Anda di halaman 1dari 6

Nomor :

Revisi Ke :
Berlaku Tgl :

STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL (SOP)


PENATALAKSANAAN ASFIKSIA PADA BAYI BARU LAHIR
PUSKESMAS KARANGASEM

Ditetapkan Oleh :
Kepala Puskesmas Karangasem

dr. M.YUSRIADI HARTOYO


NIP. 19691201 200701 1 010

DINAS KESEHATAN KABUPATEN PEMALANG


PUSKESMAS KARANGASEM

Jl. Raya Karangasem Kec. Petarukan Kode Pos. 52362 Telp.(0284) 3291555
Email: karangasempuskesmas@gmail.com
PENATALAKSANAAN ASFIKSIA
PADA BAYI BARU LAHIR
No. Dokumen :
No. Revisi :
SOP Tgl. Terbit :
PEMERINTAH Halaman :
PUSKESMAS
KAB. PEMALANG KARANGASEM

Tanda Tangan
Ditetapkan Oleh : dr. M.Yusriadi Hartoyo
Kepala Puskesmas Penata Tingkat I
Karangasem NIP.19691201 200701 1 010

1. Pengertian : Asfiksi adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan


segera setelah lahir.
2. Tujuan : Untuk menurunkan angka Kematian dan kesakitan pada BBL karena
asfiksia.
3. Kebijakan : SK Kepala Puskesmas Karangasem

4. Referensi : - Buku saku Pelayanan Kesehatan ibu difaskes dasar dan


rujukan

- Buku acuan pelatihan klinik asuhan persalinan normal, Dinas


Kesehatan kabupaten Pemalang, tahun 2009.

5. Prosedur : a. Sapa ibu dan keluarga dengan ramah dan SPOan serta
menjelaskan tindakan / prosedur yang akan dilakukan.
b. Mencuci tangan.
c. Melakukan langkah awal resusitasi
 Jaga bayi tetap hangat
- Letakkan bayi diatas kain yang ada diatas perut ibu
- Selimuti bayi, dada dan perut tetap terbuka, potong tali
pusat
- Pindahkan bayi keatas kain ditempat resusitasi yang datar,
rata, keras, bersih, kering dan hangat
- Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas
 Atur posisi bayi
- Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong
- Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan
menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi
 Isap lendir
- Isap lendir melai dari mulut dulu kemudian dari hidung
- Lakukan pengisapan saat alat penghisap ditarik keluar, tidak
pada waktu memasukkan
- Jangan melakukan penghisapan terlalu dalam ( jangan lebih
dari 5 cm kedalam mulut atau lebih dari 3 cm kedalam
hidung ), hal ini dapat menyebabkan denyut jantung bayi
menjadi lambat atau bayi tiba- tiba berhenti bernafas
- Bila dengan balon karet lakukan dengan cara sbb :
1. Tekan bola diluar mulut
2. Masukkan ujung penghisap dirongga mulut dan lepaskan
( lendir akan terhisap )
3. Untuk hidung masukkan dilubang hidung
 Keringkan dan rangsang bayi
- Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh
lainnya dengan sedikit tekanan. Rangsangan ini dapat
membantu BBL mulai bernafas.
- Lakukan ransangan taktil dengan beberapa cara dibawah ini:
1. Menepuk/ menyentil telapak kaki atau
2. Menggosok punggung/ perut/ dada/ tungkai bayi dengan
telapak tangan
 Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi
- Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya
- Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi
muka dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi
- Atur kembali posisi kepala bayi sehingga kepala sedikit
ekstensi
 Lakukan penilaian
- Lakukan penilaian apakah bayi bernafas normal, tidak
bernafas atau megap- megap
- Bila bayi bernafas normal : lakukan asuhan pasca resusitasi
- Bila bayi megap- megap atau tidak bernafas : mulai lakukan
ventilasi bayi
d. Melakukan ventilasi
a. Pasang sungkup
Pasang dan pegang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan
hidung
b. Ventilasi 2 kali
- Lakukan tiupan/ pemompaan dengan tekanan 30 cm
air.
Tiupan awal tabung- sungkup/ pemompaan awal balon-
sungkup sangat penting untuk membuka alveoli paru agar
bayi bisa mulai bernafas dan menguji apakah jalan nafas
bayi terbuka.
- Lihat apakah dada bayi mengembang.
Saat melakukan tiupan/ pemompaan perhatikan apakah
dada bayi mengembang.
Bila tidak mengembang :
 Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara
yang bocor
 Periksa posisi kepala, pastikan posisi sudah menghidu
 Periksa cairan atau lendir dimulut. Bila ada lendir atau
cairan lakukan penghisapan
 Lakukan tiupan 2 kali dengan tekanan 30 cm air
( ulangan ), bila dada mengembang lakukan tahap
berikutnya
c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik
- Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup tau
pemompaan dengan balon dan sungkup sebanyak 20 kali
dalam 30 detik dengan tekanan 20 cm air sampai bayi
mulai menangis dan bernafas spontan.
- Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau
pemompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang
nafas.
jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis ,
hentikan ventilasi bertahap.
 Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada bawah
 Hitung frekuensi nafas permenit
Jika bernafas > 40 permenit dan tidak ada retraksi
berat :
 Jangan ventilasi lagi
 Letakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit pada
dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL
 Pantau setiap 15 menit untuk pernafasan dan
kehangatan
 Katakan kepada ibu bahwa bayinya
kemungkinan besar akan membaik, jangan
tinggalkan bayi sendiri.
 Lanjutkan asuhan pasca resusitasi

jika bayi megap-megap atau tidak bernafas lanjutkan


ventilasi.
d. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan penilaian ulang nafas
- Lanjutkan ventilasi 20 kali dalam 30 detik (dengan
tekanan 20 cm air).
- Hentikan ventilasi setiap 30 detik , lakukan penilaian bayi
apakah bernafas, tidak bernafas atau megap-megap.

Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan
ventilasi bertahap dan lakukan asuhan pasca
resusitasi.
 Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan
ventilasi 20 kali dalam 30 detik kemudian lakukan
penilaian ulang nafas setiap 30 detik.
e. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafas spontan 2 menit
resusitasi
- Jelaskan pada ibu apa yang terjadi, apa yang anda
lakukan dan mengapa.
- Mintalah keluarga untuk mempersiapkan rujukan
- Teruskan ventilasi selama mempersiapkan rujukan
- catat keadaan bayi pada formulir rujukan dan rekam
medik persalinan.
f. Lanjutkan ventilasi sambil memeriksa denyut jantung bayi
e. Melakukan asuhan pasca resusitasi
Setelah tindakan resusitasi, diperlukan asuhan pasca rsusitasi
yang merupakan perawatan intensif selama 2 jam pertama.
Asuhan yang diberikan sesuai dengan hasil resusitasi :
- Jika resusitasi berhasil
Bila bayi menangis dan bernafas normal sesudah langkah
awal atau sesudah ventilasi.
- Jika perlu rujukan
Sesudah resusitasi 2 menit belum bernafas atau megap-
megap atau pada pemantauan didapatkan kondisi
memburuk.
- Jika resusitasi tidak berhasil
Sesudah resusitasi 10 menit dihitung dari bayi tidak bernafas
detak jantung 0.
Jika resusitasi berhasil
Ajari ibu dan keluarga untuk membatu bidan menilai keadaan
bayi. Jelaskan mengenai pemantauan BBL dan bagaimana
memperoleh pertolongan segera bila bayi mengalami masalah.
a. Pemantauan tanda-tanda bahaya pada bayi
 Tidak dapat menyusu
 Kejang
 Mengantuk atau tidak sadar
 Nafas cepat > 60 kali permenit
 Merintih
 Retraksi dinding dada bawah
 Sianosis sentral
Rujuk segera bila ada salah satu tand-tanda bahaya di
atas, sebelum dirujuk lakukan tindakan pra rujukan.
b. Pemantauan dan perawatan tali pusat
c. Bila nafas bayi dan warna kulit normal berikan bayi pada
ibunya
 Meletakkan bayi didada ibu, selimuti keduanya
 Membantu ibu menyusui bayi dalam 1 jam pertama
 Menganjurkan ibu mengusap bayinya dengan kasih
sayang
d. Pencegahan hipotermi
e. Pemberian vitamin k1
f. Pencegahan infeksi
g. Pemeriksaan fisik
h. Pencatatan dan pelaporan

Jika perlu rujukan


 Konseling
 Melanjutkan resusitasi bila diperlukan
 Memantau tanda bahaya
 Memantau dan merawat tali pusat
 Jaga bayi tetap hangat selama perjalanan, kenakan tutup
kepala bayi dan bila mungkin lakukan perawatan bayi
lekat
 Jelaskan pada ibu untuk menyusui segera kepada
bayi,kecuali keadaan gangguan nafas dan kontra indikasi
lainnya.
 Memberikan vitamin k1
 Mencegah infeksi
 Membuat surat rujukan
 Periksa keadaan bayi selama perjalanan
 Melakukan pencatatan dan pelaporan kasus

Jika resusitasi tidak berhasil


Bila bayi tidak bernafas setelah resusitasi selama 10 menit dan
denyut jantung 0, pertimbangan untuk menghentikan
resusitasi. Biasanya bayi meninggal tidak tertolong.
- Konseling / dukungan moral pada ibu dan keluarga
 penjelasan tentang tindakan resusitasi dan kematian
bayinya
 ibu memerlukan istirahat, dukungan moral dan
makanan bergizi
 merasa simpati dengan keadaan ibu dan keluarga
- Asuhan ibu
Payudara ibu akan bengkak sekitar 2-3 hari. Mungkin ibu
juga mengalami demam selama 1-2 hari. Atasi dengan :
 Gunakan BH yang ketat/ balut payudara denagn
sedikit tekanan sehingga ASI tidak keluar.
 Jangan memerah ASI atau merangsang payudara.
- Asuhan tindak lanjut: kunjungan ibu nifas
Anjurkan ibu untuk kontrol nifas dan ikut KB secepatnya
(dalam 2 minggu), ovulasi bisa cepat kembali terjadi
karena ibu tidak menyusui bayi. Asuhan pasca persalinan
tetap dilakukan sesuai kebutuhan.
- Pencatatan dan pelaporan
Buat pencatatan selengkapnya mengenai identitas
ibu,kondisi bayi dan semua tindakan yang dilakukan
secara rinci (OVP). Laporkan kematian bayi melalui RT
dan RW setempat. Simpanlah catatan baik-baik sebagai
dokumen untuk pertanggung-jawaban.

f. Mencuci tangan.

Anda mungkin juga menyukai