Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

MASALAH TATA KELOLA PEMERINTAHAN

DI DAERAH SORONG SELATAN , PAPUA BARAT DAYA

DISUSUN OLEH :

SELA ULANDARI : B1B122047

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JAMNI

2023
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur atas limpahan berkat dan rahmat Nya dari Tuhan Yang Maha
Esa atas selesainya penyusunan makalah mengenai

Masalah tata Kelola pemerintahan di sorong selatan papua barat daya. Makalah ini disusun
berdasarkan sumber

dari jurnal dan web yang berhubungan dengan pemerintahan daerah. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memberikan

pemahaman dan menambah wawasan bagi orang yang membacanya.

Penulis menyadari akibat keterbatasan waktu dan pengalaman penulis,

maka tulisan ini masih banyak kekurangan. Untuk itu dengan segala kerendahan

hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua

pihak demi kesempurnaan penulisan ini.

Harapan penulis semoga tulisan yang penuh kesederhanaan ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya tentang makalah masalah tata Kelola
pemerintahan di sorong selatan papua barat daya.
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar belakang masalah


Saat ini Republik Indonesia sedang mengalamai krisis nasional dalam pengembangan
sistem penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan yang tidak
mengindahkan
prinsip-prinsip good governance. Usaha memulihkan kondisi ekonomi, sosial dan politik
salah satunya adalah dengan mengembalikan kepercayaan rakyat kepada pemerintah
dengan
mencoba mewujudkan suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa (good
governance).
Upaya ini juga didukung oleh banyak pihak baik pemerintah sendiri sebagai lembaga
eksekutif, DPR sebagai lembaga legislatif, pers dan juga oleh lembaga-lembaga swadaya
masyarakat. Perjuangan untuk melakukan reformasi di segala bidang telah membuahkan
dasar dasar di bidang manajemen pemerintahan. Salah satu daerah yang termasuk ke
dalam tata kelola pemerintahan terburuk yaitu Daerah Kabupaten Sorong Selatan,
Teminabuan, Papua
Barat. Komisi Pemberantas Korupsi (KPK) mengungkapkan tata kelola pemerintahan di
lingkup Pemkab Sorong Selatan (Sorsel), Papua Barat Daya menjadi yang terburuk kedua di
Indonesia. Hal ini menjadikan daerah ini sangat rentan dengan praktek tindak pidana
korupsi.
"Sorsel memiliki tata kelola pemerintahan yang buruk. Sorsel peringkat 541 dari 542
Pemda di Tahun 2022 dengan nilai 10 dari skala 100," ujar Kepala Satgas Koordinasi
Pencegahan Korupsi KPK Dian Patria kepada detikcom, Jumat (19/5/2023).

Tata kelola buruk terlihat dari lemahnya manajemen Aparatur Sipil Negara (ASN) dan
minimnya peran pengawas internal Pemda. Hal ini berdampak pada rentannya praktek
tindak pidana korupsi.
Tata kelola pemerintahan yang buruk juga berdampak pada pembangunan. Seperti yang
saat ini terjadi di Sorong Selatan.Jalanan dan infrastruktur publik dalam kondisi tidak layak.
Bangunan pemerintah ada yang mangkrak. Secara sosial, indeks kemiskinan dan jumlah anak
putus sekolah juga tinggi di Sorsel.
Tata kelola pemerintah yang baik (good governance) untuk masyarakat, dalam
perwujudannya harus mengikuti prinsip-prinsip dasar good governance. Pertama,
keterbukaan. Keterbukaan diperlukan untuk meyakinkan bahwa stakeholder meiliki
keyakinan dalam proses pengambilan keputusan dan tindakan yang tepat dalam instansi
pemerintah. Kedua, Integritas. Integritas mencakup dua hal pokok, yaitu kejujuran dan
kelengkapan informasi yang disampaikan kepada masyarakat terkait pengelolaan
sumber
daya dan dana. Ketiga adalah sistem akuntabilitas instansi pemerintahan (SAKIP) yang
merupakan pertanggungjawaban setiap individu ataupun organisatoris pada instansi
pemerintah kepada pihak-pihak luar yang berkepentingan atas sumber daya, dana dan seluruh
unsur kinerja yang di amanatkan kepada mereka.
1.2.Rumusan Masalah

1.3.Tujuan Masalah
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pemerintahan dan Tata Kelola Pemerintahan


Pemerintahan adalah bagian integral dari setiap sistem sosial. Ini adalah entitas yang
mengelola sumber daya dan kebijakan untuk memastikan kesejahteraan masyarakat. Tata
kelola pemerintahan, di sisi lain, merujuk pada cara pemerintahan diatur dan dijalankan.
Baik pemerintahan yang efisien dan tata kelola pemerintahan yang baik adalah kunci untuk
mencapai pembangunan yang berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat.

2.2. Tata Kelola Pemerintahan di Indonesia

Di Indonesia, tata kelola pemerintahan telah menjadi isu penting sejak reformasi tahun
1998. Reformasi ini menyaksikan perubahan signifikan dalam sistem pemerintahan, yang
bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan efisiensi dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Salah satu tonggak penting dalam reformasi pemerintahan
adalah diberlakukannya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah yang memperkuat peran dan kewenangan pemerintah daerah.

