Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH KELOMPOK 3

SKENARIO 2 BLOK VI
MATERIAL CETAK, MALAM, dan GIPSUM

 Alifiulatin Tifani Fellia (10622003)


 Alifya Rahmawati Mallanreng (10622004)
 Ghuffridah Maghfirotin Dwi A (10622024)
 Grandis Wungu Rahayu (10622025)
 Jihan Rona Widya N. (10622028)
 Jonas Loy Simanjorang (10622029)
 Kinanthi Inastiwan Putri (10622031)
 Larasati Dewi Lestari (10622032)
 Mahmud Rizal (10622034)
 Denist fathur rohmansyah (19622014)
 Dinda Avianita Algarini (10622015)

Fasilitator
Sawitri Dwi Indah Pertami, drg., M.Si.

PROGRAM STUDI S1 KEDOKTERAN GIGI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


INSTITUT ILMU KESEHATAN BHAKTI WIYATA SEMESTER 2 TAHUN AKADEMIK
2022/2023
KATA PENGANTAR

` Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
karunia–Nya dan setelah mengalami berbagai prosedur kelompok 3 telah menyelesaikan penulisan
makalah tugas tutorial pada Blok 6 Skenario 2 tentang ” MATERIAL CETAK, MALAM, dan GIPSUM”.
Dalam penyajiannya, kelompok 3 telah menyusun tiap bab dengan uraian singkat dan pembahasan
serta kesimpulan akhir.

Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah membantu
terselesaikannya tulisan ini, antara lain:
1. Sawitri Dwi Indah Pertami, drg.,M.Si selaku pembimbing/fasilitator yang dengan sabar
membimbing kami dalam proses Tutorial Blok 6 Skenario 2.
2. Teman – teman yang membantu dalam penyusunan makalah ini Kelompok 3 menyadari
makalah yang dibuat masih terdapat kekurangan.

Kami mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun agar penyusunan makalah ini menjadi
lebih baik dan lebih berguna bagi semua pihak. Semoga apa yang kami sajikan dalam tulisan ini dapat
menjadi tambahan wacana dan pengetahuan mahasiswa IIK Bhakti Wiyata serta dapat memperluas
cakrawala keilmuan khususnya di dunia kedokteran gigi.

Kediri, 15 juni 2023

PENULIS
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................... iii
BAB I
PENDAHULUAN.................................................................................................................................... 1
1.1 LATAR BELAKANG........................................................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH..................................................................................................................... 1
1.3 TUJUAN........................................................................................................................................... 1

BAB II
PEMBAHASAN....................................................................................................................................... .2
2.1.1 Definisi...........................................................................................................................................2
2.1.2 Macam dan Fungsi ...............................................................................………….............................2
2.1.3 Struktur ……………………………………..................................................................................................2
2.1.4 Sifat – Sifat ………..……….................................................................................................................2
2.1.5 macam-macam dan kegunaan disenfeksi cetakan …………………………………………………………………..2

BAB III
KERANGKA KONSEP………………………………………………………………………………………………………………………….3
3.1 Peta Konsep ……………………………………………………………………………………………………………………………….3

BAB IV
PENUTUP…………………………………………………………………………………………………………………………………………4
4.1 Kesimpulan ……………………………………………………………………………………………………………………………….4

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………………………………………………..5


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Dalam bidang kedokteran gigi, bentuk tiruan dari jaringan keras dan jaringan lunak
rongga mulut digunakan dalam menentukan diagnosis dan perawatan gigi dan mulut. Bentuk
tiruan ini biasanya disebut model studi, cetakan, atau die. Masing-masing dibuat untuk tujuan
yang berbeda. Model studi dibuat dalam rangka mengamati dan mempelajari struktur rongga
mulut pasien, contohnya orthodontist biasanya menggunakan model studi untuk mengevaluasi
perkembangan suatu perawatan ortho. Cetakan sering disebut dengan model kerja, contohnya
orthodontist biasanya menggunakan model kerja untuk membuat retainer setelah perawatan ortho.
Die adalah bentuk tiruan dari sebuah gigi, biasanya digunakan dalam pembuatan mahkota
berbahan metal atau inlay (Powers, 2008). Pembuatan model studi, model kerja, dan die selalu
diawali dengan mencetak jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut dengan menggunakan
bahan cetak. Tingkat keakuratan hasil.

