Sejarah Bidan Di Indonesia
Sejarah Bidan Di Indonesia
Di Susun Oleh
1. Dasa muthiah k B15016
2. Dewi fitri handayani B15017
3. Dinar putri suciyani B15018
4. Dwi prasetiyowati B15019
5. Eka saras wulan B15020
6. Endah mawarni B15021
7. Farah shinta nazwa B15022
8. Fifi diah ayu B15023
9. Hesti kusdianingrum B15024
10. Ika ayu wulandari B15025
11. Ika supatmi B15026
12. Ira dwi setiya wanti B15027
13. Leni listyaningsih B15028
14. Lenta ayu atika putri B15029
15. Lilik mufidah B15030
Bagaimana sejarah pendidikan bidan di
Indonesia ?
Pengertian Bidan
1849
• di buka pendidikan Dokter Jawa di Batavia (Di Rumah Sakit Belanda Sekarang RSPAD Gatot
Subroto)
1851
• dibuka Pendidikan bidan bagi wnita pribumi di Batavia oleh seorang dokter militer Belanda
(Dr.W.Bosch) lulusan ini kemudian bekerja di Rumah sakit juga di masyarakat. Mulai saat itu
pelayanan kesehatan ibu dan anak dilakukan oleh dukun dan bidan.
1952
• mulai diadakan pelatihan bidan secara pormal agar dapat meningkatkan kualitas pertolongan
persalinan. Khususnya untuk dukun masih berlangsung sampai dengan sekarang yang memberi
kursus adalah bidan. Perubahan pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan
ibu dan anak secara menyeluruh
1953
• pengetahuan dan keterampilan tentang pelayanan kesehatan ibu dan anak secara menyeluruh
dimasyarakat dilakukan melalui kursus tambahan yang dikenal dengan istilah Kursus Tambahan
Bidan (KTB) di Yogyakarta yang akhirnya dilakukan pula di kota-kota besar lain di nusantara ini
Perkembangan
selanjutnya
1957
Perub Seiring dengan pelatihan tersebut didirikanlah Balai Kesehatan Ibu dan Anak
(BKIA) dimana bidan sebagai penanggung jawab pelayanan kepada masyarakat.
Pelayanan yang diberikan mencakup pelayanan antenatal, post natal dan
pemeriksaan bayi dan anak termasuk imunisasi dan penyuluhan gizi. Sedangkan
diluar BKIA, bidan memberi pertolongan persalinan di rumah keluarga dan
pukesmas
1990
• tahun pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat
dengan masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masya
1992
• pelayanan kebidanan diberikan secara merata dan dekat dengan
masyarakat, sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kebijakan ini
melalui Instruksi Presiden secara lisan pada Sidang Kabinet Tahun
1992 tentang perlunya medidikan bidan untuk penempatan
didesa. Adapun tugas pokok bidan di desa adalah sebagai
pelaksanaan kesehatan KIA. Khususnya dalam pelayanan
kesehatan ibu hamil, bersalin dan nifas serta pelayanan bayi baru
lahir, termasuk pembinaan dukun bayirakat
Perkembangan
selanjutnya
• Titik tolak dari Konferensi Kepandudukan Dunia di Kairo
pada tahun 1994 yang menekankan pada reproductive
(kesehatan reproduksi), memperluas area garapan
pelayanan bidan. Area tersebut meliputi :