Anda di halaman 1dari 22

Mini Project Oktober, 2020

IMUNISASI CAMPAK DAN RUBELLA

Oleh :
Musyarafa
Dokter Pendamping :

dr. Tenri Sa’na Rifai

Puskesmas Pantoloan
Kota Palu
Sulawesi Tengah
2020
HALAMAN PENGESAHAN MINI PROJECT

Nama : dr. Musyarafa

Judul Mini Project : Imunisasi Campak dan Rubella

Pendamping : dr. Tenri Sa’na Rifai

Palu , November 2020

Dokter Pendamping Dokter Internsip

dr. Tenri Sa’na Rifai dr. Musyarafa

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Vaksin Measles dan Rubella (MR) merupakan vaksin untuk mencegah
penyakit yang disebabkan oleh virus measles (campak) dan rubella (campak
jerman). Sedangkan MMR, merupakan vaksin untuk mencegah terjadinya
penyakit infeksi measles, mumps (gondong), dan rubella. Gejala
campak dimulai dengan demam tinggi, anak tampak sakit berat, batuk dan
pilek, dapat dijumpai muntah dan mencret. Gejala lainnya terjadinya ruam
kemerahan dimulai dari wajah dan seluruh tubuh, mata kemerahan dan berair,
serta bibir pecah pecah. Pada anak tertentu saat mengalami demam tinggi akan
mencetuskan kejang. Setelah demam turun, bercak berubah menjadi coklat
kehitaman dan akan menghilang beberapa hari sampai minggu sesudahnya.
Penyakit ini dapat menimbulkan komplikasi pada paru dan otak (Husna,
2016).
Data dalam 5 tahun terakhir menunjukkan 70% kasus rubella terjadi pada
kelompok usia <15 tahun. Virus ini sangat menular sehingga menimbulkan
wabah. Virus MR dapat menyerang wanita hamil. Apabila virus menyerang
pada trimester pertama (0-3 bulan kehamilan) dapat mengakibatkan
keguguran. Apabila virus menyerang ibu hamil pada trimester kedua, akan
meneyebabkan sebagai congenital rubella syndrome yang ditandai dengan
ukuran kepala yang kecil, buta, tuli, dan cacat mental (Husna, 2016).
Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015,
Indonesia termasuk 10 negara dengan jumlah kasus campak terbesar di dunia.
Kementerian Kesehatan mencatat jumlah kasus campak dan rubella di
Indonesia sangat banyak dan cenderung meningkat dalam kurun waktu lima
tahun terakhir. Adapun jumlah kasus suspek campak-rubella yang dilaporkan
antara 2014 sampai dengan Juli 2018 sebanyak 57.056 kasus, di mana 8.964 di
antaranya positif campak dan 5.737 positif rubella. Tahun 2014 tercatat ada
2
12.943 kasus suspek, terdiri dari 2.241 positif campak dan 906 rubella. Jumlah
ini bertambah mencapai 15.104 kasus suspek di 2017, di mana 2.949 di
antaranya positif campak, dan 1.341 positif rubella. Hingga Juli 2018 ini
sudah tercatat 2.389 kasus suspek, terdiri dari 383 positif campak dan 732
positif rubella (Manafe, 2018).
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan vaksinasi tersebut terbukti
mencegah penyebaran penyakit serta menyelamatkan nyawa jutaan anak-anak
di dunia. Vaksin MR telah digunakan pada 141 negara dan tidak ada laporan
efek samping yang berbahaya. Vaksin yang digunakan di Indonesia terjamin
keamanannya. Cakupan imunisasi yang kurang bisa menyebabkan timbulnya
Kejadian Luar Biasa (KLB) seperti pada 2015 lalu, di Padang, Sumatera Barat
