Daftar Isi
Daftar Isi
DAFTAR ISI............................................................................................................................... i
i
3.2 Estimasi Cadangan .................................................................................................... 25
4. 1 Geoteknik .................................................................................................................. 27
4. 2 Hidrologi-Hidrogeologi ............................................................................................. 32
5. 3 Peralatan Penambangan............................................................................................. 58
5.3.3. Upaya Kerja Alat (Availability dan Utilisation) dan Produktivitas alat ............ 62
ii
6.3 Jenis dan Jumlah Produk Pengolahan ....................... Error! Bookmark not defined.
6.4 Rencana Pengangkutan Produk Pengolahan ............. Error! Bookmark not defined.
7.2.6. Rencana Penggunaan dan Pengamanan Bahan Peledak dan Bahan Berbahaya
Lainnya 101
8.1.2. Visi dan Misi Rencana Induk PPM (RI PPM) ................................................. 103
iii
10.1 Pemasaran................................................................................................................ 115
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR LAMPIRAN
vii
BAB I PENDAHULUAN
1
mengajukan untuk memanfaatkan lahan ini sebagai tambang batugamping untuk 10
(sepuluh) tahun kedepan.
PT. Dwimas Trifatki merupakan perusahan yang bergerak di bidang industri
pertambangan batu gamping, Dwimas Trifatki didirikan pada tanggal 11 Februari 2023.
PT. Dwimas Trifatki telah melakukan tahapan eksplorasi di Kabupaten Sijunjung, dimana
mendapatkan hasil evaluasi sementara yang menunjukkan keadaan wilayah tersebut
memiliki sebaran bukit Karst yang mempunyai ciri fisik dengan keterdapatan batu
gamping yang mengandung kalsium karbonat (CaCO3) lebih dari 50% dengan kandungan
batu gamping dan dolomit. hal tersebut menjadi landasan untuk pembukaan lahan tambang
oleh PT. Dwimas Trifatki dan perlu dilakukan kegiatan lanjutan berupa studi kelayakan
agar dapat memutuskan tingkat kelayakan usaha penambangan, pengelolaan, dampak
lingkungan, dan tingkat ekonomis tambang tersebut.
1.2 Maksud dan Tujuan
Studi Kelayakan ini dibuat untuk mengkaji dan menganalisa seluruh aspek yang
berhubungan dengan Batu Gamping di wilayah IUP PT. Dwimas Trifatki untuk
menentukan teknis, ekonomis dan rona awal lingkungan serta perencanaan
pascatambang.
Maksud dan tujuan dari studi kelayakan ini yaitu :
1. Mengetahui geologi dan keadaan endapan pada IUP batu gamping
2. Mengetahui estimasi sumber daya dan cadangan pada IUP batu gamping
3. Mengetahui geoteknik, hodrologi dan hidrogeologi pada IUP batu gamping
4. Mengetahui rencana pertambangan pada IUP batu gamping
5. Mengetahui rencana pengolahan pada IUP batu gamping
6. Mengetahui lingkungan dan keselamatan pertambangan pada IUP batu gamping
7. Mengetahui pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pada IUP batu gamping
8. Mengetahui organisasi dan tenaga kerja pada IUP batu gamping
9. Mengetahui pemasaran, investasi dan analisis kelayakan pada IUP batu gamping
1.3 Ruang Lingkup dan Metoda Studi
Ruang lingkup kajian studi kelayakan perusahaan pertambangan batu gamping yang
akan dilakukan di dalam wilayah IUP PT. Dwimas Trifatki mengacu kepada Keputusan
Menteri ESDM Nomor. 1827 K/30/MEM/2018 tentang pedoman penyusunan Laporan studi
kelayakan, Yaitu sebagai berikut :
1. Kajian Geologi Tambang
a. Tujuan
2
Kajian geologi tambang bertujuan untuk mengevaluasi dan mengkaji semua data
geologi dan eksplorasi yang tersedia sehingga dapat dipergunakan untuk
perancangan tambang.
b. Lingkup
Kajian keadaan umum, kondisi geologi regional dan local daerah rencana tambang
tersebut.
Kajian keadaan endapan Batu gamping meliputi :
Bentuk dan penyebaran endapan Batu gamping.
Evaluasi data assay dan blok model Batu gamping.
2. Kajian Geoteknik
a. Tujuan
Kajian geoteknik bertujuan untuk menentukan geometri lereng yang mantap
untuk digunakan dalam perancangan tambang terbuka.
b. Lingkup
Melakukan analisis geoteknik berdasarkan hasil pengujian laboratorium
mekanika tanah, meliputi :
- Analisis kemantapan lereng tambang
3. Perancangan Tambang
a. Tujuan
Perancangan tambang bertujuan untuk menghasilkan rancangan tambang
sebagai panduan dalam operasional penambangan batugamping di wilayah IUP
PT. Dwimas Trifatki
b. Lingkup
- Penentuan batas tambang baik ke arah lateral maupun vertikal.
- Penentuan metode dan strategi penambangan Batu Gamping.
- Perencanaan umur tambang.
- Penentuan konfigurasi, jenis dan kebutuhan peralatan tambang.
- Perancangan fasilitas penunjang dan infrastruktur.
4. Kajian Transportasi
a. Tujuan
Kajian transportasi bertujuan untuk mengevaluasi kemungkinan cara dan
rutepengangkutan Batugamping dari area pit menuju ke stockpile di tambang
3
serta pemuatan (loading facility) ke luar lokasi tambang, ditinjau baik secara
teknis maupun ekonomis nya.
b. Lingkup
- Evaluasi kelayakan teknis dan rekomendasi alternative cara dan jalur
pengangkutan darat.
- Pemilihan rancangan alternative jalur pengangkutan yang dipilih.
5. Kajian Lingkungan, Kesehatan dan Keselamatan Kerja
a. Tujuan
Kajian lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja bertujuan untuk
memberikan panduan dalam penanganan masalah lingkungan, kesehatan dan
keselamatan kerja.
b. Lingkup
- Lingkungan dengan mengacu kepada dokumen Amdal dan atau RKL ‐ RPL
dari PT. Dwimas Trifatki.
- Dampak Kegiatan (tambang, pengolahan, dan sarana penunjang)
- Pengelolaan Lingkungan.
- Pengolahan Limbah (tambang, serta dan sarana dan prasarana penunjang).
- Rencana Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Pasca Tambang.
- Pemantauan Lingkungan.
- Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
- Organisasi.
- Peralatan.
- Langkah‐langkah Pelaksanaan K‐3 Pertambangan.
6. Kajian Struktur Organisasi dan Tenaga Kerja
a. Tujuan
Kajian organisasi dan tenaga kerja bertujuan untuk menentukan bentuk
organisasi, kebutuhan tenaga kerja yang mungkin diterapkan.
b. Lingkup
Menentukan alternative pola kerja, perencanaan struktur organisasi, jumlah dan
jenis tenaga kerja yang diperlukan.
4
1.4 Pelaksana Studi
5
1.5 Jadwal Waktu Studi
6
1.6 Keadaan Umum
Perusahaan PT. Dwimas Trifatki merupakan perusahaan yang bergerak di
bidang produksi batu gamping, yang terletak di Kecamatan Kamang Baru, Kabupaten
Sijunjung, Provinsi Sumatra Barat merupakan Lokasi IUP Penambangan dan
Pengolahan Batu Gamping menjadi Peleburan yBaja yang di lakukan oleh PT. Dwimas
Trifatki. Kabupaten Sijunjung terletak diantara 0◦18’43” LS - 1◦41’46” LS dan
101◦30’52” BT - 100◦37’40”. Morfologi daerah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu
terjal pada bagian barat dann timur, dataran di bagian tengah dan perbukitan yang
terletak diantaranya. Dominasi wilayah Kabupaten Sijunjung berada pada ketinggian
terendah antara 120-130 m diatas permukaan laut dan tertinggi antara 550-930 m.
Memiliki curah hujan rata-rata 231,81 mm/bulan maka Iklim di Kabupaten ini termasuk
dalam tipe A. Perusahaan PT. Dwimas Trifatki telah melakukan kegiatan pertambangan
sejak tahun 2020 dengan luas IUP 738,24 Ha Kegiatan penambangan PT. Dwimas
Trifatki akan dimulai pada tahun 2023.
7
Gambar 2. Peta Izin Usaha Pertambangan PT.Dwimas Trifatki
8
Tabel 4. Koordinat IUP PT. Dwimas Trifatki
Koordinat Koordinat
Code X Y
1 751775 9926406
2 754336 9926406
3 754336 9923241
4 752775 9923241
5 752775 9924016
6 751775 9924016
1.6.1 Keadaan Iklim dan Curah Hujan
Secara administratif berdasarkan tipe iklim yang ada di PT. Dwimas
Trifatki termasuk ke dalam daerah yang beriklim tropis, pernyataan iklim tropis
ini digambarkan oleh beberapa ahli dengan berbagai istilah:
- Termasuk iklim Afa (iklim hujan tropis), menurut Koppen.
- Termasuk iklim A (daerah sangat basah), menurut Schmidt-Ferguson 1950.
- Termasuk iklim B1 (daerah dengan 7 smpai 9 bulan basah dan dua bulan
kering), menurut Oldeman 1979.
Data iklim diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lokasi Izin Usaha
Pertambangan. Suhu rata – rata di wilayah pengamatan berkisar antara 26,1º C
sampai dengan 28,4º C. Suhu udara maksimum berkisar antara 31,5º C sampai
dengan 33,8º C dan suhu udara minimum antara 23º C hingga 25,4º C. Keadaan
angin di kawasan pengamatan pada umumnya tergolong rendah yaitu antara 3 –
5 knot. Arah angin dominan ke arah Tenggara dengan frekuensi 58,33%. Arah
angin lainnya adalah ke arah timur dengan frekuensi sebesar 41,66%. Selebihnya
rata – rata angin bertiup dari arah Barat dan Barat laut dengan frekuensi hanya
sekitar 6,60%.
9
beberapa Flora meliputi meliaceae, dipterocarpaceae, annonaceae, lauraceae,
euphorbiacee, dan moraceae.
1.6.3 Morfologi
Pada umumnya daerah lokasi izin usaha pertambangan PT. Dwimas
Trifatki merupakan daerah perbukitan bergelombang dengan ketinggian 120 –
300 mdpl. Dominasi vegetasi tidak terlalu lebat karena daerah tersebut sudah
mengalami pembukaan lahan menjadi lahan perkebunan penduduk dan tanaman
bernilai ekonomis tinggi seperti karet dan kelapa sawit.
10
masih berupa jalan tanah. Pemanfaatan lahan oleh masyarakat setempat pada
sekitar wilayah IUP sebagian besar berupa perkebunan karet dan sawit.
11
Gambar 3. Peta Kesampaian Daerah PT. Dwimas Trifatki
12
BAB II GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN
Kabupaten Sijunjung memiliki kondisi geologi mulai dari lereng hingga kemiringan
lebih dari 40% dengan konfigurasi datar, berbukit dan rawa. Iklim di Kabupaten termasuk
dalam tipe A yaitu dengan curah hujan rata-rata 231,81 mm/bulan. Sijunjung dialiri 7
buah sungai yaitu Batang Sumpur, Batang Palangki, Batang Ombilin, Batang Sukam,
Batang Kuantan, Batang Taking, dan Batang Sinamar.
Dataran kapur dengan lahan agak bergelombang, Merupakan daerah yang umumnya
berupa dataran bergelombang secara setempat-setempat, litologi terdiri dari batu kapur.
Kawasan ini umumnya dibatasi oleh tinggian-tinggian berlereng terjal hingga dinding-
dinding batu. Tebing-tebing memanjang dan menjulang tinggi sangat umum dijumpai.
Dibagian tengah kawasan ini umum terbentuk depresi atau cekungancekungan tetutup
pada tubuh batukapur dengan lubang ponor di bagian dasar cekungan sebagai tempat
lolosnya air permukaan ke dalam tubuh batuan karst membentuk aliran aliran sungai.
Struktur geologi yang berkembang di daerah penelitian merupakan bagian dari
struktur geologi regional. Sehingga jenis struktur dan arah umum strukturnya tidak jauh
berbeda dengan pola struktur geologi regionalnya. Struktur geologi merupakan hal
penting untuk mengetahui geologi suatu daerah dapat diketahui dengan memperhatikan
indikasi - indikasi struktur di lapangan seperti arah jurus dan kemiringan batuan yang
bervariasi, offset litologi dan bidang sesar, serta zona – zona hancuran akibat pergeseran
batuan. Selain data lapangan, data tidak langsung seperti analisis topografi.
13
Gambar 4. Peta Geologi Regional Kecamatan Kamang Baru
14
2.1. 1. Topografi/Batimetri Regional
15
pada Zaman Kuarter. Jadi di Daerah Kabupaten Sijunjung memiliki Formasi
Kuantan dengan satuan batuan Batugamping kristalin, Formasi Brani dengan satuan
batuan Konglomerat dan Batulempung, Formasi Sawahtambang dengan satuan
batuan Batupasir, dan Formasi Ombilin dengan satuan batuan Batupasir karbonatan.
Batupasir karbonatan, Batupasir umumnya tersusun oleh material terigen
(asal daratan), yang merupakan produk erosi dari batuan di area sumber Secara
umum, komposisi batupasir disusun oleh mineral kuarsa, mineral feldspar, mineral
lempung, fragment batuan dan mineral tidak stabil lainnya (kandungan batuan
karbonat <10%).
Batupasir, seperti yang telah dijelaskan diatas bahwa batupasir adalah batuan
sedimen klastik dengan partikel penyusunna kebanyakan berupa butiran berukuran
pasir.
Batulempung, merupakan salah satu jenis batuan sedimen yang bersifat plastis,
tersusun dari mineral lempung yang ukuran butirannya halus
Batuan konglomerat, adalah batuan sedimen klastik berbutir kasar yang terdiri
dari fraksi-fraksi berukuran besar berbentuk membundar hingga kelas-kelas
berukuran kerikil berbentuk menyudut tanggung misalnya kerikil, kerakal, bongkah
yang diameternya lebih besar dari 2 mm.
Batu gamping kristalin, batu gamping jenis ini terbentuk dari hasil
rekristalisasi batugamping klastik, batugamping terumbu atau batugamping afanitik
dan tidak terbentuk secara langsung dari pengendapan. Mengandung kalsium
karbonat hingga 95% .
Lingkungan
Umur Lithostratigrafi Formasi Litologi
Pengendapan
Tersusun atas
Formasi Ombilin Transisi -
Miosen Awal Batupasir
(Tmo) Neritik
karbonatan
Akhir Formasi Tersusun atas
Tersier Braided
Oligosen Tengah Sawahtambang Batupasir dan
River
Awal (Tost) Batulempung
Tersusun atas
Formasi Brani
Eosen Akhir Konglomerat dan Aluvial fan
(Teb)
Batupasir
Hiatus
Pra- Permian Formasi Batu
Tersusun atas
Tersier Gamping
Batugamping Marine
Karbon Formasi Kuantan
Kristalin
(Pckl)
Gambar 5. Stratigrafi Regional
16
2.1. 3. Struktur Geologi Regional
Secara regional di daerah Kamang Baru, Kab. Sijunjung terdiri dari bukit karst
mempunyai karakteristik sendiri dengan ciri didominasi oleh batugamping
mengandung kalsit dan dolomit. Lingkungan pembentukan batuan gamping di
Kamang Baru Kabupaten Sijunjung, terjadi pada daerah dengan lingkungan energi
yang tenang, sehingga proses diagenesis dapat berlangsung dengan sempurna,
kemudian diikuti dengan proses reduksi. Daerah Sijunjung ini merupakan bagian
dari daerah cekungan Ombilin yang berada pada jalur volkano-plutonik Bukit
Barisan dan Zona Sistem Sesar Sumatera yang aktif. Cekungan Ombilin dikontrol
oleh sesar aktif dibagian batas cekungan yaitu Sesar Takung yang berorientasi
WNW-ESE di bagian Timur laut dan Sistem Sesar Sumatera dengan orientasi NW-
SE di bagian Barat daya sebagai kontrol utama pembentuk Cekungan Ombilin.
