Anda di halaman 1dari 21

Sejarah bidan di indonesia

Di Susun Oleh
1. Dasa muthiah k B15016
2. Dewi fitri handayani B15017
3. Dinar putri suciyani B15018
4. Dwi prasetiyowati B15019
5. Eka saras wulan B15020
6. Endah mawarni B15021
7. Farah shinta nazwa B15022
8. Fifi diah ayu B15023
9. Hesti kusdianingrum B15024
10. Ika ayu wulandari B15025
11. Ika supatmi B15026
12. Ira dwi setiya wanti B15027
13. Leni listyaningsih B15028
14. Lenta ayu atika putri B15029
15. Lilik mufidah B15030
Bagaimana sejarah pendidikan bidan di
Indonesia ?
Pengertian Bidan

• Bidan adalah seorang yang mengikuti program


pendidikan bidan yang berlaku di negaranya dan telah
menyelesaikan pendidikannya dengan baik dan telah
Menurut memperoleh atas pengakuan atas kualifikasinya dan
WHO terdaftar, disahkan dan memperoleh izin melaksanakan
praktek kebidanan

• Bidan adalah seorang wanita yang telah mengikuti


Menurut IBI dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah
diakui pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan
persyaratan yang berlaku dicatat (register), diberi
izin secara sah untuk menjalankan praktek.

• Bidan adalah seorang yang telah mengikuti


program pendidikan bidan yang
Menurut ICM diakui dinegaranya, telah lulus dengan baik dari
pendidikan tersebut serta memenuhi persyaratan
untuk didaftar (register) dan/atau memiliki izin
sah (lesensi) untuk melakukan praktik bidan.
Sejarah Perkembangan Pelayanan Bidan Di
Indonesia

Perkembangan pelayanan Kebidanan di


Indonesia tidak terlepas dari masa
penjajahan Belanda, era
kemerdekaan, politik/kebijakan
pemerintah dalam pelayanan dan
pendidikan tenaga kesehatan,
kebutuhan masyrakat serta kemajuan
ilmu teknologi.
PERKEMBANGAN KEBIDANAN
DIDALAM NEGERI
• Pendidikan bidan (formal/informal masuk di
Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan
pelayanan kebidanan sesuai tuntutan kebutuhan
masy.
• Sejak 158 tahun yang lalu hingga tahun 1996 masih
belum merupakan perguruan tinggi
• Mengalami pasang surut
• Dimulai tahun 1851 bersama pendidikan Dokter
Indonesia (dokter jawa) oleh dr. Willem Bosch dibuka
pendidikan bidan bagi wanita muda pribumi di
Batavia
• Berlangsung singkat, 2 tahun kemudian tutup karena
kurang peminat dan pembatasan/larangan wanita
keluar rumah.
• Tahun 1891 persiapan dibuka pendidikan bidan
kembali, baru tahun 1902 dibuka kembali pendidikan
bidan untuk pribumi di RS Militer Batavia
• Pendidikan bidan untuk wanita keturunan Belanda-
Indo di RS swasta di Makasar pada tahun 1904,
Lulusannya harus siap ditempatkan dimana saja,
melayani masyarakat secara Cuma-Cuma & mendapat
tunjangan pemerintah ± 15-25 Gulden/bulan lalu naik
menjadi 40 Gulden/bulan (tahun 1922)
• Tahun 1911/1912 dimulai pendidikan tenaga
perawatan secara terencana di CBZ (RSUP)
Semarang dan Batavia
• Calon diterima dari HIS (SD 7 tahun),
ditempuh dalam 4 tahun, mula-mula terbatas
pada pria, baru tahun 1914 diterima bagi
wanita dan lulusannya dapat terus ke
kebidanan selama 2 tahun. Untuk pria ke
keperawatan lanjutan selama 2 tahun
• Tahun 1918 Budi Kemuliaan membuka RS
Bersalin dan pendidikan bidan. Murid-murid
dari juru rawat wanita, ditempuh 2 tahun.
• Tahun 1935/1938 pemerintah Belanda mulai
mendidik bidan lulusan Mulo (setingkat SLP
bagian B)
• Hampir secara bersamaan dibuka dibeberapa
kota besar lain seperti: RSB Budi Kemuliaan,
RSB Palang Dua di Jakarta dan RSB Mardi
Waluyo Semarang
• Pada tahun yang sama keluar peraturan untuk
bedakan lulusan bidan berdasarkan latar
belakang pendidikan
• Bidan dengan dasar pendidikan Mulo dan
kebidanan 3 tahun disebut bidan kelas satu
(Vroedvrouweerste class)
Perkembangan selanjutnya