dalam penularan difteri. Sejumlah keberhasilan vaksinasi telah ditunjukkan
antara lain, cacar pada 1974, tetanus neonatorum pada 2015 lalu, serta
Indonesia bebas polio pada 2014. Untuk campak, Indonesia menargetkan
bebas pada 2020 mendatang.
Menurut kantor regional Asia Tenggara dari Badan Kesehatan Dunia
(WHO SEARO), Indonesia merupakan salah satu negara yang tertinggal
dalam upaya menangani penyakit campak. Ini disebabkan adanya
kesalahpahaman terhadap upaya vaksinasi. Data WHO SEARO menunjukkan
1,1 juta anak berusia satu tahun tidak mendapatkan vaksinasi pada 2016 lalu.
Indonesia bahkan berada di bawah Maladewa dan Bhutan yang telah
mendeklarasikan bebas campak.
Untuk mewujudkan Indonesia Sehat, Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera
Selatan menyerukan kampanye sosialisasi imunisasi Measles-Rubella (MR)
secara masal bagi anak usia 9 Bulan – 15 Tahun. Program imunisasi tersebut
termasuk dalam program prioritas nasional sehingga vaksin nya sudah
disediakan oleh pemerintah dan lebih terjamin keamanannya (Dinkes, 2018).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Selatan (2018),
untuk kegiatan imunisasi MR serentak, pihaknya menargetkan sekitar
2.239.582 anak untuk bisa mendapatkan imunisasi. Jumlah tersebut terbagi ke
3
17 Kabupaten/Kota di Sumsel. Dengan rincian sebanyak 401.792 anak untuk
di Palembang, lalu Prabumulih 50.540 anak, Pagar Alam 35,156 anak, Lubuk
Linggau 62.174 anak, Muratara 56,079 anak, Pali 58.837 anak, OKU
sebanyak 95.823 anak. Kemudian, OKI 223,687 anak, Muara Enim sebanyak
175.011 anak, Lahat 107.642 anak, Musi Rawas 107.116 anak, Musi
Banyuasin 180.713 anak, Banyuasin 233.213 anak, OKU Selatan 96.457 anak,
OKU Tmur 171.788 anak, Ogan Ilir 114.976 anak dan Empat Lawang 68.578
anak (Dinkes, 2018).
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Palembang (2018), menargetkan
pelaksanaan imunisasi MR terhadap 11.763 anak-anak pada tingkat PAUD
hingga SMP, sedangkan tingkat pencapaian dari pelaksanaan imunisasi MR
pada tahap I tersebut hanya sebanyak 2.883 (34%) anak tingkat PAUD dan
SMP yang telah dilakukan imunisasi MR (Dinkes Kota Palembang, 2018).
Campak adalah penyakit yang sangat mudah menular melalui batuk dan
bersin. Ketika seorang terkena campak, 90 persen orang yang berinteraksi erat
denganya dapat tertular jika mereka belum memiliki kekebalan terhadap
campak. Karena itu imunisasi vaksin MR ini penting untuk memberikan
kekebalan terhadap penyakit yang disebabkan oleh virus ini. Campak
menimbulkan komplikasi berat, seperti pneumonia atau radang paru dan
ensefalitis atau radang otak. Akibat fatalnya adalah kematian. Sekitar 1 dari 20
penderita campak akan mengalami komplikasi radang paru, dan 1 dari 1000
penderita akan mengalami radang otak. Komplikasi lainnya adalah infeksi
telinga yang berujung tuli.
Rubella adalah penyakit akut dan menular yang sering menginfeksi anak
dan dewasa muda yang rentan. Penyakit ini berbahaya bila menyerang ibu
hamil terutama pada kehamilan 3 bulan pertama yang dapat menyebabkan
