Kedudukan Alquran Dan Hadis
Kedudukan Alquran Dan Hadis
A. Al-Qur’an
Pengertian Al-Qur’an
Sebagaimana telah disinggung sebelum ini tentang sumber dalil dalam hukum Islam, maka
Al-Qur’an merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum Islam.
Secara Bahasa (Etimologi)
Merupakan mashdar (kata benda) dari kata kerja Qoro-‘a yang bermakna Talaa keduanya
berarti: membaca, atau bermakna Jama’a (mengumpulkan, mengoleksi).
Allah ta’ala berfirman, “Sesungguhnya Kami telah menurunkan Al-Qur’an kepadamu (hai
Muhammad) dengan berangsur-angsur.” (Al-Insaan:23)
َتْع ِقُلوَن َلَع َّلُك ْم َع َر ِبًّيا ُقْر آًنا َأْنَز ْلَناُه ِإَّنا
Dan firman-Nya, “Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al-Qur’an dengan berbahasa
Arab, agar kamu memahaminya.” (Yusuf:2)
Allah ta’ala telah menjaga Al-Qur’an yang agung ini dari upaya merubah, menambah,
mengurangi atau pun menggantikannya. Dia ta’ala telah menjamin akan menjaganya
sebagaimana dalam firman-Nya,
Al-Qur’an disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik melalui tulisan atau
bacaan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Dan terpelihara dari perubahan dan
pergantian . Sebagaimana telah disebutkan bahwa sedikitpun tidak ada keraguan atas
kebenaran dan kepastian isi Al-Qur’an itu, dengan kata lain Al-Qur’an itu benar-benar datang
dari Allah. Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung di dalam Al-Qur’an merupakan
aturan-aturan yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang masa. Banyak ayat-ayat yang
menerangkan bahwa Al-Qur’an itu benar-benar datang dari Allah.
Dalam surah An Nisa ayat 10 yang artinya, “Sesungguhnya telah kami turunkan kepada
engkau (Muhammad) kitab Al-Qur’an dengan membawa kebenaran”. Surah An Nahl ayat 89,
“Dan telah kami turunkan kepada engkau (Muhammad) kitab Al-Qur’an untuk menjelaskan
segala sesuatu dan ia merupakan petunjuk, rahmat serta pembawa kabar gembira bagi orang-
orang yang berserah diri”. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al-Qur’an yang menerangkan
bahwa Al-Qur’an itu benar-benar datang dari Allah.
Al-Qur’an turun di dua tempat yaitu:
1. Di Mekkah atau yang disebut Ayat Makkiyah. Pada umumnya berisikan soal-soal
kepercayaan atau ketuhanan, mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, ayat-
ayatnya pendek dan ditujukan kepada seluruh ummat. Banyaknya sekitar 2/3 seluruh
ayat-ayat Al-Qur’an.
2. Di Madinah atau yang disebut Ayat Madaniyah. Ayat-ayatnya panjang, berisikan
peraturan yang mengatur hubungan sesama manusia mengenai larangan, suruhan,
anjuran, hukum-hukum dan syari’at-syari’at, akhlaq, hal-hal mengenai keluarga,
masyarakat, pemerintahan, perdagangan, hubungan manusia dengan hewan, tumbuh-
tumbuhan, udara, air dan sebagainya.
Mu’jizat Al-Qur’an
Al-Qur’an memiliki mu’jizat-mu’jizat yang membuktikan bahwa ia benar-benar datang dari
Allah SWT. Menurut Mana’ Qattan di dalam buku Mabahits Fi Ulumil Qur’an menyebutkan
bahwa Al-Qur’an memilki mujizat pada 4 bidang yaitu:
1. Pada lafadz dan susunan kata. Pada zaman Rasulullah Syair sangat trend pada saat itu
maka Al-Qur’an turun dengan kata-kata dan susunan kalimat yang maha puitis,
sehingga Al-Qur’an memastikan bahwa tak ada seorangpun yang dapat membuat satu
surah sekalipun semisal Al-Qur’an. Seperti yang termaktub dalam surah Al Isra ayat
88, Hud ayat 13-14, Yunus ayat 38 dan Al Baqarah ayat 23.
2. Pada keterangannya, selain pada kata-katanya Al-Qur’an juga memiliki mu’jizat pada
artinya yang membuka segala hijab tentang hakikat manusiawi.
3. Pada ilmu pengetahuan. Di dalam terdapat sangat banyak pengetahuan baik hal yang
zahir maupun yang gaib, baik masa sekarang maupun yang akan datang.
4. Pada penetapan hukum. Peraturan yang ada di dalam Al-Qur’an bebas dari kesalahan
karena ia berasal dari Tuhan Yang Maha Tahu atas segala ciptaanNya.
Fungsi dan Tujuan Al-Qur’an
Al-Qur’an pertama kali turun di Gua Hira surah Al Alaq ayat 1-5 dan terakhir kali turun
surah al Maidah ayat 3. Al-Qur’an terdiri dari 30 juz, 144 surah, 6.326 ayat, 324.345 huruf .
Al-Qur’an berfungsi sebagai:
1. Sumber pokok dan utama dari segala sumber-sumber hukum yang ada. Hal ini
dilandasi oleh ayat Al-Qur’an di dalam surah An Nisa ayat 5.
2. Penuntun manusia dalam merumuskan semua hukum, agar tercipta kemaslahatan dan
keselamatan harus berpedoman dan berwawasan Al-Qur’an.
3. Petunjuk yang diturunkan Allah SWT kepada umat manusia dengan penuh rahmat
kepada kebahagiaan umat manusia baik didunia maupun diakhirat dan sebagai ilmu
pengetahuan.
1. Akidah
Akidah adalah keyakinan atau kepercayaan. Akidah islam adalah keyakinan atau
kepercayaan yang diyakini kebenarannya dengan sepenuh hati oleh setiap
muslim.Dalam islam,akidah bukan hanya sebagai konsep dasar yang ideal untuk
diyakini dalam hati seorang muslim.Akan tetapi,akidah tau kepercayaan yang diyakini
dalam hati seorang muslim itu harus mewujudkan dalam amal perbuatan dan tingkah
laku sebagai seorang yang beriman.
2. Ibadah dan Muamalah
Kandungan penting dalam Al-Qur’an adalah ibadah dean muamallah.Menurut Al-
Qur’an tujuan diciptakannya jin dan manusia adalah agar mereka beribadah kepada
Allah.Seperti yang dijelaskan dalam (Q.S Az,zariyat 51:56)
Manusia selain sebagai makhluk pribadi juga sebagai makhluk sosial.manusia
memerlukan berbagai kegiatan dan hubungan alat komunikasi .Komonikasi dengan
Allah atau hablum minallah ,seperti shalat,membayar zakat dan lainnya.Hubungan
manusia dengan manusia atau hablum minanas ,seperti silahturahmi,jual beli,transaksi
dagang, dan kegiatan kemasyarakatan. Kegiatan seperti itu disebut kegiatan
Muamallah,tata cara bermuamallah di jelaskan dalam surat Al-Baqarah ayat 82.
3. Hukum
Secara garis besar Al-Qur’an mengatur beberapa ketentuan tentang hukum seperti
hukum perkawinan,hukum waris,hukum perjanjian,hukum pidana,hukum
musyawarah,hukum perang,hukum antar bangsa.
4. Akhlak
Dalam bahasa Indonesia akhlak dikenal dengan istilah moral .Akhlak,di samping
memiliki kedudukan penting bagi kehidupan manusia,juga menjadi barometer
kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugasnya.Nabi Muhammad saw berhasil
menjalankan tugasnya menyampaikan risalah islamiyah,anhtara lain di sebabkan
memiliki komitmen yang tinggi terhadap ajhlak.ketinggian akhlak Beliau itu
dinyatakan Allah dalam Al-Qur’an surat Al-Qalam ayat 4.
5. Kisah-kisah umat terdahulu
Kisah merupakan kandungan lain dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an menaruh perhatian
penting terhadap keberadaan kisah di dalamnya.Bahkan,di dalamnya terdapat satu
surat yang di namaksn al-Qasas.Bukti lain adalah hampir semua surat dalam Al-
Qur’an memuat tentang kisah. Kisah para nabi dan umat terdahulu yang diterangkan
dalam Al-Qur’an antara lain di jelaskan dalam surat al-Furqan ayat 37-39.
6. Isyarat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
Al-Qur’an banyak menghimbau manusia untuk mengali dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi.Seperti dalam surat ar-rad ayat 19 dan al zumar ayat 9.
Selain kedua surat tersebut masih banyak lagi dasar-dasar ilmu pengetahuan dan
teknologi seperti dalam kedokteran,farmasi,pertanian,dan astronomi yang bermanfaat
bagi kemjuan dan kesejahteraan umat manusia.
Kehujjahan Al-Qur’an
Al-Qur’an dari segi penjelasannya ada 2 macam,
Pertama muhkam yaitu ayat-ayat yang teran artinya, jelas maksudnya dan tidak mengandung
keraguan atau pemahaman lain selain pemahaman yang terdapat pada lafaznya.
Kedua mutasyabih yaitu ayat yang tidak jelas artinya sehingga terbuka kemungkinan adanya
berbagai penafsiran dan pemahaman yang disebabkan oleh adanya kata yang memiliki dua
arti/maksud, atau karena penggunaan nama-nama dan kiasan-kiasan.
Ibarat Al-Qur’an dalam menetapkan dan menjelaskan hukum yang berupa perintah dan
larangan ada beberapa model.
B. As-Sunnah(Al-Hadits)
Hadits merupakan segala tingkah laku Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan,
perbuatan, maupun ketetapan (taqrir). Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua
setelah Al-Qur’an. Allah SWT telah mewajibkan untuk menaati hukum-hukum dan
perbuatan-perbuatan yang disampaikan oleh nabi Muhammad SAW dalam haditsnya. Hal ini
sejalan dengan firman Allah SWT:
Artinya: ” … Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia, dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah, …” (QS Al Hasyr : 7)
Perintah meneladani Rasulullah SAW ini disebabkan seluruh perilaku Nabi Muhammad
SAW mengandung nilai-nilai luhur dan merupakan cerminan akhlak mulia. Apabila
seseorang bisa meneladaninya maka akan mulia pula sikap dan perbutannya. Hal tersebut
dikarenakan Rasulullah SAW memilki akhlak dan budi pekerti yang sangat mulia. Hadits
sebagai sumber hukum Islam yang kedua, juga dinyatakan oleh Rasulullah SAW:
َر ُسْو ِلِه ُس َّنُة َو ِهللا ِكَتاَب َاَبًدا ِض ُّلْو ا َتَلْن ِبِهَم ا َم َّس ْك ُتْم َتَم ا َاْمَر ْيِن ِفْيُك ْم َتَر ْك ُت
Artinya: “Aku tinggalkan dua perkara untukmu seklian, kalian tidak akan sesat selama
kalian berpegangan kepada keduanya, yaitu kitab Allah dan sunah Rasulnya”. (HR. Imam
Malik)
Hadits merupakan sumber hukum Islam yang kedua memilki kedua fungsi sebagai
berikut.
Memperkuat hukum-hukum yang telah ditentukan oleh Al-Qur’an, sehingga kedunya (Al-
Qur’an dan Hadits) menjadi sumber hukum untuk satu hal yang sama. Misalnya Allah SWT
didalam Al-Qur’an menegaskan untuk menjauhi perkataan dusta, sebagaimana ditetapkan
dalam firmannya :
Artinya: “…Jauhilah perbuatan dusta…” (QS Al Hajj : 30)
Ayat diatas juga diperkuat oleh hadits-hadits yang juga berisi larangan berdusta.
1. Memberikan rincian dan penjelasan terhadap ayat-ayat Al Qur’an yang masih bersifat
umum. Misalnya, ayat Al-Qur’an yang memerintahkan shalat, membayar zakat, dan
menunaikan ibadah haji, semuanya bersifat garis besar. Seperti tidak menjelaskan
jumlah rakaat dan bagaimana cara melaksanakan shalat, tidak merinci batas mulai
wajib zakat, tidak memarkan cara-cara melaksanakan haji. Rincian semua itu telah
dijelaskan oleh rasullah SAW dalam haditsnya. Contoh lain, dalam Al-Qur’an Allah
SWT mengharamkan bangkai, darah dan daging babi. Firman Allah sebagai berikut:
Artinya: “Diharamkan bagimu bangkai, darah,dan daging babi…” (QS Al Maidah : 3)
Dalam ayat tersebut, bangkai itu haram dimakan, tetap tidak dikecualikan bangkai
mana yang boleh dimakan. Kemudian datanglah hadits menjelaskan bahwa ada
bangkai yang boleh dimakan, yakni bangkai ikan dan belalang. Sabda Rasulullah
SAW:
َد َم اِن َو َم ْيَتَتاِن َلَنا, اْلَم ْيَتَتاِن َفاَّم ا: َو اْلَج َر اُد اْلُحْو ُت, الَّد َم اِن َو َاَّم ا: َو الِّطَح اِل َفاْلَك ِبُد
ُاِح َّلْت
Artinya: “Dihalalkan bagi kita dua macam bangkai dan dua macam darah. Adapun
dua macam bangkai adalah ikan dan belalalng, sedangkan dua macam darah adalah
hati dan limpa…” (HR Ibnu Majjah)
ِبالُّتَر اِب َاْو َلِهَّن َم َّراٍت َس ْبَع ُيْغ ِس َل َاْن اْلَك ْلُب ِفْيِه َو ِلَغ ِاَذ ا َاَحِد ُك ْم ِاَناِء ُطُهْو ُر
Artinya: “Mennyucikan bejanamu yang dijilat anjing adlah dengan cara membasuh
sebanyak tujuh kali salah satunya dicampur dengan tanah” (HR Muslim, Ahmad, Abu
Daud, dan Baihaqi)
1. Hadits Shohih, adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil, sempurna
ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat, dan tidak janggal. Illat hadits yang
dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohehan
suatu hadits
2. Hadits Makbul, adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima
sebagai Hujjah. Yang termasuk Hadits Makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits
Hasan
3. Hadits Hasan, adalah hadits yang diriwayatkan oleh rawi yang adil, tapi tidak begitu
kuat ingatannya (hafalannya), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illat dan
kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang makbul biasanya
dibuat hujjah untuk sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau tidak terlalu penting
4. Hadits Dhoif, adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih syarat-syarat
hadits shohih atau hadits hasan. Hadits dhoif banyak macam ragamnya dan
mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya
syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhi
Adapun syarat-syarat suatu hadits dikatakan hadits yang shohih, yaitu:
1. Rawinya bersifat adil
2. Sempurna ingatan
3. Sanadnya tidak terputus
4. Hadits itu tidak berilat, dan
5. Hadits itu tidak janggal
QS.Al-Fatihah
Penjelasan surat
Ummul Qur’an (induk a-Qur’an) merupakan salah satu nama lain al-Qur’an. Mengapa
demikian? Karena isi kandungan ketujuh ayatnya merupakan intisari dari al-Qur’an. Abul
Hasan al-Harralli menjelaskan bahwa al-Fatihah adalah induk al-Qur’an, karena ayat-ayat al-
Qur’an seluruhnya terinci melalui kesimpulan yang ditemukan pada ayat-ayat al-Fatihah.
Tiga ayat pertama dalam surat al-Fatihah mencakup makna-makna yang dikandung
oleh asmaa’ul Husna. Semua rincian yang terdapat dalam al-Qur’an yang menyangkut Allah
bersumber dari ketiga ayat pertama itu.
Ajaran tauhid yang terkandung dalam ketiga ayat pertama tersebut adalah sifatiyah
(asma dan sifat), artinya kita meyakini bahwa Allah memiliki sifat-sifat keutamaan
sebagaimana yang tersirat pada ayat-ayat tersebut yang mengandung arti pula bahwa Allah
dengan segala sifat kutamaan-Nya (ayat 1), telah mencurahkan segenap kasih sayang-Nya
kepada kita, menciptakan dan mengatur alam semesta untuk kita. Dialah Sang Penguasa alam
(ayat 2) sehingga hendaknya kita mengakui dan meyakininya dan memuji kebesaran-Nya
yang telah menciptakan kita semua.
Firman-Nya dalam ayat 5 yang artinya “Yang menguasai di hari Pembalasan” mengandung
dua makna yaitu, (1) bahwasanya Allah yang menetukan dan Dia pula satu-satunya yang
mengetahui kapan tibanya hari itu. Tidak ada satupun makhluk yang mengetahui hal tersebut
(2) Allah menguasai segala sesuatu yang terjadi dan apapun yang terdapat ketika itu. Maka
jangan Bertindak atau bersikap menentang-Nya, bahkan berbicara pun harus dengan izin-
Nya.
Segala sesuatu yang menjadi penghubung antara makhluk dengan Khalik terinci dalam
Firman-Nya pada ayat “Iyyaka na’budu wa iyyaka nasta’in”.ada kupasan menarik dari
mufassir M. Quraish Syhihab dalam Tafsir al-Misbah bahwasannya kata “kami” yang
digunakan pada ayat ini mengandung beberapa pesan:
Pertama, untuk ciri khas ajaran Islam adalah kebersamaan. Seorang muslim harus merasa
bersama orang lain, tidak sendirian. Atau dengan kata lain seorang muslim harus memiliki
kesadaran social
Kedua, ibadah hendaknya dilakukan bersama-sama. Karena jika kita melakukannya bersama-
sama, orang lain yang bersama kita akan menutupi kekurangan kita.
Pada ayat 6 “ihdina as-shirath al-Mustaqim” mencakup segala yang meliputi urusan
makhluk dalam mencapai Allah dan menoleh untuk meraih rahmat-Nya serta
mengesampingkan selain-Nya. Sungguh hanya kepada-Nya kita berharap agar menunjukkan
kita arah tujuan yang benar.
QS.An-Nas
Penjelasan surat
Surat an-Nas merupakan salah satu surat disebut dengan al-mu’awwidzatain yaitu dua surat
yang mengandung perlindungan. Surat lainnya yaitu al-Falaq. Perlindungan yang dimaksud
di sini adalah yang utama adalah memohon perlindungan dari iblis dan bala tentaranya yaitu
setan manusia dan setan jin yang senantiasa mengintai manusia dengan tanpa putus asa dan
berbagai cara.
Ibnu Kasir di dalam kitab tafsirnya ketika membawakan penafsiran dari Sa’id bin Jubair dan
Ibnu ‘Abbas, yaitu: “Setan bercokol di dalam hati manusia, apabila dia lalai atau lupa maka
syaithan menghembuskan was-was padanya, dan ketika dia mengingat Allah subhanahu
wata’ala maka syaithan lari darinya.
Baca Selanjtnya: Fungsi Al-Qur'an dan Hadits
Dalam sebuah hadis yang riwayatkan oleh Imam Ahmad dengan sanadnya dari Abu
Tamimah yang meriwayatkan dari seseorang yang pernah membonceng Nabi Muhammad
Saw. Katanya
Artinya:
“Keledai Nabi saw. terjatuh, lalu aku mengatakan “calakalah setan” lalu Nabi
berdabda.‘janganlah kamu katakana celakalah setan’ sebab ia akan semakin besar tubuhnya
dan mengatakan ‘dengan kekuatanku aku akan mengalahkannya.’ Namun apabila kamu
mengatakan bismillah maka ia akan mengecil sehingga menjadi sekecil lalat. Hadis ini
diriwayatkan oleh Imam Ahmad namun sanadnya bagus." [HR. Iman Ahmad]
Ajaran tauhid juga jelas tersirat dalam isi kandungan surat an-Nas ini, mengingat
penghambaan manusia yang dalam kepada Allah sebagaimana dijelaskan pada ayat 3 akan
mengantarkan rasa ketidakberdayaannya dan menyandarkan hanya kepada Allah Swt. dari
semua kejahatan yang dibisikkan syaitan.
Maka sudah sepantasnya bagi kita selalu memohon pertolongan dan perlindungan hanya
kepada Allah Swt. Mengakui bahwa sesungguhnya seluruh makhluk berada di bawah
pengaturan dan kekuasaan-Nya. Semua kejadian ini terjadi atas kehendak-Nya saw. Dan tiada
yang bisa memberikan pertolongan dan menolak mudharat kecuali atas kehendak-Nya. pula.
Baca Selanjutnya: Keistimewaan Al-Qur'an
Semoga Allah menjadikan kita sebagai hamba-hamba-Nya yang senantiasa meminta
pertolongan, perlindungan dan mengikhlaskan seluruh peribadahan hanya kepada-Nya.
Tafsir QS. Al-Falaq
QS.Al-Falaq
Penjelasan ayat
Terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai arti al-Falaq. Namun Imam Bukhari dalam
shahihnya mengartikan Al-Falaq dengan subuh. Dalam surat ini dijelaskan beberapa
kejahatan yang mengintai manusia. yang oleh karenanya kita diperintahkan untuk meminta
perlindungan kepada Allah Swt., sang penguasa alam.
Pada ayat 2 yang berarti “dari kejahatan makhluk-Nya” mengandung pengertian bahwa
makhluk Allah baik dari manusia, binatang atau makhluk lainnya dengan segala yang
dilakukannya terkadang menimbulkan bahaya bagi manusia. selain itu ada hal lain yang perlu
diwaspadai manusia yaitu malam dengan segala misteri di dalamnya.
Dalam ayat 4 dijelaskan adanya kejahatan sihir yang menggunakan kekuatan setan untuk
Mengganggu manusia. Imam Ahmad dengan sanadnya menyatakan bahwa Zaid bin Arqam
berkata “Rasululllah Saw. pernah disihir oleh salah seorang pemuda Yahudi. Dan selama
beberapa hari beliau mengadukan hal itu. Lalu beliau mengatakan ‘lalu datanglah Jibril dan
mengatakan “salah seorang Yahudi telah menyihirmu dan telah membuatkan ikatan untukmu
di sumur ini dan ini. Perintahkanlah kepada seseorang untuk pergi ke sana, lalu iapun
mengeluarkannya. Kemudian dibawa kepada Nabi dan beliau pun melepaskan ikatannya.
Kemudian beliau berdiri, seolah-olah beliau telah bebas dari belenggu. Namun hal tersebut
tidak diberitahukan kepada orang Yahudi dan beliau tidak pernah melihat wajahnya lagi
hingga mati.” Dan masih banyak lagi riwayat yang menerangkan adanya sihir yang menimpa
Nabi Muhammad Saw.
Baca Selanjutnya: Pengertian tentang Al-Qur'an dan Hadits
Kejahatan sebagaimana dijelaskan di surat ini, semakin nyata keberadaannya. Ini tidak hanya
mengintai orang-orang dewasa, namun kita sebagai pelajar, kejahatan-kejahatan itu juga
dekat dengan keseharian kita. Bayangkan, alangkah tenang kehidupan kita jika kita
senantiasa menyandarkan seluruh aktivitas kita baik kegiatan belajar kita, membantu orang
tua, bermain dengan teman, berolah raga hanya kepada Allah Swt.. Dan insyaAllah
perlindungan Allah akan senantiasa kita rasakan dan dekat dengan kita.
Tafsir QS. Al-Ikhlas
Penjelasan Ayat
Asbabun nuzul dari surat ini adalah sebagaimana diterangkan dalam riwayat Imam Ahmad
bahwa orang-orang musyrik telah mengatakan kepada Nabi saw. “Hai Muhammad,
terangkanlah nasab Tuhanmu kepada kami lalu Allah menurunkan wahyu “katakanlah,
dialah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepadanya segala
sesuatu. Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tidak ada seorangpun yang setara
dengan Dia.”
Ayat 1, Katakanlah, Dialah Allah Yang Maha Esa artinya Dia Satu dan Tunggal, yang tidak
Mempunyai bandingan, wakil, saingan, yang menyerupai dan menyamai-Nya. Lafal ini tidak
boleh digunakan kecuali hanya kepada Allah sebab Dialah Yang Maha Sempurna dalam
semua sifat dan perbuatannya.
Firman Allah dalam ayat 2 “Allah Tuhan yang bergantung kepadanya segala sesuatu” Ibnu
Abbas ra mengatakan “Ash-Shamad” ialah Yang semua makhluk menyandarkan diri kepada-
Nya dalam setiap kebutuhan dan permasalahan mereka.
Baca Selanjutnya: Isi Kandungan Surah Al-Kautsar
“Dia tidak beranak dan tidak diperanakkan “ dalam ayat 3 menjelaskan bahwa Allah tidak
memiliki keluarga yaitu yang beranggotakan anak, ayah, isteri. Dan dilanjutkan dengan ayat
terakhir bahwasannnya Allah tidak sama dengan semua makhluk. Yaitu tidak ada seorangpun
tandingan dari makhluk-Nya yang akan menyainginya atau yang menyamai kedudukan-Nya.
Allah Maha Tinggi dan Mahas suci dari semua itu.
Dalam surat ini jelas dikatakan bahwa pengesaan terhadap Allah mutlak harus kita lakukan
Sepenuh hati, dimana sifat Allah yang tidak mungkin dimiliki makhluk-Nya adalah Esa,
tunggal. Sehingga keyakinan akan hal ini semakin memperkuat keimanan kita. Sehingga kita
hanya mempersembahkan semua penghambaan kita hanya kepada-Nya.
Keterkaiatan kandungan hadits tentang iman dan ibadah dalam fenomena kehidupan dan
akibatnya
Keterkaitan iman dan ibadah dalah sebagai berikut :
1. Iman dan ibadah mempunyai kaitan yang sangat erat karena iman menjadi salah
satu syarat diterimanya ibadah. Sebaliknya, ibadah yang dilakukan tanpa iman akan sia-sia.
2. Orang yang mengaku dirinya beriman harus dapat membuktikannya melalui
perbuatan yang bernilai ibadah dalam kehidupan sehari-hari.
3. Iman tanpa dibuktikan dengan perbuatan nyata berarti kedustaan.
4. Selain iman, amal ibadah harus diniati dengan ikhlas kepada Allah SWT. Ibadah
yang dilakukan untukselain Allah SWT berarti syirik.
5. Menduakan niat dalam beribadah atau beramal karena Allah dan yang lain tidak
akan diterima Allah SWT.
Menerapkan isi kandungan hadits tentang iman dan ibadah
Adapun penerepan dari keempat hadits tersebut dalam kehidupan sehari-
hari, yaitu sebagai berikut :
1. Memiliki rasa senang terhadap hadits-hadits Nabi Muhammad SAW sebagai
petunjuk hidupnya.
2. Gemar mempelajari hadits-hadits dalam rangkamemahami ajaran Islam.
3. Meyakini kebenaran ajaran yang disampaikan Nabi Muhammad SAW melalui
hadits-hadits beliau.
4. Melaksanakan ajaran-ajaran yang terdapat dalam hadits Nabi Muhammad SAW
dalam kehidupan.
5. Berusaha mengingatkan mutu amal agar Allah SWT berkenan menerimanya
sebagai bentuk ibadah dan amal saleh.
6. Meningkatkan keimanan dan tidak menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu
pun.
7. Memurnikan niat dalam segala ibadah hanya untuk mendapatkan ridha Allah
SWT.
Pengertian Bacaan Qalqalah secara harfi atau harfiyah (bahasa) mempunyai arti
getaran, memantul atau membal. Sedanngkan Pengertian bacaan qalqalah secara istilah yaitu
memantul atau getaran suara ketika membaca kalimat (lafal) yg terdapat huruf berharakat
sukun asli (asli mati) atau sukun karena waqaf atau diwaqafkan. Hukum bacaan Qalqalah ini
akan berfungsi ketika dalam keadaan mati atau mati karena di waqofkan, qalqalah tersebut
jika kita baca hurufnya masih terdengar bukan hilang tapi terdengar secara perlahan-lahan.
Huruf qalqalah ada lima yaitu ( َج ٍد َق ْط ُبqaf ق, tho ط, bak ب, jim ج, dal ) د
Dengan demikian hukum bacaan qalqalah ini terjadi apabila terdapat Huruf qalqalah
berharakat sukun, atau
Huruf qalqalah berharakat fathah, dammah, atau kasrah yang dibaca sukun karena waqaf
(berhenti).
Hukum Bacaan Qalqalah terbagi menjadi 2 macam yaitu hukum bacaan qalqalah
kubro dan hukum bacaan qalqalah sugra. Berikut penjelasan tentang kedua hukum bacaan
qalqalah ini :
Qalqalah kubro yaitu apabila ada huruf qalqalah yg terletak pada akhir kata yang di
baca sukun, baik karena memang berharakat sukun atau berharakat fathah, dammah, kasrah
atau tanwin, tetapi dibaca waqaf (berhenti).Cara kita membacanya harus lebih mantap dengan
memantulkan suara dengan pantulan yang kuat. Contohnya sebagai berikut :
Huruf bacaan qalqalah kubro juga dapat anda temukan di beberapa surat berikut ini :
Hukum Bacaan Qalqalah Sugra atau kecil yaitu apabila ada huruf qalqalah yang
terletak di pertengahan kata yang berharakat sukun. Cara kita membacanya adalah dengan
pantulan yang tidak terlalu kuat. Contohnya sebagai berikut :
Huruf bacaan qalqalah sugra juga dapat anda temukan di beberapa surat berikut ini:
Berikut ini merupakan contoh ayat al quran yang mengandung bacaan qalqalah kubro dan
sugra.
Selain bacaan Qalqalah ada juga Hukum bacaan tafkhim dan tarqiq Ra’ yang tidak
kalah penting untuk anda pelajari. Huruf ra’ ( ) رdalam ilmu tajwid dibagi menjadi dua,
yaitu dibaca tafkhim (tebal) dan tarqiq (tipis). Adapun cara membacanya ada tiga cara, yaitu
ra yg hanya dibaca tafkhim, ra yg hanya di baca tarqiq dan ra yg bisa dibaca tafkhim atau
tarqiq.
toleransi yang terdapat di dalam QS. Al-Kafirun dan QS. A-Bayyinah
A. Pengertian Toleransi
Toleransi berasal dari kata bahasa latin “ tolerare” yang berarti sabar membiarkan
sesuatu. Pengertian toleransi secara luas adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak
menyimpang dari aturan, dimana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan
yang orang lain lakukan. Toleransi juga dapat dikatakan dalam konteks sosial budaya dan
agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap
kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima oleh mayoritas dalam suatu
masyarakat.
Jadi dapat disimpulkan bahwa toleransi merupakan suatu sikap mengedepankan
kelonggaran untuk menghargai, membiarkan, membolehkan suatu pendirian baik dalam hal
pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, kelakuan dan sebagainya yang berbeda atau
bertentangan dengan pendiriannya sendiri. Secara ringkas, toleransi artinya memberi
kelonggaran kepada orang lain dalam bersikap atau berpendirian sesuai keyakinannya.
Toleransi ada 2 macam, yaitu:
1. Toleransi terhadap sesama muslim
Toleransi terhadap sesama muslim merupakan suatu kewajiban, karena merupakan wujud
persaudaraan yang terikat oleh tali aqidah yang sama. Apabila ada perselisihan maka kita
diperintah untuk segera mendamaikan.
2. Toleransi terhadap non muslim
Toleransi terhadap non muslm juga diperintahkan, karena islam mengajarkan perdamaian
baik terhadap muslim dan non muslim. Konsep kerja sama dan toleransi hanya dalam
kepentingan duniawi saja, tidak menyangkut kepentingan agama, seperti aqidah
B. Asbabun Nuzul QS. Al-Kafirun dan QS. Al-Bayyinah
1. Asbabun Nuzul QS. Al-Kafirun
Nama “al-kafirun” diambil dari kata “al-kafirun” yang terdapat pada ayat pertama dari
surat ini yang artinya orang-orang kafir. Nama-nama lain dari surat al-kafirun ini adalah al-
Muqasyqisyah (penyembuh). Dinamakan ini al-Muqasyqisyah karena isi atau kadungan surat
al-kafirun dapat menyembuhkan dan menghilangkan penyakit kemusyrikan.
Ketika itu kaum musyirikin mengajak kompromi kepada Nabi Muhammad saw agar
Nabi saw mau bertoleran dengan mereka. Tokoh-tokoh kaum Quraisy pada saat itu antara
lain al-‘As bin Wa’il as-Sahim, al-Aswat bin Abdul Muttalib, Umayyah bin Khalaf, dan
Walid bin Mugirah. Caranya bergantian dalam menyembah Tuhan. Kaum Quraisy akan
menyembah Tuhan yang disembah Nabi Muhammad saw selama satu tahun, kemudian dilain
waktu Nabi Muhammad saw dan pengikutnya juga meyembah apa yang mereka sembah yaitu
berhala selama satu tahun pula.
Mendengar usul kaum kafir itu Rasulullah saw. dengan tegas menjawab, “Aku
berlindung kepada Allah swt. agar tidak tergolong orang-orang yang bersikap dan
berperilaku syirik atau menyekutukan Allah.” Untuk mempertegas penolakan Rasulullah
saw. tersebut, kemudian Allah SWT menurunkan surat Al-Kafirun. Setelah Rasulullah saw.
Menerima surat Al-Kafirun ini, beliau lalu mendatangi tokoh-tokoh kaum kafir (musyrikin)
di Mekah, yang waktu itu sedang berkumpul di Masjidil Haram. Di hadapan
mereka Rasulullah saw. membacakan surat Al-Kafirun ayat 1 sampai 6 dengan mantap dan
lantang, sehingga mereka menyadari bahwa usul mereka untuk berkompromi dalam
keimanan dan ibadah agama, ditolak oleh Rasulullah saw dan umat Islam.
2. Asbabun Nuzul QS. Al-Bayyinah
Sebelum datangnya Nabi orang-orang Makkah berada dalam keadaan kufur, terbenam dalam
kejahilan dan hawa nafsu. Tetapi setelah Nabi SAW datang, segolongan dari mereka
beriman. Dengan demikian, keadaan mereka tidak seperti dahulu. Golongan yang tidak
beriman malah meragukan kebenaran yang dibawa Nabi SAW, bahkan ada yang tidak
mempercayai kebenaran Nabi SAW sama sekali.
Perbantahan dan perselisihan hebat terkadang terjadi antara orang-orang musyrik dengan
orang-orang nasrani dan yahudi karena kepercayaan dari keyakinan masing-masing golongan.
Orang Yahudi berkata kepada orang musyrik, “Sesungguhnya Allah akan mengutus nabi
dari kalangan bangsa arab penduduk Mekah.” Mereka menerangkan sifat-sifat Nabi serta
mengancam orang-orang seraya mengatakan bahwa bila Nabi itu lahir, mereka akan
membantunya dengan menyokong semua tindakannya dan bekerja sama untuk
menghancurkan orang-orang musyrik.
Dalam keadaan demikianlah Nabi Muhamad Nabi Muhamad diutus. Lalu orang-orang
musyrik memusuhi dan menentang Nabi habis-habisan. Mereka juga mengajak orang-orang
arab lainnya untuk memusuhi beliau dan menyakiti pengikut-pengikutnya yang hatinya telah
disinari dengan keimanan dan melapangkan dadanya untuk mengenal kebenaran. Kemudian
Allah menghibur Nabi-Nya dengan menurunkan surat ini dengan mengatakan “engkau tak
perlu susah atau gundah karena sikap dan tantangan orang-orang musyrik terhadap dirimu.
Hal itu juga dilakukan oleh mereka terhadap para nabi terdahulu sehingga mereka terpecah
belah”.
C. Isi kandungan Q.S. Al-Bayyinah dan QS. Al-Kafiruun
1. Isi Kandungan QS.Al- Kafiruun
Artinya :
1. Katakanlah: "Hai orang-orang kafir,
2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah.
4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah,
5. Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah.
6. Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku."
Secara umum, surat Al-Kafirun memiliki dua kandungan utama. Pertama, ikrar kemurnian
tauhid, khususnya tauhid uluhiyah (tauhid ibadah). Kedua, ikrar penolakan terhadap semua
bentuk dan praktek peribadatan kepada selain Allah. Melihat pentingnya kedua kandungan
surat ini sehingga perlu adanya penjelasan di bawah ini, sebagai berikut :
a. Allah menolak adanya penyatuan ajaran agama dalam rangka mencapai kompromi dan
toleransi sekaligus memberi penegasan terhadap mereka bahwa kaum muslim sama sekali
tidak akan pernah menyembah apa yang disembah oleh orang-orang kafir. orang-orang kafir
pada hakikatnya tidak akan pernah benar-benar menyembah-Nya. Dimana hal ini bisa pula
kita pahami sebagai larangan atas orang-orang kafir untuk ikut-ikutan melakukan praktek-
praktek peribadatan kepada Allah sementara mereka masih berada dalam kekafirannya.
Mereka baru boleh melakukan berbagai praktek peribadatan tersebut jika mereka sudah
masuk ke dalam agama Islam. dengan adanya pengulangan hal ini, jelas bahwa Allah sangat
memperhatikan seluruh aspek, seperti cara beribadah, macam dan bentuk peribadatannya, dll.
b. Mengajak masing-masing untuk melaksanakan ajaran agama dan kepercayaan yang
dianut tanpa bersikap saling mengganggu.
c. Anjuran toleransi dalam Islam adalah toleransi sebatas menghargai dan menghormat
pemeluk agama lain, tidak sampai pada sinkretisme.
d. Tidak boleh saling memaksa untuk mengikuti suatu agama. Rasulullah SAW.
menjelaskan bahwa agamamu dan balasannya untuk kamu (kaum kafir) dan agamaku dan
balasannya adalah untukku (kaum mukmin).
e. Sikap pengakuan terhadap kemajemukan dalam hal beragama namun bukan pengakuan
pembenaran terhadap agama lain. Dibenarkannya kaum mukminin bergaul, berhubungan,
berinteraksi dan bekerjasama dengan kaum kafirin dalam berbagai bidang kehidupan, seperti
bidang sosial kemasyarakatan, ekonomi, bisnis dan perdagangan, politik, pemerintahan dan
kenegaraan, dan lain-lain. Kecuali bidang agama yang mencakup masalah aqidah dan ibadah.
2. Isi Kandungan QS. Al-Bayyinah
Artinya :
1. Orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa
mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang
nyata
2. (yaitu) seorang Rasul dari Allah (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran
yang disucikan (Al Quran),
3. di dalamnya terdapat (isi) Kitab-kitab yang lurus
4. Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka)
melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata
5. Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus dan supaya mereka mendirikan
shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus
6. Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik
(akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-
buruk makhluk.
7. Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, mereka itu adalah
sebaik-baik makhluk.
8. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah syurga 'Adn yang mengalir di bawahnya
sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan
merekapun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut
kepada Tuhannya.
Pokok-pokok yang terkandung dalam surat Al-Bayyinah dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Maksud “(yaitu) seorang Rosul dari Allah (Muhammad saw).” Yaitu seorang yang
diutus oleh Allah untuk mengajak umat manusia menuju kebenaran dan mengajarkan semua
hikmah yang diterimanya dalam Al-Qur’an, serta mengeluarkan manusia dari kegelapan
menuju cahaya terang benderang.
b. Maksud firman Allah yang artinya, “… di dalamnya ada kitab-kitab yang lurus” kitab-
kitab lurus yang dimaksud dalam ayat itu adalah aturan atau perintah Allah SWT berupa
perintah yang adil dan berita-berita yang lurus. Berita yang lurus (jujur) ini akan menjadi
pembeda antara orang-orang yang benar mencari jalan yang lurus dan orang-orang yang
mengambil kesesatan. Dengan demikian akan menjadi jelas seseorang akan celaka dan binasa
setelah Allah mendatangkan bukti yang nyata tapi mereka tetap ingkar. Mestinya dengan
kedatangan keterangan dan pembuktian itu mereka (orang yang ingkar) taat kepada jalan
yang lurus, dan percaya bahwa Nabi adalah utusan Allah.
c. Balasan bagi orang-orang yang mengingkari kebenaran ajaran-ajaran Allah yang dikabarkan
oleh Nabi Muhamad SAW. Mereka akan dihempas ke neraka jahannam yang menuai
kerugian besar.
d. Kebahagiaan akan diperoleh mereka yang beriman dan beramal sholeh, yaitu keimanan yang
membuahkan amal sholeh dengan menunjukkan keberanian berkorban harta benda untuk
berbuat kebajikan sesama manusia. Mereka beribadah kepada Allah dengan ikhlas, sehingga
mereka mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Kebahagiaan dunia mereka dapatkan
dengan keridhaan Allah, sedangkan kebahagiaan akhirat mereka peroleh dengan jannah yang
kekal, tidak pernah rusak dan lekang.
D. Keterkaitan antara surat Al-Kafirun dan Al-Bayyinah
Surat Al-Kafirun dan Al-Bayyinah memiliki suatu keterkaitan yaitu terletak pada fungsi
pembelajaran mengenai pentingnya sikap istiqomah dalam beragama dan pengakuan terhadap
keragaman agama sebagai sebuah keniscayaan hidup bermasyarakat. Keduanya saling
mengisi dan melengkapi.
Agar sempurna keimanan kita, maka sebagai seorang mukmin harus mengedepankan sikap
Istiqomah ketika berhadapan dengan kemungkinan adanya pengaruh yang dapat
menggoyahkan keyakinan beragama. Penanaman sikap itu tidak boleh kendor karena banyak
upaya musuh-musuh Islam yang mengerogoti akidah umat Islam.
Mengingat bahwa kehidupan di dunia ini banyak bersentuhan dengan orang lain yang
mungkin berbeda keyakinan. Kita harus memberi contoh pentingnya sikap saling menghargai
perbedaan , tidak boleh saling memaksakan keyakinannya, menyilakan masing-masing untuk
beribadah sesuai keyakinannya dan menghormati dengan tidak meninggalkan keselamatan
akidah sebagaimana yang telah dituntunkan oleh Allah lewat surat Al-Kafirun dan Al-
Bayyinah. Islam lebih lanjut memerintahkan untuk membangun kehidupan bermasyarakat
dengan saling toleransi, saling menghormati, dan hidup rukun tanpa memaksakan suatu
keyakinan kepada orang lain. Namun, Islam juga menekankan untuk beribadah dengan ikhlas
semata-mata hanya kepada Allah, dan menjauhi segala bentuk kemusyrikan. Kita tidak boleh
mengabaikan toleransi, tetapi prinsip istiqomah terhadap akidah tetap harus dijaga.
E. Cara menerapkan kandungan dalam QS.Al-Kafirun dan QS.Al-Bayyinah dalam
kehidupan sehari-hari
Penerapan kandungan surat Al-Kafirun dan surat Al-Bayyinah dalam kehidupan sehari-hari
secara benar akan menciptakan kondisi masyarakat yang aman dan tentram. Adapun sikap
teloransi (tasamuh) berdasarkan kandungan surat Al-Kafirun dan surat Al-Bayyinah antara
lain :
1. Keimanan kita harus tetap dijaga agar tetap kokoh dan tidak mudah terpengaruh oleh
keyakinan lain. Pengaruh tersebut dapat dilepaskan melalui keyakinan bahwa Islam adalah
agama yang paling benar.
2. Dalam hal akidah, tidak boleh tercampur dengan paham-paham lain dan harus
dipertahankan sampai mati.
3. Teguh pendirian untuk tidak mengalahkan keyakianan dengan kepentingan keduniaan.
4. Hal-hal yang dapat kita lakukan dalam rangka penerapan sikap tasamuh atau toleransi
dalam kehidupan di sekolah, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara misalnya sebagai
berikut:
a. Dalam Kehidupan Sekolah
Dalam kehidupan di sekolah dibutuhkan adanya toleransi baik antara kepala sekolah dengan
guru, guru dengan guru, kepala sekolah dengan murid, guru dengan murid maupun murid
dengan murid. Toleransi tersebut dibutuhkan untuk terciptanya proses pembelajaran yang
kondusif, sehingga tujuan dari pendidikan persekolahan dapat tercapai. Adapun contoh-
contoh toleransi dalam kehidupan sekolah antara lain:
1) Mematuhi tata tertib sekolah.
2) Saling menyayangi dan menghormati sesama pelajar.
3) Berkata yang sopan atau menyinggung perasaan orang lain.
b. Dalam Kehidupan di Masyarakat
Toleransi dalam kehidupan di masyarakat antara lain, yaitu:
1) Adanya sikap saling menghormati dan menghargai antara pemeluk agama.
2) Tidak membeda-bedakan suku, ras atau golongan.
3) Menghormati keyakinan orang lain yang berbeda dengan keyakinan kita.
4) Tidak boleh memaksakan kehendak agar orang lain mengikuti keyakinan kita, karena
Islam melarang yang demikian ini.
5) Dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda kayakinan, kita member kebebasan
kepada mereka, tetapi harus tegas dan membatasi diri untuk tidak mencampuradukan akidah
dan peribadatan.
6) Sabar terhada sikap orang-orang yang mengingkari agama Islam, tetapi tegas terhadap
orang-orang yang menghina Islam.
c. Dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di dalamnya terdapat kehidupan berbagai macam
pemeluk agama, penganut kepercayaan dan suku bangsa yang berbeda. Namun demikian
perbedaan-perbedaan kehidupan tersebut tidak menjadikan bangsa ini tercerai-berai, akan
tetapi justru menjadi kemajemukan kehidupan sebagai suatu bangsa dan negara Indonesia.
Oleh karena itu kehidupan tersebut perlu tetap dipelihara agar tidak terjadi disintegrasi
bangsa. Adapun toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara antara lain:
1) Merasa senasib sepenanggungan.
2) Menciptakan persatuan dan kesatuan, rasa kebangsaan atau nasionalisme.
3) Mengakui dan menghargai hak asasi manusia
F. Hikmah Toleransi dalam kehidupan sehari-hari
Hikmah yang dapat diambil dari sikap toleransi dalam beragama adalah sebagai berikut:
1. Tercipta kehidupan masyarakat yang aman dan tentram.
2. Tercipta kerukunan dan kedamaian di lingkungan masyarakat.
3. Adanya keseimbangan hak-hak di masyarakat yang dapat memenuhi kepuasan batin
masing-masing pihak.
4. Menumbuhkan kebersamaan dalam masyarakat menuju ke arah lebih baik.
Q.S. al-Lahab menggambarkan kebencian kaum kafir Quraisy terhadap dakwah Nabi
Muhammad SAW. Problematika dakwah yang tersirat dalam Q.s. al-Lahab adalah:
a. Sikap penolakan masyarakat Quraisy terhadap agama yang dibawa Nabi Muhammad
SAW.
c. Berbagai cemoohan yang dilontarkan kepada Nabi SAW. dan kaum muslimin.
d. Rintangan dakwah juga dilakukan kaum wanita yaitu istri Abu Lahab.
f. Upaya Abu Lahab mengerahkan segala cara baik dengan perbutan atau hartanya untuk
membendung dakwahRasulallah SAW .
e. Perlawanan pasukan kafir yang dipimpin oleh Suhail bin Amr, Safyan bin Umayyah dan
Ikrimah bin Abu Jahal terhadap pasukan Khalid bin Walid .
VI. Menerapkan Kandungan Surah al-Lahab dan an-Nashr Dalam Kehidupan Sehari-hari
Sebagai seorang muslim, setelah memahami surah al-Lahab dan an-Nashr, hendaklah kalian
mampu menerapkan kandugan kedua surat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.
Sebelumnya alangkah baiknya kalian ketahui problematika dakwah di zaman sekarang ini.
Problematika yang di maksud adalah :
Diantara penerapan kandungan kedua surah tersebut dalam kehidupan sehari-hari ialah:
1. Melakukan hijrah apabila masyarakat yang menjadi sasaran dakwah sudah tidak bias
lagi diharapkan.
2. Bersabar dalam menghadapi sikap tidak bersahabat dari sasaran dakwah sebagaimana
Rasulullah menghadapi kaum kafir quraisy.
3. Mampu menjaga diri agar tidak menimbulkan kekacauan dan keresahan dalam
masyarakat.
4. Siap berkorban membela dan menjaga kewibawaan kaum muslimin.
5. Senantiasa yakin dengan datangnya pertolongan Allah.
6. Tidak merasa sombong jika seruan dakwah diterima oleh sasaran dakwah.
7. Banyak mensucikan dan memuji keagungan Allah dan mohon ampunan
Mad iwadh
yaitu hukum bacaan yang terjadi apabila ada harakat fathah-tain, yang jatuh
pada akhir kalimat (diwaqafkan) dan dibaca fathah.
Contoh:
○ِمَهاًدا
○َأْو َتاًدا
○َأْز َو اًجا
Mad lain
yaitu wawu dan ya mati sebelumnya berharakat fathah.
Contoh:
○قريش
○والصيف
○البيت
○خوف
Mad tamkin
yaitu mad yang terdapat pada huruf ya' berganda, dimana ya' yang pertama
berharakat sukun.
Contoh:
)2:61( الَّنِبِّييَن
Nabi muhammad SAW sangat sedih karena kematian salah satu putranya. Kaum
Quraisy
memanfaatkan kesempatan ini dengan memperolok Nabi Muhammad SAW. "
Putuslah
keturunan Muhammad" kata kaum Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini
membuat Nabi Muhammad bertambah sedih. Para sahabat mulai risau dengan
keadaan Nabi Muhammad SAW yg semakin hari semakin sedih dan punggungnya
mulai membungkuk seolah olah ada beban yg memberati punggunya.
1. Ayat 1 : Pada ayat ini Allah menghibur Nabi Muhammad dalam memperjuangkan
agama islam dengan segala cobaan yang diterima karena sebagai manusia beliau
juga mengalami kesedihan dan kepedihan. Contohnya, Nabi Muhammad mempunya
putra tapi putra mati dan peristiwa di boikot di Syi'b sehingga beliau harus makan
dedaunan
3. Ayat 4 : Pada Ayat ini allah memberikan pengharagaan pada Nabi Muhammad berupa:
a) Nama Nabi Muhammad Disejajarkan dengan Allah dalam kalimat
syahadat
b) Nabi Muhammad menjadi suri tauladan bagi seluruh umat islam
c) seseoarang tidak dianggap beriman bila tidak beriman pada Nabi
Muhammad
4. Ayat 5-6 : Dalam ayat ini allah memberikan motivasi pada Nabi Muhammad SAW
bahwa juanganya pasti ada hasilnya. Terbukti pada Tahun 8 H kota Mekah ditaklukan oleh
kaum muslim.
5. Ayat 7 : Allah memerintahkan agar setelah selesai satu urusan tidaklah berdiam diri,
melainkan untuk segera melakukan kegiatan lain secara bersungguh-sungguh.
6. Ayat 8 : Allah menjelaskan bahwa keberhasilan usaha terletak pada keridaan Allah,
untuk itu kita diharuskan memohon dan besandar pada Allah dan hanya Allah tempat kita
berharap
1
Karena kebiasaan orang-orang
Quraisy
)١( إليالِف ُقَر ْيٍش
(yaitu) kebiasaan mereka
2 bepergian pada musim dingin )٢( ِإيالِفِه ْم ِر ْح َلَة الِّش َتاِء َو الَّصْيِف
dan musim panas
maka hendaklah mereka
3 menyembah Rabb Pemilik )٣( َفْلَيْع ُبُد وا َر َّب َه َذ ا اْلَبْيِت
rumah ini (kabah).
Yang telah memberi makanan
ِم ِم ِذ
4
kepada mereka untuk
menghilangkan lapar dan
اَّل ي َأْطَعَم ُه ْم ْن ُج وٍع َو آَم َنُه ْم ْن
mengamankan mereka dari )٤( َخ ْو ٍف
ketakutan
Kandungan Q.S Al-Quraisy ayat 1-4 - Surah Al-Quraisy terdiri dari 4 ayat dan
termasuk golongan surah Makkiyyah .
Ayat 1, menjelaskan bahwa nama Quraisy diambil dari kata ” ” ُقَر ْي ٍشyang terdapat
pada ayat pertama yang berarti Suku Quraisy. Suku Quraisy adalah suku yang
mendapat kehormatan untuk memelihara Ka’bah. Pokok kandungan Q.S. Quraisy
adalah: Ayat 1, menjelaskan tentang kebiasaan suku Quraisy yang mempunyai mata
pencaharian pokok berdagang,
Ayat 3, Allah mengingatkan suku Quraisy khususnya dan umat Islam umumnya agar
selalu bersyukur atas rezeki yang diberikan Allah.
Ayat 4 Allah swt. menunjukkan akan kenikmatan yang telah diberikan kepada
mereka yaitu berupa makanan dan rasa aman. Tuhan pemilik Ka’bah itu telah
memberikan kepada mereka makan untuk menghilangkan lapar.
Mereka juga diberi keistimewaan dengan rasa aman dan tenteram. Maka dari itu
hendaklah mereka mengesakan Allah SWT. dalam beribadah, tidak menyekutukan-
Nya dengan suatu apapun dan tidak menyembah selain Allah .
