Anda di halaman 1dari 11

SCIENTIA VOL. 8 NO.

1, FEBRUARI 2018

SCIENTIA SCIENTIA Jurnal Farmasi dan Kesehatan


Diterbitkan oleh STIFI Perintis Padang setiap bulan Februari dan Agustus
Website : http://www.jurnalscientia.org/index.php/scientia

8 (1) ; 53 – 63, 2018

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KONSUMSI MINUMAN


BERKALORI TINGGI PADA MAHASISWA
Erina Masri
Program Studi Ilmu Gizi, STIKes Perintis Padang
*Email : erina.masri@yahoo.com

ABSTRAK

Konsumsi minuman manis atau minuman berkalori tinggi pada usia ≥10 tahun dengan
makanan berisiko di Sumatera Barat mencapai 48,1%. Semakin tinggi tingkat konsumsi
minuman manis, semakin tinggi pula asupan total energy yang bisa menyebabkan Overweight
dan obesitas. Overweight dan obesitas memiliki korelasi terhadap penyakit hipertensi, penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus dan berbagai jenis kanker. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan perilaku konsumsi minuman berkalori
tinggi pada mahasiswa STIKes Perintis Sumatra Barat. Desain penelitian deskriptif analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel 86 orang, yang
merupakan mahasiswa STIKes Perintis Padang. Variabel yang diteliti yaitu variabel dependen
(perilaku konsumsi minuman berkalori tinggi) dan variabel dependen (pengetahuan, preferensi,
ketesediaan minuman, uang jajan, teman sebaya, dan paparan media) yang dianalisa
menggunakan uji chi square. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan faktor determinan perilku berupa pengetahuan, preferensi,
ketersediaan minum, uang jajan, teman sebaya, paparan media massa, secara signifikan
berhubungan dengan perilaku konsumsi minuman berkalori tinggi pada mahasiswa STIKes
Perintis Sumbar tahun 2016

Kata Kunci: Minuman Berkalori , Determinan Perilaku, Energi Total

ABSTRACT

Sweet drink consumption in population older than 10 years old with risky food in West
Sumatera reached 48.1 %. The aim of this research was to investigate the factors related to the
consumption of high-calorie among students of STIKes Perintis Sumatera Barat in 201 6. The
higher the consumption level of sweet drinks, the higher the total energy intake. Overweight and
obesity have correlation to the disease which now suffered by many people like hypertension,
cardiovascular disease, diabetes mellitus and various types of cancer. This research design was
descriptive analytic research using cross sectional study approach. Total sample used were 86
people. The variables studied were dependent variable (high calorie beverage) and dependent
variable (including knowledge, body image, preference, drinking availability, pocket money,
friends, and media exposure). These parameters were analyzed univariate and bivariate by using
chi square test. Data were collected through interviews using questionnaires. The results showed
a significant relationship between knowledge, body image, preference, drinking availability,
pocket money, friends, exposure to mass media with high-calorie beverage consumption among
students of STIKes Perintis in 2015.

Keywords: Behavior, sugar

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 53


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

PENDAHULUAN 2008; Knai et al., 2011). Hal ini dibuktikan


pa da penelitian yang dilakukan oleh
Minuman ringan berpemanis atau Duncan et al. (2011) dengan sampel 3397
sugar sweetened beverages merupakan anak dan remaja yang berusia7-18 tahun
minuman ringan dalam kemasan yang secara acak dari 22 sekolah disao Paulo,
menambahkan pemanis berkalori tinggi Brazil. Hasilnya secara keseluruhan 19,4%
sebagai salah satu bahan atau kandungan anak laki-laki dan 16,1% anak perempuan
dalam minuman. Terdapat juga beberapa mengalami kelebihan berat badan,
minuman ringan berpemanis yang meng- sementara 8,9% dan 4,3% bagi anak laki-
gunakan pemanis buatan sebagai bahan laki dan perempuan mengalami obesitas.
pemberi rasa manis dalam minuman Konsumsi minuman manis
(Lopez, 2010). memiliki dampak lainnya ialah
Konsumsi minuman manis meningkatnya risiko penyakit Diabetes
proporsi penduduk ≥10 tahun dengan mellitus. Sebuah penelitian kohort yang
makanan berisiko yaitu konsumsi dilakukan oleh Schulze et al (2010) selama
makanan/minuman manis ≥1 kali dalam 8 tahun terhadap lebih dari 50.000
ssehari di Sumatra barat mencapai 48,1% responden wanita menunjukkan hasil
(Riskesdas, 2013). Minuman berkalori bahwa mereka yang mengubah konsumsi
kedalam enam jenis, yaitu minuman minuman manis dari satu kali perminggu
bergula, jus, minuman diet, susu (termasuk menjadi lebih dari satu kali perhari,
yang memiliki rasa), kopi atau teh, dan memiliki risiko 1,83 kali lebih besar untuk
alkohol. Minuman bergula terdiri dari soda, terkena penyakit Diabetes melitis tipe 2 di
minuman olahraga, minuman berperisa bandingkan dengan mereka yang
buah, minuman rendah kalori, teh yang mengkonsumsi minuman manis kurang dari
dimaniskan, dan minuman yang dimaniskan atau setidaknya satu kali perbulan.
lainnya (Bleichet al.2009). Pada penelitian Kemudian risiko penyakit kardiovaskuler
ini, jenis minuman berkalori yang terda- juga akan meningkat akibat mengkonsumsi
pat di pasaran dikelompokkan dalam minuman manis secara berlebihan. Sebuah
kategori, yaitu teh kemasan, kopi kemasan, penelitian yang dilakukan terhadap lebih
teh tanpa kemasan, kopi tanpa kemasan, dari 2000 remaja di Amerika menunjukkan
minuman berkarbonasi, minuman elektro- bahwa terdapat hubungan positif antara
lit, jus/sari buah kemasan, jus/sari buah total asupan gula tambahan yang sebagian
tanpa kemasan, minuman serbuk aneka besar berasal dari minuman manis dengan
rasa, susu kemasan, susu tanpa kemasan, peningkatan level LDL (low Density
susu kedelai, yogurt/probiotik, minuman Lipoprotein) dan trigliserida yang
jelly, aneka es buah/campur/kelapa, merupakan faktor risiko terjadinya penyakit
sirup, serta minuman lainnya. kardiovaskuler (cardiovascular disease)
Satu kaleng minuman (Welsh et al, 2005).
berkarbonasi (350 ml) setara dengan 7 Penelitian kohort yang dilakukan
sendok teh gula pasir, akan menambah 550 oleh Schulze et al (2010) selama 8 tahun
kalori kosong (zat gizi yang masuk hanya terhadap lebih dari 50.000 responden
energi saja yang berasal dari gula tanpa zat wanita menunjukkan hasil bahwa mereka
gizi lain). Maka dalam setahun akan setara yang mengubah konsumsi minuman manis
dalam penambahan berat badan ± 8 kg dari satu kali perminggu menjadi lebih dari
(Jacobson, 2003). satu kali perhari, memiliki risiko 1,83 kali
Remaja yang gemar mengkon- lebih besar untuk terkena penyakit Diabetes
sumsi minuman manis ternyata berdampak melitis tipe 2 di bandingkan dengan mereka
pada masalah kesehatan. Dampak tersebut yang mengkonsumsi minuman manis
tidak langsung muncul seketika, tetapi kurang dari atau setidaknya satu kali
butuh waktu yang panjang apabila perbulan. Kemudian risiko penyakit
mengkonsumsi secara berlebihan seperti kardiovaskuler juga akan meningkat akibat
terjadinya kelebihan berat badan mengkonsumsi minuman manis secara
(overweight) dan obesitas (Harrington, berlebihan. Penelitian yang dilakukan

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 54


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

terhadap lebih dari 2000 remaja di Amerika kontribusi untuk asupan harian. Meskipun
menunjukkan bahwa terdapat hubungan minuman berkalori komersial mencantum-
positif antara total asupan gula tambahan kan energi pada labelnya, tetapi minu-
yang sebagian besar berasal dari minuman man ini memiliki kontribusi terhadap
manis dengan peningkatan level LDL (low asupan energi (Walker 2006).
Density Lipoprotein) dan trigliserida yang Belakangan ini minuman yang
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit mengandung pemanis berkontribusi
kardiovaskuler (cardiovascular disease) sebanyak 9,2% terhadap total intake energi
(Welsh et al, 2005). masyarakat Amerika. Angka ini mengalami
Penelitian di Indonesia menun- kenaikan cukup pesat sejak lahir tahun
jukkan bahwa remaja dan dewasa setiap 1970 yang sebelumnya hanya 3,9% (Fung
hari mengkonsumsi minuman bergula salah et al, 2009). Sebuah penelitian terhadap
satunya yaitu soft drink, penelitian ini 11.209 siswa SMP dan SMA di Amerika
menunjukkan asupan energi dari minuman menemukan hasil bahwa 64,9% siswa
berkalori tinggi pada orang dewasa di mengonsumsi minuman ringan berpemanis
Indonesia 450 kalori per hari, sedangkan ≥ 1 kali/hari, 35,6% mengknsumsi
remaja 420 kalori per hari. Angka ini sebanyak ≥ 2 kali/hari, dan 22,2% siswa
hampir sama dengan amerika serikat, mengkonsumsi minuman ini ≥ 3 kali/hari
Negara paling tinggi mengkonsumsi (park, et al, 2011). Kemudian, penelitian
minuman tersebut sekitar 465 kalori yang dilakukan oleh Bere et al (2007)
sedangkan yang dibutuhkan oleh tubuh terhadap 2870 murid kelas 9 dan 10 di 33
rata-rata 1.800-2.800 kalori per hari. Bila Norwegiam Schools menunjukkan hasil
minuman manis yang dikonsumsi remaja bahwa sebanyak 63% remaja mengkonsum-
dan dewasa mencapai 420-450 kalori per si minuman ringan berpemanis jenis minu-
hari, artinya lebih dari 20% kebutuhan man bersoda ≥ 2 kali/minggu. Hasil
kalori berasal dari minuman manis (belum penelitian yang dilakukan oleh National
termasuk makanan yang mengandung Health and Nutrition Examination Survey
kalori). Menurut acuan WHO, 10% dari (NHANES) 1999 hingga 2004 terhadap
total kalori yang dibutuhkan oleh tubuh 2.157 remaja Amerika memperlihatkan
sehari-hari (Hardinsyah, 2011). bahwa konsumsi gula tambahan remaja
Penelitian yang dilakukan Bleich Amerika dalam sehari sebesar 21,4% dari
et al. (2009) di Amerika Serikat total energi. Sedangkan penelitian yang
menunjukkan bahwa minuman berkalori dilakukan Nurfitiriani (2011) terhadap
(mengandung gula) menyumbang asupan sejumlah mahasiswa di Universitas
energi yang signifikan. Dua pertiga orang Indonesia menunjukan hasil bahwa 56%
dewasa (63%) mengonsumsi minuman responden termasuk kategori tinggi dalam
berkalori rata-rata sebesar 293 kkal/hari. konsumsi minuman tersebut. Penelitian
Penduduk dewasa muda merupakan yang dilakukan oleh fauzia (2012) terhadap
golongan dengan prevalensi tertinggi remaja di Kota depok dan menunjukkan
(72%) mengonsumsi minuman berkalori hasil bahwa sebanyak 40,35 remaja
dengan rata-rata asupan 289 kkal/hari. mengkonsumsi minuman manis jenis
Konsumsi minuman seperti jus dan bersoda.
bersoda menyumbang 81% dari Secara umum, target pemasaran
peningkatan asupan energi dari minuman dari produsen minuman manis adalah
berkalori. remaja, karena remaja merupakan masa
Asupan energi dari minuman transisi dari anak-anak menjadi dewasa
berkalori sudah mencapai 20,1% pada dimana segala bentuk gaya dan trend mode
remaja dan 22,3% untuk dewasa dari masa kini diikuti tanpa berpikiran dampak
asupan energi di Meksiko (Barquera et al, negatif dari tindakan tersebut (Thomas,
2008). Kalori dalam minuman sudah 2010)
terdaftar pada nutrition facts, namun Berdasarkan hasil survey awal
kebanyakan orang belum banyak menyadari pada mahasiswa Sekolah Tinggi ilmu
bahwa minuman berkalori memiliki Kesehatan (STIKes) Perintis Sumbar, dari 8

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 55


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

mahasiswa terdapat 5 mahasiswa yang


sering mengkonsumsi minuman berkalori Tempat dan Waktu Penelitian
tinggi seperti: Coca cola, sprite, fanta, soft Penelitian ini dilaksanakan di
drink, ale-ale, minuman berkarbonasi, STIKes Perintis Sumbar, dan waktu
minuman elektrolit, jus/sari buah penelitian ini dilakukan pada bulan Januari
kemasan, jus/sari buah tanpa kemasan, - Juli 2016
minuman serbuk aneka rasa, susu
kemasan, susu tanpa kemasan, aneka es Sampel Penelitian
buah/campur/kelapa, sirup, serta minuman Sampel penelitian adalah
lainnya. Serta ketersediaan minuman mahasiswa tingkat I STIKes Perintis
berkalori tinggi yang mudah didapatkan Sumbar, prodi S1 Gizi, DIII Gizi, DIII
banyak ditemukan di pinggir-pinggir jalan. Analis Kesehatan, DIV Analis Kesehatan
Sehingga perlu dilakukan penelitian yang berjumlah 86 orang.
mengenai faktor determinan tingginya Sampel pada peneliti ini dihitung
perilaku konsumsi minuman berkalori dengan rumus sampel populasi finit
tinggi pada mahasiswa STIKes Perintis (Lemeshow, 1997)
Sumbar. Rumus n = (Z1-α/2)2. p (1 - p) . N
Faktor determinan perilaku yang d . (N-1) + (Z1-α/2)2. p (1 – p)
2

diduga berhubungn dengan perilaku


konsumsi minuman berkalori tinggi pada Jenis dan Cara Pengumpulan Data
mahasiswa STIKes Perintis Sumbar, a. Data Primer
berdasarkan teori determinan perilaku yang Data primer meliputi data yang diperoleh
dikemukakan oleh L.Green (Nooadmodjo, dari hasil penelitian yang mencakup jumlah
2003). Predisposing Factors terdiri dari remaja dalam mengkonsumsi minuman
pengetahuan dan preferensi. Enabling berkalori tinggi. Data primer dikumpulkan
Factors yaitu Ketersediaan minuman dan oleh peneliti dengan menggunakan
uang Jajan. Reinforcing Factors terdiri dari instrument kuesioner dengan teknik
pengaruh teman sebaya dan keterparan wawancara yang diajukan kepada
media. responden (remaja) dengan materi yang
Penelitian ini bertujuan untuk berhubungan dengan tingkat pengetahuan
mengetahui faktor-faktor determinan yang gizi, body, preferensi, ketersediaan
beruhubunagn dengan perilaku konsumsi minuman, uang jajan, teman sebaya, dan
minuman berkalori tinggi pada mahasiswa paparan media massa, perilaku konsumsi
STIKes Perintis Sumbar minuman berkalori tinggi.
b. Data Sekunder
METODELOGI PENELITIAN Data sekunder berupa daftar jumlah
mahasiswa/I yang diperoleh dari bagian
Desain Penelitian akademik STIKes Perintis Sumatera Barat.
Penelitian ini termasuk kelompok
penelitian survei yang bersifat analitik, Analisa Data
menggunakan desain penelitian Analisa data yang digunakan untuk melihat
crossectional study . hubungan antara variabel independen
dengan dependen adalah uji Chi square,
dengan derajat kepercayaan 95% (α = 0,05).
HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Gambaran Perilaku Konsumsi Minuman Berkalori Tinggi pada Mahasiswa STIKes
Perintis Sumbar tahun 2016
Konsumsi Minum Berkalori Tinggi N %
Rendah konsumsi minuman berkalori tinggi < 31 36.0
2 kali/minggu
Tinggi (konsumsi minuman berkalori tinggi ≥2 55 64.0
kali/minggu)
Jumlah 86 100

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 56


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Tabel 1 menunjukkan lebih dari separuh mahasiswa (64%) mengkonsumsi minuman


berkalori tinggi dengan frekuesi tinggi

Tabel. 2 Hubungan Faktor-Faktor Determinan Perilaku dengan Konsumsi Minuman Berkalori


