Setelah membaca modul 3 dan materi tuton, mari kita diskusikan apa yang perlu disiapkan ketika akan melakukan wawancara sejarah lisan.
Selamat berdiskusi.
Mempersiapkan perlengkapan wawancara mulai dari membuat ikhtisar wawancara
mengetahui riwayat hidup pemisah yang akan diwawancarai, membuat kuesioner dan pertanyaan-pertanyaan baik pokok maupun umum sebagai pegangan dan dasar untuk melakukan wawancara serta penggunaan tape dan pita rekam. Di samping itu, akan disampaikan pula beberapa contoh perlengkapan dan cara penggunaan peralatan untuk mendukung tercapainya pelaksanaan wawancara. Perlunya dilakukan pembuatan ikhtisar wawancara adalah untuk membuat garis- garis besar dalam mempersiapkan pelaksanaan wawancara atau memberikan gambaran secara singkat mengenai wawancara sejarah lisan yang akan dilaksanakan. Demikian juga pembuatan kuesioner yang perlu. Sedangkan membuat daftar pertanyaan pokok dan umum pada dasarnya untuk mempermudah dalam mempersiapkan pelaksanaan kegiatan itu. Daftar pertanyaan yang akan disampaikan kepada pemisah dapat berupa pertanyaan yang bersifat biografi atau topikal untuk buku catatan, digunakan agar pewawancara dapat mencatat kata-kata asing atau penting lainnya yang disampaikan oleh pengisah. Juga sebagai bahan referensi apabila hasil rekaman tersebut akan dibuat transkripnya. Sementara peralatan rekaman wawancara sangat diperlukan beberapa hal yang harus diperhatikan adalah mudah dalam menggunakannya bisa dibawa kemana-mana dapat diandalkan daya rekamnya mutu suaranya bagus dan jernih. Berbagai jenis dan merek alat perekam telah berkembang di masyarakat, dari tape recorder hingga digital recorder titik bahkan saat ini tidak hanya merekam suara saja bahkan sudah merambah wawancara video di mana kita bisa merekam seluruh kegiatan yang berlangsung saat wawancara termasuk tingkah laku pemisah, keadaan sekelilingnya, bahkan kalau dimungkinkan tempat tinggal pengisah direkam pula. Untuk menjamin lancarnya pelaksanaan wawancara, ada beberapa hal pokok yang harus dicermati, yang mungkin akan terbinanya keterbukaan pengisahan dalam menyampaikan informasinya, diantaranya adalah: 1. Pengumpulan sumber-sumber tertulis yang berhubungan dengan peranan yang pernah dilakukan pemisah 2. Mengenali watak, kebiasaan dan tingkat intelektual melalui teman atau sahabat karibnya 3. Mempelajari ciri-ciri fisik pengisah, umur, pendidikan, pekerjaan, dan lingkungan pergaulannya 4. Mempertimbangkan kemungkinan adanya kejenuhan pada pemisah karena sudah sering diwawancarai pihak lain pada waktu-waktu sebelumnya 5. Berusaha membangun kesan pada pemisah bahwa dia adalah orang penting dan oleh sebab itu kesaksian dan pengalamannya perlu direkam 6. Membina keagamaan dengan pemisah dapat dilakukan melalui ikatan primordial: rasa sedaerah, sehobi, senasib, dan sebagainya Menyadari beberapa pertimbangan yang disampaikan dan disimpulkan bahwa perbuatan kuesioner ini diperlukan bila pewawancara merasa kesulitan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan terhadap pengisah yang akan diwawancarainya. Namun pembuatan kuesioner ini setidaknya dapat mempermudah pewawancara dalam menelusuri latar belakang kehidupan pengisah. Pembuatan kuesioner yang menggunakan bahasa selain bahasa Indonesia perlu dipertimbangkan juga siapa kira-kira yang akan menterjemahkannya. Hal ini perlu agar apa yang diisi oleh pengisah sudah dapat dipahami maksudnya. Barangkali perlu dibentuk tim kecil untuk membahas hasil pengisian kuesioner oleh pemisah guna memperjelas maksud isiannya. Keuntungan yang diperoleh dengan cara ini adalah pewawancara akan lebih menghayati isi tiap pertanyaan karena mereka merasa ikut terlibat dalam pemikiran penerjemahnya. Bila sudah dicapai langkah itu maka hasil bahasanya dapat dikopikan dan dibagikan kepada semua pewawancara sebagai pedoman untuk melaksanakan kegiatan itu. Salah satu sisi penting lainnya bila akan melaksanakan wawancara sejarah lisan adalah membuat daftar pertanyaan pokok dan umum. Pembuatan daftar ini dibuat pada dasarnya adalah sama dengan lainnya, yaitu untuk mempermudah dalam pelaksanaan kegiatan itu. Daftar pertanyaan yang akan disampaikan kepada pemisah dapat berupa pertanyaan yang bersifat biografis dan topikal. Langkah-langkah yang perlu sebagai pertimbangan untuk membantu pewawancara agar dapat memulai wawancara dengan baik dan sistematis: 1. Pertanyaan pokok, biasanya dibuat dalam pokok-pokok saja seputar permasalahan yang diangkat tanpa merinci lebih jauh dari sub-sub pertanyaan. Dengan pertanyaan pokok ini diharapkan wawancara sudah dapat mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan berikutnya yang masih berkaitan dengan pokok permasalahan di atas. Upaya ini harus terus dilakukan pewawancara sebagai bagian yang tidak terpisahkan dan pengisian kuesioner tadi, bila memang pewawancara merasa membuat kuesioner tersebut. Pertanyaan pokok selain untuk pegangan pewawancara juga dapat diberikan kepada pemisah sebagai pertimbangan agar wawancara yang akan dilangsungkan tidak akan jatuh menyimpang dari hal-hal yang ditanyakan itu. dengan pemberian daftar tersebut, pemisah akan mempelajari dan memahami kira-kira apa saja yang akan disampaikan sesuai dengan daftar tersebut. Hal ini juga akan dapat membantu pemisah mengingat kembali peristiwa masa lalu. 2. Pertanyaan umum, merupakan pengembangan dari pertanyaan pokok. Daftar ini tidak selalu harus diberikan kepada pemisah titik untuk pengisa cukup dengan memberikan daftar pertanyaan pokok saja. Sebagai pewawancara menganggap bahwa keberadaan daftar pertanyaan umum ini tidak selalu dianggap penting karena pewawancara dapat saja mengembangkan sendiri pertanyaan-pertanyaan lain dari pertanyaan pokok tadi. Selain perlengkapan, persiapan lainnya yang dapat dipakai untuk melaksanakan kegiatan wawancara adalah peralatan perekam. Keberadaan alat itu sangat penting artinya untuk kelangsungan pewawancara. Seperti wawancara belum tentu dapat dilaksanakan tanpa kehadiran alat itu. Apabila kita menengok ke belakang jauh sebelum orang menemukan peralatan rekaman, catatan menjadi alat utama dalam wawancara. Apapun yang disampaikan oleh orang itu maka pewawancara akan mencatatnya. Kondisi sekarang pasti jauh berbeda dengan masa lalu sekarang pewawancara dapat menggunakan alat perekam apabila melakukan wawancara. Namun perlu diperhatikan adalah pakailah peralatan wawancara yang mudah diperoleh dan dibawa kemana-mana. Mulailah untuk merencanakan peralatan apa saja yang diperlukan untuk wawancara. Adapun beberapa alat perekam yang dapat dipergunakan seperti tape recorder berbasis pita, kaset digital recorder atau alat perekam digital, handphone, perekam berbasis audio video, microphone.