Anda di halaman 1dari 51

FLEKSIBILITAS BLUD DALAM

PENGADAAN BARANG/JASA DAN


KEWENANGAN DIREKTUR/KPA-UOBK
BERDASARKAN PP No. 72/2019

Syahrudin Hamzah

Paparan Pada Pelatihan Pengadaan Barang/Jasa BLUD, ARSADA, Jakarta, 9-11 Februari 2023
Ijin mengenalkan diri
Nama : drs. Syahrudin Hamzah, SE., MM.
Tempat/Tgl Lahir : Riau, 4 April 1960
Alamat/HP/e-mail : Solo, HP 081 129 4577, e-mail : syahrudin_hz@yahoo.co.id
Karier/Organisasi : - Direktur Keuangan RSUD dr. Moewardi Solo, Prov. Jateng (2009–2019)
- Pengurus Pusat ARSADA (Ketua Bidang Bina BLUD)
- Ketua Yayasan Damar Husada Paripurna
- Konsultan Manajemen Kesehatan IKKESINDO
Pendidikan : - S-1 Ekonomi Manajemen Perusahaan, UII Yogyakarta
- S-1 Fisipol Ilmu Pemerintahan, UGM Yogyakarta
- S-2 Magister Manajemen, UII Yogyakarta
Lainnya : - Tim Penyusun berbagai regulasi Kemendagri tentang BLUD
- Narasumber berbagai seminar/workshop nasional tentang BLUD
- Dewan Pengawas beberapa RS BLU/BLUD
- Kontributor penataan kelembagaan RSD berdasarkan PP No. 72/2019
POKOK BAHASAN

▪ PENGANTAR
▪ LANDASAN HUKUM DAN TUJUAN BLUD
▪ FLEKSIBILITAS BLUD
▪ FLEKSIBILITAS PBJ BLUD
▪ PP No. 72/2019 DAN PENGELOLAAN KEUANGAN
▪ PENUTUP
PENGANTAR
AMANAT UUD 1945
TENTANG KESEHATAN

Pasal 28 H ayat (1) :


Setiap orang ………berhak
memperoleh pelayanan
kesehatan

pasal 34 ayat (3) :


Negara bertanggungjawab
atas penyediaan fasilitas
pelayanan kesehatan
…… yang layak
TUGAS KONSTITUSIONAL
RUMAH SAKIT

MEMBUAT MASYARAKAT SEHAT


DAN PRODUKTIF
SYARAT BLUD BERJALAN SECARA
EFEKTIF DI RS

▪ PERLU MEMAHAMI REGULASI (RSD/PEMDA)


▪ PERLU PERUBAHAN MINDSET
▪ PERLU TEPAT MENERAPKAN FLEKSIBILITAS
▪ PERLU DUKUNGAN REGULASI/KEUANGAN PEMDA
LANDASAN HUKUM DAN
TUJUAN BLUD
DASAR HUKUM BLU/BLUD
▪ UU No. 1/2004 Tentang Perbendaharaan Negara
(Ps 68 dan 69);
▪ UU No. 44/2009 Tentang Rumah Sakit (Ps. 7 dan 20);
▪ UU No. 23/2014 Tentang Pemerintahan Daerah (Ps.
346);
▪ PP. No. 23/2005 diubah dengan PP No. 74/2012
Tentang PK BLU;
▪ PP No. 12/2019 Tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah (Ps 205 - 211);
▪ Permendagri No. 79/2018 Tentang Badan Layanan
Umum Daearah.
KEWAJIBAN RSD MENERAPKAN BLUD

UU No. 44/2009 TENTANG RUMAH SAKIT


Pasal 20 ayat (3) :
Rumah Sakit publik yang dikelola Pemerintah dan Pemerintah
Daerah diselenggarakan berdasarkan pengelolaan BLUatau
BLUDsesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7 ayat (3) :
Rumah Sakit yang didirikan oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah sebagaimana dimaksudpada ayat (2) harus berbentuk
Unit Pelaksana Teknis dari Instansi yang bertugas di bidang
kesehatan, Instansi tertentu, atau Lembaga Teknis Daerah
dengan pengelolaan BLU atau BLUDsesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. 1
0
TUJUAN BLUD (1)

UU No. 1 / 2004 tentang Perbendaharaan Negara


Pasal 68 :
(1) BLU dibentuk untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan
kehidupan bangsa.
(2) Kekayaan BLU merupakan kekayaan
negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola
dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk
menyelenggarakan kegiatan BLU yang
bersangkutan.
1
1
TUJUAN BLUD (2)

PP No. 23/2005 tentang BLU


Pasal 2 :
BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan
kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam
pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip
ekonomi dan produktivitas, dan penerapan praktek
bisnis yang sehat.
1
2
.
PRAKTEK BISNIS YANG SEHAT
----------------------------
Permendagri No. 79/2018, Ps. 1 point 3 :
Praktek Bisnis Yang Sehat adalah penyelenggaraan
fungsi organisasi berdasarkan kaidah-kaidah
manajemen yang baik dalam rangka pemberian
layanan yang bermutu, berkesinambungan dan berdaya
saing.

Norma bisnis :
Efektifitas, produktifitas, efisiensi, perencanaan bisnis
yang rasional dll

13
FLEKSIBILITAS
BLUD
PENGECUALIAN

PP No. 23 / 2005 (Pasal 1 Ayat 2) :


PPK-BLU, “........ sebagai pengecualian
dari ketentuan pengelolaan keuangan
negara pada umumnya”.

TIDAK TERJEBAK MEKANISME BIROKRASI/PROSEDUR KETAT

1
5
.
FLEKSIBILITAS BLUD
----------------------------
1. Penggunaan Langsung Pendapatan;
2. Penganggaran BLUD;
3. Pengadaan Barang/Jasa;
4. Tarip Pelayanan;
5. Rekrut pegawai non PNS;
6. Pinjaman dan kerjasama;
7. Menerapkan remunerasi;
8. Penggunaan sisa kas;
9. dll.
16
IMPLEMENTASI FLEKSIBILITAS
HARUS DENGAN PERKADA
1. Perkada Pedoman Penyusunan, Pengajuan,
Penetapan dan Perubahan RBA BLUD
2. Perkada Pengangkatan dan Pemberhentian Pejabat
Pengelola dan Pegawai BLUD Non PNS
3. Perkada Pengadaan barang jasa BLUD
4. Perkada Remunerasi Jasa Pelayanan BLUD
5. Perkada Sistem Akuntansi BLUD
6. Perkada Tarip Pelayanan BLUD
7. Perkada Penghapusan Piutang BLUD
8. Perkada Pengelolaan Investasi & Pinjaman BLUD
9. Perkada Pengelolaan Aset Tetap BLUD
10. .......

17
REGULASI PEMIMPIN BLUD

Dari Perkada2 tsb


ditindaklanjuti/dilengkapi dengan
berbagai regulasi Pemimpin BLUD

(SK, Peraturan, SOP, dll)

18
Fleksibilitas 1 :
PENGGUNAAN LANGSUNG PENDAPATAN (1)
UU No. 1 / 2004 tentang Perbendaharaan Negara
Pasal 68 :
(2) Kekayaan BLU merupakan kekayaan
negara/daerah yang tidak dipisahkan serta dikelola
dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk
menyelenggarakan kegiatan BLU yang
bersangkutan
Pasal 69 :
(4) Pendapatan yang diperoleh Badan Layanan
Umum sehubungan dengan jasa layanan yang
diberikan merupakan Pendapatan Negara/Daerah
(6) Pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(4)dan ayat (5) dapat digunakan langsung untuk
membiayai belanja BLU yang bersangkutan.
19
Fleksibilitas 2 :
PENGANGGARAN BLUD (1)

PP No.74/2012, Pasal 11 Ayat (3a) :


Pagu Anggaran BLU dalam RKA-K/L atau Pagu Anggaran
BLU dalam Rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
yang sumber dananya berasal dari pendapatan BLU dan
surplus anggaran BLU, dirinci dalam satu program, satu
kegiatan, satu output, dan jenis belanja.

Penjelasan :
Pendapatan BLU pada ketentuan ini meliputi seluruh
pendapatan BLU selain dari APBN/APBD. Rincian lebih
lanjut Pagu Anggaran BLU dituangkan dalam RBA.
Fleksibilitas 2 :
PENGANGGARAN BLUD (2)

UU No. 1 / 2004 tentang Perbendaharaan Negara


Pasal 14 Ayat (4) :
Pada dokumen pelaksanaan anggaran
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilampirkan
rencana kerja dan anggaran Badan Layanan
Umum dalam lingkungan kementerian negara yang
bersangkutan.
Fleksibilitas 2 :
PENGANGGARAN BLUD (3)

