Anda di halaman 1dari 23

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Diagram Alir


Metodologi penelitian paving block dengan menggunakan limbah bata
ringan yang berfungsi sebagai penyusun bahan campuran bersama pasir dilakukan
langkah-langkah seperti diagram alir yang ditampilkan pada Gambar 3.1.

Mulai

Persiapan Alat dan Bahan Paving Block

Pengujian Bahan

Pasir Limbah Bata Ringan Semen

Memenuhi Tidak
Syarat?

Ya

Perencanaan dan Komposisi campuran :


 Limbah bata ringan 0%, 3%, dan 6% dari berat pasir
 Perbandingan semen dan pasir 1:2, 1:3, 1:4

Pencampuran Bahan dan Pembuatan Benda


Uji Ukuran 20cm x 10cm x 6cm

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian

26
A

Curing / Perawatan

Pengujian Kuat Tekan Usia 7, 28 Hari


dan Penyerapan Air Usia 28 Hari

Analisa Data dan Pembahasan

Kesimpulan dan Saran

Selesai

Gambar 3.1 Diagram Alir Metode Penelitian (lanjutan)

3.2 Waktu Pelaksanaan dan Lokasi


Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei – Juli tahun 2022 di Laboratorium
Beton Fakultas Teknik Universitas Wijaya Kusuma Surabaya yang berlokasi di Jl.
Dukuh Kupang XXV No.54, Kota Surabaya.

3.3 Bahan Limbah Bata Ringan Untuk Penelitian


Bahan yang digunakan untuk pengganti pasir dalam pembuatan paving
block yaitu limbah bata ringan. Limbah berasal dari sisa potongan untuk pasangan
dinding di proyek pembangunan Perumahan di Cluster Buona Vista, Citraland of
Surabaya yang dilakukan Kontraktor CV. Cahaya Pratama Konstruksi. Limbah
yang dipakai dari beberapa jenis produk bata ringan seperti dari Grand Elephant,
Focon, Blesscon. Tebal bata ringan sebelum menjadi limbah sekitar 10-12,5 cm
dengan panjang 60 cm dan lebar 20 cm. Biasanya bata ringan dengan panjang
kurang dari 15 cm sudah tidak terpakai dan dibuang sehingga menjadi limbah

27
proyek konstruksi. Ukuran limbah bata ringan tidak selalu berbentuk utuh,
terkadang ukuran limbah tersebut berukuran acak.

3.4 Peralatan dan Material Penelitian


3.4.1 Peralatan Penelitian
Peralatan yang akan digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.2 sebagai
berikut :
1. Cetakan paving block (Gambar 3.2a), untuk mencetak paving block.
2. Mesin ayakan atau saringan (Gambar 3.2b), untuk memisahkan antara
butiran agregat halus dan agregat agregat kasar. Dibutuhkan ayakan no 4,
6, 8, dan 10
3. Bak perendam, untuk merendam paving block yang telah dicetak.
4. Timbangan (Gambar 3.2c), untuk menimbang berat paving block saat
dilakukan pengujian.
5. Oven, digunakan untuk uji daya serap paving block (Gambar 3.2d).
Setelah direndam dalam air, paving block dimasukkan ke dalam oven.
6. Compressing Testing Machine (CTM) (Gambar 3.2e), alat yang digunakan
untuk melakukan pengujian kuat tekan dan kuat tarik belah beton silinder.
Alat CTM pada penelitian ini digunakan untuk menguji kuat tekan pada
paving block.

a. Alat Pencetak paving block b. Mesin ayakan

c. Timbangan d. Oven e. Compresing Testing Machine


Gambar 3.2 Alat-alat Pembuatan Paving Block

28
a. Semen b. Pasir c. Air

d. Limbah bata ringan


Gambar 3.3 Bahan Pembuatan Paving Block

3.4.2 Material Penelitian


Dalam penelitian ini menggunakan bahan-bahan seperti ditampilkan pada
Gambar 3.3 sebagai berikut :
1. Semen Portland (Gambar 3.3a), bersifat hidrolis karena di dalamnya
terkandung kalsium silikat (𝐶𝑎𝑂𝑆𝑖𝑂2 ) dan kalsium sulfat (𝐶𝑎𝑆𝑂4 𝐻2 𝑂)
yang bersifat hidrolis dan cepat bereaksi dengan air. Bahan baku semen
yang digunakan pada ialah semen Portland Tipe 1. Semen Portland yang
dipakai untuk segala macam kontruksi apabila tidak diperlukan sifat–sifat
khusus, misalnya ketahanan terhadap sulfat, panas hidrasi, dan
sebagainya (Salain, 2009). Semen Portland Tipe 1 yang digunaka ialah
semen produksi dari Semen Gresik
2. Pasir (Gambar 3.3b), sebagai agregat halus yaitu pasir Lumajang. Bahan
baku pasir yang digunakan ialah pasir yang diambil dari lamongan
didominasi oleh silika dan alumina, sehingga sangat baik untuk agregat.
3. Air (Gambar 3.3c), menggunakan air PDAM untuk pekerjaan
pencampuran semen, pasir dan limbah bata ringan. Air digunakan untuk
membantu proses pencampuran antara semen dan pasir.

29
4. Limbah bata ringan (Gambar 3.3d), digunakan sebagai bahan kombinasi
bersama pasir. Limbah bata ringan yang digunakan ialah limbah dari
proyek konstruksi yang sebelumnya sudah dihaluskan menjadi bentuk
butiran dengan cara ditumbuk dan lolos ayakan 4,80 mm.

3.5 Pengujian Agregat Halus dan Limbah Bata Ringan


Agregat yang digunakan sebagai bahan tambahan dalam pencampuran pasir
pada paving block mengalami proses pengujian. Pengujian ini juga bertujuan
untuk mengetahui sifat atau karakteristik agregat yang akan digunakan dalam
pembuatan paving block. Pengujian limbah bata ringan dilakukan sama dengan
pengujian untuk pasir karena pada penelitian ini, limbah bata ringan digunakan
sebagai bahan kombinasi campuran bersama pasir.

3.5.1 Pengujian Berat Jenis dan Penyerapan Air


Pengujian berat jenis dan penyerapan air agregat halus sebagai bahan
penyusun paving block mengacu pada ASTM C12893. Bahan penyusun yang
akan diuji dalam pengujian berat jenis dan penyerapan air adalah pasir dan limbah
bata ringan. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebagai berikut :
A. Peralatan
 Neraca timbangan dengan kepekaan 0,1 gram dan kapasitas 1 kg.
 Piknometer kapasitas 500 gram dan 1000 gram
 Wadah
 Oven, dengan ukuran yang mecukupi dan dapat mempertahankan suhu
[110±5]˚C.
 Saringan No. 4
 Batang penumbuk.
B. Bahan
 Agregat halus 1000 gram, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat.
C. Prosedur
 Menyiapkan pasir yang butir-butirnya lewat saringan no. 4

30
 Keringkan benda uji dalam oven dengan suhu 110˚C, sampai berat tetap.
Yang dimaksud berat tetap ialah keadaan benda uji selama 3 (tiga) kali
proses penimbangan dan pemanasan dalam oven dengan selang waktu 2
jam.
 Kemudian didiamkan selama beberapa jam, selanjutnya pasir direndam
selama ± 24 jam.
 Air redaman dibuang, kemudian pasir ditebarkan agar kering sampai
tercapai keadaan jenuh kering muka (SSD).
 Setelah tercapai keadaan kering permukaan jenuh, masukkan 500 gram
benda uji ke dalam piknometer. Masukkan air suling 90%, putar sambil
diguncang sampai tidak terdapat gelembung udara.
 Rendam piknometer dalam air dan ukur suhu air untuk menyesuaikan
perhitungan ke suhu standar 25˚C.
 Tambahkan air sampai mencapai batas. Lalu timbang piknometer berisi
air dan benda uji sampai ketelitian 0,1 gram (Bt).
 Keluarkan benda uji, keringkan dalam oven dengan suhu [110±5]˚C
sampai berat tetap dan dinginkan benda uji. Setelah benda uji dingin,
kemudian timbang benda uji (Bk)
 Tentukan berat piknometer berisi air penuh dan ukur suhu air guna
penyesuaian dengan suhu standar 25˚C (B).
D. Perhitungan
Menghitung berat jenis, berat jenis jenuh permukaan (SSD).
500
Berat jenis SSD = ............................................................. (3.1)
(𝐵+500−𝐵𝑡)
𝐵𝑘
Berat jenis semu = .............................................................. (3.2)
(𝐵+𝐵𝑘−𝐵𝑡)
500−𝐵𝑘
Penyerapan air = x 100%.......................................................... (3.3)
(𝐵𝑘)
Dimana,
Bk = Berat benda uji kering oven
Bt = Berat labu ukur + air
B = Berat labu ukur + air

