Anda di halaman 1dari 15

MODUL PERKULIAHAN

MANAJEMEN RISIKO

MANAJEMEN RISIKO LIKUIDITAS

Program Tatap
Fakultas Kode MK Disusun Oleh
Studi Muka
SEKOLAH Magister 05 Dr.Nuryaman,SE.,MSi.,Ak
PASCA Akuntansi Dr.Supardi,SE.,MM
SARJANA Dr.Islahuzzaman,SE.,MSi.,Ak

Abstract Kompetensi

Menjelaskan Proses Manajemen Mahasiswa mampu manajemen


Risiko Likuiditas risiko Likuiiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban
yangjatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas, dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi
yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank.

5.1 Identifikasi Risiko Likuiditas


Risiko likuiditas disebabkan oleh adanya transaksi finansial atau komitmen. Oleh sebab
itu, bank harus mengidentifikasi setiap transaksi finansial yang mempunyai implikasi terhadap
likuiditas bank dan mengelola kondisi likuiditas secara hati-hati.
Pengelolaan risiko likuiditas merupakan salah satu aktivitas terpenting yang dilaksanakan
bank. Kekurangan likuiditas pada satu bank selain berdampak pada bank tersebut dapat pula
menimbulkan efek lebih luas pada sistem perbankan secara keseluruhan. Oleh sebab itu, dalam
pengelolaan risiko likuiditas diperlukan penerapan strategi yang tepat dan pengawasan yang
efektif yang diimplementasikan melalui proses-proses yang sudah dilakukan validasi dalam
pengukuran risiko likuiditas.
Beberapa hal yang dapat menyebabkan timbulnya kebutuhan likuiditas secara takterduga
antara lain seperti penurunan reputasi atau rating bank dan kondisi ekonomi yang menurun.

5.2 PENGUKURAN RISIKO LIKUIDITAS


Metode pengukuran risiko liquiditas dibagi menjadi beberapa katagori sebagai berikut :
• Pengukuran berdaarkan ukuran nominal (stock based)
• Pengukuran berdasarkan arus kas (flow based)
5.2.1 Pengukuran berdasarkan Ukuran Nominal (Stock Based)
Metode pengukuran stock based menggunakan berbagai macam rasio keuangan sebagai
indikatortingkat risiko likuiditas, antara lain:

1. .
Aset Likuid Primer + Aset Likuid Sekunder
Total Aset

Rasio ini mengukur besar aset likuid dibandingkan dengan total aset bank.
Aset likuid primer adalah aset sangat likuid yang terdiri dari kas, surat berharga Bank
Indonesia, obligasi pemerintah jangka pendek dan likuid.

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
Aset likuid sekunder adalah aset yang kurang likuid seperti:
• obligasi pemerintah kategori AFS jangka panjang 1 - 5 tahun dan likuid, atau kategori
HTM jangka pendek dibawah satu tahun.
• obligasi pemerintah kategori trading dengan jangka waktu lebih dari 5 tahun, dengan
haircut 25%.

2.
Aset Likuid Primer + Aset Likuid Sekunder
Pendanaan Jangka Pendek

Rasio ini mengukurjumlah aset likuid dibandingkan dengan sumber dana jangka pendek.
Rasio di atas 100% dinilai memadai. Pendanaanjangka pendekadalah DPKjangka waktu di
bawah setahun, giro, dan tabungan.

3.
Aset Likuid Primer + Aset Likuid Sekunder
Pendanaan Non Inti
Pendanaan non inti adalah pendanaan yang dinilai tidak stabil seperti: dana relatif besar di
atas Rp 2 miliar, transaksi antarbank, dan pinjaman dari bank lain.
Pendanaan non inti jangka pendek adalah yang mempunyai jangka waktu di bawah satu
tahun.
4.
Aset Likuid Primer
Pendanaan Non Inti Jangka Pendek
5.
Pendanaan Non Inti
Total Pendanaan
Total pendanaan adalah seluruh dana pihak ketiga dan pinjaman dari pihak lain.

6.
Pendanaan Non Inti – Aset Liquid
Total Aset Peroduktif – Aset Liquid
Digunakan untuk menilai ketergantungan bank dari dana non-inti.