FLEKSIBILITAS LAINNYA DALAM


PENGELOLAAN ANGGARAN BLUD

1. Menyusun rincian anggaran sendiri di RBA;


2. Mengubah/menggeser anggaran;
3. Dapat melampaui plafon anggaran dengan
ambang batas.
Fleksibilitas 3:
TARIP PELAYANAN

PP No. 23/2005, Pasal 9 :


(3) Tarip layanan sebagaimana dimaksud ayat (2) diusulkan
oleh BLU kapada menteri/pimpinan lembaga/kepala
SKPD sesuai dengan kewenangannya

(3) Usul tarip layanan dari menteri/pimpinan


lembaga/kepala SKPD sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) selanjutnya ditetapkan oleh Menteri Keuangan/
Gubernur/Bupati/Walikota, sesuai dengan
kewenangannya
Fleksibilitas 4:
REKRUT PEGAWAI KONTRAK BLUD

PP No. 23/2005, Pasal 33 :


(1) Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri
dari PNS dan/atau tenaga profesional non PNS sesuai
dengan kebutuhan BLU.

Penjelasannya :
Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU tenaga profesional
non PNS sebagaimana dimaksud dapat dipekerjakan secara
tetap atau berdasarkan kontrak.
Fleksibilitas 5:
MELAKUKAN PINJAMAN

PP No. 23/2005, Pasal 18 :


(1) BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan
operasional dan/atau perikatan peminjaman dengan pihak
lain.
(3) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan
peminjaman jangka pendek ditujukan hanya untuk
belanja operasional.
(4) Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan
peminjaman jangka panjang ditujukan hanya untuk
belanja modal.
(7) Pembayaran kembali utang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) merupakan tanggungjawab BLU.
Fleksibilitas 6:
MENERAPKAN REMUNERASI (1)

PP No. 23/2005, Pasal 36 :


(1) Pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU
dapat diberikan remunerasi berdasarkan tingkat
tanggungjawab dan tuntutan profesionalisme yang
diperlukan.
Penjelasannya :
Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat ini adalah
imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap,
honorarium, insentif, bonus atas prestasi, pesangon dan/atau
pensiun.
Fleksibilitas 6:
MENERAPKAN REMUNERASI (2)

PP No. 23/2005, Pasal 36 :


(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan berdasarkan peraturan Menteri
Keuangan/Gubernur/Bupati/walikota atas usulan
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan
kewenangannya.
Penjelasannya :
Penetapan remunerasi dalam peraturan dimaksud harus
mempertimbangkan prinsip proporsionalitas, kesetaraan dan
kepatutan
Fleksibilitas 7 :
PENGGUNAAN SiLPA (1)

PP No. 23/2005, Pasal 29 :


Surplus anggaran BLU dapat digunakan dalam
tahun anggaran berikutnya kecuali atas perintah
Menteri Keuangan/Gubernur/ Bupati/Walikota,
sesuai dengan kewenangannya, disetorkan
sebagian atau seluruhnya ke Kas Umun
Negara/Daerah dengan mempertimbangkan
posisi likuiditas BLU
.

28
Fleksibilitas 7 :
PENGGUNAAN SiLPA (2)

Permendagri No. 79/2018, Pasal 95 :


1. SiLPA dapat digunakan dalam tahun anggaran
berikutnya, kecuali atas perintah kepala daerah
disetorkan sebagian atau seluruhnya ke kas daerah
dengan mempertimbangkan posisi likuiditas dan
rencana pengeluaran BLUD (Ayat 3)
2. Pemanfaatan SiLPA BLUD dalam anggaran tahun
berikutnya dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas (Ayat 4)
3. Pemanfaatan SiLPA BLUD dalam tahun anggaran
berikutnya yang digunakan untuk membiayai
program dan kegiatan harus melalui mekanisme
APBD (Ayat 5)
29
Fleksibilitas 7 :
PENGGUNAAN SiLPA (3)

Permendagri No. 79/2018, Pasal 95 :

4. Pemanfaatan SiLPA BLUD dalam tahun anggaran


berikutnya apabila dalam kondisi mendesak dapat
dilaksanakan mendahului perubahan APBD
(ayat 6)
5. Kriteria mendesak (Ayat 7) :
a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat
yang anggarannya belum tersedia dan/atau belum
cukup anggarannya pada tahun berjalan
b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda
akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi
pemerintah daerah dan masyarakat
30
FLEKSIBILITAS
PENGADAAN BARANG/JASA
BLUD
PENGADAAN BARABG JASA (1)
PP No. 23/2005, Pasal 20 :
(1) Pengadaan barang/jasa oleh BLUD dilakukan
berdasarkan prinsip efisiensi, dan ekonomis,
sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.
Penjelasannya :
BLU dapat dibebaskan sebagian atau seluruhnya dari
ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan
barang/jasa pemerintah bila terdapat alasan efektivitas
dan/atau efisiensi
PENGADAAN BARABG JASA (2)