31
500 = Berat benda uji dalam keadaan SSD

3.5.2 Pengujian Berat Volume


Pengujian berat volume agregat halus sebagai bahan penyusun paving block
mengacu pada ASTM C2978. Bahan penyusun yang akan diuji dalam pengujian
berat jenis adalah pasir dan limbah bata ringan. Tujuan pengujian ini ialah untuk
menentukan campuran berat volume agregat halus. Hal-hal yang harus
dipersiapkan sebagai berikut :
A. Peralatan
 Neraca timbangan dengan kepekaan 0,1 gram dan kapasitas 1 kg.
 Tongkat pemadat diameter 15mm, panjang 60cm yang ujungnya bulat,
terbuat dari baja tahan karat.
 Mistar perata
 Takaran berbentuk silinder dengan volume 5 liter (V).
B. Bahan
 Agregat halus, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara perempat.
C. Prosedur
Tanpa rojokan
 Silinder ditimbang beratnya (A)
 Silinder diisi pasir sampai batas kapasitas dan ratakan permukaannya
menggunakan mistar, kemudian timbang beratnya (B)
Dengan rojokan
 Masukkan agregat ke dalam talam sekurang-kurangnya sebanyak
kapasitas wadah tersebut.
 Silinder ditimbang beratnya (A)
 Isi silinder dengan pasir 1/3 bagian,kemudian rojok sebanyak 25 kali.Isi
lagi 1/3 bagian silinder, rojok 25 kali, lakukan lagi dengan cara sama
hingga silinder penuh.
 Ratakan permukaan pasir menggunakan mistar, kemudian timbang
beratnya (B)
D. Perhitungan
Menghitung berat volume agregat halus.

32
𝐵−𝐴
Berat volume = ................................................................................. (3.4)
𝑉

Dimana,
B = Berat silinder + bahan uji
A = Berat silinder
V = Volume silinder = 5 liter

3.5.3 Pengujian Kelembaban


Pengujian kelembaban agregat halus sebagai bahan penyusun paving block
mengacu pada ASTM C55671. Tujuan pengujian ini ialah untuk menentukan
kadar air agregat halus. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebagai berikut :
A. Peralatan
 Neraca timbangan dengan kepekaan 0,1 gram dan kapasitas 1 kg.
 Oven, dengan ukuran yang mecukupi dan dapat mempertahankan suhu
[110±5]˚C.
 Saringan No. 4
 Talam logam tahan karat kapasitas besar untuk mengeringkan contoh
agregat.
B. Bahan
 Agregat halus 1000 gram, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat.
C. Prosedur
 Timbang pasir kondisi asli sebanyak 500 gram (B)
 Masukkan pasir tersebut ke oven selama 24 jam dengan suhu [110±5]˚C
 Keluarkan pasir dari oven, setelah dingin timbang beratnya (A)
D. Perhitungan
Menghitung kelembaban pada agregat halus.
𝐵−𝐴
Kelembaban agregat = x100%................................................... (3.5)
𝐴
Dimana,
B = Berat agregat asli
A = Berat agregat oven

33
3.5.4 Pengujian Analisa Gradasi Agregat
Pengujian analisa gradasi untuk agregat halus sebagai bahan penyusun
paving block mengacu pada ASTM C 13693. Bahan penyusun yang akan diuji
dalam pengujian analisis saringan adalah pasir dan limbah bata ringan. Tujuan
pengujian untuk menentukan ukuran-ukuran pasir. Apakah termasuk pasir layak
atau tidak layak yang terangkum dalam bentuk grafik zone,dari zone I, II, III, dan
IV. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebagai berikut :
A. Peralatan
 Timbangan dan neraca dengan ketelitian 0,1 dari benda uji
 Satu set saringan : No. 4 ; No. 8 ; No. 16 ; No. 30 ; No. 40 ; No. 100 ;
No. 200
 Oven, dengan ukuran yang mecukupi dan dapat mempertahankan suhu
[110±5]˚C.
B. Bahan
 Agregat halus 1000 gram, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat.
C. Prosedur
 Sediakan agregat halus kemudian timbang dan catat (W1).
 Benda uji dikeringkan dalam oven dengan suhu [110 ± 5]˚C selama 1x24
jam.
 Kemudian keluarkan benda uji, timbang dan catat benda uji (W2).
 Saring benda uji lewat sususan saringan dengan susunan ukuran No. 4, 8,
16, 30, 40, 100, 200, pan. Kemudian saringan diguncang dengan tangan
selama 15 menit.
 Timbang agregat halus yang tertahan disetiap saringan.
D. Perhitungan
Menghitung persentase berat uji yang tertahan pada setiap saringan terhadap
berat benda uji total. Lalu menghitung persentase berat benda uji lolos pada
tiap saringan terhadap benda uji total dan akumulasinya.

34
3.5.5 Pengujian Kebersihan Terhadap Bahan Organik
Pengujian kebersihan terhadap bahan organik dilakukan mengacu pada
ASTM C4092. Tujuan pengujian untuk menentukan bahan organik yang terdapat
pada agregat yang akan digunakan dalam penelitian. Hal-hal yang harus
dipersiapkan sebagai berikut :
A. Peralatan
 Botol gelas tak berwarna 350cc.
B. Bahan
 Agregat halus 500 gram, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat.
 Larutan NaOH 3% sebanyak 250 cc.
C. Prosedur
 Sediakan agregat halus yang sudah kering.
 Masukkan benda uji ke dalam botol gelas sampai 130cc.
 Tambahkan larutan (3% NaOH + 97% air) dan dikocok sampai volume
mencapai 200cc.
 Tutup botol, kemudian kocok dengan kuat dan diamkan selama 24 jam.
 Bandingkan warna yang terjadi dengan warna standar

3.5.6 Pengujian Kebersihan Terhadap Kadar Lumpur Cara Basah


Bahan penyusun yang diuji adalah pasir dan limbah bata ringan. Tujuan
pengujian untuk mengetahui prosentase kadar lumpur dalam agegat halus dengan
cara basah. Prosedur pengujian mengacu pada ASTM C 11776 Kadar lumpur
harus < 5% merupakan ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk
pembuatan mortar. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebagai berikut :
A. Peralatan
 Alat Pengaduk
 Botol gelas tak berwarna 350cc.
B. Bahan
 Agregat halus 1000 gram, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat.
 Air sebagai bahan pelarut

35
C. Prosedur
 Masukkan agregat halus ke dalam gelas ukur kira-kira 6cm, kemudian
tambahkan air pada gelas ukur yang berguna melarutkan lumpur.
 Tambahkan air hingga botol hampir penuh dan tutup rapat. Botol di
kocok-kocok dan diamkan selama 24 jam
 Endapan lumpur yang terjadi di ukur tingginya (h). Demikian pula
agregat halus bersih diukur tingginya (H).
 Untuk mengukur tinggi lumpur dan agregat halus gunakan alat bantu
senter sebagai penerangan untuk mempermudah membedakan kedua
bagian.
D. Perhitungan
Menghitung kebersihan terhadap kadar lumpur pada agregat halus.

Kadar lumpur = x100%.................................................................... (3.6)
𝐻
Dimana,
H = Tinggi pasir
h = Tinggi lumpur

3.5.7 Pengujian Kebersihan Terhadap Kadar Lumpur Cara Kering


Pengujian kebersihan terhadap kadar lumpur cara kering dilakukan mengacu
pada ASTM C 11776. Bahan penyusun yang akan diuji adalah pasir dan limbah
bata ringan. Tujuan pengujian untuk mengetahui prosentase kadar lumpur dalam
agegat halus dengan cara basah. Kadar lumpur harus kurang dari 5% merupakan
ketentuan bagi penggunaan agregat halus untuk pembuatan mortar. Hal-hal yang
harus dipersiapkan sebagai berikut :
A. Peralatan
 Oven, dengan ukuran yang mecukupi dan dapat mempertahankan suhu
[110±5]˚C.
 Neraca timbangan dengan kepekaan 0,1 gram dan kapasitas 1 kg.
 Talam kapasitas besar untuk mengeringkan contoh agregat.
 Saringan 0,063mm

36
 Agregat halus 1000 gram, diperoleh dari alat pemisah contoh atau cara
perempat.
 Air sebagai bahan pelarut
B. Prosedur
 Siapkan agregat halus 500 gram kering oven (A), kemudian pasir di cuci
hingga bersih dari lumpur.
 Kemudian saring air cucian dengan saringan 0,063mm lalu agregat yang
tertahan di atas saringan di kembalikan ke nampan.
 Cuci agregat berulang kali hingga air terlihat jernih.
 Agregat yang telah dicuci kemudian dipindahkan ke nampan dan dioven
dengan suhu [110±5]˚C selama 24 jam.
 Keluarkan agregat dalam oven lalu timbang (B).
C. Prosedur
Menghitung kebersihan terhadap kadar lumpur pada agregat halus.
𝐴−𝐵
Kelembaban agregat = x100%................................................... (3.7)
𝐴
Dimana,
A = Berat agregat bersih kering
B = Berat agregat oven

3.6 Pengujian Semen


Semen yang digunakan sebagai bahan penyusun dalam pembuatan paving
block dilakukan pengujian untuk mengetahui sifat fisik semen yang akan
digunakan. Pengujian yang dilakukan pada semen adalah uji berat jenis, berat
volume, konsistensi normal, dan waktu mengikat dan mengeras.

3.6.1 Pengujian Berat Jenis


Pengujian untuk semen sebagai bahan penyusun paving block mengacu
pada SNI 1525311991. Tujuan pengujian untuk mendapatkan nilai berat isi
semen yang akan digunakan dalam pengendalian mutu semen. Hal-hal yang harus
dipersiapkan sebagai berikut :
A. Peralatan

37
 Labu takar 250cc
 Neraca timbangan dengan kepekaan 0,1 gram dan kapasitas 1 kg.
 Cawan aluminium
 Corong kaca
B. Bahan
 Semen Portland
 Minyak tanah
C. Prosedur
 Timbang semen sebanyak 250 gram. (A)
 Timbang labu takar yang telah di bersihkan.
 Masukkan semen dengan menggunakan corong kedalam labu takar dan
timbang beratnya (untuk di cek). Kemudian labu diisi dengan minyak
tanah dan labu di puta-putar agar gelembung udara keluar. Tambahkan
minyak tanah hingga batas labu takar, lalu timbang beratnya (B).
 Semen dan minyak tanah dikeluarkan, lalu labu takar dibersihkan.
 Isi labu takar hanya dengan minyak hingga batas labu takar, lalu timbang
beratnya (C).
D. Perhitungan
Menghitung berat jenis semen portland
Catatan = 0,8 gr/cm³ = berat jenis minyak tanah
𝐴
Berat jenis semen = x100%........................................... (3.8)
𝐴−(𝐵−𝐶)

Dimana,
A = Berat semen portland
B = Berat semen portland + minyak tanah + labu takar
C = Berat labu + minyak tanah

3.6.2 Pengujian Berat Volume


Pengujian berat volume semen sebagai bahan penyusun paving block
mengacu pada ASTM C 59503. Standart berat volume semen adalah antara 1.0 –
2.0 gr/cm³. Tujuan pengujian untuk menentukan volume semen dalam keadaan
lepas dan keadaan padat. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebagai berikut :

38
A. Peralatan
 Silinder dengan volume 5 liter
 Neraca timbangan dengan kepekaan 0,1 gram dan kapasitas 1 kg.
 Alat rojok besi berdiameter 16 mm dan panjangnya 60 cm.
B. Bahan
 Semen Portland
C. Prosedur
Dengan rojokan
 Timbang berat silinder dalam keadaan kering, kemudian catat. (A)
 Silinder diisi 1/3 bagian kemudian dirojok 25 kali, lalu tambahkan 1/3
bagian dan dirojok lagi 25 kali, ulangi hingga silinder penuh.
 Ratakan semen kemudian timbang beratnya dan catat. (B)
Tanpa rojokan
 Timbang berat silinder dalam keadaan kering.
 Isi silinder dengan semen sampai batas kapasitas dan ratakan permukaan
silinder. Lalu timbang berat silinder dan catat.
D. Perhitungan
Menghitung berat volume semen portland
Berat semen (W) =B–A
(B−A)
Berat volume semen = ............................................................. (3.9)
V
Dimana,
W = Berat semen
A = Berat silinder
B = Berat silinder + semen
V = Volume silinder = 5 liter

3.6.3 Pengujian Konsistensi Normal


Pengujian konsistensi normal untuk semen sebagai bahan penyusun paving
block mengacu pada ASTM C18798. Tujuan pengujian untuk menentukan
banyak air yang dipakai dalam pencampuran semen sehingga tercapai kondisi

39
kebasahan pasta semen dalam keadaan tidak keras dan tidak encer. Hal-hal yang
harus dipersiapkan sebagai berikut :
A. Peralatan
 Sarung tangan karet
 Neraca timbangan dengan kepekaan 0,1 gram dan kapasitas 1 kg.
 Alat vikat
 Spatula
 Gelas ukur dan cawan
 Stopwatch
B. Bahan
 Semen Portland
 Air
C. Prosedur
 Timbang semen sebanyak 250 gr dan dicampur dengan air suling 14 %
yaitu 70 cc lalu diaduk hingga rata selama 3 ( tiga ) menit.
 Bila pasta semen telah tercampur rata, kemudian dibentuk menjadi bola
dengan cara dilempar dari tangan kiri ke tangan kanan atau sebaliknya
pada jarak 15 cm sebanyak 6 (enam) kali.
 Kemudian bola pasta dimasukkan kedalam konikel dan permukaannya
diratakan.
 Jarum vikat besar ditempelkan pada bidang muka semen tepat
ditengahnya dan lepaskan jarum dengan memutar pengikat E di jarum
vikat tersebut.
 Ulangi percobaan ini dengan campuran baru dan pemakaian jumlah air
yang berbeda, minimum tiga kali percobaan dengan menambahkan air
kira-kira 5 cc.
 Sebagai catatan,jumlah air dapat ditambah bila penurunannya kurang dari
10 mm atau dikurangi bila terjadi penurunan yang lebih besar dari 10
mm.
 Tentukan kadar air normal pada penurunan 10 mm berdasarkan grafik

40
 Perlu diperhatikan bahwa temperatur tempat bekerja berkisar antara 200
sampai dengan 27.50C dan temperatur air pencampur tidak berbeda dari
(23±1,7)˚C. Kelembaban relatif ruangan tidak lebih kecil dari 50%.
D. Perhitungan
Mengitung konsistensi normal semen dari hasil yang telah di uji.
𝑊𝑎
Konsistensi = x100%............................................................... (3.10)
𝑊𝑠
Dimana,
Wa = Kadar air
Ws = Berat semen = 250 gram

3.7 Pembuatan Benda Uji


Perencanaan komposisi campuran yang digunakan dalam pembuatan paving
block ini menggunakan variasi campuran limbah bata ringan sebagai campuran
kombinasi dengan pasir. Menurut ACI Committe, 1989 pembuatan paving block
dengan komposisi campuran 1 semen Portland : 4 agregat halus. Pada penelitian
ini campuran untuk pembuatan paving block menggunakan perbandingan semen
dan pasir adalah 1:2, 1:3, dan 1:4, dan masing-masing campuran tersebut diberi
limbah bata ringan 0%, 3%, dan 6% dari berat pasir. Benda uji paving block akan
diuji kuat tekan dan daya serap air pada umur 28 hari. Masing-masing benda uji
berjumlah 3 buah dari masing-masing pengujian yang akan dilakukan. Total
benda uji paving block berjumlah 81 buah (Tabel 3.4 hingga Tabel 3.6).
Bata ringan yang digunakan untuk campuran diolah menjadi butiran yang
halus dengan ukuran lolos ayakan 4,80 mm (No. 4). Bata ringan untuk campuran
menggunakan perbandingan terhadap volume pasir.

Perhitungan volume benda uji sebagai berikut:


Volume benda uji (paving block) = 20 x 10 x 6 (cm) = 1200 cm³
Faktor pencampuran = 1,2 x 1200 cm³ = 1440 cm³
(Faktor pencampuran berfungsi untuk mengisi cetakan yang turun akibat
penggetaran).

41
Perhitungan kebutuhan pasir dan semen dengan perbandingan 1:2, 1:3, dan
1:4
Dari hasil uji material diperoleh berat volume semen = 1,34 gram/cm³ dan berat
volume pasir = 1,59 gram/cm³.
1. Kebutuhan material untuk campuran 1 semen : 2 pasir
Kebutuhan 1 paving block = 1440 cm³
1
Kebutuhan semen = x 1440 cm³ = 480 cm³
3
2
Kebutuhan pasir = x 1440 cm³ = 960 cm³
3

Kebutuhan pasir dan semen untuk perbandingan 1:2 ditentukan berdasarkan


berat, maka volume dikalikan dengan berat volumenya sebagai berikut :
 Kebutuhan semen = 480 cm³ x 1,34 gram/cm³ = 643,20 gram
 Kebutuhan pasir = 960 cm³ x 1,59 gram/cm³ = 1526,4 gram

2. Kebutuhan material untuk campuran 1 semen : 3 pasir


Kebutuhan 1 paving block = 1440 cm³
1
Kebutuhan semen = x 1440 cm³ = 360 cm³
4
3
Kebutuhan pasir = x 1440 cm³ = 1080 cm³
4

Kebutuhan pasir dan semen untuk perbandingan 1:3 ditentukan berdasarkan


berat, maka volume dikalikan dengan berat volumenya sebagai berikut :
Kebutuhan semen = 360 cm³ x 1,34 gram/cm³ = 482,40 gram
 Kebutuhan pasir = 1080 cm³ x 1,59 gram/cm³ = 1717,20 gram

3. Kebutuhan material untuk campuran 1 semen : 4 pasir


Kebutuhan 1 paving block = 1440 cm³
1
Kebutuhan semen = x 1440 cm³ = 288 cm³
5
4
Kebutuhan pasir = x 1440 cm³ = 1152 cm³
5

42
Kebutuhan pasir dan semen untuk perbandingan 1: 4 ditentukan berdasarkan
berat, maka volume dikalikan dengan berat volumenya sebagai berikut :
dengan menggunakan berat volume volume pasir dan semen
 Kebutuhan semen = 288 cm³ x 1,34 gram/cm³ = 385,92 gram
 Kebutuhan pasir = 1152 cm³ x 1,59 gram/cm³ = 1831,68 gram

Perhitungan kebutuhan limbah bata ringan untuk campuran dengan


prosentase 0%, 3%, dan 6% dari berat pasir.
 Untuk limbah bata ringan 3%
1:2 dengan prosentase 3% = 1526,40 gram x 3% = 45,79 gram
1:3 dengan prosentase 3% = 1717,20 gram x 3% = 51,51 gram
1:4 dengan prosentase 3% = 1831,68 gram x 3% = 54,95 gram

 Untuk limbah bata ringan 6%


1:2 dengan prosentase 6% = 1526,40 gram x 6% = 91,58 gram
1:3 dengan prosentase 6% = 1717,20 gram x 6% = 103,03 gram
1:4 dengan prosentase 6% = 1831,68 gram x 6% = 109,900 gram
Berdasarkan data tersebut, maka dapat disajikan dalam Tabel 3.1, 3.2, dan
3.3 mengenai komposisi bahan untuk campuran paving block.

Tabel 3.1 Komposisi Campuran Paving Block Perbandingan 1PC : 2PS


Prosentase
Bata ringan
campuran limbah Semen (Gr/cm³) Pasir (Gr/cm³)
(Gr/cm³)
bata ringan
0% 643.20 1,526.40 0.00
3% 643.20 1,480.61 45.79
6% 643.20 1,434.82 91.58

Tabel 3.2 Komposisi Campuran Paving Block Perbandingan 1PC : 3PS


Prosentase
Bata ringan
campuran limbah Semen (Gr/cm³) Pasir (Gr/cm³)
(Gr/cm³)
bata ringan
0% 482.40 1,717.20 0.00
3% 482.40 1,665.68 51.52
6% 482.40 1,614.17 103.03

43
Tabel 3.3 Komposisi Campuran Paving Block Perbandingan 1PC : 4PS
Prosentase
Bata ringan
campuran limbah Semen (Gr/cm³) Pasir (Gr/cm³)
(Gr/cm³)
bata ringan
0% 385.92 1,831.68 0.00
3% 385.92 1,776.73 54.95
6% 385.92 1,721.78 109.90

Perlu di ketahui komposisi bahan – bahan penyusun dalam perencanaan di


atas masih dalam tahap percobaan untuk mengetahui pada perbandingan mana
yang menghasilkan paving block yang kuat dan bagus.

3.7.1 Pencetakan Paving Block


Dalam proses pencetakan paving block menggunakan alat cetak yang
ditekan secara manual. Bahan yang telah dicampur dimasukkan ke dalam cetakan
dan diratakan. Paving block dicetak dengan ukuran 20cm × 10cm × 6cm.
Pencetakan dengan ukuran tersebut karena ukuran paving block dengan ketebalan
6 cm umumnya digunakan pada area trotoar pejalan kaki, taman, dan halaman
rumah. Paving block pada penelitian ini digunakan untuk area taman dan pejalan
kaki. Adapun proses pencetakan paving block adalah sebagai berikut :
 Setelah dilakukan pemeriksaan dan sudah menentukan komposisi
campuran pada paving block, maka bisa dimulai untuk pembuatan benda
uji.
 Campurkan komposisi perbandingan semen, pasir, dan air yang sudah
ditetapkan yaitu, 1 : 2, 1 : 3, 1: 4 dengan bata ringan sebanyak 0%, 3%,
dan 6%. Pastikan campuran tersebut tidak terlalu basah agar adukan tidak
menempel pada cetakan ketika di lepas.
 Cetakan diatur pada posisi membuka sehingga campuran bisa dimasukkan
ke dalam cetakan.
 Campuran dimasukkan ke dalam cetakan sampai terisi penuh, padat dan
merata (Gambar 3.4).
 Lalu campuran adukan tersebut dipadatkan dengan tongkat pemukul
sebanyak 3-4 kali hingga padat.

44
 Pada proses pemukulan pasti terjadi penurunan sehingga bisa ditambahkan
kembali adukan tersebut kemudian dipukul kembali sebanyak 3 kali
sampai padat. Pastikan saat proses pemukulan bagian paving block tidak
ada yang retak.
 Kemudian keluarkan paving block dari cetakan secara perlahan.
 Jemur paving block mentah di tempat yang cukup teduh hingga kering
sempurna dan memiliki permukaan yang rata.

Gambar 3.4 Pencetakan Paving Block

Tabel 3.4 Benda Uji Campuran 1PC : 2PS


Benda Uji Kuat Tekan Benda Uji Penyerapan
% Komposisi (buah) Air (buah)
Bata Ringan
7 Hari 28 Hari 28 Hari
0% 3 3 3
3% 3 3 3
6% 3 3 3
Jumlah 27

Tabel 3.5 Benda Uji Campuran 1PC : 3PS


Benda Uji Penyerapan
Benda Uji Kuat Tekan
% Komposisi Air
(buah)
Bata Ringan (buah)
7 Hari 28 Hari 28 Hari
0% 3 3 3
3% 3 3 3
6% 3 3 3
Jumlah 27

45
Tabel 3.6 Benda Uji Campuran 1PC : 4PS
Benda Uji Penyerapan
Benda Uji Kuat Tekan
% Komposisi Air
(buah)
Bata Ringan (buah)
7 Hari 28 Hari 28 Hari
0% 3 3 3
3% 3 3 3
6% 3 3 3
Jumlah 27

Kebutuhan benda uji tiap campuran terdiri dari 3 buah benda uji. Total
benda uji yang akan digunakan dalam penelitian sebanyak 81 buah benda uji.

3.7.2 Perawatan Paving Block


Setelah paving block perbandingan 1PC : 2PS, 1PC : 3PS, dan 1PC : 4PS
dengan komposisi bata ringan 0% - 6% dicetak, paving block didiamkan selama
24 jam kemudian direndam selama 14 hari atau 2 minggu yang bertujuan untuk
mejaga paving block dalam keadaan lembab. Perendaman ini juga berfungsi agar
paving block tidak kehilangan air karena sangat dibutuhkan bagi agregat dan
semen dalam proses pengikatannya. Apabila paving block langsung dijemur di
bawah sinar matahari, paving block akan dengan cepat kehilangkan kandungan air
yang dibutuhkan sehingga dapat menghasilkan kualitas yang kurang baik, retak
dan kerusakan pada permukaan paving block.
Selanjutnya paving block diangkat dari bak perendaman dijemur dibawah
sinar matahari selama 14 hari atau 2 minggu yang bertujuan agar paving block
yang sudah direndam selama 14 hari dapat dikeringkan karena proses pengikatan
antara agregat dengan semen telah selesai pada proses perendaman. Proses
penjemuran ini juga berguna untuk mengurangi volume air yang terkandung pada
paving block.

3.8 Uji Kuat Tekan


Dalam pembuatan paving block, perlu dilakukan pengujian untuk
mengetahui mutu paving block. Kuat tekan adalah kemampuan beton untuk
menerima gaya tekan persatuan luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu
dari sebuah struktur. Semakin tinggi kekuatan struktur yang dikehendaki, semakin

46
tinggi pula mutu beton yang dihasilkan. Kuat tekan paving block ialah besarnya
satuan beban persatuan yang menyebabkab benda uji beton hancur apabila
dibebani dengan gaya tekan yang dihasilkan oleh alat tekan (SNI 031974).
Kuat tekan paving block dianalogikan sama seperti kuat tekan silinder
beton, sehingga besarnya beban yang dapat ditahan oleh silinder beton persatuan
luas yang menyebabkan benda uji silinder beton hancur karena gaya yang
dihasilkan oleh mesin tekan dapat diartikan sebagai nilai kuat tekan paving block.
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan tekan, fc’, dari benda uji
paving block.
Pengujian kuat tekan paving block menggunakan alat compression test.
Pengujian kuat tekan dihentikan setelah jarum pada pembacaan pada alat
compression test berhenti. Hal ini menunjukkan bahwa kuat tekan dari benda uji
tersebut sudah maksimal. Adapun perhitungan kuat tekan dari benda uji dapat
dilakukan dengan cara sebagai berikut:

𝑃
f’c’ = ........................................................................................................... (3.11)
𝐴

Keterangan:
f’c’ = Kuat tekan benda uji (MPa)
P = Beban Maksimum (N atau kN)
A = Luas penampang benda uji (mm²)
Langkah-langkah dalam pengujian kuat tekan paving block adalah sebagai
berikut:
a. Menempatkan benda uji dalam mesin kuat tekan tepat pada posisinya.
b. Menghidupkan mesin agar dapat membebani atau menekan benda uji
c. Uji sampai benda uji paving tidak kuat menahan beban yang ditunjukkan
dengan berhentinya jarum (hitam dan merah) petunjuk beban (dalam kN)
dan diikuti dengan retaknya benda uji. Mematikan mesin tepat pada saat
kedua jarum mulai tidak dapat naik lagi atau jarum hitam mulai turun.
d. Mengurangi beban sedikit demi sedikit agar jarum hitam tidak bergerak
turun dengan cepat karena hal ini dapat menyebabkan kerusakan pada
mesin.
e. Membaca dan mencatat beban maksimum dari benda uji paving tersebut.

47
f. Mengeluarkan benda uji setelah mesin benar-benar tidak membenani
(unload maksimum).

3.9 Uji Penyerapan Air


Uji daya serap air dilakukan di Laboratorium Beton Teknik Sipil
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya. Untuk mengetahui besar penyerapan air
diukur dan dihitung menggunakan persamaan sebagai berikut (SNI
0306911996):
𝐴−𝐵
Penyerapan Air = 𝑥 100%................................................................(3.14)
𝐵
Keterangan :
A = Berat beton basah (gram)
B = Berat beton kering (gram)

Langkah – langkah dalam melakukan pengujian daya serap air paving block
ialah sebagai berikut :
a. Timbang berat basah benda uji paving block
b. Rendam benda uji ke dalam air selama 24 jam
c. Keringkan benda uji paving block dengan suhu 105°C, timbang berat kering
pada paving block
d. Hitung selisih antara berat basah dan berat kering dan hasilnya kurang dari
sama dengan 0,2%

3.10 Analisis Data dan Bahasan


Setelah pembuatan paving block selesai, kemudian dilakukan uji kuat tekan
dan uji daya serap air. Hasil dari uji inil akan diketahui mutu paving block. Nilai
atau data yang diperoleh akan di analisis sesuai dengan tujuan penelitian ini dan
pembahasan guna memperoleh kesimpulan.

48

Anda mungkin juga menyukai