abortus, kematian janin, bayi lahir cacat atau sindrom rubella kongenital
(Congenital Rubella Syndrome/CRS). Ketika terinfeksi, anak-anak ini akan
menularkan ke ibu hamil di dekatnya. Virus ini terutama menularkan pada
masa awal kehamilan atau pada saat pembentukan janin. Akibatnya, bisa
4
terjadi keguguran atau kecacatan permanen pada bayi yang dilahirkan atau
dikenal dengan Congenital Rubella Syndrome (CRS), berupa ketulian,
gangguan penglihatan, kebutaan hingga kelainan jantung (Budiman, 2017).
Penyakit campak dan rubella bisa menyerang siapa saja baik laki-laki
maupun perempuan. Hingga saat ini belum ada satu pun pengobatan yang
dapat mematikan virus rubella yang masuk ke dalam tubuh seseorang.
Imunisasi merupakan satu-satunya upaya yang bisa dilakukan dan paling
efektif untuk mencegah penyakit ini (Budiman, 2017).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa haram untuk
vaksin campak dan rubella (Measles Rubella/MR) melalui Fatwa Nomor
33/2018. Namun, MUI tetap membolehkan penggunaan vaksin produksi
Serum Institute of India (SII) ini karena alasan adanya kondisi mendesak dan
berbahaya. Jika tidak dilakukan imunisasi MR, maka dampak dari kedua
penyakit akan menjadi ancaman dan beban berat bagi Indonesia (Manafe,
2018).
Beberapa orang tua aktif menolak vaksinasi imunisasi MR karena
mengandung zat yang mengandung babi. Mereka memiliki sejumlah alasan
untuk tidak memvaksinasi anak-anaknya. Karena yakin pola hidup yang sehat
dan seimbang dapat mencegah anak untuk tertular penyakit. Selain itu,
masalah kehalalan vaksin merupakan salah satu pertimbangan dalam
memutuskan untuk tidak memvaksinasi anak.
Jika merujuk pada ulama, fatwa Majelis Ulama Indonesia Nomor: 33
Tahun 2018 Tentang Pengunaan Vaksin MR (Measles Rubella) Produk dari
Serum Institute of Indonesia untuk Imunisasi. Secara ketentuan hukum
penggunaan vaksin yang memanfaatkan unsur babi dan turunannya hukumnya
haram. Lalu penggunaan Vaksin MR produk dari Serum Institute of India
(SII) hukumnya haram karena dalam proses produksinya menggunakan bahan
yang berasal dari babi. Namun penggunaan Vaksin MR produk dari Serum
Institute of India (SII), pada saat ini, dibolehkan (mubah) karena beberapa
pertimbangan seperti: ada kondisi keterpaksanaan, belum ditemukan vaksin
5
MR yang halal dan suci serta ada keterangan dari ahli yang kompeten dan
dipercaya tentang bahaya yang ditimbulkan akibat tidak diimunisasi dan
belum adanya vaksin yang halal (Yusuf, 2018).
Tujuan diadakannya kegiatan kampanye sosialisasi imunisasi Measles-
Rubella (MR) di posyandu pantoloan boya di Kota Palu tahun 2020 agar
terlaksananya imunisasi Measles-Rubella berjalan sesuai target dan capaian
nasional. Campak dan Rubella merupakan penyakit menular yang
menyebabkan cacat hingga kematian, oleh karena itu anak dan keluarga perlu
dilindungi dengan memastikan seluruh anak-anak (usia 9 bulan sampai kurang
dari 15 tahun) mendapatkan imunisasi Measles – Rubella (MR) di sekolah
atau di Pos Imunisasi terdekat.