1849
• di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Belanda Sekarang RSPAD Gatot
Subroto)

1851
• dibuka Pendidikan bidan bagi wnita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda
(Dr.W.Bosch) lulusan ini kemudian bekerja di Rumah sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu
pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.

1952
• mulai diadakan pelatihan bidan secara pormal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan
persalinan. Khususnya untuk dukun masih berlangsung sampai dengan sekarang yang memberi
kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan
ibu dan anak secara menyeluruh

1953
• pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh
dimasyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan
Bidan (KTB) di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di nusantara ini
Perkembangan
selanjutnya
1957
Perub Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, post natal dan
pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi. Sedangkan
diluar BKIA, bidan memberi pertolongan persalinan di rumah keluarga dan
pukesmas

Dari BKIA inilah yang akhirnya menjadi suatu pelayanan terintegrasi


kepada masyarakat yang di namakan Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas) pada tahun pergi melakukan kunjungan rumah sebagai
upaya tindak lanjut dari pasca persalinan.

Pelayanan di posyandu mencakup empat kegiatan yaitu :


pemeriksaan kehamilan, pelayanan keluarga berencana,
imunisasi, gizi dan kesehatan lingkungan.
Perkembangan
selanjutnya

1990
• tahun pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat
dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masya

1992
• pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan
masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini
melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun
1992 tentang perlunya medidikan bidan untuk penempatan
didesa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai
pelaksanaan kesehatan KIA. Khususnya dalam pelayanan
kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi baru
lahir, termasuk pembinaan dukun bayirakat
Perkembangan
selanjutnya
• Titik tolak dari Konferensi Kepandudukan Dunia di Kairo
pada tahun 1994 yang menekankan pada reproductive
(kesehatan reproduksi), memperluas area garapan
pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :

1. Safe Motherhood. Termasuk bayi baru lahir dan perawatan


abortus.
2. Family Planning
3. Penyakit menular seksual termasuk infeksi saluran alat
reproduksi.
4. Kesehatan reproduksi remaja.
5. Kesehatan reproduksi orang tua.
• Tahun 1994-1995 pemerintah juga
menyelenggarakan uji coba Pendidikan Bidan
Jarak Jauh (distance learning) di 3 propinsi
(Jabar, Jateng dan Jatim). Diselenggarakan
untuk memperluas cakupan upaya
peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
• Pengaturan penyelenggaraan ini diatur SK
Menkes No. 1247/Menkes/SK/XII/1994.
• DJJ ini ditujukan untuk meningkatkan
pengetahuan, sikap dan ketrampilan bidan
untuk menurunkan AKI dan AKB.
• Sebetulnya tahun 1994 RS St. Carolus sudah
melaksanakan pend. Bidan dari lulusan SMA,
lamanya 3½ tahun, tidak berlangsung lama.
• Pada tahun 1994 juga dilaksanakan pelatihan
pelayanan kegawatdaruratan maternal dan
neonatal
• Tahun 1995-1998 IBI bekerja sama langsung
dengan mather care melakukan pelatihan
bidan RS dan bidan Puskesmas serta bidan di
Desa di prop. Kalsel
• Tahun 2000 telah ada pelatihan Asuhan
Persalinan Normal yang dikoordinasikan
dengan Maternal Neonatal Health (MNH).
Pelatihan life skill S (LSS) dan Asuhan Persalinan
Normal (APN) tidak hanya untuk pelayanan
tetapi juga guru, dosen-dosen dari akbid
• Selain pendidikan formal dan pelatihan, untuk
meningkatkan kualitas pelayanan kebidanan
diadakan seminar dan lokakarya organisasi.
Dilaksanakan tiap tahun selama 2 kali tahun
1996-2000 dengan biaya dari UNICEF.
• Jumlah institusi banyak + jumlah guru kompeten
terbatas, tahun 2000 dibuka Program Pend.
Diploma IV Bidan Pendidik yang diselenggarakan di
FKUGM, lamanya 2 smt, telah hasilkan 7 angkatan
dengan gelar S.SiT
• Institusi lain penyelenggara D IV seperti UNPAD
(2002), USU (2004), Stikes Ngudi Waluyo
Semarang, Stikim Jakarta (2003), Poltekkes Kalsel
dan Kaltim (2009) dan tempat lain
• Awalnya program dirancang hasilkan bidan pendidik
1000 lulusan.
• Hanya dilaksanakan sebagai masa transisi dalam
upaya pemenuhan kebutuhan dosen
• S1 Kebidanan tahn 2008 di UNAIR, Brawijaya dan
Unhas juga buka.
• Bulan Mei 2006 UNPAD membuka S2 kebidanan,
menerima dari DIV bidan
• Pendidikan bidan di Indonesia dapat dikatakan
tragis, dibandingkan profesi kesehatan lain, pernah
tutup selama 9 tahun (1975-1984).
kesimpulan
• Perkembangan kebidanan telah
mengalami kemajuan dan
mendapatkan pengakuan di setiap
negara serta mendapat dukungan
dari masyarakat.
• Perkembangan pendidikan dan
pelayanan kebidanan di Indonesia
tidak terlepas dari masa penjajahan
Belanda, masa kemerdekaan,
politik/kebijakan pemerintah dalam
pelayanan dan pendidikan tenaga
kesehatan, kebutuhan masyarakat
serta kemajuan ilmu teknologi.
Sejarah adalah perjalanan hidup
dan kehidupan manusia, dengan
belajar sejarah bukan hanya
MENGHARGAI SEJARAH, tetapi
sejarah bisa menjadi "spion"
bagi arah hidup dalam menatap
kedepan.
Semoga bermanfaat...
PERTANYAAN
1. PERBEDAAN LAYANAN KEBIDANAN PADA ZAMAN DAHULU DENGAN SEKARANG ?
2. BAGAIMANA PASANG SURUT PERKEMBANGAN BIDAN ?
3. APA YANG DIMAKSUD DENGAN SAVE MOTHERHOOD ?
JAWABAN :
1. SAVE MOTHERHOOD MERUPAKAN UPAYA UNTUK MENYELAMATKAN WANITA
AGAR PROSES PERSALINANNYA SEHAT DAN AMAN YANG BERTUJUAN UNTUK
MEMPERKECIL ANGKA KEMATIAN PADA IBU YANG USAI BERSALIN
2. PASANG SURUT PROFESI BIDAN DIPENGARUHI DARI MASYARAKAT, MINAT
SESEORANG DALAM MEMILIH LAYANAN KEBIDANAN, KEPROFESIONALISME
BIDAN
3. PERBEDAAN LAYANAN KEBIDANAN PADA ZAMAN DAHULU DENGAN SEKARANG
YAITU,
DULU : LEBIH PERCAYA SAMA DUKUN DARIPADA BIDAN, ALAT NYA LEBIH
TERBATAS, BIDAN DAHULU AGAK GALAK
SEKARANG : MASYARAKAT LEBIH MEMPERCAYAI BIDAN , ALATNYA SUDAH
CANGGIH DAN LENGKAP, BIDANNYA RAMAH-RAMAH

Anda mungkin juga menyukai