17
2.2.2 Litologi Lokal
Kecamatan Kamangbaru Kabupaten Sijunjung terdapat beberapa formasi yang
mendudukinya, dimulai dari Formasi Kuantan sebagai basement pratersier dengan
satuan batuan Batugamping kristalin, lalu diatasnya terendapkan Formasi Brani
dengan satuan batuan Konglomerat dan Batulempung, Formasi Sawahtambang
dengan satuan batuan Batupasir, dan Formasi Ombilin dengan satuan batuan
Batupasir karbonatan.
18
Gambar 6. Geologi Lokal PT.Dwimas Trifatki
19
BAB III ESTIMASI SUMBER DAYA DAN CADANGAN
Gambar 7. Hubungan umum antara hasil eksplorasi sumberdaya mineral dan cadangan
mineral
- Observasi lapangan
Kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui gambaran praktis kondisi dan keadaan
di lapangan yang meliputi pengambilan data geografi dan stratigrafi.
20
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui
sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan di bawah permukaan tanah dengan cara
menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. Geolistrik merupakan salah satu
metode geofisika aktif, karena arus listrik berasal dari luar sistem. Tujuan utama
dari metode jasa geolistrik ini sebenarnya adalah mencari resistivitas atau tahanan
jenis dari batuan.
Moderat Jarak Titik Informasi (m) Terbatas 500 < X ≤ 1000 250 < X ≤ 500 X ≤ 250
Kompleks Jarak Titik Informasi (m) 200 < X ≤ 400 100 < X ≤ 200 X ≤ 100
21
Kegiatan eksplorasi pada kegiatan pertambangan telah selesai dilakukan
selanjutnya dilakukan analisa dan perhitungan sumberdaya. Tujuan dari perhitungan
sumberdaya yaitu menentukan jumlah dan mutu kualitas bahan galian. Kegiatan
lapangan untuk memperoleh data guna perhitungan sumber daya adalah sebagai
berikut:
Metode perhitungan sumberdaya harus menggunakan metode yang sesuai
dengan jenis bahan galian yang akan dihitung. Perhitungan estimasi sumberdaya pada
PT. Dwimas Trifatki menggunakan metoda Blok Model. Alasan pemilihan metode
Blok model karena bahan galian bersifat homogen dalam penyebarannya dan lebih
sederhana. Pemilihan metode tersebut cendrung lebih murah dan lebih efisien
dibandingkan metode canggih lainnya. Block Model merupakan permodelan suatu
cadangan dalam bentuk penampang blok atau kotak yang menampilkan suatu basis data
geologi dituangkan dalam model 3 dimensi atau model 2 dimensi. Block model
menyimpan berbagai macam informasi lubang bor berdasarkan geology database yang
telah dibuat. Pada bagian dalam block model terdapat kotak-kotak yang lebih kecil
disebut dengan subblock. Pada subblock tersebut terdapat data-data seperti data assay,
data litologi dan lain sebagainya. Dalam pembuatan Block Model lokasi penelitian
diperlukan nilai koordinat (X, Y, Z) maksimum dan minimum. Untuk memunculkan
nilai koordinat maksimum dan minimum dapat menggunakan menu Report Layer
Extend. Pembuatan block model juga perlu memerhatikan dimensi atau ukuran block
yang akan digunakan, hal ini akan berpengaruh pada bentuk geometri model yang
dihasilkan.
22
3.1.3 Jumlah dan Klasifikasi Sumber daya
Sumber daya mineral adalah suatu konsentrasi atau keterjadian dari mineral
yang memiliki nilai ekonomi pada kerak bumi, dengan dimensi, kualitas, dan kuantitas
tertentu yang memiliki keprospekan yang beralasan untuk pada akhirnya dapat
diekstraksi secara ekonomis.. Sumber daya mineral dikelompokkan berdasarkan tingkat
keyakinan geologi dalam kategori tereka, tertunjuk, dan terukur.
Dalam melakukan perhitungan estimasi sumberdaya dan cadangan data yang
digunakan ialah data dari hasil pengeboran. Berikut ini merupakan data yang didapat
setelah dilakukan pengeboran di lokasi izin usaha pertambangan PT. Dwimas Trifatki.
- Sumber Daya Tereka adalah sumber daya yang kuantitas dan kualitasnya hanya
dapat diestimasi dengan tingkat keyakinan geologi rendah. Berdasarkan data bor
dengan 5 lubang bor yang berjarak 1000 < X ≤ 1500 M/Lubang Bor dengan data
lubang bor sebagai berikut :
23
- Sumberdaya mineral terukur merupakan sumberdaya mineral yang tonase,
densitas, bentuk, karakteristik fisik, kadar, dan kandungan mineralnya dapat
diestimasi dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Berdasarkan kondisi Geologi
pada lokasi penelitian termasuk keadaan Geologi Sederhana diperoleh data bor
dengan jarak antar lubang bor ≤ 500 M.
Tabel 6. Data Hasil Pengeboran pada Lokasi IUP PT. Dwimas Trifatki
Untuk mengolah data hasil pengeboran tersebut, digunakan bantuan aplikasi digital
Surpac, Terlebih dahulu buat Block Model sumberdaya. Setelah itu dilakukan
perhitungan Tonnase pada Blok Model sumberdaya. Untuk jumlah luas Blok Model
Sumberdaya adalah 139.187.500 m2.
Untuk volume total dari overburden batugamping didapat dari data pemboran yang
materialnya bukan batuan gamping dan berada di atas batugamping tersebut. Untuk
jumlah volume total overburdennya adalah 19.416.666,67 m3.
Untuk volume total dari batugamping didapat dari pembuatan design pit dari Block
Model sumberdaya yang merupakan data dari pemboran yang materialnya batuan
gamping dan berada di antara overburden dan material lantai. Untuk perhitungan
sumber daya terlebih dahulu dihitung jumlah tonase dari batu gamping. Densitas batu
gamping pada lokasi IUP PT. Dwimas Trifatki ialah 2,5 Ton/m3. Untuk perhitungan
sumber daya dapat dilihat berikut ini :
Tonase = volume total x densitas batugamping
Tonase = 139.487.500 x 2,5 Ton/m3
24
Tonase = 348.718.750 Ton
Berdasarkan metode dan parameter estimasi yang digunakan maka dapat
ditentukan jumlah sumber daya sebesar 348.718.750 Ton dan juga sumber daya tersebut
dapat diklasifikasikan ke dalam sumberdaya tertunjuk atau cadangan terkira.
Tingkat keyakinan geologi ini dapat berubah menjadi suatu cadangan apabila
telah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria layak tambang.
Dalam pengkajian layak tambang memiliki beberapa faktor yang meliputi faktor
ekonomi, faktor penambangan, pemasaran, faktor lingkungan, faktor sosial, dan juga
hukum.
3.2 Estimasi Cadangan
3.2.1 Metoda
Metode estimasi cadangan terbagi menjadi dua jenis yaitu metode konvensional
dan metode non konvensional. Metode estimasi cadangan secara konvensional
merupakan metode yang paling sederhana dan paling umum digunakan, mudah
diterapkan dan mudah diadaptasi untuk semua jenis endapan mineral, namun
penggunaan metode ini sering menghasilkan perhitungan yang salah dan tidak optimal
secara matematis. Metode estimasi cadangan secara konvensional terdiri dari metode
penampang, metode poligon, dan metode kontur. Metode nonkonvensional merupakan
metode estimasi cadangan yang menggunakan prinsip geostatistika dengan melakukan
pengolahan menggunakan perangkat lunak, seperti menggunakan metode Inverse
Distance, dan metode Krigging.
25
3.2.2 Parameter Estimasi
Setalah dilakukan pengkajian sumberdaya terhadap batugamping pada lokasi
IUP yaitu bertempat di kabupaten Sijunjung, langkah selanjutnya adalah penentuan
sumberdaya tersebut dikategorikan sebagai cadangan atau tidak.
26
BAB IV GEOTEKNIK, HIDROLOGI, DAN HIDROGEOLOGI
4.1 Geoteknik
Penyelidikan geoteknik dilakukan untuk mendukung kegiatan operasional
penambangan Batuan Gamping dengan sistem penambangan terbuka (open pit) yang
bertujuan untuk mendapatkan gambaran mengenai kemiringan lereng galian yang dapat
meminimalkan timbulnya longsoran dari dinding galian.
4.1.1 Data geoteknik
1. Data lapangan
- Susunan batuan
Susunan batuan pembentuk Iereng yang didapat dari data hasil pemboran inti.
- Struktur lapisan batuan
Struktur lapisan batuan agak kompak akibat pengaruh tektonik namun ada
beberapa memiliki rekahan-rekahan dan kekar yang disebabkan oleh patahan
dan sesar.
2. Pemboran dan Sampel uji laboratorium
- Pemboran
Pemboran geoteknik dilakukan pada setiap tempat yang akan dianalisa
terkait lereng yang akan dibuat. Jumlah pemboran geoteknik dilakukan
sebanyak 1 kali.
- Sampel uji laboratorium
Pengujian kondisi fisik, mekanik dan analisis batuan dilakukan dengan
mengacu kepada standar baku yang diakui secara umum. Jumlah sampel
yang dianalisis di laboratorium sebanyak 1 sampel yang terdiri dari batuan
gamping.
3. Hasil Uji coba dan Analisis Laboratorium
a. Hasil uji sifat fisik
Jenis pengujian yang dilakukan di laboratorium, meliputi uji sifat dasar dan
sifat keteknikan. Sifat dasar atau indeks digunakan untuk menentukan
klasifikasi dan perilaku tanah atau batuan. Adapun rincian jenis pengujian
tersebut, adalah Pengujian sifat fisik dasar (basical properties), antara lain:
kadar air (water content), berat isi asli (bulk density), berat isi kering (dry
density), berat isi jenuh (saturated density), porositas (porosity) dan derajat
kejenuhan (saturated).
27
- Hasil uji sifat mekanik
Uji sifat mekanik atau keteknikan diperlukan untuk mengetahui
ketahanan tanah atau batuan di bawah tekanan statik atau dinamik. Untuk
tekanan searah atau 1 (satu) dimensi digunakan uji kuat tekan atau
Unconfined Compressive Strength.
- Hasil uji analisis kekuatan batuan
Kekuatan batuan (rock strenght) mencerminkan kekerasan batuan tersebut
menerima tekanan atau beban. Nilai kekuatan batuan diperoleh dari hasil
uji kuat tekan (unconfined compression strenght), dinyatakan dalam satuan
kg/cm2.
Tabel 6. Nilai Hasil Analisa Laboratorium Sifat Fisik dan Mekanik Batuan
No Keterangan Nilai
1 ρd (gr/cm3) 2,15
2 ρn (gr/cm3) 2,25
3 ρs (gr/cm3) 2,35
4 N 19,35
5 Modulus Elastisitas (E) Kg/cm2 24,878.05
6 Poison Ratio (v) 0,49
7 Kuat Tarik (Kg/cm2) 42,63
8 Kuat tekan uniaksial (Kg/cm2) 87
28
4.1.3 Analisis Perhitungan Kemantapan Lereng
Untuk memperoleh geometri lereng total dan jenjang tambang yang aman
diperlukan analisis perhitungan kemantapan lereng (slope stability) secara
empirik. Dengan kata lain, analisis kemantapan lereng diperlukan untuk
menentukan suatu bangunan lereng agar cukup stabil sehingga tidak berbahaya
untuk keselamatan dan kehidupan.
Hal yang terkait secara langsung dengan kemantapan lereng adalah menentukan
nilai Faktor Keamanan (safety factor). Sesuai dengan KEPMEN ESDM Republik
Indonesia Nomor 1827 K/30/MEM/2018, nilai faktor keamanan (FK) yang
direkomendasikan untuk lereng tunggal adalah 1,1 sedangkan untuk lereng
keseluruhan adalah 1,3 dengan nilai probabilitas kelongsoran maksimum 10%.
Pada laporan ini jenis lereng yang dianalisis adalah lereng keseluruhan
(overallslope) dan lereng tunggal, sehingga nilai FK yang memenuhi kriteria
lereng aman masing-masing adalah >1,3 dan >1,1.
29
4.1.4 Parameter analisis kemantapan lereng
Adapun parameter yang diperlukan untuk menghitung analisis kemantapan
lereng adalah:
30
Selain itu, untuk lereng timbunan parameter yang digunakan untuk
menganalisis lereng timbunan atau lereng material buangan (dumping slope), yang
terdiri dari campuran beberapa material menggunakan data gabungan. Mengingat
tingkat kepadatan (tanah) timbun relatif rendah dan belum terkonsolidasi dengan
baik dibandingkan dengan lapisan/ sedimen aslinya, maka diperlukan beberapa
asumsi dan diperoleh faktor keamanan sebesar 1,5. Dengan ketinggian lereng 25
m dan sudut 200. Seperti pada gambar berikut ini
31
4.2 Hidrologi-Hidrogeologi
4.2.1 Analisis Hidrologi
Kajian Hidrologi adalah kegiatan penelitian untuk mempelajari dan mengetahui
pergerakan, distribusi, kuantitas, dan kualitas air permukaan dalam rangka perencanaan
dan kegiatan pertambangan. Penyelidikan hidrologi meliputi jenis dan lokasi sumber
air, pengukuran debit, dan arah aliran air permukaan.
1. Curah Hujan
Untuk memahami karakteristik curah hujan di daerah kajian akan
digunakan data hasil pengukuran hujan dari berbagai stasiun hujan yang terletak
di sekitar daerah kajian. Karakteristik hujan akan digunakan sebagai masukan
dalam perencanaan tambang terbuka. Dan akan ditentukan cara penyalirannya.
2. Intensitas Hujan
Sarana penyaliran tambang pada dasarnya berfungsi mengatasi masalah-
masalah yang ditimbulkan oleh hujan jangka pendek, atau oleh suatu kejadian
hujan yang akan mempengaruhi kegiatan penambangan. Oleh karena itu sarana
penyaliran tambang dirancang untuk dapat mengatasi kondisi ekstrim yang
mungkin terjadi selama umur sarana tersebut. Curah hujan jangka pendek
dinyatakan sebagai intensitas hujan. Di wilayah penyelidikan, seperti umumnya
daerah tropis, jenis hujan yang terjadi pada umumnya adalah hujan konvektif
yang mempunyai ciri intensitas tinggi dan durasi hujan pendek. Penentuan
intensitas hujan ekstrim yang dapat digunakan sebagai intensitas hujan rencana
(designrainfall intensity) untuk sarana penyaliran tambang, diperlukan data hasil
pengukuran dengan alat pengukur otomatis. Jika hal ini tidak tersedia, maka
penentuan intensitas hujan rencana diperkirakan dari data curah hujan harian.
3. Penyaliran Tambang
Tambang Batu gamping akan membentuk cekungan (pit), maka operasi
penambangan akan selalu dihadapkan pada masalah air. Air tersebut dapat berupa
air tanah, air sungai maupun air hujan. Jika daerah penambangan tergenang air,
maka alat-alat akan sulit beroperasi dengan baik, demikian pula kemantapan
lereng juga akan terganggu bila lereng selalu dalam keadaan basah. Untuk
mengatasi masalah ini diperlukan suatu sistem penyaliran yang baik.
