155 476 1 PB
155 476 1 PB
1, FEBRUARI 2018
ABSTRAK
Konsumsi minuman manis atau minuman berkalori tinggi pada usia ≥10 tahun dengan
makanan berisiko di Sumatera Barat mencapai 48,1%. Semakin tinggi tingkat konsumsi
minuman manis, semakin tinggi pula asupan total energy yang bisa menyebabkan Overweight
dan obesitas. Overweight dan obesitas memiliki korelasi terhadap penyakit hipertensi, penyakit
kardiovaskuler, diabetes mellitus dan berbagai jenis kanker. Penelitian bertujuan untuk
mengetahui faktor determinan yang berhubungan dengan perilaku konsumsi minuman berkalori
tinggi pada mahasiswa STIKes Perintis Sumatra Barat. Desain penelitian deskriptif analitik
dengan menggunakan pendekatan cross sectional study. Jumlah sampel 86 orang, yang
merupakan mahasiswa STIKes Perintis Padang. Variabel yang diteliti yaitu variabel dependen
(perilaku konsumsi minuman berkalori tinggi) dan variabel dependen (pengetahuan, preferensi,
ketesediaan minuman, uang jajan, teman sebaya, dan paparan media) yang dianalisa
menggunakan uji chi square. Data dikumpulkan melalui wawancara menggunakan kuesioner.
Hasil penelitian menunjukkan faktor determinan perilku berupa pengetahuan, preferensi,
ketersediaan minum, uang jajan, teman sebaya, paparan media massa, secara signifikan
berhubungan dengan perilaku konsumsi minuman berkalori tinggi pada mahasiswa STIKes
Perintis Sumbar tahun 2016
ABSTRACT
Sweet drink consumption in population older than 10 years old with risky food in West
Sumatera reached 48.1 %. The aim of this research was to investigate the factors related to the
consumption of high-calorie among students of STIKes Perintis Sumatera Barat in 201 6. The
higher the consumption level of sweet drinks, the higher the total energy intake. Overweight and
obesity have correlation to the disease which now suffered by many people like hypertension,
cardiovascular disease, diabetes mellitus and various types of cancer. This research design was
descriptive analytic research using cross sectional study approach. Total sample used were 86
people. The variables studied were dependent variable (high calorie beverage) and dependent
variable (including knowledge, body image, preference, drinking availability, pocket money,
friends, and media exposure). These parameters were analyzed univariate and bivariate by using
chi square test. Data were collected through interviews using questionnaires. The results showed
a significant relationship between knowledge, body image, preference, drinking availability,
pocket money, friends, exposure to mass media with high-calorie beverage consumption among
students of STIKes Perintis in 2015.
terhadap lebih dari 2000 remaja di Amerika kontribusi untuk asupan harian. Meskipun
menunjukkan bahwa terdapat hubungan minuman berkalori komersial mencantum-
positif antara total asupan gula tambahan kan energi pada labelnya, tetapi minu-
yang sebagian besar berasal dari minuman man ini memiliki kontribusi terhadap
manis dengan peningkatan level LDL (low asupan energi (Walker 2006).
Density Lipoprotein) dan trigliserida yang Belakangan ini minuman yang
merupakan faktor risiko terjadinya penyakit mengandung pemanis berkontribusi
kardiovaskuler (cardiovascular disease) sebanyak 9,2% terhadap total intake energi
(Welsh et al, 2005). masyarakat Amerika. Angka ini mengalami
Penelitian di Indonesia menun- kenaikan cukup pesat sejak lahir tahun
jukkan bahwa remaja dan dewasa setiap 1970 yang sebelumnya hanya 3,9% (Fung
hari mengkonsumsi minuman bergula salah et al, 2009). Sebuah penelitian terhadap
satunya yaitu soft drink, penelitian ini 11.209 siswa SMP dan SMA di Amerika
menunjukkan asupan energi dari minuman menemukan hasil bahwa 64,9% siswa
berkalori tinggi pada orang dewasa di mengonsumsi minuman ringan berpemanis
Indonesia 450 kalori per hari, sedangkan ≥ 1 kali/hari, 35,6% mengknsumsi
remaja 420 kalori per hari. Angka ini sebanyak ≥ 2 kali/hari, dan 22,2% siswa
hampir sama dengan amerika serikat, mengkonsumsi minuman ini ≥ 3 kali/hari
