Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL

KERJA PRAKTIK
“Mendeteksi Ground Water Menggunakan Seismik Refraksi
Sebagai Antisipasi Tanah Longsor”

Disusun oleh:

Faizal Herdiansyah (24040120140072)


Dandy Alfayed (24040120120030)

KELOMPOK STUDI GEOFISIKA


DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2023
LEMBAR PENGESAHAN

Nama Kegiatan : Kerja Praktik

Departemen/Fakultas : Fisika/Fakultas Sains dan Matematika

Judul Proposal : “Mendeteksi Ground Water Menggunakan Seismik


Refraksi Sebagai Antisipasi Tanah Longsor”

Semarang,18 Juni 2023


Hormat Kami,

Pemohon 1 Pemohon 2

Faizal Herdiansyah Dandy Alfayed

NIM. 24040120140072 NIM. 24040120120030

Menyetujui,

Koordinator Kerja Praktik Dosen Pembimbing

Evi Setiawati, S.Si, M.Si. Dr. Udi Harmoko, S. Si., M.Si.

NIP. 197110011997022001 NIP. 197108101999031001

Mengetahui,

Ketua Departemen Fisika

Prof. Dr. Heri Sutanto, S.Si, M.Si.

NIP. 197502151998021001

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Proposal Kerja Praktik ini yang berjudul “Mendeteksi Ground
Water Menggunakan Seismik Refraksi Sebagai Antisipasi Tanah Longsor”.
Dengan demikian, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Ibu Prof. Dr. Widowati, M.Si. selaku Dekan Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro Semarang.
2. Bapak Prof. Heri Sutanto, S.Si, M.Si. selaku Ketua Departemen Fisika
Universitas Diponegoro Semarang.
3. Ibu Evi Setiawati, S.Si, M.Si. selaku Koordinator Kerja Praktik Departemen
Fisika Universitas Diponegoro Semarang.
4. Bapak Dr. Udi Harmoko, S. Si., M.Si. selaku Dosen Pembimbing.
5. Keluarga dan teman-teman yang telah memberikan dukungan penuh kepada
penulis.
Penulis menyadari dalam penyusunan Proposal Kerja Praktik ini masih jauh dari
kesempurnaan dan diperlukannya pendalaman lebih lanjut kembali. Untuk itu,
penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan Proposal Kerja Praktik ini dan semoga bermanfaat bagi bidang
geofisika dan pendidikan khususnya bagi masyarakat dan lingkungan serta
pembaca pada umumnya.

Semarang, 18 Juni 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... i


KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ iv
DAFTAR TABEL...............................................................................................v
BAB I ...................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................1
1.2 Nama Kegiatan ....................................................................................2
1.3 Dasar Kegiatan ....................................................................................2
1.4 Tujuan Kegiatan ..................................................................................2
1.5 Manfaat Kegiatan ................................................................................2
BAB II .................................................................................................................3
DASAR TEORI ..................................................................................................3
2.1 Tanah Longsor .....................................................................................3
2.2 Porositas ...............................................................................................3
2.3 Air Tanah .............................................................................................4
2.4 Gelombang Seismik .............................................................................5
2.5 Metode Seismik Refraksi ....................................................................6
BAB III ................................................................................................................8
METODOLOGI .................................................................................................8
3.1 Peserta Kerja Praktik .........................................................................8
3.2 Tempat Kerja Praktik.........................................................................8
3.3 Waktu Kegiatan ...................................................................................8
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Kerja Praktik .......................................................9
BAB IV ..............................................................................................................11
PENUTUP .........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................12

iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1- Konsep Seismik Refraksi (Refrizon,2008) .................................................... 7

iv
DAFTAR TABEL
Table 3.1- Jadwal Kegiatan Kerja Praktik .......................................................................... 9