1.2 RUMUSAN MASALAH


1. Apakah jenis/tipe gipsum yang berbeda berpengaruh pada kemampuan material cetak
untuk menampilkan detail gigi secara akurat?

1.3 TUJUAN
1. Menjelaskan macam-macam bahan cetak dan malam yang dipakai di kedokteran gigi
2. Menjelaskan macam-macam gips yang dipakai di kedokteran gigi
3. Menjelaskan struktur, sifat mekanis, fisis, biologis bahan cetak, dan malam yang
dipakai di kedokteran gigi.
4. Menjelaskan struktur, sifat mekanis, fisis, biologis gips yang dipakai di kedokteran
gigi
5. Menjelaskan pemakaian dan pengaplikasian bahan cetak, malam, dan gips yang
dipakai di kedokteran gigi
6. Menjelaskan macam-macam dan kegunaan dari disinfeksi cetakan
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Bahan atau materi cetak ( gypsum dan malam )

2.1.1 Definisi

Bahan cetak adalah suatu bahan yang digunakan dalam prosedur kedokteran gigi untuk
menghasilkan replika negatif dari gigi, jaringan sekitarnya, dan lengkung gigi pasien dengan
tepat. Replika positif terbentuk dari gips yang dihasilkan ke dalam replika negatif atau
cetakan . Terdapat berbagai macam bahan cetak yang dapat digunakan dalam bidang
kedokteran gigi dan secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu bahan
cetak non-elastis dan elastis. Bahan cetak non-elastis tidak dapat digunakan untuk perawatan
dengan gigi tiruan cekat karena ketidak mampuan bahan cetak tersebut untuk merekam area
margin dan undercut secara akurat. Oleh karena itu, bahan cetak yang digunakan untuk
perawatan dengan gigi tiruan cekat harus merupakan bahan cetak yang elastis .
(Poltekkes Tanjungkarang,2021)

2.1.2 Macam- macam dan fungsi

 Gypsum
1. Impression Plaster (Tipe I)
Gips tipe I memiliki kalsium sulfat
hemihidrat terkalsinasi sebagai bahan
utamanya dan ditambahkan zat
tambahan untuk mengatur waktu
pengerasan dan ekspansi pengerasan.
Gips ini digunakan untuk mencetak
daerah edentulus, tetapi gips tipe ini
jarang digunakan untuk mencetak
dalam bidang kedokteran gigi karena
telah digantikan oleh bahan yang tidak
terlalu kaku seperti hidrokoloid dan elastomer.

2. Model Plaster (Tipe II)


Gips tipe II terdiri dari kalsium
sulfat terkalsinasi/β-hemihidrat sebagai
bahan utamanya dan zat tambahan
untuk mengontrol setting time. Pada
masa sekarang, gips tipe II digunakan
terutama untuk pengisian kuvet dalam
pembuatan gigi tiruan dimana
ekspansi pengerasan tidak begitu
penting dan kekuatan yang dibutuhkan
cukup, sesuai batasan yang
disebutkan dalam spesifikasi ADA/Standart ISO. Selain itu, gips tipe II dapat
digunakan sebagai model studi dan penanaman model di artikulator.
3. Dental Stone (Tipe III)
Gips tipe III terdiri dari hidrokal/α-
hemihidrat dan zat tambahan untuk
mengontrol setting time, serta zat
pewarna untuk membedakannya
dengan bahan dari plaster yang
umumnya berwarna putih. Gips tipe III
memiliki kekuatan yang lebih besar
dibanding tipe II sehingga gips tipe ini
ideal digunakan untuk membuat model
kerja gigi tiruan yang memerlukan
kekuatan dan ketahanan abrasi yang tinggi.

