Anda di halaman 1dari 12

RESUME SEPARASI (RA/RB)

PHANTOM

Kamis, 1 Desember 2022


Oleh :
Jennifer Tania 220160100111016

Instruktur Pembimbing :
drg. Ariyati Retno Pratiwi, M. Kes

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2022
1. Pengertian Ekstraksi dengan Separasi
Separasi gigi (tooth division/root separation) adalah cara ekstraksi gigi atau
akar gigi dengan jalan memisahkan satu/lebih akar gigi dan mahkota gigi dengan
mengunakan crosscut fissure burs atau mahkota gigi dipisahkan seluruhnya dan akar-
akar gigi dan kemudian memisahkan masing-masing akar dengan lainnya. Biasanya
separasi gigi dilakukan setelah odontektomi. Teknik separasi gigi sering digunakan saat
pengambilan gigi impaksi, setelah itu baru menggunakan forsep gigi atau elevator

2. Indikasi & Kontraindikasi Ekstraksi dengan Separasi


Indikasi:
a. Gigi atau akar gigi yang tidak dapat dicabut menggunakan elevator atau forsep
b. Gigi unerupsi/impaksi
c. Gigi dengan akar yang sangat bengkok/akar dilaserasi
d. Gigi yang hipersementosis/ankilosis
e. Sisa akar gigi yang tertahan
f. Mahkota klinis gigi yang pendek disertai atrisi yang parah.
g. Gigi yang memiliki mahkota dengan karies luas
h. Gigi dengan perawatan endodontic sehingga berisiko fraktur yang tinggi
selama ekstraksi karena kehilangan elastisitas yang membuat gigi lebih rapuh.
i. Gigi geminasi
Kontraindikasi:
- Adanya faktor sistemik seperti: Gangguan darah/hematologi
(Leukopenia, trombositopenia, leukemia, anemia berat, pasien dalam
pengobatan antikoagulan, gangguan perdarahan dan pembekuan),
Gangguan hati (Infeksi hati akut/sirosis), Gangguan metabolism
(Diabetes mellitus, Addison’s disease, terapi steroid jangka panjang),
Gangguan ginjal (glomerulonephritis, uremia, gagal ginjal),
Gangguan kardiovaskular (hipertensi, gagal jantung, penyakit
jantung iskemik), Gangguan paru (asma, TBC), Gangguan
neurologis (stroke, epilepsy)
- Pasien imunokompromis

2
3. Komplikasi Ekstraksi dengan Separasi
- Fraktur Tulang Alveolar
Fraktur tulang alveolar dapat terjadi karena terjepitnya tulang alveolar secara tidak
disengaja di antara ujung tang pencabut gigi atau konfigurasi dari akar gigi itu
sendiri, bentuk dari tulang alveolar, atau adanya perubahan patologis dalam tulang
itu sendiri. Pencabutan gigi kaninus terkadang disertai komplikasi fraktur tulang
sebelah labial.
- Fraktur Tuber Maksila
Fraktur tuber maksila terjadi biasanya berhubungan dengan dekatnya letak
tuberositas terhadap sinus, yang biasa terjadi bila terdapat gigi molar atas yang
terisolasi, khususnya bila gigi memanjang/ turun. Geminasi patologis antara gigi
molar kedua atas yang telah erupsi dengan gigi molal ketiga atas tidak erupsi bisa
menjadi predisposisi.
- Masuknya Fragmen Akar ke dalam Sinus
Komplikasi ini bisa terjadi jika ujung akar dekat dengan sinus atau rongga sinus
yang besar, dan ujung akar yang bengkok. Biasanya terjadi pada akar gigi
premolar dan molar atas, dan yang sering akar palatal. Pada kasus seperti ini
pemakaian elevator dengan tenaga yang besar harus dihindari.
- Perdarahan yang berlebihan
Perdarahan yang berlebihan terjadi jika pembuluh darah terpotong. Hal ini dapat
terjadi karena trauma yang besar pada saat pencabutan dimana tulang yang
terangkat mengoyak jaringan lunak sekitarnya. Juga dapat terjadi karena
penggunaan bor yang mengenai kanalis mandibularis.
- Trauma pada Nervus Alveolaris, Nervus Mentalis dan Lingualis Trauma pada
nervus ini bisa menimbulkan parestesi. Nervus lingualis dapat rusak oleh
pencabutan traumatik gigi molar bawah dimana jaringan lunak lingual terjebak
pada ujung tang, atau terkena bur selama pembuangan tulang. Nervus alveolaris
atau mentalis dapat terkena trauma pada saat pembuatan flap atau pemakaian bur
yang terlalu dalam dan tidak terkontrol, atau ujung akar bengkok mengenai
kanalis mandibularis.
- Hematoma
- Trismus
- Infeksi, dry socket, dan Osteomyelitis

3
4. Prosedur Tindakan
a. Persiapan operator
- Operator melaukan universal precaution yaitu dengan mencuci
tangan 6 langkah sesuai anjuran WHO dan menggunakan APD
lengkap
- Posisi operator dan pasien:
 Rahang atas: operator berada di kanan depan pasien, pasien
didudukkan semi supine dengan kepala pasien setinggi bahu
operator
 Rahang bawah: operator berada di kanan depan pasien, pasien
diposisikan semi supine dan kepala pasien setinggi siku
operator
b. Persiapan alat
- Set diagnostic
- Tray
- Klem lurus
- Bein
- Tang sisa akar
- Mikromotor
- Bur round dan fissure
- Syringe
c. Persiapan bahan
- Larutan Anestesi
- Larutan antiseptic
- Tampon
- Cotton pellet
d. Isolasi area kerja
e. Disinfeksi area kerja dengan larutan povidone iodine 10% dengan arah
memutar dari dalam keluar
f. Anestesi
1. Mempersiapkan syringe

- Memastikan syringe 3cc tersegel dan tidak ada sobekan, memeriksa


tanggal kadaluarsa.

4
- Mengeratkan jarum pada barrel terlebih dahulu sebelum membuka
pembungkusnya dengan memutar hub searah jarum jam.
- Mendorong handle pada syringe hingga plunger menyentuh ujung
barrel
- Membuka pembungkus syringe dari sisi yang bebas

2. Mempersiapkan ampul anastesi


- Memeriksa ampul cairan anestesi lokal : kandungan, konsentrasi, dan
volume larutan anestesi lokal, kandungan dan konsentrasi bahan
vasokonstriktor, dan tanggal kadaluarsanya.
- Memastikan seluruh cairan berada di bawah leher ampul, apabila ada
cairan yang masih berada di atas leher ampul lakukan ketukan pada
dinding ampul dengan jari tangan.
- Menurunkan cairan dari atas leher ampul dapat juga dengan gerakan
sentrifugal sampai seluruh cairan berada di bawah leher ampul
- Mematahkan ampul anastesi pada leher ampul dengan hati-hati
- Membuka penutup syringe, kemudian larutan anestesi lokal di dalam
ampul tersebut dihisap dengan jarum injeksi sampai seluruh cairan
anestesi lokal berpindah ke dalam barrel tanpa ujung jarum
menyentuh dinding ampul
- Menutup ujung jarum dan memeriksa apakah ada gelembung udara
di dalam syringe, apabila terdapat gelembung udara dilakukan
ketukan pada dinding barrel sampai semua gelembung udara keluar
dari cairan di posisi atas
- Mendorong handle untuk mengeluarkan udara sampai terlihat ada
sedikit cairan yang keluar dari ujung jarum
g. Melakukan anastesi Rahang Atas
1. Anterior palatine nerve block
- Saraf yang dituju pada anastesi ini adalah nervus palatina anterior atau nervus
palatinus majus yang keluar dari foramen palatinus majus.
- Mengeringkan daerah kerja.
- Daerah yang akan dilakukan injeksi diulasi dengan antiseptik melingkar dari dalam ke
luar.
- Memegang syringe dengan cara pensgrap.

5
- Menusukkan jarum dengan bevel menghadap ke tulang pada mukosa di atas foramen
palatinus majus yang secara klinis terletak di antara gigi molar kedua dan ketiga
rahang atas sejauh kira-kira 10 mm dari gingival marginal bagian palatal gigi tersebut.
- Setelah jarum masuk, dilakukan aspirasi, dengan cara tangan kiri memegang tabung
syringe untuk fiksasi dan tangan kanan menarik sedikit handle pada syringe untuk
memastikan jarum tidak masuk ke pembuluh darah.
- Menginjeksikan cairan anestesi sekitar 0,25 - 0,5 ml secara perlahan- lahan.
- Setelah 5 menit, menanyakan kepada pasien apakah sudah terasa tebal, kebas,
kesemutan pada daerah yang dianastesi
- Melakukan pengecekan apakah obat anastesi sudah bekerja, menggunakan instrumen
tumpul pada: mukoperiosteum dan mukosa palatal 2/3 posterior palatum durum,
pertengahan kaninus hingga batas posterior palatum durum.