2.3. Papua Barat Daya dan Sorong Selatan


Papua Barat Daya adalah provinsi yang terletak di ujung barat pulau Papua, Indonesia.
Sorong Selatan adalah salah satu kabupaten di provinsi ini. Wilayah ini memiliki karakteristik
geografis yang unik, dengan keanekaragaman alam yang meliputi hutan hujan tropis, pantai
berpasir putih, serta berbagai suku dan budaya yang mendiami wilayah ini.

2.4. Perkembangan Tata Kelola Pemerintahan di Sorong Selatan


Sorong Selatan memiliki tantangan tersendiri dalam mengelola pemerintahan dan
pembangunan di wilayahnya. Terdapat isu-isu seperti infrastruktur yang terbatas,
kesenjangan sosial, dan perlunya pelestarian lingkungan yang memerlukan perhatian serius.
Oleh karena itu, penting untuk memahami perkembangan tata kelola pemerintahan di
Sorong Selatan, termasuk upaya-upaya yang telah dilakukan untuk meningkatkan efisiensi,
transparansi, dan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.

2.5. Peran Masyarakat dalam Tata Kelola Pemerintahan


Penting untuk membahas peran masyarakat dalam tata kelola pemerintahan di Sorong Selatan.
Keterlibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pengawasan, dan pemantauan
pemerintah dapat berkontribusi signifikan dalam meningkatkan akuntabilitas dan kualitas pelayanan
publik. Oleh karena itu, kita perlu memahami bagaimana masyarakat Sorong Selatan terlibat dalam
tata kelola pemerintahan dan apakah ada mekanisme yang mendorong partisipasi mereka.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Jika dilihat dari beberapa pendapat dapat disimpulkan bahwa upaya untuk melaksanakan
SPIP sudah baik, namun sebagai daerah yang sedang dalam upayanya untuk berkembang,
Kabupaten Sorong Selatan harus menyiapkan berbagai hal yang diperlukan. Berdasarkan
hasil wawancara dapat diketahui bahwa, dalam upaya melaksanakan SPIP Kabupaten Sorong
Selatan memiliki kendala yang dihadapi, seperti SDM dan teknologi. Sumber daya manusia
yang ada sebenarnya sudah sanggup menjalankan segala tanggung jawab maupun sistem
yang ada dalam sekertariat derah kabupaten Sorong selatan, namun sikap kurang disiplin
bagi
setiap pegawai, staff maupun pejabat merupakan kendala utama dalam melaksanakan
Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) ini. Dalam hal teknologi, Sorong Selatan merupakan
daerah pemekaran yang masih berkembang, untuk suatu jaringan internet sangatlah tidak
mudah untuk masuk kedalam sekertariat daerah Sorong Selatan jadi komunikasi terhambat
dengan mahalnya jaringan internet dan tidak secepat di pulau jawa.
Dari hasil wawancara dengan informan,dapat diketahui bahwa sejak diberlakukanya
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) semua kegiatan di sekertariat dapat
terkomunikasikan dengan lebih baik sehingga, penggelapan, pemborosan, penyalahgunaan,
dan salah kelola dapat di hindari.
Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP)
Berdasarkan evaluasi kinerja yang tertuang dalam tabel Pengukuran Kinerja Kegiatan
(PKK) pada tahun 2010 sampai 2014 sudah baik dilihat dari pencapaian target rencana yang
telah ditetapkan. Hal ini disebabkan tingkat para APFE (Aparat Pengawas Fungsioal
Pemerintah) dilingkungan sekertariat daerah yang cukup baik dalam menghadapi perubahan
yang banyak terjadi. Walaupun menghadapi kendala terbatasnya anggaran, SDM dan
teknologi informasi yang kurang memadai, apalagi di era otonomi daerah sekarang yang
banyak terjadi pemekaran satuan kerja

3.2. SARAN
a. Sikap kurang disiplin bagi setiap pegawai, staf maupun pejabat dalam menjalankan segala
tanggung jawab maupun sistem merupakan kendala utama dalam melaksanakan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) ini, Pemerintah Daerah sebaiknya memberikan
tindakan tegas ataupun sangsi bagi pegawai, staff maupun pejabat sehingga lebih
meningkatkan tanggung jawab terhadap amanah yang diberikan masyarakat.
b. kurangnya teknologi yang memadai merupakan kendala utama yang dihadapi pemerintah
dalam komunikasi antar staff dan pejabat, lebih meningkatkan kualitas teknologi dalam
pemerintahan daerah seperti internet dapat mempercepat komunikasi dari satu bagian ke
bagian lainya.
c. Lemahnya kepercayaan masyarakat terhadap aparatur negara, Sekertariat Daerah dapat
menumbuhkan kepercayaan masyarakat terhadap aparatur negara dengan menindak lanjuti
hasil audit secara tepat, tepat dan komprehensif yang dilakukan sesuai dengan
rekomendasi yang telah ditetapkan.
d. Pemerintah Daerah dapat menerapkan kebijakan yang lebih efektif lagi dalam pemberian
insentif kepada SATGAS SPIP maupun staff yang memiliki wewenang mengurusi lakip
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai