Anda di halaman 1dari 38

PELATIHAN PENYELESAIAN

SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI

6
MODUL
ANALISIS PENYELESAIAN
SENGKETA
KONTRAK KONSTRUKSI

PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN SUMBER DAYA AIR DAN KONSTRUKSI


BADANPENGEMBANGANSUMBERDAYAMANUSIA
KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT

BANDUNG, 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas selesainya penyusunan modul 6 tentang Analisis Penyelesaian
Sengketa Kontrak Konstruksi ini. Modul ini adalah modul ke-6 dari 7 modul yang harus diselesaikan
dalam Pelatihan Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi. Pelatihan tersebut diadakan mengingat
dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi, yang lazim dilakukan di Indonesia akan melibatkan pihak
pengguna jasa konstruksi dan penyedia konstruksi serta tertuang dalam kontrak konstruksi yang
dipergunakan sebagai dasar hubungan hukum kedua belah pihak. Setiap tahun, puluhan ribu kontrak
konstruksi ditandatangani dan diimplementasikan sehingga tidak menutup kemungkinan akan terjadi
sengketa kontrak konstruksi. Dalam menyelesaikan sengketa kontrak konstruksi ada dua pilihan
penyelesaian yaitu penyelesaian melalui jalur peradilan dan penyelesaian di luar peradilan. Pelatihan
penyelesaian sengketa kontrak konstruksi ini dimaksudkan untuk membekali para ASN di
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, khususnya yang terkait dalam penanganan
kontrak konstruksi dalam melaksanakan tugasnya, untuk mengantisipasi bila terjadi kemungkinan
sengketa.
Modul Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi ini bertujuan untuk memberikan
pemahaman dan pengetahuan kepada peserta pelatihan mengenai metode analisis secara sederhana
tentang penyelesaian sengketa kontrak konstruksi. Dalam modul ini akan dibahas tentang :identifikasi
dampak penyelesaian sengketa kontrak konstruksi, analisa penyelesaian sengketa kontrak konstruksi
melalui jalur litigasi dan non litigasi dan studi kasus terkait analisa penyelesaian sengketa kontrak
konstruksi.
Modul analisis penyelesaian sengketa kontrak konstruksi ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh
Karena itu masukan dan kritikan yang membangun dari berbagai pihak sangat diharapkan demi
kesempurnaan modul ini di masa yang akan datang. Akhirnya semoga modul ini dapat bermanfaat.

Bandung, 2017

Kepala
Pusdiklat Sumber Daya Air dan Konstruksi

Modul 6
i
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................ii
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL.................................................................................................iii
PENDAHULUAN...................................................................................................................................iv
MATERI 1 ANALISA PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI MELALUI
JALUR LITIGASI Dan NON LITIGASI..................................................................1
1.1 Identifikasi Dampak Sengketa Kontrak Konstruksi.............................................................1
1.2 Analisa Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi............................................................5
MATERI 2 STUDI KASUS : PENYELESAIAN SENGKETA KONSTRUKSI
MELALUI JALUR LITIGASI.................................................................................17
A. CONTOH KASUS PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI PENGADILAN..........18
Para Pihak...................................................................................................................................18
Gugatan......................................................................................................................................18
PUTUSAN..................................................................................................................................19
Pertimbangan Hakim..................................................................................................................21
B. CONTOH KASUS PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI ARBRITASE..............24
Para Pihak...................................................................................................................................24
Gugatan......................................................................................................................................24
PUTUSAN..................................................................................................................................24
Pertimbangan Hakim..................................................................................................................25
PENUTUP..............................................................................................................................................28
KUNCI JAWABAN...............................................................................................................................29
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................................30
GLOSARI...............................................................................................................................................32

Modul 6
i
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL

Peserta “Pelatihan Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi” yang berbahagia.


Modul Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi ini adalah modul keenam dari tujuh modul
yang harus Anda selesaikan dalam pelatihan ini.Modul ini teknik penyajiannya dilakukan secara
andragogi dibarengi dengan metoda pembelajaran lebih banyak diskusi dari ceramah. Hal ini
dilakukan untuk memberikan keleluasaan pada para peserta mengungkapkan apa yang sudah
diketahuinya
Seperti layaknya sebuah modul, maka pembahasan dimulai dengan menjelaskan tujuan yang hendak
dicapai dan disertai dengan soal pre test yang mengukur tingkat penguasaan materi setiap topik.
Dengan demikian pengguna modul ini secara mandiri dapat mengukur tingkat pemahaman yang
dicapainya.
Dalam mempelajari modul ini, seyogyanya Anda lakukan secara berurutan mulai dari materi pertama
sampai materi terakhir, agar pengetahuan yang Anda miliki menjadi lengkap. Dengan mempelajari
modul ini, Anda diharapkan akan memahami cara melakukan analisa secara sederhana terhadap kasus
penyelesaian sengketa kontrak konstruksi termasuk kebijakan penyelesaian sengketa kontak
konstruksi.
Modul ini terdiri dari dua materi pokok, yaitu analisa penyelesaian sengketa kontrak konstruksi
melalui jalur litigasi dan non-litigasi dan studi kasus terkait penyelesaian sengketa kontrak konstruksi
melalui jalur litigasi dan non-litigasi. Modul ini akan diawali dengan pembahasan terkait identifikasi
dampak sengketa kontrak konstruksi dan dilanjutkan sub materi tentang analisa penyelesaian sengketa
kontrak konstruksi. Materi analisis penyelesaian sengketa kontrak konstruksi ini sebagai prespektif
yang akan melandasi proses pembelajaran studi kasus pada materi berikutnya. Pada sesi pembahasan
materi ini lebih ditekankan pada pemahaman tentang cara menganalisa penyelesaian sengketa kontrak
konstruksi.
Pada akhir pembahasan tiap materi akan diberikan tes, untuk mengukur kemampuan Anda dalam
memahami tiap-tiap materi. Anda dapat melihat kemampuan Anda dengan mencocokkan jawaban
Anda dengan kunci jawaban yang ada pada akhir modul ini. Apabila Anda belum dapat menjawab
pertanyaan (soal) dengan benar, Anda harus mengulangi mempelajari materi tersebut.
Apabila ada tugas-tugas, harap dikerjakan baik secara individual maupun kelompok. Untuk hal-hal
yang kurang jelas, Anda dapat menghubungi nara sumber di Pusat Pendidikan dan Pelatihan Sumber
Daya Air dan Konstruksi.
.
Akhirnya, selamat mempelajari modul ini, semoga sukses.

Modul 6
i
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Setiap tahun, puluhan ribu kontrak konstruksi ditandatangani dan diimplementasikan. Dalam hal ini
sudah hampir pasti akan terjadi sengketa konstruksi akibat perbedaan intrepretasi maupun akibat lain
yang bersifat fisik maupun non fisik. Dalam menyelesaikan sengketa kontrak konstruksi, dapat
ditempuh berbagai cara. Di Indonesia penyelesaian sengketa terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu: (1)
litigasi dan (2) non-litigasi.
Litigasi adalah bentuk penyelesaian sengketa dalam acara persidangan di peradilan umum.Sedangkan
non-litigasi adalah bentuk penyelesaian sengketa di luar peradilan umum. Non-litigasi menurut
Undang Undang Nomor 30 Tahun 1999 terbagi menjadi 2 (dua), yaitu:
(1) arbitrase dan (2) alternatif penyelesaian sengketa.
Penyelesaian dengan cara arbitrase dan alternatif penyelesaian sengketa terbukti efektif dalam
penyelesaian sengketa pada umumnya dan demikian juga tentunya sengketa konstruksi pada
khususnya.
Sengketa kontrak konstruksi akan selalu terjadi dalam perjalanan suatu kontrak, meskipun sengketa ini
bukan merupakan sesuatu yang direncanakan, karena masing-masing pihak akan mempertahankan
agar pihaknya tidak merugi. Kontraktor sebagai salah satu pihak mempunyai tugas untuk
menyelesaikan pekerjaan sesuai kontrak, tentunya dengan tujuan mendapatkan keuntungan yang sudah
diperhitungkan sebelumnya, sedang pihak pengguna jasa akan bertahan agar biaya yang telah
disepakati dalam kontrak, sebagai harga kontrak, sedapat mungkin tidak terlampaui.
Dari sisi penyelenggaraan konstruksi, kesadaran hukum dalam kepatuhan para pihak, yakni pengguna
jasa dan penyedia jasa, dalam pemenuhan kewajibannya serta pemenuhan terhadap ketentuan yang
terkait dengan aspek keamanan, keselamatan, kesehatan dan lingkungan, agar dapat mewujudkan
bangunan yang berkualitas dan mampu berfungsi sebagaimana yang direncanakan..

B. DESKRIPSI SINGKAT

Sengketa konstruksi dapat timbul antara lain karena klaim yang tidak dilayani misalnya keterlambatan
pembayaran, keterlambatan penyelesaian pekerjaan, perbedaan penafsiran dokumen kontrak, ketidak
mampuan baik teknis maupun manajerial dari para pihak. Selain itu sengketa konstruksi dapat pula
terjadi apabila pengguna jasa ternyata tidak melaksanakan tugas-tugas pengelolaan dengan baik dan
mungkin tidak memiliki dukungan dana yang cukup.

Penyelesaian sengketa melalui arbitrase lebih disukai, dalam Undang-Undang Arbitrase Baru 1999,
dinyatakan antara lain bahwa dibandingkan dengan berperkara biasa melalui

Modul 6
i
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
pengadilan negeri, arbitrase lebih diutamakan oleh pelaku bisnis internasional. Salah satu sebab adalah
karena “lebih cepat, murah dan sederhana”.

Pengadilan tidak berwenang memeriksa kembali perkara yang sudah dijatuhkan putusan arbitrasenya,
kecuali apabila ada perbuatan melawan hukum terkait dengan pengambilan putusan arbitrase dengan
itikad tidak baik, dan apabila putusan arbitrase itu melanggar ketertiban umum.

Peradilan harus menghormati lembaga arbitrase, tidak turut campur, dan dalam pelaksanaan suatu
putusan arbitrase masih diperlukan peran pengadilan, untuk arbitrase asing dalam hal permohonan
eksekuator ke pengadilan negeri.