Berdasarkan kajian hidrogeologi diketahui bahwa air tanah tidak akan
mempengaruhi daerah penambangan. Air hujan dan air dari aliran sungai akan
32
ditangani dengan cara mengalihkan aliran yang mungkin masuk ke tambang ke
lokasi lain yang lebih rendah.
Masalah air hujan ditangani dua cara yaitu:
- Air hujan yang jatuh di luar pit di usahakan semaksimal mungkin tidak
mengalir ke dalam pit dengan membuat paritan atau saluran sekeliling pit
atau di lereng pit untuk mengalirkan air ke daerah yang lebih rendah.
- Air yang jatuh ke dalam pit akan ditangani dengan menggunakan sistem
penyaliran open sump. Ini adalah suatu metode penyaliran dengan
membuat sumuran (sump) di elevasi terendah daerah penambangan (lantai
tambang), kemudian air dalam sumuran dialirkan ke luar pit. Tempat
penyaliran open sump ini dilakukan dengan cara membuat paritan di dekat
jenjang (toe) untuk mengalirkan air menuju ke sumuran serta mencegah
genangan air di daerah jenjang. Paritan dan sumuran bersifat sementara
yang berubah kedudukannya sesuai dengan kemajuan penambangan. Agar
daerah penggalian tidak tergenang air maka elevasi sumuran dibuat lebih
rendah dari elevasi daerah penggalian sehingga semua air akan mengalir
ke dalam sumuran. Selain itu agar kemantapan lereng tidak terganggu,
maka lantai jenjang di buat miring dan pada sisi jenjang di buat paritan.
Paritan ini akan mengalirkan air langsung ke luar daerah tambang. Semua
air dari aktifitas penambangan akan dialirkan ke dalam kolam pengendap
sebelum dialirkan ke sungai-sungai di sekitar daerah tambang.
Perhitungan debit air yang masuk daerah tambang dilakukan dengan metode
rasional dengan menggunakan rumus:
Q = 0,278 x C x I x A
Keterangan :
33
penambangan. Analisis tentang kondisi hidrogeologi daerah tambang didasarkan
pada data litologi, karakteristik batuan dan struktur geologi. Kajian hidrogeologi
digunakan untuk mengidentifikasi lapisan pembawa air tanah yang dapat
mempengaruhi aktivitas penambangan. Analisis hidrogeologi ini didasarkan pada
data litologi, karakteristik batuan, serta struktur geologi yang berada pada daerah
penambangan.
Data hasil hidrologi dan hidrogeologi selanjutnya digunakan dalam
rekomendasi perancangan system penyaliran tambang.
Pengumpulan data
Data Sekunder
Pengolahan
Data Sekunder
Data iklim diperoleh dari hasil pengamatan langsung di lokasi Izin Usaha
Pertambangan. Data yang tersedia meliputi curah hujan berikut ini :
34
Curah Hujan Tahunan Kabupaten Sijunjung
Tahun Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Aug Sep Okt Nov Des
2013 340 481 415 305 133 112 254 217 220 121 366 204
2014 275 240 201 351 216 99 102 95 196 61 261 326
2015 129 429 298 264 399 158 382 40 121 328 343 439
2016 312 277 342 158 264 86 270 119 256 279 108 208
2017 188 232 128 184 504 116 131 313 56 139 460 438
2019 355 279 583 397 352 185 104 211 86 319 394 159
2020 267 372 286 276 383 120 102 221 174 347 439 237
2021 267 372 286 276 383 120 120 321 174 347 139 273
2022 290,1 371 221,3 399,1 183,2 126 63 80,5 39,3 158,9 160,9 1854
Max 355 481 583 399,1 504 185 382 321 256 347 460 439
Rata- 257,51 345,2 325,43 286,81 296,92 120,7 162,9 164,95 140,13 212,69 298,69 284,74
rata
35
Curah Hujan Tahunan Kabupaten Sijunjung
1 2013 264
2 2014 201,92
3 2015 277,5
4 2016 223,25
5 2017 240,75
6 2018 206,08
7 2019 285,33
8 2020 268,67
9 2021 256,5
10 2022 189,89
Total 2413,89
Curah Hujan
No Tahun Log Xi (Log 𝑋̅− Log X)2 (Log 𝑋̅− Log X)3 (Log 𝑋̅− Log X)4
Bulan (Xi) mm
1 2010 264 2,42 0,00151 0,00006 0,00000229
2 2011 201,92 2,31 0,00601 -0,00047 0,00003615
3 2012 277,5 2,44 0,00367 0,00022 0,00001344
4 2013 223,25 2,35 0,00115 -0,00004 0,00000132
5 2014 240,75 2,38 0,00000 0,00000 0,00000000
6 2015 206,08 2,31 0,00472 -0,00032 0,00002225
7 2016 285,33 2,46 0,00528 0,00038 0,00002783
8 2017 268,67 2,43 0,00216 0,00010 0,00000468
9 2018 256,5 2,41 0,00070 0,00002 0,00000048
10 2019 189,89 2,28 0,01086 -0,00113 0,00011796
Total 2413,89 23,79 0,03605 -0,00118 0,00022639
Rata-Rata 241,39
Log X 2,38
36
Penentuan Rata-rata (Y)
Σ(log 𝑋𝑖)
𝑌=
𝑛
23,79
𝑌=
10
Y = 2,379
10 𝑥 (−0,00118)
𝐶𝑠 =
(10 − 1)(10 − 2)0,06328953
𝐶𝑠 = −0,646479
10 𝑥 (0,00022639)
𝐶𝑘 =
(10 − 1)(10 − 2)(10 − 3)0,6328954
𝐶𝐾 = 0,279963
Nilai tersebut jika mengacu pada tabel karakteristik distribusi frekuensi yaitu :
37
Ck = 5,383 Ck = 0,279963
Tidak
2 Log Normal Cv = 0,06
memenuhi
Cs tidak sama
Log Pearson Cs = -0,646479
3 dengan 0 Memenuhi
type III
Ck = 0,279963
Cs <= 1,1396 Cs = -0,646479
4 Gumbel Memenuhi
Ck <= 5,4002 Ck = 0,279963
𝑆𝑖
𝑋𝑡 = 𝑋 + (𝑌𝑡 − 𝑌𝑛)
𝑆𝑛
38
0,0632895
𝑋𝑡 = 241,39 + (0,3665 − 0,9496)
0,9496
𝑚𝑚
𝑋𝑡 = 241,347
ℎ𝑎𝑟𝑖
Ket :
Si = Standar Deviasi
Yt = Reduksi Variat
Yn = Reduksi rata-rata.
𝑌𝑡 − 𝑌𝑛
𝐾=
𝑆𝑛
0,367 − 0,9496
𝐾=
0,9496
K = -0,614153
Rt = X + (K . Sx)
R2 = 241,35
𝑅𝑡 24 2⁄
𝐼𝑡 = 𝑥( ) 3
24 𝑡
241,35 24 2⁄
𝐼𝑡 = 𝑥( ) 3
24 10 𝑥 60
𝑚𝑚
𝐼𝑡 = 117,61
𝑗𝑎𝑚
It = 0,117161 m/jam
Keterangan :
39
Rt = Hujan rencana untuk berbagai kala ulang (mm)
A1 = 400.000 m2
Q1 = 0,278 x C x It x A1
Q1 = 1,45313 m3/detik
40
BAB V RENCANA PENAMBANGAN
Pembebasan Lahan
Tahap Persiapan
Pengurusan Perizinan
Mobilisasi Alat
Pra Operasi
Pembangunan Sarana
Kegiatan Peledakan
Pengolahan
1. Tahap Prakonstruksi
43
pemerintah. Adapun permintaan dari masyarakat sekitar adalah agar masyarakat
terlibat sebagai pekerja baik pekerja tetap maupun pekerjaburuh lepas, menjaga
kelestarian lingkungan, perusahaan menjalankan program Community
Development dengan sebaik baiknya dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat.
Kegiatan awal yang dilaksanakan yaitu adalah survey lokasi. Lokasi IUP
eksplorasi harus dilakukan pemetaan dan pengukuran batas dan luas apabila di
dalamnya terdapat tanah milik warga yang sebelumnya memiliki peruntukkan
lahan tertentu. Setelah dilakukan pengukuran batas lahan milik warga,selanjutnya
pembebasan anah dilakukan dengan kegiatan jual beli antara pihak perusahaan
dengan warga pemilik tanah. Tanah seluas ±127 Ha, terbagi atasbeberapa pemilik
tanah yang dibukukan SPPT, Kemudian tanah-tanah tersebut dibeli untu digunakan
pada kegiatan pertambangan.
- Pengurusan Perizinan
Perizinan yang akan dilakukan agar memenui segala legalitas antara lain
sebagai berikut :
1. Persetujuan warga
2. Surat Keterangan Domisili Perushaan
3. Rekomendasi Kecamatan
4. Surat Penunjukan Penggunaan Lahan (SPPL)
5. Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP)
6. Izin Usaha Pertambangan (IUP-Eksplorasi)
7. Rekomendasi UKL-UPL
8. Izin Lingkungan
9. Rekomendasi Andal lalin
10. Izin Usaha Pertambangan (IUP-Operasi Produksi)
2. Tahap Konstruksi
44
kelompok - kelompok kerja dan keseluruhan pekerja berasal dari penduduk sekitar
tambang. Kebutuhan dan kelompok tenaga kerja dapat dilihat pada tabel dibawah
ini :
45
pengendapan (setting pond) untuk mengendapkan sedimen yang tersuspensi.
46
Pengadaan air bersih
Kebutuhan air bersih di lokasi tambang batu gamping berasal dari
sumur yang dibuat dengan kedalaman 15 m dan berjumlah 2 unit.
Penggunaan air untuk kegiatan pertambangan ini hanya ditujukan untuk
aktivitas perkantoran. Sementara untuk kegiatan produksi tidak
menggunakan air bersih.
Pembangunan kantor
Rencana pembangunan kantor akan dibangun pada lokasi areal
tambang yang difungsikan sebagai kantor administrasi, tenaga teknis, dan
managemen. Kantor ini akan dibangun secara permanen dengan luas
bangunan base camp berkisar 42 x 20 meter.
Selain jalan angkut batuan gamping juga akan dibangun jalan kerja yang tidak
permanen untuk menghubungkan antara lokasi pertambangan dengan pengolahan batu
gamping. Pembangunan jalan angkut batu gamping tahap kontruksi ini akan berdampak
pada penurunan kualitas udara dan peningkatan kebisingan.
3. Tahap Operasi
Tahap operasi ini ialah tahap yang berhubungan dengan penambangan dan
pengolahan, untuk penambangannya sendiri menggunakan system penambangan
47
Quarry dengan jumlah blok 6, yaitu blok balak 1, balak 2, balak 3, balak 4, balak5 dan
balak 6. Pada masing-masing blok setelah dilakukan penambangan akan dilakukan
reklamasi dan revegetasi secara bertahap. Tanah galian tambang pada masing-masing
blok akan disimpan pada tdisposal dan kemudian akan dikembalikan pada blok-blok
yang telah ditambang. Pada tahap operasi juga dilakukan pengolahan, batuan yang
sudah ditambang kemudian dipindahkan ke stockpile / alat mekanis untuk kemudian
dilakukan pengolahan. Utnuk pengolahanini memiliki alur produksi tertentu.
48
Jadwal Pengupasan Tanah Penutup
material penutup (OB)
No Tahun Total
Outside dump backfilling
1 1 (prod-awal) 7.200.000 - 7.200.000
2 2 (Jan-Des) 7.200.000 - 7.200.000
3 3 (Jan-Des) - 5.016.666,67 5.016.666,67
4 4 (Jan-Des) - - -
5 5 (Jan-Des) - - -
6 6 (Jan-Des) - - -
7 7 (Jan-Des) - - -
8 8 (Jan-Des) - - -
9 9 (Jan-Des) - - -
10 10 (Jan-Des) - - -
11 11 (Jan-Des) - - -
12 12 (Jan-Des) - - -
13 13 (Jan-Des) - - -
14 14 (Jan-Des) - - -
15 15 (Jan-Des) - - -
16 16 (Jan-Des) - - -
Total 14.400.000 5.016.666,67 19.416.666,67
Target Pengupasan OB pertahun dari tahun ke 1 hingga ke 3 adalah ± 7.200.000
ton.Dan jumlah hari kerja adalah 360 hari. Maka dapat diperoleh target pengupasan
perhari dari tahun ke 1 sampai tahun ke 3 = 15.000 Ton/hari
Timbunan tanah penutup di outside dump area akan dibuat berjenjang, masing-
masing setinggi 50 m, dimana lebar jenjang adalah sebesar 10 m, sudut jenjang tunggal
sebesar 20°, dan sudut jenang keseluruhan adalah sebesar 15°. Desain pit ini disesuaikan
dengan faktor keamanan pit dari bahaya longsor.
5.2 Rencana Produksi
5.2.1 Jadwal Rencana Produksi
Tabel 9. Rencana Produksi
49
4 4 (Jan-Des) 5.400.000 -
5 5 (Jan-Des) 5.400.000 -
6 6 (Jan-Des) 5.400.000 -
7 7 (Jan-Des) 5.400.000 -
8 8 (Jan-Des) 5.400.000 -
9 9 (Jan-Des) 5.400.000 -
10 10 (Jan-Des) 5.400.000 -
11 11 (Jan-Des) 5.400.000 -
12 12 (Jan-Des) 5.400.000 -
13 13 (Jan-Des) 5.400.000 -
14 14 (Jan-Des) 5.400.000 -
15 15 (Jan-Des) 5.400.000 -
16 16 (Jan-Des) 5.400.000 -
17 17 (Jan-Des) 2.487.500 -
50
pohon- pohon berukuran besar, untuk penebangannya perlu dibantu dengan
menggunakan gergaji mesin (chain shaw). Apabila kayu berukuran kecil, maka
pemindahan kayu dari lokasi penambangan ke lokasi penyimpanan kayu ini
cukup dipergunakan tenaga manusia dan truk pengangkut kayu. Apabila kayu
yang memiliki ukuran besar, maka operasi pemindahan kayu dari lokasi
penambangan ketempat penyimpanan kayu ini perlu dipergunakan alat angkat
untuk beban berat (crane) dan rantai besi untuk pengikat dan penarik, serta truk
pengangkut kayu.
Kayu-kayu tersebut dimanfaatkan untuk pembuatan bangunan,
jembatan, bahan bakar atau kepentingan lainnya. Kayu-kayu tersebut akan
disimpan di lokasi penyimpanan yang telah direncanakan. Lokasi penyimpanan
kayu dapat dipilih pada lahan-lahan terbuka yang dekat dengan daerah
penambangan dan dilintasi oleh jalan angkut.
3. Operasi pembabatan semak dan perdu
Pekerjaan pembabatan semak dan perdu ini dilakukan dengan
menggunakan bulldozer, yang dapat menjalankan fungsi gali dan dorong
dengan memanfaatkan blade dan tenaga dorong yang besar dari alat tersebut.
Semak dan perdu yang sudah dibabat tersebut selanjutnya akan didorong ke
daerah-daerah lembah yang dekat dengan areal penambangan.
a. Operasi pengupasan tanah atas (top soil)
Setelah dilakukan pembersihan lahan, selanjutnya dilakukan
pengupasan lapisan atas (top soil) yang masih banyak mengandung bahan-
bahan organik hasil pelapukan, yang sangat subur. Lapisan tanah subur ini
pindahkan dengan menggunakan blade dari bulldozer. Operator bulldozer
sambil mengupas tanah subur tersebut sekaligus mendorong dan
mengumpulkannya pada lokasi timbunan sementara yang biasanya berada
di dekat daerah operasi bulldozer. Dengan demikian pada lahan
penambangan akan terdapat lokasi timbunan tanah sementara yang
nantinya akan dimanfaatkan pada reklamasi lahan bekas penambangan.