Negara paling tinggi mengkonsumsi (park, et al, 2011). Kemudian, penelitian
minuman tersebut sekitar 465 kalori yang dilakukan oleh Bere et al (2007)
sedangkan yang dibutuhkan oleh tubuh terhadap 2870 murid kelas 9 dan 10 di 33
rata-rata 1.800-2.800 kalori per hari. Bila Norwegiam Schools menunjukkan hasil
minuman manis yang dikonsumsi remaja bahwa sebanyak 63% remaja mengkonsum-
dan dewasa mencapai 420-450 kalori per si minuman ringan berpemanis jenis minu-
hari, artinya lebih dari 20% kebutuhan man bersoda ≥ 2 kali/minggu. Hasil
kalori berasal dari minuman manis (belum penelitian yang dilakukan oleh National
termasuk makanan yang mengandung Health and Nutrition Examination Survey
kalori). Menurut acuan WHO, 10% dari (NHANES) 1999 hingga 2004 terhadap
total kalori yang dibutuhkan oleh tubuh 2.157 remaja Amerika memperlihatkan
sehari-hari (Hardinsyah, 2011). bahwa konsumsi gula tambahan remaja
Penelitian yang dilakukan Bleich Amerika dalam sehari sebesar 21,4% dari
et al. (2009) di Amerika Serikat total energi. Sedangkan penelitian yang
menunjukkan bahwa minuman berkalori dilakukan Nurfitiriani (2011) terhadap
(mengandung gula) menyumbang asupan sejumlah mahasiswa di Universitas
energi yang signifikan. Dua pertiga orang Indonesia menunjukan hasil bahwa 56%
dewasa (63%) mengonsumsi minuman responden termasuk kategori tinggi dalam
berkalori rata-rata sebesar 293 kkal/hari. konsumsi minuman tersebut. Penelitian
Penduduk dewasa muda merupakan yang dilakukan oleh fauzia (2012) terhadap
golongan dengan prevalensi tertinggi remaja di Kota depok dan menunjukkan
(72%) mengonsumsi minuman berkalori hasil bahwa sebanyak 40,35 remaja
dengan rata-rata asupan 289 kkal/hari. mengkonsumsi minuman manis jenis
Konsumsi minuman seperti jus dan bersoda.
bersoda menyumbang 81% dari Secara umum, target pemasaran
peningkatan asupan energi dari minuman dari produsen minuman manis adalah
berkalori. remaja, karena remaja merupakan masa
Asupan energi dari minuman transisi dari anak-anak menjadi dewasa
berkalori sudah mencapai 20,1% pada dimana segala bentuk gaya dan trend mode
remaja dan 22,3% untuk dewasa dari masa kini diikuti tanpa berpikiran dampak
asupan energi di Meksiko (Barquera et al, negatif dari tindakan tersebut (Thomas,
2008). Kalori dalam minuman sudah 2010)
terdaftar pada nutrition facts, namun Berdasarkan hasil survey awal
kebanyakan orang belum banyak menyadari pada mahasiswa Sekolah Tinggi ilmu
bahwa minuman berkalori memiliki Kesehatan (STIKes) Perintis Sumbar, dari 8
Tabel 1. Gambaran Perilaku Konsumsi Minuman Berkalori Tinggi pada Mahasiswa STIKes
Perintis Sumbar tahun 2016
Konsumsi Minum Berkalori Tinggi N %
Rendah konsumsi minuman berkalori tinggi < 31 36.0
2 kali/minggu
Tinggi (konsumsi minuman berkalori tinggi ≥2 55 64.0
kali/minggu)
Jumlah 86 100
Preferensi 0,000
Suka 5 8,8 52 91,2 57 100
Tidak suka 26 89,7 3 10,3 29 100
Ketersediaan minum
Akses mudah 13 26,0 37 74,0 50 100 0,000
Akses sulit 18 50,0 18 50,0 36 100 0,039
Uang jajan
Tinggi 16 24,6 49 75,4 65 100 0,000
Rendah 15 71,4 6 28,6 21 100
Teman sebaya
Dipengaruhi 15 26,3 42 73,7 57 100 0,017
Tidak dipengaruhi 16 55,2 13 44,8 29 100
Paparan media
Tidak terpengaruh 7 22,6 2 3,6 9 100 0,017
Terpengaruh 24 77,4 53 96,4 77 100
adalah minuman serbuk shacet yaitu semakin baik (Kristianti, 2009). Akan tetapi
capucino cincau, pop ice cincau, minuman penelitian ini menunjukkan meskipun
berkarbonasi dan minuman aneka rasa responden adalah mahasiswa bidang ilmu
seperti nutri sari. Minuman serbuk yang kesehatan, proporsinya lebih banyak yang
dikonsumsi ini melalui proses pengolahan mempunyai pengetahuan kurang baik
dengan penambahan 2 sendok makan gula tentang minuman berkalori dan dampakya
pasir, 3 sendok makan krimer kental manis terhadap kesehatan. Pengetahuan spesifik
dan es batu. 1 kaleng minuman bersoda tentang minuman berkalori tinggi hanya
setara dengan 7 sendok sendok teh gula diketahui oleh responden yang latar
pasir. Mengkonsumsi 1 kaleng (350 ml) belakang keilmuan gizi (D3 dan S1 Gizi).