5.2.2 Metode Flow Based

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
Pengukuran risiko likuiditas berdasarkan pada neraca bank pada tanggal tertentu menurut
maturity profile pos-pos on dan off balance sheet ditambah dengan perkiraan arus kas akibat
adanya berbagai rencana kegiatan usaha berdasarkan proyeksi dari unit bisnis.
Metode pengukuran flow based menggunakan liquidity gap analysis. Dalam analisis gap
likuiditas, gap yang dimaksud adalah selisih antarajumlah aset dan kewajiban yangjatuh tempo
pada periode tertentu. Distribusi komponen neraca ke dalam bucket interval waktu sesuai de-
ngan perkiraan arus kas.
Data yang digunakan adalah komponen relevan dari pos aset, Liabilities maupun off
balance sheet. Sumber data untuk liquidity gap diperoleh dari beberapa sumber, yaitu neraca
akunting, data proyeksi likuiditas dari unit bisnis berikut perkiraan pendapatan, dan biaya
bunga.
Liquidity gap positif berarti jumlah aset lebih besar dari kewajiban pada periode maturity
tersebut. Liquidity gap negatif berarti kewajiban lebih besar dari aset pada periode maturity
tersebut. Gap negatif adalah keadaan yang menimbulkan risiko bagi bank dan membutuhkan
pengelolaan lebih lanjut.
Gap kumulatif adalah akumulasi nilai gap pada periode tersebut dan periode sebelumnya.
Contoh:
Tabel Liquidity Gap Bank ABC (dalam miliar rupiah)

Maturity buckets 0-3 bln 3-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan >1 tahun Total
Kas dan setara 50 50
Penempatan 200
200
antarbank
Kredit Komersial 200 200 200 200 200 1.000
Kredit Konsumer 200 200 200 200 200 1.000
SBI/SUN 1.000 400 1.000
Aktiva tetap
Total Aset 1.650 400 4000 4000 1.150 750
Maturity buckets 0 -3 bulan 3-6 bulan 6-9 bulan 9-12 bulan >1 tahun Total
Tabungan 800 800
Giro 500 500
Deposito 1500
1200 300
Berjangka
Pinjaman 300
300
antarbank
Obligasi yang 300
diterbitkan
Modal 600
Total Kewajiban 2800 300 0 0 900 4.000
Gap (1150) 100 400 400 250
Gap Kumulatif (1150) (1050) (650) (250) 0

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
Dari tabel di atas terlihat risiko likuiditas yang sangat besar pada periode 0-3 bula ke depan,
sebesar Rp. 1,15 triliun.

5.3 PENGENDALIAN RISIKO LIKUIDITAS `


Apabila bank telah mengetahui posisi likuiditas dan adanya kemungkinan timbulnya
masalah likuiditas, bank dapat melakukan modifikasi posisi dengan berbagai tindakan, antara
lain sebagai berikut.
• Mengupayakan sumber dana berupa long-term funding dari pasar uang atau
menerbitkan obligasi, kemudian menggunakan dana untuk membeli aset likuid yang
dapat dijual kembali.
• Mendapatkan contingent standby credit lines dari bank lain yang memberikan jaminan
akan memberikan pinjaman dana pada saat krisis.
• Membatasi jumlah penempatan dana pada aset berjangka waktu panjang.
• Mengurangi jumlah liabilities berjangka pendek, misalnya dengan meningkatkan
simpanan berjangka panjang.
Contoh pertanyaan bab 5 :
1. Pengukuran dengan menggunakan rasio likuiditas digunakan pada pengelolaan risiko
likuiditas dengan metode:
a. Stock based
b. Flow based
c. Static based
d. Adjustable based

2. Dana deposito besar dari korporasi dengan jangka pendek dinilai sebagai:
a. Dana stabil
b. Dana tidak stabil
c. Sumber dana yang baik untuk keperluan perkreditan
d. Dana murah

3. Pada suatu periode, apabila jumlah aset lebih besar dari posisi pasiva maka dari sisi
pengukuran risiko likuiditas, kondisi ini disebut dengan:
a. Liquidity gap positif
b. Liquidity gap negatif
c. Gap kumulatif positif

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
d. Bank kekurangan likuiditas

4. Kekurangan likuiditas ditandai dengan kondisi gap likuiditas:


a. Gap likuiditas positif
b. Rasio LDR relatif rendah
c. Dana non-inti relatif besar
d. Aset likuid tersedia dalam jumlah terbatas