1.2. Profil Puskesmas


Puskesmas Perawatan Pantoloan merupakan Puskesmas yang
keberadaannya sekitar 23 km di kelurahan Pantoloan kecamatan Tawaeli.
Letak Puskesmas Pantoloan kurang lebih 23 km sebelah utara kota Palu.
Batas wilayah Puskesmas Pantoloan yaitu : Sebelah utara berbatasan dengan
kelurahan lambara dan kelurahan panau, sebelah selatan berbatasan dengan
desa wani kecamatan tana ritovea, sebelah barat berbatasan dengan teluk
Palu, dan sebelah timur berbatasan dengan kecamatan Parimo. Ada pun
wilayah kerja Puskesmas Perawatan Pantoloan memiliki luas wilayah 50,6
km2, yang terdiri dari 3 kelurahan yaitu Kelurahan Pantoloan, Kelurahan
Pantoloan Boya dan Kelurahan Baiya.10
Pada tahun 2019, jumlah penduduk di wilayah Puskesmas Perawatan
Pantoloan telah mencapai 14.237 jiwa. Secara umum, keadaan sosial ekonomi
masyarakat hampir rata-rata berpenghasilan kecil. Sebagian besar mata
pencarian masyarakat adalah petani, buruh, nelayan, pedagang dan sebagian
kecil pegawai negeri. Dari jumlah penduduk wilayah Puskesmas Perawatan
Pantoloan kelurahan Baiya 5.232 jiwa, kelurahan Pantoloan 5.455 jiwa,
kelurahan Pantoloan Boya 3.550 jiwa, dan hampir semua menggunakan kartu
6
BPJS. Sarana dan transportasi sudah cukup memadai, beberapa kelurahan di
wilayah kerja Puskesmas Pantoloan mempunyai jalan yang dapat dilalui
kendaraan bermotor termasuk kendaraan umum, sehingga hal ini bukan
merupakan hambatan dalam pelayanan kesehatan secara. menyeluruh 10
Puskesmas Pantoloan memiliki bangunan rawat inap dengan jumlah
ruangan : 5 ruang rawat inap, 1 ruang bersalin, 1 ruang unit gawat darurat dan
1 kamar jaga petugas. Pada tahun 2012 puskesmas ini memiliki gedung
perawatan bagi anak gizi kurang dan gizi buruk (TFC/CFC), namun pada
tahun 2013 beralih menjadi gedung rawat inap pasien, sejak saat itu dibangun
gedung baru untuk rawat inap. Terdapat gedung rawat jalan dengan 4 ruang
yaitu poli dewasa, poli anak, poli gigi dan poli KIA/KB serta ruangan lain
seperti ruang P2M, ruang bendahara, ruang apotik, ruang TU, ruang
laboratorium, ruang kesling, kasir ruang tamu, dan ruang pertemuan.10

1.3. Rumusan Masalah


Cukup banyaknya kasus campak pada anak maupun dewasa di Puskesmas
Pantoloan, dan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi
campak maka sehubungan dengan hal tersebut ditemukan masalah sebagai
berikut : “Sosialisasi Mengenai Imunisasi MR Di Posyandu Pantoloan Boya.
Pantoloan, Kota Palu, Sulawesi Tengah Tahun 2020”

1.4. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian imunisasi MR (measles and rubella
2. Untuk mengetahui bahaya penyakit campak dan rubella
3. Untuk mengetahui kampanye imunisasi MR
4. Untuk mengetahui siapa saja yang perlu mendapatkan imunisasi MR
5. Untuk mengetahui pro dan kontra imunisasi MR

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Imunisasi MR (Measles and Rubella)


2.1.1 Definisi
Imunisasi MR adalah kombinasi vaksin campak/Measles (M) dan
Rubella (R) untuk perlindungan terhadap penyakit campak dan rubella
(Kemenkes, 2018).
Vaksin MR yang digunakan telah mendapat rekomendasi dari
WHO dan izin edar dari badan POM. Vaksin MR 95 persen efektif untuk
mencegah penyakit campak dan rubella vaksin ini aman dan telah
digunakan di lebih dari 141 negara di dunia.