4. Dental Stone, High Strength (Tipe IV)


Gips tipe IV terdiri dari partikel
yang memiliki bentuk partikel kuboidal
dengan daerah permukaan yang lebih
kecil sehingga partikelnya paling padat
dan halus bila dibandingkan dengan β-
hemihidrat dan α-hemihidrat. Gips tipe
IV sering dikenal sebagai die stone
karena gips tipe IV ini sangat cocok
digunakan untuk membuat pola malam
dari suatu restorasi, umumnya digunakan sebagai dai pada inlay, mahkota dan
gigi tiruan jembatan.

5. Dental Stone, High Strength-High Expansion (Tipe V)


Adanya penambahan terbaru
bahan gips pada klasifikasi ADA
dikarenakan terdapat kebutuhan
dental stone yang memiliki kekuatan
dan ekspansi lebih tinggi. Pembuatan
gips tipe V sama seperti gips tipe IV
namun gips tipe V memiliki
kandungan garam lebih sedikit untuk
meningkatkan setting ekspansinya.
Gips tipe V umumnya digunakan sebagai die untuk mengimbangi pengerutan
casting logam pada saat pendinginan setelah pemanasan pada suhu tinggi.

 Malam atau dental wax


Wax merupakan salah satu bahan termoplastik yang terdiri dari
berbagai bahan organis dan bahan alami sehingga membuatnya sebagai bahan
dengan sifat-sifat yang sangat berguna. Konstitusi dasar malam yang
dipergunakan di kedokteran Gigi berasal dari tiga sumber utama, yaitu :

1. Mineral, Wax yang berasal dari bahan mineral diantaranya adalah paraffin wax
dan microcrystallin wax yang diperoleh dari hasil residu petroleum melalui proses
destilasi. Contoh : Paraffin wax akan mencair pada suhu 48-70°C dan memiliki
rantai hidrokarbon yang lurus, sedangkan microcrystallin wax akan mencair pada
suhu 65-90°C dan memiliki rantai hidrokarbon yang bercabang. contoh :Paraffin
wax memiliki sifat mudah pecah dan microcrystallin wax memiliki sifat yang
Iebih fleksibel dan kuat.
2. Wax yang berasal dari serangga (hewani) adalah beeswax.
Contoh : Beeswax akan mencair pada suhu 84-91°C dan memiliki sifat yang
mudah pecah pada temperatur kamar, tetapi mudah dibentuk pada temperatur
tubuh.
3. Wax yang berasal dari sayur-sayuran (tumbuh-tumbuhan) adalah carnauba wax,
candelilla wax, resin, dan getah. Carnauba wax akan mencair pada suhu 84-91°C.
Candelilla wax akan mencair pada suhu 68-75°C. Candelilla wax digunakan
terutama untuk memperkeras paraffin wax dengan jalan menambahkannya ke
dalam parrafin wax.

Ada beberapa jenis malam berdasarkan penggunaannya, antara lain :

