Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan


“Substansi Hak dan Kewajiban Warga Negara dalam Pancasila”

Guru Mata Pembelajaran :


Hj.Mulyana Mp.d, S.i

Disusun oleh :
Fadhila Meliyanti

SMK NEGERI 2 KAB.TANGERANG


TAHUN 2020/2021
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai warga negara Indonesia, kedudukan, hak, kewajiban, dan peran penyandang cacat adalah sama
dengan warga negara lainnya. Hal ini sesuai dengan UUD1945, dalam Pasal 27 : Setiap warga negara
berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Kemudian ada
penegasan lagi pada amandemen UUD 1945 yang mengatur tentang Hak Azasi Manusia, ini
menandakan bahwa negara kita telah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada harkat dan
martabat manusia dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.Oleh karena itu, peningkatan peran para
penyandang cacat dalam pembangunan nasional sangat penting untuk mendapat perhatian dan
didayagunakan sebagaimana mestinya. Hingga saat ini sarana dan upaya untuk memberikan
perlindungan hukum terhadap kedudukan, hak, kewajiban, dan peran para penyandang cacat telah diatur
dalam Undang-Undang Nomor. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat, dan berbagai peraturan
perundangundangan yang mengatur masalah ketenagakerjaan, pendidikan nasional, kesehatan,
kesejahteraan sosial, lalu lintas dan angkutan jalan, perkeretaapian, pelayaran, penerbangan, dan
kepabeanan. Namun demikian, upaya perlindungan saja belumlah memadai; dengan pertimbangan
bahwa jumlah penyandang cacat terus meningkat dari waktu 2 kewaktu, dan hal ini memerlukan sarana
dan upaya lain terutama dengan penyediaan sarana untuk memperoleh kesamaan kesempatan bagi
penyandang cacat dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan, khususnya dalam memperoleh
pendidikan dan pekerjaan dalam rangka mewujudkan kesejahteraan sosialnya. Berdasarkan data di
Pusdatin Kementerian Sosial RI pada tahun 2009 jumlah penyandang cacat sebanyak 1.541.942 jiwa,
besarnya jumlah penyandang cacat ni menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Kementerian Sosial RI
c.q Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial terus berupaya agar para penyandang cacat
atau ODK dapat diterima bekerja baik diinstansi pemerintah maupun swasta yang lebih mengedepankan
kredibilitas dan kemampuan dalam menjalankan pekerjaan tanpa memandang faktor fisik. Secara
normatif, sebenarnya sudah ada beberapa instrumen hukum yang dilahirkan untuk melindungi hak
penyandang cacat untuk bekerja. Sebut saja UU No 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakarjaan yang
‘mengharamkan’ diskriminasi kepada para penyandang cacat. Bahkan UU No 4 Tahun 1997 tentang
Penyandang Cacat makin menegaskan hak itu. Pasal 14 UU No 4/1997 mewajibkan perusahaan negara
dan swasta untuk menjamin kesempatan bekerja kepada para penyandang cacat. Bahkan dalam
Penjelasan Pasal itu makin ditegaskan bahwa perusahaan yang mempekerjakan 100 orang wajib
mempekerjakan satu orang penyandang cacat. Tak main-main. Pasal 28 UU 4/1997 itu bahkan mengatur
sanksi pidana berupa kurungan maksimal enam bulan dan atau denda paling besar Rp200 juta bagi
pelanggar Pasal 14. 3 Bahkan, menurut Humas Yayasan Mitra Netra –yayasan yang peduli pada
pendidikan tuna netra- Arya Indrawati menyatakan ‘kuota satu persen’ bagi penyandang cacat seakan
masih menjadi mitos. Menurutnya, banyak perusahaan yang meski mempekerjakan lebih dari 100 orang,
ternyata tak mempekerjakan satu orang pun penyandang cacat. Sebagai upaya perlindungan hukum hak-
hak warga negara penyandang cacat maka diperlukan sebuah penataan regulasi yang mampu melindungi
warga penyandang cacat, untuk itu kami mengadakan Penelitian Hukum tentang Perlindungan hukum
bagi penyandang cacat dan penelitian ini mendukung Agenda Nasional 2010-2014, dalam rangka
peningkatan Efektivitas Peraturan Perundang-undangan; dan Penghormatan, Pemajuan, dan Penegakan
Hak Asasi Manusia dan dari hasil penelitian dapat menjadi bahan masukan dalam mendukung RUU
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat yang saaat ini
sudah termasuk daftar Prolegnas 2010 – 2014.
BAB II ISI

1. HAK dan Kewajiban Warga Negara


Pancasila adalah sebuah ideologi yang menomor satukan nilai-nilai kemanusiaan.
Hak dan kewajiban warga negara dalam pancasila diatur dengan cara menjamin HAM
(Hak Asasi Manusi) melalui nilai-nilai yang ada di dalamnya.
Nilai-nilai dalam pancasila terbagi atas 3 kategori, yaitu, nilai dasar, nilai instrumental dan nilai
Ketiga nilai tersebut mengatur tentang hak dan kewajiban warga negara secara langsung dan tidak
langsung.
Berdasarkan sila pertama, maka setiap warga negara berhak memiliki kebebasan untuk memeluk agama
yang dipercayainya. Selain itu, setiap warga negara berhak menjalankan ibadah sesuai ajaran agama
masing-masing.
Di Indonesia, ada lima agama yang diakui, yaitu Islam, Kristen Protestan, Kristen Katholik, Budha
dan Hindu.
Ada pun kewajiban warga negara yang terkandung di dalam Sila Pertama adalah:
1. Tidak memaksa orang lain untuk mengikuti kepercayaannya
2. Membangun kerja sama dan tolong menolong dengan pemeluk agama lainn sesuai kondisi di
lingkungan masing-masing
3. Menjunjung tinggi sikap toleransi terhadap agama lain agar tercipta kehidupan yang selaras, serasi
dan seimbang.
Sila Kedua (kemanusiaan), Hak setiap warga negara yang tercantum di dalam sila kedua adalah
memperoleh jaminan dan perlindungan hukum yang sama. Setiap warga juga berhak memperoleh
kehidupan yang layak.
Kewajiban seluruh warga negara Indonesia berdasarkan sila kedua adalah sebagai berikut:
1. Menumbuhkan sikap saling mencintai, tenggang rasa dan tidak semena-mena terhadap sesama
manusia.
2. Mengakui adanya persamaan derajat, hak dan kewajiban setiap warga negara tanpa membeda-
bedakan suku, keturunan, jenis kelamin dan lain-lain.
3. Memperlakukan setiap orang sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai ciptaan Tuhan.
4. Mengikuti kegiatan kemanusiaan

Sila Ketiga (Persatuan), Nilai yang terkandung di dalam sila ketiga adalah bangsa Indonesia tetap
bersatu meskipun suku dan agamanya berbeda-beda.
Hak seluruh warga negara berdasarkan sila ketiga ini adalah:
1. Memperkaya seni, budaya daerah dan budaya nasional.
2. Setiap warga negara memperoleh perlakuan yang sama meskipun berada jauh dari tempat tinggal
aslinya.
Ada pun kewajiban seluruh warga negara adalah:
1. Mengutamakan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi.
2. Rela berkorban demi kepentingan bangsa dan negara serta keutuhan NKRI
3. Cinta terhadap tanah air dan bangsa
4. Memupuk persatuan berdasarkan Bhinneka Tunggal Ika
5. Memajukan pergaulan untuk persatuan dan kesatuan bangsa
Sila Keempat (Kerakyatan), Sila keempat pancasila menggambarkan tentang kedaulatan rakyat dan
kekuasaaan yang dipegang oleh rakyat.
Semua jenis permasalahan diselesaikan dengan cara musyawarah.
Hak warga negara berdasarkan sila keempat adalah:
1. Rakyat bebas untuk mengemukakan pendapat yang sifatnya membangun dan bertanggungjawab.
2. Memperoleh jaminan berpolitik secara demokratis. Hal ini diwujudkan dengan adanya kebebasan
dalam berpendapat dan berorganisasi.
Kewajiban warga negara sesuai sila keempat adalah:
1. Musyawarah menjadi jalan untuk mengambil keputusan
2. Setiap orang bebas berpendapat sehingga tidak boleh memaksakan pendapat orang lain
3. Mempercayakan kepada wakil rakyat untuk melakukan musyawarah dan menjalankan tugasnya
4. Mempertimbangkan pendapat orang lain secara bijaksana
Sila Kelima (Keadilan), Bentuk nilai dari sila kelima yaitu keadilan bagi seluruh warga Indonesia.
Makna adil disini berarti adil kepada dirinya sendiri maupun kepada orang lain, mampu
menyeimbangkan hak dan kewajiban warga negara dalam pancasila dan mengapresiasi kerja keras dari
orang lain.
Ada pun hak warga negara yang tercantum di dalam sila kelima adalah:
1. Memperoleh perlakuan adil dalam semua bidang kehidupan yang mencakup bidang ekonomi, politik,
budaya dan lain-lain.
2. Seluruh warga negara memperoleh kesempatan hidup yang sama
Kewajiban warga negara yang terkandung di dalam sila kelima adalah:
1. Menumbuhkan sikap gotong royong dan kekeluargaan di lingkungan masyarakat.
2. Melatih hidup sederhana, hemat, tidak berlebihan dan tidak boros.
3. Selalu bekerja keras
4. Menghindari perilaku yang merugikan orang lain
Hak dan kewajiban warga negara dalam pancasila terkandung di dalam kelima sila, yaitu
Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan dan Keadilan.
Oleh karena itu, pancasila menjadi dasar bagi seluruh warga negara Indonesia untuk menjalankan
kehidupan sehari-hari. Tujuannya agar terwujud kehidupan yang sejahtera.
BAB III PENUTUP

Kesimpulan
Hidup dengan mengamalkan pancasila sangatla penting, Maka dari itu jangan biarkan pancasila yg udah
disusun sedemikian rupa utk meninggikan adat dan toleransi antar agama dirubah dengan seenaknya
oleh Elit” politik yang hanya mementingkan ego sendiri dan tidak mempertimbangkan dan
mendengarkan suara rakyatnya. aku bangga jd anak indonesia

Anda mungkin juga menyukai