Adopsi dan Prospek Dompet digital bukan sekadar dompet yang menyimpan uang digital. Ini juga menyediakan berbagai layanan. Misalnya, Agarwal dan Tuteja (2018) melaporkan bahwa Paytm di India digunakan untuk mentransfer dana melalui nomor ponsel, pembayaran tagihan listrik secara online, pembayaran taksi dan layanan lainnya, dan pembayaran ke pedagang offline. Grab di Malaysia juga menyediakan layanan serupa. Daftar pedagang di aplikasi dompet digital membawa pelanggan lebih dekat dengan pedagang dan menghasilkan pasar yang lebih aktif. Umeokeke, Okoruwa, dan Adeyemo (2017) telah mengidentifikasi dompet digital sebagai alat penting bagi petani kecil untuk meningkatkan pendapatan pertanian dan keluar dari kemiskinan. Analisis Dari Perspektif Islam Apakah Itu Pinjaman? Berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No. 19, Para 5/1, persyaratan mendasar dari kontrak qard meliputi yang berikut: “Tidak diperbolehkan bagi peminjam untuk menawarkan properti berwujud atau memberikan manfaat kepada pemberi pinjaman selama periode qardh. ketika ini dilakukan demi qardh.” Oleh karena itu, tampaknya manfaat tambahan (diskon, rabat, atau poin yang dapat ditukarkan) yang diberikan oleh dompet digital tidak diperbolehkan oleh Syariah. Namun, perlu dicatat bahwa dalam kontrak pinjaman, peminjam (dalam hal ini, dompet digital) bebas untuk menawarkan manfaat tambahan atas kebijakannya sendiri. Dalam hal ini, AAOIFI dalam Standar Syariah No. 19, Para 5/2, menyatakan bahwa “kelebihan di atas qard diperbolehkan dalam hal kuantitas atau kualitas, atau menawarkan properti berwujud atau memperpanjang manfaat, pada saat kepuasan ketika tidak ditentukan atau merupakan bagian dari kebiasaan, terlepas dari subjek qard menjadi uang atau barang.” Dengan bukti ini, dapat dikatakan bahwa manfaat tambahan yang diberikan oleh dompet digital semata-mata atas kebijakannya sendiri dan karenanya diperbolehkan oleh Syariah. Apakah Ini Uang Digital? Menurut Dandapani (2017), mata uang digital atau electronic money merupakan alternatif bentuk mata uang yang digunakan untuk transaksi digital atau online. Orang mungkin berpendapat bahwa uang yang disimpan dalam dompet digital bukanlah simpanan atau pinjaman, melainkan bentuk mata uang digital. Ini karena setelah sejumlah uang dikreditkan ke dompet digital, itu tidak dapat ditarik oleh pengguna dalam bentuk uang tunai atau ditransfer ke rekening banknya. Dapat dikatakan bahwa uang tersebut berubah bentuk dari satu mata uang ke mata uang lainnya segera setelah pengguna mengisi sejumlah uang di dompet digitalnya. Saldo dalam dompet digital adalah mata uang digital atau token digital, meskipun dalam mata uang atau disebut sama dengan bentuk uang asli (yaitu dolar, ringgit, dll.). Zakat pada Jumlah Disimpan dalam Digital Wallet Agar suatu aset dapat dizakati, pembayar zakat harus memiliki kepemilikan dan kendali atas aset tersebut. Apakah saldo di dompet digital memenuhi dua syarat ini, terutama syarat memiliki kendali? Dapat dikatakan bahwa pengguna memiliki kendali penuh atas itu, karena ia dapat menggunakannya untuk membeli barang dan jasa. Namun, argumen sebaliknya bisa jadi pengguna tidak dapat menarik saldo dompet digital atau mengubahnya menjadi mata uang lain sesuai keinginan. Pengguna tidak dapat menggunakan saldo dompet digital di luar tujuan yang ditentukan atau pedagang yang terdaftar. Jika uang yang disimpan dalam dompet digital dianggap sebagai pinjaman, lalu aturan zakat mana yang akan berlaku di sini? Apakah akan ada zakat pada saldo pada hari perhitungan zakat atau aturan yang berbeda akan berlaku? Masalah-masalah ini belum cukup dibahas. Memastikan Kepatuhan Syariah End-to- End Masalah kepatuhan Syariah lebih luas dari sekadar menghindari elemen terlarang Syariah dalam transaksi dengan dompet digital. Dompet digital itu sendiri perlu memastikan kepatuhan Syariah dalam aktivitasnya. Isu Lain yang Mengatur Penyedia Layanan Dompet Digital Peran cryptocurrency dan metode untuk mengaturnya telah diperdebatkan secara global. Sementara beberapa negara telah mengadopsi pendekatan yang ramah, banyak negara lain telah berhati-hati dan mengadopsi pendekatan yang sangat membatasi. Bentuk mata uang baru ini memiliki tantangan unik bagi regulator (Simser, 2015). Di antara kekhawatiran terbesar bagi regulator telah menggunakan mata uang digital ini untuk pendanaan terorisme. Mata uang digital, yang tidak memiliki otoritas moneter terpusat dan sebagian besar terdiri dari pengguna anonim, sulit diatur dan dikendalikan. Namun, dalam kasus dompet digital, pengguna dapat dengan mudah dilacak. Mengatasi Setiap Keluhan Pengguna Karena dompet digital adalah fenomena baru, kerangka peraturan yang jelas dan transparan sangat penting untuk melindungi kepentingan semua pihak yang terlibat. Isunya bukan hanya pendanaan terorisme, pencucian uang, atau penipuan. Karena ini adalah layanan yang berorientasi pada konsumen, maka harus ada mekanisme yang ditetapkan untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang timbul pada tahap apa pun selama penggunaan dompet digital dan peraturan tentangnya Perlindungan Data Pengguna Saat membuat akun dompet digital, pengguna wajib memberikan informasi pribadi. Ini mungkin termasuk tetapi tidak terbatas pada nama, tanggal lahir, alamat email, afiliasi, nomor telepon, alamat, dan sebagainya. Dalam beberapa kasus, pengguna juga memberikan detail kartu debit atau kredit mereka sambil menautkan kartu dengan akun dompet digital untuk isi ulang atau isi ulang. Tidak diragukan lagi bahwa operator dompet digital mengembangkan database perilaku transaksi pengguna. Keamanan Sistem sangat penting bahwa sistem keamanan dompet digital sesuai dengan standar. Saat peretas menemukan cara dan teknik baru seperti phishing, water holing, ransomware, dan pemindaian, tetap menjadi tantangan konstan untuk meningkatkan keamanan sistem siber secara berkala.