2. Paraperiosteal

- Syringe dipegang dengan cara pensgrap


- Menginsersikan jarum dengan bevel menghadap ke tulang dan sudut 45 derajat pada
cekungan terdalam muccobuccal fold gigi hingga menyentuh tulang setinggi apeks
gigi.
- Melakukan aspirasi, apabila tidak ada darah yang masuk ke dalam tabung syringe
dilanjutkan deponir sebanyak 1 ml secara perlahan.
- Evaluasi

h. Anestesi Rahang Bawah


Anestesi yang dilakukan adalah mandibular block dan paraperiosteal. Saraf
yang teranestesi yaitu: nervus alveolaris inferior dan cabang-cabangnya (rami
dentalis, nervus mentalis dan nervus incisivus, dan nervus lingualis beserta
cabang- cabangnya)
1. Mandibular block
Injeksi Inferior Alveolar Nerve Block
- Mengeringkan daerah kerja.
- Daerah yang akan dilakukan injeksi diulasi dengan antiseptik melingkar dari dalam ke
luar.
- Melakukan perabaan pada daerah mucobuccal fold gigi molar rahang bawah,
ditelusuri hingga teraba linea oblique eksterna dan batas anterior ramus ascendens.
6
Kemudian jari digeser 10 mm ke arah posterior hingga mencapai cekungan yang
disebut coronoid notch. Untuk regio kanan dengan telunjuk, untuk kiri dengan ibu jari
- Memegang syringe dengan cara pensgrap.
- Memasukkan jarum dari sisi berlawanan, yakni dari arah premolar pertama dan kedua
bawah kontralateral dengan bevel menghadap ke arah tulang. Kemudian jarum
diinjeksikan pada pertengahan jari telunjuk hingga ujung jarum menyentuh tulang.
- Kemudian jarum ditarik sedikit, dan arah syringe diubah menjadi sejajar gigi-gigi
posterior pada sisi yang sama. Lalu jarum dimasukkan lagi sejauh 10 mm ke posterior
sambil menyusuri linea oblique interna.
- Kemudian jarum diubah posisinya dengan arah kontralateral dan dimasukkan lagi
hingga menyentuh tulang. Jarum ditarik sedikit, dan dilakukan aspirasi lalu kemudian
deponir larutan sebanyak 1 ml.

Injeksi Lingual Nerve Block

- Setelah injeksi pada inferior alveolar nerve block maka dilanjutkan dengan injeksi
lingual nerve block.
- Menarik jarum sejauh kira-kira 10 mm dari posisi terakhir inferior alveolar nerve
block.
- Dilakukan aspirasi untuk memastikan tidak masuk pembuluh darah, kemudian larutan
anestesi diinjeksikan secara perlahan-lahan sebanyak 0,5 ml.
- Setelah 5 menit, melakukan pengecekan dengan menanyakan kepada pasien apakah
sudah terasa tebal, kebas, kesemutan pada daerah yang dianastesi serta memastikan
dengan palpasi dengan alat tumpul pada area yang teranestesi.
2. Paraperiosteal

- Syringe dipegang dengan cara pensgrap


- Menginsersikan jarum dengan bevel menghadap ke tulang dan sudut 45 derajat pada
cekungan terdalam muccobuccal fold gigi hingga menyentuh tulang setinggi apeks
gigi.
- Melakukan aspirasi, apabila tidak ada darah yang masuk ke dalam tabung syringe
dilanjutkan deponir sebanyak 1 ml secara perlahan.
- Evaluasi

7
Tindakan Separasi Gigi Rahang Atas

1. Separasi dilakukan dengan menggunakan bur fisur dengan memisahkan akar


bukal dan palatal dengan arah separasi mesiodistal. Setelah akar palatal
terpisah, maka dilakukan separasi arah bukolingual untuk memisahkan akar
bukal mesial dan distal.
2. Mengungkit akar distobukal dengan bein di daerah distopalatal dan
menggunakan akar palatal sebagai penyangga/tumpuan. Lalu akar distobukal
yang telah goyang dikeluarkan dengan tang sisa akar.
3. Mengungkit sisa akar mesiobukal dari arah mesial ke distal menggunakan
bein.
4. Mengambil sisa akar palatal menggunakan tang sisa akar.
5. Mematikan tidak ada fragmen gigi yang tertinggal di dalam soket.
6. Jika ada tepi yang tajam, mereka dihaluskan dengan bone file
7. Lakukan irigasi soket dengan larutan irigasi atau normal saline untuk
menghilangkan serpihan tulang atau fragmen gigi
8. Apabila dilakukan flap, dilakukan pengembalian flap dengan suturing simple
interupted sesuai panjang insisi
9. Instruksi post ekstraksi

8
(Peterson, 2003)

Tindakan Separasi Gigi Rahang Bawah

1. Separasi dilakukan dengan menggunakan panduan bukal groove gigi


2. Dilakukan separasi dengan membagi dua antara mesial dan disral dengan arah
separasi bukal lingual. Separasi dilakukan hingga mengenai bifurkasi.
3. Masukkan bein di celah separasi tersebut, kemudian rotasikan sedikit agar
terpisah antara bagian mesial dan distal
4. Goyang kan masing-masing fragmen gigi secara perlahan baik dari median
atau dari lateral hingga agak ke superfisial
5. Lakukan pengambilan fragmen gigi yang sudah terangkat ke superfisial
dengan tang sisa akar.
6. Jika ada tepi yang tajam, mereka dihaluskan dengan bone file
7. Lakukan irigasi soket dengan larutan irigasi atau normal saline untuk
menghilangkan serpihan tulang atau fragmen gigi
8. Apabila dilakukan flap, lakukan pengembalian flap dengan suturing simple
interupted sesuai panjang insisi.
9. Melakukan kontrol perdarahan dengan tampon.
10. Instruksi pasca ekstraksi.
9
(Peterson, 2003)

5. Resep obat:
R/ Amoxicillin 500 mg tab No. XV
S 3 dd 1 p. c (habiskan)
R/ Asam Mefenamat 500 mg tab No. X
S 3 dd 1 tab p.c.p.r.n

6. Instruksi Post Ekstraksi dengan Separasi


- Menggigit tampon selama 15 – 30 menit, apabila perdarahan tidak berhenti lebih dari
3 jam diinstruksikan untuk ke dokter / RS terdekat
- Tidak mengkonsumsi makanan minuman panas dan keras selama 24 jam
- Tidak makan di sisi rahang bekas pencabutan
- Tidak memainkan luka dengan lidah maupun jari
- Tidak menggosok gigi pada area bekas pencabutan
- Tidak menggigit, menghisap bibir dan pipi dan luka bekas pencabutan
- Tidak berkumur terus menerus
- Meminum obat yang telah diresepkan
- Tidak minum alkohol dan merokok

10
- Kontrol H+1, H+3 dan H+7

7. Tindakan kontrol H+1, H+3, H+7


- Tindakan Kontrol H+1: Kontrol emergensi, identifikasi nyeri perdarahan,
pembengkakkan, mengevaluasi apakah adanya radang/infeksi (pasien demam),
melihat reaksi obat (ada tanda alergi/tidak)
- Kontrol H+3: identifikasi adanya infeksi. Jika ada, diresepkan kembali antibiotic
- Kontrol H+7: evaluasi penyembuhan luka, apakah sudah terbentuk jaringan granulasi
atau belum, pengangkatan jahitan jika ada.

11
REFERENSI

Bonanthaya, K., Panneerselvam, E., Manuel, S., Kumar, V.V. and Rai, A. (2021). Oral and
Maxillofacial Surgery for the Clinician. Springer Nature

Dym H., Ogle OE. 2001. Atlas of Minor Oral Surgery. Philadelphia, W.B. Saunders:
Company .

Hupp, J. R., Tucker, M. R., & Ellis, E. (2018). Contemporary Oral and maxillofacial surgery.
Elsevier health sciences.

Pedlar, J. and Frame, J. W. 2007. Oral and Maxillofacial Surgery. 2nd ed. Philadelphia:
Elsevier Health Sciences.

th
Peterson LJ. 2003. Contemporary Oral and Maxillofacial Surgery, 4 ed. St Louis :

12

Anda mungkin juga menyukai