Bab I: Pendahuluan
Bab I: Pendahuluan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Makalah ini dibuat berdasarkan niat dan sesuai dengan kondisi serta keadaaan
dalam kehidupan sekitar. Dimana telah kita ketahui bahwa zaman modern ini mahluk
hidup khususnya manusia telah mempelajari berbagai macam ilmu pengetahuan alam.
Akan tetapi pada tahap pembelajarannya manusia selalu mendapatkan masalah dan
perbedaan pendapat mengenai sesuatu yang ditelitinya. dalam hal ini adalah meneliti
Asal usul kehidupan yang menjadi permasalahan dari sejak berabad-abad tahun
yang lalu sampai sekarang. Karena pada umumnya biologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang alam dan mahluk hidup yang ada disekitarnya.
Oleh karena itu, melalui makalah ini penulis ingin menjelaskan dan
menyampaikan beberapa pendapat para ahli mengenai asal usul kehidupan itu sendiri.
Selain itu penulis juga ingin memperdalam tentang ilmu pengetahuan dimana telah
diketahui bahwa ilmu pengetahuan adalah suatu ilmu yang mampu dibuktikan
kebenarannya melalui metode ilmiah dalam hal ini adalah praktikum biologi umum
itu sendiri.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori Terbentuknya Bumi
1. Teori Kabut
Teori Big Bang (ledakan hebat) menyatakan bahwa sekitar 15 milyar tahun
yang lalu, semua materi di angkasa menyatu dan memadat (berkondensasi)
membentuk satu bentukan yang mengecil. Selanjutnya, massa padat yang
menngecil ini meledak dengan ledakan yang hebat. Debu dan gas-gas hasil
ledakan membentuk bintang-bintang generasi baru. Saat inilah diperkirakan awal
terbentuknya alam semesta. Bumi terbentuk sekitar 5 milyaran tahun yang lalu
dan makhluk hidup muncul pertama di bumi sekitar 1 milyar tahun kemudian.
1. Teori Abiogenesis
2
Misalnya cacing dari tanah, ikan dari lumpur, dan sebagainya. Teori ini dianut
oleh banyak orang selama beberapa abad.
a. Aristoteles
Pada tahun 384-322 SM, seorang filsuf dan tokoh ilmu pengetahuan
Yunani Kuno yang bernama Aristoteles. Menurut teori yang dikemukakan
nya, makhluk hidup berasal dari benda tak hidup. Sebenarnya dia mengetahui
bahwa telur-telur ikan yang menetas akan menjadi ikan yang sifatnya sama
seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan hasil perkawinan dari
induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan bahwa ada ikan
yang berasal dari lumpur.
3
Pada pertengahan abad ke-17, dimana Antonie Van Leeuwenhoek
menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati
makhluk-makhluk aneh yang amat kecil yang terdapat pada setetes air
rendaman jerami. Oleh para pendukung paham abiogenesis, hasil
pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat
pendapat mereka tentang abiogenesis. Hasil pengamatan Anthoni ditulisnya
dalam sebuah catatan ilmiah yang diberi judul “Living in a drop of water“.
c. John Needham
2. Teori Biogenesis
Orang Yunani kuno percaya bahwa benda hidup dapat secara spontan
muncul dari benda mati, bahwa dewi Gaia dapat membuat kehidupan muncul dari
batu-batu. Tetapi, Aristoteles mengemukakan bahwa suatu makhluk hidup dapat
berasal dari organisme yang sama sekali berbeda atau dari tanah. Variasi konsep
pembentukan spontan (spontaneous generation) masih ada sampai akhir abad ke-
17, tetapi menjelang akhir abad tersebut, sejumlah observasi dan argumen yang
menentang pandangan tersebut mulai terbentuk. Kemajuan sains ini mendapat
tantangan keras terutama oleh mereka yang masih percaya pada teori abiogenesis
sehingga muncul lah teori biogenesis.
4
oleh Louis Pasteur, observasi bahwa benda hidup hanya dapat dihasilkan dari
benda hidup yang lain, dengan reproduksi (misalnya lalat bertelur, yang menetas
menjadi lalat-lalat). Jadi, kehidupan tidak dihasilkan dari benda mati. Hal ini
disarikan dengan frasa bahasa Latin Omne vivum ex vivo, yang artinya "semua
kehidupan berasal dari kehidupan." Pernyataan yang serupa adalah Omnis cellula
e cellula, "semua sel berasal dari sel;" observasi ini merupakan pernyataan sentral
"teori sel". Juga "Omne vivum ex ovo, omne ovum ex vivo" ("semua kehidupan
berasal dari telur, semua telur berasal dari kehidupan").
a. Francesco Redi
Pada tahun 1668, seorang dokter Italia yang bernama Francesco Redi
melakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa ulat tidak muncul dari
daging yang membusuk melainkan dari telur lalat.
Pada percobaannya, Francesco Redi menggunakan 2 buah toples yang
berisi daging. Toples pertama diisi daging dan ditutup dengan rapat. Toples
kedua diisi dengan daging dan dibiarkan tebuka. Setelah didiamkan beberapa
hari, daging pada toples pertama tidak mengandung ulat. Sebaliknya pada
toples kedua dagingnya mengandung ulat. Dari percobaan tersebut,
Francesco Redi menyimpulkan bahwa ulat yang terdapat pada toples kedua
berasal dari lalat. Lalat yang hinggap pada daging tersebut bertelur, dan
telurnya tersimpan dalam daging tersebut kemudian menetas dan menjadi
ulat atau belatung.
b. Lazarro Spallanzani
Penelitian mengenai biogenesis juga dilakukan oleh pendeta
berkebangsaan Italia, Lazarro spallanzani. Pada tahun 1765, Ia mencoba
membuktikan bahwa mikroorganisme yang ditemukan oleh John Needham
tidak muncul dengan sendirinya. Lazarro spallanzani melakukan percobaan
5
dengan dua buah kaldu yang berisi air kaldu nutrien yang dipanaskan. Labu
̊
pertama diisi air kaldu nutrien, yang dipanaskan hingga suhu mencapai 15 C
dan dibiarkan terbuka. Labu kedua diisi air nutrien kemudian dipanaskan
c. Loius Pasteur
Orang yang memperkuat teori Biogenesis dan menumbangkan teori
Abiogenesis hingga tak tersanggahkan lagi adalah Louis Pasteur (1822 -
1895) seorang ahli biokimia berkebangsaan Perancis. Pasteur melakukan
percobaan penyempurnaan dari percobaan yang dilakukan Spallanzani.Pada
percobaannya, Pasteur menggunakan air kaldu dan tabung berleher angsa.
Percobaannya adalah sebagai berikut:
6
1. Air kaldu dimasukkan ke labu berleher angsa. Labu ini digunakan
dengan tujuan untuk menjaga adanya hubungan antara labu dengan
udara luar. Selanjutnya, labu dipanaskan untuk mensterilkan air kaldu
dari mikroorganisme.
2. Setelah dingin, labu ditempatkan pada tempat yang aman. Karena bentuk
pipa seperti angsa, udara dari luar dapat masuk ke dalam labu dan
menempel di dasar lehernya. Sehingga udara yang masuk ke dalam labu
adalah udara yang steril. Jadi, dalam percobaan ini masih ada daya hidup
seperti yang dipersoalkan penganut paham Abiogenesis. Setelah
dibiarkan beberapa hari, air kaldu tetap jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme.
3. Labu yang berisi air kaldu jernih, kemudian dipecahkan lehernya
sehingga air kaldu bersentuhan dengan udara luar secara langsung.
Setelah beberapa hari dibiarkan, air kaldu menjadi busuk dan banyak
mengandung mikroorganisme. Kesimpulan percobaan Pasteur adalah
mikroorganisme yang ada pada air kaldu bukan berasal dari cairan
(benda tak hidup), melainkan dari mikroorganisme yang terdapat di
udara. Mikroorganisme yang ada di udara masuk ke dalam labu
bersama-sama dengan debu.
7
c) Omne vivum ex vivo, artinya setiap makhluk hidup berasal dari
makhluk hidup juga.
supranatural (gaib) pada saat yang istimewa. Teori ini dikenal dengan nama
Teori Kreasi Khas atau Teori Penciptaan Khusus. Carolus Linnaeus adalah
4. Teori Kataklisma
5. Teori Kosmozoan
Teori ini menyatakan bahwa kehidupan yang ada di planet bumi berasal dari
protoplasma yang membentuk spora-spora kehidupan. Spora kehidupan ini
mencapai permukaan bumi dan berasal dari alam semesta. Pelopor teori ini
adalah Arrhenius.
8
6. Teori Evolusi Biokimia
Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup terbentuk berdasarkan hukum
Fisika-Kimia yang dilanjutkan dengan Evolusi Biologi. Teori ini disebut Teori
Evolusi Biokimia. Para ahli Biologi, Astronomi, dan Geologi sepakat bahwa
planet bumi ini telah terbentuk kira-kira antara 4,5 - 5 milyar tahun yang lalu.
