Kti Bambang 2.1
Kti Bambang 2.1
Waktu : 11.20-12.50
Tempat : Ruangan 1
Diajukan Oleh :
BAMBANG SUBAGYO
F.19.012
Kepada
PROGRAM STUDI DIPLOMA III FARMASI
POLITEKNIK BINA HUSADA KENDARI
2022
HALAMAN PERSETUJUAN
Oleh:
BAMBANG SUBAGYO
NIM : F.19.012
Pembimbing I Pembimbing II
apt. Eny Nurhikma, S.Si., MPH apt. Muh. Azdar Setiawan, S.farm., MM
ii
iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu
Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali yang secara
tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Bambang Subagyo
iv
HALAMAN PERSETUJUAN
POBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH
Demi perkembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui Karya Tulis Ilmiah saya
yang berjudul :
Untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain oleh Digital
Bambang Subagyo
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirahim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis Karya Tulis Ilmiah (KTI) ini
dialami dalam penulisan karya ilmiah ini, namun atas dorongan dan kemauan
yang keras terutama adanya bantuan dari berbagai pihak sehingga penulisan
Melalui kesempatan ini dengan segala kasih sayang penulis sampaikan terima
kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua, penulis yakni Ayahanda
Mundakir dan Ibunda Ngatmini yang telah merawat penulis dari lahir hingga
menyelesaikan studi saat ini, semoga dengan ini penulis dapat menjadi
Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dari lubuk hati yang
paling dalam dan penghargaan secara pribadi yang sebesar-besarnya Ibu apt. Eny
Nurhikma., MPH selaku pembimbing I dan Bapak apt. Muh. Azdar Setiawan,
S.Farm., MM. Yang baik hati telah banyak meluangkan waktu dan memberikan
vi
1. Ibu Dr. Tuti Dharmawati, SE., M.Si., AK., QIA., CA selaku Ketua Yayasan
3. Ibu Sri Aprilianti Idris, S.Si., M.Sc selaku Wakil Direktur I Politeknik Bina
Husada Kendari.
4. Bapak apt.Reymon, M.Si selaku Wakil Direktur III Politeknik Bina Husada
Kendari.
5. Ibu apt. Nur Saadah Daud, M.Sc., selaku Ketua Program Studi D-III Farmasi
6. Ibu Yulianti Fauziah, selaku sekretarsis prodi D-III Farmasi Politeknik Bina
Husada Kendari.
8. Bapak dan Ibu Dosen, Asisten Dosen, di lingkungan Politeknik Bina Husada
bangku kuliah dan seluruh Staf Tata Usaha Politeknik Bina Husada Kendari,
yang telah memberikan pelayanan kepada penulis dalam segala urusan hingga
Ambar Wati dan Muhamad Ali Fahrur Rozi yang sudah memberikan motivasi
dan dukungan kepada penulis selama penulis kuliah, serta selalu memberikan
semangat dan doa dalam penyusunan naskah Karya Tulis Ilmiah ini.
vii
10. Teman-teman Program Studi D-III Farmasi Angkatan 2019 yang senasib dan
Penulis sadar bahwa dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat
banyak kekeliruan dan kesalahan yang disebabkan oleh keterbatasan dari segi
pengetahuan, tenaga maupun materi. Oleh karena itu, pendapat, saran dan kritik
sangat diharapkan dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.
Bambang Subagyo
viii
INTISARI
UJI TOKSISITAS FRAKSI BATANG MEISTERA CHINENSIS PADA
LARV A UDANG (Artemia salina Leach) DENGAN METODE BRINE
SHRIMP LETHALITY TEST ( BSLT)
ix
TOXICITY TEST OF MEISTERA CHINENSIS STOCK ON SHRIMP
(Artemia salina Leach) LARV A WITH BRINE SHRIMP LETHALITY
TEST (BSLT)
ABSTRACT
Meistera chinensis is a species of the Zingiberacea which has the same plant shape
as the genus Etlingera. In Southeast Sulawesi, the population of Meistera chinensis is
scattered and very much found in Konawe Regency. Previous research stated that
Meistera chinensis contains secondary metabolites, namely terpenoids, saponins,
phenolic alkaloids, flavonoids, which have antioxidant and anti-inflammatory properties.
This study focused on the toxicity of the Meistera chinensis The aim of the study was to
determine the effect of the toxicity of the Meistera chinensis on shrimp larvae using the
BSLT method and to determine the LC50 value Meistera stem fraction chinensis on
shrimp larvae. The type of research used is experimentally with the BSLT method on
shrimp larvae to determine the LC 50. The data obtained were the number of deaths in the
test larvae that died at each level which was used to determine the percentage of mortality
using the probit formula. The results showed that the ethyl acetate fraction of Meistera
Chinensis was 62.13 ppm, for positive control was 2.14 ppm, and for negative control it
had no toxic properties with 0% mortality. Based on the toxicity value, the stem fraction
of Meistera chinensis was toxic to shrimp larvae. So it can be concluded that the stems of
Meistera chinensis are somewhat toxic.