PP No. 23/2005, Pasal 20 :


(2)Kewenangan pengadaan barang/jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
diselenggarakan berdasarkan jenjang
nilai yang diatur dalam peraturan Menteri
Keuangan/Gubernur/Bupati/Walikota
PENGADAAN BARABG JASA (3)

Perpres No. 16/2019, Pasal 61 :


(1) Dikecualikan dari ketentuan dalam Peraturan Presiden
ini adalah :
a. Pengadaan Barang/Jasa pada BLU
b. ……..
c. ……..
d. ……..
(2) Pengadaan Barang/Jasa pada BLU diatur tersendiri
dengan peraturan pimpinan Badan Layanan Umum.
PENGADAAN BARABG JASA (4)

Permendagri No. 79/2018, Pasal 77 :


(1)Ketentuan lebih lanjut mengenai pengadaan
barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud
pasal 76 ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala
Daerah.
PENGADAAN BARABG JASA (5)

Permendagri No. 79/2018, Pasal 77 :


(2) Peraturan Kepala Daerah sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) bertujuan untuk menjamin ketersediaan
barang dan/atau jasa yang lebih bermutu, lebih
murah, proses pengadaan yang sederhana, cepat
serta mudah menyesuaikan dengan kebutuhan untuk
mendukung kelancaran pelayanan BLUD.
PP No. 72/2019 DAN
PENGELOLAAN KEUANGAN RSD
PERUBAHAN PERANGKAT DAERAH

UU No. 32/2004 UU No. 23/2014


(tentang Pemerintahan Daerah) (tentang Pemerintahan Daerah)

❑ Sekretariat Daerah ❑ Sekretariat Daerah


❑ Sekretariat DPRD ❑ Sekretariat DPRD
❑ Dinas Daerah ❑ Inspektorat
❑ LTD (Badan, Kantor, dan ❑ Dinas
RSD) ❑ Badan
❑ Kecamatan (Kab/Kota) ❑ Kecamatan (Kab/Kota)
❑ Kelurahan (Kab/Kota
KEDUDUKAN/KELEMBAGAAN RSD MENURUT PP

PP No. 41/2007 (UU 32/2004) PP No. 18/2016 (UU 23/2014) PP No. 72/2019 (UU 23/2014)
 RSD adalah unit OBK dinkes
❑ RSD adalah Perangkat Daerah ❑ RSD adalah UPT Dinkes
❑ Orgnisasi dan jabatan (struktural), ❑ Organisasi bersifat fungsional  Otonom mengelola keuangan, BMD
eselon sesuai kelas RSD ❑ Dipimpin pejabat fungsional dan kepegawaian
❑ Direktur bertanggung jawab kepada ❑ Jabatan direktur merupakan  Bertanggungjawab kepada ka. dinkes
Kepda melalui sekda tugas tambahan melalui penyampaian 3 laporan
❑ Anggaran RSD bagian langsung ❑ Dibina dan ber tanggung jawab  Organisasi dan jabatan struktural,
APBD kepada ka. dinkes melalui eselon sesuai klasifikasi RSD
❑ Pembentukan, Susunan organisasi, penyampaian laporan kinerja RS  Direktur merupakan KPA tetapi tugas
Kedudukan, tugas pokok ditetapkan ❑ Mengenai organisasi, tata dan kewenangannya ala PA, direktur
dengan PERDA hubungan kerja dan pengelolaan juga sebagai KPB
❑ Rincian tugas, fungsi dan tata kerja keuangan RSD akan diatur lebih
 Direktur bertanggungjawab atas
diatur dengan PERKADA lanjut dengan Perpres
pelaksanaan anggaran (belanja,
pendapatan, pembiayaan)
 RKA, DPA dan LK merupakan bagian
dari RKA, DPA dan LK dinkes
 RKA dan DPA disampaikan langsung
kepada TAPD
 SOTK dengan PERKADA
KEDUDUKAN RSD MENURUT PP 72/2019

❑ Pada Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan, selain unit pelaksana teknis dinas
Daerah (provinsi/ Kab/Kota) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 terdapat rumah
sakit Daerah sebagai unit organisasi bersifat khusus yang memberikan layanan
secara profesional. (PP 72/2019, ps. 21 ayat (1), ps. 43 ayat (1)

❑ Sebagai unit organisasi bersifat khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
rumah sakit daerah (provinsi/ Kab/Kota) memiliki otonomi dalam pengelolaan keuangan
dan barang milik Daerah serta bidang kepegawaian. (PP 72/2019, ps. 21 ayat (2),
ps 43 ayat (2)

❑ RSD merupan fasilitas pelayanan kesehatan milik daerah dengan karakteristik dan
organisasi yang bersifat khusus untuk mendukung penyelenggaraan pelayanan
kesehatan daerah. (PP 72/2019, penjelasan umum)
ANGGARAN RSD DI PP 72/2019 (1)

Penjelasan ps. 21B ayat (3a) dan ps. 44A ayat (3a):

“Rencana kerja dan anggaran merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran dinas yang
menyelenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan”.

Penjelasan ps. 21B ayat (3b) dan ps. 44A ayat (3b):

“Dokumen pelaksanaan anggaran merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari dokumen pelaksanaan anggaran dinas yang menye-
lenggarakan Urusan Pemerintahan di bidang kesehatan”.
ANGGARAN RSD DI PP 72/2019 (2)

Ps. 21B ayat (4) dan Ps. 44A ayat (4) :


RKA serta DPA sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
huruf a dan huruf b disampaikan kepada TAPD Provinsi/
Kabupaten/Kota melalui PPKD untuk diverifikasi sesuai
dengan ketentuan peraturan peundang-undangan.
Ps. 21B ayat (5) dan Ps. 44A ayat (5) :
Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan ayat
(4) berlaku juga bagi RSD Provinsi/Kabupaten/Kota yang
telah menerapkan PPK-BLUD dalam menyusun RBA
PENGELOLAAN KEUANGAN RSD DI PP 72/2019
▪ Otonom dalam Perencanaan/pelaksanaan/pertanggung-
jawaban
(PP 72/2019 ps. 21B, 44A)
▪ Memiliki RKA/DPA sendiri
(PP 72/2019 ps. 21B, 44A)
▪ RKA/DPA disampaikan langsung kepada TAPD
(PP 72/2019 ps. 21B (4), 44A (4)
▪ Direktur melaksanakan Belanja sesuai DPA RSD
(PP 72/2021C (1), 44B (1)
▪ Direktur bertanggungjawab penuh atas pelaksanaan
anggaran pendapatan dan belanja
(PP 72/2019 ps. 21C (20, 44B (2)
▪ Direktur sebagai KPA dengan kewenangan seperti PA
(PP 72/2019 ps. 21B (2, 3), 44A (2, 3)
DIREKTUR SEBAGAI KPA (PP 72/2019)

❑ Kewenangan dan otoritas KPA di RSD sama dengan kewenangan


dan otoritas PA di OPD
❑ Kewenangannya penuh sejalan dengan otonomi yang dimilikinya
dalam pengelolaan keuangan (perencanaan, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban)
❑ KPA pada Unit OBK adalah unik, tidak sama dengan KPA pada UPT
(PP 72/2019 menetapkan kewenangan KPA di OBK seperti PA
pada SKPD/OPD, Jadi tidak perlu “atasan” PA lagi)

.
DIREKTUR SEBAGAI KPA (PP 72/2019)

❑ Atasan langsung KPA Unit OBK RSD adalah Kepala


Daerah
❑ Tidak ada hubungan kerja operasional antara
PA (Ka. Dinkes) dengan KPA (Direktur RSD),
bukan atasan-bawahan

.
DIREKTUR SEBAGAI KPA (PP 72/2019)

❑ Dalam melaksanakan otonomi pengelolaan (uang, BMD,


kepegawaian), Direktur ditetapkan selaku KPA dan KPB
(PP 72/2019 ps. 21B (1, 2), 44A (1, 2)
❑ Selain selaku KPA, Direktur RSD memiliki tugas dan
kewenangan : menyusun RKA, Menyusun DPA,
menandatangani SPM, mengelola utang piutang,
menyusun/menyampaikan LK, menetapkan PPTK dan
PP Keuangan, menetapkan pejabat lainnya dalam
rangka pengelolaan keuangan daerah
(PP 72/2019 ps. 21B (3), 44A (3)
.
KEKHUSUSAN RSD MENURUT PP 72/2019
1. RSD TIDAK LAGI OPD TETAPI BUKAN JUGA UPT
2. RSD BUKANLAGI OPD, TETAPI ESELEON BISA SAMA DENGAN OPD
3. RSD TIDAK LAGI OPD TETAPI PUNYA RKA/DPA SENDIRI
4. RKA/DPA BAGIAN DARI RKA DINKES, TETAPI PENGELOLAAN OTONOM
5. RKA/DPA TIDAK DISAMPAIKAN KE OPD TETAPI LANGSUNG KE TAPD
6. RSD BUKAN LAGI OPD TETAPI OTONOM MENGELOLA KEUANGAN, SDM, BMD
(PERENCANAAN SAMPAI PERTANGGUNGJAWABAN)
7. DIREKTUR RSD HANYA KPA, TETAPI KEWENANGANNYA SEPERTI PA
8. BERTANGUNGJAWAB KE OPD TETAPI HANYA DENGAN 3 LAPORAN
9. DLL

❑ ITULAH SEBABNYA KELEMBAGAAN RSD ADALAH OBK


❑ SPIRITNYA : RSD TIDAK OPD, TAPI OPERASIONALNYA HARUS TETAP ALA OPD
(SEPERTI SEBELUMNYA)

.
PENUTUP
(Kesimpulan)
KESIMPULAN

 TANTANGAN KE DEPAN BAGI RSD AKAN SEMAKIN KOMPLEKS, BLUD PERLU


DIIMPLEMENTASIKAN SECARA EFEKTIF MELALUI PEMAHAMAN TENTANG
REGULASI BLUD SECARA TEPAT DAN BENAR (PENGELOLA/PEMDA/DEWAS);
 SEMUA FLEKSIBILITAS DALAM TATA KELOLA KEUANGAN BLUD DITUJUKAN
UNTUK KEMUDAHAN MERESPON KEBUTUHAN PELAYANAN, AGAR KINERJA
MUTU DAN KINERJA LAINNYA MENINGKAT;
 PENGELOLAAN KEUANGAN BLUD PASCA PP No. 72/2019 RELATIF TIDAK
MENGALAMI PERUBAHAN, PP No. 72/2019 JUSTRU MENEGASKAN
KEMBALI OTONOMI DAN KEWENANGAN BLUD YANG SELAMA INI SUDAH
BERJALAN AGAR TIDAK MENGALAMI DEGRADASI;
 DEWAS BERPERAN SEBAGAI FASILITATOR, MEDIATOR, MOTIVATOR,
ADVOKATOR, PENGAWAL DLL UNTUK MENDORONG KEMAJUAN RSD,
PERLU SEKALI MEMAHAMI SPIRIT BLUD DAN IMPLEMENTASINYA.

49
KESIMPULAN

 TANTANGAN KE DEPAN BAGI RSD AKAN SEMAKIN KOMPLEKS, BLUD PERLU


DIIMPLEMENTASIKAN SECARA EFEKTIF MELALUI PEMAHAMAN TENTANG
REGULASI BLUD SECARA TEPAT DAN BENAR (PENGELOLA/PEMDA/DEWAS);
 SEMUA FLEKSIBILITAS DALAM TATA KELOLA KEUANGAN BLUD DITUJUKAN
UNTUK KEMUDAHAN MERESPON KEBUTUHAN PELAYANAN, AGAR KINERJA
MUTU DAN KINERJA LAINNYA MENINGKAT;
 PENGELOLAAN KEUANGAN BLUD PASCA PP No. 72/2019 RELATIF TIDAK
MENGALAMI PERUBAHAN, PP No. 72/2019 JUSTRU MENEGASKAN
KEMBALI OTONOMI DAN KEWENANGAN BLUD YANG SELAMA INI SUDAH
BERJALAN AGAR TIDAK MENGALAMI DEGRADASI
 KETERSEDIAAN BARANG DAN JASA YANG CUKUP DAN TEPAT WAKTU SANGAT PENTING
UNTUK KELANCARAN DAN MUTU PELAYANAN DI RSD, KARENA ITU METODE PENGADAAN
BARANG DAN JASA DI RSD HARUS EFISIEN, SEDERHANA, EFEKTIF, TETAPI TETAP
AKUNTABEL. NORMA PBJ BLUD PERLU DIIMPLEMENTASIKAN SECARA BENAR DAN
EFEKTIF

50
.

Terimakasih

51

Anda mungkin juga menyukai