sangat digemari terutama oleh masyarakat Jawa. Wujud akulturasi dalam
pertunjukan wayang tersebut terlihat dari pengambilan lakon cerita dari kisah Ramayana maupun
Mahabarata yang berasal dari budaya India

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pendapat mengenai proses masuk dan berkembangnya kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia, yaitu
hipotesis Waisya, Hipotesis Ksatria, Hipotesis Brahmana dan teori Arus Balik. Masuk dan
berkembangnya agama dan kebudayaan Hindu-Budha membawa pengaruh besar di berbagai
bidang. Kerajaan-kerajaan yang bercorak Hindu-Budha merupakan salah satu bukti adanya pengaruh
kebudayaan Hindu-Budha di Indonesia. Setiap kerajaan dipimpin oleh seorang raja yang memiliki
kekuasaan mutlak dan turun-temurun. Kerajaan-kerajaan itu antara lain : Kerajaan Kutai, Kerajaan
Tarumanegara, Kerajaan Sriwijaya, Mataram Kuno, Kerajaan Singhasari, Kerajaan Majapahit.
Masuknya kebudayaan India ke Indonesia telah membawa pengaruh terhadap perkembangan
kebudayaaan di Indonesia. Namun kebudayaan asli Indonesia tidak begitu luntur. Kebudayaan yang
datang dari India mengalami proses penyesuaian dengan kebudayaan, maka terjadilah proses
akulturasi kebudayaan.

B. Saran

Kebudayaan yang berkembang di Indoneisa pada tahap awal diyakini berasal dari India. Pengaruh itu
diduga mulai masuk pada awal abad masehi. Apabila kita membandingkan peninggalan sejarah yang
ada di Indonesia akan ditemukan kemiripan itu. Sebelum kenal dengan kebudayaan India, bangunan
yang kita miliki masih sangat sederhana. Saat itu belum dikenal arsitektur bangunan seperti candi
atau keraton. Tata kota di pusat kerajaan juga dipengaruhi kebudayaan hindu. Demikian pula dalam
hal kebudayaan yang lain seperti peribadatan dan kesastraan.Kita harus menjaga kelestarian dan
budaya-budaya yang ditinggalkan agama Hindu-Budha.

Anda mungkin juga menyukai