F7 Minipro (Imunisasi MR)
F7 Minipro (Imunisasi MR)
Oleh :
Musyarafa
Dokter Pendamping :
Puskesmas Pantoloan
Kota Palu
Sulawesi Tengah
2020
HALAMAN PENGESAHAN MINI PROJECT
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.4. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian imunisasi MR (measles and rubella
2. Untuk mengetahui bahaya penyakit campak dan rubella
3. Untuk mengetahui kampanye imunisasi MR
4. Untuk mengetahui siapa saja yang perlu mendapatkan imunisasi MR
5. Untuk mengetahui pro dan kontra imunisasi MR
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
9
2.1.4 Gejala Campak Dan Rubella
Gejala penyakit campak adalah:
1. Demam tinggi
2. Bercak kemerahan pada kulit (rash) disertai dengan batuk, pilek dan
mata merah
Gejala penyakit rubella tidak spesifik, bahkan bisa tanpa gejala. Gejala
umum berupa:
1. Demam ringan
2. Pusing, pilek
3. Mata merah
4. Nyeri persendian mirip gejala flu
2.1.5 Kampanye Imunisasi MR
Kampanye imunisasi MR dilakukan untuk meningkatan kekebalan
masyarakat terhadap penularan penyakit campak dan rubella yang dapat
menyebabkan kecacatan dan kematin. Kampanye imunisasi MR
merupakan langkah awal untuk introduksi imunisasi rubella kedalam
jadwal imunisasi rutin (Kemenkes, 2018).
Kampanye imunisasi MR dilakukan dalam dua fase. Fase pertama
di pulau Jawa pada tahun 2017. Fase kedua di luar Pulau Jawa tahun 2018.
Masing-masing fase dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama pada bulan
Agustus di sekolah. Tahap kedua bulan September di fasilitas kesehatan
(Puskesmas dan posyandu).
2.1.6 Untuk Siapa Imunisasi MR
Imunisasi MR diberikan untuk semua anak usia 9 bulan sampai
dengan kurang dari 15 tahun. Selama kampanye imunisasi MR bulan
Agustus-September 2017 dan Agustus-September 2018.
Selanjutnya imunisasi MR masuk dalam jadwal imunisasi rutin dan
diberikan pada anak usia 9 bulan, 18 bulan dan kelas 1 SD/sederajat
menggantikan imunisasi campak.
10
2.1.7 Efek Samping Imunisasi MR
Imunisasi MR tidak ada efek samping. Demam ringan, ruam
merah, bengkak ringan dan nyeri di tempat suntikan setelah imunisasi
adalah reaksi normalyang akan menghilang dalam 2-3 hari. Kejadian
ikutan pasca imunisasi yang serius sangat jarang terjadi.
2.1.8 Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) No. 4 Tahun 2016
Imunisasi pada dasarnya dibolehkan (mubah) sebagai bentuk
ikhtiar untuk mewujudkan kekebalan tubuh (Imunisasi) dan mencegah
terjadinya suatu penyakit tertentu.
Dalam hal jika seseorang yang tidak diimunisasi akan
menyebabkan kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen yang
mengancam jiwa, berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan
dipercaya maka imunisasi hukumnya wajib.
11
7. Kurang dukungan keluarga/suami/ orangtua terhadap vaksin.
Sedangkan pendapat yang mendukung vaksinasi tersebut didasari
atas beberapa alasan yaitu mencegah lebih baik daripada mengobati,
vaksinasi penting mencegah penyakit infeksi menjadi wabah, dan standar
kesehatan individu dan lingkungan masih rendah di Indonesia sehingga
anak diperlukan vaksinasi. Selanjutnya, Fatwa MUI No. 4 tahun 2016
tentang imunisasi yang menetapkan imunisasi tersebut pada dasarnya
bersifat mubah pada kondisi darurat, dan belum ditemukan bahan vaksin
yang halal dan suci.
Majelis Ulama Indonesia (MUI) baru saja mengeluarkan fatwa
yang memutuskan memperbolehkan penggunaan vaksin Measless Rubella
(MR) digunakan meski mengandung babi dalam proses produksinya.
Keputusan ini menuai reaksi yang beragam dari masyarakat. Sebagian
orang tua mengaku bakal tetap memberikan vaksin MR itu untuk anak
mereka. Sedangkan sebagian lainnya masih enggan menggunakan vaksin
itu dan memilih menunggu vaksin yang halal.
Komisi Fatwa MUI telah mengeluarkan sertifikat halal untuk tiga
vaksin yang beredar di Indonesia yaitu vaksin polio, rotavirus dan
meningitis. MUI juga telah mengeluarkan Fatwa No. 4 tahun 2016 yang
membolehkan imunisasi sebagai bentuk ikhtiar atau upaya untuk
memberikan kekebalan tubuh dan mencegah penyakit tertentu.
Ketua Komisi Fatwa MUI, Prof. Hasanuddin AF, mengatakan
fatwa itu dikeluarkan karena banyak masyarakat yang menolak vaksinasi.
Dalam keadaan darurat--misalnya akan menimbulkan wabah atau
kematian imunisasi dapat dilakukan meski belum ada vaksin yang halal.
Dia mencontohkan jemaah yang harus divaksin meningitis sebelum ada
vaksin bersertifikat halal, karena situasinya dianggap darurat.
MUI belum mengeluarkan sertifikasi halal untuk vaksin MR yang
digunakan dalam program imunisasi. MUI dalam kapasitas tidak
menghalalkan dan tidak mengharamkan karena belum diproses, tetapi jika
12
orang tua memandang perlu divaksinasi yakin divaksinasi dan bermanfaat
untuk kesehatan anak ya saya kira tak masalah divaksinasi saja. Tetapi
yang ragu dan belum yakin halal dan menolak ya tidak apa-apa.
Masalah keamanan vaksin ini seringkali dikaitkan dengan asumsi
yang berkembang sebelum investigasi dilakukan oleh pihak berwenang.
Salah satu yang banyak diberitakan adalah kasus anak di Demak yang
mengalami kelumpuhan setelah diimunisasi MR. Tetapi setelah
diinvestigasi, kelumpuhan itu tidak ada kaitannya dengan vaksinasi MR.
14
4. Bersihkan kulit tempat pemberian suntikan dengan kapas kering sekali
pakai atau kapas yang dibasahi dengan air matang, tunggu hingga
kering. Apabila lengan anak tampak kotor diminta untuk dibersihkan
terlebih dahulu.
5. Penyuntikan dilakukan pada otot deltoid di lengan kiri atas.
6. Dosis pemberian adalah 0,5 ml diberikan secara subkutan (sudut
kemiringan penyuntikan 45o.
7. Setelah vaksin disuntikkan, jarum ditarik keluar, kemudian ambil
kapas kering baru lalu ditekan pada bekas suntikan, jika ada
perdarahan kapas tetap ditekan pada lokasi suntikan hingga darah
berhenti
2. Peran Kader.
a. Membantu pendataan sasaran yang belum sekolah termasuk anak
yang putus sekolah
b. Menggerakkan orang tua dan sasaran untuk datang ke pos
pelayanan imunisasi/posyandu
c. Membantu menyiapkan tempat pelaksanaan untuk penyuntikan dan
ruang tunggu setelah penyuntikan
16
d. Mengendalikan massa atau keramaian sasaran yang datang
e. Mengatur jalannya pelayanan imunisasi
f. Mencatat sasaran dan memberi tanda pada ujung bawah jari
kelingking kiri dengan pen marker
g. Melaporkan pada petugas bila ditemukan kasus diduga KIPI
h. Mengingatkan orang tua untuk melengkapi imunisasi rutin
17
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Imunisasi MR adalah kombinasi vaksin campak/Measles (M) dan
Rubella (R) untuk perlindungan terhadap penyakit cmapak dan rubella
(Kemenkes, 2018).
Campak dapat menyebabkan komplikasi yang serius seperti diare,
radang paru (pneumonia), radang otak, kebutaan, gizi buruk dan bahkan
kematian. Rubella dapat menyebabkan keguguran atau kecacatan pada
bayi yang dilahirkan. Kecatatan tersebut dikenal sebagai sindroma rubella
kongenital yang melliputi kelainan pada jantung, kerusakan jaringan otak,
katarak, dan keterlambatan perkembangan.
Imunisasi MR diberikan untuk semua anak usia 9 bulan sampai
dengan kurang dari 15 tahun.
2.2 Saran
Diharapkan kepada tenaga kesehatan agar lebih banyak
memberikan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pro dan kontra
pemberian vaksin measles dan rubella (MR) sebagai bentuk pencegahan
terhadap penyakit campak dan rubella serta sebagai evaluasi dalam
mengendalikan risiko penyakit campak dan rubella melalui imunisasi MR.
18
DAFTAR PUSTAKA
Husna. 2016. Pro dan kontra vaksinasi measles dan rubella (MR).
http://mkep.unsyiah.ac.id/, diakses 2 Oktober 2018.
Kemenkes RI. 2017. Petunjuk teknik kampanye imunisasi measles rubella (MR).
Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementrian
Kesehatan RI.
Lestari, Sri. 2017. Imunisasi campak dan rubella MR di tengah pro – kontra
vaksinasi. http://www.bbcnews.com, diakses 2 Oktober 2018
19
Lampiran Foto Kegiatan
20
21