Pada prakteknya walaupun pengaturan arbitrase sudah jelas dan pelaksanaannya bisa berjalan tanpa
kendala namun dalam eksekusinya sering mengalami hambatan dari pengadilan negeri.

C. TUJUAN PEMBELAJARAN

Setelah mengikuti pelatihan ini peserta mampu:


• Mengidentifikasi dampak sengketa kontrak konstruksi
• Menjelaskan cara mengalisa Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi
• Menganalisa Kasus Penyelesaian Sengketa kontrak Konstruksi

D. MATERI POKOK
Modul ini terdiri dari dua materi pokok, yaitu analisa penyelesaian sengketa kontrak konstruksi
melalui jalur litigasi dan non-litigasi dan studi kasus terkait penyelesaian sengketa kontrak konstruksi
melalui jalur litigasi dan non-litigasi. Modul ini akan diawali dengan pembahasan terkait identifikasi
dampak sengketa kontrak konstruksi dan dilanjutkan sub materi tentang analisa penyelesaian sengketa
kontrak konstruksi. Materi analisis penyelesaian sengketa kontrak konstruksi ini sebagai prespektif
yang akan melandasi proses pembelajaran studi kasus pada materi berikutnya. Materi kedua dalam
modul ini yaitu studi kasus terkait analisis penyelesaian sengketa. Pada sesi pembahasan materi ini
lebih ditekankan pada pemahaman tentang cara menganalisa penyelesaian sengketa kontrak
konstruksi.

Modul 6
v
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
MATERI

ANALISA PENYELESAIAN

1 SENGKETA KONSTRUKSI
MELALUI JALUR LITIGASI

Indikator Keberhasilan
Setelah mempelajari materi 1 tentang analisa penyelesaian sengketa kontrak kerja konstruksi ini indikator ke keberh
mengidentifikasi dampak sengketa kontrak kerja konstruksi
menjelaskan cara menganalisa penyelesaian sengketa kontrak konstruksi, dan
menganaiisa penyelesaian sengketa kontrak kerja konstruksi

1.1 IDENTIFIKASI DAMPAK SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI

Industri jasa konstruksi memiliki faktor risiko dengan tingkat ketidak pastian yang lebih tinggi
dibandingkan dengan industri lainnya (Flanagan dan Norman, 1993).Hal tersebut merupakan pemicu
terjadinya sengketa. Semakin besar nilai dan panjang durasi dari suatu proyek, maka akan semakin
tinggi pula probabilitas terjadinya sengketa (Pang, 2011; Gebken, 2006; Love, 2005).

Dalam suatu hubungan hukum atau perikatan selalu dimungkinkan terjadi perselisihan di antara para
pihak yang pada akhirnya menimbulkan sengketa. Sengketa dapat bermula dari berbagai sumber
potensi sengketa. Sumber potensi sengketa dapat berupa masalah perbatasan, sumber daya alam,
kerusakan lingkungan, perdagangan, dan lain-lain.

Sengketa dapat terjadi setiap saat disebabkan oleh keadaan yang sekilas tampak tidak berarti dan kecil
sehingga terabaikan atau tanpa diperhitungkan sebelumnya. Sengketa secara umum dapat berkenaan
dengan hak-hak, status, gaya hidup, reputasi, atau aspek lain dalam kegiatan perdagangan atau
tingkah laku pribadi antara lain :

a) Kenyataan yang mungkin timbul akibat kredibilitas para pihak itu sendiri, atau dari data yang
diberikan oleh pihak ketiga termasuk penjelasan-penjelasan tentang kenyataan-kenyataan data
tersebut;

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
b) Masalah hukum yang pada umumnya akibat dari pendapat atau tafsiran penyelesaian
sengketa yang diberikan oleh para ahli hukum yang terkait;

c) Akibat perbedaan teknis termasuk perbedaan pendapat dari para ahli teknik dan
profesionalisme dari para pihak;

d) Perbedaan pemahaman tentang sesuatu hal yang muncul, misalnya dalam penggunaan kata-
kata yang membingungkan atau adanya perbedaan asumsi; dan

e) Perbedaan persepsi mengenai keadilan, konsep keadilan dan moralitas, budaya, nilainilai dan
sikap. Sengketa Jasa Konstruksi terjadi disebabkan karena adanya klaim konstruksi yang
tidak terselesaikan secara sempurna.

Menurut Blacks Law Dictionary : “ Claim to demand as one’s own or as one’s right; to assert, to urge;
to insist, cause of action. Means by or through which claimant possession or enjoyment of privilege or
thing. Femand for money or property, e.g. insurance claim ”.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, WJS Purwadarminta klaim adalah tuntutan pengakuan atas
suatu fakta bahwa seseorang berhak (untuk memiliki atau mempunyai) atas sesuatu, “ pemerintah
Indonesia akan mengajukan klaim ganti rugi kepada pemilik kapal asing itu “..

Bahwa dari dua definisi pengertian tersebut di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa klaim adalah
suatu tuntutan ataupun permohonan atas suatu keadaan dan apabila dihubungkan dengan pengertian
dalam dunia jasa konstruksi maka dapat diartikan secara sederhana bahwa klaim konstruksi adalah
permohonan atau tuntutan yang timbul dari atau sehubungan dengan pelaksanaan suatu pekerjaan jasa
konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa atau antara penyedia jasa utama dengan sub-
penyedia jasa atau pemasok bahan atau antara pihak luar dengan pengguna jasa / penyedia jasa yang
bisaanya mengenai permintaan tambahan waktu, biaya atau kompensasi lain “

Menurut pendapat Prof. H. Priatna Abdulrasyid, ada beberapa sebab terjadinya klaim yaitu:

a. Informasi desain yang tidak tepat ( delayed design information )

b. Informasi design yang tidak sempurna ( Inadequate design information )

c. Investigasi lokasi yang tidak sempurna ( Inadequate site insvetigation )

d. Reaksi client yang lambat ( Slow client response )

e. Komunikasi yang buruk ( Poor Communication )

f. Sasaran waktu yang tidak realistis ( Unrealistic time targets )

g. Administrasi kontrak yang tidak sempurna ( Inadequate contract administration )

h. Kejadian ekstern yang tidak terkendali ( Uncontrollabe external events )

i. Informasi tender yang tidak lengkap ( incomplete tender information ) j. Alokasi resiko

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
yang tidak jelas ( Unclear risk allocation )

j. Keterlambatan – ingkar membayar ( Lateness-non payment ) .

Dari uraian diatas jelas terlihat bahwa klaim dapat terjadi karena sebab- sebab yang datangnya baik
dari pengguna jasa maupun dari penyedia jasa atau sebab-sebab lain. Sebab-sebab inilah yang menjadi
dasar filosofi atau pandangan bahwa klaim sesungguhnya adalah sesuatu yang wajar terjadi dalam
dunia jasa konstruksi sehingga klaim haruslah dipandang sebagai sesuatu yang biasa terjadi dengan
demikian kita dapat mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik.

Untuk mempersiapkan sebuah klaim tentunya pengguna maupun penyedia jasa harus mempersiapkan
segala sesuatunya dengan baik dan benar terutama mengenai data dan keadaan yang mendasari
terjadinya sebuah klaim sehinggga klaim tersebut dapat tertangani dengan baik dan benar serta tidak
menimbulkan suatu kerugian bagi para pihak baik bagi yang mengajukan maupun yang menerima
klaim dan akan menjadi sebuah persoalan berbeda apabila klaim tersebut tidak tertangani dengan baik
karena klaim yang tidak tertangani dengan baik jelas akan menimbulkan sebuah akibat hukum berupa
sengketa atau perselisihan. Apabila klaim yang diajukan baik oleh pengguna jasa maupun penyedia
jasa disetujui maka timbullah perintah kerja baru apabila menyangkut perubahan pekerjaaan dan
apabila klaim tersebut tidak tertangani dengan baik maka akan menjadi sebuah sengketa atau
perselisihan yang harus diselesaikan melalui jalur hukum yang telah dipilih oleh para pihak dalam
kontrak baik melalui Alternatif Penyelesaian Sengketa, Arbitrase, maupun melaui Pengadilan.

Didalam pelaksanaan pekerjaan pemborongan, khususnya pemborongan bangunan pada proyek


pemerintah maupun swasta. Walaupun di dalam perjanjian pemborongan tersebut diatur mengenai
sanksi atau denda yang akan dikenakan apabila terjadi pelanggaran perjanjian, akan tetapi hal tersebut
tidak menjamin bahwa dalam tahap pelaksaannya tidak terjadi pelanggaran atau wanprestasi, baik itu
berasal dari kesalahan pemborong sendiri ataupun berasal dari faktor diluar pemborong.

Mitropoulos dan Howell menjelaskan bahwa pada dasarnya terdapat tiga akar permasalahan penyebab
persengketaan dalam penyelenggaraan proyek konstruksi yaitu :

a. Adanya faktor ketidakpastian dalam setiap proyek konstruksi.

b. Masalah yang berhubungan dengan kontrak konstruksi.

c. Perilaku oportunis dari para pihak yang terlibat dalam suatu proyek konstruksi.

Sengketa menimbulkan kerugian bagi pihak-pihak yang bertikai. Kerugian tersebut antara lain :

a. Biaya dan Waktu.

Allen pada tahun 2010, dalam penelitiannya menyampaikan bahwa negara di Asia
menduduki peringkat tertinggi dalam nilai sengketa, yaitu sebesar USD. 64.500.000,-
/tahun, dan waktu penyelesaian sengketa, yaitu selama 11,4 bulan.

Modul 6
3
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
b. Produktivitas.

Australian Bureau of Statistics (ABS) menyampaikan bahwa pada tahun 2007, tercatat lebih
dari 7.000 hari kerja hilang karena adanya sengketa di industri konstruksi (New South Wales
Department of Commerce, 2008).

c. Popularitas dan Relasi.

Dengan adanya sengketa, popularitas dan relasi antar pihak yang bertikai, akan memburuk,
terlebih ketika sengketa mencapai tingkat litigasi dimana tingkat ketegangan sudah mencapai
titik tertinggi, dibandingkan dengan metode penyelesaian lainnya (Gebken, 2006; Love,
2005).

Tahukah Anda, berapa kerugian yang ditimbulkan dari sengketa konstruksi?