5. Strategi yang diperlukan dalam kondisi likuiditas ketat adalah:


a. Memperkecil aset likuid agar biaya dana lebih ringan.
b. Mengupayakan porsi CASA yang besar sebagai dana murah.
c. Promosi deposito jangka pendek dengan bunga lebih tinggi.
d. Meningkatkan pertumbuhan kredit.
2.5 PROFIL RISIKO LIKUIDITAS
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank untuk memenuhi kewajiban
yangjatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi
yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan bank. Risiko
likuiditas disebutjuga risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk) dan risiko likuiditas
pasar (market liquidity risk).
Dalam menilai risiko inheren atas risiko likuiditas, parameter/indikator yang digunakan
adalah:
- Risiko likuiditas pendanaan (funding liquidity risk); bank tidak mampu memenuhi
kewajiban dari sumber pendanaan arus kas, aset likuid repo tanpa mengganggu aktivitas
dan kondisi keuangan bank.
- Likuiditas pasar (market liquidity risk); bank tidak mampu melikuidasi asettanpa terkena
diskon material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya gangguan pasar (market
disruption)
Parameter yang digunakan:
1) Komposisi aset, kewajiban, dan transaksi rekening administratif.
2) Konsentrasi aset dan kewajiban.
3) Kerentanan pada kebutuhan pendanaan.
4) Akses pada sumber-sumber pendanaan likuiditas.

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor likuiditas antara lain dilakukan melalui
penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
- Aktiva likuid kurang dari 1 bulan dibandingkan dengan pasiva likuid kurang dari 1 bulan.
- Rasio maturity mismatch dalam periode 1 bulan.
- Loan to Deposit Ratio (LDR) dan Loan to Funding Ratio (LFR).
- Proyeksi cash flow tiga bulan mendatang.
- Ketergantungan pada dana antar-bank dan deposan inti.
- Kebijakan dan pengelolaan likuiditas (Assets and Liabilities Management/ ALMA).
- Kemampuan bank untuk memperoleh akses kepada pasar uang, pasar modal, atau
sumber-sumber pendanaan lainnya.
- Stabilitas dana pihak ketiga (DPK).

Likuiditas bank menunjukkan kemampuan bank untuk menyediakan uang kas untuk
memenuhi kewajiban dengan biaya wajar. Bank perlu menyediakan likuiditas dalam jumlah
cukup untuk dapat melayani nasabah dan beroperasi secara efisien. Bank yang memiliki
likuiditas dalam jumlah memadai dapat membayar kewajiban pada kreditur yang sudah jatuh
tempo, dapat membayar apabila tiba-tiba terjadi penarikan dana nasabah dalam jumlah besar,
dan memenuhi penarikan kredit nasabah yang di luar kebiasaan sesuai pengalaman bank. Bank
dengan likuiditas dengan jumlah yang kurang memadai akan menghadapi kesulitan untuk
memenuhi kondisi seperti diuraikan di atas, dan dalarn kondisi ekstrem, kondisi ini dapat
menyebabkan bank gagal beroperasi sehingga izin bank dicabut.
Kebutuhan dana bank dapat berubah secara tiba-tiba sebagai respons dari kondisi ekonomi
dan kondisi lainnya. Selain itu, kondisi likuiditas bank sangat cepat berubah. Suatu saat bank
mempunyai likuiditas yang berlimpah, tapi dengan cepat kondisi ini dapat berubah. Akibatnya,
apabila pada satu saat kondisi likuiditas dinilai mencukupi, maka pada kondisi lain bank tiba-
tiba dapat mengalami tidak mampu memenuhi kebutuhan pendanaan yang dibutuhkan.
Untuk menilai kecukupan likuiditas, bank membandingkan tingkat likuiditas saat ini,
ditambah dengan likuiditas yang dapat diperoleh dari sumber lain, dengan kebutuhan
pendanaan. Hal ini untuk menentukan apakah manajemen pendanaan bank sudah cukup
memadai. Manajemen perlu mengelola perubahan sumber dana yang dapat terjadi tibatiba dan
mampu bereaksi pada kondisi pasar yang dapat memengaruhi kemampuan bank untuk
melakukan likuidasi aset dengan kerugian minimal.
Pengelolaan dana yang baik harus memastikan bahwa bank tidak memelihara likuiditas
dengan biaya yangterlalu tinggi atau mengandalkan pada sumber dana wholesale yang relatif

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
sensitif terhadap perkembangan suku bunga. Sumber dana seperti ini pada umumnya tidak
tersedia pada saat kondisi stres atau terjadi kondisi pasar yang kurang kondusif. Bank harus
menetapkan tingkat likuiditas yang cukup dengan sumber dana yang relatif stabil dan
memelihara sumber lainnya.