2.1.2 Definisi Campak dan Rubella


1. Penyakit Campak
Campak dikenal juga sebagai morbili atau measles. Campak
merupakan penyakit yang sangat mudah menular yang disebabkan oleh
virus dan ditularkan melalui batuk dan bersih. Gejala penyakit campak
adalah demam tinggi, bercak kemerahan pada kulit (rashi) disertai
dengan batuk dan atau pilek dan atau mata merah.
Penyakit ini akan sangat berbahaya apabila disertai dengan
komplikasi pneumonia, diare, meningitis dan bahkan dapat
menyebabkan kematian. Manusia diperkirakan satu-satunya inang
(reservoit), walaupun monyet dapat terinfeksi tetapi tidak berperan
dalam penularan (Kemenkes, 2018).
2. Penyakit Rubella
Penyakit rubella adalah suatu penyakit yang mirip dengan campak
yang juga ditularkan melalui saluran pernapasan saat batuk atau bersin.
Seperti juga campak, rubella disebabkan oleh virus. Virus rubella cepat
mati oleh sinar ultra violet, bahan kimia, bahan asam dan pemanasan.
8
Rubella pada anak sering hanya menimbulkan gejala demam ringan
atau bahkan tanpa gejala sehingga sering tidak terlaporkan. Sedagkan
rubella pada wanita dewasa sering menimbulkan sakit sendi (arthritis
atau arthalgia). Rubella pada wanita hamil terutama padas kehamilan
trimester 1 dapat mengakibatkan keguguran atau bayi lahir dengan
cacat bawaan yang disebut congenital rubella syndrome (CASI).
2.1.3 Bahaya Penyakit Campak dan Rubella
Campak dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti diare,
radang paru (pneumonia), radang otak, kebutaan, gizi buruk dan bahkan
kematian.
Rubella biasanya berupa penyakit ringan pada anak, akan tetapi
bila menulari ibu hamil pada trimester pertama atau awal kehamilan, dapat
menyebabkan keguguran atau kecacatan pada bayi yang dilahirkan.
Kecatatan tersebut dikenal sebagai sindroma rubella kongenital yang
melliputi kelainan pada jantung, kerusakan jaringan otak, katarak, dan
keterlambatan perkembangan.

Gambar Dampak Penyakit Campak dan Rubella

9
2.1.4 Gejala Campak Dan Rubella
Gejala penyakit campak adalah:
1. Demam tinggi
2. Bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk, pilek dan
mata merah
Gejala penyakit rubella tidak spesifik, bahkan bisa tanpa gejala. Gejala
umum berupa:
1. Demam ringan
2. Pusing, pilek
3. Mata merah
4. Nyeri persendian mirip gejala flu
2.1.5 Kampanye Imunisasi MR
Kampanye imunisasi MR dilakukan untuk meningkatan kekebalan
masyarakat terhadap penularan penyakit campak dan rubella yang dapat
menyebabkan kecacatan dan kematin. Kampanye imunisasi MR
merupakan langkah awal untuk introduksi imunisasi rubella kedalam
jadwal imunisasi rutin (Kemenkes, 2018).
Kampanye imunisasi MR dilakukan dalam dua fase. Fase pertama
di pulau Jawa pada tahun 2017. Fase kedua di luar Pulau Jawa tahun 2018.
Masing-masing fase dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama pada bulan
Agustus di sekolah. Tahap kedua bulan September di fasilitas kesehatan
(Puskesmas dan posyandu).
2.1.6 Untuk Siapa Imunisasi MR
Imunisasi MR diberikan untuk semua anak usia 9 bulan sampai
dengan kurang dari 15 tahun. Selama kampanye imunisasi MR bulan
Agustus-September 2017 dan Agustus-September 2018.
Selanjutnya imunisasi MR masuk dalam jadwal imunisasi rutin dan
diberikan pada anak usia 9 bulan, 18 bulan dan kelas 1 SD/sederajat
menggantikan imunisasi campak.

10
2.1.7 Efek Samping Imunisasi MR
Imunisasi MR tidak ada efek samping. Demam ringan, ruam
merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi
adalah reaksi normalyang akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian
ikutan pasca imunisasi yang serius sangat jarang terjadi.
2.1.8 Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 4 Tahun 2016
Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk
ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (Imunisasi) dan mencegah
terjadinya suatu penyakit tertentu.
Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan
menyebabkan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen yang
mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan
dipercaya maka imunisasi hukumnya wajib.

2.1.9 Pro Kontra Pemberian Imunisasi MR


Program imunisasi untuk mencegah campak dan rubella (MR)
yang digelar pada Agustus-September 2018 memicu kembali perdebatan
tentang pro dan kontra vaksinasi. Polemik tentang perlu atau tidaknya
vaksinasi juga banyak dibicarakan. Begitu pula halal atau tidaknya vaksin,
kandungan vaksin, serta masalah Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI).