Waktu penyelesaian sengketa membuat proses konstruksi menjadi jauh lebih lama dari waktu kontrak
yang disepakati. Selain itu, sengketa konstruksi mengakibatkan tidak optimalnya sumber daya dan
juga pembiayaan yang rawan melebihi dana yang dianggarkan.

Klaim, konflik dan sengketa konstruksi merupakan hal yang umum terjadi pada proyek konstruksi.
Klaim muncul ketika permintaan dari satu pihak kepada pihak lain tidak terfasilitasi. Hal ini dapat
menimbulkan konflik dan pada akhirnya berujung sengketa. Sengketa yang terjadi pada proyek
konstruksi merupakan hal yang merugikan bagi pihak- pihak yang bersengketa. Maka dari itu, upaya
untuk mencegah terjadinya sengketa merupakan tantangan bagi pelaku industri jasa kontruksi. Pada
umumnya metode yang digunakan masih mengacu pada pengetahuan dan pengalaman personal, belum
didukung oleh kerangka kerja dengan metode yang telah teruji.

Dalam pembahasan modul ini Anda akan diminta mendiskusikan bersama peserta lainnya mengenai
berbagai macam dampak sengketa kontrak konstruksi. Mengenai pegertian sengketa kontrak
konstruksi, faktor-faktor yang menyebabkan sengketa kontak konstruksi serta macam-macam sengketa
sudah dibahas dalam modul 4. Sebagai panduan diskusi ini, Anda diminta mengikuti instruksi sesuai
lembar kerja dibawah ini :

Lembar Kerja

Matrik Diskusi identifikasi Sengketa Kontrak Konstruksi dan Dampaknya

No Sengketa Kontrak Konstruksi

1. Macam-macam

2. Dasar Hukum

3. Penyebab

4. Dampak yang ditimbulkan

5 Bagamaina cara penyelesaiannya

Modul 6
4
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
Format di atas hanya sebagai panduan diskusi saja, kelompok dapat memberikantambahan atau menyesuaikan s
Anda bersama peserta lain melakukan diskusi dengan mengidentifikasi macam-macam sengketa, Dasar hukum p
Memberikan kesempatan kepada peserta lain untuk mengungkapkan pemahaman dan pengalamannya tentang se
Anda menulis hasil kesepakatan dengan mengklarifikasi hal-hal yang perlu penegasan dan kesepakatan bersama.

1.2 Analisa Penyelesaian Sengketa Kontrak Konstruksi

Dalam pembahasan materi selanjutnya akan memberikan gambaran singkat cara penyelesaian
sengketa kontrak kerja konstruksi dan cara menganalisa secara sederhana terhadap suatu kasus
sengketa kontak kerja konstruksi.

Semakin berkembangnya proyek konstruksi di Indonesia berisiko maka akan muncul berbagai
masalah sengketa antara para pelaku konstruksi. Berbagai metode penyelesaian sengketa telah
dikembangkan untuk mangatasi masalah tersebut. Dalam upaya menyelesaikan sengketa, ada beberapa
hal yang dapat dilakukan, yaitu negosiasi, mediasi, konsiliasi,penilaian ahli, arbitrase, dan litigasi.

Kesuksesan penyelesaian sebuah sengketa dapat diindikasikan oleh 5 (lima) buah faktor, ya

Dunia dagang, terutama Internasional selalu “takut” untuk berperkara dihadapan badan- badan
peradilan. Para pedagang umumnya takut untuk berperkara bertahun-tahun lamanya (Sudargo, 1999).

Pada proses litigasi, penyelesaian sengketa harus menunggu hingga lembaga peradilan mengambil
keputusan untuk menyelesaikan masalah. Litigasi merupakan salah satu metode penyelesaian sengketa
yang banyak dipilih, namun dalam beberapa tahun terakhir muncul berbagai pendapat yang
mengemukakan bahwa metode penyelesaian sengketa ini tidak lagi efektif terutama apabila mencapai
tingkat Mahkamah Agung, namun pada kenyataannya, metode ini masih banyak digunakan. Hal ini
menimbulkan pertanyaan, bagaimana gambaran

Modul 6
5
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
penyelesaian sengketa konstruksi di Indonesia yang ditempuh melalui jalur litigasi?

Proses tersebut terkadang memakan waktu yang lama. Dalam penyelesaian sengketa melalui proses
litigasi, pihak-pihak yang bersengketa akan mengajukan diri pada badan peradilan negara. Pada proses
ini pihak yang bersengketa harus menjalani proses peradilan yang sah sesuai ketentuan yang diatur
dalam Undang-Undang. Apabila salah satu pihak kurang puas pada putusan peradilan, pihak tersebut
berhak melakukan banding ke tingkat yang lebih tinggi hingga mencapai ke Mahkamah Agung.

Dengan berkembangnya metode alternatif penyelesaian sengketa, banyak pendapat yang


mengemukakan bahwa metode penyelesaian sengketa melalui proses litigasi tidak lagi efektif.

Salahsatu metode alternatif penyelesaian sengketa kontrak konstruksi dilakukan dengan arbitras.
Arbitrase adalah metode penyelesaian masalah yang dibentuk melalui kontrak dan melibatkan para
ahli dibidang konstruksi.Para ahli tersebut bergabung dalam badan arbitrase. Badan ini akan mengatur
pihak-pihak yang telah menandatangani kontrak dengan klausul arbitrasi didalamnya untuk melakukan
arbitrasi dan menegakkan keputusan arbitrator. Hal yang menguntungkan dari cara arbitrasi ini adalah
sifat penyelesaiannya yang cepat dan murah jika dibandingkan dengan litigasi. Selain itu, cara arbitrasi
ini dilakukan secara tertutup serta dilakukan oleh seorang arbitrator yang dipilih berdasarkan keahlian.

Keputusan arbitrasi yang bersifat final dan mengikat merupakan alasan penting digunakannya cara ini
untukmenyelesaikan masalah. Keputusan pengadilan biasanya terbuka untuk proses peradilan yang
lebih panjang. Hal ini menghasilkan penundaan yang lama dan memakan biaya dalam penyelesaian
masalah.Sedangkan keputusan dari arbitrasi ini tidak dapat dirubah tanpa semua pihak setuju untuk
membuka kembali kasusnya.

Berikut di bawah ini penjelasan mengenai kelebihan dan kelemahan dari penyelesaian sengketa yang
ditempuh melalui jalan arbitrase: Kelebihan penyelesaian sengketa melalui arbitrase:

1. Kerahasiaan sengketa para pihak terjamin;


2. Dapat dihindari kelambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif;
3. Para pihak dapat memilih arbiter yang memiliki pengalaman dan latar belakang yang cukup
mengenai masalah yang disengketakan, secara jujur dan adil;
4. Para pihak dapat menentukan pilihan hukum untuk menyelesaikan masalah serta proses
dan tempat penyelenggaraan arbitrase; dan
5. Putusan arbiter merupakan putusan yang mengikat para pihak melalui prosedur sederhana
dan langsung dapat dilaksanakan.

Kelemahan penyelesaian sengketa melalui arbitrase:

1. Putusan arbitrase sangat tergantung pada kemampuan teknis arbiter untuk memberikan
putusan yang memuaskan kepada kedua belah pihak. Karena walaupun arbiter adalah seorang
ahli, namun belum tentu dapat memuaskan para pihak;
2. Tidak terikat dengan putusan arbitrase sebelumnya, atau tidak mengenal legal precedence.
Oleh karenanya, bisa saja terjadi putusan arbitrase yang berlawanan dan bertolak belakang;

Modul 6
6
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
3. Pengakuan dan pelaksanaan atau eksekusi putusan arbitrase bergantung pada pengakuan dan
kepercayaan terhadap lembaga arbitrase itu sendiri;
4. Proses arbitrase ini akan memakan waktu, tenaga serta biaya yang lebih mahal, jika ada salah
satu pihak yang belum puas dan masih ingin memperkarakan putusan arbitrase.

Berikut uraian mengenai perbandingan kelebihan dan kelemahan penyelesaian sengketa kontruksi
melalui arbitrase dan jalur pengadilan.

Tabel 1. Matrik Kelebihan Arbitrase dibandingkan dengan Pengadilan

ARBITRASE PENGADILAN
Bebas dan otonommenentukan rules dan institusi Mutlak terikat pada hukum acara yang
arbitrase berlaku
Menghindari ketidakpastian (uncertainty) akibat
perbedaan sistem hukum dengan negara tempat
Yang berlaku mutlak adalah sistem
sengketa diperiksa, maupun kemungkinan adanya
hukum dari Negara tempat sengketa
keputusan Hakim yang kurang unfair dengan maksud
diperiksa
apa pun, termasuk melindungi kepentingan domestik
yang terlibat sengketa
Keleluasan memilih arbiter profesional, pakar (expert)
dalam bidang yang menjadi objek sengketa, dan Majelis Hakim Pengadilan ditentukan
independen dalam memeriksa sengketa. oleh Administrasi Pengadilan

Waktu prosedur dan biaya arbiter lebih efisien. Putusan


Putusan pengadilan ditentukan oleh
bersifat final dan binding, dan tertutup untuk upaya
Administrasi pengadilan
hukum banding atau kasasi;
Persidangan tertutup (non-publicity) dan karenanya
memberi perlindungan untuk informasi atau data usaha Terbuka untuk umum (kecuali kasus
yang bersifat rahasia atau tidak boleh diketahui umum. cerai)

Pertimbangan hukum lebih mengutamakan Pola pertimbangan Pengadilan dan


aspek privat dengan win-win solution Putusan hakim adalah win loose

Tabel 2. Kelemahan Arbitrase dibandingkan dengan Pengadilan

ARBITRASE PENGADILAN
Honorarium arbiter, panitera, dan administrasi
relatif mahal. Tolak ukur jumlah umumnya
Biaya perkara relatif murah dan telah
ditentukan oleh nilai klaim (sengketa). Apabila biaya
ditentukan oleh MARI
ditolak atau tidak dibayar oleh salah satu
pihak, pihak yang lain wajib membayarnya lebih

Modul 6
7
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
ARBITRASE PENGADILAN
dulu agar sengketa diperiksa oleh arbitrase
Tidak ada hambatan berarti dalam
Relatif sulit untuk membentuk Majelis Arbitrase Ad
pembentukan Majelis Hakim yang
Hoc
memiksa perkara
Tidak memiliki juru sita sendiri sehingga menghambat
Majelis juru sita dan atau sarana
penerapan prosedur dan mekanisme Arbitrase secara
pelaksanaan prosedur hukum acara
efektif
Putusan arbitrase tidak memiliki daya paksa yang
Pelaksanaan putusan dapat dipaksakan
efektif, dan sangat bergantung kepada Pengadilan jika
secara efektif terhadap pihak yang kalah
putusan tidak dijalankan dengan sukarela
dalam perkara

Eksekusi Putusan Arbitrase cenderung mudah dan


Eksekusi Putusan yang telah memiliki
diintervensi pihak yang kalah melalui lembaga
kekuatan hukum yang pasti, dapat
peradilan (Bantahan, Verzet) sehingga waktu realisasi
dilaksanakan meskipun kemudian ada
pembayaran ganti rugi menjadi relative bertambah
bantahan atau Verzet
lama

Salah satu masalah utama dalam pelaksanaan konstruksi di Indonesia adalah adanya sengketa
konstruksi yang terjadi antara pengguna jasa dengan pihak kontraktor selaku penyedia jasa.
Kecenderungan terjadinya sengketa ini mengingat kontrak konstruksi bersifat dinamis dan berbeda
dengan kontrak-kontrak yang lain.