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia adalah negara yang terletak di pertemuan tiga lempeng besar dunia,
yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik.
Pergerakan yang terjadi pada lempeng-lempeng tersebut membuat Indonesia
menjadi negara dengan aktivitas gunung api yang tinggi. Selain gunung api,
pertemuan lempeng juga membentuk beragam pola permukaan seperti gunung,
lereng, dataran rendah, dan dataran tinggi yang tersebar di seluruh Indonesia. Letak
Indonesia yang strategis berada di garis khatulistiwa membuatnya memiliki iklim
tropis dengan curah hujan yang tinggi. Kondisi iklim dan pola permukaan yang
demikian menyebabkan seringnya terjadi bencana alam di Indonesia, seperti gempa
bumi, angin topan, tsunami, gunung meletus, banjir, dan tanah longsor.
Tanah longsor adalah gerakan tanah yang terkait langsung dengan berbagai
faktor fisik alami, seperti struktur geologi, bahan dasar, tanah, pola drainase, bentuk
lereng/lahan, serta faktor non-alami yang dinamis seperti penggunaan lahan dan
infrastruktur (Barus, 1999). Menurut Suripin (2002), tanah longsor adalah bentuk
erosi yang terjadi perpindahan atau gerakan massa tanah dalam volume yang relatif
besar pada suatu waktu tertentu.
Tingginya tingkat kerugian yang dialami masyarakat akibat bencana alam
disebabkan oleh kurangnya informasi yang diperoleh oleh masyarakat mengenai
kemungkinan-kemungkinan bencana yang dapat terjadi di sekitarnya. Hal ini
menyebabkan kesadaran masyarakat dalam menghadapi bencana menjadi sangat
minim. Oleh karena itu, menyediakan informasi awal mengenai potensi dan risiko
bencana merupakan salah satu upaya untuk memberikan edukasi dasar tentang
penanganan bencana kepada masyarakat, terutama terkait bencana tanah longsor
(Damanik & Restu, 2012).
Tanah longsor dapat terjadi karena adanya dua faktor, yaitu faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal merupakan faktor yang disebabkan oleh
aktivitas manusia, seperti perubahan penggunaan lahan, deforestasi, dan ekspansi
pemukiman di daerah dengan topografi curam. Sementara itu, faktor internal

1
berasal dari kondisi alam itu sendiri, seperti curah hujan yang tinggi, kelemahan
ikatan tanah, kemiringan lereng yang curam, dan pengaruh air tanah.
Air tidak hanya ditemukan di permukaan bumi, tetapi juga terdapat di bawah
permukaan. Air permukaan meliputi sungai, laut, dan danau, sedangkan air yang
berada pada bawah permukaan bumi adalah air tanah. Air tanah merupakan air yang
terdistribusi di dalam pori-pori batuan dan tanah di bawah permukaan bumi. Air
tanah terletak di lapisan akuifer, yang dapat diketahui keberadaanya melalui metode
geofisika seperti geolistrik dan metode seismik refraksi. Oleh karena itu,
pelaksanaan Kerja Praktik ini dilakukan untuk mendeteksi ground water yang
berpotensi menyebabkan tanah longsor dengan metode seismik refraksi. Metode
seismik refraksi digunakan untuk mendapatkan nilai kecepatan gelombang seismik
yang dapat menentukan jenis lapisan batuan dan kedalaman lapisan batuan.
1.2 Nama Kegiatan
Kegiatan bernama Kerja Praktek dengan judul “Mendeteksi Ground Water
Menggunakan Seismik Refraksi Sebagai Antisipasi Tanah Longsor”.
1.3 Dasar Kegiatan
1.3.1 Tri Dharma Perguruan Tinggi.
1.3.2 Kurikulum Departemen Fisika Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro sebagai mata kuliah pilihan.
1.4 Tujuan Kegiatan
1.4.1 Menentukan posisi ground water.
1.4.2 Mengukur kedalaman ground water.
1.4.3 Menghitung waktu gelombang yang tertangkap oleh geophone.
1.4.4 Menentukan daerah rawan tanah longsor.
1.5 Manfaat Kegiatan
1.5.1 Mengetahui letak ground water.
1.5.2 Memperoleh kedalaman ground water.
1.5.3 Mendapatkan nilai kecepatan gelombang P berdasarkan olahan
data waktu.
1.5.4 Mengetahui daerah rawan tanah longsor.