Tinggi pada Mahasiswa STIKes Perintis Sumbar tahun 2016

Konsumsi minuman berkalori


Variabel tinggi Total p-value
Rendah Tinggi
N % n % N %
Pengetahuan
Kurang 17 27,0 46 73,0 63 100 0,008
Baik 14 60,9 9 39,1 23 100

Preferensi 0,000
Suka 5 8,8 52 91,2 57 100
Tidak suka 26 89,7 3 10,3 29 100
Ketersediaan minum
Akses mudah 13 26,0 37 74,0 50 100 0,000
Akses sulit 18 50,0 18 50,0 36 100 0,039
Uang jajan
Tinggi 16 24,6 49 75,4 65 100 0,000
Rendah 15 71,4 6 28,6 21 100
Teman sebaya
Dipengaruhi 15 26,3 42 73,7 57 100 0,017
Tidak dipengaruhi 16 55,2 13 44,8 29 100

Paparan media
Tidak terpengaruh 7 22,6 2 3,6 9 100 0,017
Terpengaruh 24 77,4 53 96,4 77 100

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teman. Hampi semua responden (96,4%)


tingkat konsumsi minuman berkalori tinggi, yang banyak mengkonsumsi minuman
cenderung tinggi pada mahasiswa yang berkalori tinggi,memang terpenagruh ole h
pengetahuannya kurang baik (73%) iklan minuman manis dari berbagai media.
dibandingkan dengan mahasiswa yang Secara statistik, tingginya konsumsi
pengetahuannya baik (39,1%). Konsumsi minuman berkalori tinggi pada mahasiswa
minuman berkalori tinggi, lebih tinggi pada STIKes Perintis Sumbar berhubungan
responden yang mempunyai body image dengan faktor pengetahuan, body image,
negatif (76,5%) dan memang menyukai preferensi, besarnya uang jajan, akses yang
minuman yang manis (91,2%). Hampir mudah untuk mendapatkan minuman
sebagian besar responden yang tingkat berkalori tinggi, pengaruh dari teman dan
konsumsi minuman berklaorinya tinggi, iklan berhubungan dengan tingginya
menyatakan akses yang mudah untuk konsumsi minuman berkalori tinggi (p<α).
mendapatkan minuman berkalori tinggi
(74%). Responden yang banyak PEMBAHASAN
mengkonsumsi minuman berkalori tinggi,
mempunyai uang jajan yang lebih banyak Prilaku Konsumsi Minuman Berkalori
(75,4%) dibandingkan dengan responden Tinggi
yang sedikit mengkonsumsi minuman Hasil penelitian menunjukkan lebih dari
berkalori tinggi. Hampir sebagian besar separuh mahasiswa (64%) mengkonsumsi
responden (73,7%) yang mengkonsumi minuman berkalori tinggi dengan frekuesi
minuman berkalori tinggi, dipengruhi oleh tinggi. Jenis minuman yang dikonsumsi

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 57


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

adalah minuman serbuk shacet yaitu semakin baik (Kristianti, 2009). Akan tetapi
capucino cincau, pop ice cincau, minuman penelitian ini menunjukkan meskipun
berkarbonasi dan minuman aneka rasa responden adalah mahasiswa bidang ilmu
seperti nutri sari. Minuman serbuk yang kesehatan, proporsinya lebih banyak yang
dikonsumsi ini melalui proses pengolahan mempunyai pengetahuan kurang baik
dengan penambahan 2 sendok makan gula tentang minuman berkalori dan dampakya
pasir, 3 sendok makan krimer kental manis terhadap kesehatan. Pengetahuan spesifik
dan es batu. 1 kaleng minuman bersoda tentang minuman berkalori tinggi hanya
setara dengan 7 sendok sendok teh gula diketahui oleh responden yang latar
pasir. Mengkonsumsi 1 kaleng (350 ml) belakang keilmuan gizi (D3 dan S1 Gizi).
soft drink setiap hari akan menambah 550 Apabila prinsip dasar mengenai gizi
kalori kosong (zat gizi yang masuk hanya terbatas maka seorang remaja akan sulit
energi saja yang berasal dari gula tanpa zat memperhatikan zat-zat gizi yang ada dalam
gizi lain). Maka dalam setahun akan setara setiap kemasan dan tidak menghiraukan
dalam penambahan berat badan ± 8 kg kandungan zat gizi yang terkandung di
(Jacobson, 2003). Batas konsumsi gula dalam makanan dan minuman tersebut
yang dianjurkan Kementrian Kesehatan (Rahayu, 2005). Rendahnya pengetahuan
adalah 4 sendok makan (50 gr) gizi yang dimilikinya maka cendrung
(Kemkes, 2015) mengkonsumsi minuman tanpa
memperhatikan komposisi dan saran
Pengetahuan Gizi dan Perilaku penyajian minuman.
Konsumsi Minuman Berkalori Tinggi
Pengetahuan gizi berhubungan Preferensi dan Perilaku Konsumsi
dengan perilaku konsumsi minuman Minuman Berkalori Tinggi
berkalori tinggi pada mahasiwa. Tingkat Hasil penelitian didapatkan bahwa
konsumsi minuman berkalori tinggi pada responden yang mengkonsumsi minuman
mahasiswa STIKes Perintis Sumbar, berkalori tinggi lebih banyak (91.2%)
cenderung lebih tinggi (73%) pada terdapat pada kelompok responden dengan
responden yang pengetahuannya rendah preferensi suka daripada responden dengan
(39,1%). Sebagaimana penelitian terdahulu preferensi tidak suka (10.3%). Preferensi
yang dilakukan oleh Dilapanga (2008), mempunyai hubungan dengan konsumsi
tentang faktor-faktor yang berhubungan minuman berkalori tinggi pada mahasiswa
dengan perilaku konsumsi soft drink pada STIKes Perintis Padang tahun 2016.
siswa SMP Negeri 1 Ciputat, didapatkan Hasil penelitian Prasetya (2007)
pengetahuan gizi berhubungan dengan preferensi remaja terhadap minuman dipilih
perilaku konsumsi soft drink. Pengetahuan terbanyak karena rasanya 68,4%. Penelitian
gizi berhubungan dengan pemilihan Dilapanga (2008) menunjukkan bahwa
minuman pada remaja salah satunya responden yang tergolong suka terhadap
konsumsi minuman (Kersting, 2008). minuman manis sebanyak 74%. Menurut
Pengetahuan merupakan salah satu fauzia (2012) hasil penelitian menunjukan
pertimbangan seseorang dalam memilih dan bahwa sebagian siswa SMP Islam PB
mengkonsumsi makanan. Semakin baik Soedirman (44.4%) suka terhadap minuman
pengetahuan gizi seseorang maka akan padat energi. Siswa dengan preferensi suka
semakin memperhatikan kualitas dan terhadap minuman tersebut lebi h sering
kuantitas pangan yang dikonsumsinya mengkonsumsi minuman paat energi
(Sediaoetama, 2004). Pendidikan formal dibandingkan dengan siswa dengan
merupakan faktor utama yang preferensi tidak suka. Penelitian yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang dilakukan bere et al. (2007) yang
termasuk pengetahuan tentang gizi dan menyebutkan bahwa remaja yang memiliki
kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesukaan terhadap minuman tersebut 5,5
pendidikan akan semakin mudah menyerap kali (95%CI=4,0-7,6) lebih sering
informasi gizi dan kesehatan sehingga mengkonsumsi minuman tersebut
pengetahuan gizi dan kesehatan akan dibandingkan dengan preferensi tidak suka.

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 58


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Sama halnya dengan penelitian minuman berpemanis tersebut mudah


sebelumya, pada penelitian inipun didapatkan dilingkungan sekitar kampus
ditemukan responden yang banyak yang cukup memadai membuat responden
mengkonsumsi minuman berkalori tinggi, banyak memilih untuk membeli minuman
merupakan responden yang menyukai tersebut. Hal ini menujukkan bahwa
citarasa manis. Preferensi makanan dan semakin dekat akses untuk memperoleh
minuman (food preferences) adalah sebagai minuman berkalori cukup mempengaruhi
tindakan/ukuran suka atau tidak sukanya konsumsi minuman pada mahasiswa.
terhadap makanan dan minuman. Sikap
seseorang terhadap makanan dan minuman, Uang jajan dan Perilaku Konsumsi
suka atau tidak suka akan berpengaruh Minuman Berkalori Tinggi
terhadap konsumsinya. Kesukaan atau Besarnya uang jajan mahasiswa juga
pilihan terhadap makanan tentu saja akan merupakan faktor determinan yang
berpengaruh terhadap konsumsi pangan dan berhubungan dengan tingginya konsumsi
kebiasaan makan seseorang minuman berkalori tinggi. 75% dari
(Zahrulianingdyah, 2008). mahasiswa yang sering mengkonsumsi
minuman berkalori tinggi mempunya uang
Ketersediaan Minuman Berkalori Tinggi jajan yang besar.
dan Perilaku Konsumsi Minuman Penelitian ini juga sesuai dengan
Berkalori Tinggi penelitian yang dilakukan oleh Skriptiana
Akses yang mudah untuk (2009) yang menyatakan 67.6% siswa-siswi
mendapatkan minuman berkalori tinggi SMPIT Nurul Fikri tahun 2009 memiliki
juga merupakan faktor determinan yg uang saku tinggi sehingga cendrung untuk
berhubungan dengan konsumsi minuman membeli minuman tersebut. Sejalan dengan
berkalori tinggi pada mahasiswa STIKes penelitian sejalan dengan penelitian yang
Perintis Sumbar. Akses yang mudah untk dilakukan oleh Nurfitriani (2011)
mendapatkan minuman berkalori tinggi ini menunjukkan hasil bahwa semakin besar
terbukti dengan banyaknya penjual uang jajan remaja, maka semakin tinggi
minuman dilingkungan kampus dan tempat pula tingkat konsumsi minuman ringan
tinggal mereka. Responden yang berpemanis.
mengkonsumsi minuman berkalori tinggi Dengan pemberian uang jajan dari
lebih banyak (74.0%) terdapat pada orang tua, remaja sudah dapat menentukan
kelompok responden yang memiliki akses sendiri apa yang diinginkannya. Remaja
mudah untuk mendapatkan minuman, mulai dapat membeli dan mempersiapkan
dibandingkan responden yang memiliki makanan dan minuman untuk dirinya
akses sulit (50.0%) untuk mednapatkan sendiri. (Wilson, et al., 2009).
minunam berkalori. Mahasiswa cendrung memiliki
Minuman berkalori tinggi saat ini kebiasaan jajan karena aktivitas yang lebih
banyak beredar di pasaran dan dapat banyak dihabiskan dalam sehari-hari. Salah
dijumpai dimana-mana. Oleh karena itu, satu minuman yang umumnya digemari
dengan akses yang mudah dan harga yang remaja adalah minuman berkalori tinggi
relative terjangkau maka remaja dapat yaitu minuman dalam kemasan (capucino
dengan mudah memperolehnya. cincau, pop ice, serta nutria sari).
Berdasarkan penelitian Shi (2010), akses Mahasiswa secara umum memiliki
yang mudah dengan adanya mesin penjual anggaran yang terbatas untuk membeli
minuman berkalori tinggi yang telah ada minuman,
berhubungan dengan konsumsi minuman
bagi para remaja. Ketersediaan minuman Pengaruh Teman Sebaya dan Perilaku
dalam lingkungan sekitar yang mudah di Konsumsi Minuman Berkalori Tinggi
akses akan mempengaruhi perilaku Responden yang mengkonsumsi
konsumsi remaja. Sebagian besar waktu minuman berkalori tinggi lebih banyak
yang dihabiskan responden dalam sehari (73.7%) pada kelompok responden yang
berada dikampus dan juga ketersediaan dipengaruhi oleh teman sebaya pada