Dengan demikian di sini Allah memadukan rasa aman di dunia dan rasa aman di
akhirat dengan melaksanakan perintah-Nya untuk mengesakan Allah SWT. dalam
beribadah. Dan barang siapa yang mendurhakai perintah Allah itu, maka Allah akan
mencabut rasa aman di akhirat sebagaimana firman-Nya :
Artinya : “ Dan Allah telah membuat suatu perumpamaan ( dengan ) sebuah negeri
yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari
segenap tempat, tetapi ( penduduk ) nya mengingkari nikmat-nikmat Allah; Karena
itu Allah merasakan kepada mereka pakaian kelaparan dan ketakutan, disebabkan
apa yang selalu mereka perbuat. Dan Sesungguhnya telah datang kepada mereka
seorang Rasul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; Karena itu
mereka dimusnahkan azab dan mereka adalah orang-orang yang zalim." ( QS. an-
Nahl : 112 – 113 )
Dari penjelasan di atas dapatlah disimpulkan bahwa inti pokok yang terkandung
pada Q.S. Quraisy adalah peringatan Allah swt. kepada orang-orang Quraisy
tentang nikmat-nikmat yang telah diberikan Allah kepada mereka. Karena itu mereka
diperintahkan untuk menyembah Allah semata dan tidak menyekutukan dengan
sesuatupun
اَّلِذ يَن ُهْم َع ْن َص اَل ِتِهْم. َفَو ْيٌل ِلْلُمَص ِّليَن. َو اَل َيُحُّض َع َلٰى َطَع اِم اْلِم ْس ِكيِن. َفَٰذ ِلَك اَّلِذ ي َيُدُّع اْلَيِتيَم. َر َأْيَت اَّلِذ ي ُيَك ِّذ ُب ِبالِّديِن
َو َيْم َنُعوَن اْلَم اُع وَن. اَّلِذ يَن ُهْم ُيَر اُءوَن. َس اُهوَن
Terjemah surah
1. tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama?
2. Itulah orang yang menghardik anak yatim, 3. dan tidak menganjurkan memberi Makan
orang miskin.
4. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat,
5. (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya,
6. orang-orang yang berbuat riya.
7. dan enggan (menolong dengan) barang berguna. Penjelasan Surah Al-Ma'un. Ayat1-3
menjelaskan tentang pendusta agama yaitu orang yang menghardik ( menyia-nyiakan) anak
yatim dan enggan memberi makan kepada orang miskin.
Ayat 4-7 menjelaskan tentang orang-orang yang melaksanakan salat tetapi mendapat
celaka. Kecelakan disebabkan karena mereka lalai atau mengabaikan waktu salatnya. Orang
yang melalaikan salatnya termasuk pendusta agama. Juga menjelaskan tentang ria, yaitu
orang-orang yang berbuat baik karena ingin memperoleh pujian dan sanjungan dari orang lain
bukan ikhlas karena Allah. Al- Ghazali dalam menjelaskan ria terjadi jika seseorang
menampilkan amal dalam bentuk ibadah dengan tujuan supaya diperhatikan oleh orang lain,
sehingga ia mendapat tempat di dalam hatinya. Orang yang ria termasuk pendusta agama
karena pernbuatan itu menyekutukan Allah.
Ayat 7, mnerupakan salah satu ajaran tentang larangan berperilaku bakhil atau kikir
yaitu enggan memberi bantuan kepada orang lain. Perilaku ini termasuk pendustaan terhadap
agama. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa surah al- Ma’un menjelaskan
tentang sifat manusia yang dipandang oleh Allah sebagai pendusta agama, yaitu: 1. Orang-
orang yang menghardik anak yatim 2. Enggan memberi bantuan kepada orang lain lain yang
sangat membutuhkan bantuannya. 3.
Orang yang enggan member makan kepada fakir miskun.
4. Orang yang lalai dalam salat dan ria. Pertama, menghardik anak yatim. Pengertian
menghardik anak yatim ada dua kategori yaitu menghardik secara verbal dan menghardik
secara non verbal. Menghardik secara verbal yaitu menghardik dengan ucapan-ucapan yang
kasar, sedangkan menghardik yang bersifat nonverbal misalnya bertutur kata lembut dengan
anak yatim , tetapi tidak memberikan makan dan pakaian yang dan pendidikan yang layak
bagi mereka. Para pelaku kesewenang-wenangan terhadap yatim, akan mendapatkan balasan
dari Allah Swt. antara lain, ditegaskan di dalam Al-Qur'an. Allah Swt mengganjar mereka
yang memakan harta yatim secara lalim, sebenarnya menelan api dalam perutnya dan mereka
akan masuk ke dalam api yang menyala-nyala neraka.
ِإَّن اَّلِذ يَن َيْأُك ُلوَن َأْم َو اَل اْلَيَتاَم ٰى ُظْلًم ا ِإَّنَم ا َيْأُك ُلوَن ِفي ُبُطوِنِه ْم َناًراۖ َو َسَيْص َلْو َن َسِع يًراArtinya, “
Sesungguhnya orang-orang yang memakan harta anak yatim secara zalim, sebenarnya
mereka itu menelan api sepenuh perutnya dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka).” (QS. An-Nisaa' : 10) Kedua, menghina anak yatim sama saja
dengan menempuh jalan ke neraka. Karena, dengan menyakiti hati anak yatim, apa pun doa
anak yatim akan dikabulkan oleh Allah swt. “Doa baik dan buruk dari yatim akan dikabulkan
oleh Allah.,”
contoh :
contoh :
Contoh :
Ciri – ciri lam jalalah tarqiq yaitu lam jalalah yang huruf sebelumnya berharakat kasrah .
“ Bismillah “
Membaca Lam secara tafkhim atau tebal yaitu hanya pada lam jalalah . Sedangkan pada
lafadz yang lain walaupun sebelumnya diawali dengan huruf fathah ataupun domah . Akan
tetapi , cara bacanya yaitu tarqiq atau tipis .
Dalam ilmu tajwid hukum bacaan ra dibagi menjadi dua , yaitu Ra tafkhim dan Ra tarqiq
Ciri – cirinya :
e. Apabila ada ra sukun atau ra mati dan huruf sebelumnya berharakat kasrah aridhah atau
kasrah bukan asli yaitu kasrah yang terdapat pada hamzah wasal , tetapi diwasalkan sehingga
hamzah itu tidak terbaca .
f. Apabila ada ra sukun yang huruf sebelumnya berharakat kasrah dan huruf sesudahya adalah
huruf isti’la yang tidak berharakat kasrah .
g.Huruf Ra sukun yang diwaqafkan , dan huruf sebelumnya adalah huruf yang berharakat
fathah
h. Huruf Ra sukun yang di waqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf yang berharakat
domah
i. Huruf Ra sukun yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf alif
j. Huruf Ra sukun yang diwaqafkan dan huruf sebelumnya adalah huruf wawu
k. Huruf Ra sukun yang diwaqafkan , yang huruf sebelumnya adalah huruf berharakat sukun
dan diawali oleh huruf yang berharakat fathah
l. Huruf ra sukun yang di waqafkan , yang huruf sebelumnya adalah huruf berharakat sukun
dan diawali dengan huruf yang berharakat domah
b. Apabila Ra sukun didahului oleh huruf yang berharakat kasrah dan sesudahnya bukan
huruf isti’la ( huruf yang di baca tebal )
c. Apabila Ra berharakat damah atau damahtain dan huruf sebelumnya berupa Ya sukun dan
Ra tersebut di waqafkan .
a. Apabila ra sukun di dahului oleh huruf berharakat kasrah dan huruf sesudah huruf ra
terdapat huruf isti’la yang berharakat kasrah atau kasrahtain
b. Apabila ada Ra sukun didahului oleh huruf yang berharakat kasrah dan sesudah ra terdapat
huruf isti’la yang tidaj berharakat kasrah .
Ayat 1 dan 2 menjelaskan "bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk
ke dalam kubur" ayat ini memberi gambaran kepada orang-orang yang beriman bahwa
kebanyakan manusia mendambakan dan membanggakan kemewahan dunia. Sifat ini
berlangsung hingga kemarian menghampiri mereka.
Ayat 3-5 merupakan bantahan terhadap anggapan orang yang bermegah-megahan. Mereka
akan menerima balasan sebagai akibat dari perbuatannya.
Ayat 6-8 menjelaskan balasan yang akan mereka dapat, mereka akan langsung melihat neraka
jahim. Mereka akan menyaksikan dan merasakan siksaan dari api neraka jahim. Saat itu
mereka akan ditanya tentang kemegahan yang dahulu telah dibanggakan. Namun, semua itu
hanyalah tinggal penyesalan yang tiada berarti.
