Anda di halaman 1dari 10

PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN – XVI (PIT-XVI) HATTI

Geotechnical Challenges in Present on Coming Nationwide Construction Activities


Jakarta, 4-5 Desember 2012

PETA DEAGREGASI HAZARD GEMPA INDONESIA UNTUK PERIODE


ULANG GEMPA 2475 TAHUN

M. Asrurifak1), Masyhur Irsyam1), Bigman M Hutapea1), R. Pandhu Mahesworo2), M. Ridwan3)


dan Fahmi Aldiamar3)

Abstrak

Studi ini dimaksudkan untuk memperoleh peta deagregasi hazard gempa untuk
memperkirakan gempa penentu dari suatu wilayah yang ditinjau. Peta deagregasi
hazard gempa ini meliputi peta mean-source magnitude (M) dan mean-source distance
(R) untuk gempa dengan probablitisa terlampaui 2% dalam 50 tahun atau gempa
dengan periode ulang 2475 tahun. Proses studi diawali dengan Analisis hazard gempa
probabilistik (PSHA) dengan data dan parameter sumber gempa yang digunakan untuk
mendapatkan hasil PSHA ini adalah dari catalog gempa terbaru dan informasi sesar
aktif terkini yang didapat dari referensi Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010.
Pemodelan sumber gempa yang digunakan meliputi sumber gempa subduksi, sesar
(fault) dan gridded seismicity (background). Sumber gempa subduksi dan sesar
menggunakan model tiga dimensi (3D), sedangkan sumber gempa gridded seismicity
dan subduksi intraslab menggunakan model smoothed gridded seismicity. Fungsi
atenuasi yang digunakan termasuk Next Generation Attenuation (NGA), dimana fungsi
atenuasi ini disusun dengan menggunakan data gempa global (worldwide data). Hasil
analisis dari studi ini menampilkan peta deagregasi M & R pada level hazard 2% dalam
50 tahun yang menggambarkan satu kejadian gempa manakah (gempa penentu)
sebagai fungsi dari magnitude M dan jarak hiposenter R yang memberikan kontribusi
terbesar terhadap percepatan puncak yang dihasilkan. Peta deagregasi ini selanjutnya
bisa digunakan sebagai informasi untuk pemilihan data ground motion yang sesuai
untuk wilayah tersebut.

Kata kunci: deagregasi, analisis hazard, ground motion


1)Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB-ITB)
2)Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
3)Puslitbang Kementrian Pekerjaan Umum

Email: m_asrurifak@yahoo.com
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN – XVI (PIT-XVI) HATTI
Geotechnical Challenges in Present on Coming Nationwide Construction Activities
Jakarta, 4-5 Desember 2012

1. PENDAHULUAN
Peta Gempa Indonesia yang baru tahun 2010, berupa peta PGA dan spektra percepatan
untuk perioda pendek (0.2 detik) dan perioda 1.0 detik dengan menampilkan berbagai
periode ulang gempa yang mewakili berbagai level hazard (potensi bahaya) gempa.
Konsep dasar pembuatan peta tersebut adalah Probabilistic Seismic Hazard Analysis
(PSHA) yang menghitung ancaman gempa bedasarkan pada kumpulan hasil dari semua
kejadian gempa dan ground motion yang mungkin dapat terjadi dimasa datang. Hasil
analisis dari masing-masing level hazard ditampilkan dalam bentuk kontur nilai
percepatan gempa PGA, spektra 0.2 dan 1.0 detik di batuan dasar. Peta Gempa
Indonesia 2010 ini digunakan sebagai acuan dasar perencanaan dan perancangan
infrastruktur tahan gempa termasuk pengganti peta gempa yang ada di Standard
Peraturan Perencanaan Ketahanan Gempa Indonesia (SNI-03-1726-2002).
Dalam PSHA, analisis dengan kemungkinan ′′magnitude M dan jarak R dari site ke
sumber gempa′′ yang mana, yang akan memberikan kontribusi hazard terbesar pada
site tidak terlihat dengan jelas. Dengan kondisi ini maka PSHA menjadi kurang lengkap
memberi informasi tentang M dan R yang dominan dan tunggal dalam desain gempa.
Untuk ini, studi pembuatan peta deagregasi diharapkan akan memberi gambaran
kemungkinan magnitude (M) dan jarak (R) yang memberikan kontribusi hazard
terbesar pada site ditinjau menjadi lebih jelas.