Beberapa alasan masyarakat menolak (kontra) vaksin MR adalah:


1. Karena vaksin tersebut belum memilki sertikat halaL
2. Ada anggapan bahwa imunisasi ini bisnis dari perusahaan obat
3. Imunisasi ini mendahului ketetapan Tuhan/Allah SWT bahwa sakit itu
merupakan bagian dari ujian Allah
4. Adanya keterangan dari tenaga medis yang kompeten bahwa tidak ada
vaksin yang halal
5. Banyak beredar vaksin palsu
6. Anak sering sakit/rewel setelah divaksin, dan

11
7. Kurang dukungan keluarga/suami/ orangtua terhadap vaksin.
Sedangkan pendapat yang mendukung vaksinasi tersebut didasari
atas beberapa alasan yaitu mencegah lebih baik daripada mengobati,
vaksinasi penting mencegah penyakit infeksi menjadi wabah, dan standar
kesehatan individu dan lingkungan masih rendah di Indonesia sehingga
anak diperlukan vaksinasi. Selanjutnya, Fatwa MUI No. 4 tahun 2016
tentang imunisasi yang menetapkan imunisasi tersebut pada dasarnya
bersifat mubah pada kondisi darurat, dan belum ditemukan bahan vaksin
yang halal dan suci.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru saja mengeluarkan fatwa
yang memutuskan memperbolehkan penggunaan vaksin Measless Rubella
(MR) digunakan meski mengandung babi dalam proses produksinya.
Keputusan ini menuai reaksi yang beragam dari masyarakat. Sebagian
orang tua mengaku bakal tetap memberikan vaksin MR itu untuk anak
mereka. Sedangkan sebagian lainnya masih enggan menggunakan vaksin
itu dan memilih menunggu vaksin yang halal.
Komisi Fatwa MUI telah mengeluarkan sertifikat halal untuk tiga
vaksin yang beredar di Indonesia yaitu vaksin polio, rotavirus dan
meningitis. MUI juga telah mengeluarkan Fatwa No. 4 tahun 2016 yang
membolehkan imunisasi sebagai bentuk ikhtiar atau upaya untuk
memberikan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit tertentu.
Ketua Komisi Fatwa MUI, Prof. Hasanuddin AF, mengatakan
fatwa itu dikeluarkan karena banyak masyarakat yang menolak vaksinasi.
Dalam keadaan darurat--misalnya akan menimbulkan wabah atau
kematian imunisasi dapat dilakukan meski belum ada vaksin yang halal.
Dia mencontohkan jemaah yang harus divaksin meningitis sebelum ada
vaksin bersertifikat halal, karena situasinya dianggap darurat.
MUI belum mengeluarkan sertifikasi halal untuk vaksin MR yang
digunakan dalam program imunisasi. MUI dalam kapasitas tidak
menghalalkan dan tidak mengharamkan karena belum diproses, tetapi jika
12
orang tua memandang perlu divaksinasi yakin divaksinasi dan bermanfaat
untuk kesehatan anak ya saya kira tak masalah divaksinasi saja. Tetapi
yang ragu dan belum yakin halal dan menolak ya tidak apa-apa.
Masalah keamanan vaksin ini seringkali dikaitkan dengan asumsi
yang berkembang sebelum investigasi dilakukan oleh pihak berwenang.
Salah satu yang banyak diberitakan adalah kasus anak di Demak yang
mengalami kelumpuhan setelah diimunisasi MR. Tetapi setelah
diinvestigasi, kelumpuhan itu tidak ada kaitannya dengan vaksinasi MR.