 Malam model : Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk keperluan


membuat pola dan untuk pencatatan relasi rahang dalam bentuk gigi tiruan.
Malam model yang digunakan untuk keperluan klinik hendaknya tidak
mengalami perubahan dimensi ketika dipanaskan pada suhu mulut dan
didinginkan pada suhu kamar.
 Malam lembaran tuang : Malam jenis ini tersedia dalam bentuk lembaran
dengan ketebalan tertentu. Bahan malam tuang dan komponen polimer harus
dibakar habis dari bumbung tuang tanpa meninggalkan residu.
 Malam inlay : Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk pembuatan pola
inlay, yang dapat dipergunakan langsung di dalam mulut atau dengan model.
 Carding dan Boxing wax : Malam jenis ini banyak dipergunakan untuk
melekatkan gigi tiruan pada tempatnya dan untuk membuat dinding batas
cetakan sebelum dilakukan pengisian.
 Malam perekat/sticky wax : Malam jenis ini berbentuk batang yang mudah
patah/brittle, warna kuning, terbuat dari beeswax dan beberapa resin alami.
Bahan ini hendaknya mudah dilepas dengan air mendidih dan memiliki
kontraksi minimal sewaktu pendinginan untuk mencegah bergeraknya bagian-
bagian yang hendak disambung.
 Malam cetak : Malam jenis ini dipergunakan untuk mencetak rahang yang
tidak bergigi. Malam ini menunjukkan derajat aliran yang tinggi pada suhu
mulut.

2.1.3 STRUKTUR

 Bahan gypsum yang umum digunakan adalah kalsium sulfat hemihidrat


(CaSO4 ·1/2H2O), yang juga dikenal sebagai gipsum tipe II atau gipsum alfa.
Struktur bahan gypsum terdiri dari kristal-kristal yang padat dan teratur. Kristal-kristal
ini memiliki bentuk heksagonal dan tersusun rapat satu sama lain. Ketika gypsum
dicampur dengan air, kristal-kristal ini mengalami hidrasi dan membentuk gipsum
hemihidrat.
Gipsum hemihidrat memiliki struktur kristal yang padat dan kuat. Kristal-kristal ini
saling terkait dan membentuk jaringan yang kokoh. Struktur ini memberikan sifat
mekanis yang baik pada bahan gypsum, seperti kekuatan kompresi dan ketahanan
terhadap deformasi.

 Wax atau malam adalah suatu campuran dari beberapa macam bahan organik
dengan berat molekul dan kekuatan rendah serta mempunyai sifat thermoplastik.
Pertama kali digunakan di bidang KG sekitar abad 18 untuk pencatatan cetakan
rahang tak bergigi. Konstitusi dasar malam yang dipergunakan di kedokteran Gigi
berasal dari tiga sumber utama, yaitu :

1. Mineral, seperti malam paraffin


2. Serangga, seperti malam beeswax
3. Tumbuhan, seperti malam ceresin dan carnauba

 Paraffin wax
• Tipe : mineral
• Struktur : rantai lurus hidrokarbon dengan kristal
berbentuk plat jarum, lunak pada suhu 37-55C, cair pada suhu 48-70C,
• Tidak memperlihatkan permukaan yang licin dan mengkilap

 Microcrystalline wax
• Tipe : mineral
• Struktur: rantai polykristal hydrocarbon yang bercabang
ngan kristal yang lebih halus
Carnauba wax
• Tipe : tumbuhan
• Struktur: lunak pada suhu 80C, cair pada suhu 84C Berwarna hijau atau kuning,
keras dan kuat.

 Candellila wax
• Tipe : tumbuhan
• Struktur : lunak pada suhu 63-68C, lebih keras dari arnauba
wax, berwarna coklat muda
Bee’s wax
• Tipe : serangga
• Struktur : terdiri dari sebagian kristalin natural
polyester

2.1.4 Sifat-sifat (mekanis,fisis,biologis)


 (MALAM)

 Sifat Fisis
Malam dental / dental wax memiliki *Sifat fisis* yaitu :

1. Teimperatur peralihan solid


Wax memiliki temperatur yang cukup tinggi di atas 37 derajat celcius. Selama
terjadinya
perubahan dari satu laticce ke tipe laticce yang lain wax dapat dimanipulasi dengan
baik
tanpa adanya kerusakan pada tekanan yang berlebih selain itu digunakan untuk
menentukan
berbagai sifat-sifat dan keselarasannya untuk berbagai prosedur klinis di
laboratorium.
2. Termal ekspansi dan kontraksi
Wax dan komponen-komponennya memiliki koefisien ekspansi terbesar diantara
material-
material lain yang digunakan di bidang kedokteran gigi. Wax akan memuai pada
saat
mengalami kenaikan temperatur dan mengalami kontraksi saat temperatur
diturunkan.