) َفِاَّن الَّد ْنَيا َباَل ٌغ ِاَلى ْاالِخَر ِة َو اَل َتُك ْو ُنْو ا َك ًّل َع َلى الَّناِس ( رواه ابن عسا كرعن انس
Artinya:
“bukankah orang yang paling baik diantara kamu orang yang meninggalkan kepentingan
dunia untuk mengejar akhirat atau meninggalkan akhirat untuk mengejar dunia sehingga
dapat memadukan keduanya. Sesungguhnya kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju
kehidupan akhirat. Janganlah kamu menjadi beban orang lain”
Sebagian orang ada yang mengutamakan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia, oleh
karena itu dia akan terus berdzikir dan beribadah kepada allah dan melalaikan kehidupan
dunia. Cara hidup seperti bukanlah cara hidup yang baik menurut rasulullah
Ada pula orang yang lebih mengutamakan kehidupan di dunia dari pada kehidupan di
akhirat, oleh karena itu dia akan terus bekerja untuk mengejar dunia, sehingga ia lupa akan
allah. Cara hidup seperti ini juga bukanlah cara hidup yang baik menurut rasullah
Kehidupaan yang baik ialah kehidupan seseorang yang mampu menyeimbangkan kehidupan
dunia dan akhiratnya dengan menyadari bahwa hidup di dunia akan ada akhirnya, dan bekal
hidup di akhirat hanyalah amal shaleh yang kita lakukan selama hidup didunia.
Sebagai umat islam kita dilarang untuk menjadi beban orang lain, maka dari itu kita harus
berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dengan kemampuan kita sendiri.
( Qs. Az – Zalzalah )
(6). َيْو َم ِئٍذ َيْص ُد ُر الَّناُس َأْش َتاًتا ِلُيَر ْو ا َأْع َم اَلُهْم
Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan yang bermacam-macam, supaya
diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka.
Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya.
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat
(balasan) nya pula.
( Qs. Al – Qari’ah )
Hari Kiamat,
(2). َم ا اْلَقاِر َع ُة
(5). َو َتُك وُن اْلِج َباُل َك اْلِع ْهِن اْلَم ْنُفوِش
Dari kedua surah diatas, terdapat keterkaitan isi kandungan yang luar biasa isinya,
diantaranya :
a. Ketika kiamat terjadi, maka akan terjadi goncangan yang sangat dahsyat sehingga
manusia akan menjadi seperti anai – anai yang bertebaran dan gunung – gunung akan
mengeluarkan beban berat yang dikandungnya dengan berhamburan.
b. Setelah kiamat terjadi, maka seluruh makhluk hidup akan dibangkitkan dari kuburannya
dalam keadaan bermacam - macam. Bagi makhluk yang dibangkitkan dalam keadaan lebih
berat timbangan kebaikannya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan.
Sedangkan bagi makhluk yang ringan timbangannya, maka neraka hawiyah lah tempat
kembali.
c. Kedua surah ini menggambarkan gambaran ketika terjadi kiamat dan ketika hari
berbangkit.
Jadi ada dua syarat suatu kalimat disebut bacaan mad lazim mutsaqqal kilmi, pertama, bacaan
mad bertemu huruf bertasydid kedua, huruf yang bertasydid tersebut harus berada dalam satu
kata.
Menurut istilah adalah kalimat yang wajib dibaca panjang (6 harakat/6 alif) dan diberatkan,
karena ada huruf mad yang diiringi dengan huruf berharokat tasydid dalam satu kata, cara
membacanya diberatkan sebab diidghamkan.
Menurut istilah adalah kalimat yang wajib dibaca panjang (6 harakat/6 alif) dan diringankan
karena ada huruf mad yang diiringi huruf berharakat sukun dalam satu kata dan tidak
diidghamkan.
Dalam Al-Quran yang merupakan contoh hukum bacaan ini hanya ada satu kata yaitu آآلن.
Dalam Al Qur’an bacaan ini tidak banyak, hanya ada pada beberapa tempat diantaranya
tempat, Surat Yunus ayat 51 dan 91, lafalnya
)51:َأُثَّم ِإَذ ا َو َقَع آَم ْنُتْم ِبِه اْلـئَن َو َقْد ُكْنُتْم ِبِه َتْسَتْع ِج ُلْو َن (يونس
)91:الئن َو َقْد َعَص ْيَت َقْبُل َو ُكْنَت ِم َن اْلُم ْفِس ِد ْيَن (يونس
Jadi mad lazim musaqqal harfi adalah huruf yang wajib dibaca panjang (6 harakat/6 alif) dan
diberatkan, karena ada mad pada fawatihussuwar yang diiringi dengan huruf berharokat
tasydid, cara membacanya diberatkan sebab diidghamkan.
Contoh:
Contoh:
atau: َاْو
I. Surah Al-Ashr
َأُع ْو ُذ ِباِهلل ِم َن الَّش ـْيٰط ِن الَّر ِج ْيِم
بسم هللا الرحمن الرحيم
َو اْل َع ْص ِر
ِإَّن اإلْن َس اَن َلِفي ُخ ْس ر ِإال اَّلِذيَن آَم ُنوا َو َعِم ُلوا الَّصاِلَح اِت َو َت َو اَص ْو ا ِباْلَح ِّق
Artinya :
َو َت َو اَص ْو ا ِبالَّصْب ِر
" Demi masa, sesungguhnya manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasehati untuk kebenaran dan saling menasehati
untuk kesabaran "
Ayat ke-1
Allah swt bersumpah dengan menyebut masa. Masa berarti waktu yang dilalui,
waktu yang dialami seseorang. Apabila Allah swt, bersumpah dengan makhluknya
berarti suatu isyarat bagi Rasulullah saw., dan orang-orang yang beriman agar
memerhatikan terhadap makhluk yang digunakan untuk bersumpah. Dengan
demikian, maksud ayat pertama surah ini adalah agar Rasulullah saw., dan orang-
orang yang beriman lebih memerhatikan masalah waktu. Dan mampu memanfaat
waktu sebaik-baiknya untuk hal-hal yang terpuji sesuai ajaran Islam.
Kita sadari atau tidak, waktu itu tidak akan berhenti walaupun sedetik, apalagi
terulang, pagi hari ini bukan pagi hari kemarin bukan pula pagi hari esok.
Ayat ke-2
dijelaskan bahwa kebanyakan manusia dalam keadaan merugi. Melihat kenyataan
hidup ini, ternyata banyak manusia yang merugi dibanding dengan ysng beruntung.
Lalu kerugian apa yang dialami manusia ?. Kerugian yang dialami oleh manusia
bahwa kesempatan hidup didunia tidak dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya
sesuai dengan petunjuk agama. hari-harinya hanya diisi dengan kesibukan
menikmati dunia sesuai dengan keinginan hawa nafsunya tanpa ada pemikiran
kalau dunia ini hanyalah sementara dan yang kekal adalah ada hari akhirat.
Ayat ke-3
menjelaskan bagaimana cara yang harus dilakukan agar tidak termasuk orang
yang rugi. pada ayat ini, adatiga syarat agar tidak menjadi orang yang rugi, yaitu
beriman dan beramal saleh, saling menasehati tentang kebenaran, tentang
menasehati tentang kesabaran.
Surat Al-Alaq terdiri atas 19 ayat, diturunkan di Mekah (Makkiyah). Dalam surat Al-
Alaq ini dibicarakan tentang penciptaan manusia dari Al-Alaq (segumpal darah)
hingga nasibnya di akhirat nanti. Sehingga surat Al-‘Alaq ini tidak ubahnya seperti
Al-syarh wa Al-bayan (penjelasan dan keterangan). Ayat pertama sampai kelima
adalah ayat yang diturunkan pertama kali oleh Allah kepada Nabi Muhammad saw,
yaitu pada waktu ia berkhulwat di gua Hira’.
Asbabun nuzulnya adalah adanya problema aktual yang dihadapi ummat yang
menjadi sebab umat tersebut jatuh kedalam lubang jahiliyah, yaitu :
1) Karena mereka menyekutukan Tuhan (syirik);
2) Karena mereka tidak mengetahui tentag siapa dirinya dan apa tugas yang
harus dilakukan;
3) Karena mereka membiarkan dirinya berada dalam kebodohan.
Ayat ke- 2:
Ayat kedua ini mengandung informasi tentang pentingnya memahami asal-usul
proses dan kejadian manusia dengan segenap potensi yang ada dalam dirinya.
Untuk itu kesadaran manusia dapat timbul dalamn dirinya agar kelak diakhirat kita
dapat mempertanggung jawabkan segala perbuatan kita selama didunia. Dalam
ayat ini juga dapat kita rumuskan tujusn pendidikan yaitu, adalah upaya membina
jasmani dan rohani manusia dengan segenap potensi yang ada pada keduanya
secara seimbang sehingga dapat melahirkan manusia yang seutuhnya. Pelajaran
agama misalnya untuk ditujukan untuk membina sikap keberagaman, pelajaran
matematika ditujukan untuk membina potensi berpikir, pelajaran sejarah ditujukan
untuk membina potensi bermasyarakat,dsb.
Ayat ke- 3:
Dalam ayat ketiga ini mengandung arti tentang mengenali, mengidentifikasi,
mengklasifikasi, membandingkan, menganalisa, menyimpulkan, membina, dan
membuktikan. Dengan demikian ayat ini erat kaitannya dengan metode pendidikan.
Sebagaimana halnya dijumpai pada metode Iqra dengan sifat Tuhan yang Maha
Mulia.