Apabila lokasi timbunan top soil ini relatif jauh, maka pekerjaan
pemindahan top soil ini akan memerlukan excavator sebagai alat muat dan
dump truck sebagai alat angkut.
b. Operasi pemindahan tanah penutup (overburden)
Penggalian tanah penutup berupa overburden, dilakukan dengan
51
menggunakan excavator dan dibantu dengan bulldozer. Untuk material
lemah hingga sedang, excavator dapat langsung melakukan penggalian
dan pemuatan ke dalam dump truck. Tetapi untuk material yang keras,
bulldozer akan membantu memberaikan material tersebut. Pemilihan
ripper pada bulldozer disesuaikan dengan kebutuhan pemberaian material.
Apabila terdapat lapisan tanah penutup yang keras sampai sangat keras,
maka akan digunakan stone breaker untuk memberaikan material tersebut.
Dalam batas-batas penggalian yang telah direncanakan, operator
excavator akan melakukan pembentukan jenjang (bench), dibantu oleh
operator bulldozer.
Lokasi penimbunan (dumping area) sebaiknya pada daerah dengan
morfologi lembah atau datar dan berada di lokasi terdekat. Timbunan
tanah penutup ini akan diatur secara berjenjang dengan menggunakan
dozer shovel dan selanjutnya akan ditutup dengan lapisan tanah pucuk
(top soil) untuk persiapan proses penanaman bibit pohon (revegetasi).
Kemajuan tambang dimulai dari Block balak 4, pada tahun ke 1 –
tahun ke 5, pemindahan tanah akan diarahkan ke outside dump area,
setelah tahun ke 1, pemindahan tanah akan dilakukan secara back filling
ke bekas tambang block yang telah selesai ditambang (mine out). Block
balak 4 akan dimulai back filling pada tahun ke 2 , Kemajuan tambang
dari Block balak 5, dilaksanakan pada tahun ke 5 – tahun ke 12, Kemajuan
tambang dari Block balak 6, dilaksanakan pada tahun ke 12 – tahun ke 16.
Selanjutnya pada setiap outside dump area juga digunakan untuk
penimbunan tanah pucuk (top soil) dimana tanah pucuk tersebut akan
dipergunakan untuk program reklamasi tambang.
c. Operasi pemberaian dan pemindahan batu gamping
Pemberaian Batu gamping, dilakukan dengan menggunakan
peledakan. Karena batu gamping merupakan batuan yang bersifat keras,
dan jika dilakukan penggerusan dan penggalian menggunakan alat
mekanik, alat mekanik tersebut tidak mampu. Sebelum dilakukan
peledakan, dilakukan pengeboran untuk membuat lubang ledak, Untuk
pengeboran ini diperhitungan terlebih dahulu geometri peledakan
sehingga pada saat melakukan pengeboran sudah diketahui jarak burden
dan spasi dari tiap lubang ledak dan juga diketahui jumlah lubang
52
ledaknya. Dengan dihitunya geometri peledakan dapat ditentukan jenis
dan jumlah dari bahan peledak yang akan digunakan. Hal ini agar
diperoleh hasil fragmentasi yang baik dan memudahkan alat gali dan alat
muat untuk melakukan pemindahan material. Peledakan ini akan
dilaksanakan setiap hari kerja sesuai dengan rencana produksi yang telah
direncanakan. Peledakan dimulai pada blok balak 1 Untuk geometri dan
jumlah bahan peledak yang digunakan menyesuaikan dengan kondisi
lapangan dan dilakukan perhitungan setiap ingin melaksanakan
peledakan.
Hasil dari peledakan akan digali dan dimuat excavator ke atas
dump truck. Excavator juga sedikit mengatur lubang bukaan tambang
yang akan dibuat berjenjang, masing-masing setinggi 10 m, dimana lebar
jenjang keseluruhan adalah sebesar 10 m, sudut jenjang tunggal sebesar
45°, dan sudut jenjang keseluruhan adalah sebesar 35°.
Dalam pemindahan batu gamping akan digunakan excavator
sebagai alat muat dan dump truck sebagai alat angkut. Dump truck akan
mengangkut batu gamping dari daerah penambangan (Run Of Mine)
menuju ke lokasi penimbunan (stockpile), yang lokasinya berdekatan
dengan unit pengolahan batu gamping. Tumpukan Batu gamping di
stockpile ini selanjutnya akan menjadi umpan/masukan (feed) pada proses
pengolahan batu gamping. Operasi penambangan Bijih Besi berlangsung
tidak secara serentak pada semua block tambang.
5.2.3 Peledakan, Geometrid dan Dimensi Pengeboran, Desain Peledakan,
Fragmentasi Hasil Peledakan
Pada PT. Dwimas Trifatki kegiatan pemberaian batuan dilakukan dengan
peledakan dikarenakan batuan gamping tersebut bersifat keras dan tidak bisa
dibongkar dengan menggunakan alat mekanis seperti excavator, sebelum
dilakukan peledakan harus dibuat lubang ledak terlebih dahulu untuk mengisi
bahan ledak. Dalam pembuatan lubang ledak harus dihitung terlebih dahulu
geometri peledakan yang digunakan untuk mengetahui jarak burden, spasi serta
jumlah lubang ledak yang digunakan dalam kegiatan peledakan. Pola pemboran
dan pola peledakan yang baik sesuai geometri dapat menghasilkan hasil
peledakan sesuai yang diharapkan. Salah satunya berupa fragmentasi batuan yang
baik sehingga mendukung produktivitas alat gali muat guna proses selanjutnya. .
53
Peledakan ini akan dilaksanakan setiap hari kerja sesuai dengan rencana produksi
yang telah direncanakan. Peledakan dimulai pada blok balak 1.
- Spasing
S= Ks×B = 1×3= 3 m
- Stemming
T= Kt×B= 0,25×3= 0,75 m
- Subdrilling
J= Kj×B= 0,7×3=2,25 m
- Jumlah lubang ledak
Pmin=30
𝑃𝑚𝑖𝑛 30
N= ( +1)n =( +1)6=66 lubang ledak
𝑆 3
= 6,7 Kg/M3
- Berat bahan peledak
E= Pc×de =7,75×6,7=51,9 kg
- Powder factor
𝑃𝑐.𝑑𝑒 51,9
PF= 𝑉.𝑆𝐺𝑟= 90.7,01= 0,22 kg/ton
54
Untuk geometri ini ialah peledakan dengan target produksi 5.724.898 ton
per tahun/ 15.685 ton per hari. Jika diperoleh data berikut maka dapat dilakukan
perhitungan geometri peledakannya.
55
5.2.4 Rencana Pengangkutan Material
Seteleh material bahan galian batu gamping diledakkan selanjutnya batuan
gamping tersebut akan dimuat ke alat angkut. Secara garis besar rangkaian
pemindahan material meliputi kegiatan loading, hauling dan damping. Loading
adalah kegiatan pemuatan bahan galian yang sudah diledakkan dengan alat muat
ke alat angkut. Hauling adalah kediatan memindahkan material bahan galian
dari front penambangan ke area stockpile maupun alat peremuk. Dumping
adalah kegiatan penempata material atau pembongkaran material dari alat
angkut ke stockpile maupun ke muka alat remuk.
Kegiatan gali muat pada lokasi peledakan di tambang Pemodelannya
menggunakan system antrian. Proses antrian (queueing process) adalah suatu
proses yang berhubungan dengan kedatangan konsumen pada suatu fasilitas
pelayanan, kemudian menunggu dalam suatu barisan (antrian) bila fasilitas
pelayanan sedang sibuk konsumen tersebut akan menunggu dan konsumen akan
meninggalkan fasilitas pelayanan tersebut apabila sudah mendapatkan
pelayanan. Komposisi alat yang digunakan pada PT Dwimas Trifatki adalah
sebagai berikut :
56
Tabel 11. Kombinasi alat pengangkutan tanah topsoil dan overburden
Lokasi Unit Jumlah Unit
Fleet 1 Komatsu PC 200-8M1 1
DT Hino Ranger FM 285 JD 5
Fleet 2 Komatsu PC 200-8M1 1
DT Hino Ranger FM 285 JD 5
Adapun yang perlu diperhatikan dalam kegiatan gali, muat dan angkut adalah
waktu edar (cycle time).
- Waktu edar alat gali-muat
Digging Time adalah waktu yang dibutuhkan oleh alat gali-muat untuk
menggali material.
Swing Loaded adalah waktu yang dibutuhkan oleh alat gali-muat untuk
berputar dalam keadaan bucket berisi material.
Dumping adalah waktu yang dibutuhkan untuk menumpahkan material
ke bak alat angkut.
Swing Empty adalah waktu yang dibutuhkan oleh alat gali-muat untuk
berputar dalam keadaan bucket kosong.
- Waktu edar alat angkut
Delay adalah waktu menunggu alat angkut untuk dimuat oleh
excavator.
Manuver Loading adalah waktu yang dibutuhkan oleh alat angkut untuk
gerakan membelok, mundur, dan mencari posisi yang tepat untuk dimuat
oleh excavator.
Loading adalah lamanya waktu yang dibutuhkan oleh excavator untuk
memenuhi bak dump truck.
Hauling adalah lamanya waktu yang dibutuhkan oleh alat angkut untuk
mengangkut material dari loading point ke disposal area.
Dumping adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk menumpahkan
57
material di disposal area.
Back adalah lamanya waktu yang dibutuhkan alat angkut untuk kembali
ke loading point
Faktor-faktor diatas merupakan aspek yang dipertimbangkan untuk
keserasian alat (Match Factor). Dengan bagusnya keserasian alat maka akan
mendukung target produksi dari perusahaan tersebut
5.3 Peralatan Penambangan
Metode penambangan yang diterapkan dalam kegiatan penambangan adalah
open pit mining. Sebelum menentukan jenis dan spesifikasi peralatan yang digunakan
dalam metode ini, maka perlu dikaji terlebih dahulu jenis-jenis kegiatan yang akan
dilakukan dalam operasi penambangan tersebut. Dengan gambaran jenis kegiatan yang
jelas, maka penentuan spesifikasi peralatan yang akan digunakan lebih mudah
dilakukan.
5.3.1 Jenis dan Spesifikasi Alat
1. Excavator
Excavator adalah alat mekani yang digunakan untuk kegiatan gali muat.
Pada Kegiatan penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas tugas
sebagai berikut:
Melakukan penggalian, pemuatan dan pemindahan serta pencurahan
material lemah seperti humus atau top soil pada lokasi penimbunan atau
langsung ke atas alat angkut.
Melakukan penggalian, pemuatan, dan pencurahan lapisan tanah penutup
(overburden), dan mengumpulkannya pada suatu lokasi dekat tambang atau
langsung memuat ke atas alat angkut.
Melakukan penggalian, pemuatan dan pencurahan batu gamping dan
mengumpulkannya pada lokasi dekat tambang atau langsung memuat ke
atas alat angkut.
Melakukan perintisan dan pembuatan saluran-saluran air di tambang untuk
sistem drainase tambang.
Melakukan perintisan dan pembuatan kolam air di tambang (settling pond)
dalam rangka pengelolaan dan pemantauan lingkungan tambang.
Spesifikasi excavator yang akan digunakan pada kegiatan penambangan di PT
Dwimas Trifatki :
58
Tabel 13. Spesifikasi Excavator
Nama Unit Spesifikasi Keterangan
Komatsu PC 2000-8 Net Engine Output (HP) 956
Bucket Capacity (m3) 1
Maximum Digging Reach/Depth (mm) 12.265 / 7.130
Ground Pressure (Kg/cm3) 1.31
GVW (Kg) 200.000
Komatsu PC 300-8M1 Net Engine Output (HP) 250
Bucket Capacity (m3) 1,8
Maximum Digging Reach/Depth (mm) 10.120 / 6.400
Ground Pressure (Kg/cm3) 0,52
GVW (Kg) 30.000
2. Dump truck
Alat ini digunakan sebagai alat angkut atau mobilisasi material dari
tempat yang sat uke tempat lainnya. pada kegiatan penambangan akan
digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai berikut:
Melakukan pengangkutan, pencurahan hasil penggalian tanah pucuk (Top
Soil) dan tanah penutup (overburden) ke lokasi penimbunan tanah penutup
(dumping area).
Melakukan pengangkutan, pencurahan batu gamping hasil peledakan (Run
Of Mine) dari tambang ke stockpile maupun ke muka alat remuk.
Spesifikasi dump truck yang akan digunakan pada kegiatan penambangan
di PT Dwimas Trifatki :
Tabel 14. Spesifikasi Dump truck
Nama Unit Spesifikasi Keterangan
Komatsu HD 785-7 Net Engine Output (HP) 1178
3
Vessel Capacity (m ) 40
Maximum Payload (ton) 91,7
Operation Weight (Kg) 163,780
Lebar (m) 5,480
DT Hino Ranger Dutro 300 Net Engine Output (HP) 473
3
Vessel Capacity (m ) 8
Maximum Payload (ton) 10
Operation Weight (Kg) 2.263
Net Engine Output (HP) 473
59
3. Bulldozer
Alat ini fungsi utamanya adalah alat gali, dorong dan gusur. Pada
kegiatan penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai
berikut :
Melakukan pembabatan semak dan mengumpulkannya ke suatu lokasi
tertentu
Melakukan penggusuran jenis tanaman pohon-pohonan
Melakukan pengupasan tanah atas pucuk (stripping) danmengumpulkannya
dekat lokasi tambang
Melakukan pembersihan Iapisan tanah penutup (overburden) dan
mengumpulkanya pada suatu lokasi dekat tambang. Apabila berhadapan
dengan material keras, maka digunakan alat tambahan yang disebut ripper.
Melakukan perintisan dalam pembuatan lantai kerja dan jalan angkut
tambang
Mengatur bentuk geometri lereng tambang
Spesifikasi bulldozer yang akan digunakan pada kegiatan penambangan
di PT Dwimas Trifatki :
Tabel 15. Spesifikasi Bulldozer
Nama Unit Spesifikasi Keterangan
Komatsu D65E - 12 Ground Prsssure (Kg/cm3) 0,7
3
Blade Capacity (m ) 5,61 (Semi-U-tilt)
Max. Drawbar pull at F2 (kN) 200
Operating Weight (kg) 19,125
Engine Output (HP) 180
4. Wheel Loader
Alat ini fungsi utamanya adalah alat muat. Akan tetapi dapat
berfungsi pula sebagai alat dorong dan pada operasi penambangan akan
digunakan untuk melakukan tugas-tugas sebagai berikut:
Melakukan penggalian, pengangkutan, dan pencurahan batuan gamping di
stockpile ke atas dump truck
Melakukan pendorongan batuan gamping di stockpile agar tertatadengan
60
rapi
Spesifikasi Whell Loader yang akan digunakan pada kegiatan
penambangan di PT Dwimas Trifatki :
Tabel 16. Spesifikasi Wheel Loader
Nama Unit Spesifikasi Keterangan
Komatsu WA470-6 Bucket Capacity (m3) 3,9
Max. Operating Weight (kg) 23.095
Max. Static Tipping Load 400 Full Turn (Kg) 15.795
Engine Output (HP) 272
5. Bor Rotary
Alat ini fungsi utamanya adalah alat bor pada saat melakukan kegiatan
peledakan. pada operasi penambangan akan digunakan untuk melakukan tugas-
tugas sebagai berikut:
Melakukan pengeboran untuk membuat lubang ledak pada saatmelakukan
kegiatan peledakan
Melakukan pengeboran untuk mengambil coring dari batuan yang ada di
sekitar lereng tambang
Spesifikasi Bor Rotary yang akan digunakan pada kegiatan penambangan
di PT Dwimas Trifatki :
Tabel 17. Spesifikasi Wheel Loader
Nama Unit Spesifikasi Keterangan
Bor Rotary MD6200 Beban Bit (Kg) 16.964
Diameter Lubang (Inchi) 5.0-7.87
Kompressor (m3/s) 29,7
Kedalaman satu lintasan (m) 11
Berat (Kg) 42.000
61
Tabel 18. Jumlah alat
Alat Jenis Unit Jumlah Unit
Excavator Komatsu PC 2000-8 3
Komatsu PC 300 5
Dump Truck Komatsu HD 785-7 8
DT Hino Ranger Dutro 300 27
Bulldozer Komatsu D65E - 12 1
Whell Loader Komatsu WA470-6 1
Bor Rotary Bor Rotary MD6200 1
5.3.3 Upaya Kerja Alat (Availability dan Utilisation) dan Produktivitas alat
1. Waktu Edar
Waktu edar merupakan waktu yang dibutuhkan sebuah alat gali-muat untuk
melakukan kegiatan dumping, digging, swing loaded, dan swing empty.
Keterangan :
62
RT : Waktu kembali tanpa muatan (detik)
CT = 660 Detik
Lokasi Unit Cycle Time (Detik)
Fleet 1 Komatsu PC 2000-8 60
Komatsu HD 785-7 1080
Waktu edar excavator Komatsu 2000-8
CT = 20 + 15 + 13 + 12
CT = 30 Detik
Jam kerja efektif adalah waktu kerja yang sesungguhnya yang digunakan
pada operasi penambangan, adapun jam kerja kegiatan penambangan pada PT
Dwimas Trifatki adalah 21 jam setiap hari, sedangkan untuk jam kerja per bulan
adalah 21 x 30 = 630 jam Untuk distribusi waktu kerja perhari dapat dilihat pada
63
tabel berikut :
Jam Kerja Keterangan Waktu (Jam)
4.00 – 6.00 Waktu Persiapan 1
6.00 – 12.00 Waktu Kerja Shift 1 6
12.00 – 13.00 Waktu ganti Shift 1 ke 2 1
13.00 – 19.00 Waktu Kerja Shift 2 6
19.00 – 20.00 Waktu ganti Shift 2 ke 3 1
20.00 – 02.00 Waktu Kerja Shift 3 6
Total 21
Rata-rata waktu hujan perhari 1
Jam kerja efektif 18
4. Waktu yang Dibutuhkan Alat Dalam Kegiatan Penambangan
Waktu kerja efektif adalah waktu yang benar-benar digunakan alat untuk
berproduksi sampai akhir operasi yaitu selisih antara jam kerja dengan jam kerja
yang hilang. Waktu standby dan waktu repair alat adalah waktu kerja terpakai
karena alat standby dan repair. Untuk melihat distribusi waktu kerja dapat dilihat
pada Tabel berikut
Alat Jam Tersedia Repair Work Standby
(R)(Jam) (W)(Jam) (S)(Jam)
Komatsu PC 2000-8 330 30 270 30
Komatsu HD 785-7 330 22,5 270 37,5
Komatsu PC 300-8M1 330 30 270 30
DT Hino Ranger Dutro 300 330 22,5 270 37,5
𝑊+𝑆
PA = 𝑊+𝑅+𝑆 × 100%
64
𝑊
UA = 𝑊+𝑆 × 100%
𝑊
EU = 𝑊+𝑅+𝑆 × 100%
Keterangan
R = Repair Hours atau jumlah jam untuk perbaikanS = Jumlah Jam Standby
MA (Mechanical Avaibility) adalah tingkat kesediaan alat untuk
melakukan kegiatan produksi dengan memperhitungkan kehilangan waktu
karena alasan mekanis. PA (Physical Avaibility) adalah catatan mengenai
keadaan fisik dari alat yang sedang dipergunakan. UA (Use of Avaibility) adalah
tingkat daya guna alat untuk kegiatan produksi. EU (Effective Utilization)
adalah seluruh waktu kerja yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk kerja
produktif atau sama dengan efisiensi kerja.
Perhitungan jam ketersediaan Alat dan Waktu efektif Excavator
𝑊
MA = 𝑊+𝑅 × 100%
9
MA = 9+1 × 100%
MA = 90%
Jadi, Mechanical Avaibility Adalah 90% dalam Artian Baik
𝑊+𝑆
PA = 𝑊+𝑅+𝑆 × 100%
9+1
PA = 9+1+1 × 100%
PA = 90,91%
Jadi, Physical Availability 90,91% artinya alat dalam keadaan baik
𝑊
UA = 𝑊+𝑆 × 100%
9
UA = 9+1 × 100%
UA = 90%
Jadi, Use of Avaibility Sebesar 90% artinya dalam keadaan baik
𝑊
EU = 𝑊+𝑅+𝑆 × 100%
9
EU = 9+1+1 × 100%
EU = 81,82 %
Artinya alat bekerja dengan persentase 81,82% dari kondisi ini dikatakan
alat dalam kondisi kerja baik
Perhitungan jam ketersediaan alat dan waktu efektif Dump Truck
𝑊
MA = 𝑊+𝑅 × 100%
9
MA = 9+0,75 × 100%
MA = 92,30
Jadi, Mechanical Avaibility Adalah 92,30% dalam Artian Baik
𝑊+𝑆
PA = 𝑊+𝑅+𝑆 × 100%
65
9+1,25
PA = 9+1,25+0,75 × 100%
PA = 93,18%
Jadi, Physical Availability 93,18% artinya alat dalam keadaan baik
𝑊
UA = 𝑊+𝑆 × 100%
9
UA = 9+1,25 × 100%
UA = 87,80%
Jadi, Use of Avaibility Sebesar 90% artinya dalam keadaan baik
𝑊
EU = 𝑊+𝑅+𝑆 × 100%
9
EU = 9+0,75+1,25 × 100%
EU = 81,82%
Artinya alat bekerja dengan persentase 81,82% dari kondisi ini dikatakan
alat dalam kondisi kerja baik
Efisiensi Kerja
Alat MA (%) PA (%) UA (%) EU (%)
Komatsu PC 2000-8 90 90,91 90 81,82
Komatsu HD 785-7 92,30 93,18 87,80 81,82
Komatsu PC 200-8M1 90 90,91 90 81,82
DT Hino Ranger FM 285 JD 92,30 93,18 87,80 81,82
C= n X KB X BF
Keterangan
66
- Machine availability
- Skill operator
- Efisiensi Waktu
CT = Cycle Time
KB = Kapasitas Bucket (m3)
BF = Bucket Factor
Produktivitas Overburden
FK = 0,61
𝐾𝐵 × 𝐵𝐹 ×3600×𝐹𝐾
TP = 𝐶𝑇
TP = 112,93 Bcm/jam
TP = 112,93 Bcm/jam x 18
TP = 2.032 Bcm/jam x Jumlah alat
TP = 2.032 Bcm/jam x 2
TP = 4.065 Bcm/hari
Dump Truck Hino Ranger Dutro 300
FK = 0,39
C = 10 m2
𝐶 × 60 ×𝐹𝐾
TP = 𝐶𝑇
10×600,39
TP = 11
67
TP = 21,27 Bcm/Jam
TP = 21,27 Bcm/Jam x 18
TP = 382,9 Bcm/Jam x 11
TP = 4.211 Bcm/hari
FK = 0,57
𝐾𝐵 × 𝐵𝐹 ×3600×𝐹𝐾
TP = 𝐶𝑇
11 × 0,85 ×3600×0,57
TP = 60
TP = 319,77 Bcm/jam
TP = 319,77 Bcm/jam x 18
TP = 5.755,86 Bcm/hari x 3
TP = 17.267 Bcm/hari
Dump Truck Komatsu Komatsu HD 785-7
FK = 0,368
C = 91 m2
𝐶 × 60 ×𝐹𝐾
TP = 𝐶𝑇
91× 60 ×0,368
TP = 18
68
TP = 111,62 Bcm/Jam
TP = 111,62 Bcm/Jam x 18
TP = 2.009,28 Bcm/Jam x jumlah alat
TP = 2.009,28 Bcm/Jam x 8
TP = 16.074 Bcm/Jam
Prokdutivitas Alat Gali Muat Angkut Batugamping
Excavator Komatsu PC 300-8M1
FK = 0,61
𝐾𝐵 × 𝐵𝐹 ×3600×𝐹𝐾
TP = 𝐶𝑇
TP = 112,93 Ton/jam
FK = 0,39
C = 10 m2
𝐶 × 60 ×𝐹𝐾
TP = 𝐶𝑇
10×600,39
TP = 11
69
TP = 21,27 Ton/Jam
TP = 53,175 Ton/Jam x 18
TP = 957,15 Ton/hari x Jumlah alat
TP = 957,15 Ton/hari x 16
TP = 15.314 Ton/hari
Produktivitas alat gali, muat dan angkut produksi overburden
Unit Produktivitas Total Ketercapaian
(Bcm/jam) (Bcm/jam) (Bcm/jam)
Komatsu PC 2000-8M1 17.267 Excvator :21.332 Target Produksi :
Komatsu HD 785-7 16.074 20.000
70
7. Match Factor Alat Gali Muat dan Angkut
Faktor keserasian kerja antara alat muat dan alat angkut dapat ditinjau
dari perbandingan unitnya. Untuk menilai keserasian alat muat dan alat angkut
dapat digunakan persamaan Match Factor sebagai berikut :
𝑛𝐻 × 𝑛 ×𝐶𝑡𝑚
MF = 𝑛𝑀 ×𝐶𝑡𝑎
Keterangan:
Berdasarkan perhitungan dapat dilihat match factor alat muat dan alat
angkut di bawah ini:
Excavator Komatsu PC 2000-8 dan Dump Truck Komatsu HD 785-7
𝑛𝐻 × 𝑛 ×𝐶𝑡𝑚
MF = 𝑛𝑀 ×𝐶𝑡𝑎
5 × 7 ×0,5
MF = 1 ×12
MF = 1,45
Excavator Komatsu PC 200-8M1 dan Dump Truck Hino Ranger FM 285 JD
𝑛𝐻 × 𝑛 ×𝐶𝑡𝑚
MF = 𝑛𝑀 ×𝐶𝑡𝑎
4 × 8 ×0,46
MF = 1 ×10
MF = 1,47
Didapat MF > 1, berarti faktor kerja alat muat 100% dan faktor kerja
alat angkut kurang dari 100% atau kemampuan alat muat lebih besar dari
kemampuan alat angkut, akibatnya terdapat waktu tunggu alat angkut.
- Waktu Antrian
Waktu antrian yang dialami oleh alat angkut dapat di analisa dengan
MF =1 berikut:
Excavator Komatsu PC 2000-8 dan Dump Truck Komatsu HD 785-7
71
𝑛𝐻 × 𝑛 ×𝐶𝑡𝑚
MF = 𝑛𝑀 ×𝐶𝑡𝑎
𝑛𝐻 × 𝑛 ×𝐶𝑡𝑚
Cta = 𝑛𝑀 ×𝑀𝐹
5 × 7 ×0,5
Cta = 1 ×1
𝑛𝐻 × 𝑛 ×𝐶𝑡𝑚
Cta = 𝑛𝑀 ×𝑀𝐹
4 × 8 ×0,46
Cta = 1 ×1
= 4,72 menit
- Model Antrian
Model antrian yang digunakan pada PT Dwimas Trifatki adalah FCFS dan
Multiple Single Phase. FCFS (First Come, First Served) Merupakan suatu
Keterangan :
M : Antrian
S : Fasilitas pelayanan
72
BAB VI RENCANA PENGOLAHAN
- Proses screening
Pengolahan batu gamping secara garis besar adalah proses peremukanbatuan gamping
hingga ukuran <0,2 mm. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram alir pengolahan
dibawah ini :
Umpan 23,5 cm
Primary Crushing
Jaw Crusher
Grizzly Screening
F80=<500 mm
500 mm
P80 =<80 mm
73
Jaw Crusher F80=<80 mm
P80 =<16 mm
Banana Screening
16 mm
P80 =<0,2 mm
Storage
Tingkat kesulitan peremukan atau penggerusan mineral atau bauan dinyatakan dalam
bentuk Work Index (Wi). Untuk kerja kominusi sama dengan kerja yang diwakili oleh
produk kominusi dikurang dengan kerja yang diwakili oleh umpan.
1 1
W = 10 Wi ( − ) Diketahui Wi batugamping = 11
√𝑝 √𝐹
1 1
W = 10 X 11 ( − )
√80.000 √500.000
W = 0,234 kWh/ton
1 1
W = 10 X 11 ( − )
√16.000 √80.000
74
W = 110 (0,00792 – 0,00354)
W = 0,481 kWh/ton
1 1
W = 10 X 11 ( − )
√4.000 √16.000
W = 0,869 kWh/ton
1 1
W = 10 X 11 ( − )
√200 √4.000
W = 5,97 kWh/ton
6.2 Peralatan Pengolahan
6.2.1 Jenis
1. Jaw Crusher
Jenis Jaw Crusher yang digunakan adalah C Series Jaw Crusher
Nordberg C106. Crusher ini diletakan di primary crusher dengan ukuran jaw
crusher 1 F80: <500 mm P80: <80 mm dengan grizzly screening 500 mm dan
jaw crusher 2 F80: <80 mm P80: <16 mm dengan banana screening 16 mm.
2. Cone Crusher
Jenis crusher yang digunakan adalah GP Series Cone Crusher. Crusher
inidiletakan di primary crusher dengan ukuran jaw crusher 1 F80: <16 mm
P80: < 4 mm.
3. Ball Mill
75
6.2.3 Kapasitas
Kapasitas jaw crusher 760 ton/jam, kapasitas cone crusher 550 ton/jam dan
ball mill 550 ton/jam.
6.2.4 Perhitungan Jam Kerja Crusher dan Grinding Plant
PT. Dwimas Trifatki memiliki tiga shift kerja secara bekala yaitu
540
𝐶𝐺 = 𝑥 100% = 85,71%
630
= 15.685 ton/hari
76
= 15.685 ton/hari Produktivitas Cone Crusher
= 15.685 ton/hari
= 15.685 ton/hari
6.3 Jenis Produk Pengolahan
Jenis produk olahan yang akan diproduksi oleh PT. Dwimas Trifatki adalah
menggolah batugamping menjadi imbuh dalam peleburan dan pemurnian besi dan logam
lainnya. Unsur Ca di dalam batugamping berfungsi untuk mengikat gas-gas seperti SO2
dan H2S pada peleburan logam pada tanur yang tinggi. Standar baku yang terkandung di
dalam batugamping adalah CaO > 51%, SiO2 = 1,2%, Al2O3 = 0,9% dan kadar air < 5%.
77
crusher. Alat transportasi penunjangnyaadalah belt conveyor. belt conveyor merupakan
alat penghubung antar pengolahan material. Mekanismenya sebagai berikut dari jaw
crusher 1-Grizzy Screen- Jaw crusher 2-Banana Screnn-Cone Crusher- Ball Mill-
Storage.