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 59


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

responden yang tidak dipengaruhi oleh massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi
teman sebaya (44.8%). Teman sebaya individual secara langsung seperti pengaruh
mempunyai hubungan dengan konsumsi dari orang tua ataupun teman sebaya,
minuman berkalori tinggi pada mahasiswa namun dalam proses pembentukan dan
STIKes Perintis Padang tahun 2016. perubahan sikap, peranan paparan media
Sama halnya dengan penelitian Bere massa, yaitu iklan selalu dimanfaatkan
(2007), , Skriptiana (2009) yang dalam dunia usaha dengan tujuan
menyebutkan bahwa pengaruh teman meningkatkan penjualan atau
sebaya dapat meningkatkan konsumsi memperkenalkan suatu produk baru
minuman pada remaja. Remaja pada (Azwar, 2011).
umumnya memiliki karakteristik seperti Remaja belum sepenuhnya matang,
rasa ingin tahu yang tinggi, mencoba baik secara fisik, kognitif, dan
sesuatu yang baru serta kemampuan dalam psikososial. Dalam masa pencarian
bersosialisasi dimana dalam aktivitas identitas diri, remaja cepat sekali
sehari-hari lebih banyak menghabiskan terpengaruh lingkungan. Pemilihan jenis
waktu bersam teman sepermainan atau minuman yang dikonsumsi sangat
teman sebayanya. Karakteristik remaja dipengaruhi oleh teman sebaya.
yang suka berteman dan berkelompok Ketidakpatuhan terhadap teman
mempengaruhi remaja dalam pembentukan dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya
perilaku. Dalam sebuah kelompok terkucil dan merusak rasa percaya diri.
pertemanan berdampak pula dalam halnya Jika teman sebaya mengatakan minum
pemilihan makanan dan minuman misalnya susu merupakan kebiasaan anak kecil,
kegemaran mengkonsumsi minuman. maka remaja akan cenderung memilih soft
Perilaku meniru (modeling) bagi remaja drinks daripada susu (Whitney et al, 2005).
tidak hanya dari kebiasaan orang tua, tetapi
dari kelompok teman sebaya pun ikut Paparan Iklan Media Massa dan Sosial
mempengaruhi. Hal ini dikarenakan remaja Perilaku Konsumsi Minuman Berkalori
lebih banyak menghabiskan aktivitas diluar Tinggi
bersama teman-temannya (ali dan asrori, Hampir seluruh mahasiswa (96,4%)
2011). yang sering mengkonsumsi minuman
Perilaku manusia dalam berkalori tinggi karena terpengarh oleh
mengkonsumsi minuman dipengaruhi oleh iklan dari berbagai media. Hasil penelitian
faktor sosial, yaitu kelompok referensi. yang dilakukan Nurfitriani (2011)
Kelompok referensi merupakan semua menunjukkan hubungan signifikan antara
kelompok yang memberikan pengaruh pengetahuan media massa dengan konsumsi
langsung (dengan bertemu langsung) atau minuman ringan berpemanis. Responden
tidak langsung terhadap sikap atau perilaku yang mendapat pengaruh media massa
seseorang. Kelompok yang memiliki memiliki peluang 2,758 kali untuk
pengaruh langsung terhadap seseorang mengkonsumsi minuman ringan
disebut kelompok keanggotaan berpemanis dibandingkan dengan mereka
(membership group). Teman sebaya yang tidak terpengaruh iklan di media
merupakan kelompok primer yaitu bagian massa.
dari kelompok keanggotaan Pada penelitian ini dikemukan alasan
(Kotler,2004)Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh apa saja yang mereka
didapatkan lebih dari separuh responden dapatkan dari media massa terkait konsumsi
(89.5%) dengan terpapar media dan minuman ringan berpemanis. Alasan yang
responden (10.5%) tidak terpapar media diajukan antara lain mereka terpengaruh
pada mahasiswa STIKes Perintis Padang karena melihat iklannya yang bagus dan
tahun 2016. Hal ini didukung oleh menarik. Hal ini menunjukkan bahwa iklan
penelitian verzeletti eat al (2010) yang komersial khususnya di media televisi
meyatakan pengaruh paparan media massa cukup mempengaruhi remaja dalam
dapat mempengaruhi konsumsi minuman mengkonsumsi minuman ringan
pada remaja. Pengaruh paparan media berpemanis. Sebuah penelitian lain

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 60


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

mengungkapkan bahwa ketika seorang anak DAFTAR PUSTAKA


melihat iklan komersial di televisi dan
tertarik dengan isinya, maka permintaan Ali, Mohammad dan Mohammad Asrori,
mereka terhadap makanan tertentu akan 2011, Psikologi Remaja
meningkat. Sebuah iklan di televisi dapat Perkembangan Peserta Didik.
mempengaruhi pengetahuan anak mengenai Jakarta, PT Bumi Aksara.
produk makanan yang diiklankan, memiliki Almatsir, Sunita, 2011, Gizi Seimbang
sikap positif terhadap produk makanan dan Dalam Daur Kehidupan,
minuman yang diiklankan tersebut, dan Jakarta,PT. Utama
mengubah persepsi atau pandangan Arikunto, Suharsimi, 2006, Prosedur
seseorang (Hartono, 2005). Penelitian Suatu Pendekatan
Paparan media massa baik media Praktek, Jakarta, PT. Rineka Cipta.
cetak maupun elektronik merupakan alat Arisman, M. B., 2004, Gizi dalam Daur
komunikasi sebagai sarana untuk Kehidupan, Jakarta, EGC.
menyampaikan pesan atau berita kepada Azwar, Saifuddin, 2011, Sikap Manusia
masyarakat. Dengan gencarnya layanan Teori dan Pengukurannya,
iklan di media massa menjadikan Yogyakarta, Pustaka Pelajar
masyarakat mengetahui dan mengenal Barquera, S., Lucia H, Maria L, Juan E,
produk yang sedang dipasarkan. Hampir Shu W, Juan A, and Barry M.,
sebagian besar remaja (83.5) sering melihat, 2008, Energy Intake from
mendengar atau membaca iklan mengenai Beverages is Creasing Among
minuman tersebut. Hal ini menunjukkan Mexican Adolescents and Adults, J
bahwa gencarnya layanan iklan yang Clin Nutr., 2008, 138: 2454–2461.
menawarkan produk minuman bersoda. Bere, E, et al. ,2007, Determinants of
Iklan dibutuhkan untuk menyebarluaskan Adolescents Soft Drinks
informasi mengenai produk makan Consumption, Journal of Public
sehingga audiens atau konsumen akan terus Health Nutition, vol. 11 no. 1, pp.
mengikuti perkembangan manfaat daan 49-56. Dari
popularitas sebuah produk (Liliweri, 2007). http://search.proguest.com/(20
Media massa seperti televisi merupakan januari 2012)
salah satu media elektronik yang bersifat Bleich SN, Wang YC, Wang Y, and
audio (pendengaran) dan visual ( Gortmaker SL., 2009, Increasing
penglihatan). Menonton televisi yang Consumption of Sugar-Sweetened
berlebihan (menonton televisi selama > 2 Beverages Among US Adults:
jam/hari) mendukung konsumsi makan dan 1988-1994 to 1999-2004, Am J
minuman tinggi energi salah satunya Clin Nutr., 2009; 89: 372-381.
minuman bersoda (Lopez et al, 2011). Brown, Judith E., et al., 2005, Nutrition
Through the Life Cycle Second
KESIMPULAN Edition, Amerika Serikat :
Thomson Wadsworth, Cetakan
• Perilaku konsumsi minuman berkalori keempat, 2009, Jakarta
tinggi pada mahasiswa STIKes Perintis Duncan et al., 2011, Modifiable Risk
Sumbar cenderung tinggi (>2x per Factors For Overweight and
minggu) Obesity in Children and
• Faktor determinan tingginya tingkat Adolescents from Sao Paulo,
konsumsi minuman berkalori tinggi Brazil, BMC Public Health
pada mahasiswa STIKes Perintis Journal, vol. 11, 585. Dari
Sumbar adalah pengetahuan gizi yang http://www.biomedentral.com. ( 20
rendah, preferensi (kesukaan) rasa januari 2012)
manis, uang jajan yang besar, Fauzia, Alfa, 2012, Hubungan Antara
pengaruh teman dan iklan media massa Faktor Individu dan Lingkungan
dan media sosial. Dengan Konsumsi Minuman
Berkarbonasi pada Siswa SMP

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 61


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Islam PB Soedriman Tahun 2012, http://www.sciencedirect.com/. (2


Skripsi, Peminatan Gizi Kesehatan Januari 2012)
Masyarakat Fakultas Kesehatan Kotler, Philip, & Keller, Kevin L.
Masyarakat Universitas Indonesia, Manajemen Pemasaran, Jilid 1
Depok. Edisi 12 Bahasa Indonesia
Fung, Teresa T.et al., 2009, Sweetned Liliweri, 2007, Komunikasi Kesehatan,
beverage consumption and risk of EGC. Jakarta
coronary heart disease in women, Lim, S., dkk., 2008, The Association
American journal of clinical Between Soft Drink Consumption
nutrition. (Online) vol. 89: 1037- And Caries Risk Among Low-
42. Dari www.ajcn.org. (15 januari Income African-American Children
2012). Is Not Clear, Journal of Evidence
Gibney, Michael J. et al., 2004, Gizi Based Dental Practice., 139 (7),
Kesehatan Masyarakat, 959-967. 7 maret 2012.
(diterjemahkan oleh Palupi http://www.jstor.com
Widyastuti dan Erita Agustin Lopez, Gail Woodward et al., 2010, To
Hardiyanti, Jakarta, EGC What Extent Have Sweetened
Grogan, Sarah, 2008, Body image : Beverages Contributed To The
Understanding Body Obesity Epidemic, Journal of
Dissatisfaction In Men, Women, Public Health Nutrition. (online)
and Children 2nd Edition, London : vol. 10.1017. dari
Psychology Press (Diunduh pada www.jpubhealth.oxfordjournals.org
25 Januari 2012). .(10 Januari 2012).
Hardinsyah, 2011, Konsumsi minuman Lopez, Rey, et al., 2011, Food and Drink
Berkalori Tinggi Intake During Television Viewing
Mengkhawatirkan. 20 Oktober in Adolescents: The Health
2011.http://health.kompas.com/read Lifestyle in Europe by Nutrition in
/2011/07/18/02413911/Konsumsi. Adolescence (HELENA) Study,
Minuman.Berkalori.Tinggi.Mengkh Journal of Public Health Nutrition ,
awatirkan. Vol. 14 no 9, pp. 1563-1569. Dari
Harrington, Susan, 2008, The Role Of http://www.nebi.nlm.nih.gov. (20
Sugar Sweetened Beverage januari 2012)
Consumption in Adolescents Notoadmojo, Soekidjo, 2003, Pendidikan
Obesity: A Review Of The Dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :
Literature, PubMed Journal, Vol. Rineka Karya.
24 no.1. Dari Nurfitriani, Gissela, 2011, Faktor - Faktor
http://search.proguest.com/. (22 yang Berhubungan dengan Tingkat
Januari 2012) Konsumsi Minuman Berpemanis
Hartono, Andry, 2005, Gizi Kesehatan Pada Mahasiswa S1 Reguler
Masyarakat, Alih bahasa dari buku: Universitas Indonesia Angkatan
Gibney, Michael J. Public Health 2009 TAhun 2011 Skripsi,
Nutrition, Jakarta, Penerbit Buku Peminatan Gizi Kesehatan
Kedokteran (EGC). Masyarakat Fakultas Kesehatan
Jacobson, 2003, Minuman Ringan Masyarakat Universitas Indonesia,
Dibalik Kenikmatannya Ada Depok.
Bencana. Diakses tanggal 11 Juli Rahayu, Nurdianaturrahma Budi, 2005,
2008, http Faktor-faktor yang Berhubungan
://www.itjen.depkes.go.id dengan Tingkat Kepadatan Mineral
Kersting, M et al., 2008, Food and Nutrient Tulang Remaja pada Siswa SMAN
Intake, Nutritional Knowledge Diet 3 DEPOK TAHUN 2005, Skripsi,
Related Attitudes in European Peminatan Gizi Kesehatan
Adolecents, International Journal Masyarakat Fakultas Kesehatan
of Obesity , Vol 32 pp 35-41. Dari

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 62


SCIENTIA VOL. 8 NO. 1, FEBRUARI 2018

Masyarakat Universitas Indonesia. http://psikobuana.com/doc/29-


Depok 38%20-%20 jajan. Pdf
Riskesdas, 2013, Riset Kesehatan Dasar Tarwoto, ARyani R, Nuraeni A,
(Riskesdas) Badan Penelitian dan Miradwiyana B, Nurbayani S, dkk.
Pengembangan Kesehatan, Kesehatan Remaja Problem dan
Departemen Kesehatan Republik Solusinya Jakarta: Salemba
Indonesia. Medika; 2010.hal.25-25
Schulze, Mathias B. et al., 2010, Sugar- Thomas. Jonathan. (September, 2001).
Sweetened Berverage, Weight Gain Future success strategies for
and Incidence of Type 2 Diabetes carbonated soft drink (CSDs)-2010
in Young and Middle-Age Women, edition: Major supplier and brand.
Journal of American Medical Just-drinks, 19,10-28. 20
Association, (Online) vol. 292 November 2011. ABI/INFORM
no.8. dari Global (Proguest) database
http://www.whilesciencesleeps.com Verzeletti et al. (2010). Soft Drink
/pdf/647.pdf (21 Februari 2012) Consumption in Adolescent :
Shi, lu., 2010, The Association Between Association With Food-Related
The Availability Of Sugar Lifestyle and Family Rules in
Sweetened Beverage in School Belgium Flander and The Veneto
Vending Machines and its region of Italy”. Europaen Journal
Consumption Among Adolescents of Public Health vol 20 no. 3, pp.
in California: A Propensity Score 312-317. Dari
Matching Approach, Journal http://eurpub.oxfordjournals.org/.
Environment Public Health , Vol. (20 Januari 2012)
2010 hal. 5. Dari Welsh, Jean A. et al. (2005). Consumption
http://search.proguest.com/. (20 of Added Sugar and Indicators of
Januari 2012) Cardiovascular Disease Risk
Among US Adolescent Journal of
Skriptiana, Noor R. 2009. “Hubungan American Heart Association.
Antara Pengetahuan Gizi, Teman (online) vol. 123:249-257. Dari
Sebaya, Media Massa dan Faktor www.circulationcirc
lain dengan Konsumsi Minuman .ahajournals.org. (18 Januari 2012)
Ringan Berkarbonasi Pada Siswa Whitney E, Rolfes SR. Understanding
Siswi SMPIT Nurul Fikri Tahun nutrition. 11th Ed. United States of
2009”. Skripsi. Peminatan Gizi America : Thomson Wadsworth;
Kesehatan Masyarakat Fakultas 2005. p.111,121,157,411-412.
Kesehatan Masyarakat Universitas Wilson, Elizabeth Denney et al. (2009).
Indonesia, Depok. “Influences on Consumption of
Suci, Eunike Sri Tyas (2009). Gambaran Soft Drink and Fast Food in
Perilaku Jajan Murid Sekolah Adolescents”. Journal Clinical of
Dasar di Jakarta. Psikobuana Nutrition vol. 18 no. 3, pp. 447-
2009: Vol.1, No.1, 29-38. Januari 452. Dari http:// search.
18, 2012. Proquest.com/. ( 2 juni 2012).

p-ISSN : 2087-5045 e-ISSN : 2502-1834 63

Anda mungkin juga menyukai