Keadaan pada saat awal terbentuknya bumi sangat berbeda dengan keadaan
saat ini. Pada saat itu, suhu planet bumi diperkirakan mencapai 40.000 -
80.000ºC. Pada saat mulai mendingin, senyawa karbon beserta beberapa unsur
logam mengembun membentuk inti bumi. Sedangkan, permukaannya tetap
gersang, tandus dan tidak datar. Di atmosfer bumi terbentuk senyawa-senyawa
sederhana yang mengandung unsur-unsur, seperti uap air (H2O), ammonia
(NH3), metan (CH4) dan karbon dioksida (CO2). Senyawa sedehana ini berbentuk
uap dan bertahan di lapisan atas atmosfer. Ketika suhu atmosfer turun sekitar
100º C terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan
tahun. Dalam keadaan semacam ini, bumi dipastikan belum dihuni kehidupan.
Namun, kondisi ini memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena
tersedianya zat (materi) dan energi yang berlimpah. Berdasarkan uraian
tersebut, beberapa ilmuwan mengemukakan pendapat serta melakukan eksperimen.
Di antaranya adalah: Harold Urey dan Stanley Miller.
9
proses terbentuknya makhluk hidup dapat dijelaskan dengan 4 tahap,
yaitu:
Tahap I : Molekul metana, amonia, hidrogen, dan uap air tersedia sangat
banyak di atmosfer bumi.
Tahap II : Energi yang diperoleh dari aliran listrik halilintar dan radiasi
sinar kosmis menyebabkan zat-zat bereaksi membentuk molekul-molekul
zat yang lebih besar.
Tahap III : Terbentuk zat hidup yang paling sederhana yang memiliki
susunan kimia, seperti susunan kimia pada virus.
Tahap IV : Zat hidup yang terbentuk berkembang dalam waktu jutaan
tahun menjadi organisme (makhluk hidup) yang lebih kompleks.
b. Teori Evolusi Kimia menurut Stanley Miller
Miller adalah murid Harold Urey yang berhasil membuat model alat
yang digunakan untuk membuktikan hipotesis Urey. Miller memasukkan
uap air, metana, amonia, gas hidrogen, dan karbondioksida ke dalam
tabung percobaan. Tabung tersebut kemudian dipanasi. Untuk mengganti
energi listrik halilintar ke dalam perangkat alat tersebut dilewatkan
lecutan listrik bertegangan tinggi sekitar 75.000 volt. Hal ini
dimaksudkan untuk meniru kondisi permukaan bumi pada waktu terjadi
pembentukan zat organik secara spontan. Dengan adanya energi listrik,
terjadilah reaksi-reaksi yang membentuk zat baru. Zat-zat yang terbentuk
didinginkan dan ditampung. Hasil reaksi kemudian dianalisis. Ternyata,
di dalamnya terbentuk zat organik sederhana, seperti asam amino, gula
sederhana seperti ribosa dan adenin. Dengan demikian, Miller dapat
membuktikan bahwa zat organik dapat terbentuk dari zat anorganik
secara spontan .Sejak saat itu, perkembangan ilmu evolusi kimia makin
maju dengan ditemukannya senyawa-senyawa penyusun unsur
10
kehidupan. Salah satu peneliti bernama Melvin Calvin yang menemukan
bahwa radiasi sinar dapat mengubah metana, amonia, hidrogen, dan air
menjadi molekul-molekul gula, asam amino, purin dan pirimidin yang
merupakan zat dasar pembentuk DNA, RNA, ATP dan ADP.
Jadi, asal-usul kehidupan menurut Teori Evolusi Kimia adalah
bahwa di dalam sup prabiotik terkandung zat-zat organik, DNA, dan
RNA. RNA dapat melakukan sintesis protein atas perintah DNA.
Dengan demikian, di dalam sup prabiotik terdapat protein. Setelah itu,
terbentuklah sel pertama. Sel tersebut hidup secara heterotrof yang
mendapatkan makanan dari lingkungannya berupa zat-zat organik yang
melimpah. Sel tersebut mampu membelah diri sehingga jumlahnya
makin banyak.
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pemaparan diatas maka dapat disimpulkan bahwa masing-masing
para ahli ilmu pengetahuan alam memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai
asal usul kehidupan sesuai dengan eksperimen-eksperimen yang telah dilakukannya.
Masing-masing pendapat didasarkan oleh percobaan yang telah dibuktikan
sendiri oleh para ahli tersebut. Dan berdasarkan percobaan yang telah dilakukan
masing-masing memiliki kelemahan-kelemahan sehingga masing-masing teori yang
dipaparkannya saling melengkapi satu sama lain.
B. Saran
1. Sebagai manusia, kita setidaknya memiliki rasa ingin tau bagaimana asal usul
kehidupan kita ini terbentuk.
2. Jika ada perbedaan pendapat, ungkapkan dan sampaikanlah kekurangannya
agar pendapat tersebut bisa di perbaiki dan menjadi sebuah jalan keluar dari
suatu permasalahan.
12