2. METODOLOGI
Metodologi dan proses analisis untuk mendapatkan peta deagregasi ini diawali dengan
analisis seismic hazard probabilistic yang meliputi:
a. Studi literatur tentang kondisi geologi dan tektonik untuk mengidentifikasi
aktifitas gempa wilayah Indonesia dan inventarisasi sumber-sumber gempa
berdasarkan hasil penelitian-penelitian yang sudah dipublikasi maupun dari
peneliti Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010.
b. Mengidentifikasi dan mengkwantifikasi sumber-sumber gempa seluruh wilayah
Indonesia, baik sumber gempa subduksi, sesar maupun background sehingga
parameter-parameter sumber gempa tersebut bisa digunakan untuk pembuatan
model sumber gempa.
c. Pengumpulan dan pengolahan data kejadian gempa yang terekam di seluruh
wilayah Indonesia untuk memperoleh parameter seismic dari data kejadian
gempa, kegiatan ini meliputi:
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN – XVI (PIT-XVI) HATTI
Geotechnical Challenges in Present on Coming Nationwide Construction Activities
Jakarta, 4-5 Desember 2012

- Menghimpun data katalog gempa dari berbagai sumber yang dapat dipercaya,
baik nasional maupun internasional.
- Menyamakan skala magnitude dari data-data katalog gempa, karena biasanya
data-data dari berbagai sumber tersebut menggunakan skala magnitude yang
berbeda-beda.
- Memilih gempa-gempa yang independen dengan melakukan pemisahan
antara gempa utama (main shock) dan gempa ikutan (foreshock dan
aftershock)
- Melakukan analisis kelengkapan data gempa.
- Melakukan analisis a dan b value dari data gempa yang sudah diolah.
d. Pembuatan model zona sumber gempa dari informasi kondisi geologi dan
tektonik, serta data kejadian gempa yang terekam di seluruh wilayah Indonesia
yang dipergunakan untuk analisis seismik hazard.
e. Menentukan fungsi atenuasi yang sesuai untuk wilayah Indonesia yang akan
digunakan untuk analisis hazard. Fungsi atenuasi yang digunakan termasuk
Next Generation Attenuation (NGA), dimana fungsi atenuasi ini disusun dengan
menggunakan data gempa global (worldwide data)
f. Mengelola treatment ketidakpastian dengan logic-tree dalam pengelolaan data
untuk analisis hazard. Dengan adanya model treatment ini data, parameter
sumber gempa serta model atenuasi yang digunakan dapat diakomodir dengan
bobot sesuai dengan kepastiannya.
g. Analisis seismic hazard dengan menggunakan pendekatan probabilistik pada
periode ulang gempa 2500 tahun untuk PGA.
Berdasarkan spektra percepatan puncak di batuan dasar hasil PSHA untuk setiap
probabitas terlampaui dan periode spektral, selanjutnya dilakukan analisa deagregasi
untuk mengetahui satu kejadian gempa manakah (gempa penentu) sebagai fungsi dari
magnitude M dan jarak hiposenter R yang memberikan kontribusi terbesar terhadap
percepatan puncak yang dihasilkan. Hasil analisa deagregasi berupa gempa penentu
dengan magnitude M dan jarak R rata-rata (mean) untuk setiap probabilitas
terlampaui dan periode spektral digambarkan dalam Peta Hazard Deagregasi
Indonesia. Analisa deagregasi dapat dilakukan dengan bantuan program komputer
USGS.

3. TEKNIK ANALISIS DEAGREGASI


Konsep dasar dari PSHA adalah menghitung ancaman gempa, berdasarkan pada
kumpulan hasil dari semua kejadian gempa dan ground motion yang mungkin dapat
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN – XVI (PIT-XVI) HATTI
Geotechnical Challenges in Present on Coming Nationwide Construction Activities
Jakarta, 4-5 Desember 2012

terjadi di masa datang. Sedang analisis dengan kemungkinan ′′magnitude M dan jarak
(R) dari site ke sumber gempa′′ yang mana, yang akan memberikan kontribusi hazard
terbesar pada site tidak terlihat dengan jelas dalam PSHA. Dengan kondisi ini maka
PSHA menjadi kurang lengkap memberi informasi tentang M dan R yang dominan dan
tunggal dalam desain gempa.
Pada satu sisi, kondisi PSHA yang seperti itu sangat menguntungkan, karena berbagai
asumsi tentang sumber gempa potensial dan keberulangan kejadian gempa
diintegrasikan menjadi satu, dengan tiap-tiap asumsi memiliki kesempatan relatif
untuk berpartisipasi dalam analisis. Disisi lain, diperlukan untuk selalu dapat
menyediakan gempa desain untuk tujuan membuat keputusan dalam memilih ground
motion (acceleration time history) yang tepat untuk analisis, yang didasarkan pada
spektra hazard seragam (uniform hazard spectra), dan kemudian menghitung
parameter seperti durasi gerak dan yang lain-lainnya.
Pasangan satu magnitude (M) dan jarak dari site ke sumber (R) yang dominan, hazard
akibat gempa dapat diekspresikan dalam satu fungsi, secara sendiri-sendiri maupun
bersama-sama. Konsep ini ditujukan pada deagregasi seismic (McGuire, 1995) yang
dapat memberikan gambaran umum tentang magnitude gempa dan jarak untuk
sumber gempa tertentu, yang kemungkinan berpengaruh besar terhadap site. Dalam
proses deagregasi dibutuhkan rate rata-rata kejadian yang merupakan fungsi dari
magnitude dan atau jarak. Deagregasi dapat dilakukan dengan memisah suku-suku
yang berkaitan dengan magnitude dan jarak dari integrasi persamaan (1). Sebagai
contoh laju tahunan rata-rata kejadian dapat diekspresikan sebagai fungsi magnitude
saja seperti berikut (Kramer, 1996)

( )
∫ ∫ ………………………….

Serupa dengan itu, laju tahunan rata-rata kejadian dapat diekspresikan sebagai fungsi
jarak dari site ke sumber saja seperti berikut :

∫ ∫ ………..……………….

Kemudian laju tahunan rata-rata kejadian yang diekspresikan sebagai fungsi


magnitude dan jarak dari site ke sumber adalah :
( )
( ) ……………………………

Persamaan (1) sampai dengan (3) memberikan laju tahunan rata-rata kejadian untuk
sumber i untuk magnitude ke-j dan jarak ke-k saja. Oleh karena itu, laju tahunan rata-
rata untuk sumber ke-i menjadi:
( )
∑ …………………………………………………………..
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN – XVI (PIT-XVI) HATTI
Geotechnical Challenges in Present on Coming Nationwide Construction Activities
Jakarta, 4-5 Desember 2012

Sedang laju tahunan rata-rata untuk semua sumber akan menjadi:

∑ ………………………………………………………………………
i
Deagregasi magnitude untuk sumber ke-i, MD , merupakan penjumlahan dalam
rentang-j dari rasio antara laju tahunan rata-rata untuk magnitude ke-j dan laju
tahunan rata-rata untuk sumber ke-i dikalikan magnitude mj seperti berikut:

∑ ……………………………………………………………………..

i
Deagregasi jarak untuk sumber ke-i, RD , merupakan penjumlahan dalam rentang-k dari
rasio antara laju tahunan rata-rata untuk jarak ke-k dan laju tahunan rata-rata untuk
sumber ke-i dikalikan jarak rk seperti berikut:

( )
∑ …………………………………………………………………………………

Dengan cara serupa seperti menentukan deagregasi magnitude dan jarak untuk
sumber ke-i, maka degaregasi magnitude dan jarak untuk semua sumber adalah
sebagai berikut:
Deagregasi magnitude untuk semua sumber, MD, adalah:

∑ ………………………………………………………………………………..

Deagregasi jarak untuk semua sumber, RD, adalah:

∑ ……………………………………………………………………………….

Secara keseluruhan, deagregasi serupa dengan membuka misteri dari seismic hazard
yang menyediakan visualisasi dan pengertian tentang pentingnya magnitude dan jarak
spesifik dalam persoalan ini. Harus dicatat, bahwa sesungguhnya metode ini
merupakan perluasan secara matematik dari analisis probabilitik dasar yang
disampaikan pada paragraf yang terdahulu dan sama sekali tidak menggantikan apa
yang seharusnya ada dalam studi sismologi dari suatu daerah untuk memilih gempa
desain (Nicolaou A.S., 1998). Beberapa studi telah dapat menjelaskan tentang adanya
sepasang M dan R yang sangat signifikan pada sumber seismic tertentu. Variasi
deagregasi dengan perioda struktur untuk satu level tertentu dari spektra percepatan
dapat mengindikasikan tipe dari gerak tanah dalam kaitannya dengan magnitude dan
jarak, yang harus dipertimbangkan dalam analisis time history (Nicolaou A.S., 1998).
Satu demontrasi visual, hasil dari teknik deagregasi diberikan dalam Gambar 1.
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN – XVI (PIT-XVI) HATTI
Geotechnical Challenges in Present on Coming Nationwide Construction Activities
Jakarta, 4-5 Desember 2012
AT 0.2SEC 500 YEAR RETURN PERIOD
5-5.5

0.025 5.5-6
6-6.5

0.02 6.5-7
7-7.5
Probability Density

0.015 7.5-8
8-8.5

0.01 8.5-9

8.5-9
0.005 8-8.5
7.5-8
7-7.5
6.5-7
0 6-6.5
<5
10-15
20-25
30-35
40-45

5.5-6
50-55
60-65
70-75
80-85
90-95
100-105
110-115
5-5.5

120-125
130-135
140-145
150-155
160-165
170-175
180-185
190-195
Gambar 1. Contoh hasil deaggregation M dan R pada PGA dari semua sumber gempa
untuk periode ulang 500 tahun untuk single site.

4. HASIL ANALISIS DAN PETA DEAGREGASI


Dari analisis hazard gempa probabilistik di batuan dasar, selanjutnya dilakukan
analisis deagregasi untuk mengetahui satu kejadian gempa manakah (gempa penentu)
sebagai fungsi dari magnitude M dan jarak hiposenter R yang memberikan kontribusi
terbesar terhadap percepatan puncak yang dihasilkan. Hasil analisis deagregasi berupa
gempa penentu dengan magnitude M dan jarak R rata-rata (mean), Peta hazard
deagregasi ini bisa dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3 dibawah ini.

5. DISKUSI DAN KESIMPULAN


Studi ini menampilkan peta hazard deagregasi pada kondisi PGA dengan periode ulang
gempa 2500 tahun di batuan dasar.
Sumber gempa yang digunakan untuk analisis hazard deagregasi adalah sepeperti yang
digunakan oleh Tim Revisi Peta Gempa Indonesia 2010.
Peta deagregasi magnitude dan jarak tersebut menggambarkan nilai M & R yang
memberikan kontribusi terbesar terhadap hazard percepatan puncak yang dihasilkan
sehingga dari nilai M & R yang dominan tersebut bisa digunakan sebagai acuan untuk
mencari recorded groung motion yang sesuai untuk kondisi tersebut.
Peta deagregasi ini selanjutnya bisa digunakan sebagai informasi untuk pemilihan data
ground motion yang sesuai untuk wilayah tersebut.
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN – XVI (PIT-XVI) HATTI
Geotechnical Challenges in Present on Coming Nationwide Construction Activities
Jakarta, 4-5 Desember 2012

Gambar 2. Peta deagregasi magnitude (M) pada PGA dengan 2% probabilitas terlampaui dalam 50 tahun (periode ulang gempa 2475
tahun) dari hasil analisis deagregasi.
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN – XVI (PIT-XVI) HATTI
Geotechnical Challenges in Present on Coming Nationwide Construction Activities
Jakarta, 4-5 Desember 2012

Gambar 3. Peta deagregasi jarak sumber gempa (R) pada PGA dengan 2% probabilitas terlampaui dalam 50 tahun (periode ulang
gempa 2475 tahun) dari hasil analisis deagregasi.
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN – XVI (PIT-XVI) HATTI
Geotechnical Challenges in Present on Coming Nationwide Construction Activities
Jakarta, 4-5 Desember 2012

DAFTAR PUSTAKA
Asrurifak M., (2010), Peta Spektrum respons Indonesia untuk Perencanaan Struktur Bangunan
Tahan Gempa Berdasarkan Model Sumber Gempa Tiga Dimensi dalam Analisis
Probabilitas, Disertasi Teknik Sipil ITB 2010.
Asrurifak M., Irsyam M., Budiono B., Triyoso W., dan Hendriyawan., (2010), Development of
Spectral Hazard Map for Indonesia with a Return Period of 2500 Years using
Probabilistic Method, J. Civil Engineering Dimension, Vol. 12, No. 1, March 2010, 52-62
ISSN 1410-9530 print / ISSN 1979-570X online.
Atkinson, G.M., dan Boore, D.M., (2007), Erratum—Earthquake ground-motion prediction
equations for eastern North America, Bulletin of the Seismological Society of America, v.
97, p. 1032.
Boore, D.M., dan Atkinson, G.M., (2008), Ground-motion prediction equations for the average
horizontal component of PGA, PGV, and 5%-damped PSA at spectral periods between
0.01 s and 10.0 s: Earthquake Spectra, v. 24, no. 1..
Campbell, K.W., dan Bozorgnia, Y., (2008), Ground motion model for the geometric mean
horizontal component of PGA, PGV, PGD and 5% damped linear elastic response
spectra for periods ranging from 0.01 to 10.0 s: Earthquake Spectra, v. 24, no. 1.
Chiou, B., dan Youngs, R., (2008), A NGA model for the average horizontal component of peak
ground motion and response spectra: Earthquake Spectra, v. 24, no. 1.
Cornell, C.A., (1968), Engineering Seismic Risk Analysis, Bulletin of the Seismological Society of
America, Vol. 58.
Departemen Pekerjaan Umum, Ditjen Cipta Karya, Direktorat Masalah Bangunan, (1983),
Peraturan Perencanaan Tahan Gempa Indonesia untuk Gedung.
Frankel, A., (1995), Mapping seismic hazard in the central and eastern United States,
Seismological Research Letters, v. 66, n.4 p. 8-21.
Frankel, A.D., Petersen, M.D., Mueller, C.S., Haller, K.M., Wheeler, R.L., Leyendecker, E.V.,
Wesson, R.L., Harmsen, S.C., Cramer, C.H., Perkins, D.M., dan Rukstales, K.S., (2002),
Documentation for the 2002 Update of the National Seismic Hazard Maps, U.S. Geological
Survey Open-File Report 02-420.
Gardner, J.K., dan Knopoff L., (1974), Is the sequence of earthquakes in southern California,
with aftershocks removed, Poissonian?, Bulletin of the Seismological Society of America,
v. 64, p. 1363–1367.
Harmsen, S., (2007), USGS Software for Probabilistic Seismic Hazard Analysis (PSHA), Draft
Document, (unpublished).
Idriss, I.M. (1990), Response of Soft Soil Sites During Earthquake, in J.M. Duncan, ed.,
Proceedings, H. Bolton Seed Memorial Symposium, BiTech Publishers, Vancouver, British
Columbia, Vol. 2.
Irsyam M., Asrurifak M., Hendriyawan, Budiono B., Triyoso W., dan Hutapea B., (2008), Usulan
Revisi Peta Seismic Hazard Indonesia Dengan Menggunakan Metode Probabilitas Dan
Model Sumber Gempa Tiga Dimensi, Prosiding Seminar HATTI, 18-19 Nopember 2008,
ISBN 978-979-96668-6-4.
Irsyam, M., Asrurifak M., Hendriyawan, B Budiono, Triyoso W., dan Anita Firmanti, (2010),
Development of Spectral Hazard Maps for Proposed Revision of Indonesia Seismic
Building Code, Geomechanic and Geoengineering an International Journal, Vol. 5. No. 1,
35-47, DOI: 10.1080/17486020903452725.
PERTEMUAN ILMIAH TAHUNAN – XVI (PIT-XVI) HATTI
Geotechnical Challenges in Present on Coming Nationwide Construction Activities
Jakarta, 4-5 Desember 2012

Kijko, A. dan Sellevol, M.A., (1992), Estimation of Earthquake Hazard Parameters from
Incomplete Data Files Part II, Incorporation of Magnitude Heterogeinity, Bulletin of the
Seismological Society of America, Vol. 82, No. 1, pp. 120-134.
Kramer, S.L., (1996), Geotechnical Earthquake Engineering, New Jersey, Prentice Hall.
McGuire, R.K., (2001), Deterministic vs. Probabilistic Earthquake Hazards and Risk, Risk
Engineering Inc, Publication Paper.
Milson, J., Masson D., Nichols G., Sikumbang N., Dwiyanto B., Parson L., dan Kallagher H., (1992),
The Manokwari Trough and The Western End of The New Guinea Trench, Tectonics, 11,
145-153.
Merz, H.A. dan Cornell, C.A (1973). Aftershocks in Engineering Seismic Risk Analysis. Report
R73-25. Massachusetts: Department of Civil Engineering, MIT, Cambridge.
Natawidjaja D.H. dan Triyoso, W., (2007), The Sumatran Fault Zone - From Source To Hazard,
Journal of Earthquake and Tsunami, Vol. 1, No. 1 (2007) 21–47.
Nicolaou.A.S. (1998), A GIS Platform for Earthquake Risk Analysis. A dissertation submitted to
the Faculty of the Graduate School of State University of New York at Buffalo USA in
partial fulfillment of the requirement for the degree of Doctor of Philosophy, August.
Petersen, Mark D., Mueller, Charles S., Frankel, Arthur D., Zeng, dan Yuehua, (2008) Spatial
Seismicity Rates and Maximum Magnitudes for Background Earthquakes, USGS Open-File
Report.
Rangin, C., Le Pichon, X., Mazzotti, S., Pubellier, M., Chamot-Rooke, N., Aurelio, M., Walpersdorf,
A., dan Quebral, R., (1999), Plate convergence measured by GPS across the
Sundaland/Philippine Sea Plate deformed boundary-The Philippines and eastern
Indonesia, Geophysical Journal International, v. 139, p. 296–316.
Risk Engineering, (2007), Software for Eartquake groundmotion estimation, user manual,
background and theories, attenuation function, USGS.
Reiter, L. (1990), Earthquake Hazard Analysis: Issues and Insights. Columbia University Press,
New York.
Sieh, K., dan Natawidjaja, D., (2000), Neotectonics of the Sumatran fault, Indonesia, J. Geophys.
Res. 105, 28295–28326.
Silver, E.A., Reed, D., dan McCaffrey, R., (1983), Back Arc Thrusting in the Eastern Sunda Arc,
Indonesia: A Consequence of Arc Continent Collisin, Journal of Geophysical Research,
Vol. 88, No. B9, pp 7429-7448.
Standar Nasional Indonesia, (2002), Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan
Gedung (SNI 03-1726-2002), Badan Standardisasi Nasional.
Stepp, J.C. (1973), Analysis of the Completeness of the Earthquake Hazard Sample in the Puget
Sound Area, NOAA Technical Report, ERL 267-ESL 30, Boulder, CO.
Tim Revisi Peta Gempa Indonesia, (2010), Ringkasan Hasil Studi Tim Revisi Peta Gempa
Indonesia 2010, Bandung I Juli 2010, Laporan Studi.
Wiemer, S., (2001), A software package to analyze seismicity: ZMAP. Seismological Research
Letters, 72(2):373–382.

Anda mungkin juga menyukai