Keywords: Meistera chinensis stem, BSLT, LC50 Shrimp Larvae.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL I
HALAMAN PERSETUJUAN Ii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI iii
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN iv
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI v
KATA PENGANTAR vi
INTISARI Ix
ABSTRAK x
DAFTAR ISI xi
DAFTAR TABEL xiii
DAFTAR GAMBAR xvi
DAFTAR LAMPIRAN xv
DAFTAR ISTILAH xvi
DAFTAR SINGKATAN xvii
BAB I. PENDAHULUAN…………...……………………………….. 1
A. Latar Belakang Penelitian ...…………………………………… 1
B. Rumusan Masalah ……………………….………….…………. 4
C. Tujuan Penelitian …………………………………………….... 4
D. Manfaat Penelitian …………………………………………….. 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA…..……………………………….... 5
A. Rujukan Penelitian…………………………………………….. 5
B. Landasan Teori ………………………………………………... 7
1. Uraian tanaman Meistera Chinensis……………………… 7
2. Uraian tentang ekstrak……………………………………. 9
3. Uraian tentang ekstraksi…………………………………... 9
4. Uraian tentang fraksi ……………………………………... 13
5. Uraian tentang toksisitas …………………………………. 14
6. BSLT……………………………………………………… 18
7. Uraian tentang larva udang ………………………………. 19
xi
8. LC50……………………………………………………….. 23
C. Kerangka Konsep……………………………………………… 24
BAB III. METODE ..........................................................................… 25
A. Jenis Penelitian………………………………………………… 25
B. Desain Penelitian………………………………………………. 25
C. Waktu dan tempat penelitian…………………………………... 26
D. Populasi dan sampel penelitian………………………………… 26
1. Populasi……………………………………………………. 26
2. Sampel …………………………………………………….. 26
E. Variabel Penelitian…………………………………………….. 27
F. Definisi Operasional…………………………………………… 27
G. Hipotesis……………………………………………………….. 27
H. Prosedur penelitian…………………………………………….. 28
1. Alat, Bahan dan Subjek Penelitian………………………… 28
2. Cara Kerja………………………………………………….. 28
I. Analisis data…………………………………………………… 35
1. Jenis data………………………………………………….. 35
2. Sumber data……………………………………………….. 35
3. Teknik pengumpulan data…………………………………. 35
4. Pengolahan data…………………………………………… 35
5. Penyajian data……………………………………………... 36
6. Skema jalannya penelitian……………………………........ 37
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...........................................… 42
BAB V PENUTUP 54
BAB VI KESIMPULAN 54
DAFTAR TABEL
xii
Tabel 1. Level toksik..................................................................................................18
DAFTAR GAMBAR
xiii
Gambar 1. Batang Meistera chinensis...................................................................7
Gambar 2. Aretemia salina Leach20.....................................................................19
Gambar 3. Daur hidup udang ...............................................................................22
Gambar 4. Kerangka konsep.................................................................................24
Gambar 5. One Shot Case Study...........................................................................25
Gambar 6. Ekstrak batang Meistera Chinensih.....................................................44
Gambar 7. Fraksi etil asetat batang Meistera Chinensih.......................................45
Gambar 8. Proses pembiakan larva udang............................................................46
Gambar 9. proses pengambilan sampel.................................................................62
Gambar 10. Batang Meistera chinensis.................................................................62
Gambar 11. Proses pencucian sampel dengan air mengalir..................................62
Gambar 12. pengupasan kulit batang....................................................................63
Gambar 13. Perajangan batang Meistera chinensis...............................................63
Gambar 14. Batang Meistera Chinensis yang telah dirajang...............................63
Gambar 15. Pengeringan sampel dibawah sinar matahari.....................................64
Gambar 16. Sampel kering yang telah dihaluskan................................................64
Gambar 17. Proses maserasi sampel.....................................................................64
Gambar 18. Proses filtrat ekstrak..........................................................................65
Gambar 19. Ekstrak cair yang telah disaring.........................................................65
Gambar 20. Proses evaporasi sampel....................................................................65
Gambar 21. Proses fraksinasi ekstrak....................................................................66
Gambar 22. Proses penuangan air laut..................................................................66
Gambar 23. Proses penaburan telur larva..............................................................66
Gambar 24. Peletakan cahaya................................................................................67
Gambar 25. Penambahan DMSO pada fraksi........................................................67
Gambar 26. Pengadukan fraksi sampel uji............................................................67
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
Lampiran 1. Perhitungan ......................................................................................58
DAFTAR ISTILAH
xv
Triplo : Tiga kali
Ekstraksi : Proses pemisahan zat terlarut dalam suatu larutan
Fraksinasi : Prses pemisahan suatu zat berdasarkan jenis kepolaranya
Fraksi : Hasil daripemisahan dengan jenis kepolaranya
Filtrat : Penyaringan
Sortasi basah : Pemilihan tanaman yang masih segar
Sortasi kering :Pemilihan tanaman yang sudah melalui proses pengeringan
Senyawa bioaktif : Senyawa yang terkandung dalam tumbuhan dan hewan
Zat aktif : Zat yang memang terbukti memiliki efek farmakologis
Kondensasi : Perubahan uap air atau benda ggas menjadi benda cair.
Kromatografi : Suatu teknik pemisahan molekul.