78
BAB VII LINGKUNGAN DAN KESELAMATAN PERTAMBANGAN
79
7.1.1 Dampak Kegiatan
Kegiatan penambangan gamping yang dimulai dari tahap persiapan,
operasional, dan kemudian sampai tahap pasca penambangan akan banyak melibatkan
sumber daya baik fisik maupun non-fisik yang berupa, berbagai macam peralatan,
bahan, teknologi, tenaga kerja, financial, dan sebagainya yang akan mempunyai potensi
mengubah lingkungan akibat dari interaksi antara aktivitas dengan sumber daya alam
dan lingkungan hidup. Perubahan tersebut merupakan faktor penentu dampak yang
mungkin dapat mengubah keseimbangan ekosistem di wilayah perubahan.
Dampak yang mungkin timbul dari kegiatan proyek penambangan ini meliputi
namun tidak terbatas pada antara lain adalah :
a. Saat Pra-Operasi
1. Pembebasan lahan.
2. Penerimaan tenaga kerja.
3. Mobilisasi peralatan.
4. Perubahan penggunaan lahan dan munculnya potensi pendapatan baru.
5. Persepsi negatif/positif akibat Interaksi sosial antara masyarakat pendatang
dan penduduk setempat.
6. Meningkatnya perekonomian masyarakat di wilayah setempat.
b. Masa Operasi
1. Pembebasan lahan, masalah tenaga kerja, sosial, ekonomi, dan budaya.
2. Perubahan ekosistem hutan akibat penambangan batugamping dan
pembangunan fisik lainnya.
3. Perubahan kualitas fisik lahan, air, dan udara, serta sistem hidrologis.
4. Iklim mikro, kualitas udara dan kebisingan.
5. Erosi, sedimentasi dan kualitas air permukaan.
6. Perubahan bentang alam, kesuburan tanah, dan tata guna lahan.
7. Berkurangnya vegetasi darat dan satwa liar.
8. Menurunnya kualitas kehidupan biota perairan.
9. Dan lain sebagainya.
c. Pasca Operasi
1. Reklamasi, dan revegetasi mengakibatkan pulihnya habitat flora/fauna
lingkungan akibat reklamasi dan revegetasi.
2. Hilangnya kesempatan kerja dan berusaha bagi penduduk setempat.
80
3. Upaya konservasi pada daerah bekas pit terakhir untuk dijadikan
kolam/telaga tandon air dan perikanan dan atau tempat rekreasi.
4. Bangunan dan jalan diserahkan kepada pemerintah daerah setempat.
5. Dan lain sebagainya.
81
Limbah padat bersumber dari hasil pengupasan tanah penutup berupa lempung
pasiran berwarna coklat sampai kuning dan abu-abu. Akibat pengupasan tanah
tersebut dapat menyebabkan terjadinya erosi pada permukaan tanah, terutama pada
waktu musim hujan. Limbah padat dapat juga berasal dari settling pond yang
berupa endapan atau sludges, selain itu juga limbah padat yang berasal dari sampah
kegiatan perkantoran dan perbengkelan.Upaya pengelolaan limbah padat :
1. Pembukaan lahan dilakukan dengan efisien, dimana lahan yang dibuka hanya
lahan yang benar-benar akan digunakan sebagai lokasi kegiatan, yaitu hanya
peruntukan lubang tambang dan lokasi tempat penimbunan lapisan penutup
saja.
2. Kemiringan dan tinggi jenjang timbunan tanah penutup sesuai rekomendasi
Penyelidikan Geoteknik. Timbunan diatur sedemikian rupa sehingga
membentuk teras-teras yang searah dengan kontur. Penimbunan dilakukan
dengan cara lapisan perlapisan yang diikuti dengan pemadatan. Kemiringan
dari lereng timbunan harus mengikuti natural angel of repose dan lereng
timbunan ini sebaiknya dirapihkan dan dimatangkan. Mengamankan tanah
pucuk (top soil) di tempat yang relatif datar dan ditanami dengan tanaman
penutup tanah (cover crop).
3. Timbunan tanah buangan dan bukaan tambang pada kegiatan pengupasan
tanah penutup, diatur sedemikian rupa sehingga membentuk teras-teras.
Bidang olah dari teras ini ditanami dengan tanaman kayu-kayuan seperti
akasia, mahoni, sungkai dan albazia. Pada bibir teras dan lereng ditanami
rumput vetiter sebagai penguat teras dan disampingnya ditanami tanaman
Legume Cover Corp (LCC) seperti Centrosema sp. dan Colopogonium sp.
4. Lumpur dari kolam pengendap lumpur settling pond ditimbun di lokasi
Disposal Area.
b. Limbah cair
Limbah cair yang diperkirakan dihasilkan dari kegiatan penambangaan
diantaranya sebagai berikut :
1. Minyak pelumas bekas/oli bekas terutama dihasilkan dari alat berat seperti
buldozer, excavator, dump truck, genset serta kendaraan yang dioperasikan.
2. Limbah cair yang dihasilkan dari kolam pengendap. Kolam pengendap ini
menampung limbah cair hasil pencampuran antara batugamping dan limbah
cair/lumpur dari tambang.
82
Upaya pengelolaan limbah cair :
Pembuatan kolam pengendap lumpur (KPL) untuk menampung air dari dalam
tambang sebelum di buang ke perairan umum. Guna mencegah terjadinya
peningkatan kekeruhan, padatan tersuspensi, perubahan warna, serta tingkat
keasaman (jika ada) air sungai.
Pembuatan teras-teras pada saluran pembuangan air.
Menambahkan tawas dan kapur ke dalam air limbah didasarkan atas
perhitungan tingkat kekeruhan dan tingkat keasaman (jika ada) air limbah
tersebut.
Menampung sisa-sisa oli bekas dalam drum-drum dan dijual ke pihak ketiga,
dan membuat Oil trap untuk menampung oli/pelumas yang tercecer.
Dilakukan reklamasi pada lahan bekas KPL.
c. Limbah debu dan gas buang
Limbah debu dihasilkan oleh kegiatan pengangkutan batugamping dari tambang ke
ROM Stockpile. Dampak debu akan dirasakan oleh penduduk yang bermukim di
sepanjang jalur angkutan batugamping (jika ada). Limbah debu ini dapat pula terjadi
pada lokasi stockpile (penimbunan) batugamping. Limbah Gas buangan CO2 dan CO
dihasilkan dari pembakaran pada mesin peralatan berat. Konsentrasi gas buang ini
relatif kecil, karena pengoperasian alat dilakukan pada ruangan terbuka. Selain itu akan
dihasilkan pula pencemaran berupa kebisingan yang berasal dari operasi peralatan
tambang, seperti buldozer, excavator, dump truck, genset, dan lain-lain.Upaya
pengelolaan limbah debu dan gas buang:
1. Melakukan penyiraman jalan lintas produksi terutama areal yang dekat dengan
pemukiman penduduk secara periodik terutama pada musim kemarau.
2. Memperlambat laju kendaraan angkut pada saat melewati jalur yang dekat dengan
pemukiman penduduk.
3. Penanaman pepohonan di kiri–kanan jalan angkut.
4. Penggunaan sarana K3 berupa masker/penutup mulut bagi karyawan yang bekerja,
khususnya yang terkena dampak langsung seperti operator alat-alat berat dan sopir
truk.
5. Pemasangan rambu-rambu lalu lintas untuk menghindari terjadinya kecelakaan, dan
mengurangi debu.
6. Sekitar pemukiman penduduk dan camp karyawan ditanami pohon-pohon sebagai
bio - filter.
83
7.1.3 Pemantauan Lingkungan
Rencana pemantauan lingkungan disusun sesuai dengan urutan kegiatan yaitu
tahap persiapan, operasi dan pasca penambangan.
a. Tahap persiapan
Kegiatan pada tahap persiapan dapat menimbulkan dampak penting terhadap
komponen lingkungan sosial ekonomi dan budaya.
b. Tahap operasi
1. Komponen Lingkungan Geofisika-Kimia
Iklim Mikro
Metode Pemantauan dilakukan dengan melalui pengukuran langsung di
lapangan.
Kualitas Udara
Pemantauan/pengambilan sample dilakukan dilapangan dan pengukuran
kadar debu dilakukan di laboratorium dengan menggunakan Metoda High
Volume Sampler. Hasil pengukuran ini dibandingkan dengan baku mutu
yang disyaratkan pada Keputusan Menteri KLH No.02/MENLH/1988.
Erosi
Metoda pemantauan lingkungan laju erosi yang terjadi pada suatu areal
dapat dipantau dengan berbagai cara, diantaranya :
- Menghitung Tingkat Bahaya Erosi (TBE) dengan menggunakan
metoda USLE yang berpedoman kepada sifat-sifat tanah dan tanaman.
- Tingkat bahaya erosi ditetapkan pada seluruh areal yang direklamasi
yaitu areal penimbunan dan areal bukaan tambang.
- Mengamati pertumbuhan tanaman di areal yang direklamasi.
Pengamatan tanaman dilakukan disetiap lokasi yang direklamasi/
revegetasi, dengan membuat ubinan dan diukur tinggi tanaman serta
lingkar batangnya secara berkala.
- Mengamati langsung erosi yang terjadi di lapangan, baik erosi lembah,
alur, maupun parit.
- Mengamati sedimentasi yang terjadi di sungai.
Sedimentasi dan Kualitas Air.
- Kekeruhan air sungai.
84
- Sedimentasi yang terjadi di sungai.
Bentang Alam
Pemantauan perubahan bentang alam yang terjadi pada suatu areal dapat
dipantau dengan berbagai cara :
- Pengukuran perbedaan ketinggian pit dan timbunan tanah penutup
dengan peralatan ukur, antara lain Total Station.
- Kelongsoran tanah yang terjadi secara berkala.
Kesuburan Tanah
Metode Pemantauan Lingkungan kualitas tanah adalah mengamati jenis
tumbuhan yang tumbuh di lokasi bekas penambangan.
2. Komponen Lingkungan Biologi
Vegetasi
Pemantauan Lingkungan revegetasi dilakukan terhadap persentase (%)
pertumbuhan pohon yang ada di areal reklamasi lahan timbunan tanah
penutup baik di outside dump maupun di inside dump/back fill bekas galian
tambang. Di areal penghijauan kiri-kanan jalan angkut, di halaman base
camp dan tempat-tempat yang terbuka.
Pada waktu pengukuran di lapangan, petak ukur yang dibuat mempunyai
ukuran untuk fase pohon 20 x 20 m, fase tiang 10 x 10 m. Satu petak
tersebut mewakili luasan 1 hektar.
Satwa Liar
Pemantauan dilakukan terhadap tingkat keberhasilan pembinaan habitat
sebagaimana diuraikan pada pemantauan vegetasi. Sedangkan pemantauan
terhadap kelimpahan individu, keragaman jenis, dan keberadaan jenis satwa
liar (mamalia dan burung) dilakukan dengan metoda survei, yakni dengan
pengisian “Daftar Isian Pemantauan Satwa Liar”.
Data tersebut selanjutnya dianalisis dengan metoda tabulasi sehingga
kecenderungan peningkatan/penurunan kelimpahan populasi,
keanekaragaman jenis dan keberadaan jenis satwa dapat diketahui secara
berurutan (Time Series).
Biota Perairan
Pemantauan Lingkungan biota perairan dilakukan dengan cara
sampling/pengambilan contoh biota air dari lokasi-lokasi perairan.
85
Pengambilan contoh plankton dengan menggunakan planktonnet, untuk
benthos dengan menggunakan Eickman dradge, water sampler dan jala
surber dan nekton dengan menggunakan jaring ikan.
Analisis selanjutnya dilakukan di laboratorium, sehingga diperoleh nama-
nama jenis plankton, benthos dan nekton. Khusus untuk nekton (ikan), data
lapangan dapat diperoleh dari data sekunder yang ada.
3. Komponen Lingkungan Sosial-Kesehatan Masyarakat
Persepsi Masyarakat
Metode pemantauan dengan melakukan wawancara kepada tokoh
masyarakat dan masyarakat, tentang sejauh mana berkembangnya
kecemburuan sosial yang terjadi, yang ditandai dengan keresahan, konflik
sosial, kesempatan kerja dan berusaha serta aktivitas perekonomian.
Metoda yang digunakan dengan pengamatan langsung dan wawancara.
Perekonomian Masyarakat
Pemantauan lingkungan aspek ini, dilakukan dengan beberapa pendekatan
melalui metode pengukuran dan analisis sbb:
- Mengamati keadaan dan perubahan penduduk lokal yang berusaha di
sektor non-formal.
- Mengamati sejauh mana kerjasama antara perusahaan dan masyarakat
(koperasi/badan usaha) dalam rangka memenuhi kebutuhan
perusahaan.
- Mengamati sejauh mana partisipasi perusahaan membantu masyarakat
dalam membantu peningkatan ketrampilan dalam diversifikasi usaha
masyarakat setempat dalam sektor informal sebagai akibat dari
keberadaan proyek.
Kesehatan Masyarakat
Metode pemantauan lingkungan dalam aspek ini dilakukan dengan
beberapa pendekatan antara lain melakukan: pengamatan atas penyakit
yang timbul di masyarakat, dan jumlah penduduk yang berobat dengan cara
mengambil data sekunder dari puskesmas terdekat.
7.1.4 Kegiatan Pascatambang
1. Pemanfaatan Lahan Pascatambang
86
PT Dwimas Trifatki direncanakan pemanfaatannya digunakan untuk usaha
peternakan sapi potong. Pada areal bekas lahan tambang yang telah
direhabilitasi dengan menggunakan rumput sebagai crop cover sangat cocok
dijadikan sebagai areal peternakan. Sapi yang diternak juga akan menghasil
limbah kotoran, yang dapat digunakan untuk pupuk organic yang dapat
meningkatkan unsur organik dari tanah lahan bekas tapak tambang.
87
dan dengan bantuan tenaga manusia. Reklamasi lahan bekas tambang
permukaan dilakukan dengan penataan permukaan sungai (rekayasa kontur),
penataan bongkah-bongkah batugamping di sepanjang sungai, dan normalisasi
aliran sungai.
Pada saat berakhirnya kegiatan penambangan, akan dilakukan
pengurangan/pemberhentian karyawan. Berdasarkan hal ini, sangat penting
memperhatikan nasib para pegawainya. Bentuk perhatian dapat berupa
pemberian keterampilan yang nantinya akan berguna setelah diberhentikan dari
pekerjaan ini.Pengembangan usaha masyarakat lokal dapat dilakukan dengan
cara mengembangkan investasi, meningkatkan produktivitas, memperluas
perdagangan, dan meningkatkan pembangunan infrastruktur pedesaan,
merupakan prasyarat bagi peningkatan investasi swasta. Pemeliharaan dan
perawatan dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu pada saat proses penutupan
tambang yang dilakukan oleh pemilik lokasi penambangan, dan dilakukan
setelah serah terima kepada pihak pemerintah daerah dan masyarakat setempat.
Setelah itu, baik pemerintah daerah maupun masyarakat setempat menjadi
penanggung jawab pemeliharaan.
Kegiatan pemantauan dilakukan dengan memantau kestabilan fisik
bekas penambangan berupa stabilitas lereng dari jenjang yang telah dibuat.
Tujuannya untuk mencegah terjadinya longsoran pada jenjang-jenjang dinding
tambang yang telah dibuat. Parameter yang perlu diperhatikan yaitu data retakan
tanah, rembesan air tanah, dan amblesan yang terjadi di sekitar lereng tersebut.
Untuk lokasi pemantauan difokuskan pada sekitar area jenjang tambang. Selain
itu, pemantauan juga dilakukan terhadap air permukaan dan air tanah yang
dilakukan setiap 6 bulan sekali di sungai dan sumur di sekitar lokasi
penambangan, pemantauan biologi akuatik dan terestrial yang dapat dilihat
dengan tingkat kekeruhan air yang kembali normal ketika hari biasa atau bukan
pada saat hujan, sosial budaya dan ekonomi.
Tahap akhir dalam rencana pasca tambang yaitu adalah pemanfaatan
lahanbekas tapak tambang yang sudah di reklamasi. Lahan tapak tambang yang
telah direvegetasi pada lokasi penambangan PT Dwimas Trifatki direncanakan
pemanfaatannya digunakan untuk usaha peternakan sapi potong. Pada areal
bekas lahan tambang yang telah direhabilitasi dengan menggunakan rumput
sebagaicrop cover sangat cocok dijadikan sebagai areal peternakan.
88
Tabel 19. Jadwal Rencana Pascatambang
No Uraian Tahun ke Total
<22 22 23 24 25
1 Lahan yang dibuka
Instalasi dan fasilitas pengolahan (ha) - - - - 4 4
Kantor dan perumahan (ha) - - - 1,5 1,5 3
Bengkel (ha) - - - - 1 1
Gudang - - - 0,5 0,5 1
Fasilitas penunjang lainnya (ha) - - - 0,5 1 1,5
2 Penambangan
Lahan selesai tambang (ha) 1.061 50,5 50,5 50,5 50,5 1.263
Lahan / front aktif ditambang (ha) - 50,5 50,5 50,5 50,5 252,5
3 Penimbunan
Lahan bekas tambang 1.061 50,5 50,5 50,5 50,5 1.263
4 Reklamasi
a. Penatagunaan lahan :
Penatagunaan permukaan tanah 1.061 50,5 50,5 50,5 50,5 1.263
Pengendalian erosi, pengelolaan air 1.061 50,5 50,5 50,5 50,5 1.263
(ha)
b. Revegetasi
Analisis kualitas tanah (conto) 63 3 3 3 3 75
Pemupukan (ha) 1.061 50,5 50,5 50,5 50,5 1.263
Pemeliharaan tanaman 1.061 50,5 50,5 50,5 50,5 1.263
5 Pemanfaatan
Pembekalan pengetahuan petani - - √ √ √ -
Pembentukan kelompok tani - - √ √ √ -
Penambahan ternak - - - - √ -
Pembangunan kandang (ha) - - 2,8 2,7 - 4,5
Pembangunan pengolahan limbah (ha) - - 0,7 1 - 1,7
89
2 Kantor dan perumahan 3 32 21 150.000 100.800.000
3 Bengkel 1 12 14 150.000 25.200.000
4 Gudang 1 12 14 150.000 25.200.000
5 Fasilitas penunjang 1,5 18 21 150.000 56.700.000
Lainnya
6 Bahan bakar alat - - - - 80.000.000
Total 401.300.000
90
Perhitungan biaya penanaman didapatkan dari perkalian antara luas
area yang akan direklamasi dengan biaya penanaman akasia perhektar.
Harga bibit, pupuk, dan upah pekerja dapat diambil dari Standar Satuan
Harga Kabupaten Sijunjung. Total biaya penanaman akasia dalam luas
1.263 ha dengan jumlah bibit sebanyak 663.000 dalam area reklamasi
program pascatambang meliputi tapak bekas tambang, fasilitas pengolahan,
dan fasilitas penunjang adalah diperkirakan sebesar Rp 8.500.000.000,00
e. Biaya Pemanfaatan
91
- Dilarang membawa senjata tajam di tempat kerja selain peralatan kerja
- Dilarang mengemudikan kendaraan/peralatan Perusahaan tanpa SIMPER
- Melaporkan setiap kecelakaan yang terjadi
- Dilarang mabuk atau berkerja dalam pengaruh alkhohol atau obatobatan
- Operator harus memeriksa kondisi kendaraan sebelum memulai operasi atau
menjalankan kendaraannya
- Dilarang menumpang kendaraan berat tambang dan hauling truck
- Memakai Seat Belt atau sabuk pengaman waktu mengemudi
- Patuhi peraturan keselamatan mengemudi dan rambu-rambu lalu lintas batas kecepatan
maksimum (Mining area : 40 km/jam, Hauling Road : 40 km/jam, perkantoran dan work
shop: 20 Km/jam )
- Dilarang mengerjakan pekerjaan diluar tugas atau tanpa instruksi pengawas yang
bersangkutan
- Dilarang merokok di tempat dimana ada tanda dilarang merokok dan ada kemungkinan
terjadi kebakaran
- Danger Tag harus dipasang pada kendaraaan atau peralatan/jaringan listrik yang rusak
atau dalam perbaikan. Hanya petugas yang berwenang yang memasang dan melepas
tanda Danger Tag tersebut
- Karyawan harus mengetahui kode kendaraan di tambang, dimana :
1. Bunyi klakson 1 x, berarti kendaraan akan start
2. Bunyi klakson 2 x, berarti kendaraan akan bergerak maju
3. Bunyi klakson 3 x, berarti kendaraaan akan bergerak mundur
- Karyawan harus mengetahui kode peledakan di tambang (bila dilakukan) :
1. Bunyi sirene panjang 1 x berarti peledakan akan dimulai
2. Bunyi sirene pendek 3 x berarti hitungan 9 mundur dimulai
3. Bunyi sirene panjang 1 x berarti peledakan dinyatakan selesai.
- Dilarang membawa orang lain selain karyawan tanpa ijin atau sepengetahuan dari
pejabat yang berwenang.
- Dilarang berdiri/berteduh di bawah tebing/lereng yang berpotensi longsor.
92
mengimplemantasikan dan memelihara prosedur untuk melakukan identifikasi
bahaya dari kegiatan yang sedang berjalan, penilaian risiko dan
menetapkanpengendalian yang diperlukan. Hal ini juga mencerminkan bahwa
manajemen risiko merupakan elemen penting dalam manajemen K3.
93
- Probability
Nilai risiko akan mempengaruhi nilai tingkat risiko. Untuk tingkat risiko
very high dan high maka dikelompokkan dalam kriteria risiko yang tidak dapat
diterima (Non Acceptable Risk). Sedangkan tingkat risiko medium dan low maka
dikelompokkan dalam kriteria yang dapat diterima (Acceptable Risk)
5. Tindakan Pengendalian Resiko
94
urutan-urutan dalam pencegahan dan pengendalian risiko yang mungkin
timbul yang terdiri dari beberapa tingkatan secara berurutan. Adapun hierarki
pengendalian yang diterapkan PT. Dwimas Trifatki adalah sebagai berikut :
- Eliminasi
- Substitusi
- Rekayasa Teknik
- Administrasi
95
dari alat pelindung diri yang dikenakan itu sendiri, artinya alat yang
digunakan haruslah sesuai dan dipilih dengan benar sesuai dengan
potensi bahaya dan jenis pekerjaan yang ada.
6. Sisa Resiko
96
beberapa aspek, yaitu adalah sebagai berikut :
- Program 4 pilar kesehatan (promotive, preventif kuratif, rehabilitatif)
- Hygiene dan sanitasi
- Pengelolaan ergonomi
- Pengelolaan makanan, minuman dan gizi para pekerja tambang
- Diagnosis dan pemeriksaan PAK
97
7.2.2 Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Menurut peraturan Menteri ESDM nomor 26 tahun 2018, pemegang IUP
eksplorasi, IUPK eksplorasi, IUPK operasi produksi, dan IUP operasi produksi khusus
untuk pengolahan dan/atau pemurnian wajib menerapkan system manajemen
keselamatan pertambangan. Sistem manajemen keselamatan pertambangan yang akan
diterpkan pada PT Dwimas Trifatki meliputi elemen :
1. Kebijakan
Perusahaan menyusun, menetapkan, memelihara dan
mendokumentasikan kebijakan K3 dan KO, serta mengkomunikasikan ke
seluruh pihak yang bekerja atas nama perusahaan, dan selalu melakukan
tinjauan ulang secara periodik.
2. Perencanaan
Perusahaan melakukan penelaahan awal untuk mengetahui sejauh mana
ketaatan terhadap peraturan K3 dan KO, melakukan manajemen risiko,
mengidentifikasi dan meninjau ulang peraturan dan persyaratan yang harus
dipenuhi, membuat, menetapkan, menerapkan dan memelihara serta
mendokumentasikan TSP, menyusun dan menetapkan rencana anggaran KP
dalam RKAB.
3. Organisasi dan personel
Organisasi dan personel yang diterapkan pada PT Dwimas Trifatki
diantaranya terdiri dari, KTT dan KKK, PJO, bagian K3 dan KO, Pengawas
operasional dan teknik, tenaga teknik khusus, komite keselamatan
pertambangan, team tanggap darurat. Semua organisasi dan personel tersebut
menjalankan tugas dan wewenang yang sudah ditetapkan.
Seleksi dan penempatan personel berdasarkan aspek berikut :
pendidikan pelatihan dan kompetensi kerja, komunikasi keselamatan kerja,
administrasi keselamatan pertambangan, partisipasi konsultasi motivasi dan
kesadaran.
4. Implementasi
Adapun hal-hal yang harus di implementasikan pada PT Dwimas
Trifatki adalah pelaksanaan pengelolaan operasional, pelaksanaan pengelolaan
lingkungan, pelaksanaan pengelolaan keselamatan kerja, pelaksanaan
pengelolaan keselamatan operasional pertambangan, pelaksanaan bahan
peledak dan peledakan, penetapan sistem perancangan dan rekayasa, penetapan
98
sistem pembelian, pemantauan dan pengelolaan perusahaan, pengelolaan
keadan darurat, penyiapak dan penyediaan P3K, pelaksanaan keselamatan
diluar pekerjaan,
5. Pemantauan, evaluasi, dan tindak lanjut
Perusahaan melakukan pemantauan, evaluasi terhadap kinerja K3 dan
KO dan menindaklanjuti adanya ketidaksesuaian dengan langkah langkah,
pengukuran dan pemantauan kinerja, inspelsi pelaksanaan keselamatan
pertambangan, evaluasi kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-
undangan dan persyaratan lainnya yang terkait, penyelidikan kecelakaan
kejadian bahaya dan penyakit akibat kerja, evaluasi pengelolaan administrasi
keselamatan pertambangan, audit internal penerapan SMKP Minerba, tindak
lanjut ketidaksesuaian.
6. Dokumentasi
Perusahaan melakukan pengendalian sistem dokumentasi dengan baik,
mulai dari kebijakan, TSP, pedoman, prosedur, IK standar, dan rekaman.
7. Tinjauan manajemen dan peningkatan kerja
Perusahaan wajib melakukan tinjauan manajemen terhadap implementasi
SMKP Minerba secara berkala dan terencana, dan rekaman terhadap pelaksanaan
tinjauan manajemen harus dipelihara dan dikomunikasikan
7.2.3 Pengelolaan Keselamatan Operasi Pertambangan
Keselamatan Operasi Pertambangan (KO Pertambangan) adalah segala
kegiatan untuk menjamin dan melindungi operasional tambang yang aman, efisiendan
produktif, melalui upaya antara lain pengelolaan sistem dan pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan,
pengamanan instalasi, kelayakan sarana, prasarana instalasi, dan peralatan
pertambangan, kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi kajian teknis pertambangan.
99
Perusahaan harus memiliki prosedur terkait pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan. Selain itu juga harus disusun jadwal untuk pemeliharaan dan
perawatannya, yang harus dilakukan sesuai yang telah dijadwalkan.
- Pengamanan instalasi
Perusahaan membuat prosedur terkait pengamanan instalasi seperti
instalasi kelistrikan, instalasi hydraulic, instalasi pneumatic, instalasi bahan
bakar cair, instalasi gas, instalasi air, instalasi proteksi kebakaran, instalasi
komunikasi.
- Kelayakan Sarana, Prasarana, Instalasi, dan Peralatan pertambangan
Perusahaan memiliki Prosedur Pengujian kelayakan (commissioning) Sarana,
Prasarana, Instalasi, dan Peralatan pertambangan. Selain itu harus dilakukan
evaluasi secara berkala dan mendokumentasikan hasil pengujian kelayakan
yang telah dilakukan.
- Kompetensi tenaga teknis
Penunjukan tenaga teknis untuk menyusun dan menetapkan prosedur,
membuat prigram dan jadwal, melaksanakan pelaksanaan
pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, instalasi, dan peralatan
pertambangan, serta mengevaluasi dan mendokumentasikan hasilnya.
- Evaluasi laporan hasil kajian teknis pertambangan
Perusahaan melakukan kajian teknis untuk setiap kegiatan awal atau baru
sebelum dimulainya kegiatan pertambangan. Perusahaan juga harus melakukan
kajian teknis untuk setiap perubahan atau modifikasi terhadap proses,
sarana,prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan.
100
c. Dalam pelaksanaan sehari-hari pada penambangan yang akan dilakukan oleh
Pihak ke–3, maka harus ada organisasi yang lengkap pada pelaksana operasi
tambang dibawah pengawasan PT. Dwimas Trifatki.
7.2.5 Rencana Penggunaan dan Pengamanan Bahan Peledak dan Bahan Berbahaya
Lainnya
Bahan peledak harus disimpan pada gudang khusus untuk bahan peledak yang
memiliki persyaratan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah, meliputi perizinan,
persyaratan fisik gudang, jenis-jenis gudang bahan peledak, jarak aman dari fasilitas
umum, dan tata cara penyimpanan bahan peledak dalam gudang, perlu di evaluasi
pelaksanaannya.
Bahan peledak yang disimpan di tambang hanya pada gudang yang telah
mempunyai izin dengan kapasitas tertentu. Bahan peledak yang digunakan untuk
kegiatan lain harus mendapat persetujuan dari Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang.
Gudang bahan peledak di permukaan tanah harus memenuhi jarak aman terhadap
lingkungan. Apabila dua atau lebih gudang berada pada satu lokasisetiap gudang harus
memenuhi jarak aman minimum Setiap gudang bahan peledak harus dilengkapi
dengan: thermometer, tanda bahaya, hanya satu jalan masuk dan alat pemadam api.
Sekitar gudang bahan peledak harus dilengkapi lampu penerangan dan harus dijaga 24
jam terus menerus oleh orang yang dapat dipercaya. Gudang bahan peledak terdiri dari
Gudang utama, Gudang sementara dan Gudang transit. Jarak aman lokasi Gudang
bahan peledak adalah > 500 m darilokasi penambangan.
Bahan peledak harus diserahkan dan disimpan di Gudang dalam jangka waktu
tidak lebih dari 24 jam sejak tibanya dalam wilayah kegiatan pertambangan. Dilarang
mengangkut bahan peledak ke atau dari Gudang bahan peledak atau di sekitar tambang
kecuali dalam peti aslinya yang belum dibuka atau wadah tertutup yang digunakan
khusus untuk keperluan itu.
Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang mengeluarkan petunjuk teknis untuk
mengatur pelaksanaan pekerjaan peledakan di tambang. Kepala Teknik Tambang harus
mengangkat orang yang berkemampuan dalam melaksanakan pekerjaan peledakan.
Orang sebagaimana dimaksud harus berumur sekurang-kurangnya 21 tahun dan
memiliki Kartu Izin Meledakkan (KIM) yang dikeluarkan oleh Kepala Pelaksana
Inspeksi Tambang. Juru Ledak yang bertugas melaksanakan peledakan atau yang
101
mengawasi pekerjaan peledakan harus memastikan bahwa setiap tahap pekerjaan
dilaksanakan secara aman dan sesuai dengan peraturan pelaksanaan yang telah
ditetapkan oleh Kepala Pelaksana Inspeksi Tambang dan pedoman peledakan di
tambang.