2
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Tanah Longsor


Tanah longsor dapat dijelaskan sebagai pergerakan material pembentuk
lereng seperti batuan, bahan rombakan, tanah, atau campuran bahan lainnya yang
bergerak ke bawah atau keluar dari lereng (BSN, 2005). Dalam pandangan
Suryolelono (2002), tanah longsor adalah fenomena alam yang massa tanah
bergerak untuk mencapai keseimbangan baru sebagai akibat dari gangguan
eksternal yang mengurangi kekuatan geser tanah dan meningkatkan tegangan geser
tanah. Penurunan kekuatan geser tanah terjadi karena peningkatan kadar air dalam
tanah dan penurunan ikatan antara butiran tanah. Sementara itu, peningkatan
tegangan geser tanah terjadi akibat peningkatan berat volume tanah. Selain itu,
tanah longsor terjadi ketika stabilitas lereng terganggu. Gangguan stabilitas lereng
ini dapat dikendalikan oleh kondisi morfologi (terutama kemiringan lereng),
kondisi batuan/tanah penyusun lereng, dan kondisi hidrologi atau tata air di lereng
tersebut.
Secara umum, longsor terjadi karena adanya dua faktor, yaitu faktor
pendorong dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor yang mempengaruhi
kondisi material itu sendiri, sementara faktor pemicu adalah faktor yang
menyebabkan pergerakan material tersebut. Potensi terjadinya longsor di suatu
lereng tergantung pada kondisi batuan dan tanah penyusun lereng, struktur geologi,
curah hujan, dan penggunaan lahan. Biasanya, longsor sering terjadi pada musim
hujan dengan curah hujan yang tinggi. Tanah yang kasar memiliki risiko lebih
tinggi untuk mengalami longsor karena memiliki kekuatan ikatan butiran tanah
yang rendah.
2.2 Porositas
Porositas () adalah perbandingan volume rongga-rongga pori terhadap
volume total seluruh batuan. Perbandingan ini biasanya dinyatakan dalam persen
(Gueguen & Palciauskaus, 1994):
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑖 − 𝑝𝑜𝑟𝑖
 = 𝑥 100 % (2.1)
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛

Pori merupakan ruang di dalam batuan yang selalu terisi oleh fluida, seperti air

3
tawar/asin, udara atau gas bumi. Porositas efektif yaitu apabila bagian rongga pori-
pori di dalam batuan berhubungan. Porositas efektif biasanya lebih kecil daripada
rongga pori-pori total yang biasanya berkisar dari 10% sampai 15%. Porositas
efektif dinyatakan sebagai berikut (Gueguen & Palciauskaus, 1994):
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑝𝑜𝑟𝑖− 𝑝𝑜𝑟𝑖 𝑏𝑒𝑟𝑠𝑎𝑚𝑏𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛
𝑒 = 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑏𝑎𝑡𝑢𝑎𝑛
𝑥100 % (2.2)

Porositas batupasir dihasilkan dari proses-proses geologi yang berpengaruh


terhadap proses sedimentasi. Proses-proses ini dapat dibagi menjadi 2 kelompok,
yaitu proses pada saat pengendapan dan proses setelah pengendapan. Kontrol pada
saat pengendapan menyangkut tekstur batupasir (ukuran butir dan sortasi). Proses
setelah pengendapan yang berpengaruh terhadap porositas diakibatkan oleh
pengaruh fisika dan kimia, yang merupakan fungsi dari temperatur, tekanan efektif,
dan waktu. Ada dua jenis porositas yaitu porositas primer dan porositas sekunder.
Porositas primer merupakan porositas yang terjadi bersamaan batuan menjadi
sedimen, sedangkan porositas sekunder merupakan porositas yang terjadi sesudah
batuan menjadi sedimen bisa berupa larutan (dissolution). Porositas dapat
mempengaruhi densitas suatu batuan dan porositas bergantung pada jenis bahan,
ukuran bahan, distribusi pori, sementasi, riwayat diagenetik dan komposisinya.
2.3 Air Tanah
Air tanah merujuk pada air yang terdapat di lapisan tanah atau batuan di
bawah permukaan tanah. Istilah lain yang digunakan untuk air yang berada dalam
zona jenuh adalah air bawah tanah atau air subterranean, tetapi istilah yang umum
digunakan adalah air tanah (Johnson, 1972). Pada kedalaman tertentu, pori-pori
tanah atau batuan menjadi jenuh dengan air (Fetter, 1994). Bagian atas zona jenuh
ini disebut sebagai muka air tanah atau water table. Air yang terperangkap dalam
zona jenuh disebut sebagai air tanah, yang kemudian bergerak sebagai aliran air
tanah melalui batuan dan lapisan tanah hingga keluar sebagai mata air atau mengalir
ke kolam, danau, sungai, atau laut.
Secara umum, fenomena keberadaan air tanah dapat dibagi menjadi dua
tipe, yaitu air pada zona vadose dan air pada zona phreatic. Pada zona vadose,
terdapat tiga tipe air, yaitu air tanah (soil water), intermediate vadose water, dan air
kapiler. Pada zona phreatic atau zona jenuh, terdapat air tanah (groundwater).
Daerah air tanah (soil water) sebagian besar digunakan untuk pertanian dan menjadi

4
sumber air bagi tanaman. Air akan hilang dari zona ini melalui transpirasi tanaman,
evaporasi, dan perkolasi saat zona tersebut menjadi terlalu jenuh. Kedalaman zona
air tanah berkisar antara 3 hingga 30 kaki (0,91 hingga 9,1 meter) tergantung pada
jenis tanah dan vegetasi yang ada. Pada zona ini, air terjadi karena gerakan molekul
air antara partikel-partikel tanah dan daya kapilaritas yang melawan gravitasi.
Gerakan molekul mengisi air tanah pada lapisan permukaan partikel-partikel tanah,
sedangkan daya kapilaritas mengisi air pada ruang-ruang kecil di antara partikel
tanah. Ketika kapasitas air tanah karena daya kapilaritas sudah terpenuhi, air mulai
mengalami perkolasi karena adanya gaya gravitasi (Driscoll, 1987).
Di bawah zona air tanah terdapat zona tengah atau intermediate vadose
zone. Meskipun sebagian besar air bergerak ke bawah di zona ini, ada juga air yang
terperangkap dan tidak dapat diambil. Pada daerah lembah atau daerah basah, zona
ini jarang atau bahkan tidak ada. Kemungkinan air mengalir melalui zona tengah
pada daerah yang kering sangat kecil, dan hanya sebagian kecil air yang mencapai
muka air tanah karena perkolasi dari air tanah (Driscoll, 1987).
Pipa kapiler terdapat di bagian bawah zona tengah, di mana air tanah naik
ke atas melalui daya kapilaritas. Besarnya pipa kapiler tergantung pada ukuran
butiran rata-rata material di zona ini. Kapilaritas tidak efektif pada sedimen kasar,
tetapi air masih dapat naik hingga 3 meter. Sedimen halus mencapai kejenuhan
hingga zona kapiler, dan gaya fisik air setara dengan muka air tanah di bawahnya
(Driscoll, 1987).
Muka air tanah (water table) adalah batas antara zona air tanah atau phreatic
water dengan pipa kapiler. Secara teoritis, muka air tanah merupakan perkiraan
elevasi permukaan air dalam sumur yang hanya merembes pada jarak pendek ke
zona jenuh air. Jika air tanah mengalir secara horizontal, elevasi muka air dalam
sumur sangat terkait dengan muka air tanah. Sumur-sumur dapat mempengaruhi
pola aliran dan elevasi muka air tanah (Davis & DeWiest, 1966).
2.4 Gelombang Seismik
Gelombang seismik merupakan gelombang yang dapat merambat secara
elastik di bawah permukaan. Gelombang seismik dapat mengidentifikasikan
lapisan-lapisan yang berada di bawah permukaan. Secara dasar gelombang seismik
merupakan gelombang yang dapat dihasilkan dari getaran yang dideteksi oleh

5
geophone, sumber getaran diperoleh secara alami maupun buatan manusia. Getaran
akan merambat hingga ke setiap lapisan bawah permukaan yang mempunyai sifat
fisis yang berbeda, karena sifat fisis setiap lapisan tidak kontinu, maka gelombang
seismik dapat merambat sebagian ke medium yang ada di bawahnya. Menurut
Saiful dan Udi (2014) umumnya gelombang seismik memiliki dua tipe, yaitu
gelombang badan dan gelombang permukaan. Gelombang badan merupakan
gelombang yang dapat merambat ke seluruh lapisan bumi atau lapisan di bawah
permukaan seperti gelombang P (longitudinal) dan gelombang S (transversal).
Gelombang permukaan merupakan gelombang yang hanya dapat merambat di
lapisan tertentu saja, sehingga kurang di gunakan untuk survei seismik yang lebih
dalam, contoh dari gelombang permukaan yaitu gelombang rayleigh dan
gelombang love.
Gelombang seismik dapat mengetahui tingkat kekerasan batuan dan
densitas batuan saat gelombang seismik menjalar, karena gelombang seismik
merambat dan mengisi batas antar lapisan. Beberapa gelombang ini dipantulkan dan
sebagian dibiaskan maka gejala fisik diamati dengan mendeteksi gelombang
tersebut melalui geophone (Syahrial dkk, 2020). Gelombang seismik adalah getaran
yang merambat melalui bumi. Getaran disebabkan oleh gempa bumi, letusan
gunung berapi, ledakan dan gangguan lainnya. Ada tiga jenis gelombang seismik
yakni gelombang P, gelombang S dan gelombang permukaan. Gelombang-P adalah
jenis gelombang seismik tercepat. Gelombang dapat melewati padatan, cairan, dan
gas. Gelombang-S hanya dapat merambat melalui benda padat. Gelombang
permukaan bergerak di sepanjang permukaan bumi. Struktur bagian dalam bumi
dapat dipelajari dengan bantuan gelombang seismik. Gelombang seismik dapat
digunakan untuk mencari gempa bumi dan mengukur intensitasnya. Gelombang
seismik yang merambat melalui insides bumi disebut sebagai bodywave, dan yang
merambat melalui permukaan bumi disebut surface wave. Sumber alami
gelombang seismik terjadi karena adanya gempa tektonik, gempa vulkanik, dan
runtuhan/longsoran, sedangkan gelombang seismik buatan menggunakan gangguan
yang disengaja.
2.5 Metode Seismik Refraksi
Metode seismik refraksi merupakan salah satu metode yang digunakan

6
untuk memperoleh gambaran bawah permukaan bumi. Menurut Listiyani dkk.
(2006) seismik refraksi atau seismik bias dapat memetakan bawah permukaan yang
memiliki kedalaman dangkal. Penjalaran gelombang seismik terbiaskan yang
memiliki sudut kritis akan merambat melalui bidang batas antara lapisan bawah
permukaan yang mempunyai kecepatan gelombang yang besar. Metode seismik
refraksi menghasilkan parameter waktu gelombang datang pada setiap geophone.
Hubungan linear antara waktu tiba gelombang dengan jarak offset geophone akan
menginterpretasikan bawah permukaan. Data waktu yang diperoleh dari seismik
refraksi diinterpretasi untuk memperoleh kecepatan gelombang P tiap lapisan yang
kemudian dapat memetakan bawah permukaan. Rentang lapisan batuan yang dapat
meloloskan air memiliki kecepatan gelombang P antara 656 - 8202 feet/s yang
terdiri dari lapisan batu pasir, kerikil, dan lempung. Menggunakan intercept time
dalam metode seismik refraksi dapat berguna untuk memberikan perkiraan
kedalaman air tanah dengan cukup baik dalam banyak kasus dan untuk konsepnya
dapat ditunjukan melalui gambar dibawah,

Gambar 2.1-Konsep Seismik Refraksi (Refrizon,2008)


Metode seismik refraksi pada dasarnya memanfaatkan gejala penjalaran
gelombang yang terbiaskan pada bidang batas. Rambatan gelombang yang
terbiaskan pada kondisi kritis akan menjalar di sepanjang bidang batas. Setiap titik
pada bidang batas tersebut, sesuai dengan hukum Huygens, berfungsi sebagai
sumber gelombang baru yang merambat ke segala arah, gelombang ini disebut
sebagai headwaves, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1.

7
BAB III
METODOLOGI

3.1 Peserta Kerja Praktik


Kerja praktik ini dilaksanakan oleh 2 orang peserta, yaitu sebagai berikut:
Peserta 1
Nama : Faizal Herdiansyah
NIM : 24040120140072
Peminatan : Geofisika
Alamat : Jl. Kerinci no 7 Kec. Bungursari Kab. Purwakarta, Jawa Barat

Peserta 2
Nama : Dandy Alfayed
NIM : 24040120120030
Peminatan : Geofisika
Alamat : Jl. T. Chik Ditiro no 26 Kel. Hulu Kec. Tapaktuan Kab. Aceh
Selatan, Aceh
3.2 Tempat Kerja Praktik
Kerja praktik ini bertempat di Badan Meteorologi Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Stasiun Geofisika Kelas II Pasuruan.
3.3 Waktu Kegiatan
Kerja praktik ini dilaksanakan pada Bulan Juli 2023 atau dapat
menyesuaikan instansi.

8
Table 3.1- Jadwal Kegiatan Kerja Praktik

Pekan
No Jenis Kegiatan Output
1 2 3 4 5

1. Survei, penetapan
tujuan dan
Mahasiswa mengetahui
pengenalan Instansi
informasi mengenai profil
Kerja Praktik (KP)
dan regulasi Badan
sesuai dengan sistem
Meteorologi Klimatologi dan
yang ada pada
Geofisika (BMKG) Stasiun
Instansi.
Geofisika Kelas II Pasuruan.

2. Pelaksanaan Kerja Mahasiswa mengetahui alur


Parktik (KP) kerja pengolahan dan
meliputi: interpretasi data dengan
• Studi Pustaka metode seismik refraksi untuk
• Identifikasi Masalah mendeteksi ground water
• Penyelesaian dengan pembimbing.
Masalah
• Pengimplementasian

9
3. Penyusunan Laporan Hasil Laporan Kerja Praktik
Tertulis Kerja (KP).
Praktik (KP).

4. Penyampaian hasil Mahasiswa menyampaikan


Kerja Praktik (KP). hasil pengolahan dan
interpretasi data.

10
BAB IV
PENUTUP

Demikian Proposal Kerja Praktik ini kami ajukan, semoga dapat


memberikan penjelasan maksud dan tujuan Kerja Praktik kami ini kepada Badan
Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Geofisika Kelas II Pasuruan.
Segenap bantuan serta dukungan dari semua pihak sangat kami harapkan demi
terlaksananya Kerja Praktik ini. Besar harapan kami untuk dapat diterima
melaksanakan Kerja Praktik di Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika
Stasiun Geofisika Kelas II Pasuruan. Atas perhatian dan kerjasamanya kami
ucapkan terima kasih.

11
DAFTAR PUSTAKA

Barus, B. (1999). Landslide Hazard Mapping based on GIS Univariate Statistical


Classification: Case Study of Ciawi-Puncak-Pacet Regions, West
Java. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan, 2(1).
BSN. (2005). SNI Penyusunan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah. Jakarta:
BSN.
Damanik, M. R., & Restu, R. (2012). Pemetaan Tingkat Risiko Banjir dan
Longsor Sumatera Utara Berbasis Sistem Informasi Geografis.
JURNAL GEOGRAFI, 4(1) 29-42.
Davis, S. N., & DeWiest, R. J. (1966). Hydrogeology. New York: John Wiley &
Sons, Inc.
Driscoll, F. G. (1987). Groundwater and Wells. Minnesota: Johnson Divison.
Fetter, C. W. (1994). Applied Hydrogelogy Third Editions. New Jersey: Prentice
Hall.
Gueguen, Y., & Palciauskaus. (1994). Introduction to the Physics of Rocks. New
York: Princeton University Press.
Johnson, E. E. (1972). Ground Water and Wells. Minnesota: Johnson Division,
Universal Oil Products Co.
Listiyani, F., dkk. (2006). Penentuan Kedalam dan Ketebalan Akuifer
Menggunakan Metode Seismik Bias (Studi Kasus Endapan Alluvial
Daerah Sioux Park, Rapid Creek, South Dakota, United State of
America). Jurnal Berkala Fisika, 9(3) 109-113.
Refrizon,S., dkk, (2008). Penentuan Struktur Bawah Permukaan Daerah Pantai
Panjang Kota Bengkulu Dengan Metode Seismik Refraksi,
Universitas Bengkulu
Saiful,N. H., dkk. (2014). Penentuan Struktur Bawah Permukaan Dengan
Menggunakan Metode Seismik Refraksi Di Lapangan Panas Bumi
Diwak dan Derekan, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang.
Youngster Phycsics Journal, ISSN: 2303 – 7371.
Suripin. (2002). Pelestarian Sumberdaya Tanah dan Air. Yogyakarta: Penerbit
Andi.

12
Suryolelono, K. B. (2002). Bencana Alam Tanah Longsor Perspektif Ilmu
Geoteknik, Pidato Pengukuhan Jabatan Guru Besar. Yogyakarta:
Fakultas Teknik UGM.
Syahrial,A., dkk. (2020). Aplikasi Metode Seismik Refraksi dalam Menentukan
Lapisan dan Tingkat Kekerasan Batuan di Bawah Permukaan Desa
Medana Lombok Utara. Kappa Journal, e-ISSN: 2549-2950.

13

Anda mungkin juga menyukai