2.2 Persiapan Vaksin


2.2.1 Pelarutan Vaksin
Dalam melarutkan vaksin harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
1. Pelarutan vaksin hanya boleh dilakukan ketika sasaran sudah datang
untuk imunisasi.
2. Pelarut harus berasal dari produsen yang sama dengan vaksin yang
digunakan.
3. Pastikan vaksin dan pelarutnya belum kadaluarsa dan VVM masih
dalam kondisi A atau B.
4. Vaksin dan pelarut harus mempunyai suhu yang sama (2 sd 8 oC) dan
tidak pernah beku.
5. Melarutkan vaksin dengan menggunakan ADS 5 ml. Satu ADS 5 ml
digunakan untuk melarutkan satu vial vaksin. Jangan menyentuh jarum
ADS dengan jari.
6. Memastikan 5 ml cairan pelarut vaksin terhisap dalam ADS kemudian
baru melakukan pencampuran dengan vaksin kering campak.
7. Masukan pelarut secara perlahan ke dalam botol vaksin agar tidak
terjadi gelembung/busa.
8. Kocok campuran vaksin dengan pelarut secara perlahan sampai
tercampur rata, hal ini untuk mencegah terjadinya abses dengin.
13
9. Vaksin yang sudah dilarutkan hanya boleh digunakan dalam waktu 6
jam. Oleh karena itu hanya boleh melarutkan satu vial vaksin dan baru
boleh melarutkan vaksin lagi bila vaksin pada vial sebelumnya sudah
habis serta masih ada sasaran. Catat jam pelarutan vaksin pada label
vaksin.
10. Memperhatikan prosedur aseptik.
Vaksin yang sudah dilarutkan harus segera dibuang jika:
1. Ada kecurigaan vial vaksin yang terbuka telah terkontaminasi seperti
ada sesuatu yang kotor dalam vial, vial jatuh ke tanah, rubber cap
tidak sengaja tersentuh, dan kontak dengan air.
2. VVM C dan D
3. Waktu pelarutan sudah melebihi 6 jam
2.2.2 Cara Pemberian Vaksin MR
Berikan imunisasi MR untuk anak usia 9 bulan sampai dengan
< 15 tahun tanpa melihat status imunisasi dan riwayat penyakit campak
atau rubella sebelumnya. Berikut adalah langkah-langkah dalam
melakukan penyuntikan vaksin MR:
1. Imunisasi dilakukan dengan menggunakan alat suntik sekali pakai
(autodisable syringe/ADS) 0,5 ml. Penggunaan alat suntik tersebut
dimaksudkan untuk menghindari pemakaian berulang jarum sehingga
dapat mencegah penularan penyakit HIV/AIDS, Hepatitis B dan C.
2. Pengambilan vaksin yang telah dilarutkan dilakukan dengan cara
memasukkan jarum ke dalam vial vaksin dan pastikan ujung jarum
selalu berada di bawah permukaan larutan vaksin sehingga tidak ada
udara yang masuk ke dalam spuit.
3. Tarik torak perlahan-lahan agar larutan vaksin masuk ke dalam spuit
dan keluarkan udara yang tersisa dengan cara mengetuk alat suntik dan
mendorong torak sampai pada skala 0,5 cc, kemudian cabut jarum dari
vial

14
4. Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas kering sekali
pakai atau kapas yang dibasahi dengan air matang, tunggu hingga
kering. Apabila lengan anak tampak kotor diminta untuk dibersihkan
terlebih dahulu.
5. Penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di lengan kiri atas.
6. Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subkutan (sudut
kemiringan penyuntikan 45o.
7. Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian ambil
kapas kering baru lalu ditekan pada bekas suntikan, jika ada
perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi suntikan hingga darah
berhenti