Durasi proyek yang relatif panjang, kompleks, ukuran dan harga yang disepakati, serta jumlah
pekerjaan dapat berubah setiap saat selama masa kontrak pelaksanaan konstruksi, adalah beberapa
contoh faktor yang menyebabkan kontrak konstruksi rawan sengketa dan penyelesaiannya pun
cenderung lama.

Dalam menghadapai masalah sengketa kontrak konstruksi haruslah diingat bahwa penyelesaian
dengan musyawarah jauh lebih baik dari pada mengajuan klaim.Tujuan yang hendak dicapai bukanlah
untuk membuktikan siapa yang benar melainkan penyelesaian masalah yang ada. Banyak cara untuk
menyelesaikan perselisihan dalam suatu proyek. Diperlukan sikap terbuka (open minded) dan
keinginan yang kuat dalam menyelesaikan masalah dari pihak terlibat. Adanya kesadaran bahwa
dalam menyelesaikan proyek tepat waku, cost dan standar mutu dan spesifikasi sesuai dengan
perjanjian sebelumnya adalah tujuan utamanya Bila salah satu pihak tidak memenuhi syarat yang
sudah dipenuhi, maka perselisihan tersebut tidak akan selesai.

Apabila sengketa kontrak kerja konstruksi tidak dapat diselesaikan dengan segera, pihak- pihak yang
terlibat harus dilanjutkan ke forum penyelesaian masalah lebih formal. Yang termasuk dalam hal ini
adalah : Negosiasi, Mediasi, konsiliasi,dan Dewan Sengketa.

Yang dimaksud dengan negosiasi adalah cara penyelesaian yang hanya melibatkan kedua belah pihak
yang bersengketa, tanpa melibatkan pihak-pihak yang lain. Hal ini mirip dengan musyawarah dan
mufakat yang ada di Indonesia, dimana keinginan untuk berkompromi, adanya unsur saling memberi
dan menerima serta kesediaan untuk sedikit menyingkirkan

Modul 6
8
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
ukuran kuat dan lemah adalah persyaratan keberhasilan cara ini. Di dalam negosiasi ini kontraktor dan
pemilik memakai arsitek dan insinyur sebagai penengah.Biasanya kontraktor diminta mengajukan
klaim kepada arsitek/insinyur yang diangkat menjadi negosiator. Arsitek/Insinyur ini akan mengambil
keputusan yang sifatnya tidak mengikat, kecuali keputusan tentang ‘efek arstistik’ yang konsisten
dengan apa yang telah ada dalam dokumen kontrak.

Mediasi merupakan cara penyelesaian masalah di awal perselisihan berlangsung. Mediasi ini
melibatkan pihak ketiga yang tidak memihak dan dapat diterima kedua belah pihak yang bersengketa.
Pihak ketiga ini akan berusaha menolong pihak-pihak yang berselisih untuk mencapai persetujuan
penyelesaian, meskipun mediator ini tidak mempunyai kekuatan untuk memutuskan penyelesaian
masalah tersebut. Mediasi sama menguntungkannya dengan arbitrasi. Mediasi dapat menyelesaikan
masalah dengan cepat, murah, tertutup dan ditangani oleh para ahli.Tetapi yang menjadi masalah
adalah keputusan mediasi ini tidak mengikat. Jadi apabila persetujuan tidak dapat dicapai, seluruh
usaha mediasi hanya akan membuang-buang uang dan waktu.

Dalam Undang-Undang Nomer 2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi disebutkan bahwa salah satu
cara dalam penyelesaian sengketa adalah melalui upaya Konsiliasi. Istilah konsiliasi diatur dalam
Pasal 1 butir 10 Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian
Sengketa

Konsiliasi diartikan sebagai upaya perdamaian atau langkah awal perdamaian sebelum sidang
pengadilan (litigasi) dilaksanakan dan ketentuan perdamaian yang diatur dalam Kitab Undang-
undang Hukum Perdata. Proses konsiliasi dalam sengeketa konstruksi wajib dipimpin oleh seorang
ahli dan berkompeten dalam melaksanakan kegiatan mediasi dan juga ahli dan berpengalaman dalam
penyelanggaraan jasa konstruksi.
Hal ini bertujuan untuk memperoleh kejelasan akan dasar pemikiran pihak pihak lawan dan
memperoleh titik temu yang dinilai paling sedikit merugikan para pihak. Sorang ahli yang bertindak
sebagai konsiliator adalah pihak ketiga yang netral dan dipercaya oleh semua pihak bersengketa
karena dalam proses konsiliasii tidak hanya memfasilitasi pertemuan antara para pihak, akan tetapi
juga memberikan saran solusi berdasarkan fakta dan mekanisme penyelesainnya.
Permasalahan sengketa seringkali diselesaikan melalui jalur litigasi yang di tangani oleh bukan ahli
bidang konstruksi sehingga menghasilkan putusan yang kurang adil. Oleh karena itu perlu dibentuk
dewan sengketa pada setiap pekerjaan konstruksi terutama Kementerian PUPR, agar iklim bisnis
konstruksi di Indonesia lebih kondusif

Terkait penyelesaian sengketa kontrak konstruksi mengacu pada pasal 88 UU Nomor


2 Tahun 2017 tentang Jasa Konstruksi yaitu dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum
dalam kontrak kerja konstruksi para pihak yang bersengketa membuat suatu persetujuan tertulis
mengenai tata cara penyelesaian sengketa yang akan dipilih. Tahapan upaya penyelesaian sengketa
meliputi:Mediasi; Konsiliasi; dan Arbitrase yaitu BADAPSKI. Selain upaya penyelesaian sengketa
para pihak dapat membentuk dewan sengketa. Dalam hal upaya penyelesaian sengketa dilakukan
dengan membentuk dewan sengketa pemilihan keanggotaan dewan sengketa dilaksanakan berdasarkan
prinsip profesionalitas dan tidak menjadi bagian dari salah satu pihak.

Modul 6
9
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
Perbedaan pendapat dari para pihak dalam menginterpretasikan dokumen kontrak seringkali berkembang
menjadi sengketa yang serius. Jika para pihak gagal menyelesaikan sengketa melalui negosiasi, mereka dapat
maju ke arbitrase atau litigasi (pengadilan). Setiap pihak ingin menghindari arbitrase maupun litigasi karena
mereka paham bahwa arbitrase dan/atau litigasi memakan waktu dan memerlukan biaya yang cukup besar.
Apalagi, dalam proses arbitrase dan litigasi, hubungan antara para pihak memburuk dan proyek tidak berhasil
diselesaikan (dan salah satu pihak akhirnya akan kehilangan muka). Cara terbaik untuk memecahkan
ketidaksetujuan adalah menghindarinya menjadi sengketa resmi. Tugas utama DB adalah menghindari
ketidaksetujuan menjadi sengketa. Membuat keputusan atau "rekomendasi" adalah tugas sekunder DB. Suatu DB
terdiri atas tiga (atau satu, tergantung pada ukuran dan kompleksitas proyek) anggota yang berpengalaman dan
memiliki pengetahuan tentang jenis konstruksi, interpretasi dokumen kontrak, proses DB dan benar-benar
independen dan tidak memihak. Suatu DB dibentuk pada permulaan suatu proyek dan kepada anggota DB harus
diberikan Dokumen Kontrak seperti Persyaratan Kontrak, Gambar, Spesifikasi dan Program Kerja sehingga para
Anggota menjadi terbiasa dengan proyek. DB mengunjungi lapangan secara teratur, katakanlah tiga bulanan,
untuk bertemu dengan orang lapangan dan mengamati kemajuan dan permasalahan proyek, jika ada. Di antara
kunjungan-kunjungan lapangan, Enjinir atau para Pihak mengirimkan Laporan Bulanan Kemajuan Proyek,
Pemberitahuan Klaim dan korespondensi penting lainnya kepada anggota DB agar anggota DB tetap
terinformasikan. DB merupakan bagian dari tim pelaksanaan yang membantu para pihak menghindari sengketa
dan menyelesaikan sengketa melalui negosiasi yang bersifat kekeluargaan. Jika para pihak gagal menyelesaikan
sengketa, sengketa dirujuk ke DB untuk dimintakan penetapannya. Karena anggota DB sudah terbiasa dengan
dokumen kontrak dan pelaksanaan di lapangan serta kemajuan proyek, tidak dibutuhkan waktu yang lama untuk
mempertimbangkan suatu sengketa. Meskipun jika penetapan ditolak oleh satu atau kedua pihak, ini akan
menjadi dasar bagi negosiasi selanjutnya dalam suasana kekeluargaan. Jadi, manfaat dari DB adalah pencegahan
terjadinya sengketa dan penyelesaian sengketa secara dini tanpa menyimpan sikap permusuhan.