3. Daya alir (flow)


Daya alir wax tidak diperlukan pada temperatur kamar dan mulut, karena akan
menyebabka
kerusakan pada wax. Namun pada saat pembentukan wax temperatur kamar
sangat
diperlukan untuk membengkokkan dan melipat wax saat manipulasi.

4. Tekanan interna
Wax memiliki sifat termal konduksi yang rendah sehingga sulit untuk mencapai
panas yang
seragam. Jika wax dibentuk atau diadaptasikan ke suatu bentuk tanpa panas yang
cukup
sampai temperatur peralihan ke solid, maka wax akan mengalami tekanan yang
sangat kuat.

5. Sifat mudah pecah (Brittleness)


Pada beberapa dental wax, seperti inlay wax kekerasan sangatlah diperlukan agar
inlay wax
dapat dicarving beberapa kali sesuai dengan keinginan tanpa mengalami patah
(Jamilah,
2009)

 sifat mekanis
Sifat mekanis wax (malam)
Memiliki kekuatan tekanan kompresi, memiliki batas yang proporsional
karena dari beberapa macam malam kedokteran gigi ini tidak semua tekanan
kompresinya sama Modulus elastisitasnya rendah Tergantung (dipengaruhi) oleh
suhu atau temperature, seiring dengan penambahan temperature pada saat
terkena panas maka sifat mekaniknya akan menurun. Ibaratnya malam yang tadi
keras dipanasi dengan api akan melting sifat mekanisnya turun, yang tadinya saat
beku memiliki sifat mekanik berupa compressive strenght pada saat cair jadi
berkurang tidak memiliki sifat tersebut.
 Kandungan organik pada malam (kandungan utama) yaitu hidrokarbonat dan
bee's wax (terdapat dari serangga)
 Ada beberapa malam yang tidak mengandung alkohol atau asam

 sifat biologis

a. Tidak mengandung racun, tidak hanya untuk pasien tetapi untuk


operator/perawat Gigi dan dokter Gigi.
b. Tidak mengiritasi rongga mulut dan jaringan sekitarnya
c. Tidak menghasilkan reaksi alergi
d. Tidak carcinogen
 ( GYPSUM )

 sifat fisis gypsum


1. Waktu Pengerasan: Gipsum digunakan dalam bentuk bubuk yang dicampur
dengan air untuk membentuk massa kerja. Setelah dicampur, gipsum akan
mengalami proses pengerasan. Waktu pengerasan gipsum bervariasi tergantung
pada jenis dan merek yang digunakan.
2. Ketahanan Terhadap Retak: Gipsum kedokteran gigi biasanya memiliki
ketahanan yang baik terhadap retak. Ini penting agar model atau cetakan gigi
tetap utuh dan tidak mengalami retakan selama proses pembuatan atau
penggunaan.
3. kelarutan: Gipsum memiliki kelarutan dalam air. Namun, setelah gipsum
mengeras sepenuhnya, kekerasan dan kestabilannya terhadap air membuatnya
tahan terhadap larutan air atau kelembaban dalam jangka waktu yang lama.

 sifat biologis gypsum

1. tidak menyebabkan iritasi atau kerusakan jaringan saat digunakan dalam kontak
langsung dengan gigi atau jaringan mulut.
2. Potensi Reaksi Alergi,, ada kemungkinan potensi reaksi alergi terhadap gipsum.
Penting bagi dokter gigi untuk menanyakan tentang riwayat alergi pasien sebelum
menggunakan gipsum.
3. Gipsum tidak menyebabkan iritasi atau luka pada jaringan lunak seperti gusi atau
bibir. Namun, pemilihan jenis gipsum sangat penting untuk meminimalkan risiko
iritasi.

 sifat mekanis gypsum


sifat mekanis berupa kekuatan tekan yang baik. Kekuatan tekan
menggambarkan kemampuan suatu material untuk menahan fraktur.Beberapa faktor
yang mempengaruhi kekuatan tekan material gipsum adalah bentuk dan porusitas
partikel, rasio air dan bubuk, efek manipulasi, kandungan air,
penambahan zat aditif, suhu dan kelembaban. Pengukuran kekuatan tekan
dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan Universal Testing Machine.

2.1.5 pemakaian dan pengaplikasian

 ( DENTAL WAX )

Dental wax (lilin gigi) digunakan dalam berbagai aplikasi dalam kedokteran gigi. Berikut ini
adalah beberapa pemakaian dan pengaplikasian dental wax dalam kedokteran gigi:

 Pembuatan Perangkat Ortodontik: Dental wax digunakan untuk membentuk


pelindung gigi (wax bite), yang ditempatkan di antara gigi untuk melindungi jaringan
mulut dari iritasi atau cedera selama perawatan ortodontik. Dental wax juga
digunakan untuk membentuk lempeng perangkat ortodontik dan penyesuaian tempat
di sekitar gigi yang tajam atau kasar.
 Pencetakan Sementara: Dental wax dapat digunakan sebagai bahan pencetakan
sementara untuk penggantian gigi yang hilang atau dalam pembuatan mahkota
sementara. Dental wax membantu dalam merekam bentuk dan kontur gigi pasien
dengan presisi.
 Penyesuaian Oklusal: Dental wax digunakan untuk melakukan penyesuaian oklusal
(oklusal adjustment) pada mahkota gigi atau perangkat protetik lainnya. Wax dapat
ditempatkan dan dibentuk untuk menyamakan oklusi pasien dengan cara yang tepat.
 Pelindung Jaringan Lunak: Dental wax digunakan sebagai pelindung jaringan lunak,
seperti bibir atau pipi, dari goresan atau iritasi selama perawatan ortodontik atau
penggunaan gigi palsu.

 ( Gypsum )

1. Pembuatan Cetakan Gigi: Gipsum digunakan untuk membuat cetakan gigi


yang presisi untuk berbagai keperluan diagnostik dan perawatan gigi. Cetakan gigi ini
mencakup cetakan lengkap gigi, cetakan sebagian gigi, dan cetakan untuk
pembuatan gigitan. Gipsum dicampur dengan air untuk membentuk massa yang
kemudian dituangkan ke dalam cetakan mulut pasien. Setelah pengerasan, cetakan
gigi akan digunakan sebagai referensi dalam pembuatan perangkat protetik seperti
mahkota, jembatan, atau gigi palsu.

2. Pembuatan Model Gigi: Gipsum digunakan untuk membuat model gigi yang
merupakan replika presisi dari struktur gigi pasien. Model gigi ini digunakan dalam
perencanaan perawatan ortodontik, perawatan restorasi gigi, atau untuk tujuan
pendidikan. Model gigi dapat dibuat dengan menggunakan cetakan yang diambil dari
mulut pasien dan kemudian dituangkan dengan gipsum. Model ini memungkinkan
dokter gigi untuk mengkaji struktur gigi, mengukur ruang antar gigi, dan
merencanakan prosedur perawatan yang lebih baik.

3. Pembuatan Gips Teknis: Gipsum juga digunakan untuk pembuatan gips


teknis yang digunakan dalam laboratorium gigi. Gips ini digunakan dalam berbagai
tahap pembuatan protesis gigi seperti pembuatan model master, pembuatan model
kerangka logam, atau pembuatan model uji coba. Gips teknis juga digunakan dalam
proses pemolesan dan penghalusan permukaan restorasi gigi sebelum pemasangan
akhir

2.1.6 macam-macam dan kegunaan disinfeksi cetakan

Macam disinfektan cetakan


Segera setelah
pengambilan cetakan,
pembersihan cetakan biasanya
dilakukan dengan mencucinya
dengan air mengalir untuk
menghilangkan air liur atau
darah yang menempel pada
cetakan. Namun, tidak semua
bakteri, virus, atau jamur dapat
dihilangkan dengan cara ini. Untuk menghilangkan bakteri, virus atau jamur ini hasil
cetakan perlu didesinfeksi dengan bahan anti-mikroba yang dikenal dengan sebutan
desinfektan. Desinfektan yang sering dipergunakan dalam mendesinfeksi hasil
cetakan.berupa klorin kompon, iodofor, glutaraldehid dan fenol. Beberapa bahan
desinfektan berupa cairan kimia sudah banyak dipergunakan untuk mendesinfekasi
hasil cetakan seperti klorin kompon, lodofor, glutaraldehid dan fenol. Penggunaan
desinfektan ini disesuaikan dengan bahan cetak yang akan didesinfeksi. Untuk
cetakan alginat direkomendasikan untuk mempergunakan klorin kompon atau lodofor.
Untuk bahan cetak polisulfid dan silicon dipergunakan glutardehid, klorin kompon,
iodofor atau fenol. Untuk polleter Perubahan dimensi hasil cetakan oleh dipergunakan
klorin kompon atau indofor prosedur desinfeksi sedang untuk bahan cetak seng oksid
egenol dipergunakan glutardehid atau iodofor. Bahan cetak kompon didesinfeksi
dengan jodofor atau klorin kompon.
BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1 DENTAL GYPSUM

Pembuatan Cetak Gigi Pasien

Tipe I: Tipe II: Tipe III: Tipe IV: Tipe V:


Impression Model plaster Hard stone Extra Hard Extra Hard-High
plesster

Clinical Material Laboratory Material

Alginate (Model Studi) Estomer (model kerja)

1. Mixing time
2. Working time
3. Setting time

Cetakan Detaiil Gigi Secara Akurat


BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Setiap tipe gypsum memiliki karakteritik dan tingkat expansi yang berbeda
beda. Setiap macam tipenya memiliki fungsi yang berbeda beda pula, sebagai dokter
gigi kita harus mengetahui masing masing fungsi gypsum tersebut agar dapat
menampilkan detail gigi secara akurat.
DAFTAR PUSTAKA

Anusavice KJ. Phillip’s buku ajar ilmu bahan kedokteran gigi. ed 10. Alih bahasa : Budiman JA, Purwoko S.
Jakarta: EGC; 2004.

Desak Nyoman. 2020. DENTAL WAX MACAM DAN PENGGUNAANNYA DALAM BIDANG
KEDOKTERAN GIGI. junal universitas udayana.

(Naini, A., & Rachmawati, D. (2010). Composition analysis of calcium and sulfur on gypsum at the Puger District
Jember Regency as an alternative gypsum dental material. Dentika Dental Journal, 15(2), 179–183.

jurnal yang berjudul DENTAL WAX MACAM DAN PENGGUNAANNYA DALAM BIDANG KEDOKTERAN GIGI.
pada tahun 2018. oleh Drg. Desak Nyoman Ari Susant. FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
BALI

Manurung, M. E., & Dahar, E. (2019). PENGARUH PERENDAMAN MODEL GIPSUM TIPE III DALAM LARUTAN
DESINFEKTAN TERHADAP JUMLAH Pseudomonas aeruginosa. Journal of Syiah Kuala Dentistry Society, 4(2), 6-11.

Winandari, N.P., Octarina., Budiman, J.A. (2020). Perbandingan Kekuatan Tekan Gipsum Bangunan,Dental
Plaster Dan Orthodontic Plaster. JKGT VOL.2, NOMOR 1, JULY (2020) 5-7

Anusavice KJ, Shen C, Rawls HR. Phillips' Science of Dental Materials. 12th ed. St Louis: Saunders, 2013; 166,
171-5
Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai