Anda di halaman 1dari 6

PENDAHULUAN

Analisa tetangga terdekat atau yang lebih dikenal dengan nama nearest neighbour analysis
memerlukan data tentang jarak antara satu permukiman dengan permukiman yang paling
dekat yaitu permukiman tetangganya yang terdekat. Analisa ini dikenalkan oleh Clark dan
Evans merupakan suatu metode analisa kuantitatif geografi yang digunakan untuk
menentukan pola persebaran permukiman. Dalam melakukan analisa ini harus diperhatikan
berbagai langkah sebagai berikut:
1. Tentukan batas wilayah yang akan diamati. Dalam tugas ini, saya menggunakan peta Rupa
Bumi Indonesia (RBI) lembar 1507 – 431 (Pacitan) dengan skala 1:25.000.
2. Membuat deliniasi wilayah permukiman, lalu mengubah pola penyebaran pemukiman
seperti yang terdapat dalam peta RBI menjadi pola penyebaran dengan titik. Pelaksanaan
langkah ini menggunakan kertas kalkir.
3. Berikan nomor urut bagi setiap titik untuk mempermudah cara menganalisanya.
4. Ukurlah jarak tedekat, yaitu jarak pada garis lurus antara satu titik dengan titik yang lain
yang merupakan tetangga terdekatnya dan catatlah ukuran jarak ini
5. Hitunglah besar parameter tetangga terdekat.
Dari hasil pengukuran diperoleh data sebagai berikut :

Data Hasil Pengukuran

No

Titik Pemukiman
Jarak pada peta(cm)

1 1-2 1,8
2 3-4 1,6
3 4-5 1,5
4 5-7 1,9
5 6-7 1,4
6 7-8 1,2
7 9-4 2,2
8 10-11 2
9 12-13 1,3
10 13-15 1,1
11 14-15 0,9
12 17-18 1
13 15-16 2,7
14 19-20 1,8
15 21-22 1,5
16 23-6 2,1
17 24-29 2,6
18 25-30 3,8
19 26-27 2,9
20 27-50 1,8
21 28-35 2,8
22 29-50 2,5
23 30-26 2
24 31-32 3,5
25 32-33 2,5
26 33-34 2,8
27 34-41 1,9
28 35-37 1,7
29 36-38 1,9
30 37-36 2,7
31 38-40 0,5
32 39-38 1,4
33 40-39 1,2
34 41-42 2
35 42-43 3
36 44-41 2,6
37 45-44 1,8
38 46-45 2,5
39 47-37 4,4
40 48-31 4,4
41 49-35 2,4
Jumlah

87,6
Menghitung besar parameter tetangga terdekat (T) dengan rumus T=

Diketahui :

Skala Peta = 1 : 25.000


Ukuran Peta (A4):
Panjang = 28,5 cm
Lebar = 20,2 cm
Luas = (28,5 20,2) cm = 575,7 cm2

Luas Sebenarnya = Luas dalam Peta : Skala


= 575,7 : ( 1 : 25.000)
= 575,7 x 25.000
= 14.392.500 cm2
= 143,925 km2
Jumlah N = 50 Permukiman
J = 87,6 cm

Ditanya : T ?

Maka
Jumlah J= Jumlah Jarak Pada Peta x Skala
= 87,6 x 25.000 = 2190000 cm
= 21,9 km

Ju = 0,43
P = 0,34
Jh = 0,86

T= Ju/Jh= 0,43/0,86= 0,5

PEMBAHASAN

Daerah yang diteliti dalam menganalisis data tetangga terdekat adalah sebagian wilayah
kabupaten Pacitan yang terdiri dari wilayah Kelurahan Pacitan, sebagian wilayah Kelurahan
Sidoharjo, Kelurahan Pucangsewu, Kelurahan Baleharjo, Kelurahan Ploso, sebagian Desa
Sambong, Sebagian Desa Semanten, Desa Widoro, Desa Sumberharjo, Desa Tanjungsari,
sebagian Desa Nanggugan, sebagian Desa Arjowinangun, sebagian Desa Menadi, sebagian
Desa Sirnoboyo. Dalam penyebaranpemukiman wilayah Pacitan umumnya daerah
pemukiman mengelompok pada daerah tertentu. Hal tersebut dikarenakan karena keadaan
mata pencaharian, kesuburan wilayah, wilayah yang menguntungkan dari segi ekonomis
(sekitar tempat wisata), dll. Selain itu, hal tersebut dikarenakan penduduk desa mencari
tempat tinggal yang dekat dengan lahan pertanian, yang dekat pasar, dll. Jika dilihat dari
sebarannya, penduduk kota justru penyebaran, pola tetangga tedekat lebih jauh daripada
penduduk desa. Hal tersebut bisa dilihat dari garis penghubung dimana pada daerah kota
justru lebih panjang dibandingkan pada daerah-daerah pedesaan. Dari hasil perhitungan di
atas dapat diketahui bahwa nilai T adalah 0,5. Dengan memperhatikan data sebagai berikut :

Kriteria
0

Clustered (Mengelompok)

Random (Tersebar Tidak Merata atau Acak)

2,15
Uniform (Tersebar Merata atau Seragam)

Dari tabel diatas memperoleh hasil bahwa pola penyebaran pemukiman wilayah kabupaten
Pacitan adalah Pola Clustered atau Mengelompok.

KESIMPULAN
Pola permukiman pada wilayah Kabupaten Pacitan adalah Pola Clustered atau
Mengelompok. Pola permukiman Clustered atau Mengelompok pada wilayah Pacitan
kemungkinan besar karena adanya beberapa faktor sebagai berikut:
1. Daerah dengan topografi yang datar dan dikelilingi daratan-daratan tinggi (pegunungan)
2. Aksesbilitasnya mudah walaupun terpisah sungai besar
3. Dekat dengan pusat kota dan pusat pemerintahan
4. Wilayah kota terhimpit oleh pegunungan-pegunungan sehingga susah jika menyebar
5. Pusat kegiatan dominan pada wilayah kota
6. Sebagian besar wilayah Pacitan berupa pegunungan, sehingga pemukiman terbentuk pada
wilayah-wilayah tertentu.
7. Mata pencaharian yang berbeda berdasarkan letaknya (nelayan, petani)

Sumber Referensi
1. Rindarjno, Moh. Gamal. (2012). “SLUM” Kajian Permukiman Kumuh dan Perspektif
Spasial. Surakarta: Media Perkasa.
2. J.Fik. Timothy. (2000). The Geography Of Economic Development. USA: University of
Florida

Anda mungkin juga menyukai