Terdapat tiga jenis utama DB, Dispute Review Board (DRB), Dispute Adjudication Board(DAB) dan
Combined Dispute Board (CDB).

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
ANALISA KASUS SENGKETA KONTRAK KONSTRUKSI DAN PENYELESAIANNYA

Penelusuran kasus-kasus dilakukan melalui penelaahan dokumen, dan selanjutnya akan diolah untuk
menggambarkan realitas/fenomena mengenai sengketa yang terjadi pada industri jasa konstruksi di
Indonesia.

Analisis kasus sengketa konstruksi melalui dokumen putusan pengadilan untuk mendapatkan bentuk
dasar dari anatomi sengketa konstruksi dan menguji pola yang terbentuk berdasarkan faktor-faktor
yang memengaruhi.Analisa studi kasus ini menggunakan sampel kasus konstruksi lalu dianalisis kasus
perdata yang dapat mewakili jenis proyek dengan penyelesaian litigasi dan non litigasi. Penyelesaian
litigasi yang dimaksudkan adalah gugatan yang diajukan oleh pihak penggugat melalui pengadilan

Data putusan tersebut untuk selanjutnya diolah menjadi suatu diagram alir putusan Mahkamah Agung
yang berisi ringkasan masing-masing kasus dari awal sengketa tersebut terjadi hingga putusan
Mahkamah Agung diambil. Diagram alir tersebut kemudian dianalisis hingga mencapai suatu
kesimpulan.

Analisis pada studi kasus ini dibagi menjadi empat bagian yaitu analisis pihak bersengketa dan jenis
proyek, analisis karakteristik penyebab sengketa,manalisis jangka waktu penyelesaian sengketa, dan
analisa biaya yang digugat.

Misal: Pihak bersengketa terdiri dari kontraktor BUMN sebagai penyedia jasa, pemerintah atau swasta
sebagai penggunajasa, dan warga sebagai pihak lain yang terlibat dalam suatu proyek. Pihak pihak ini
yang akan dianalisis secara kualitatif hingga dapat diketahui pihak mana yang berpengaruh dalam
suatu kasus sengketa.

Jenis proyek dalam studi kasus n ini diklasifikasikan menurut Grace (2010), yang membagi tipe
proyek konstruksi menjadi tujuh bagian, yaitu pemukiman, bangunan, kelembagaan atau komersil,
industri, industri khusus, jalan, dan heavy construction.

Analisis karakteristik penyebab sengketa konstruksi memuat analisis mengenai penyebab atau akar
permasalahansuatu sengketa yang diselesaikan melalui jalur litigasi hingga mencapai tingkat
Mahkamah Agung. Pengelompokan faktor penyebab sengketa konstruksi diambil dari penelitian
terdahulu oleh Yan (2011), yaitu :

a) faktor pekerjaan,

Faktor pekerjaan menunjukkan permasalahan yang muncul akibat faktor eksternal dan faktor
internal. Faktor ketidak lengkapan kontrak terdiri dari permasalahan klausul yang bermakna dua,
kurangnya klausul dalam kontrak, serta permasalahan lain yang berasal dari kontrak konstruksi
ketidak lengkapan kontrak, dan

b) faktor manusia.

Faktor manusia menunjukkan permasalahan yang muncul akibat dari faktor tingkah laku manusia
ataupun dari faktor psikologis.

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
Analisis jangka waktu penyelesaian sengketa didefinisikan sebagai lamanya waktu yang dibutuhkan
untuk menyelesaikan masalah sengketa tersebut yang ditempuh melalui jalur litigasi hingga mencapai
tingkat Mahkamah Agung.Jangka waktu penyelesaian sengketa pada studi kasus ini dibagi menjadi
dua bagian.Bagian pertama adalah jangka waktu dari Perjanjian hingga adanya Putusan Mahkamah
Agung.Sedangkan yang kedua adalah jangka waktu dari Putusan Pengadilan Negeri hingga adanya
Putusan Mahkamah Agung.

Alasan analisis dibagi menjadi dua bagian adalah untuk memberi gambaran lamanya proses
penyelesaian sengketa melalui peradilan pada tingkat yang lebih tinggi, yaitu pada tingkat Pengadilan
Tinggi dan Mahkamah Agung.

Analisis biaya digugat didefinisikan sebagai biaya yang diperjuangkan oleh kedua bela sengketa.
Besarnya biaya ini diperoleh dari angka dalam satuan Rupiah, yang dijadikan dasar pengajuan tuntutan
oleh salah satu pihak kepada pihak lain. Analisis biaya digugat diperlukan untuk memberi gambaran
mengenai hasil putusan Mahkamah Agung Indonesia.

Pada studi kasus sengketa konstruksi ini juga dapat dilihat jenis sengketa pada tahap pelaksanaan
konstruksi atau pada tahap pelelangan.

TAHAPAN ANALISA

Peserta pelatihan didorong untuk dapat mengidentifikasi para pihak yang bersengketa.Misal pihak
bersengketa dibagi menjadi tiga, yaitu pemerintah /kontraktor BUMN, pihak swasta, dan
masyarakat.Peserta pelatihan juga didorong untuk dapat mengidentifikasi pokok perkara yang digugat
oleh salah satu pihak yang bersengketa.

Hasil analisa sengketa kontrak konstruksi umumnya yang terjadi di tingkat litigasi melibatkan pihak
pribadi memiliki proyek berbadan hukum dan pihak kontraktor swasta lokal berbadan hukum, khusus
untuk jenis proyek kompleks.Sedang analisa sengketa kontrak kunstruksi infrastruktur didominasi oleh
pihak pemerintah dan untuk jenis proyek sederhana pengguna jasa didominasi oleh pengguna jasa
perorangan.

Indikator penyebab terjadinya sengketa pada umumnya dikarenakan waktu penyelesaian pekerjaan
terlambat di luar kontrak dan pengguna jasa tidak memenuhi kewajiban pembayaran prestasi (capaian
pengerjaan proyek) kepada kontraktor. Selain itu apabila membedah kasus terkait proses sengketa,
diketahui secara umum sengketa terjadi pada saat prestasi pekerjaan memasuki tingkat akhir. Maka
dari prestasi tersebut, sengketa seringkali muncul seiring dengan adanya klaim-klaim sebelum
sengketa terjadi.

Untuk analisa kasus penyelesaian sengketa, pada umumnya sengketa yang diselesaikan di tingkat
litigasi, mengalami banding. Selain itu pihak yang memiliki inisiatif membawa kasus ke tingkat
litigasi adalah pihak penyedia jasa terutama pada proyek bangunan infrastruktur.Sedangkan di tingkat
banding, pihak pengguna jasa memiliki inisiatif lebih pada jenis proyek bangunan sederhana dan
bangunan kompleks.Untuk rasio waktu penyelesaian sengketa terhadap waktu kontrak terbesar pada
jenis bangunan sederhana yang rata-rata memakan waktu 11 kali lebih lama dari waktu kontrak
semestinya. Dan waktu tersingkat pada jenis proyek bangunan infrastruktur yang rata-rata
menghabiskan waktu 2,6 kali dari waktu kontrak yang disepakati di awal.

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
Penggambaran faktor penyebab sengketa konstruksi dapat memberikan pengetahuan bahwa setiap
jenis proyek konstruksi memiliki karakteristik berbeda.. Melalui modul ini, diharapakan peserta dapat
mengetahui proses penyelesaian sengketa dan dapat mengidentifikasi potensi kelemahan-kelemahan
kontrak yang digunakan saat ini, sehingga dapat merekomendasikan perbaikannya dan dapat juga
digunakan sebagai rekomendasi perbaikan standar kontrak yang berlaku di Indonesia.

Untuk jenis proyek, bahwa proyek yang paling banyak menjadi permasalahan sengketa adalah proyek
pembangunan mall atau yang termasuk building construction.

Proyek untuk mencari keuntungan, sehingga pada proyek ini akan banyak menimbulkan konflik akibat
tuntutan yang tinggi. Tuntutan ini pada umumnya dari sisi tampilan, efisiensi bangunan, keamanan
maupun pemengembangkan.Proyek bangunan dan industri khusus tidak memiliki pengaruh pada
penelitian ini. Hal ini dikarenakan proyek bangunan umumnya memiliki tingkat kompleksitas yang
relatif rendah karena hanya mencakup renovasi ataupun instalasi, sedangkan untuk industri khusus,
walaupun memiliki tingkat kompleksitas yang tinggi,namun belum banyak dibangun di Indonesia.

Hasil penelitian lebih lanjut antara para pihak yang bersengketa, pihak yang mengajukan gugatan,
serta jenis proyek menghasilkan suatu kesimpulan baru.Proyek bangunan merupakan jenis proyek
yang paling dominan dominan bersengketa. Dari lima kasus proyek bangunan, empat diantaranya
merupakan sengketa antara pihak BUMN dan swasta. Apabila dihubungkan antara jenis proyek
dengan pihak lima kasus proyek bangunan, seluruhnya merupakan permohonan pihak penyedia jasa,
namun empat diantaranya dimenangkan oleh pengguna jasa.

Penyebab sengketa paling dominan yang ditempuh melalui jalur litigasi adalah faktor pekerjaan (task
factors memberi pengaruh besar adalah komponen internalAnalisis biaya digugat didefinisikan sebagai
biaya yang diperjuangkan oleh kedua belah

Pihak yang sengketa. Besarnya biaya ini diperoleh dari angka dalam satuan Rupiah, yang dijadikan
dasar pengajuan tuntutanoleh salah satu pihak kepada pihak lain. Analisis biaya digugat diperlukan
untuk memberi gambaran mengenai hasil putusan Mahkamah Agung Indonesia.

Setelah mengikuti lembar kerja tersebut di atas dan menyepakati hasil dari diskusi tersebut
berarti .Anda telah menyelesaikan materi identifikasi dampak sengketa kontrak konstruksi.. Silahkan
mencoba latihan berikut untuk mengingat kembali dan mengukur tingkat kerberhasilan anda sampai
pada tahap pembelajaran ini.