soft drink setiap hari akan menambah 550 Apabila prinsip dasar mengenai gizi
kalori kosong (zat gizi yang masuk hanya terbatas maka seorang remaja akan sulit
energi saja yang berasal dari gula tanpa zat memperhatikan zat-zat gizi yang ada dalam
gizi lain). Maka dalam setahun akan setara setiap kemasan dan tidak menghiraukan
dalam penambahan berat badan ± 8 kg kandungan zat gizi yang terkandung di
(Jacobson, 2003). Batas konsumsi gula dalam makanan dan minuman tersebut
yang dianjurkan Kementrian Kesehatan (Rahayu, 2005). Rendahnya pengetahuan
adalah 4 sendok makan (50 gr) gizi yang dimilikinya maka cendrung
(Kemkes, 2015) mengkonsumsi minuman tanpa
memperhatikan komposisi dan saran
Pengetahuan Gizi dan Perilaku penyajian minuman.
Konsumsi Minuman Berkalori Tinggi
Pengetahuan gizi berhubungan Preferensi dan Perilaku Konsumsi
dengan perilaku konsumsi minuman Minuman Berkalori Tinggi
berkalori tinggi pada mahasiwa. Tingkat Hasil penelitian didapatkan bahwa
konsumsi minuman berkalori tinggi pada responden yang mengkonsumsi minuman
mahasiswa STIKes Perintis Sumbar, berkalori tinggi lebih banyak (91.2%)
cenderung lebih tinggi (73%) pada terdapat pada kelompok responden dengan
responden yang pengetahuannya rendah preferensi suka daripada responden dengan
(39,1%). Sebagaimana penelitian terdahulu preferensi tidak suka (10.3%). Preferensi
yang dilakukan oleh Dilapanga (2008), mempunyai hubungan dengan konsumsi
tentang faktor-faktor yang berhubungan minuman berkalori tinggi pada mahasiswa
dengan perilaku konsumsi soft drink pada STIKes Perintis Padang tahun 2016.
siswa SMP Negeri 1 Ciputat, didapatkan Hasil penelitian Prasetya (2007)
pengetahuan gizi berhubungan dengan preferensi remaja terhadap minuman dipilih
perilaku konsumsi soft drink. Pengetahuan terbanyak karena rasanya 68,4%. Penelitian
gizi berhubungan dengan pemilihan Dilapanga (2008) menunjukkan bahwa
minuman pada remaja salah satunya responden yang tergolong suka terhadap
konsumsi minuman (Kersting, 2008). minuman manis sebanyak 74%. Menurut
Pengetahuan merupakan salah satu fauzia (2012) hasil penelitian menunjukan
pertimbangan seseorang dalam memilih dan bahwa sebagian siswa SMP Islam PB
mengkonsumsi makanan. Semakin baik Soedirman (44.4%) suka terhadap minuman
pengetahuan gizi seseorang maka akan padat energi. Siswa dengan preferensi suka
semakin memperhatikan kualitas dan terhadap minuman tersebut lebi h sering
kuantitas pangan yang dikonsumsinya mengkonsumsi minuman paat energi
(Sediaoetama, 2004). Pendidikan formal dibandingkan dengan siswa dengan
merupakan faktor utama yang preferensi tidak suka. Penelitian yang
mempengaruhi pengetahuan seseorang dilakukan bere et al. (2007) yang
termasuk pengetahuan tentang gizi dan menyebutkan bahwa remaja yang memiliki
kesehatan. Semakin tinggi tingkat kesukaan terhadap minuman tersebut 5,5
pendidikan akan semakin mudah menyerap kali (95%CI=4,0-7,6) lebih sering
informasi gizi dan kesehatan sehingga mengkonsumsi minuman tersebut
pengetahuan gizi dan kesehatan akan dibandingkan dengan preferensi tidak suka.
responden yang tidak dipengaruhi oleh massa tidaklah sebesar pengaruh interaksi
teman sebaya (44.8%). Teman sebaya individual secara langsung seperti pengaruh
mempunyai hubungan dengan konsumsi dari orang tua ataupun teman sebaya,
minuman berkalori tinggi pada mahasiswa namun dalam proses pembentukan dan
STIKes Perintis Padang tahun 2016. perubahan sikap, peranan paparan media
Sama halnya dengan penelitian Bere massa, yaitu iklan selalu dimanfaatkan
(2007), , Skriptiana (2009) yang dalam dunia usaha dengan tujuan
menyebutkan bahwa pengaruh teman meningkatkan penjualan atau
sebaya dapat meningkatkan konsumsi memperkenalkan suatu produk baru
minuman pada remaja. Remaja pada (Azwar, 2011).
umumnya memiliki karakteristik seperti Remaja belum sepenuhnya matang,
rasa ingin tahu yang tinggi, mencoba baik secara fisik, kognitif, dan
sesuatu yang baru serta kemampuan dalam psikososial. Dalam masa pencarian
bersosialisasi dimana dalam aktivitas identitas diri, remaja cepat sekali
sehari-hari lebih banyak menghabiskan terpengaruh lingkungan. Pemilihan jenis
waktu bersam teman sepermainan atau minuman yang dikonsumsi sangat
teman sebayanya. Karakteristik remaja dipengaruhi oleh teman sebaya.
yang suka berteman dan berkelompok Ketidakpatuhan terhadap teman
mempengaruhi remaja dalam pembentukan dikhawatirkan dapat menyebabkan dirinya
perilaku. Dalam sebuah kelompok terkucil dan merusak rasa percaya diri.
pertemanan berdampak pula dalam halnya Jika teman sebaya mengatakan minum
pemilihan makanan dan minuman misalnya susu merupakan kebiasaan anak kecil,
kegemaran mengkonsumsi minuman. maka remaja akan cenderung memilih soft
Perilaku meniru (modeling) bagi remaja drinks daripada susu (Whitney et al, 2005).
tidak hanya dari kebiasaan orang tua, tetapi
dari kelompok teman sebaya pun ikut Paparan Iklan Media Massa dan Sosial
mempengaruhi. Hal ini dikarenakan remaja Perilaku Konsumsi Minuman Berkalori
lebih banyak menghabiskan aktivitas diluar Tinggi
bersama teman-temannya (ali dan asrori, Hampir seluruh mahasiswa (96,4%)
2011). yang sering mengkonsumsi minuman
Perilaku manusia dalam berkalori tinggi karena terpengarh oleh
mengkonsumsi minuman dipengaruhi oleh iklan dari berbagai media. Hasil penelitian
faktor sosial, yaitu kelompok referensi. yang dilakukan Nurfitriani (2011)
Kelompok referensi merupakan semua menunjukkan hubungan signifikan antara
kelompok yang memberikan pengaruh pengetahuan media massa dengan konsumsi
langsung (dengan bertemu langsung) atau minuman ringan berpemanis. Responden
tidak langsung terhadap sikap atau perilaku yang mendapat pengaruh media massa
seseorang. Kelompok yang memiliki memiliki peluang 2,758 kali untuk
pengaruh langsung terhadap seseorang mengkonsumsi minuman ringan
disebut kelompok keanggotaan berpemanis dibandingkan dengan mereka
(membership group). Teman sebaya yang tidak terpengaruh iklan di media
merupakan kelompok primer yaitu bagian massa.
dari kelompok keanggotaan Pada penelitian ini dikemukan alasan
(Kotler,2004)Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh apa saja yang mereka
didapatkan lebih dari separuh responden dapatkan dari media massa terkait konsumsi
(89.5%) dengan terpapar media dan minuman ringan berpemanis. Alasan yang
responden (10.5%) tidak terpapar media diajukan antara lain mereka terpengaruh
pada mahasiswa STIKes Perintis Padang karena melihat iklannya yang bagus dan
tahun 2016. Hal ini didukung oleh menarik. Hal ini menunjukkan bahwa iklan
penelitian verzeletti eat al (2010) yang komersial khususnya di media televisi
meyatakan pengaruh paparan media massa cukup mempengaruhi remaja dalam
dapat mempengaruhi konsumsi minuman mengkonsumsi minuman ringan
pada remaja. Pengaruh paparan media berpemanis. Sebuah penelitian lain