102
BAB VIII PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT
103
8.1.3 Program Rencana Induk PPM (RI PPM)
Pada penyusunan program Rencana Induk PPM (RI PPM), PT Dwimas Trifatki
melihat beberapa faktor. Faktor tersebut adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Provinsi Sumatra barat 2023 sebesar 73,26% . Dimana pada tahun 2020 angka rata rata
harapan lama sekolah dari SMP sampai Diploma mencapai 69,59%.
Program Utama PPM Tahunan yaitu Pendidikan, Kesehatan, Pekerjaan
Pengembangan usaha kecil dan menengah, Sosial dan budaya, Pemberian kesempatan
kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan,
pembentukan kelembangan komonitas masyarakat dalam menunjang kemandirian
PPM, serta pembangunan infrastruktur penunjang PPM (lampiran).
Total 11.650.000.000
105
BAB IX ORGANISASI DAN TENAGA KERJA
106
9.1.1 Divisi Perencanaan
Divisi perencanaan dalam industri penambangan memiliki wewenang
ataupun tanggung jawab dalam hal perencanaan tambang untuk dalam jangka pendek
ataupun jangka panjang mulai dari laporan produksi perhari, perminggu sampai
dengan pertahun, kualitas produk yang akan dihasilkan dan menentukan sasaran
produksi. Divisi perencanaan dibantu oleh staff dalam melakukan tugasnya.
9.1.2 Divisi Operasi
Divisi operasi adalah divisi yang bertanggung jawab menjalankan aktivitas
produksi penambangan. Divisi operasi ini tediri dari dua bagian yaitu bagian
eksplorasi dan bagian penambangan. Untuk bagian eksplorasi bertanggung jawab
dalam kegiatan eskplorasi bahan – bahan galian, menentukan batas – batas dalam
melakukan kegiatan penambangan dan pengukuran bahan – bahan galian. Bagian
penambangan adalah bagian yang bertanggung jawab dalam kegiatan menentukan
kualitas bahan galian, dalam kegiatan penggalian, pemuatan serta pengangkutan bahan
galian.
9.1.3 Divisi Pengolahan
Divisi pengolahan adalah divisi yang bertanggung jawab dalam melakukan
analisis pengolahan bahan galian serta menjamin mutu dari bahan galian tersebut.
Pada divisi ini dilakukan pengolahan bahan – bahan galian yang sebelumnya tidak
bernilai menjadi sesuatu yang memiliki nilai jual tinggi
107
9.1.4 Divisi Pemasaran
Divisi pemasaran merupakan suatu divisi yang mengelola pemasaran suatu
bahan galian mulai dari memberikan informasi produk kepada konsumen sampai
dengan proses pengiriman produk kepada konsumen, mengetahui harga produk,
memenuhi permintaan konsumen, memprediksi pasar dan prospek suatu bahan
galian. Divis pemasaran dibantu oleh staff dalam melakukan tugasnya.
9.1.5 Divisi K3, Lingkungan dan COMDEV
Divisi K3, lingkungaan dan comdev adalah tiga divisi yang berhubungan
antara satu sama lain. Divisi K3 memiliki tanggung jawab dalam keselamatan dan
kesehatan kerja. Dalam bidang lingkungan memiliki tanggung jawab dalam kegiatan
reklamasi pascatambang, mengontrol kegiatan industri penambangan agar tidak
menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pada bidang COMDEVmemiliki peran
yang penting dalam hal sumberdaya manusia, sosialisasi dengan masyarakat dan
lingkungan sekitar dan sosialisasi yang berhubungan dengan kepentingan umum
lainnya. Divisi K3 memiliki dua bagian yaitu staff listrik dan staff mekanik.
9.1.6 Divisi Administrasi dan Keuangan
Dalam industri pertambangan terdapat tiga staff dengan fungsinya masing - masing
yaitu staff keuangan serta staff umum dan personalia. Divisi ini memiliki tanggung
jawab terhadap kegiatan – kegiatan administrasi dan surat menyurat, personalia dan
umum, pendidikan dan pelatihan tenaga kerja sertapembayaran gaji bagi para
karyawan dan staff PT. Dwimas Trifatki.
108
Tabel 24. Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja
Pekerjaan Pendidikan Pengalaman Total Status
General Manager Tambang S1 Tambang ≥ 10 th 1 Tetap
Sekretaris S1 Tambang ≥ 7 th 1 Tetap
Staff Sekretaris D3 Ekonomi ≥ 2th 2 Tetap
Sub Total 4
Divisi Perencanaan
Kadiv. Perencanaan S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Staff perencanaan D3 Tambang ≥ 1 th 3 Tetap
Sub Total 4
Divisi Operasi Tambang
Kadiv. Operasi Tambang S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Kabag. Eksplorasi S1 Geologi ≥ 1 th 1 Tetap
Kabag. Penambangan S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Kasubag Pemuatan dan
Pengangkutan S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Kasubag Pembongkaran S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Staff Eksplorasi D3 Tambang/D3 Geologi ≥ 1 th 3 Tetap
Staff Pemuatan dan
Pengangkutan D3 Tambang ≥ 1 th 2 Tetap
Staff Pembongkaran D3 Tambang ≥ 1 th 3 Tetap
Surveyor STM ≥ 1 th 1 Tidak tetap
109
Kadiv. Pengolahan S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Staff Pengolahan D3 Tambang ≥ 1 th 2 Tetap
Quality Control STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Pengawas conveyor SMA ≥ 0 th 1 Tidak tetap
Pengawas stockpile SMA ≥ 0 th 3 Tidak tetap
Pengawas stockyard SMA ≥ 0 th 1 Tidak tetap
Mekanik STM Mesin+D3 Mesin ≥ 0 th 4 Tidak tetap
Sub Total 14
Divisi Pemasaran
Kadiv. Pemasaran S1 Manajemen ≥ 3 th 1 Tetap
Staff Pemasaran D3 Manajemen ≥ 1 th 3 Tetap
Sub Total 4
Divisi K3, Lingkungan, dan Comdev
Kadiv. K3, Lingkungan,
dan Comdev S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Kabag. K3 S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tetap
Kabag. Comdev S1 Tambang ≥ 1 th 1 Tidak tetap
Kabag. Lingkungan S1 Lingkungan ≥ 1 th 1 Tetap
Staff Kelistrikan D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Staff Mekanik D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Staff Comdev D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Staff Lingkungan D3 + STM ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Dokter S1 Kedokteran ≥ 1 th 2 Tidak tetap
Tenaga medis D3 Perawat ≥ 0 th 2 Tidak tetap
Satpam SMU ≥ 1 th 4 Tidak tetap
Juru Masak D3 Tata Boga ≥ 2 th 2 Tidak tetap
Cleaning service SMU + Umum ≥ 0 th 4 Tidak tetap
Helper SMU + Umum ≥ 0 th 4 Tidak tetap
Sub Total 30
Divisi Administrasi dan Keuangan
Kadiv. Administrasi dan
Keuangan S1 Tambang ≥ 3 th 1 Tetap
Kabag. Administrasi S1 Ekonomi ≥ 1 th 1 Tetap
Kabag. Akuntansi dan
Keuangan S1 Ekonomi ≥ 1 th 1 Tetap
S1 Manajemen + S1
Kabag. Personalia Hukum ≥ 3 th 1 Tetap
Staff administrasi D3 Ekonomi ≥ 1 th 2 Tetap
110
Staff Akuntansi dan
Keuangan D3 Ekonomi ≥ 1 th 2 Tetap
D3 Manajemen + S1
Staff Personalia Hukum ≥ 1 th 2 Tetap
Sub total 10
Total 99
111
Helper 4 3,000,000 144,000,000
Sub Total 27
Divisi Geoteknik
Kadiv. Geoteknik 1 30,000,000 360,000,000
Staff Geoteknik 2 15,000,000 360,000,000
Sub Total 3
Divisi Hidrologi dan Hidrogeologi
Kadiv. Hidrologi dan Hidrogeologi 1 30,000,000 360,000,000
Staff Hidrologi dan Hidrogeologi 2 15,000,000 360,000,000
Sub Total 3
Divisi Pengolahan
Kadiv. Pengolahan 1 30,000,000 360,000,000
Staff Pengolahan 2 15,000,000 360,000,000
Quality Control 2 20,000,000 480,000,000
Pengawas conveyor 1 5,000,000 60,000,000
Pengawas stockpile 3 5,000,000 180,000,000
Pengawas stockyard 1 5,000,000 60,000,000
Mekanik 4 5,000,000 240,000,000
Sub Total 14
Divisi Pemasaran
Kadiv. Pemasaran 1 30,000,000 360,000,000
Staff Pemasaran 3 15,000,000 540,000,000
Sub Total 4
Divisi K3, Lingkungan, dan Comdev
Kadiv. K3, Lingkungan, dan Comdev 1 30,000,000 360,000,000
Kabag. K3 1 25,000,000 300,000,000
Kabag. Comdev 1 25,000,000 300,000,000
Kabag. Lingkungan 1 25,000,000 300,000,000
Staff Kelistrikan 2 5,000,000 120,000,000
Staff Mekanik 2 5,000,000 120,000,000
Staff Comdev 2 5,000,000 120,000,000
Staff Lingkungan 2 5,000,000 120,000,000
Dokter 2 25,000,000 600,000,000
Tenaga medis 2 10,000,000 240,000,000
Satpam 4 3,000,000 144,000,000
Juru Masak 2 5,000,000 120,000,000
Cleaning service 4 2,500,000 120,000,000
Helper 4 2,500,000 120,000,000
Sub Total 30
Divisi Administrasi dan Keuangan
Kadiv. Administrasi dan Keuangan 1 30,000,000 360,000,000
Kabag. Administrasi 1 25,000,000 300,000,000
Kabag. Akuntansi dan Keuangan 1 25,000,000 300,000,000
Kabag. Personalia 1 25,000,000 300,000,000
Staff administrasi 2 10,000,000 240,000,000
112
Staff Akuntansi dan Keuangan 2 10,000,000 240,000,000
Staff Personalia 2 10,000,000 240,000,000
Sub total 10
Total 99 14,622,000,000
114
BAB X PEMASARAN, INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN
10.1Pemasaran
Olahan Produk yang diproduksi PT. Dwimas Trifatki adalah mengolah
batugamping menjadi imbuh dalam peleburan dan pemurnian besi dan logam lainnya.
Ukuran produk yang akan dihasilkan adalah 0,2 mm. Standar baku batugamping pada
industri baja adalah CaO > 51%, SiO2 = 1,2%, Al2O3 = 0,9% dan kadar air < 5% (Garinas,
2020).
Target Konsumen PT. Dwimas Trifatki adalah mitra perusahaan industri besi dan
baja seluruh Indonesia, bentuk kemasan penjualan berupa karungan dengan berat setiap
karungnya 50kg.
115
Parameter Analisis Keekonomian
10.3 Investasi
Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan sebagai modal awal untuk melaksanakan
suatu proyek. Investasi terbagi atas 2 (dua) yaitu modal tetap dan modal kerja. Modal tetap
merupakan modal yang bias digunakan untuk keperluan kegiatan produksi dalam jangka
waktu yang lama. Sedangkan modal kerja merupakan modal untuk membiayai seluruh
kegiatan usaha agar berjalan dengan lancar. Secara konsep kuantitatif menyatakan modal
kerja termasuk aktiva lancar. Pengertian modal kerja secara kualitatif adalah selisih aktiva
lancar dengan hutang jangka pendek. Secara fungsional menitikberatkan kepada fungsi
dana yang ada untuk menciptakan laba dari usaha pokok perusahan.
116
13 Instalasi Air 250 $ 20.685,00
14 Penampungan Limbah 250 $ 30.000,00
Total BiayaModal Infrastruktur $ 1.368.184,13
Tahun 0 1 2 3 4
Biaya Administrasi - $ 100,000 $ 100,000 $ 100,000 $ 100,000
Gaji Karyawan - $ 1,038,620 $ 1,038,620 $ 1,038,620 $ 1,038,620
CSR - $ 17,655 $ 17,655 $ 17,655 $ 17,655
K3 - $ 14,710 $ 14,710 $ 14,710 $ 14,710
Peledakan - $ 6,206,896.50 $ 6,206,896.50 $ 6,206,896.50 $ 6,206,896.50
Transportasi - $ 1,724,137.93 $ 1,724,137.93 $ 1,724,137.93 $ 1,724,137.93
Biaya Reklamasi dan $ 1,193,420.00
Pasca Tambang - - - -
117
- Mengetahui posisi keuangan suatu perusahaan dalam kurun waktu tertentu
melalui pelaporan historis secara sistematis mengenai aktiva, hutang, serta
modalyang dikenal sebgai Neraca (balance sheet).
- Memberikan informasi tentang penghasilan, biaya serta labaatau rugi yang
diperoleh dari Laporan Laba Rugi (Income Statement).
- Memberikan informasi mengenai aktiva investasi, pendanaan dan operasi.
Laporannya dikenal sebagai Laporan Perubahan Ekuitas (Statement of Owners
Equity).
118
10.8Analisis Kelayakan
119
Analisis Kelayakan
120
BAB XI KESIMPULAN
1. PT. Dwimas Trifatki terletak di Kecamatan Kamang baru, kabupaten sijunjung provinsi
Sumatera Barat Luas IUP PT. Dwimas Trifatki mencapai 738,24 ha. Kondisi
topografinya PT. Dwimas Trifatki bervariasi mulai dari datar, bergelombang sampai
berbukit-bukit dengan ketinggian 10-1.000 m di atas permukaan.
2. Berdasarkan metode dan parameter estimasi yang digunakan maka dapat ditentukan
jumlah sumber daya sebesar 139.187.500 Ton. Cadangan batu gamping yang terdapat
pada IUP PT Dwimas Trifatki adalah 85.487.500 ton dengan volume overburden
19.416.666,67 BCM dan diperoleh stripping ratio 0,0022 Dengan jumlah cadangan
gamping tersebut PT Dwimas Trifatki menargetkan umur tambang selama 17 tahun.
4. Metode penambangan yang diterapkan dalam kegiatan penambangan adalah open pit
mining, dan Peralatan yang digunakan pada kegiatan penambangan ini seperti Excavator,
Dump truck, Bulldozer, Wheel Loader, Bor Rotary
5. Jenis produk olahan yang akan diproduksi oleh PT. Dwimas Trifatki adalah menggolah
batugamping menjadi imbuh dalam peleburan dan pemurnian besi dan logam lainnya.
7. Tahap akhir dalam rencana pasca tambang yaitu adalah pemanfaatan lahan bekas tapak
tambang yang sudah di reklamasi. Lahan tapak tambang yang telah di revegetasi pada
lokasi penambangan PT Dwimas Trifatki direncanakan pemanfaatannya digunakan
untuk usaha peternakan sapi potong. Pada areal bekas lahan tambang yang telah
direhabilitasi dengan menggunakan rumput sebagai crop cover sangat cocok dijadikan
sebagai areal peternakan. Dengan adanya pemanfaatan lahan yang digunakan untuk
masyarakat sekitar tambang untuk melakukan kegiatan usahanya diharapkan dapat
membantu meningkatkan ekonomi masyarakat tersebut.
8. Berdasarkan Analisa ekonomi tambang PT. Dwimas Trifatki layak untuk dilaksanakan
kegiatan penambangan.
121
LAMPIRAN
122
123
124
Lampiran 2. Peta Kesampaian Daerah PT. Dwimas Trifatki
125
126
Lampiran 3. Peta Geologi PT. Dwimas Trifatki
127
128