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
LATIHAN SOAL 1
Sebutkan jenis-jenis sengketa!
Dampak apa saja yang ditimbulkan setelah terjadinya sengketa?
Bagaimana cara menganalisa suatu sengketa kontrak kerja konstuksi?
Bagaimana cara penyelesaian sengketa kontrak konstruksi untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan akibat ad

Apabila belum berhasil menjawab silahkan pelajari kembali materi terkait pengertian sengketa
kontrak konstruksi pada modul sebelumnya dan identifikasi dampak sengketa kontrak kerja konstruksi
pada modul ini. Selamat berlatih.

RANGKUMAN

Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa :

Sengketa konstruksi dapat timbul antara lain karena klaim yang tidak dilayani misalnya keterlambatan
pembayaran, keterlambatan penyelesaian pekerjaan, perbedaan penafsiran dokumen kontrak, ketidak
mampuan baik teknis maupun manajerial dari para pihak. Selain itu sengketa konstruksi dapat pula
terjadi apabila pengguna jasa ternyata tidak melaksanakan tugas-tugas pengelolaan dengan baik dan
mungkin tidak memiliki dukungan dana yang cukup.

Klaim adalah suatu tuntutan ataupun permohonan atas suatu keadaan dan apabila dihubungkan dengan
pengertian dalam dunia jasa konstruksi maka dapat diartikan secara sederhana bahwa klaim konstruksi
adalah permohonan atau tuntutan yang timbul dari atau sehubungan dengan pelaksanaan suatu
pekerjaan jasa konstruksi antara pengguna jasa dan penyedia jasa atau antara penyedia jasa utama
dengan sub-penyedia jasa atau pemasok bahan atau antara pihak luar dengan pengguna jasa /
penyedia jasa yang bisaanya mengenai permintaan tambahan waktu, biaya atau kompensasi lain “

Dalam menghadapai masalah konstruksi haruslah diingat bahwa penyelesaian dengan musyawarah
jauh lebih baik dari pada mengajuan klaim.Tujuan yang hendak dicapai bukanlah untuk membuktikan
siapa yang benar melainkan penyelesaian masalah yang ada. Banyak cara untuk menyelesaikan
perselisihan dalam suatu proyek. Diperlukan sikap terbuka (open minded) dan keinginan yang kuat
dalam menyelesaikan masalah dari pihak terlibat. Adanya kesadaran bahwa dalam menyelesaikan
proyek tepat waku, cost dan standar mutu dan spesifikasi sesuai dengan perjanjian sebelumnya adalah
tujuan utamanya (Wahyuni, 1996). Bila salah satu pihak tidak memenuhi syarat yang sudah dipenuhi,
maka perselisihan tersebut tidak akan selesai.

Jika klaim konstruksi tidak dapat diselesaikan dengan segera, pihak-pihak yang terlibat harus
dilanjutkan ke forum penyelesaian masalah lebih formal. Yang termasuk dalam hal ini adalah :
Negosiasi, Mediasi, Arbitrasi dan Litigasi.

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
Penyelesaian sengketa melalui arbitrase lebih disukai, dalam Undang-Undang Arbitrase Baru 1999,
dinyatakan antara lain bahwa dibandingkan dengan berperkara biasa memalui pengadilan negeri,
arbitrase lebih diutamakan oleh pelaku bisnis internasional. Salah satu sebab adalah karena “lebih
cepat, murah dan sederhana”.

.Pada prakteknya walaupun pengaturan arbitrase sudah jelas dan pelaksanaannya bisa berjalan tanpa
kendala namun dalam eksekusinya sering mengalami hambatan dari pengadilan negeri.

EVALUASI MATERI 1
Pilihlah salah satu jawaban dari soal evaluasi materi berikut dengan dilingkari atau disilang.

1. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan memiliki keuntungan. Di bawah ini yang merupakan
keuntungan pengadilan adalah ……
a. Mutlak terikat pada hukum acara yang berlaku
b. Majelis hakim pengadilan ditentukan oleh pemerintah
c. Pola pertimbangan pengadilan dan putusan hakim adalah win win
d. Tertutup untuk umum (kecuali kasus cerai)
2. Penyelesaian sengketa melalui pengadilan memiliki kelemahan. Di bawah ini yang merupakan
kelemahan pengadilan adalah ……
a. Biaya perkara relative mahal dan telah ditentukan oleh MARI
b. Adanya hambatan berarti dalam pembentukan majelis hakim yang memeriksa perkara
c. Memiliki juru sita dan atau sarana pelaksanaan prosedur hukum acara
d. Pelaksanaan putusan tidak dapat dipaksakan secara efektif terhadap pihak yang kalah
dalam perkara

3. Berikutini yang merupakanbentuk Arbitrase adalah ….


a. arbitrase sementara (ad-hoc)
b. arbitrasipermanen (intitusi)
c. arbitrase semipermanen
d. jawaban a dan b benar
4. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase memiliki keunggulan. Di bawah ini yang merupakan
keunggulan arbitrase adalah …..
a. keterlambatan yang diakibatkan karena hal prosedural dan administratif tidak dapat
dihindari
b. kerahasiaan sengketa para pihak terjamin
c. tempat penyelenggaraan arbitrase ditentukan
d. putusan arbitrase merupakan putusan yang tidak mengikat para pihak
5. Penyelesaian sengketa melalui arbitrase memiliki kelemahan. Di bawah ini yang merupakan
kelemahan arbitrase adalah …..

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
a. Honorarium arbiter, panitera dan administrasi relative murah
b. Relative sulit untuk membentuk majelis arbitrase lembaga Arbitrase Ad hoc
c. Memiliki juru sita sendiri sehingga menghambat penetapan prosedur
d. Putusan arbitrase memiliki daya paksa yang efektif

Umpan Balik
Cocokan jawaban anda dengan Kunci Jawaban. Hitunglah jawaban anda yang benar, kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan anda terhadap materi Modul
Untuk latihan soal, setiap soal memiliki bobot nilai yang sama, yaitu 20/soal. Tes
formatif:
Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90
– 100 % = baik sekali
80 – 89 % = baik
70 – 79 % = cukup
< 70 % = kurang

Tindak Lanjut
Bila anda mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat meneruskan ke materi
selanjutnya. Tetapi bila tingkat penguasaan anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi materi
modul 6, terutama bagian yang belum anda kuasai.

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
MATERI
STUDI KASUS :

2
PENYELESAIAN SENGKETA
KONSTRUKSI MELALUI
JALUR LITIGASI

Indikator keberhasilan

Setelah mempelajari materi 2 tentang studi kasus penyelesaian sengketa kontrak kerja konstruksi ini indikator ke keberh
Mengidentifikasi unsur-unsur hukum yang ada pada kasus sengketa kontrak kerja konstruksi
Menganalisa penyelesaian sengketa kontrak konstruksi pada studi kasus tersebut, dan
Menjelaskan metode penyelesaian sengketa konstruksi mana yang paling efektif

Pada pembelajaran modul ini anda beserta kelompok diminta untuk prkatik langsung bagaimana
menganalisa suatu kasus penyelesaian sengketa kontrak konstruksi. Dalam Kegiatan studi kasus ini
Anda bersama kelompok diminta untuk :

1. Menjelaskan tentang proses menganalisa suatu penyelesaian sengketa konstruksi mengkaitkan


kegiatan belajar sebelumnya;

2. Mendikusikan baik secara pleno atau berkelompok tentang hasil studi kasus penyelesaian
sengketa konstruksi;

3. Membuat catatan berupa pokok-pokok pikiran yang dikemukakan peserta dalam kelompok
terkait analisa kasus yang ada;

4. Memberikan penegasan dengan memaparkan pokok-pokok pikiran penting tentang hasil


studi kasus dari contoh kasus penyelesaian sengketa kontrak konstruksi;

5. Buatlah kesimpulan dari analisa studi kasus penyelesaian sengketa kontrak konstruksi yang
telah dilakukan.

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
A. CONTOH KASUS PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI
PENGADILAN

Para Pihak

Para Pihak

PT. Gajah Muda Perkasa, berkedudukan di Jl. Sirnaresmi No. 161 Pelabuhan Ratu,
Sukabumi, Jawa Barat selaku Penggugat

melawan

1. Ambasador Gading Serpong

2. Paramount Serpong, keduanya berkedudukan di Jl. Boulevard Gading Serpong, Blok BA


4/40-45 Gading Serpong, Tangerang, selaku para Tergugat.

Gugatan

Kontrak Konstruksi

No. 160/AGS/TEK-SP3/V/2006 tanggal 3 Mei 2006

No. 277/AGS/TEK-SP3/I/2007 tanggal 25 September 2006

No. 025/PS/TEK-SP3/2007 tanggal 17 Januari 2007

Tentang Pekerjaan Pembangunan Ruko Fifth Avenus ex Astadia No. 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 10,


11, 12 dan No. 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 25, 26, 27;

Putusan Pengadilan Negeri Tangerang Putusan Nomor 366/ Pdt.G/2009/PN.Tng,


tanggal 8 Juni 2010

Bahwa PT. Gajah Muda Perkasa (Penggugat) telah menyelesaikan semua kewajibannya seperti yang
diminta baik oleh Ambasador Gading Serpong (Tergugat I) maupun Paramount Serpong (Tergugat
II) baik berdasarkan SPK, SPK Tambah Kurang, Side Memo, Minutes of Meeting , maka proyek
pembangunan di atas Tergugat I dan Tergugat II mempunyai kewajiban pembayaran penyelesaian
proyek tersebut dengan perincian sebagai berikut:

 Pekerjaan yang termasuk dalam Surat Perintah Kerja Rp. 172.821.911.89,-

 Pekerjaan tambahan yang tidak termasuk dalam Surat Perintah Kerja Rp.
835.640.000,-

Total kewajiban Tergugat I dan Tergugat II sebesar Rp. 1.008.461.911,89,- (satu milyar delapan
ratus juta empat ratu enam puluh satu ribu Sembilan ratus sebelas koma delapan puluh Sembilan
rupiah).