Gambar Sudut Kemiringan Penyuntikan

Gambar Posisi Anak Saat Penyuntikan


15
2.3 Peran Petugas Kesehatan dan Kader
1. Peran tenaga kesehatan
a. Memastikan sasaran anak 9 bulan sampai dengan <15 tahun
menerima imunisasi MR
b. Memastikan kondisi rantai vaksin terpelihara dengan baik dalam
suhu 2 - 80 celcius
c. Memastikan vaksin dan pelarut berasal dari pabrik yang sama dan
memeriksa tanggal kadaluarsanya
d. Memeriksa kondisi VVM vaksin MR (pastikan dalam kondisi A
dan B
e. Melarutkan vaksin dan mencatat waktu pelarutan tiap vial
f. Memberikan penyuntikan vaksin MR dengan benar (subkutan)
g. Melakukan pengolahan limbah imunisasi (tajam dan tidak tajam)
secara aman
h. Memantau dan menangani kasus KIPI
i. Memeriksa register pelaksanaan imunisasi dan melengkapinya
pada akhir kegiatan.
j. Mengawasi dan membina guru dan kader dalam melaksanakan
tugasnya
k. Berkoordinasi dengan tokoh masyarakat setempat
l. Menunggu di tempat pelayanan minimal 30 menit untuk merespon
jika ada kasus KIPI

2. Peran Kader.
a. Membantu pendataan sasaran yang belum sekolah termasuk anak
yang putus sekolah
b. Menggerakkan orang tua dan sasaran untuk datang ke pos
pelayanan imunisasi/posyandu
c. Membantu menyiapkan tempat pelaksanaan untuk penyuntikan dan
ruang tunggu setelah penyuntikan
16
d. Mengendalikan massa atau keramaian sasaran yang datang
e. Mengatur jalannya pelayanan imunisasi
f. Mencatat sasaran dan memberi tanda pada ujung bawah jari
kelingking kiri dengan pen marker
g. Melaporkan pada petugas bila ditemukan kasus diduga KIPI
h. Mengingatkan orang tua untuk melengkapi imunisasi rutin

17
BAB III
PENUTUP

2.1 Kesimpulan
Imunisasi MR adalah kombinasi vaksin campak/Measles (M) dan
Rubella (R) untuk perlindungan terhadap penyakit cmapak dan rubella
(Kemenkes, 2018).
Campak dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti diare,
radang paru (pneumonia), radang otak, kebutaan, gizi buruk dan bahkan
kematian. Rubella dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada
bayi yang dilahirkan. Kecatatan tersebut dikenal sebagai sindroma rubella
kongenital yang melliputi kelainan pada jantung, kerusakan jaringan otak,
katarak, dan keterlambatan perkembangan.
Imunisasi MR diberikan untuk semua anak usia 9 bulan sampai
dengan kurang dari 15 tahun.

2.2 Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih banyak
memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pro dan kontra
pemberian vaksin measles dan rubella (MR) sebagai bentuk pencegahan
terhadap penyakit campak dan rubella serta sebagai evaluasi dalam
mengendalikan risiko penyakit campak dan rubella melalui imunisasi MR.

18
DAFTAR PUSTAKA

Budiman. 2017. Waspadai campak dan rubella. http://www.beritasatu.com,


diakses 3 Oktober 2018

Dinkes. 2018. Ayoo...sukseskan kampanye imunisasi campak dan measles-rubella


(MR) di Sumsel. http://www.dinkes.go.id, diakses 2 Oktober 2018

Dinkes. 2018. Data target pelaksanaan imunisasi MR di Kota Palembang.

Husna. 2016. Pro dan kontra vaksinasi measles dan rubella (MR).
http://mkep.unsyiah.ac.id/, diakses 2 Oktober 2018.

Kemenkes RI. 2017. Petunjuk teknik kampanye imunisasi measles rubella (MR).
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian
Kesehatan RI.

Lestari, Sri. 2017. Imunisasi campak dan rubella MR di tengah pro – kontra
vaksinasi. http://www.bbcnews.com, diakses 2 Oktober 2018

Manafe. 2018. Kemenkes: kasus campak meningkat 5 tahun terakhi.


http://www.beritasatu.com, diakses 2 Oktober 2018.

Yusuf, Erick. 2017. Pro kontra vaksin MR : Indonesia darurat wabah.


http://www.kumparan.com, diakses 3 Oktober 2018

19
Lampiran Foto Kegiatan

20
21

Anda mungkin juga menyukai