Single dase : Dosisi satu kali pakai
Makropatologi : Teknik yang penting dalam pengukuhan diagnosa
Histopatologi : Prosedur yang melibatkan pemeriksaan jaringan utuh
Tekanan osmosis : Terbentuk dalam larutan yang lebih pekat
Hiprosmotik : Cairan tubuh yang lebih tinggi dari konsentrasi air
DAFTAR SINGKATAN
xvi
µg : Mikro gram
µL : Mikro Liter
BSLT : Brine Shrimp Lethality Test
C : Celcius
Cm : Centi Meter
DMSO : Dimethyl Sulfoksida
G : Gram
LC50 : Lethal Concentration 50%
L : Liter
mg : Miligram
mm : Milimeter
Ppm : Parts Per Million
Rf : Rutherfordium
KLT : Kromatografi lapisan tipis
BPOM : Badan Pengawas Obat Dan Makan
OECDTG : Organization For Economic Cooperation And Development
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
dunia dan memiliki aktivitas biologis yang berpotensi tinggi, dapat mengobati
inflamasi, dan anti hiperurisemia (Juwita dkk, 2018). Tingkat keamanan dari
penggunaan Zingiberaceae sebagai obat saat ini juga telah banyak jenis
diketahui tidak memberikan efek samping yang signifikan hingga toksik yang
kronik.
1
Etlingeraelatior. Tanaman ini secara tradisonal dimanfaatkan sebagai bahan
metode ABTS dan DPPH terdapat senyawa metabolit skunder seperti, fenolik,
chinensis sangat toksik terhadap larva udang dengan nilai IC50 sebesar 5,2 ±
0,72 mg/L dan memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat dengan nilai IC50
42,7 ± 3,53 mg/L. Buah Meistera chinensis memiliki total kandungan fenolik
dan flavonoid sebesar 30,72 ± 1,07 mgGAE/g dan 8,02 ±0,48 mgQE/g. Ekstrak
buah Meistera chinensis berpengaruh nyata sebesar 0,00 (< 0,05) terhadap
pertumbuhan bakteri dan jamur uji. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian
2020).
suatu senyawa yang terjadi dalam waktu singkat setelah terpapar atau
pemberian dalam dosis tertentu. Prinsip uji toksisitas adalah bahwa komponen
bioaktif selalu bersifat toksik jika diberikan dengan dosis tinggi dan menjadi
obat pada dosis rendah (Makiyah dan Sumirat, 2017). Larva udang memiliki
kulit yang tipis dan peka terhadap lingkungannya sehingga banyak digunakan
dalam uji toksisitas. Zat atau senyawa asing yang ada di lingkungan akan
2
kehidupannya. Larva udang yang sensitif ini akan mati apabila zat atau
dihasilkan oleh dosis tunggal dari suatu campuran zat kimia pada hewan coba
Salah satu metode awal yang sering dipakai untuk mengamati toksisitas
kimia dalam ekstrak tanaman adalah Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
Metode ini ditujukan terhadap tingkat mortalitas larva udang Artemia salina
Leach. yang disebabkan oleh ekstrak uji. Hasil yang diperoleh dihitung sebagai
nila LC50 ekstrak uji, yaitu jumlah dosis atau konsentrasi ekstrak uji yang dapat
jam. Senyawa dengan LC50 < 1000 µg/ml dapat dianggap sebagai suatu
senyawa aktif yang bersifat toksik dan dapat dikembangkan menjadi agen
ingin melakukan uji toksisitas fraksi batang Meistera chinensis terhadap larva
udang Artemia salina L dengan metode Brine Shrimp Lethallity Test serta
tersebut.
3
2. Rumusan Masalah
2. Berapa nilai LC50 dari fraksi etil asetat batang Meistera chinensis terhadap
3. Tujuan Penelitian
2. Mengetahui nilai LC50 dari fraksi etil asetat batang Meistera chinensis
4. Manfaat Penelitian
bermanfaat.
3. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengangkat tema yang
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Rujukan Penelitian
Penelitian yang menjadi rujukan atau referensi dalam penelitian ini antara
lain adalah :
Ekstrak” pada uji ini, diuji kemampuan toksisitas terhadap larva udang
dengan metode BSLT dan diuji fitokimia dengan reagen. Data kematian
larva udang dianalisis dengan analisis probit untuk menentukan nilai LC 50.
Rendemen ekstrak etanol bekatul yang diperoleh pada sampel E1-20, E1-
E1-25 dan E1-30 adalah 613,258; 673,210 dan 2217,255 ppm. Ekstrak etil
asetat bekatul pada sampel E2-20, E2-25 dan E2-30 memberikan nilai
5
20, E3-25 dan E3-30 adalah 592,901; 617,425 dan 695,198 ppm, berturut-
turut.
total fenolik dan flavonoid antioksidan dan toksisitas dengan BSLT fraksi
memiliki aktivitas yang sangat kuat dengan LC 50 sebesar 42,7 ±3,53 mg/L
ekstrak lainya dengan nilai LC50 sebesar 28.18 μg/ml. Ekstrak kemudian
yang memiliki tingkat toksik yang lebih besar di bandingkan fraksi lainnya
6
dengan nilai LC50 sebesar 46.77 μg/ml. Hasil identifikasi fraksi F11
B. Landasan Teori
a. Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Meistera
7
b. Morfologi
ujung pangkal runcing serta tepi rata. Panjang daun antara 20-30 cm dan
lebar daun antara 5-15 cm. tulang daunnya menyirip. Warna daunnya
hijau. Panjang tangkai bunga antara 40-80 cm. mahkotanya bertaju dan
berbulu jorong. Akar berupa serabut berwarna kuning kotor (Barda. S.N,.
2007).
c. Kandungan
d. Manfaat
8
2. Uraian tentang ekstrak
diuapkan kembali sehingga zat aktif ekstrak menjadi pekat. Bentuk dari
ekstrak yang dihasilkan dapat berupa ekstrak kental atau ekstrak kering
a. Ekstrak cair
mengandung pelarut.
b. Ekstrak kental
c. Ekstrak kering
tanaman obat yang bertujuan untuk menarik komponen kimia yang terdapat
Tujuan dari ekstraksi adalah untuk menarik semua zat aktif dan
9
a. Cara dingin
1) Maserasi
2) Perkolasi
dengan cara meletakkan bahan dalam wadah atau bejana dan dialiri
(Prawirodiharjo, 2014).
b. Cara panas
10
1) Refluks
pada titik didih pelarut tersebut, selama waktu dan sejumlah pelarut
2) Soxhletasi
3) Destilasi
menyari senyawa yang ikut menguap dengan air sebagai pelarut. Pada
terpisah menjadi destilat air dan senyawa yang diekstraksi. Cara ini
11
senyawa menguap). Selama pemanasan, uap terkondensasi dan
4) Infusa
aktif yang ada pada simplisia yang larut dalam air. Bahan yang
5) Dekokta
oksidasi. Ekstrak ini cocok digunakan untuk zat yang mudah larut
2018).
12
4. Uraian Tentang Fraksinasi
menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Pelarut yang
umumnya dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, etil asetat, dan metanol.
Untuk menarik lemak dan senyawa non polar digunakan n-heksan, etil
menarik senyawa senyawa polar. Dari proses ini dapat diduga sifat
senyawa-senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut yang non
karena gaya berat atau dengan tekanan melewati kolom (Day and
Underwood, 2002).
tidak perlu dianalisis mengingat pelarut ini tidak membawa komponen yang
akan dipisahkan. Banyaknya zat cair ini kira-kira sama dengan jumlah
13
Volume ini dapat lebih besar atau lebih kecil, tergantung dari
pula penampung fraksinasi yang bekerja secara otomatis, dapat diatur sesuai
Suzery,2018)
toksik atau racun yang terdapat pada bahan sebagai sediaan Single Dose
(Syam, 2016) Efek yang ditimbulkan yakni kerusakan pada bagian yang
14
peka, seperti protein, enzim, asam nukleat, membran sel, organel-organel
Uji toksisitas adalah suatu uji untuk mendeteksi efek toksik suatu zat
pada sistem biologi dan untuk memperoleh data dosis-respon yang khas dari
sediaan uji. Data yang diperoleh dapat digunakan untuk memberi informasi
mengenai derajat bahaya sediaan uji tersebut bila terjadi pemaparan pada
efek toksik yang muncul dalam waktu singkat setelah pemberian sediaan
uji yang diberikan secara oral dalam dosis tunggal, atau dosis berulang
Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu, sediaan uji dalam beberapa
tingkat dosis diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu
hewan mati yang berkaitan dengan pemberian sediaan uji. Hewan yang
2020)
15
Tujuan uji toksisitas akut oral adalah untuk mendeteksi toksisitas
dengan dosis berulang yang diberikan secara oral pada hewan uji selama
sebagian umur hewan, tetapi tidak lebih dari 10% seluruh umur hewan.
(BPOM, 2020)
Prinsip dari uji toksisitas subkronis oral adalah sediaan uji dalam
hewan uji dengan satu dosis per kelompok selama 28 atau 90 hari, dan
Hewan yang mati selama periode pemberian sediaan uji, bila belum
melewati periode rigor mortis (kaku) segera dinekropsi, dan organ serta
16
dinekropsi selanjutnya dilakukan pengamatan secara makropatologi pada
informasi adanya efek toksik zat yang tidak terdeteksi pada uji toksisitas
sediaan uji secara berulang dalam jangka waktu tertentu; informasi dosis
efek toksik yang muncul setelah pemberian sediaan uji secara berulang
selama sebagian besar umur hewan uji. Uji toksisitas kronis pada
1) 9 bulan untuk bahan uji yang secara umum dikenal aman; atau
potensi toksik
profil efek toksik setelah pemberian sediaan uji secara berulang selama
waktu yang panjang, dan untuk menetapkan tingkat dosis yang tidak
17
dirancang sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh informasi toksisitas
hewan yang sama dengan protokol merujuk pada OECD TG 453 (2018).
6. Metode BSLT
yang digunakan untuk uji toksisitas pendahuluan dari racun jamur, ekstrak
tanaman, logam berat, pestisida dan lain-lain. BSLT sering digunakan untuk
skrining senyawa aktif dalam ekstrak tanaman, karena murah, mudah dan
dapat dipercaya. Artemia salina Leach merupakan hewan uji brine shrimp,
pengujian toksisitas suatu bahan uji yang dapat mrmberi informasi awal
18
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT) merupakan salah satu metode
suatu bioassay yang pertama untuk penelitian bahan alam. Metode ini
menggunakan larva Artemia salina Leach sebagai hewan coba. Uji toksisitas
dengan metode BSLT ini merupakanuji toksisitas akut dimana efek toksik
dari suatu senyawa ditentukan dalam waktu singkat, yaitu rentang waktu
nilai LC50 dari aktivitas komponen aktif tanaman terhadap larva Artemia
salina Leach. Suatu ekstrak dikatakan toksik berdasarkan metode BSLT jika
19
a. Klasifikasi (Wibowo,2013)
Filum : Arthopada
Class : Crustaceae
Subclass : Branchiopoda
Bangsa : Anostraca
Family : Artemidae
Suku : Artemia
dilaut. Telur Artemia yang baru menetas merupakan jenis pakan awal
tingkatan, tetapi secara jelas dapat dilihat dalam 3 bentuk yang sangat
berlainan yaitu bentuk telur, nauplius (larva) dan artemia dewasa. Secara
berkala, pada saat air laut atau danau menguap, partikel-partikel yang
20
merupakan telur-telur yang inaktif atau tidur dari Artemia salina Leach.
direndam dalam larutan bergaram (air laut), telur akan menyerap air laut
dari selaputnya menjadi makhluk hidup baru yaitu waktu 19 jam, hingga
Tubuh terbagi atas bagian kepala, dada dan perut. Pada bagian
21
atas 11 segmen yang masing-masing mempunyai sepasang kaki renang,
protein dan asam lemak yang tinggi. Nilai nutrisi Artemia dewasa
rata 47% pada nauplius menjadi 60% pada Artemia dewasa yang telah
22
8. Metode LC50
sekali (tunggal) atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara
semakin kecil nilai LC50 semakin toksik senyawa tersebut demikian juga
Potensi ketoksikan akut senyawa pada hewan coba dibagi menjadi beberapa
LC50 adalah konsentrasi yang dapat mematikan 50% hewan uji dalam
waktu yang relatif pendek yakni satu sampai empat hari (Soemirat, 2003).
toksisitas diperlukan hewan uji. Hewan uji yang digunakan dapat berupa
ikan karena dapat menunjukkan reaksi terhadap perubahan fisik air maupun
satu ikan yang dapat digunakan yaitu ikan mas(Cyprinus carpio L) karena
kadar limbah yang menyebabkan efek toksik terhadap ikan mas (Sudarmadi,
1993).
Kategori LC50(μg/ml)
Sangat toksik <30
Toksik 30-1000
Tidak toksik >1000
Sumber : Wagner dkk (1993) dalam Subekti (2014)
23
C. Kerangka Konsep
Kematian Larva
Fraksi batang meistera Udang
chinensis
Keterangan
= Variabel bebas
= Variabel terikat
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
mengetahui segala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya
B. Desain Penelitian
Meistera chinensis terhadap larva udang ( Artemia Salina Leach ) adalah One
Shot Case Study. One Shot Case Study merupakan desain penelitian dimana
sampel yaitu simple random sampling terhadap larva udang dan untuk
menentukan nilai LC50 dengan arimatik reed and muench. Jumlah larva udang
penelitian ini terdapat empat kelompok perlakuan dan dua kelompok kontrol
25
X O
Gambar 5. One Shot Case Study
Keterangan
X = Perlakuan
O = Observasi Hasil
1000
500
100
10
1. Populasi
setelah ditimbang.
26
2. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah fraksi etil asetat batang Meistera
E. Variable Penilitian
F. Definisi oprasional
2. Uji toksisitas merupakan uji yang digunakan dalam penelitian ini dengan
4. Larva udang adalah (Arettemia salina L) adalah hewan uji yang digunakan
G. Hipotesis
berdasarkan landasan teori atau kerangka konsep atau model penelitian yang
27
1. Hipotesis nol (H0): fraksi etil asetat batang Meistera chinensis tidak
H. Prosedur Penelitian
2. Cara kerja
a. Pengambilan Sampel
28
batang yang sudah dewasa dengan kriteria batang berwarna hijau tua
b. Penyiapan Sampel
simplisia halus.
29
3) Setelah itu ekstrak disaring menggunakan kertas Whatman no. 1
ekstrak kental.
d. Proses fraksinasi
yang sama.
30
7) Lakukan hingga lapisan air menjadi bening.
(triplo), larutan uji yang akan digunakan yaitu DMSO 5%, fraksi etil
31
4) Larutan stok kontrol negatif
homogen.
32
g. Penyiapan larva A. salina Leach
ditetaskan.
2014).
h. Pengujian Toksisitas
pada suhu ruangan 22-29ᴼC. Lalu dihitung jumlah larva yang mati
% Lethality= ¿ ×100 %
Total Larva
33
Kemudian ditentukan nilai LC50 menggunakan analisis Probit (“FIN”
program).
persamaan garis lurus, nilai Y. Nilai LC 50 dihitung dari nilai anti log X
Ʃ ( X ) Ʃ ( Y )−n Ʃ( XY )
Rumus : nilai slope (a) =
( Ʃ ( X ) ) ²−n Ʃ( x2 )
Ʃ ( X ) Ʃ ( XY )−Ʃ( XY ²) Ʃ(Y )
Intersep (b) =
( Ʃ ( X ) ) ²−n Ʃ( x 2)
Keterangan :
Ʃ = Jumlah
X = Log konsentrasi
Y = Probit
34
I. Analisis data
1. Jenis data
Jenis data yang akan digunakan pada penelitian ini adalah data
kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data
2. Sumber data
a. Data primer yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti
secara langsung dari sumber data. Data primer disebut juga sebagai data
asli atau data baru yang memeiliki sifat up to date. Untuk mendapatkan
primer pada penelitian ini berupa uji toksisitas yang diukur dengan
b. Data sekunder, data yang diperoleh dari studi pustaka yang berasal dari
adalah observasi atau pengamatan efek toksisk dari fraksi etil asetat batang
4. Pengolahan data
35
Data yang diperoleh merupakan beberapa jumlah kematian larva
udang. Jumlah larva udang yang mati pada masing-masing kadar digunakan
5. Penyajian data
36
6. Skema jalannya penelitian
a. Alur peneltian
Ditimbang
Filtrasi
Residu Filtrat
Evaporasi
Ekstrak kental
Nilai LC50
Pembahasan
37
Kesimpulan
b. Penyiapan larva
1 L air laut
Larva
Ruang terang
38
c. Pengujian Toksisitas
Hasil
39
d. Skema kerja pembuatan ekstrak
1. Dicuci bersih
2. Disortasi basah
3. Dikupas kulitnya
4. Dipotong tipis
5. Dikeringkan
6. Disortasi kering
7. Disimpan dalam wadah
simplisia
Evaporator 40 °C
40
Ekstrak kental
41
Evaporator
rasa pada makanan, nyeri dan meningkatkan kekebalan tubuh (Musdalipah, dkk.,
2021).
A. Penyiapan Sampel
diekstraksi. Bagian batang diambil yang sudah dewasa dengan kriteria batang
berwarna hijau tua dan bertekstur keras. Sampel disortasi basah dengan tujuan
untuk memisahkan kotoran atau bahan asing serta bagian tanaman lain yang
42
jumlah kadar air agar bahan simplisia tidak rusak dan dapat disimpan dalam
pertumbuhan kapang, jamur, dan jasa trenik lainnya (Ahyari, 2009). Syarat
mutu kadar air dalam simplisia yaitu 10%. Pengeringan dilakukan dengan
menjemur sampel dibawah sinar matahari yang ditutupi kain hitam dengan
simplisia.
ekstraksi dilakukan selama 3-5 hari dengan 3 jam sekali pengadukan. Ekstrak
yang diperoleh dievaporasi pada suhu 40°C dengan tujuan agar zat yang
terkandung didalam pelarut tidak rusak pada suhu yang tinggi (Ahyari, 2009).
B. Ekstrak
43
menembus dinding sel dan akan masuk ke dalam rongga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut karena adanya perbedaan
konsentrasi antara larutan zat aktif didalam sel dan diluar sel. Maka, larutan
keseimbangan konsentrasi antara larutan diluar sel dan didalam sel. Pelarut
bersifat polar dan non polar pada simplisia (Salamah dan Widyasari, 2015)
3,76 % yang berarti perbandingan antara berat simplisia dan ekstrak kental
ada di dalam ekstrak tersebut yang ikut tertarik (Nurhayati et al 2009). Bahwa
44
terkandung di dalamnya. Rendemen adalah perbandingan berat ekstrak yang
di hasilkan dengaan berat simplisia sebagai bahan baku. Semakin tinggi nilai
jumlah ekstrak yang di peroleh dari satu bahan terhadap bahan awal
terkandung dalam bahan terekstraksi. Besar kecil nya hasil rendemen yang
C. Fraksinasi
suatu ekstrak dengan menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling
etil asetat, dan metanol. Metode pemisahan yang digunakan umumnya adalah
pelarut yang tidak saling bercampur, sehingga senyawa yang diinginkan dapat
terpisah. Pada penelitian ini pelarut yang digunakan adalah pelarut etil asetat
dan pelarut metanol, adapun metode nya yaitu ekstrak kental dilarutkan
dengan metanol dan air yang kemudian dimasukkan ke dalam corong pisah
dan ditambahkan etil asetat, setelah itu dikocok dan dipisahkan dua fase yang
terbentuk.
45
Gambar 7. Proses frkaksinasi etil asetat batang Meistera chinensis
gram dan diperoleh jumlah fraksi etil asetat sebanyak 14,72 gram.
Test (BSLT) merupakan salah satu metode yang digunakan untuk mengetahui
potensi toksik suatu senyawa yang dihasilkan oleh ekstrak tanaman terhadap
ruang. Penetasan membutuhkan waktu 24-48 jam, hewan uji yang digunakan
sehingga peka terhadap suatu zat yang masuk. Larva udang yang telah
46
Gambar 8. Proses pembiakan larva udang
rasa pada makanan, mengobati rasa nyeri, dan meningkatkan kekebalan tubuh.
dengan LC50 sebesar 42,7 ± 3,53 mg / L (F8). Pada uji toksisitas ini
47
ditemukan hasil yang sangat toksik dengan LC50 sebesar 5,2 ± 0,72 mg/L.
asetat batang Meistera Chinensis dengan metode Brine Shrimp Lethality Test
(BSLT) dimana metode ini merupakan salah satu metode uji ketoksikan yang
kali, 1 kontrol positif dan 1 kontrol negatif. Pada tahap ini diawali dengan
penetasan larva udang selama 2 x 24 jam. Jumlah total larva udang pada
delapan kelompok untuk perlakuan adalah 180 ekor dengan tiap kelompok
kali pengenceran yaitu 1000 ppm, 500 ppm, 100 ppm, dan 10 ppm. Hal ini di
kematian yang diperoleh mencapai 50%, berarti ada efek toksik dari fraksi
Tabel 6. Hasil pengamatan uji toksisitas fraksi etil asetat batang Meistera chinensis
Fraksi etil
Konsentrasi Total asetat Rata” % Log
Probit
ppm larva Kematian Kematian Konsentrasi
U U2 U3
1
48
1000 10 8 7 9 8,0 80% 3,00 5,84
kematian larva udang sebesar 80%, pada konsentrasi 500 ppm menunjukann %
kematian larva udang sebesar 67%, dan pada konsentrasi 100 ppm dan 10 ppm
menunjukan % kematian yang sama yaitu 53%. Penelitian ini dilakukan tiga kali
pengulangan (triplo) agar diperoleh data yang baik dan akurat. Pengamatan
dilakukan setelah 24 jam perlakuan. Hasil pengamatan dapat dilihat pada gambar
9 dibawah ini.
6.00
Analisis Probit
5.80
5.60 f(x) = 0.602929371298334 x + 3.91878387108565
R² = 0.969186344939969
5.40
5.20
5.00
Probit
4.80
4.60
4.40
4.20
4.00
0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
Log Konsentrasi (ppm)
Gambar 9. Analisis Kematian Larva udang terhadap konsentrasi fraksi etil asetat
batang Meistera chinensis (PPM)
49
Berdasarkan gambar 9. Menunjukkan nilai LC50 dari fraksi batang
Meistera Chinensis yaitu sebesar 62,13 ppm sehingga dapat disimpulkan bahwa
batang Meistera chinensis memiliki efek toksik terhadap larva udang Artemia
salina ketika diuji dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).
maka berhubungan dengan itu fraksi etil asetat batang Meistera chinensih
Hal ini sesuai dengan pernyataan Sunarni dkk 2003, jika nilai dari LC50
masing-masing ekstrak atau senyawa yang diuji <1000 ppm maka dianggap
sebagai skrining awal terhadap senyawa bioaktif yang diduga berkhasiat sebagai
antikanker.
penambahan fraksi guna untuk menguji ada tidaknya pengaruh air laut maupun
faktor lain yang berpengaruh terhadap kematian larva, sehingga dapat dipastikan
50
bahwa kematian larva hanya disebabkan oleh pengaruh fraksi batang Meistera
chinensis. Berdasarkan tabel 7. Pada konsentrasi 1000 ppm dan 500 ppm
memdengan % kematian yang sama yaitu sebesar 100%, pada konsentrasi 100
pengulangan (triplo) agar diperoleh data yang baik dan akurat. Pengamatan
dilakukan setelah 24 jam perlakuan. Untuk analisis probit kontrol positif dapat
Analisis Probit
8.50
8.00 f(x) = 1.20629892322291 x + 4.60161046265526
7.50 R² = 0.974477694134136
7.00
6.50
Probit
6.00
5.50
5.00
4.50
4.00
0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
Log Konsentrasi (ppm)
positif (kalium bikromat) yaitu sebesar 2,14 ppm sehingga dapat disimpulkan
kalium bikromat memiliki efek sangat toksik terhadap larva udang Artemia salina
51
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh data pengujian
DMSO
Konsentrasi Total Rata” % Log
Probit
ppm larva U U2 U3 Kematian Kematian Konsentrasi
1
penambahan fraksi guna untuk menguji ada tidaknya pengaruh DMSO maupun
faktor lain yang berpengaruh terhadap kematian larva, sehingga dapat dipastikan
bahwa kematian larva hanya disebabkan oleh pengaruh fraksi batang Meistera
menunjukan adanya sifat toksik terhadap larva udang dengan % kematian pada
tiap konsentrasi yaitu 0%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa DMSO
tidak berpengaruh toksik terhadap larva udang. Penelitian ini dilakukan tiga kali
52
pengulangan (triplo) agar diperoleh data yang baik dan akurat. Pengamatan
dilakukan setelah 24 jam perlakuan. Untuk analisis probit kontrol negatif dapat
Analisis Probit
8.00
7.50
7.00
6.50
6.00
Probit
5.50
5.00
4.50
4.00
0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
Log Konsentrasi (ppm)
(DMSO) tidak memiliki efek toksik terhadap larva udang Artemia salina ketika
53
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
2. Fraksi etil asetat batang Meistera Chinensis memiliki nilai LC50 sebesar
62,13 ppm.
B. SARAN
mengenai toksisitas.
54
DAFTAR PUSTAKA
Ahyari, J. 2009. Rotary Evaporator. 28 Oktober 2010
Agus Kardinan dan Fauzi Rahmat Kusuma. (2004). Hidup sehat secara Alami.
Dalam: Meniran Penambah Daya Tahan Tubuh Alami. Cet.1. Jakarta: Agro
Media Pustaka. h. 5-14, 16, 20.
Ajrina, Aulia. 2013. Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia
Benthami Pierre Terhadap Larva Artemia Salina Leach Dengan Metode
Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). Skripsi. Jakarta.
Barda, S.N 2007, Tanaman berkhasiat obat, PT Sunda Kelapa , Jakarta, 14.
55
BMC Complement Altern Med. 2015;15:335.doi:10.1186/s12906-015-0838-
6
Hanani, M.S.E. (2015) . Analisis Fitokimia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
EGC.
Irawan, B., 2010. Peningkatan Mutu Minyak Nilam dengan Ekstraksi dan
Destilasi pada Berbagai Komposisi Pelarut, Tesis, Universitas Diponegoro,
Semarang, Indonesia
Janah, 2020. Identifikasi dan uji toksisitas terhadaap larva udang (Artemia Salina
L) Ekstrak bakatul menggunakan vareasi jenis pelarut dan lama ekstrak.
Jurusan Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri
Maulana Malik Ibrahim, Malang, Indonesia, 65144
Makiyah, Dan Tresnayanti (2017) Uji Toksisitas Akut yang Diukur dengan
Penentuan LD50 Ekstrak Etanol Umbi Iles-iles (Amorphophallus variabilis
Bl.) pada Tikus Putih Strain Wistar Program Studi D-3 Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Sukabumi
Marjoni, R. 2016, Dasar-Dasar Fitokimia. CV. Trans Info Media: Jakarta Timur.