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
PUTUSAN

Terhadap gugatan tersebut Pengadilan Negeri Tangerang telah mengambil putusan, yaitu nomor
366/Pdt.G/2009/PN.Tng. tanggal 8 Juni 2010 yang amarnya sebagai berikut:

1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk sebagian;

2. Menyatakan Tergugat I dan Tergugat II berkewajiban untuk membayar sisa pembayaran


pekerjaan pokok sebesar Rp. 172.821.911,89 kepada penggugat;

3. Menghukum Tergugat I dan Tergugat II secara tanggung renteng memanayar kepada


Penggugat uang sejumlah Rp. Rp. 172.821.911,89Rp. 172.821.911,89;

4. Menolak gugat Peggugat untuk selebihnya;

5. Menghukun Penggugat untuk membayar biaya yang timbul akibat perkara ini yang hingga
kini dihitung sejumlah Rp. 266.000,- (dua ratus enam puluh enam ribu rupiah).

Putusan Pengadilan Tinggi Banten Nomor 85/Pdt/2010/PT.Btn., tanggal 24 Februari


2011

Dalam tingkat banding atas permohonan Penggugat putusan Pengadilan Negeri tersebut telah
dinyatakan tidak dapat diterima oleh Pengadilan Tinggi Banten dengan ptusaun Nomor
85/Pdt/2010/Pt.Btn, tanggal 24 Februari 2011yang marnya sebagai berikut:

1. Menyatakan permohonan banding yang dimohonkan oleh PT. gajah MAda Persada
(Pembanding semula Penggugat) tidak dapat diterima;

2. Menghukum Pembanding semula Pengugat untuk membayar biaya perkara dalam kedua
tingkat peradilan yang dalam tingkat banding sebesar Rp.150.000,- (seratus lima puluh ribu
rupiah)

Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1586 K/Pdt/2011

PT. Gajah Mada Persada mengajukan permohonan kasasi dengan memori kasasi yang pokoknya
adalah:

1. Judex Facti salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku; Bahwa Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Banten telah salah atau lalai dalam menerapkan undang- undang khususnya
pasal 50Undang-undang No, 48 tahun 2009 tentang kekuasaan Kehakiman yangmenyatakan
“Putusan Pengadilan selain harus memuat alasan dan dasr putusan, juga memuat pasal tertentu
dari peraturan perudang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang
dijadikan dasr untuk mengadilu”, bahwa didalam memutuskan perkara tersebut Majelis Hakim
Pengadilan Tinggi Banten tidak memuat satu pasalpun dari peraturan Perundang-udangan
yang berlaku;

2. Bahwa Pemohon kasasi sangat keberatan dengan pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Tangerang pada halam 34 alinea 3 (tiga) yang menyatakan:’

Modul 6
1
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
menimbang bahwa bukti-bukti tersebut di atas dari segi formil nilai bukti dari alat bukti surat
adalah merupakan surat-surat biasa, yang baru dianggap sebagai permulaan pembuktian
dengan surat, sehingga dibutuhkan alat bukti lain sebagai pendukung untuk memberikannya
mempunyai nilai bukti menurut hukum…”, Dan pada halaman
29 alenia 4 (empat) Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang menyatakan: “Menimbang,
bahwa ternyata selama proses persidangan perkara ini tidak ada alat bukti lain yang diajukan
oleh Penggugat untuk mendukung alat bukti surat sebagaimana dijelaskan di atas, maka
dengan demikian surat-surat dimaksud tidaklah mempunyai nilai untuk membuktikan dalil
yang menjadi beban pembuktian Penggugat.

3. Bahwa dalam pertimbangan pada point 2 (dua) di atas, Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Tangerang, telah lalai atau salah menerapkan hukum/peraturan, karena sudah sangat jelas
selain mengajukan bukti-bukti tersebut di atas Pemohon Kasasi telah pula mengajukan saksi
yaitu sdr. Agus Hartriyanto yang memebrikan eternagn di depan persidangan di bawah sumpah
sebagai berikut: menerangkan bahwa dalam pengerjaan proyek embangunan ruko Fifth
Avenue ex MPU, Fifth Avenue ex astadia dan renovasi kantor pemasaran, terdapat pekerjaan-
pekerjaan yang dilakukan Penggugat di luar dari pekerjaan pokok dan pekerjaan ini tentunya
menjadi pekerjaan tambah dan dalam pembangunan ruko tersebut ada 3 kontraktor yang
mempunyai keajiban pekerjaan yang seharusnya ikerjakan oleh kontrator lain, tetapi tidak
dikerjakan dan Tergugta I memerintahkan Penggugat melalui site memo, surta resmi atau
bahkan hanya dengan lisan, untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tersebut;

4. Bahwa terbukti berdasarkansaksi Agung Hartriyanto yang memberikan keterangan di hadapan


persidangan di bawah sumpah, menerangkan bahwa perintah-perintah kerja tambahan tersebut
diberikan langsung oleh para Tergugat dengan menggunakan site memo, surat resmi, atau
bahkan hanya dengan lisan, jadi tidak benar apabila diakatakan Pemohon
Kasasi/Pembanding/Penggugat tidak mengajukan bukti pendukung lain;

5. Bahwa apabila Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang mempertimbangkan alat- alat
bukti berupa saksi yang Penggugat ajukan tersebut, jelas terlihat bahwa alat-alat bukti surat
miliki Pemohon Kasasi/Pembanding/Penggugat telah mempunyai nilai pembuktian yang
sempurna;

6. Bahwa dengan demikian telah sempuranya bukti-bukti surat Penggugat ajukan yaitu P-6, P-7,
P-8, P-9, P-14, P-15, P-16, P-17, P-18, P-19, P-23 maka pertimbangan judexfactipada
halaman 35 alenia 4 seharusnya manjadi suatu pertimbangan yang cacat hukum;

7. Bahwa Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang telah salah atau lalai dalam penerapan
hukum karena telah tidak mempertimbangkan alat bukti Penggugat/Pemohon
Kasasi/Pembanding yaitu saksi Agus Hartriyanto, yang apabila bukti tersebut dipertimbangkan
tentunya akan sampai pada suatu kesimpulan yang menyatakan bahwa memang benar
pekerjaan-pekerjaan Pemohon Kasasi/Penggugat yang dikerjakan berdasarkan perintah-
perintah dari Termohon Kasasi/Tergugat
melalui surat, site memo, tanda tangan gambar dll. sebagaimana Pemohon

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
Kasasi/Penggugat ajukan sebagai bukti yaituP-6, P-7, P-8, P-9, P-14, P-15, P-16, P- 17, P-18,
P-19, P-23, merupakan pekerjaan tambah diluar dari Surat Perintah Kerja Pokok;

8. Bahwa berkaitan dengan itu maka pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Negeri Tangerang
dalam halaman 36 alenia 7 (tujuh) pun seharusnya menjadi berbeda, karena dengan telah
terbuktinya dalil Penggugat/Pembanding, maka terbukti pula Tergugat/Termohon
Kasasi/Terbanding, telah melakukan wanprestasi dan dibebankan untuk membayar sisa
tagihan pokok sebesar Rp172.821.811,89 dan pekerjaan tambah senilai Rp835.640.000,-

Pertimbangan Hakim

Mahkamah Agung berpendapat:

Mengenai alasan ke-1 sampai dengan ke-8:

Bahwa alasan-alasan ini tidak dapat dibenarkan, karena judex facti tidak salah menerapkan hukum
dengan pertimbangan Penggugat/Pembanding terlambat mengajukan banding, sehingga permohonan
banding tidak dapat diterima;

Bahwa alasan-alasan kasasi pada hakekatnya mengenai penilaian hasil pembuktian yang bersifat
penghargaan tentang suatu kenyataan, hal mana tidak dapat dipertimbangkan dalam pemeriksaan
dalam tingkat kasasi, karena pemeriksaan dalam tingkat kasasi hanya berkenaan dengan adanya
kesalahan penerapan hukum, adanya pelanggaran hukum yang berlaku, adanya kelalaian dalam
memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan yang mengancam
kelalaian itu dengan batalnya putusan yang bersangkutan atau pengadilan tidak berwenang atau
melampaui batas wewenangnya sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 30 Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun
2004 dan perubahan kedua dangan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009;

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, lagi pula ternyata bahwa putusan judex facti
dalam perkara ini tidak bertentangan dengan hukum dan/atau undang-undang, maka permohonan
kasasi yang diajukan oleh Pemohon Kasasi PT. GAJAH MUDA PERSADA tersebut ditolak;

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
PEMBELAJARAN

Berdasarkan kasus perdata tersebut di atas,

a. Menurut saudara pelajaran apa yang bisa diambil dari kasus perdata tersebut di atas?

b. Apakah putusan hakim MA yang dijatuhkan terhadap salah satu pihak sudah sesuai dengan
harapan masyarakat?

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
Kesimpulan

Rangkuman

Buatlah rangkuman dari apa yang sudah Anda pelajari dari Studi Kasus Penyelesaian Sengketa
Melalui Pengadilan tersebut diatas. Terrmasuk unsur hukum kontrak konstruksi yang ada pada
kasus tersebut.

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
B. CONTOH KASUS PENYELESAIAN SENGKETA MELALUI
ARBRITASE

Para Pihak

PT. Putra Semesta Baruga,

Berkedudukan di Komplek BTN. Makkio Baji D 8/9 Makassar, (dahulu Berkedudukan di jalan
Ahmad Yani No. 35 E Makasar ) ;

Selaku Pemohon Perkara arbitase di BANI

Melawan

Muh. Djafaral Saihal, Ketua Umum DPC HIPPI Kabupaten Mamuja Bertempat tinggal di Lumba-
Lumba Nomor 27 Bulukumba ;

Selaku Termohon perkara Arbitase di BANI

Gugatan

Kontrak Kontruksi :

No 006/PSB/ADM/X/1998 tanggal 8 Oktober 1998 tentang pembangunan Lods Pasar Sentral


Mamuja, di Kabupaten Mamuju

PUTUSAN

Terhadap gugatan tersebut Badan Arbitase Nasional telah Mengambil keputusan No.
229/VII/ARBBANI/2006Tanggal 12 juli 2007 yang isinya mengabulkan tuntutan ganti rugi
yang di ajukan oleh pemohon, PT Putra semesta Baruga, sehubungan dengan pembangunan Lods
Pasar Sentral Mamuju, dengan dasar termohon telah melakukan wanprestasi, akibat tidak
dipenuhinya batas waktu penyelesaian.