2.5.1 Kebijakan Likuiditas


Penting bagi bank untuk mengendalikan risiko likuiditas melalui berbagai kebijakan
bank. Sebagai contoh, kebijakan investasi menjelaskan jenis sekuritas seperti apa dengan angka
waktu berapa yang boleh dijadikan investasi bank. Kebijakan manajemen aktiva dan pasiva
menjelaskan bauran aktiva dan pasiva bank dan menetapkan limit operasional. Sebagai contoh,
batasan loan to deposit ratio, yang dapat ikut membantu perencanaan likuiditas bank.

2.5.2 Sumber Likuiditas


Bank dapat memperoleh likuiditas dengan menjual aset, mengupayakan pinjaman jangka
pendek dan jangka panjang, atau meningkatkan limit pinjaman dari pihak ketiga. Selain itu,
bank dapat meningkatkan permodalan untuk meningkatkan likuiditas dan menjaga agar tidak
terkena dampak risiko likuiditas.
Jalur yang dapat ditempuh bank untuk meningkatkan likuiditas bergantung pada biaya
dan ketersediaan dana. Biaya likuiditas mempertimbangkan kerugian akibat harus menjual aset
dengan cepat atau harus membayar biaya bunga yang lebih tinggi bergantung pada komposisi
dan kondisi apakah aset bank cukup likuid di pasar.

2.5.2.1 Aktiva sebagai Sumber Likuiditas


Pada dasarnya, seluruh komponen aktiva dapat dilihat sebagai sumber likuiditas.
Kapasitas komponen aktiva untuk menjadi sumber likuiditas bergantung pada waktu yang
diperlukan untuk menjual aktiva tersebut menjadi uang tunai, dan berapa harga dari aktiva
tersebut pada saat bank ingin melakukan penjualan.
Aktiva yang dapat dijual segera tanpa menyebabkan harga pasar dari aktiva tersebut turun
secara signifikan disebut dengan aset likuid. Aktiva ini cocok dijadikan sumber pemenuhan
kebutuhan likuiditas. Sebagai contoh, bank akan sulit menjual aktiva berupa gedung, perabotan
kantor, kredit komersial, dan real estat untuk memenuhi kebutuhan dana yang mendesak, tanpa
menderita kerugian akibat harga jual yang turun karena harus dijual secara cepat. Oleh karena
itu, bank perlu merencanakan kebutuhan likuiditas di masa depan.

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
2.5.2.2 Pasiva untuk Pengelolaan Likuiditas
Bank juga dapat mengupayakan kebutuhan dana dengan manajemen pasiva. Sumber
dana bank sebagian besar berasal dari dana masyarakat, baik berupa tabungan, giro, ataupun
deposito. Tabungan dan giro digolongkan sebagai segmen dana murah, sedangkan deposito
digolongkan sebagai dana mahal. Walaupun secara kontraktual mempunyai jangka pendek,
tabungan dan giro mempunyai karakteristik deposit inti yang dapat diasumsikan berjangka
panjang.
Bank juga menggunakan sumber likuiditas yang bersumber dari pasiva untuk mendukung
pertumbuhan aktiva, seperti repo dengan Bank Indonesia atau limit kredit dari bank lain.

2.5.3 Manajemen Risiko Likuiditas


Direksi dan manajemen senior harus memahami risiko likuiditas yang melekat pada
bank, dan memahami metode yang digunakan bank untuk mengelola risiko likuiditas. Selain
itu, manajemen harus memastikan bahwa strategi pendanaan beserta pelaksanaan strategi
tersebut konsisten dengan toleransi yang ditetapkan oleh manajemen. Tugas Direksi adalah
memberikan arah pelaksanaan strategi dan toleransi risiko likuiditas, menetapkan pihak yang
akan diberikan wewenang untuk mengelola likuiditas, memonitor kinerja bank dan keseluruhan
profil risiko likuiditas bank, serta memastikan bahwa bank sudah melakukan proses
identifikasi, pengukuran, dan pengawasan.
Pengukuran risiko likuiditas harus melihat ke depan. Bank memproyeksikan kebutuhan
dana untuk esok hari, bulan depan, dan enam bulan dari sekarang dan seterusnya. Pengukuran
risiko likuiditas secara tradisional hanya memberikan informasi pengelolaan likuiditas dari hari
kehari. Manajemen senior harus memahami karakteristik arus kas dari berbagai komponen
aktiva dan pasiva bank, baik on balance sheet maupun posisi off balance sheet agar dapat
mengelola likuiditas secara konsisten.

