Senbud Kel 8 Teater
Senbud Kel 8 Teater
Disusun Oleh :
Kelompok 8
1. Aisyah Nurul Fajri
2. C'nia Klara Dina
3. M. Nurerlanda
4. Repa Selpiyana
Jl. Siliwangi No. 151 Jatiseeng Kidul Telp. (0231) 662887 Kec. Ciledug Kab. Cirebon
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat
pada waktunya. Tidak lupa juga saya mengucapkan terima kasih kepada dosen mata
kuliah Bahasa Indonesia yang telah menugasi dan memotifasi saya untuk menyusun
karya ilmiah (makalah) ini. Sehingga dapat mempermudah dalam mepelajari seni
teater dan perannya dala lingkup sosial dan masyarakat.
Penulis membuat makalah ini karena dengan alasan kuat yaitu diantaranya;
mempermudah mahasiswa atau siapa saja yang mau mempelajari seni teater. Selain
itu, para pembaca juga bisa mengetahui peran dari seni teater dalam kehidupan
bermasyarakat.
Makalah ini masi kurang sempurna sehingga penulis memerlukan
penyempurnaan dan perbaikan. Ini diakibatkan adanya kendala yang dihadapi oleh
oleh penulis pada saat menyusunnya. Karena itu kritik dan saran dari semua pihak
sangat saya harapkan demi penyempurnaannya. Akhir kata saya ucapkan terima
kasih dan selamat membaca!
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………………………….i
KATA PENGANTAR……………………………………………..………………………...ii
DAFTAR ISI………………………………………………...……………………………..iii
BAB I :PENDAHULUAN .........……………………………………………………………1
1.1 Latar Belakang Penulisan…………………………………………………………………1
1.2 Tujuan Penulisan…………………………………………………………………………1
1.3 Rumusan Masalah………………………………………………………………………..2
1.4 Sistematika Penulisan…………………………………………………………………….2
BAB II : PEMBAHASAN………………………………………………………………….3
2.1 Seni teater..................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian teater
...................................................................................................3
2.1.2 Sejarah perkembangan teater di Indonesia…....…………………………………3
2.1.3 Unsur-unsur teater menurut urutannya…....…… . ………………..............5
2.1.4 Bentuk Teater Indonesia berdasarkan pendukungnya . . . . . . . . . . . . . . . . . .... 6
2.1.5 Teater sebagai seni kolektif. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .... . . . . . 7
2.1.6 Teater sebagai Imitasi Kehidupan......................................................................7
2.1.7 Peranan penyutradaraan dalam menciptakan struktur penyajian teater. .. . . .. .8
2.1.8 Persiapan Pementasan Teater.............................................................................8
2.1.9 Mementaskan Dramatisasi Puisi, Cerita atau Lakon Sederhana........................9
2.2 Peran seni teater dalam lingkup sosial masyarakat....................................................10
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia adalah salah satu negara yang kaya dengan seni. Seni adalah salah
satu unsur kebudayaan yang tumbuh dan berkembang sejajar dengan
perkembangan manusia selaku penggubah dan penikmat seni. Kebudayaan adalah
hasil pemikiran, karya dan segala aktivitas (bukan perbuatan), yang merefleksikan
naluri secara murni. Seni memiliki nilai estetis (indah) yang disukai oleh manusia dan
mengandung ide-ide yang dinyatakan dalam bentuk aktivitas atau rupa sebagai
lambang. Dengan seni kita dapat memperoleh kenikmatan sebagai akibat dari
refleksi perasaan terhadap stimulus yang kita terima. Kenikmatan seni bukanlah
kenikmatan fisik lahiriah, melainkan kenikmatan batiniah yang muncul bila kita
menangkap dan merasakan simbol-simbol estetika dari penggubah seni. Dalam hal
ini seni memiliki nilai spiritual. Kedalaman dan kompleksitas seni menyebabkan para
ahli membuat definisi seni untuk mempermudah pendekatan kita dalam memahami
dan menilai seni. Konsep yang muncul bervariasi sesuai dengan latar belakang
pemahaman, penghayatan, dan pandangan ahli tersebut terhadap seni.
Salah satu seni yang kita perhatikan di sini adalah seni teater. Pertunjukkan
teater tidak hanya untuk hiburan masyarakat penonton. Di balik itu, ada amanat yang
ingin disampaikan kepada masyarakat tentang sesuatu yang berhubungan dengan
kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan yang dimaksud menyangkut seluruh
perilaku sosial yang berlaku pada kelompok masyarakat tertentu. Misalnya,
kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan kehidupan
politik.(http://.wikipedia.org.id)
Sehingga untuk memahami lebih dalam lagi mengenai tetaer di makalah ini
sengaja disusun dan di kemas dengan judul “Seni Teater dan perannya dalam
Masyarakat”. Seperti apa pembahasannya, mari kita telusuri pembahasan
selanjutnya
1.2 Tujuan Penulisan
Sistematika dalam penulisan makalah ini terdiri dari tiga bab yaitu bab I yang
berjudul Pendahuluan yang menjelaskan mulai dari latar belakang penulisan, tujuan
penulisan, rumusan masalah, dan sistematika Penulisan. Kemudian bab II yang
berjudul pembahasan, disini merupakan inti dari keseluruhan pembahasan.
Keseluruhan pembahasan ditutup dengan bab III yang berjudul Penutup, yang
mencantumkan kesimpulan dan saran.
BAB II
PEMBAHASAAN
Kata tater atau drama berasal dari bahasa Yunani ”theatrom” yang
berarti seeing Place (Inggris). Tontonan drama memang menonjolkan
percakapan (dialog) dan gerak-gerik para pemain (aktif) di panggung.
Percakapan dan gerak-gerik itu memperagakan cerita yang tertulis dalam naskah.
Dengan demikian, penonton dapat l angsung mengikuti dan menikmati cerita
tanpa harus membayangkan.
Teater sebagai tontotan sudah ada sejak zaman dahulu. Bukti tertulis
pengungkapan bahwa teater sudah ada sejak abad kelima SM. Hal ini
didasarkan temuan naskah teater kuno di Yunani. Penulisnya Aeschylus yang
hidup antara tahun 525-456 SM. Isi lakonnya berupa persembahan untuk
memohon kepada dewa-dewa.
Lahirnya adalah bermula dari upacara keagamaan yang dilakukan para
pemuka agama, lambat laun upacara keagamaan ini berkembang, bukan hanya
berupa nyanyian, puji-pujian, melainkan juga doa dan cerita yang diucapkan
dengan lantang, selanjutnya upacara keagamaan lebih menonjolkan
penceritaan.
Sebenarnya istilah teater merujuk pada gedung pertunjukan, sedangkan istilah
drama merujuk pada pertunjukannya, namun kini kecenderungan orang untuk
menyebut pertunjukan drama dengan istilahteater.
1. TeaterTradisional
Kasim Achmad dalam bukunya Mengenal Teater Tradisional di
Indonesia (2006) mengatakan, sejarah teater tradisional di Indonesia dimulai
sejak sebelum Zaman Hindu. Pada zaman itu, ada tanda-tanda bahwa unsur-
unsur teater tradisional banyak digunakan untuk mendukung upacara ritual.
Teater tradisional merupakan bagian dari suatu upacara keagamaan ataupun
upacara adat-istiadat dalam tata cara kehidupan masyarakat kita. Pada
saat itu, yang disebut “teater”, sebenarn ya baru merupakan unsur-unsur teater,
dan belum merupakan suatu bentuk kesatuan teater yang utuh. Setelah
melepaskan diri dari kaitan upacara, unsur-unsur teater tersebut membentuk
suatu seni pertunjukan yang lahir dari spontanitas rakyat dalam masyarakat
lingkungannya.
Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat
bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh
unsur-unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan
sikap budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater
tradisional lahir.
Macam-macam teater tradisional Indonesia adalah :wayang kulit, wayang
wong, lenong, randai, drama gong, arja,ubrug,ketoprak, dan
sebagainya.
2. Teater Transisi (Modern)
Teater transisi adalah penamaan atas kelompok teater pada periode
saat teater tradisional mulai mengalami perubahan karena pengaruh budaya lain.
Kelompok teater yang masih tergolong kelompok teater tradisional dengan model
garapan memasukkan unsur-unsur teknik teater Barat, dinamakan teater
bangsawan. Perubahan tersebut terletak pada cerita yang sudah mulai ditulis,
meskipun masih dalam wujud cerita ringkas atau outline story (garis besar cerita
per adegan). Cara penyajian cerita dengan menggunakan panggung dan dekorasi.
Mulai memperhitungkan teknik yang mendukung pertunjukan. Pada periode transisi
inilah teater tradisional berkenalan dengan teater non-tradisi. Selain pengaruh dari
teater bangsawan, teater tradisional berkenalan juga dengan teater Barat yang
dipentaskan oleh orang-orang Belanda di Indonesia sekitar tahun 1805 yang
kemudian berkembang hingga di Betawi (Batavia) dan mengawali berdirinya
gedung Schouwburg pada tahun 1821 (Sekarang Gedung Kesenian
Jakarta).
Perkenalan masyarakat Indonesia pada teater non-tradisi dimulai sejak Agust
Mahieu mendirikan Komedie Stamboel di Surabaya pada tahun 1891, yang
pementasannya secara teknik telah banyak mengikuti budaya dan teater Barat
(Eropa), yang pada saat itu masih belum menggunakan naskah drama/lakon.
Dilihat dari segi sastra, mulai mengenal sastra lakon dengan diperkenalkannya
lakon yang pertama yang ditulis oleh orang Belanda F.Wiggers yang berjudul
Lelakon Raden Beij Soerio Retno, pada tahun 1901. Kemudian disusul oleh Lauw
Giok Lan lewat Karina Adinda, Lelakon Komedia Hindia Timoer (1913), dan lain-
lainnya, yang menggunakan bahasa Melayu Rendah.
Setelah Komedie Stamboel didirikan muncul kelompok sandiwara seperti
Sandiwara Dardanella (The Malay Opera Dardanella) yang didirikan Willy Klimanoff
alias A. Pedro pada tanggal 21 Juni 1926. Kemudian lahirlah kelompok
sandiwara lain, seperti Opera Stambul, Komidi Bangsawan, Indra Bangsawan,
Sandiwara Orion, Opera Abdoel Moeloek, Sandiwara Tjahaja Timoer, dan lain
sebagainya. Pada masa teater transisi belum muncul istilah teater. Yang ada
adalah sandiwara. Karenanya rombongan teater pada masa itu menggunakan
nama sandiwara, sedangkan cerita yang disajikan dinamakan drama. Sampai
pada Zaman Jepang dan permulaan Zaman Kemerdekaan, istilah
sandiwara masih sangat populer. Istilah teater bagi masyarakat Indonesia baru
dikenal setelah Zaman Kemerdekaan.
(http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/SejarahSeniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y)
2.1.3 Unsur-unsur teater menurut urutannya
Tubuh manusia sebagai unsur utama (Pemeran/ pelaku/ pemain/actor)
Gerak sebagai unsur penunjang (gerak tubuh,gerak suara,gerak
bunyi
dan gerak rupa)
Suara sebagai unsur penunjang (kata, dialog, ucapan pemeran)
Bunyi sebagai efek Penunjang (bunyi benda, efek dan musik)
Rupa sebagai unsur penunjang (cahaya, dekorasi, rias dan kostum)
Lakon sebagai unsur penjalin (cerita, non cerita, fiksi dan narasi)
Teater sebagai hasil karya (seni) merupakan satu kesatuan yang utuh antara
manusia sebagai unsur utamanya dengan unsur -unsur penunjang dan penjalinnya.
Dan dapat dikatakan bahwa teater merupakan perpaduan segala macam pernyataan
seni. (http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/UnsurTheater.html#ixzz2QdJQjH9y)
Untuk mementaskan teater Nusantara, selain adanya kerja sama yang baik di segala
pihak, kita pun harus menentukan cerita apa yang akan dimainkan. Hal
tersebut berkaitan dengan cerita di Nusantara, misalnya Ande-ande Lumut, Si
Kabayan, Jaka Tarup, Bawang Merah Bawang Putih, terjadinya Gunung Tngkuban
Perahu, Danau Toba.
(http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/seniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y)
2.2 Peran seni teater dalam lingkup sosial masyarakat
Pertunjukkan teater rakyat tidak hanya untuk hiburan masyarakat
penonton. Di balik itu, ada amanat yang ingin disampaikan kepada masyarakat
tentang sesuatu yang berhubungan dengan kehidupan sosial masyarakat. Kehidupan
yang dimaksud menyangkut seluruh perilaku sosial yang berlaku pada kelompok
masyarakat tertentu. Misalnya, kehidupan moral, agama, kehidupan ekonomi, dan
kehidupan politik.
Semua itu tercermin dalam bentuk garapan teaternya. Bentuk-bentuk garapan teater
rakyat selalu dan merupakan cerminan kehidupan sosial. Apa yang diungkapkan
dalam garapan teaternya adalah suasana hati, perasaan, dan nurani, serta keadaan
jiwa. Oleh karena itu, teater merupakan media ungkap seniman teater sebagai wakil
dari nurani masyarakat pendukungnya.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Teater adalah salah satu bentuk kegiatan manusia yang secara sadar
menggunakan tubuhnya sebagai unsur utama untuk menyatakan dirinya yang
diwujudkan dalam suatu karya (seni pertunjukan) yang ditunjang dengan unsur gerak,
suara, bunyi dan rupa yang dijalin dalam cerita pergulatan tentang kehidupan
manusia. Proses terjadinya atau munculnya teater tradisional di Indonesia sangat
bervariasi dari satu daerah dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh unsur-
unsur pembentuk teater tradisional itu berbedabeda, tergantung kondisi dan sikap
budaya masyarakat, sumber dan tata-cara di mana teater tradisional lahir. Tetaer
juga dikenal dengan seni yang kolektif di mana dalam sebuah tetaer tidak terlepas
dari yang namanya sutradara sebagai pengkordinasi pementasan. Sehingga menjadi
seorang sutradara harus menguasai apa-apa yang harus di lakasanakan karena
baik/tidaknya pementasan tergantung dari seorang sutradaranya. Sehingga dalam
seni teater juga memiliki peran yang sangat penting dalam lingkup sosisal. Ini sudah
jelas karena yang namanya seni pertunjukan pasti dipertunjukan di depan orang
banyak dalam hal ini salah satu contohnya adalah masyarakat. Seni teater bisa
dijadikan media penyampaian segala bentuk rasa atau argumen yang berkaitan
dengan kehidupan sosial.
3.2 Saran
Makalah ini merupakan bagian dari media pembelajaran, maka dengan itu
kepada semua pihak bisa menggali ilmunya (khususnya ilmu tentan seni teater)
dengan mendalami isi makalah ini. Khususnya kepada kaum muda agar seni teater
tidak hilang begitu saja tetapi bisa diwariskan kepada segenap penerus bangsa
sehingga negara Indonesia bisa disebut sebagai salah satu negara yang hebat dalam
dunia seni.
.
DAFTAR PUSTAKA
(http://desxripsi.blogspot.com/2012/10/BentukseniTheater.html#ixzz2QdJQjH9y)
(http://.seniteater.co.id)
(http://.wikipedia.org.id)