Putusan Pengadilan Negeri Mamuju No 09/Pdt, ARB. BANI/2007/PN.MU tanggal 2


oktober 2007 putusan lembaga arbitase di atas ternyata tidak final, karena pihak yang kalah
dalam putusan arbitase dalam hal ini, Muh Djafaral Saihal, menyatakan ketidaksetujuannya dan
mengajukan gugatan ke pengadilan Negeri Mamuju danpihak pengadilan negeri menerima serta
mengadili perkaranya. Setelah memlaui suatu proses, pengadilan negeri mamuju menjatuhkan
putusannya No.09/Pdt, ARB.BANI/2007/PN.MU tanggal 2 Oktober 2007 yang isinya
mengukuhkan putusan lembaga arbitase,

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
229/VII/ARBBANI/2006 tanggal 17 juli 2007

Putusan Mahkamah Agung No 259.K/Pdt.Sus/2008 tanggal 28 juli 2008 Pihak yang


kalah dalam perkara di pengadilan Negeri Mamuju, dalam hal ini Muh.Djafaral Saihal, mengajukan
banding ke Mahkamah agung, dengan alasan tidak dipenuhinya ketentuan pasal 72 ayat 2 dan pasal
72 ayat 3 UU no 30 tahun 1999. Atas perjanjian pemborongan tersebut, kedua belah pihak telah
melakukan kesepakatan bersama pada tanggal 16 agustus 1999, disepakatinya suatu perubahan
status kedua belah pihak yakni kedua belah pihak justru bekerja sama dalam disepakatinya pula
kalau pihak kedua menjadi ikut sebagai penjual bangunan Lods Pasar sebagaimana termuat dalam
kesaksian tertulis Ketua KSU satria 45 Soppeng, Putusan Mahkamah Agung No
259.K/Pdt.Sus/2008 tanggal 28 juli 2008 tanggal 28 juli 2008, menyatakan menguatkan putusan
pengadilan negeri mamuju. No 09/Pdt, ARB. BANI/2007/PN.MU tanggal 2 oktober 2007 , yang
mengukuhkan putusan lembaga Arbitase No 229/VII/ARBBANI/2006 tanggal 17 Juli 2007.

Pertimbangan Hakim

Menyatakan menguatkan putusan pengadilan negeri mamuju. No 09/Pdt, ARB. BANI/2007/PN.MU


tanggal 2 oktober 2007 , yang mengukuhkan putusan lembaga Arbitase No 229/VII/ARBBANI/2006
tanggal 17 Juli 2007.

PEMBELAJARAN

Berdasarkan kasus perdata tersebut di atas,

a. Menurut saudara pelajaran apa yang bisa diambil dari kasus perdata tersebut di atas?

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
b. Apakah putusan hakim MA yang dijatuhkan terhadap salah satu pihak sudah sesuai dengan
harapan masyarakat?

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
Kesimpulan

Rangkuman

Buatlah rangkuman dari apa yang sudah Anda pelajari dari Studi Kasus Penyelesaian Sengketa
Melalui Pengadilan tersebut diatas. Terrmasuk unsur hukum kontrak konstruksi yang ada pada
kasus tersebut.

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
PENUTUP

Dalam menghadapai masalah sengketa kontrak konstruksi haruslah diingat bahwa penyelesaian
dengan musyawarah jauh lebih baik dari pada mengajuan klaim.Tujuan yang hendak dicapai bukanlah
untuk membuktikan siapa yang benar melainkan penyelesaian masalah yang ada. Banyak cara untuk
menyelesaikan perselisihan dalam suatu proyek. Diperlukan sikap terbuka (open minded) dan
keinginan yang kuat dalam menyelesaikan masalah dari pihak terlibat. Adanya kesadaran bahwa
dalam menyelesaikan proyek tepat waku, cost dan standar mutu dan spesifikasi sesuai dengan
perjanjian sebelumnya adalah tujuan utamanya Bila salah satu pihak tidak memenuhi syarat yang
sudah dipenuhi, maka perselisihan tersebut tidak akan selesai.

Apabila sengketa kontrak kerja konstruksi tidak dapat diselesaikan dengan segera, pihak- pihak yang
terlibat harus dilanjutkan ke forum penyelesaian masalah lebih formal. Yang termasuk dalam hal ini
adalah : Negosiasi, Mediasi, Arbitrasi dan Litigasi. Jalur litigasi merupakan pilihan terkahir karena
berbagai kelemahan yang melekat pada badan pengadilan dalam menyelesaikan sengketa, baik
kelemahan yang dapat diperbaiki ataupun tidak, maka banyak kalangan yang ingin mencari cara lain
atau institusi lain dalam menyelesaikan sengketa di luar badan-badan pengadilan..

Dalam hal upaya penyelesaian sengketa tidak tercantum dalam kontrak kerja konstruksi para pihak
yang bersengketa membuat suatu persetujuan tertulis mengenai tata cara penyelesaian sengketa yang
akan dipilih. Tahapan upaya penyelesaian sengketa meliputi:Mediasi; Konsiliasi; dan Arbitrase yaitu
BADAPSKI. Selain upaya penyelesaian sengketa para pihak dapat membentuk dewan sengketa.
Dalam hal upaya penyelesaian sengketa dilakukan dengan membentuk dewan sengketa pemilihan
keanggotaan dewan sengketa dilaksanakan berdasarkan prinsip profesionalitas dan tidak menjadi
bagian dari salah satu pihak.

Dari pembelajaran modul ini peserta diharapkan dapat menganalisa contoh kasus sengketa kontrak
konstruksi yang ada sehingga menghasilkan suatu hasil analisa kasus tersebut.

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
KUNCI JAWABAN

Jawaban Evaluasi
B
D
D
A
C

Modul 6
2
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
DAFTAR PUSTAKA

Buku Referensi

Abdurrasyid, P (2002) Pengusaha Indonesia Perlu Meningkatkan Minatnya Terhadap


Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (Alternative Disputes
Resolution – ADR/ Arbitration) Suatu Kajian, dalam Jurnal : Hukum Bisnis, Vol
21/ Oktober-November 2002

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia,


www.putusan.mahkamahagung.go.id

“Different Types of Construction Contracts and Projects” Sudargo, G. (1999).

Fisher, R, et.al. (1991) Getting To Yes: Teknik Berunding Menuju Kesepakatan Tanpa
Memaksakan Kehendak, dalam Hariyanto, D dan Situmorang G (Terj.), Yayasan Obor
Indonesia, Jakarta

Fuady, M (2002) Penyelesaian Sengketa Bisnis Melalui Arbitrase, dalam Jurnal : Hukum
Bisnis, Vol 21/ Oktober-November 2002

Goetz, J., Gibson G. (2009), Quantification of Transactional Dispute Resolution Costs for
the U.S. Construction Industry”.Dissertation. University of Texas..

Goodpaster (1999) Panduan Negosiasi dan Mediasi, dalam Togar Simanjuntak (Terj.), Ellips

Grace, F. (2010), American Society of Civil Engineers.

Harahap, M.Y (2002) Beberapa Catatan Yang Perlu Mendapat Perhatian atas UU No. 30
tahun 1999, dalam Jurnal : Hukum Bisnis, Vol 21/ Oktober-November 2002

Huala Adolf, Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hal.1

Henry Campbel Black, Black’s Law Dictionary 5th ed, st. Paul MN, West publishing Co.
1979, hal. 224

Munir, M (1997). Penggunaan Pengadilan Negeri Sebagai Lembaga Untuk


Menyelesaikan Sengketa Dalam Masyarakat Kasus penyelesaian sengketa
yang berkaitan dengan tanah dalam masyarakat di Kabupaten Bangkalan,
Madura.Surabaya :Disertasi,Universitas Airlangga Program Pascasarjana.

Nugroho, J (1998) Diktat Kuliah : Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, STIH
Jenderal Sudirman, Lumajang

Modul 6
3
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
Oxford.Gebken, R. (2006), “Risk Managemen and Construction”. Blackwell.

Prof. H. Priatna Abdulrasyid, Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian Sengketa Suatu Pengantar,PT.
Fikhahati Aneka, Jakarta, 2002, hal. iii Universitas Sumatera Utara 2.

Prodjodikoro, Wirjono. 1984.Hukum Acara Perdata di Indonesia. Bandung. Sumur Bandung.

Situmorang, Victor m. .1993.Perdamaian dan Perwasitan dalam Hukum Acara


Perdata.Jakarta. PT Rineka Cipta

Syahrani, Riduan. 1988. Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan


Umum.Jakarta.Pustaka Kartini

Yan (2011), “Anatomy of Construction Disputes”. Run Run Shaw Library.

Yasin, Nazarkhan. 2004. Mengenal Klaim Konstruksi & Penyelesaian Sengketa


Konstruksi.PT. Gramedia Pustaka Utama.

Yasin,Nazarkhan.2006.Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia.PT.Gramedia Pustaka Utama

W.J.S. Poewodarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN Balai Pustaka, 1976, hal. 506 Universitas
Sumatera Utara “

Peraturan Perundang-undangan

Kitab Undang-Undang Perdata

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017Tentang Jasa Kontruksi.

Peraturan Pemerintah Nomor. 29 Tahun 2000 Tentang Peyelenggaraan Jasa Kontruksi Undang-

Undang Arbitrase Baru”, PT. Citra Aditya Bakti. Jakarta.

Website Referensi

Http:id.wikipedia.org/wiki/mediasi di akses pada tanggal 16 Oktober 2012

Http:://fourseasonnews.blogspot.com/2012/04/pengertian-konsiliasi.html diakses pada


tanggal 17 Oktober 2012 Cipta.1993.hlm 85

http://jurnal.uajy.ac.id/download/8/1/Alternatif%Penyelesaian%20Sengketa%20Jasa%20Kon
struksi.pcMirip, diakses pada tanggal 16 Oktober 2012, Pukul 13:15 WITA

Modul 6
3
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak
GLOSARI

Legal Procedence : Keterikatan putusan-putusan arbitrase sebelumnya Badapski :

Badan Alternatif Penyelesaian Sengketa Konstruksi Heavy Consruction : Konstruksi

Berat

BUMN : Badan Usaha Milik Negara

Open minded : Sikap Terbuka

Kasasi : Pembatalan atas keputusan-keputusan pengadilan

Modul 6
3
Analisis Penyelesaian Sengketa Kontrak

Anda mungkin juga menyukai