Meyer, L.H. 1982. Food Chemistry. The AVI Publishing Company Inc. Westport.
University of California
56
Mukhriani, 2014, Ekstraksi, Pemisahan Senyawa, dan Identifikasi Senyawa Aktif,
Jurnal Kesehatan, 7(2)
Musdalipah,Tee, S. A., Fristiohady, A., Wibawa, A., & Yodha, M. (2021). Total
Phenolic and Flavonoid Content , Antioxidant , and Toxicity Test with BSLT
of Meistera chinensis Fruit Fraction from Southeast Sulawesi. 4(1), Jurnal
Farmasi Kalimantan Vol 4 Edisi 1 Februari 2021 6–15.
Ningsih, D.A. 2016. Uji Antioksidan Teh Kombinasi Krokot Dan Daun Kelor
Dengan Variasi Suhu Pengeringan. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Surakarta.
Prawirodiharjo, E. 2014. Uji aktivitas antioksidan dan uji toksisitas ekstrak etanol
70% dan ekstrak air kulit batang kayu jawa (lannea coromandelica).
Unpublished thesis, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Ramdhini, R.N. 2010. Uji Toksisitas terhadap Artemia salina Leach. Dan
Toksisitas Akut Komponen Bioaktif Pandanus conoideus varconoideus Lam.
Sebagai Kandidat Antikanker. Skripsi. Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
57
Teoritis, A. Eksperimen, D., Cahyono, B., & Suzery, M. (2018). BAHAN ALAM.
mL
Konsentrasi =
L
x mg
2000 ppm =
700 mL
x mg
200 ppm =
0,0007 L
2000 . 0,0007 = x mg
X = 1,4 mg
M1 . V1 = M2 . V2
2.000 µg /mL
X=
20 µg /mL
X = 100 mL
58
M1 . V1 = M2 . V2
100% . X = 5%.700 mL
3.500
X=
100
X = 35 mL
mg
Konsentrasi =
L
X mg
2000 ppm =
700 L
X mg
2000 ppm =
0,0007 mL
2000 . 0,0007 = X mg
X = 1.4 mg
f. Perhitungan PPM
10 ,1 mg
2000 ppm=
5 , 05 mL
59
μg
1000 . 5 , 05 mL
mL
V 1=
μg
2000
mL
V 1=2,525 mL
60
Lampiran 2. Pengujian toksisitas
1. Hasil pengujian toksisitas fraksi etil asetat batang Meistera Chinensis
Tabel 6 Hasil pengamatan uji toksisitas fraksi etil asetat batang Meistera
chinensis
Fraksi etil
1000 10
8 7 9 8,0 80% 3,00 5,84
500 10
7 6 7 6,7 67% 2,70 5,44
100 10
5 5 6 5,3 53% 2,00 5,08
10 10
3 4 3 3,3 33% 1,00 4,56
61
Analisis Probit
6.00
5.80
5.60 f(x) = 0.602929371298334 x + 3.91878387108565
R² = 0.969186344939969
5.40
5.20
Probit
5.00
4.80
4.60
4.40
4.20
4.00
0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
Log Konsentrasi (ppm)
y = 0,6029 x + 3,9188
5 = 0,6029 x + 3,9188
0,6029 x = 5 - 3,9188
0,6029 x = 1,08
x = 1,79
LC50 = 62,13 ppm
62
U U2 U3
1
1000 10
10 10 10 10,0 100% 3,00 8,09
500 10
10 10 10 10,0 100% 2,70 8,09
100 10
10 10 9 9,7 97% 2,00 6,88
10 10
8 7 9 8,0 80% 1,00 5,84
Analisis Probit
8.50
8.00 f(x) = 1.20629892322291 x + 4.60161046265526
7.50 R² = 0.974477694134136
7.00
6.50
Probit
6.00
5.50
5.00
4.50
4.00
0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
Log Konsentrasi (ppm)
y = 1,2063 x + 4,6016
5 = 1,2063 x + 4,6016
1,2063 x = 5 - 4,6016
1,2063 x = 0,40
x = 0,33
LC50 = 2,14 Ppm
63
Tabel 8 Hasil uji toksisitas kontrol negatif
DMSO
Konsentrasi Total Rata” % Log
Probit
ppm larva Kematian Kematian Konsentrasi
U U2 U3
1
1000 10
0 0 0 0,0 0% 3,00 0,00
500 10
0 0 0 0,0 0% 2,70 0,00
100 10
0 0 0 0,0 0% 2,00 0,00
10 10
0 0 0 0,0 0% 1,00 0,00
Analisis Probit
8.00
7.50
7.00
6.50
Probit
6.00
5.50
5.00
4.50
4.00
0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50
Log Konsentrasi (ppm)
64
Gambar 9. Pengambilan sampel
65
Gambar 12. Pengupasan/pemisahan kulit
batang dengan batang bagian dalam
66
Gambar 15. Pengeringan dibawah sinar
matahari yang telah ditutup kain hitam
67
Gambar 18. Proses filtrat ekstrak
68
Gambar 21 proses fraksinasi ekstrak
3. Uji toksisitas
69
Gambar 24. Peletakan cahaya
70
Lampiran 4. Surat Izin Penelitian
71