2.5.4 Perencanaan Likuiditas


Kondisi likuiditas bank merupakan hal yang paling penting bagi kelangsungan usaha bank.
Berapa pun laba bank, apabila kekurangan likuiditas, maka harus memperoleh prioritas utama
dalam pengelolaan bank yang sehat. Salah satu ukuran untuk mengendalikan risiko likuiditas
adalah analisis rasio likuiditas.

2.5.4.1 Analisis Rasio Likuiditas

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
Rasio likuiditas sering didasarkan pada data likuiditas yang sudah berlalu. Selain itu, pentng
bagi bank untuk mempunyai gambaran kondisi likuiditas beberapa tahun ke depan. Apabila
bank dapat mengetahui atau melakukan estimasi kapan akan terjadi tekanan likuiditas, maka
bank dapat membuat rencana pemenuhan likuiditas sebelumnya. Rasio likuiditas yang dapat
digunakan:
- Loan to Deposit Ratio (LDR)
Memberikan indikasi bagaimana struktur deposit dari bank mendanai portofolio kredit
bank. Semakin besar angka LDR, artinya likuiditas bank semakin bergantung pada sumber
dana non-deposit.
- Ketergantungan dari dana non-core
Dihitung dengan cara: sumber dana non-core dikurangi kreditjangka pendek, lalu hasilnya
dibagi dengan kreditjangka panjang. Rasio ini memberikan indikasi ketergantungan pada
pasar uang untuk menjadi sumber dana aktiva produktif. Sumber dana pasar uang sangat
sensitif terhadap perubahan suku bunga pasar dan dapat menghilang apabila terjadi
persepsi negatif penurunan kualitas aktiva produktif, atau masalah fundamental lain dari
bank.
- Utang jangka pendek net/totol aset
Dihitung dengan cara: utang jangka pendek dikurangi aktiva jangka pendek, hasilnya
dibagi dengan total aset. Rasio ini memberikan indikasi berapa besar aktiva jangka panjang
(misalnya kredit investasi) didanai dengan sumber dana jangka pendek. Apabila angka ini
makin besar, maka semakin berisiko karena terdapat kemungkinan tidak dapat
memperpanjang sumber dana tersebut.

- Aset likuid/total liabilities


Mengukur kemampuan bank untuk memenuhi kebutuhan likuiditas dari likuiditas yang
dimiliki bank. Rasio yang rendah berarti bank mempunyai risiko harus menggunakan
sumber dana pasar untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.

- Ketergantungan dari dana korporasi


Dihitung dengan cara: membagi dana korporasi dengan total dana masyarakat. Rasio ini
mengukur porsi sumber dana bank yang berasal dari dana korporasi. Bank yang memiliki
dana besar dari korporasi harus memastikan bahwa bank mempunyai rencana darurat
penggalangan dana. Alat yang dapat digunakan mengukur posisi likuiditas bank adalah
analisis gap likuiditas.

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
2.5.4.2 Analisis Gap Likuiditas
Gap likuiditas memberikan gambaran kebutuhan dana di masa depan dengan cara
membandingkan komposisi aset dan liability bank dari waktu ke waktu. Dengan cara
demikian, bank dapat mengetahui apakah terjadi mismatch maturity yang dapat
mengakibatkan bank mengalami kesulitan likuiditas. Gap likuiditas yang besar dapat
mengakibatkan posisi bank menjadi lemah untuk dapat memenuhi kebutuhan pendanaan
tanpa mengeluarkan biaya yang besar.
Contoh perhitungan gap likuiditas
Periode maturitas
0-3 >3-<=6 bln 6-12 1-5thn >5 thn
Aktiva 25
bln 15 20
bln 15 25
Pasiva 40 25 15 10 10
Gap likuiditas (15) (10) 5 5 15
Gap kumulatif (15) (25) (20) (15) (0)

Dari tabel sebelumnya dapat dilihat besar kebutuhan likuiditas bank dari waktu ke waktu.

2.5.5 Pengukuran Risiko Inheren - Risiko Likuiditas


Sesuai SEBI mengenai pengukuran profil risiko bank umum, rasio keuangan di bawah
ini dapat digunakan sebagai indikator risiko likuiditas. Apabila terjadi perubahan negatif dari
rasio tersebut, maka ada indikasi bank mengalami peningkatan risiko likuiditas.

2.5.5.1 Komposisi dariAset, Kewajiban, dan Transaksi Rekening Administratif


a) Total aset likuid adalah total aset likuid primer dan aset likuid sekunder.
Total Aset Likuid
Total Aset
Aset likuid primer adalah aset yang sangat likuid untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
atas penarikan dana pihak ketiga dan kewajibanjatuh tempo, yang terdiri atas:
- Kas
- Penempatan pada Bank Indonesia
- Penempatan pada bank lain

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
- Surat berharga kategori tersedia untuk dijual (Available forSalel AFS) atau trading.
- Seluruh surat berharga pemerintah kategori trading dan AFS yang memiliki kualitas
tinggi, diperdagangkan pada pasar aktif, dan memiliki sisa jatuh waktu 1 tahun atau
kurang.

Aset likuid sekunder adalah sejumlah aset likuid dengan kualitas lebih rendah untuk
memenuhi kebutuhan likuiditas atas penarikan dana pihak ketiga dan kewajibanjatuh
tempo, yang terdiri atas:
- Surat berharga pemerintah kategori trading dan AFS dengan kualitas baik,
diperdagangkan pada pasar aktif dan memiliki sisa jatuh waktu lebih dari 1 tahun tapi
kurang dari 5 tahun.
- Surat berharga pemerintah kategori HTM dan memiliki sisa jatuh waktu sampai
dengan 1 tahun.
- Surat berharga pemerintah kategori trading dan AFS dan memiliki sisa jatuh waktu
lebih dari 5 tahun, dengan nilai haircut 25%. Total aset adalah total aset dalam laporan
posisi keuangan bank.

b) Total aset likuid adalah total aset likuid primer dan aset likuid sekunder.
Total Aset Likuid .
PendanaanJangka Pendek

Pendanaan jangka pendek adalah seluruh dana pihak ketiga yang tidak memiliki jatuh
tempo dan/atau dana pihak ketiga yang memiliki jatuh tempo maksimal 1 (satu) tahun.

c) Aktiva jangka pendek adalah aktiva likuid kurang dari 3 bulan selain kas, penempatan pada
BI (SBI).
Aktiva Jangka Pendek .
Kewajiban Jangka Pendek

Kewajiban jangka pendek adalah kewajiban likuid kurang dari 3 bulan selain kas,
penempatan pada BI (SBI).

d) Total aset likuid adalah total aset likuid primer dan aset likuid sekunder.
Total Aset Gikuid
Pendanaan Non Inti

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
Pendanaan non-inti (non-core funding) adalah pendanaan yang menurut bank relatiftidak
stabil atau cenderungtidak mengendap di bank baik dalam situasi normal maupun krisis,
meliputi:
- dana pihak ketiga yangjumlahnya di atas Rp 2 miliar.
- seluruh transaksi antar-bank.
- seluruh pinjaman (borrowing) tetapi tidak termasuk pinjaman subordinasi yang
termasuk komponen modal dengan jangka waktu kurang dari 1 tahun.

e)
Aset Likuid Primer .
Pendanaan Non Inti Jangka Pendek

Aset Likuid Primer adalah aset yang sangat likuid untuk memenuhi kebutuhan likuiditas
atas penarikan dana pihak ketiga dan kewajiban jatuh tempo, yang terdiri atas:
- Kas
- Penempatan pada Bank Indonesia
- Penempatan pada bank lain
- Surat berharga kategori tersedia untuk dijual (Available forSalel AFS) atau trading.
- Seluruh surat berharga pemerintah kategori trading dan AFS yang memiliki kualitas
tinggi, diperdagangkan pada pasar aktif, dan memiliki sisa jatuh waktu 1 tahun atau
kurang.
f)
Pendanaan non-inti
Total pendanaan

Pendanaan non-inti (non-core funding) adalah pendanaan yang menurut bank relatif tidak
stabil atau cenderung tidak mengendap di bank baik dalam situasi normal maupun krisis,
meliputi:
- dana pihak ketiga yangjumlahnya di atas Rp 2 miliar.
- seluruh transaksi antar-bank.
- seluruh pinjaman (borrowing) tetapi tidak termasuk pinjaman subordinasi yang
termasuk komponen modal dengan jangka waktu kurang dari 1 tahun.

Total pendanaan adalah seluruh sumber dana yang diperoleh oleh bank baik berupa dana
pihak ketiga maupun pinjaman yang diterima.

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
g)
Pendanaan Non lnti - Total Aset Likuid
Total Aset - Aset Likuid

Pendanaan non-inti (non -corefunding) adalah pendanaan yang menurut bank relatif tidak
stabil atau cenderung tidak mengendap di bank baik dalam situasi normal maupun krisis,
meliputi:
- dana pihak ketiga yangjumlahnya di atas Rp 2 miliar.
- seluruh transaksi antar-bank.
- seluruh pinjaman (borrowing) tetapi tidak termasuk pinjaman subordinasi yang
termasuk komponen modal dengan jangka waktu kurang dari 1 tahun.

Total aset likuid adalah total aset likuid primer dan aset likuid sekunder.
Total aset adalah total aset dalam laporan posisi keuangan bank. Rasio ini digunakan untuk
menilai ketergantungan bank pada pendanaan non-inti.

h)
DPK yang dijamin LPS
DPK
DPK yang dijamin LPS adalah dana pihak ketiga yang nominalnya kurang dari Rp 2 miliar
dan dijamin oleh LPS. DPK adalah seluruh dana pihak Ketiga.

i) Signifikansi Transaksi Rekening Administratif (kewajiban komitmen dan kontinjensi).


Kewajiban komitmen dan kontinjen merupakan kewajiban komitmen dan kontinjensi yang
terdapat dalam transaksi rekening administratif bank.

2.5.5.2 Konsentrasi dari Aset dan Kewajiban


a) Konsentrasi aset
Konsentrasi pada aset tertentu atau penyediaan dana pada sektor yang tidak dikuasai
bank dapat mengganggu posisi likuiditas apabila terjadi default.
b) Konsentrasi kewajiban
Konsentrasi pada sumber dana yang cenderung sensitif terhadap perubahan bunga pasar
sehingga dapat menimbulkan masalah pada posisi likuiditas bank apabila terjadi penarikan
dana dalam jumlah besar.

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id
2.5.5.3 Kerentanan pada Kebutuhan Pendanaan
Kerentanan bank pada kebutuhan pendanaan dan kemampuan bank untuk memenuhi
kebutuhan pendanaan tersebut merupakan indikator penilaian kebutuhan pendanaan bank pada
situasi normal maupun krisis dan kemampuan bank untuk memenuhi kebutuhan pendanaan
tersebut, antara lain melalui analisis laporan maturity profile, cash flow projections, dan stress
test.

2.5.5.4 Uses pada Sumber-Sumber Pendanaan


Kemampuan bank memperoleh sumber-sumber pendanaan pada kondisi normal maupun
krisis. Penilaian antara lain difokuskan pada reputasi bank untuk mempertahankan sumber-
sumber pendanaan, kondisi lini pembiayaan (financing lines), kinerja akses kepada sumber-
sumber pendanaan, dan dukungan perusahaan induk atau intra group.

2.5.6 Referensi Risiko Inheren Likuiditas


• Aset likuid bank memadai, bank dinilai mampu memenuhi kebutuhan likuiditas baik pada
kondisi normal maupun kondisi krisis.
• Sumber dana yang tidak stabil jumlahnya tidak signifikan. Konsentrasi dana tidak stabil
dinilai rendah.
• Volume transaksi rekening administratif dan komitmen intra grup dinilai tidak signifikan.
• Arus kas dari aktiva dan pasiva saling tutup dengan baik. Akses pendanaan dinilai sangat
baik, bank mempunyai reputasi baik dan standby loan dengan dukungan dari perusahaan
induk.

2.5.7 Bacaan: SEBI No. 11/16/DPNP tanggal 6 Juli 2009 (Lampiran 2)


SEBI No. 11/16/DPNPtanggal 6 Juli 2009 membahas Penerapan Mana
jemen Risiko untuk Risiko Likuiditas bagi bank umum.

Literatur : 1. Ikatan Banker Indonesia; Manajemen Risiko 1; tahun 2017


2. Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko; Ikatan Banker Indonesia;
tahun 2016

‘20 Manajemen Risiko Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Tim Penyusun Bahan ajar http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai