Anda di halaman 1dari 1

JIKIL

Adalah driji sikil atau jari kaki. Apa sih gunanya jikil, kenapa sih kalau jikil menderita sang pemilik
tidak sekhawatir sakit mata misalnya, jantung, paru, ataupun organ yang lainnya…??? Kenapa sih jikil hanya
diremehkan jika tersandung masalah…??? Kenapa sih orang lebih suka memberi pujian jitang / driji tangan
daripada jikil…??? Kenapa sih orang tidak seberapa mempersoalkan jika jikil bunteg, nggundeg, mlunthen,
bujel, bengkok, bahkan keating sekalipun…??? Malahan biasanya akan selalu dibungkus agar tidak bisa
terekspose…

Padahal kalau tidak punya jikil pasti jalannya akan dhiglagh dhiglugh, hoyag hayig, atau pincang. Atau jikilnya
canthengen satu aja sudah tentu jalannya tidak nyaman dan tidak indah. Itulah mungkin nasibnya si jikil.

Apa korelasinya dengan keseharian kita..?? Jikil identik dengan kita orang orang kecil yang seakan akan
tidak memberikan kontribusi apa apa di habitat kita. Ada dan tiadanya seolah tidak memberikan pengaruh
apa apa. Namun apa lantas boleh disepelekan dan tidak mendapatkan perhatian sama sekali oleh sang
kepala…???Tentu tidak. Seharusnya kalau kita mau memperhatikan jika satu jikil saja ada yang kesandung,
tanpa diminta mata bisa mengeluarkan air tanda empati, mulut langsung bereaksi “aduh” tangan langsung
ikut memegangi, kaki yang lain langsung mengambil alih tugas kaki yg kesandung dengan engkle, mata secara
otomatis melihat si jikil, betapa indahnya kekompakan dan kebersamaan yang dicontohkan anggota tubuh kita.
Seperti inilah yang seharusnya ditiru di habitat kita.

Bukannya seperti sekarang ini, jikil kita mau kesandung, mau buntung, kepala dan empat indera di
dalamnya tidak mau tahu. Contoh sederhana, sering kita melihat jika orang besar sakit atau susah berbondong2
orang untuk menjenguk dan menghiburnya, tapi kalau orang kecil yang terkena musibah paling2 hanya
beberapa gelintir orang yang mau mengunjunginya itupun rekan kerja yang selevel saja. Jika si jikil sudah
tidak muda lagi segera terbentuk oponi “Karyawan yang tidak produktif” dan membebani. Kalau sudah tidak
produktif trus diapakan…??? tentu semua tahu. Dan masih banyak lagi penderitaan yang dirasa jikil dalam
hidupnya, namun sang kepala paling hanya geleng2 saja.

Alangkah indahnya jika kepala beserta jajaran inderanya sigap dan tanggap untuk cepat menanggulangi
sandungan demi sandungan yang dialami jikil. Kepala seharusnya tidak hanya menerima laporan dari mulut
yang didalamnya terdapat lidah yang punya hoby menjilat sana sini demi kedudukan dan jabatan.

Semoga pimpinan kita terinspirasi indahnya kebersamaan dan kekompakan anggota tubuhnya sendiri.
Hidup jikil…..!!!

Salam inspirasi

Anda mungkin juga menyukai