Anda di halaman 1dari 56

MODERASI BERAGAMA MENURUT PERSPEKTIF KYAI DAN GURU

DI PONDOK PESANTREN PPAI DARUN NAJAH KARANGPLOSO


MALANG

TUGAS AKHIR

HIKMAT GUMELAR

NIM. 1901011810

UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022
MODERASI BERAGAMA MENURUT PERSPEKTIF KYAI DAN GURU
DI PONDOK PESANTREN PPAI DARUN NAJAH KARANGPLOSO
MALANG

TUGAS AKHIR

Diajukan kepada Universitas KH. A. Wahab Hasbullah Untuk memenuhi

persyaratan penyelesaian

Program Sarjana

HIKMAT GUMELAR

NIM. 1901011810

UNIVERSITAS KH. A. WAHAB HASBULLAH

FAKULTAS AGAMA ISLAM

PRODI S1 PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

2022

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :
Nama : Hikmat Gumelar
NIM : 1901011810
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam, Universitas KH.A. Wahab Hasbullah
Judul TA : Moderasi Beragama Menurut Perspektif Kyai dan Guru di
Pondok Pesantren PPAI Darun Najah Karangploso Malang
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar-benar tulisan saya, dan bukan merupakan plagiasi baik sebagian atau
seluruhnya, kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata cara
penulisan karya ilmiah.
Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Tugas Akhir ini
hasil plagiasi, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut
sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Jombang, 22 September 2022


Yang membuat pernyataan

Materai Rp 10.000,

Hikmat Gumelar
NIM. 1901011810

3
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir oleh : Hikmat Gumelar


NIM : 1901011810
Judul : MODERASI BERAGAMA MENURUT
PERSPEKTIF KYAI DAN GURU DI PONDOK
PESANTREN PPAI DARUN NAJAH
KARANGPLOSO MALANG ini telah disetujui dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diajukan ujian Tugas
Akhir.

Jombang, 22 September 2022


Dosen Pembimbing,

M. Kris Yuan, M.Pd


NIDN. 0712019203

4
HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir Oleh : Hikmat Gumelar

NIM : 1901011810

Judul : MODERASI BERAGAMA MENURUT


PERSPEKTIF KYAI DAN GURU DI PONDOK
PESANTREN PPAI DARUN NAJAH
KARANGPLOSO MALANG ini telah dipertahankan di
hadapan dewan penguji pada tanggal 22 September 2022

Dewan Penguji, Tanda Tangan Tanggal Selesai

1. Hilyah Ashoumi M. Pd. I ............................ ............................


NIDN. 0705058803

2. M. Kris Yuan M. Pd ............................ ............................


NIDN. 0712019203

Mengesahkan, Mengetahui,
Dekan Fakultas Agama Islam Kaprodi Pendidikan Agama Islam

H. Wafiyul Ahdi, M.Pd.I Mohammad Saat Ibnu Waqfin, S.Pd.I., M.Pd


NIDN. 0721037902 NIDN. 0730078403

5
ABSTRAK

Gumelar, Hikmat, 2022. “Moderasi Beragama Menurut Perspektif Kyai dan Guru
di Pondok Pesantren PPAI Darun Najah Karangploso Malang”. Tugas Akhir.
Fakultas Agama Islam. Universitas KH. A. Wahab Hasbullah Jombang. Dosen
pembimbing : M. Kriss Yuan, M. Pd.

Kata kunci: Moderasi, Perspektif, Kyai dan Guru.


Sikap berlebih-lebihan dalam beragama adalah suatu penyakit yang
membahayakan. Sikap itu diharam dan dilarang menurut syari’at. Sikap itu dapat
mendatangkan akibat-akibat buruk bagi setiap individu maupun masyarkat. Juga
dalam hal akidah,pemikiran hukum,syariat serta prilaku dan tindakan. Membina
mental dan watak untuk menjadi manusia yang berkualitas juga disertai dengan
iman dan taqwa serta menguasai ilmu dan teknologi dalam rangka peningkatan
kualitas sumber daya manusia supaya dapat mengatasi masalah-masalah yang
terjadi. Berdasarkan latar belakang diatas, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui dan mendeskripsikan moderasi beragama di Pesantren PPAI Darun
Najah Karangploso Malang menurut perspektif Kyai dan Ustadz. Penelitian ini
menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Data – data penelitian
dikumpulkan menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data secara induktif, yaitu
menganalisis data berdasarkan fakta yang bersifat khusus untuk menghasilkan
kesimpulan tentang fakta peristiwa yang terjadi. Hasil dari penelitian yang peneliti
lakukan menunjukan bahwa pemahaman moderasi beragama di Pondok Pesantren
PPAI Darun Najah Karangploso Malang yang disebarluaskan oleh Kyai dan Guru
tidak hanya terletak pada strategi pembelajaran, Kyai dan Guru juga
memanfaatkan media-media sosial terkini. Dengan dibekali paham – paham
moderasi beragama oleh Kyai dan Guru dipesantren dapat menjadikan para santri
di Pondok Pesantren PPAI Darun Najah memiliki etika bersosial yang baik
dengan masyarakat, mengambil keputusan dengan bijaksana, serta toleran
terhadap siapapun sesuai dengan nilai-nilai Moderasi Beragama. Sehingga hasil
dari pemahaman moderasi beragama yang diperoleh para santri dapat
terealisasikan di kehidupan sehari-hari.

6
ABSTRACT
Gumelar, Hikmat, 2022. "Religious Moderation According to the Perspective of
Kyai and Teachers at the PPAI Darun Najah Karangploso Malang Islamic
Boarding School". Final Project. Faculty of Islamic Religion. KH University. A.
Wahab Hasbullah Jombang. Supervisor: M. Kriss Yuan, M. Pd..

Keywords: Moderation, Perspective, Kyai and Teacher..


Excessive religious attitudes are a dangerous disease. This attitude is
forbidden and prohibited according to Shari'a. That attitude can have bad
consequences for each individual and society. Also in terms of creed, legal
thinking, sharia and behavior and action. Fostering mentality and disposition to
become a quality human being is also accompanied by faith and piety and
mastering science and technology in order to improve the quality of human
resources in order to overcome the problems that occur. Based on the background
above, this study aims to find out and describe religious moderation in pesantren
PPAI Darun Najah Karangploso Malang according to the perspective of Kyai and
Ustadz. This research uses a qualitative type of descriptive research. Research
data are collected using observation, interview and documentation methods. In
this study, researchers used data analysis inductively, namely analyzing data
based on facts of a special nature to produce conclusions about the facts of the
events that occurred.The results of the research conducted by the researchers
showed that the understanding of religious moderation at the PPAI Darun Najah
Karangploso Malang Islamic Boarding School disseminated by Kyai and Guru did
not only lie in learning strategies, Kyai and Guru also utilized the latest social
media. By being equipped with understanding of religious moderation by Kyai
and Guru, they can make students at the PPAI Darun Najah Islamic Boarding
School have good social ethics with the community, make wise decisions, and be
tolerant of anyone in accordance with the values of Religious Moderation. So that
the results of the understanding of religious moderation obtained by the students
can be realized in everyday life.
.

7
MOTTO

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi
pula kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu, sesungguhnya allah
maha mengetahui”
(QS. Al-Baqarah : 216)

“You don’t have to be great to start, but you have to start to be great”
(Zig – Ziglar)

“Lakukan hal kecil dengan cinta yang besar agar memperoleh hasil yang
maximal”
(Anonim)

8
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah yang tak terkira kepada Allah SWT yang telah
melimpahkan Rahmat, Taufiq, Inayah dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan Tugas Akhir dengan judul “Moderasi Beragama
Menurut Perspektif Kyai dan Guru di Pondok Pesantren PPAI Darun Najah
Karangploso Malang”.

Shalawat serta salam, keberkahan yang seindah-indahnya, semoga selalu


terlimpah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, serta
para sahabatnya, yang telah membawa lentera peradaban manusia dari
keterpurukan menuju terang benderang.

Penulisan dan penyusuna Tugas Akhir ini bertujuan untuk memenuhi salah
satu persyaratan dalam rangka menyelesaikan program Sarjana Pendidikan
Agama Islam Universitas KH. A. Wahab Hasbullah sebagai wujud serta
partisipasi penulis dalam mengembangkan dan mengaktualisasi ilmu-ilmu yang
telah penulis peroleh selama di bangku kuliah.

Tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain hanya ungkapan terimakasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan informasi,
inspirasi, dorongan semangat dan revisi. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
terimakasih kepada :

1. Untuk diri saya sendiri yang telah berjuang dan bertahan hingga
saat ini dapat menyelesaikan perkulihan.
2. Kedua orang tua tercinta Ibu Ai Rani dan Bapak Yusuf Jahroni
yang senantiasa melimpahkan kasih sayang yang tak ternilai dan
dukungan baik materil maupun spiritual serta Adik saya Ilham
Maulana dan Muhamad Lutfi Syarif Aziz.
3. Bapak Dr. H. Anton Muhibuddin, M.P selaku Rektor Universitas
KH. A. Wahab Hasbullah Jombang.
4. Bapak M. Wafiyul Ahdi, SH., M.Pd.I selaku ketua Dekan Fakultas
Agama Islam Universitas KH. A. Wahab Hasbullah Jombang.

9
5. Bapak Mohammad Saat Ibnu Waqfin, M.Pd selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Agama Islam Universitas KH. A. Wahab
Hasbullah Jombang.
6. Bapak Muhammad Kris Yuan, M.Pd Selaku Dosen pembimbing
yang senantiasa memberikan saran, nasehat dan bimbingan yang
sangat berarti bagi penulis untuk menyelesaikan penulisan tugas
akhir ini.
7. K.H. Achmad Muchtar Ghozali selaku pengasuh PPAI Darun
Najah Karangploso Malang yang memberikan didikan serta ilmu
kepada penulis.
8. Kyai Abu Yazid Al-Bustomi selaku Direktur Madrasah Darun
Najah Karangploso Malang yang telah memberikan izin untuk
mengadakan penelitian guna menyusun tugas akhir ini.
9. Bapak, ibu dosen beserta staff karyawan Fakultas Agama Islam
Universitas KH. A. Wahab Hasbullah Jombang yang telah
memberikan pengajaran dan ilmunya kepada penulis serta
membantu penulis dalam melancarkan penyusunan Tugas Akhir
ini.
10. Dewan guru Pondok Pesantren PPAI Darun Najah Karangploso
Malang yang telah memberikan pengajaran dan ilmunya kepada
penulis serta selalu memberikan bimbingan, motivasi dan semangat
dalam melancarkan penyusunan Tugas Akhir ini.
11. Kepada semua teman seperjuangan santri PPAI Darun Najah
Karangploso Malang angkatan 2016 serta semua teman mahasiswa
Universitas KH. A. Wahab Hasbullah Jombang angkatan 2019
yang selama ini selalu memberikan motivasi, bantuan dan
memberikan saran dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
12. Terakhir penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang tak pernah
putus untuk memberi saya semangat serta motivasi untuk belajar
yang namanya tidak dapat penulis tuliskan satu persatu dalam
Tugas Akhir ini. Mudah-mudahan bernilai ibadah dan
mendapatkan pahala dari Allah SWT amin.

10
Semoga jasa dan budi baik semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan Tugas Akhir ini mendapat imbalan yang setimpal dari Allah AWT.

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis menyadari bahwa dunia ini
tidak ada yang sempurna, begitu juga dengan penulian Tugas Akhir ini, yang tidak
luput dari kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan
dan kerendahan hati penulis sangat mengharapkan saran dan kritikan yang bersifat
konstruktif demi kesempurnaan tugas akhir ini.

Akhirnya dengan segala bentuk kekurangan dan kesalahan, penulis berharap


sungguh dengan Rahmat dan izin-Nya mudah-mudahan Tugas Akhir ini bisa
bermanfaat bagi orang lain khususnya bagi penulis.

Malang, 22 September 2022

Penulis

Hikmat Gumelar

NIM. 190111810

11
DAFTAR ISI

MODERASI BERAGAMA MENURUT PERSPEKTIF KYAI DAN GURU


DI PONDOK PESANTREN PPAI DARUN NAJAH KARANGPLOSO
MALANG...............................................................................................................ii

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN............................................................iii

HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................................iv

HALAMAN PENGESAHAN................................................................................v

ABSTRAK.............................................................................................................vi

KATA PENGANTAR...........................................................................................ix

DAFTAR ISI........................................................................................................xii

BAB I.......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah........................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................3

C. Tujuan Penelitian..................................................................................3

D. Manfaat Penelitian................................................................................3

BAB II KAJIAN TEORI.......................................................................................5

A. Landasan Teori......................................................................................5

1. Pengertian Moderasi Beragama.............................................................5

B. Penelitian Terdahulu.............................................................................8

C. Kerangka Berpikir...............................................................................13

BAB III..................................................................................................................14

METODE PENELITIAN....................................................................................14

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian..........................................................14

12
B. Kehadiran Peneliti...............................................................................14

C. Lokasi Penelitian.................................................................................15

D. Sumber Data........................................................................................15

E. Prosedur Pengumpulan Data...............................................................16

F. Teknik Analisis Data...........................................................................17

G. Pengecekan Keabsahan Data...............................................................18

BAB IV..................................................................................................................20

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN..................................................20

A. Hasil Penelitian...................................................................................20

B. Pembahasan.........................................................................................30

BAB V....................................................................................................................20

PENUTUP.............................................................................................................20

A. Kesimpulan.........................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................22

LAMPIRAN-LAMPIRAN..................................................................................24

13
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sesungguhnya Allah telah mengutus para rasul serta menurunkan kitab-
kitab dan syari’at- syari’at sebagai pelita bagi umat manusia dalam kehidupan
mereka, sebagai penerang dalam amal-amal perbuatan mereka, sebagai jalan
yang lurus dalam mu’amalah mereka dan sebagai keimanan yang benar dan
murni dalam akidah mereka. Sehingga , mereka dapat keluar dari kondisi -
kondisi kegelapan menuju kondisi yang penuh dengan cahaya dan
mendapatkan petunjuk kepada cara yang lebih lurus. Juga mengajak mereka
kepada sesuatu yang dapat membuat mereka tetap hidup di dunia dan akhirat
dengan sesuatu yang sesuai dengan fitrah yang sehat dalam jiwa insaniah1.
Sikap berlebih-lebihan dalam beragama adalah suatu penyakit yang
membahayakan. Sikap itu diharam dan dilarang menurut syari’at. Sikap itu
dapat mendatangkan akibat-akibat buruk bagi setiap individu maupun
masyarkat. Juga dalam hal akidah,pemikiran hukum,syariat serta prilaku dan
tindakan2.
Islam adalah agama allah yang mengajak kepada bersikap tengah-
tengah(moderat,I’tidal) pada semua aspek kehidupan yaitu, bersikap moderat
dalam beragama; dalam aspek akidah, syariat, ibadah, peraturan, sikap, dan
akhlaq3.
Indonesia sebagai negara yang memiliki penduduk muslim terbanyak
didunia menjadi sorotan penting dalam hal modernisasi Islam. Moderasi adalah
ajaran inti agama Islam. Islam moderat adalah paham keagamaan yang sangat
relevan dalam konteks keberagamaan dalam segala aspek baik agama, adat
istiadat, skuku dan bangsa itu sendiri4 .

1
Muhammad Zuhaili, Moderat dalam Islam,(Jakarta : Akbar Media Eka Sarana,2005 hal-1
2
Ibid, hal-25
3
Ibid, hal - V
4
Dede Rosyada, Hukum Islam dan Pranata Sosial,(Jakarta : LP2M UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, 2017

1
2

Pemahaman tentang moderasi beragama di indonesia ini masih sangatlah


minim sekali, terutama bagi santri Pondok Pesantren PPAI Darun Najah.
Pemahaman tentang moderasi beragama haruslah dipahami bagi setiap
manusia, supaya dapat lebih mengenal rasa toleran, terhadap sesama muslim
ataupun non muslim. Pemahaman tentang moderasi beragama harus dipahami
secara kontekstual bukan secara tekstual artinya bahwa moderasi dalam
beragama di Indonesia bukanlah Indonesia yang di moderat kan tetapi cara
pemahaman dalam beragama yang harus moderat karena Indonesia memiliki
banyak kultur budaya dan istiadat. Moderat dalam beragama ini dapat
menjawab berbagai problematika dalam keagaman dan peradaban global yang
tidak kalah penting bahwa muslim moderat mampu menjawab dengan lantang
disrtai dengan tindakan damai dengan kelompok berbasis radikal ekstrim dan
puritan yang melakukan segala halnya dengan tindakan kekerasan.
Membina mental dan watak untuk menjadi manusia yang berkualitas juga
disertai dengan iman dan taqwa serta menguasai ilmu dan teknologi dalam
rangka peningkatan kualitas sumber daya manusia supaya dapat mengatasi
masalah-masalah yang terjadi. Seperti halnya perbedaan perbedaan yang
banyak kita jumpai di Indonesia dalam segala aspek. Dalam hal ini terdapat
banyak lembaga-lembaga yang bisa menuntun manusia ke jalan yang
diharapkan tersebut yang antara lain ialah pondok pesantren.
Pondok pesantren merupakan bagian dari Pendidikan Islam di Indonesia
yagn didirikan sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan zaman. Hal ini terlihat
dari perjalanan sejarahnya, Pondok pesantren merupakan Lembaga Pendidikan
agama islam yang didirikan di Indonesia jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pesantren sudah ada bahkan sebelum munculnya Lembaga Pendidikan bergaya
kolonial Belanda. Perkembangan pesantren yang relaatif cepat di Indonesia
dibuktikan dengan banyaknya pesantren di berbagai daerah.
Pondok pesantren adalah tempat orang berkumpul untuk belajar
tentang Islam. Selain itu, santri yang tinggal bersama didekat ustadz di
pesantren dapat menggambarkan bahwa pesantren adalah tempat belajar
sekaligus tempat tinggal. Cara mengajar, belajar dan hidup pada umumnya
masih tradisional dan sama seperti dahulu, meskipun Sebagian telah
3

mengadopsi metode modern dengan perubahan zaman. Namun, tetap tidak


berangkat dari tradisi pesantren yang sudah berlangsung lama.
Perkembangan pesantren dan penyebarannya hingga ke pelosok desa
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari penyebarannya islam di
Indonesia. Dari segi social minat masuk pesantren semakin meningkat dari
tahun ke tahun, sehingga perlu dicermati secara mendalam perkembangan
pesantren saat ini sesuai dengan misi pendidikannya yaitu mendidik santri
dengan kualitas agama. Begitu pula dengan Pesantren PPAI Darun Najah di
Desa Ngijo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.
Kuatnya minat masyarakat untuk masuk ke pondok pesantren ini
merupakan pertanda positif di kalangan umat Islam khususnya pendalaman
ilmu agama, serta membentengi santri dengan iman dan taqwa supaya tidak
membuat keputusan -keputusan(sikap) kekerasan (ekstrem)di masyarakat
kelak.
Berdasarkan uraian diatas sebagaimana dijelaskan, sangat terlihat bahwa
pemahaman tentang moderasi beragama di masyarakat sangatlah kurang. Maka
dari itu peneliti tertarik untuk mengangkat judul “Moderasi Beragama
Menurut Perspektif Kyai dan Guru”. Dari sini diharapkan dapat menemukan
pemecahan masalah sehingga dapat mencapai tujuan seperti apa yang
diharapkan.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka ada permasalahan yang
perlu dirumuskan, yaitu: Bagaimanakah pandangan moderasi beragama di
Pesantren PPAI Darun Najah Karangploso Malang menurut perspektif Kyai
dan Guru ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk
membahas moderasi beragama menurut perspektif Kyai dan Guru.

D. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan penulis untuk penelitian ini
antara lain :
4

1. Manfaat khazanah ilmiah bagi pepustakaan sebagai referensi atau


rujukan tentang pembelajaran moderasi beragama bagi semua
kalangan yang membutuhkan penelitian.
2. Sebagai bahan informasi dan menambah wawasan tentang paham-
paham moderasi beragama di kalangan lembaga, baik Pendidikan
non formal maupun formal.
3. Bagi fakultas ini, fokus studi ini diharapkan bermanfaat sebagai
masukan, referensi, bahan dokumentasi historis dan bahan
pertimbangan untuk mengambil sebuah keputusan-keputusan yang
tidak ekstrem.
4. Diharapkan dapat berguna bagi lembaga-lembaga lain, khususnya
lembaga Pendidikan formal tentang moderasi.
5. Manfaat pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat menjadi
pijakan dalam perumusan penelitian selanjutnya yang lebih
mendalam khususnya yang berkenaan dengan penelitian mengenai
pemahaman tentang moderasi beragama.
5
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Landasan Teori

1. Pengertian Moderasi Beragama


Moderasi diartikan sebagai pengurangan kekerasan dan penghindaran
ekstremisme5. Contohnya adalah keberanian. Sifat berani dianggap baik
karena ia berada di antara sifat ceroboh dan sifat takut 6 . Dalam al Mujam
al Wasith disusun oleh Lembaga Bahasa Arab Mesir yang dikemukakan
dalam Bahasa arab dengan kesimpulan adalah “sesuatu yang bersifat
(wasath) pertengahan haruslah yang tidak terlepas dari kedua sisinya”. Yang
berarti tidak memihak kepada dua belah pihak7.

Dalam QS. Al Baqarah ayat 143, kata wasatha dalam kosa kata
Bahasa Arab, mengandung beberapa pengertian, yaitu: adalah (keadilan),
khiyar (pilihan terbaik), dan pertengahan.

‫َو َك ذاِلَك َج َع ْلنآُك ْم ُاَّم ًة َّو َس ًط ا ِّلَت ُك ْو ُنوا ُشَه َد اَء َع َلى الَّن اِس َو َي ُك ْو َن الَّر ُسْو ُل َع َلْي ُك ْم َش ِه ْيدۗا َو َم اَج َع ْلَن ا اْلِقْب َلَة‬

‫اّلِتي ُكْن َت َع َلْيهَا ِااّل َع لي َع ِقَب ْي ِۗه َو ِاْن َك اَنْت َلَك ِبَر ًة ِااّل َع َلي اّلِذيَن َه َد ُۗهّللا َو مَا َك اَن ُهّللا ِلُيِض يَع ِاْي َم اَن ُكْۗم ِاَّن َهّللا‬
)١٤٣ :‫ِبالّناِس َلَر ُءوٌف َّر ِحْي ٌم ( البقرة‬.

Artinya : “Dan demikian (pula), kami telah menjadikan kamu (umat


Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas
(perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
(perbuatan) kamu. Dan kami tidak menetapkan kiblat yang menjadi
kiblatmu (sekarang) melainkan agar kami mengetahui (supaya nyata) siapa
yang mengikuti Rasul dan siapa yang membelot. Dan sungguh (pemindahan
kiblat) itu terasa amat berat, kecuali bagi orang-orang yang telah diberi

5
M. Quraish Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam Tentang Moderasi Beragama,(Tanggerang
Selatan: Lentera Hati, 2020), hal-1
6
Lukman Hakim Saifuddin, Tanya Jawab Moderasi Beragama, (Jakarta:Badan Litbang Diklat
Kementrian Agama RI, 2019), hal-1
7
Ibid, hal-3

5
6

petunjuk oleh Allah; dan Allah tidak akan menyia-nyiakan imanmu.


Sesungguhnya Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang kepada
manusia.” (QS. Al-Baqarah: 143).

Dalam arti di atas, kata tersebut memiliki dua makna, yaitu selalu
menghindari perilaku atau pernyataan yang ekstrem dan cenderung memilih
jalan tengah. Dari tinjauan Bahasa di atas, moderasi atau moderat secara
umum mengedepankan keseimbangan dalam sikap, moral, dan keyakinan
ketika berinteraksi dengan individu yang lain).

Kata agama berasal dari bahasa sanskerta dari penggalan huruf a


berarti tidak dan gama berarti kacau, jadi agama diartikan tidak kacau. Arti
ini relevan dengan pengertian agama yang dikemukakan oleh Emile
Durkheim yaitu suatu sistem yang terdiri dari kepercayaan serta praktik
yang berhubungan dengan hal suci dan menyatukan para penganutnya
dalam suatu komunitas moral umat.

Sedangkan beragama merupakan sikap penganut agama yang harus


sesuai dengan apa yang diinginkan oleh agama yang diyakini. Semisal
agama ingin kedamaian, penganut agama harus mewujudkan dan berusaha
demi berjalannya kedamaian di kehidupan bermasyarakat sejalan dengan
nilai-nilai yang diajarkan pada agama yang diyakini8.

Demi mempertahankan tegaknya keadilan maka diperlukan adanya


keseimbangan dan berada di tengah-tengah dalam bersikap (Litbang
Kemenag, 2010:73). Sikap Seimbang dalam al Qur’an dijelaskan sebagai
berikut: Sikap seimbang dalam Al Qur’an dijelaskan sebagai berikut :

‫هّللا‬
‫َو اْب َت ِغ ِفيَم ا آتَك ُ الَّداَر األِخَر َة َو اَل َت ْن َس َن ِص ْي َبَك ِمَن الُّد ْن َي ا َو َاْح ِس ْن َك َم ا َاْح َس َن ُهّللا اَلْي َك َو َال َت ْب ِغ‬
) ۷۷ ‫الَفسَاَد ِفي اأْل ْر ِۗض ِاَّن َهّللا اَل ُيِحُّب اْلُم ْف ِس ِدْي َن (سورة القصص‬

Artinya: “Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah


kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang
lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu
8
Khairan M. Arif, Moderasi Islam, dalam Artikel 2021 hal-6
7

berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai


orang-orang yang berbuat kerusakan”. (al Qhasash: 77)

Menurut Yusuf Qardhowi hakikat adil adalah pertengahan antara dua


sisi yang bertentangan dengan tidak cenderung pada salah satunya 9 . Dalam
konteks uraian tentang moderasi beragama, para pakar sering kali merujuk
kepada ayat Al-Baqarah (2): 143 yang berbunyi :

‫َو َك َذ ِلَك َج َع ْلَن ا ُك ْم ُأَّم ًة َو َس ًط ا ِّلَت ُك ْو ُنوا ُشَه َد اَء َع َلى الّناِس َو َي ُك ُو َن الَّر ُسْو ُل َع َلْي ُك ْم َش ِه ْي ًد ۗا‬

“Dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu, ummatan wasathan


agar kamu menjadi saksi-saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul
(Muhammad saw) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu.

Nah, kalimat ‫ َو َك ذاِلَك َج َع ْلَن ا ُك ْم ُأّم ًة َو َس ًط ا‬dijadikan sebagai titik tolak uraian
tentang “moderasi beragama” dalam pandangan Islam sehingga moderasi
mereka namai wasathiyyah, walau sebenarnya ada istilah-istilah lain yang
juga dari Al-Qur’an yang maknanya dinilai oleh para pakar sejalan dengan
wasathiyyah dan yang itu tidak jarang mereka kemukakan antara lain karena
pengertian kebahasaan tentang wasathiyyah belum mencakup Sebagian
makna yang dikandung hakikat moderasi yang dikehendaki Islam10.

: ‫ (أُّي األْد َي اُن أَح ُّب إلى هللا؟ َق اَل‬: ‫م‬.‫ ِقْي َل ِلَر ُسْو ِل ِهللا ص‬: ‫َع ْن ِاْب ِن َعَب اس َر ِض َي هللا َع ْن ه َق اَل‬
‫اْلَح َن ِفَي ُة الَس ْم َح ُة‬

Dari ibnu ‘Abbas RA bertanya kepada Rasul : Agama apakah yang


dicintai oleh Allah? Nabi menjawab : Agama yang lurus serta toleran.

Dari pernyataan dan ayat dan hadist diatas dapat disimpulkan


moderasi beragama adalah keadilan, toleransi (tasamuh) dan keseimbangan
(tawazun) dalam suatu pandangan, sikap maupun tindakan. Kesimbangan
merupakan proses perumpamaan dari sikap, cara pandang, sehingga
menghasilkan keadilan. Seseorang dikatakan memiliki sikap seimbang jika
9
Khairan M. Arif, Moderasi Islam, dalam Artikel 2021 hal-11
10
M. Quraish Shihab, Wasathiyyah, Wawasan Islam Tentang Moderasi Beragama,(Tanggerang
Selatan: Lentera Hati,2020), hal-6
8

ia tegas dalam berprilaku menurut pandangan yang bijaksana dan tidak


ekstrim kanan (radikalis-fundamentalis), ekstrim kiri (relativis-liberalis).

B. Penelitian Terdahulu
Pada bagian ini peneliti mencantumkan berbagai hasil penelitian
terdahulu yang terkait dengan penelitian yang hendak dilakukan, kemudian
membuat ringkasannya.

Kajian yang mempunyai relasi atau keterkaitan dengan kajian ini antara lain :

1) Ratna Sari Istahiriah (2020) dalam jurnal ilmiah yang berjudul


“Konsep Moderasi Beragama prespektif tafsir al-Misbah
(Karya: M.Quraish Shihab). Penelitian ini bertujuan membahas
pandangan tokoh yang dianggap mempunyai pandangan khusus
tentang moderasi beragama presfektif Muhammad Quraish
Shihab. Adapun Teknik pengumpulan datanya adalah metode
kepustakaan (library research) yaitu penelitian dengan jalan
mengumpulkan data, baik dari prime maupun sekunder,
pengolahan data yang sudah terkumpul, menganalisa data, dan
mengambil kesimpulan. Adapun hasil dari penulisan ini adalah
Moderasi adalah jalan pertengahan, dan ini sesuai dengan
ajaran Islam, sesuai dengan fitrah manusia 5 saja.
2) Rabiah Al Adawiyah (2020) dalam jurnal Keamanan Nasional
yang berjudul “Pemahaman Moderasi Beragama dan Prilaku
Intoleran terhadap Remaja di Kota-Kota Besar di Jawa Barat
Volume 6, No 2 (2020). Penelitian ini akan menggabarkan
pemahaman dan sikap remaja di kota-kota besar di Jawa Barat
dalam Moderasi Beragama, dan korelasinya dengan prilaku
intoleran. Penelitian ini dilakukan menggunakan metode
kuantitatif. Tujuan dari hasil penelitian ini untuk mengetahui
pemahaman dan sikap siswa menengah atas dalam moderasi
beragama, pengaruh Pendidikan Agama, Serta korelasinya
terhadap sikap dan interaksi siswa dalam toleransi antar umat
beragama di 3 kota besar di Jawa Barat.
9

3) Muhammad Abror (2020) dalam jurnal pemikiran Islam Vol-1


No-2 (2020) yang berjudul “Moderasi Beragama Dalam
Bingkai Toleransi”. Tujuan pembahasan ini ialah menelaah
lebih dalam tentang moderasi beragama di tinjau dari aspek
toleransi. Penelirtian ini merupakan jenis penelitian library
research,yaitu suatu penelitian yang data-datanya berasal dari
literatur-literatur yang terkait dengan obyek penelitian,
kemudian dianalisis muatan isinya. Hal ini dimaksudkan agar
mendapatkan gambaran yang jelas,bagaimana sebenarnya
moderasi beragama dan toleransi serta batas-batasnya.
4) Fauziah Nurdin (2021) dalam jurnal ilmiah Al- Mu’ashirah
yang berjudul “Moderasi Beragama Menurut Al-Qur’an dan
Hadist, yang bertujuan untuk mengetahui apakah Al-Qur’an
dan Hadist sebagai kitab suci umat Islam mempunyai akar dan
berpotensi besar mengajak umatnya untuk melakukan
kekerasan dan teror terhadap umat beragama lain Volume 18,
Nomer 1 (2021), penelitian tersebut menggunakan metode
tafsir mauhu”I yaitu mengangkat satu topik kemudian memilih
beberapa ayat dan hadist yang berkenaan dengan moderasi
beragama kemudian menghubungkan dengan konteks konteks
yang terkait dengan konteks-konteks yang terkait dengan
masalah yang dikaji. Hasil penelitian menunjukan bahwa Al-
Quran dan hadist tidak mengajak umat Islam untuk melakukan
kekerasan, ekstrem dan berlebih-lebihan dalam beragama.
5) Fichri Husain Rafi (2021) dalam jurnal ilmiah yang berjudul
“Implementasi Sikap Moderasi Beragama Pada Santri Pondok
Pesantren Miftahul Ulum Susukan Ungaran Timur Kabupaten
Semarang Tahun 2021”. Penelitian ini bertujuan
mendeskripsikan implementasi sikap moderasi beragama pada
santri pondok pesantren Miftahul Ulum Susukan Ungaran
Timur Kabupaten Semarang, serta untuk mendeskripsikan
bagaimana pandangan santri dan kebijakan kiai tentang sikap
10

moderasi beragama pada santri pondok pesantren Miftahul


Ulum. Jenis Penelitian ini adalah jenis penelitian lapangan
(fiwld research) dan bersifat kualitatif deskriptif. Sumber data
dalam penelitian ini meliputi sumber primer yakni wawancara
kepada pengasuh pondok,ustad,pengurus pondok, santri dan
sumber sekunder yang berupa foto-foto kegiatan terkait. Hasil
penelitian skripsi ini adalah: pandangan santri pondok
pesantren Miftahul Ulum susukan terhadap moderasi beragama
adalah membudidayakan islam yang baik, sopan santun
terhadap sesame santri, selalu memilih jalan tengan dalam
bersikap serta menghargai dan tidak membedakan satu sama
lain.
6) Siti Nuril Jamalia (2021) dalam skripsi yang berjudul
“Implementasi Pendidikan Moderasi Beragama di Madrasah
Tsanawiyah Nurul Wafa Desa Demung Kecamatan Besuki
Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran 2020/2021”. Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif
dengan jenis penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data
menggunakan teknik observasi, wawancara semi terstruktur,
dan dokumentasi lapangan. Analisis data menggunakan analisis
data kualitatif deskriptif dengan langkah-langkah kondensasi
data, penyajian data, serta kesimpulan dan verifikasi. Adapun
hasil penelitian yaitu : Implementasi pendidikan moderasi
beragama dalam aspek nasionalisme yang dilaksanakan di MTs
Nurul Wafa terdiri atas dua pelaksanaan yakni pelaksanaan di
luar kelas dan di dalam kelas. Diluar kelas yaitu melaksanakan
upacara bendera setiap hari senin, mengikuti upacara bendera
dengan khidmat, membuang sampah pada tempatnya.
Sedangkan didalam kelas yaitu melalui mata pelajaran PPKN,
materi tentang dinamika perwujudan Pancasila sebagai dasr
negara dan pandangan hidup bangsa.
11

7) Dedi Wahyudi (2021) dalam artikel moderatio vol 1 no-1


(2021) yang berjudul “Literasi Moderasi Beragama Sebagai
Reaktualisasi Jihad Milenial Era 4.0”. kajian ini mendedah
bagaimana literasi moderasi beragama di era 4.0 yang
memanfaatkan kemajuan pengetahuan dan teknologi informasi.
Kajian ini adalah bentuk penelitian kulitatif yang menggunakan
studi kepustakaan atau library research sebagai pendekatannya.
8) Rosyida Nurul Anwar dan Siti Muhayati (2021) dalam jurnal
pendidikan Al-Tadzkiyyah vol 12, no 1 (2021) yang berjudul
“Upaya Membangun Sikap Moderasi Beragama Melalui
Pendidikan Agama Islam Pada Mahasiswa Perguruan Tinggi
Umum”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan
dan menganalisi upaya mata kuliah PAI dalam menanamkan
nilai-nilai moderasi beragama dan membangun sikap moderasi
bagi mahasiswa. Penelitian ini menggunakan metode
pendekatan kualitatif dan teknik pengumpulan data
menggunakan observasi,wawancara dan dokumentasi. Hasil
penelitian menunjukan bahwa upaya PAI dalam membangun
sikap moderasi beragama mahasiswa melalui pemahaman
metedologi ajaran Islam, substansi kurikulum PAI diarahkan
pada karakter moderat, keteladanan dan sikap dosen PAI dan
adanya evaluasi.
9) Hamdi Saibatul,Munawarah dan Hamidah (2021) dalam artikel
Intizar yang berjudul “Revitalisasi Syiar Moderasi Beragama di
Media Sosial: Gaungkan Konten Moderasi Untuk Membangun
Harmonisasi” Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang
potret buram kekosongan syiar moderasi beragama, urgensi
konten moderasi beragama di media social, dan menggelorakan
syiar moderasi di moderasi di media social. Metode yang
digunakan adalah library research dengan mengumpulkan data-
data berupa literatur yang relevan dari artikel
jurnal,buku,laporan, dan berita kemudian dianalisis dan
12

dihubungkan dengan temuan penelitian sebagai tawaran solusi


permasalahan. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa hal ini
terbukti dari dominasi paham konservatif yang semakin marak
bermunculan.
10) Ahmad Saufi (2022) dalam skripsinya yang berjudul “Moderasi
Beragama menurut penafsiran Habib Ali Al-Jufri dalam kitab
Al-Insaniyyah”. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
metode studi kualitatif dengan bentuk penelitian Pustaka
(library research). Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode deskriptif analitik. Dari hasil
penelitian, ditemukan bahwa yang dimaksud moderasi
beragama menurut Habib ‘Ali Al-Jufri adalah sebisa mungkin
untuk menciptakan perdamaian, mengurangi pertumpahan
darah, menebar kebaikan dan menegakkan keadilan.
13

C. Kerangka Berpikir
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif, istilah yang diberikan pada penelitian ini yaitu alamiah, intraksi,
simbolik, prespektif kedalam , humanistic dan deskriptif. Penelitian kualitatif
adalah metode penelitian sistematis digunakan pada sebuah pengamatan secara
intensif suatu objek peristiwa dengan metode pengumpulan dan analisis data
untuk menghasilkan kesimpulan secara deskriptif tanpa ada manipulasi dan
pengujian hipotesis. Penelitian ini menggunakan penelitian lapangan (field
research) peneliti mengadakan pengamatan tentang suatu peristiwa dalam suatu
keadaan alamiah di lapangan. Penelitian kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan objek penelitian, mengungkap makna dibalik peristiwa dan
menjelaskan peristiwa yang terjadi11.

Peneliti dalam hal ini berperan segalanya dalam proses penelitian.


Kemudian kegiatan peneliti adalah mendeskripsikan secara intensif dan
terperinci tentang gejala dan fenomena yang diteliti.

B. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif ini kehadiran peneliti di lapangan sangat
dibutuhkan guna memperoleh data sebanyak mungkin dan mencari keabsahan
dari data yang diperoleh, dalam penelitian kualitatif peneliti sendiri atau
dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Dalam
penelitian kualitatif, peneliti berperan serta dalam mengadakan pengamatan
dan mendengarkan secara cermat. Dalam proses pengumpulan data yamg
dilakukan, dengan observasi, dokumentasi dan wawancara, peneliti bertindak
sebagai pengamat partisipan pasif. Maka untuk itu peneliti harus bersikap
11
Rafi Irfanuddin, Implementasi Sikap Moderasi Beragama Pada Santri, (Semarang : IAIN
Salatiga, 2021)
15

sebaik mungkin, hati-hati dan sungguh-sungguh dalam menyaring data sesuai


dengan kenyataan di lapangan sehingga data yang terkumpul benar-benar
relevan dan terjamin keabsahannya.

C. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian yang akan dilaksanakan di Pondok Pesantren PPAI
Darun Najah yang berada di Jl. Pesantren No.51, Ngijo, Kec. Karangploso
Kab. Malang Jawa Timur Indonesia. Alasan peneliti melakukan penelitian di
Pondok Pesantren PPAI Darun Najah adalah karena lokasi yang mudah
dijangkau dan juga memperoleh data yang sesuai dengan fokus masalah yang
diajukan.

D. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh. Sedangkan sumber data kualitatif adalah sumber
data yang disuguhkan dalam betuk dua parameter, yakni sumber data primer
dan sekunder.

1. Data Primer
Data Primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
langsung dari sumber asli (tidak melalui perantara) dengan
melakukan, observasi, wawancara, dokumentasi dan hasil pengujian
terbaru12. Data-data yang dikumpulkan adalah yang berkaitan dengan
presfektif(pandangan) moderasi beragama menurut Kyai dan Guru di
Pondok Pesantren PPAI Darun Najah. Subjek dari penelitian ini ialah
Kyai dan Guru di Pondok Pesantren PPAI Darun Najah.

2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (orang lain).
Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan yang telah
tersusun dalam arsip (data documenter) yang dipublikasikan dan yang

12
Hardani, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, (Yogyakarta : Pustaka Ilmu Yogyakarta,
2020) hal- 247
16

tidak dipublikasikan13. Dengan demikian data sekunder dapat


diperoleh melalui literasi digital ataupun non digital dan foto.

E. Prosedur Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara
lain:

1. Observasi
Observasi merupakan pengamatan terhadap perilaku seseorang
dalam situasi tertentu14. Peneliti dalam hal ini menggunakan metode
partisipasi pasif, yaitu peneliti datang ke tempat yang diamati.
Observasi yang dilaksanakan peneliti yaitu dengan mengamati serta
meninjau bagaimana aktivitas moderasi beragama yang dilakukan di
Pondok Pesantren PPAI Darun Najah, Kemudian Mendokumentasikan
guna mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini.

2. Wawancara
Wawancara adalah percakapan antara dua orang mengenai suatu
objek yang spesifik. Wawancara digunakan sebagai teknik
pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan
untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, dan apabila
peneliti ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari responden
dan jumlah respondennya kecil/sedikit.
Dalam hal ini peneliti menggunakan jenis wawancara terstruktur
yang dilakukan pada kyai dan guru/ustadz Pondok Pesantren PPAI
Darun Najah guna mengetahui pandangan moderasi beragama
menurut Kyai, dan guru/ustadz. Peneliti menggunakan metode tanya
jawab yang ditunjukan agar mendapatkan informasi pemahaman
moderasi beragama.

3. Dokumentasi
13
Hardani, Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif, (Yogyakarta : Pustaka Ilmu Yogyakarta,
2020) hal- 247
14
Salis Yuniardi, Observasi: Teori dan Aplikasi Dalam Psikologi, (Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang, 2018) hal-3
17

Menurut Sugiyono dokumentasi adalah suatu cara yang


digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk
buku,arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan
serta keterangan yang dapat mendukung penelitian 15. Metode
dokumentasi ini digunakan untuk memperkuat dan melengkapi data
dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan. Dalam hal ini,
peneliti menghimpun data yang diperlukan berupa foto-foto, gambar,
tulisan, ataupun dokumentasi-dokumentasi lain yang dibutuhkan.

F. Teknik Analisis Data


Analisis data menurut Sugiyono adalah proses mencari dan Menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan
dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, Menyusun ke dalam pola,
memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain16.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis data secara induktif,


yaitu menganalisis data berdasarkan fakta yang bersifat khusus untuk
menghasilkan kesimpulan tentang fakta peristiwa yang terjadi 17. Model analisis
yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis Miles dan Huberman dengan
tiga kegiatan analisis data, yaitu: reduksi data, penyajian data dan penarikan
kesimpulan.

1. Reduksi data
Reduksi data menurut (Sugiyono, 2012: 247) adalah suatu
kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan
pada hal yang penting, dicari tema dan polanya pada data tersebut.
Hasil dari reduksi antara lain ialah suatu data akan menghasilkan

15
http://repository.stei.ac.id/2172/4/BAB%20III.pdf hal-35
16
Ibid hal-36
17
Rafi Irfanuddin, Implementasi sikap moderasi beragama pada santri, (Semarang : IAIN Salatiga
2021) hal-41
18

gambaran yang lebih jelas dan dipermudah peneliti untuk


pengumpulan data.

2. Penyajian data
Penyajian data berarti menyajikan kumpulan data informasi
valid yang tersusun untuk mempermudah peneliti dalam penarikan
kesimpulan. Menurut Miles dan Huberman, penyajian data yang
sering digunakan dalam penelitian kualitatif dengan teks yang bersifat
naratif.
3. Kesimpulan
Tahap Kesimpulan menurut (Latipah,2016:50) merupakan
kegiatan untuk mencari data yang telah dikumpulkan dengan mencari
hubungan antar data dan membandingkan kesesuaian pernyataan dari
subjek penelitian dengan konsep dasar penelitian.
Peneliti dalam penelitian ini menggunkan analisis kualitatif
dengan tahapan pengumpulan data, menyeleksi data, dan
penyederhanaan data. Jadi, peneliti menyederhanakan data dalam
bentuk paparan untuk memudahkan pemahaman pembaca, setelah itu
data dijelaskan dan dipaparkan sedetail mungkin kemudian diambil
kesimpulan secara umum.

G. Pengecekan Keabsahan Data


Pengecekan data dalam hal ini peneliti menggunakan validitas interbal
(credibility) pada aspek nilai kebenaran data. Dengan teknik triangulasi,
triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai
cara dan waktu. Dalam teknik ini peneliti menggunakan tiga jenis triangulasi
yaitu, triangulasi sumber, triangulasi metode, dan triangulasi waktu.

1. Triangulasi Sumber
Tringulasi sumber yaitu menggali kebenaran informasi tertentu
dengan menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip,
hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan wawancarai lebih
19

dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang


berbeda18. Untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan
pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber. Dalam
melakukan pengecekan data yang bersumber dari narasumber yang
dijadikan subjek penelitian, peneliti melakukan wawancara pada
narasumber untuk memperoleh data.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode merupakan teknik pengecekan keabsahan
data dengan melakukan lebih dari satu prosedur dan metode
pengumpulan data yang sepadan. Tringulasi metode dilakukan dengan
cara membandingkan informasi atau data dengan cara yang berbeda.
Pada tahapan ini peneliti melakuakn pengecekan data yang diperoleh
melalui teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Untuk
menjadikan data tersebut sesuai yang diharapkan peneliti.

3. Triangulasi Waktu
Triangulasi waktu merupakan teknik pengecekan kebenaran
suatu informasi dari seseorang yang sama akan tetapi di lain waktu.
Tujuan dari tringulasi waktu ini adalah untuk pengecekan apakah
informasi dari seseorang pada hari pertama tersebut tetap konsisten
dengan jawabannya di hari berikutnya. Pada tahapan ini peneliti
melakukan pengecekan informasi yang telah diamati melalui teknik
observasi, dan dokumentasi untuk menjadikan data tersebut sesuai
dengan harapan peneliti.

18
https://www.dqlab.id/teknik-triangulasi-dalam-pengolahan-data-kualitatif.
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Berdasarkan Observasi
a. Kyai I
Berdasarkan obeservasi dengan kyai I, ini sangat sesuai
dengan kriteria moderasi itu sendiri, tidak ekstrim kiri dan
juga tidak ekstrim kanan. Implikasinya adalah ketika beliau
bertegur sapa dengan yang lain beliau tersenyum, Kyai I selalu
mengikuti atau mengadakan kegiatan yang bersatu dengan
tradisi, yang berkaloborasi dengan kebudayaan seperti halnya,
maulid nabi, ziarah kubur, tahlilan.
Pada tanggal 25 Ramadhan 1437 H/ 29 Juli 2016 M
Kyai I telah menerbitkan sebuah kitab dengan nama
‫( تيسير الخالق و ادلة األخالق‬Taisirul Kholaq Wa Adilatul Akhlaq)
yang berisi antara lain : tentang cara bersosialisai di
masyarakat, perilaku-perilaku di kalangan masyarakat, cara
kita bermoderasi beragama, prinsip-prinsip moderasi
beragama, dan cara mencintai negara dan masih banyak lagi
didalam kitabnya.
b. Kyai II
Berdasarkan observasi dengan Kyai II, ini sudah sangat
relevan. Terdapat dari beberapa contoh dari Kyai II salah
satunya yang peneliti dapatkan yaitu Kyai II tidak fanatik
terhadap apapun baik dalam organisasi ataupun yang lainnya,
dan juga seorang yang ilmiah dengan wawasan ilmu yang luas.
Berbagai macam prestasi telah diraih oleh Kyai II, mulai
tingkat kecamatan, antar sekolah/pesantren hingga antar
nasionalpun pernah diraihnya, ini membuktikan bahwasanya
21

Kyai II ini sangatlah luas pengetahuannya, baik dari bidang


agama ataupun bidang sosial.
Kyai II ini juga bisa dikatakan sebagai Kyai muda yang
sangat milenial, tidak hanya dari pidato, tausiyah atau
ceramah-ceramah ke masyarakat sekitar tapi Kyai II ini juga
mengajak masyarakat/mendoktrin kepada seluruh masyarakat
tentang moderasi menggunakan media-media sosial saat ini,
seperti halnya facebook, youtube dan lain-lain.
c. Guru I
Berdasarkan observasi dengan Guru I, ini sudah sesuai
dengan kriteria moderasi itu sendiri, beliau sering menghadiri/
mengisi acara pada kegiatan-kegiatan yang dihadiri dari
pimpinan-pimpinan dari agama lain (selain agama islam),
mendoktrin para jama’ah agar selalu menjadi insan yang
moderat, dan selalu memberi contoh-contoh dari sikap
moderat.
Kehidupan Guru I tidak hanya bersosialisasi dengan
sesama agama saja, bahkan disekitar lingkungan tempat
tinggal beliapun terdapat banyak sekali yang berbeda agama.
Cara Guru II mensyiarkan ajaran-ajaran bermoderasi agama
tidak hanya dari tausiyah, ceramah-ceramah atau yang lainya
akan tetapi Guru II ini juga mensyiarkan melalui media-media
terkini baik dari siaran radio (radio madinah FM), facebook,
youtube dan lain-lain.
Syiar(menyebar luaskan) moderasi beragam yang
dilakukan oleh Guru I tidak hanya dari dalam kota, bahkan
luar kotapun sering menjadi saksi syiar dari Guru I yang antara
lain : seperti halnya seminar, kegiatan organisasi dan lain-lain.
d. Guru II
Berdasarkan observasi dengan Guru II, ini sudah sesuai
dengan kriteria moderasi itu sendiri, seperti halnya beliau
pernah mendonor darah ke orang lain, juga selalu mengikuti
22

acara-acara yang berkaloborasi dengan tradisi dan budaya, dan


pernah menjaga gereja saat pelaksanaan natal dan ibadah-
ibadah lainnya.
Cara yang digunakan oleh Guru II dalam menyebar
luaskan moderasi beragama salah satunya dengan mengikuti
organisasi-organisai yang didalamnya sangatlah menjunjung
moderasi beragama, toleran kepada siapapun, dan peduli
kepada siapapun.
Tidak hanya dengan mengikuti organisasi-organisasi,
Guru II pun memanfaatkan media sosial-media sodial untuk
memberi sarana menambah wawasan moderasi beragama bagi
siapapun.

2. Berdasarkan Wawancara
a. Kyai I
Berdasarkan wawancara dengan kyai I (kediaman Kyai I
pada hari sabtu tanggal 6 Agustus 2022 pukul 16:00) , ini
sangat sesuai dengan kriteria moderasi itu sendiri. banyak
dikehidupan kyai yang slalu dilandasi dengan moderat dengan
landasan berpegang teguh kepada kebenaran akan tetapi
sikapnya antara lain : 1. Tasamuh penuh toleransi 2. Tawasuth
dan I’tidal yang berpegang kepada keadilan 3. Tawazun yang
artinya seimbang. Kyai I juga memberikan sebuah dalil yang
dikuti dari kitab Taisirul Kholaq Wa Adilatul Akhalq19 :

‫ (أُّي األْد َي اُن أَح ُّب إلى هللا؟‬: ‫م‬.‫ ِقْي َل ِلَر ُسْو ِل ِهللا ص‬: ‫َع ْن ِاْب ِن َعَب اس َر ِض َي هللا َع ْن ه َق اَل‬
‫ اْلَح َن ِفَي ُة الَس ْم َح ُة‬: ‫َق اَل‬

“Dari ibnu ‘Abbas RA bertanya kepada Rasul : Agama apakah


yang dicintai oleh Allah? Nabi menjawab : Agama yang lurus
serta toleran (HR. Ahmad)”.

19
Al-Bustomi, Taisirul Kholaq Wa Adilatul Akhlaq, hal - 129
23

Setelah wawancara dengan kyai I seleseai, kemudian


peneliti melakukan wawancara kembali pada hari kamis
tanggal 11 Agustus 2022 yang bertujuan untuk pengecekan
kembali dengan hasil wawancara pada sebelumnya dan juga
ingin mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari kyai I
tentang moderasi beragama. Berdasarkan wawancara dengan
kyai I sesi ke-2, ternyata jawaban dari kyai 1 ini sama dengan
jawaban pada sebelumnya yang berargumen bahwasannya
moderasi beragama ialah suatu sikap yang berpegang teguh
kepada kebenaran yang antara lain : 1. Tasamuh (penuh
toleransi) 2. Tawasuth dan I’tidal yang berpegang teguh
kepada keadilan 3. Tawazun yang berarti seimbang.
Setelah melakukan wawancara sesi ke-2, peneliti masih
melakukan wawancara kembali pada hari selasa tanggal 16
Agustus 2022, dengan tujuan yang sama yaitu melakukan
triangulasi waktu (menggali kebenaran suatu informasi di lain
waktu). Berdasarkan hasil wawancara sesi ke-3 Kyai I
berargumen masih sama seperti argumen-argumen sebelumnya
yaitu sikap yang berpegang teguh kepada kebenaran dengan
prinsip Tasamuh, Tawasuth/i’tidal dan tawazun kemudian kyai
I menegaskan tentang harapannya tentang moderasi beragama
di Pondok Pesantren PPAI Darun Najah agar bisa selalu
bersikap bijaksana dalam segala hal.

b. Kyai II
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan Kyai II (hari
minggu tanggal 07 Agustus 2022) , ini sudah relevan dengan
kriteria moderasi itu sendiri. Kyai II berargumen
bahwasannya moderasi itu ialah cara bersikap yang tidak
ekstrim ke kanan dan juga tidak ekstrim ke kiri, juga tidak
terlalu fanatik dengan hal apapun. peneliti mendapatkan hal-
hal baru dari hasil wawancara dengan beliau, seperti halnya
24

beliau yang sangat ilmiah dalam keilmuannya. Beberapa


harapan terhadap moderasi beragama di Pondok Pesantren
PPAI Darun Najah yaitu; jangan sampai terpengaruh aliran-
aliran islam garis keras dan jadilah insan yang moderat.
Setelah melakukan wawancara sesi I dengan Kyai II
selesai, peneliti mengadakan wawancara kembali (hari jum’at
tanggal 12 Agustus 2022) dengan tujuan pengecekan dari hasil
wawancara pada sesi sebelumnya/ sesi I dan peneliti ingin
lebih mendalami tentang moderasi beragama. Berdasarkan
hasil wawancara sesi II ini, Kyai II berargumen sama dengan
apa yang beliau katakan di sesi I, yang meliputi moderasi
beragama ialah sikap yang tidak ekstrim kanan (islam garis
keras) yang mudah mengkafir-kafirkan orang lain yang
berbeda agama dan juga tidak ekstrim kiri (liberal), kemudian
tentang harapan beliau terhadap moderasi beragama di Pondok
Pesantren PPAI Darun Najah.
Setelah melakukan wawancara kepada Kyai II sesi ke-2,
peneliti mengadakan wawancara kembali (hari kamis tanggal
18 Agustus 2022) yang bertujan sama yaitu melakukan
triangulasi waktu (menggali kebenaran/pengecekan informasi
yang didapat pada sebelumnya di lain waktu). Berdasarkan
hasil wawancara dengan Kyai II sesi ke-3, yaitu masih
sama/konsisten dengan apa yang dikatakannya pada
wawancara sesi ke-1 dan 2 yang beranggapan moderasi
beragama ialah sikap yang tidak ekstrim ke kanan (islam garis
keras) yang mudah mengkafir-kafirkan orang lain yang
berbeda agama dan juga tidak ekstrim kiri (liberal), dan juga
tentang harapan Kyai II kepada Pondok Pesantren PPAI Darun
Najah tentang moderasi beragama yaitu : jangan sampai
terpengaruh dengan paham islam-islam garis keras dan jadilah
insan yang moderat.
25

c. Guru I
Berdasarkan wawancara dengan Guru I (hari senin
tanggal 8 Agustus 2022), ini sudah relevan dengan kriteria
moderasi itu sendiri. Moderasi beragama menurut presfektif
Guru I yaitu kita harus bisa menjadi manusiayang di tengah-
tengah, tidak condong ke kanan yaitu pemahaman seseorang
yang terlalu radikal/ ekstrem dan juga tidak condong ke kiri
pemahaman seseorang yang terlalu liberal atau
menggampangkan sesuatu hal. Moderasi beragama juga
bermakna kita memiliki tenggang rasa kepada sesama muslim
dan juga non muslim, menciptakan kedamaian, menegakan
keadilan, dan juga mengajak orang lain supaya berbuat
kebaikan kepada siapapun dengan cara bertutur kata yang baik
(mauidzoh khasanah).
Setelah melakukan wawancara dengan Guru I, Peneliti
kembali mewawancarai Guru I yang bertujuan untuk
melakukan pengecekan terhadap argumen-argumen Guru I
pada sesi ke-1 dengan argumen sesi ke-2 ini. Berdasarkan hasil
dari wawancara dengan Guru I pada sesi ke-2, argumen-
argumen Guru I ini sama dengan argumen-argumen
sebelumnya yang beranggapan moderasi beragama ialah sikap
tenggang rasa kepada sesama muslim dan juga non muslim,
menciptakan kedamaian, menegakan keadilan, dan juga
mengajak orang lain supaya berbuat kebaikan kepada siapapun
dengan cara bertutur kata yang baik (mauidzoh khasanah).
Kemudian beliau menambahkan bahwasannya seorang yang
moderat tidaklah fanatik terhadap apapun.
Setelah melakukan wawancara dengan Guru I sesi ke-2,
peneliti berkeinginan mewawancarai Guru I kembali dengan
tujuan triangulasi waktu(pengecekan jawaban-jawaban di sesi
sebelumnya dengan hasil jawaban yang terbaru) yang
terealisasi pada hari Sabtu tanggal 13 Agustus 2022.
26

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru I sesi ke-3, Guru I


masih berkomitmen dengan jawaban-jawaban pada sesi
sebelumnya masih sama dengan argumen-argumen
sebelumnya yang beranggapan moderasi beragama ialah sikap
tenggang rasa kepada sesama muslim dan juga non muslim,
menciptakan kedamaian, menegakan keadilan, dan juga
mengajak orang lain supaya berbuat kebaikan kepada siapapun
dengan cara bertutur kata yang baik (mauidzoh khasanah).
Kemudian beliau menambahkan bahwasannya seorang yang
moderat tidaklah fanatik terhadap apapun dan berharap
semoga moderasi beragama di PPAI bisa lebih toleran dengan
wawasan yang luas.

d. Guru II
Berdasarkan wawancara dengan Guru II (hari selasa
tanggal 09 Agustus 2022) ini sudah relevan dengan kriteria
moderasi itu sendiri. banyak yang peneliti dapatkan setelah
wawancara dengan beliau, beliau sangatlah mengedepankan
sikap moderasi. Beliau beranggapan moderasi yaitu sikap
berfikir secara objektif atau memandang sesuatu dari segala
sudut pandang. Guru I ini mencontohkan memandang dari
segala arah seperti halnya: si A beranggapan bahwa gajah
apabila dilihat dari belakang maka ekornya yang panjang,
sedangkan si B beranggapan gajah apabila dilihat dari depan
maka ekornyalah yang panjang. Dari contoh disini maka
seorang moderat(seorang yang tengah-tengah) beranggapan ke
dua-duanya adalah benar. Selain itu Guru II juga mempunyai
harapan terhadap moderasi di PPAI Darun Najah antara lain;
bersikap lebih bijaksana dalam segala hal dan bisa mengayomi
masyarakat sekitar.
Setelah melakukan wawancara dengan Guru II sesi
pertama, peneliti mengadakan wawancara kembali yang
27

bertujuan untuk pengecekan dengan hasil wawancara pada


sebelumnnya yang dilaksanakan pada hari minggu tanggal 14
Agustus 2022. Berdasarkan hasil dari dari wawancara sesi ke-2
, Guru II ini berargumen sama seperti halnya pada sesi
pertama, moderasi ialah sikap berfikir secara objektif atau
memandang sesuatu dari segala sudut pandang. kemudian
dilanjutkan dengan memberikan contoh-contoh dan diakhiri
dengan harapan semoga moderasi di PPAI Darun Najah ini
bisa bersikap lebih bijaksana dalam mengambil keputusan-
keputusan serta bisa mengayomi masyarakat.
Setelah melakukan wawancara sesi ke-2 dengan Guru II,
peneliti mengadakan wawancara kembali dengan tujuan
triangulasi waktu (pengecekan hasil wawancara sebelum-
sebelumnya dengan wawancara yang terbaru di lain waktu)
dan ingin lebih mengetahui lebih dalam tentang moderasi
beragama. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru II sesi
ke-3 (hari senin tanggal 20 Agustus 2022) Guru II berargumen
sama seperti halnya yang disampaikan sebelum-sebelumnya
tentang moderasi beragama yang antara lain ialah moderasi
beragama ialah sikap berfikir secara objektif atau memandang
sesuatu dari segala sudut pandang. kemudian dilanjutkan
dengan memberikan contoh-contoh dan diakhiri dengan
harapan semoga moderasi di PPAI Darun Najah ini bisa
bersikap lebih bijaksana dalam mengambil keputusan-
keputusan serta bisa mengayomi masyarakat.

3. Berdasarkan Dokumentasi
a. Kyai I
Berdasarkan hasil dokumentasi, ini sudah termasuk
dalam kategori moderasi, beliau tidak hanya menjalin
hubungan dengan sesama kasta/ sesama kyai, akan tetapi juga
menjalin hubungan dengan penduduk yang sangat
28

membutuhkan bantuan. Seperti halnya hasil dokumentasi yang


tertera, Kyai I ini melakukan kegiatan bakti sosial bersama
para keluarga dan para santri. Kegiatan bakti sosial bisa
menjadi acuan bahwasanya Kyai I ini sangat mengedepankan
moderasi beragama, tidak hanya bagi dirinya sendiri, akan
tetapi Kyai I ini mengajak bagi keluarganya bahkan sampai
santri-santrinya untuk menjadi insan yang moderat.

b. Kyai II
Berdasarkan hasil dokumentasi, ini sudah termasuk
dalam kategori moderasi, beliau memiliki pemahaman yang
sangatlah luas serta ilmiah baik dalam kategori moderasi
ataupun yang lainnya. Implkasinya beliau tidak mudah
mengambil sebuah keputusan tanpa mengetahui sebab-
sebabnya.
Sesuai dengan hasil wawancara Kyai II, luasnya
pengetahaun dan wawasan seseorang bisa menjadikan insan
yang moderat, tidak mudah untuk menyalahkan siapapun. Hal
ini sesuai dengan hasil dokumentasi yang tertera, dengan
banyaknya prestasi yang diraih oleh Kyai II.
29

c. Guru I
Berdasarkan hasil dokumentasi, ini sudah sesuai dengan
arti dari moderasi. Beliau sering mengisi acara/membuat acara
yang menghadirkan dari banyak kalangan, seperti halnya beda
agama, ras dan suku.
Hasil dokumentasi yang tertera ini sangatlah mendukung
dari hasil observasi dan hasil wawancara peneliti yang sesuai
dengan argumen-argumen Guru I tentang moderasi beragama.
Masyarakat disekitar tempat tinggal Guru I ini tidak hanya dari
satu agama, akan tetapi kehidupan Guru I ini dengan
masyarakat disekitarnya sangatlah rukun.
Dokumentasi yang tertera adalah salah satu bentuk
moderasi beragama yang dicontohkan oleh Guru I, tidak
membeda-bedakan agama dalam bersosialisasi.

d. Guru II
Berdasarkan hasil dokumentasi dengan Guru II, ini
sudah sesuai dengan arti dari moderasi itu sendiri. seperti
halnya beliau dan para teman yang sama-sama berdiskusi
untuk strategi penjagaan kegiatan ibadah dari kalangan nasrani
di sebuah gereja. Hasil dokumentasi ini sangatlah sesuai
dengan hasil dari wawancara dan observasi yang beranggapan
moderasi ialah suatu pemikiran dari berbagai sudut pandang,
dan saling mengayomi masyarakat.
Selain dari menjaga gereja di hari hari besar, Guru II ini
juga sering melakukan kegiatan yang berkaloborasi dengan
30

tradisi dan budaya seperti halnya ziaroh kubur, tahlilan,


istighosahan, selametan ( kenduren : dalam bahasa jawa).

Dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi di


atas, bisa disimpulkan bahwasanya moderasi beragama di
Pondok Pesantren PPAI Darun Najah sangat lah relevan
dengan arti dari moderasi itu sendiri. Argumen-argumen Kyai
I, Kyai II, Guru I, dan Guru II ini sudah sesuai dengan devinisi
dari moderasi, dan juga pengaplikasian moderasi beragama di
kehidupan Kyai I, Kyai II, Guru I, dan Guru II ini juga seudah
sesuai ,hanya saja yang membedakan dari penelitian di atas
yaitu cara menyebarluaskan paham moderasi beragama bagi
masyarakat umum, ada yang menggunakan media-media sosial
(facebook, youtube, dan instagram), seperti halnya
mengupload/share vidio edukasi tentang paham-paham
moderasi beragama, dan ada juga yang menyebarluaskan
paham-paham moderasi beragama melalui ceramah, seminar-
seminar atau pengajian-pengajian.

B. Pembahasan
Moderasi dalam bahasa inggris disebut moderation yang diartikan sebagai
rata-rata (average), buku (standard) inti (core). Agama menurut pengertian dari
Emile Durkheim yaitu suatu sistem yang terdiri dari kepercayaan serta praktik
yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan menyatukan para penganutnya
dalam suatu komunitas moral (umat).

Pemahaman tentang moderasi beragama dari presfektif kyai dan guru di


Pondok Pesantren PPAI Darun Najah yang saya wawancarai guna mencapai
31

tujuan penelitian yaitu sangat relevan dengan arti dari moderasi beragama itu
sendiri, tidak hanya dari pemahaman moderasi beragama saja, akan tetapi mereka
juga mengaplikasikan moderasi beragama kedalam kehidupan mereka sehari-hari
(moderat). Utuk meningkatkan pemahaman moderasi beragama bagi kalangan
santri di Pondok Pesantren PPAI Darun Najah, beliau selalu menyebarluaskan
(mendoktrin) pemahaman-pemahaman tentang moderasi pada saat pertemuan
dengan santri, pengajian, dan perkumpulan-perkumpulan seluruh warga pesantren
yang antara lain meliputi sifat tawasuth (mengambil jalan tengah), tawazun
(seimbang), i’tidal ( lurus dan tegas), tasamuh, dan syura (musyawarah), toleransi
kepada siapapun, tidak fanatik terhadap hal apapun, dan bertegur sapa ketika
bertemu dengan sesama.
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Hasil dari penelitian yang peneliti lakukan menunjukan bahwa


pemahaman moderasi beragama di Pondok Pesantren PPAI Darun Najah yang
disebarluaskan oleh Kyai dan guru tidak hanya terletak pada strategi
pembelajaran, Kyai dan Guru juga memanfaatkan media-media sosial terkini.
Dengan dibekali paham – paham moderasi beragama oleh Kyai dan Guru
dipesantren dapat menjadikan para santri di Pondok Pesantren PPAI Darun
Najah memiliki etika bersosial yang baik dengan masyarakat, mengambil
keputusan dengan bijaksana, serta toleran terhadap siapapun sesuai dengan
nilai-nilai Moderasi Beragama. Sehingga hasil dari pemahaman moderasi
beragama yang diperoleh oleh para santri dapat terealisasikan di kehidupan
sehari-hari.

B. Saran
Setelah dilaksanakannya penelitian Moderasi Beragama Menurut
Prespektif Kyai dan Guru di Pondok Pesantren PPAI Darun Najah, perlu
adanya saran atau masukan untuk perkembangan dimasa yang akan datang.

1. Bagi Universitas
Peneliti berharap Universitas Kh. Abdul Wahab Hasbullah
memiliki kurikulum khusus untuk pembelajaran Moderasi Beragama
kepada para mahasiswa, agar Dosen bisa mengembangkan dan
mempertahankan nilai-nilai Moderasi Beragama melalui kurikulum
tersebut, dan bagi mahasiswa bisa menjadi insan yang moderat sesuai
paham moderasi beragama.
21

2. Bagi Dosen
Peneliti berharap bagi para Dosen selalu konsisten dalam
mengembangkan, mempertahankan dan membekali nilai-nilai
Moderasi Beragama dalam kelas dengan memberikan pemahaman
urgensi mempelajari Moderasi Beragama dalam kehidupan sehari-hari
untuk mengahadapi percepatan arus media sosial.

3. Bagi Peneliti
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini jauh dari kata sempurna,
maka peneliti berharap agar ada penelitian dengan tema seperti ini
yang dikaji lebih dalam lagi dengan mencari subyek dan sumber
refrensi yang lebih banyak lagi agar mendapatkan hasil penelitian
secara maksimal.
22

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman, D. (2021). Moderasi Beragama: Dalam Bingkai Ke


Islaman. Bandung: Lekkas.

Abie, A. (2022). Moderasi Beragama menurut Penafsiran Habib Ali


Al-Jufri dalam Kitab Al-Insaniyyah Qablat Tadayyun.
Institutional Digital Repository.

Abror, M. (2020). Moderasi Beragama Dalam Bingkai Toleransi.


Rusydiah Jurnal Pemikiran Islam, 1.

Al-Bustomi, Y. (2006). Taisirul Kholaq Wa Adilatul Akhlaq.


Jakarta: PPAI Darun Najah.

fadhallah. (2020). Wawancara. Jakarta: UNJ Press.

Hakim Saifuddin, L. (2019). Tanya Jawab Moderasi Beragama.


Jakarta: Badan Litbang Diklat Kementrian Agama RI.

Hardani. (2020). Metode Penelitian Kualitatif & Kuantitatif.


Yogyakarta: Pustaka Ilmu .

Irfanuddin, R. (2021). Implementasi Sikap Moderasi Beragama Pada


Santri. Semarang: IAIN Salatiga.

Jamalia, N. (2021). Implementasi Pendidikan Moderasi Beragama Di


Madrasah Tsanawiyyah (MTs) Nurul Wafa Desa Demung
Kecamatan Besuki Kabupaten Situbondo Tahun Pelajaran
2020/2021. Digital Library UIN Khas Jember.

Keban, B. (2021). Harmonisasi umat beragama: Merawat


Keberagaman Dalam Bingkai Kebhinekaan. Surabaya: CV.
Global Aksara Press .

Khairan, M. (2021). Moderasi Islam. Jakarta: Badan Litbang RI.


23

Maulid Praditya, R. (2021). Teknik Triangulasi Dalam Pengolahan


Data Kualitatif. DoLab, 2.

Nurdin, A. (2019). Model Moderasi Beragam Berbasis Pesantren


Salaf. Islamica Jurnal studi Keislaman, 14.

Quraish Shihab, M., & Shihab, M. (2020). Wasathiyyah, Wawasan


Islam Tentang Moderasi Beragama. Tanggerang Selatan:
Lentera Hati.

Rosyada, D. (2017). Hukum Islam. Jakarta: LP2M UIN Syarif


Hidayatullah Jakarta.

Rosyida, Nurul, Anwar, & Muhayati, S. (2021). Upaya Membangun


Sikap Moderasi Beragama Melalui Pendidikan Agama Islam
pada Mahasiswa Perguruan Tinggi Umum. Al-Tadzkiyyah
Jurnal Pendidikan Islam, 12.

sugiono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kombinasi. Bandung: Alfabeta.

Wahyudi, D., & Kurniasih, N. (2021). Literasi Moderasi Beragama


Sebagai Reaktualisasi "Jihad milenial" Era 4.0.
Moderatio:Jurnal Moderasi Beragama dan Kebudayaan
Islam, 1.

Yuniardi, S. (2018). Observasi :Teori dan Aplikasi dalam Psikologi.


Malang: Universitas Muhammadiyyah Malang.

Zuhaili, M. (2005). Moderat dalam Islam. Jakarta: Akbar Media Eka


Sarana.
24

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Wawancara dengan Direktur Madrasah KH. Abu Yazid Al-Bustomi pada tanggal
6 Agustus 2022 bertempat di kediaman Kyai I.

Wawancara dengan KH. Ahmad Fauzi sebagai Kyai II pada tanggal 07


Agustus 2022 bertempat di kediaman Kyai I .

.
25

Wawancara dengan Hj. Luluk Farida sebagai Guru I pada tanggal 08 Agustus
2022 bertempat di kediaman orang tua Guru I.

Wawancara dengan Muslih Musthofa sebagai Guru II pada tanggal 09 Agustus


2022 bertempat di kediaman Guru II.

Buku/Kitab hasil terbitan KH. Abu Yazid Al-Bustomi


26

Surat Penerimaan Penelitian


27

HASIL WAWANCARA
Wawancara dengan KH. Abu Yazid Al- Bustomi sebagai Kyai I

Hikmat : Apa pengertian dari moderasi beragama?


Kyai I : Dalam bahasa arab moderasi ini disebut juga Wasathiyyah (islam yang
moderat) konsekuensi dari moderat ini ialah kita harus bisa memahami dengan
apa yang mereka jadikan pegangan/landasan dalam ekstrem kanan dan apa yang
mereka lakukan dalam ekstem kiri sehingga kita mengambil jalan tenganya.
Hikmat : Apa landasan kita memegang teguh moderasi beragama ?
Kyai I : Landasanya sangatlah jelas bagian dari ajaran Nabi Muhammad SAW
didalam Al-Qur’an Nabi diperintah oleh Allah

)107 :‫ األمبياء‬: ‫َو َم ا أْر َس ْلَناَك إّال َر ْح َم ًة ِللَع اَلِم ْين (سورة‬
‫ َر ْح َم ًة ِللَع اَلِم ْين‬memberikan konsekuensi bahwa kita harus universal dalam
memandang islam serta menempatkannya. Dalam memandang islam janganlah
terlalu ekstrem baik ekstrem kanan dan kiri.

‫ اْلَح َنِفَيُة‬: ‫ (أُّي األْد َياُن أَح ُّب إلى هللا؟ َقاَل‬: ‫م‬.‫ ِقْيَل ِلَر ُسْو ِل ِهللا ص‬: ‫َع ْن ِاْبِن َع َباس َرِض َي هللا َع ْنه َقاَل‬
‫الَسْمَح ُة‬
Dari ibnu ‘Abbas RA bertanya kepada Rasul : Agama apakah yang dicintai oleh
Allah? Nabi menjawab : Agama yang lurus serta toleran.
Dan toleransi disini hanya diperuntukan bagi hubungan sosial bukan hubungan
spiritual.
Hikmat : Sikap yang bagaimanakah yang dinamakan moderasi beragama?
Kyai I : jika kita merujuk kepada pernyataan dari kementrian Agama sikap
moderasi beragama bagi kita masyarakat indonesia dijabarkan dalam 4 hal : cinta
tanah air, mempunyai toleransi yang tinggi dengan perbedaan didalam berbangsa
dan negara, anti kekerasan, dan akomodatif terhadap budaya lokal.
seperti halnya hadist ini :

‫ اْلَح َنِفَيُة الَسْمَح ُة‬: ‫ (أُّي األْد َياُن أَح ُّب إلى هللا؟ َقاَل‬: ‫م‬.‫ ِقْيَل ِلَر ُسْو ِل ِهللا ص‬: ‫َع ْن ِاْبِن َع َباس َرِض َي هللا َع ْنه َقاَل‬

Dari ibnu ‘Abbas RA bertanya kepada Rasul : Agama apakah yang dicintai oleh
Allah? Nabi menjawab : Agama yang lurus serta toleran.
Toleransi disini hanya diperuntukan bagi hubungan sosial bukan hubungan
spiritual.
Hikmat : Mengapa kita harus menjadi seorang yang moderat dalam islam ?
Kyai I : 1. Perintah Al-Qur’an : 2 ,‫َو َم ا أْر َس ْلَناَك إّال َر ْح َم ًة ِللَع اَلِم ْين‬. Ajaran Nabi SAW :
3 ,‫إَّنما ُبِع ْثُت ُألَتِّم َم َم َك اِر َم األْخ الق‬. Kita sebagai mahkluk sosial yang hidup di indonesia.
Bhineka tunggal ika.
Hikmat : Apa sajakah prinsip-prinsip dalam moderasi beragama ?
Kyai I : Prinsip – prinsip moderasi beragama berpijak pada 4 prinsip dasar
yaitu : Tawasuth (mengambil jalan tengah),Tasamuh (Toleransi), Tawazun
(seimbang/flexsibel), dan I’tidal (Konsisten).
Hikmat : Bagaimanakah moderasi beragama di PPAI Darun Najah, apakah di
28

PPAI Darun Najah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip moderasi beragama ?


Kyai I : moderasi beragama di PPAI Darun Najah ini diajarkan melalui 2 hal.
Pertama secara konseptual, yang menjadi kekuatan di sini ialah pesantren yang
berbasis pada kitab ulama salaf, sehingga kemudian bagaimana santri bisa
mengerti tentang sikap dan pola bermoderasi dalam agama, maka kita
memberikan kekuatan kemampuan kepada mereka supaya dapat memahami
hakikat dari moderasi beragama itu sendiri. Kedua secara aplikatif. Secara aplikasi
sisini telah diajarkan tentang bagaimana kita dapat menerima pendapat orang lain
dengan cara Syawir (musyawarah)agar mereka siap bahwa berbeda itu adalah hal
yang indah.
Hikmat : Apa harapan dari moderasi beragama di pesantren PPAI Darun Najah?
Kyai I : Setelah para santri dibekali paham-paham moderasi baik dari kitab
taisirul kholaq ataupun dari kesehariannya, maka dari ini harapannya adalah
mereka menjadi kader- kader yang ketika terjun di masyarakat bisa mengamalkan
itu dan bisa mengajarkan kepada masyarakatnya.
Wawancara dengan Kyai Ahmad Fauzi sebagai Kyai II

Hikmat : Apa pengertian dari moderasi beragama ?


Kyai II : Moderasi itu diambil dari kata moderat, yang memiliki arti tengah-
tengah, seperti halnya moderator yang menengahi narasumber. Jadi moderasi ialah
sebuah sikap yang tidak terlalu ke kanan dan tidak ke kiri atau bisa disebut
Tawasuth dalam bahasa moderasi.
Hikmat : Apa landasan kita memegang teguh moderasi beragama ?
Kyai II : karena di dalam surat Al-Baqoroh (2) : 143
‫َو َك ذاِلَك َجَع ْلنآُك ْم ُاَّم ًة َّوَس ًطا‬
‫ًط‬
Kita telah dijadikan umat yang ‫ َّوَس ا‬yang tengah-tengah, karena Nabi SAW tidak
suka kepada umat yang yang terlalu ekstrem kanan (garis keras) dan juga kiri.
Seperti halnya sebuah Hadist :
‫َخْيُر اُألُم وِر أوَس ُطها‬
“Sebaik-baiknya perkara ialah yang tengah-tengah”
Hikmat : Sikap yang bagaimana yang dinamakan moderasi beragama ?
Kyai II : Sikap yang moderasi salah satunya ialah tidak fanatik terhadap apapun
serta ilmiah. Karena, jika kita menemukan sebuah fenomena kita dapat
mengambil sebuah keputusan dengan wawasan yang luas.
Hikmat : Mengapa kita harus menjadi seorang yang moderat dalam islam ?
Kyai II : Karena, yang biasanya tidak moderat ialah seorang yang fanatik dan
fanatik biasanya itu lebh condong kepada islam garis keras.
Hikmat : Apa sajakah prinsip-prinsip dalam moderasi beragama ?
Kyai II : Tawasuth ialah sikap yang tengah-tengah, Tasamuh yaitu toleran,
Tawazun ialah proporsional, dan I’tidal ialah tegas.
Hikmat : Bagaimanakah moderasi beragama di PPAI Darun Najah menururt
prespektif ustadz, apakah di PPAI Darun Najah sudah sesuai dengan prinsip-
prinsip moderasi beragama ?
Kyai II : setidaknya di Darun Najah ini telah dibekali paham-paham tentang
moderasi beragama serta praktek-prakteknya seperti halnya bermusyawarah yang
berbeda pendapat dll.
Hikmat : Apa harapan ustadz dari moderasi beragama di pesantren PPAI Darun
Najah ?
29

Kyai II : Harapannya adalah mereka ketika diluar itu tidak menjadi yang orang
yang fanatik, menjadi orang yang moderat, tidak mudah menyalahkan orang lain,
mempunyai ilmu yang luas sehingga apa yang terjadi di masyarakat ketika tidak
sama dengan teori-teori di dalam pesantren mereka bisa mencerna dengan hati
yang lapang.

Wawancara Hj. Luluk Farida sebagai Guru I

Hikmat : Apa pengertian dari moderasi beragama ?


Guru I : Moderasi itu ialah umat yang tengah-tengah, umat yang berpihak kepada
kebaikan dan kebenaran dari manapun asalnya.
Hikmat : Apa landasan kita memegang teguh moderasi beragama ?
Guru I : pertama dokumen yang paling kuat hingga saat ini ialah ayat alquran
pada surat al-baqoroh ayat 143 :

‫َو َك ذاِلَك َجَع ْلنآُك ْم ُاَّم ًة َّوَس ًطا‬

Hikmat : Sikap yang bagaimana yang dinamakan moderasi beragama ?


Guru I : Sikap yang sesuai dengan moderasi beragama salah satunya ialah : tidak
ekstrem, maslahat, i’tidal (tegas), dan bermanfaat bagi umat.
Hikmat : Mengapa kita harus menjadi seorang yang moderat dalam islam ?
Guru I : Karena dalam alquran dan hadis telah dijelaskan bahwasannya moderasi
itu diharuskan bagi umat manusia.
Hikmat : Apa sajakah prinsip-prinsip dalam moderasi beragama ?
Guru I : pertama bahwa islam diturunkan sebagai ‫ َر ْح َم ًة للعالمين‬,menciptakan
kebahagian bagi semua elemen, tidak ada yang boleh bersenag-senang diatas
penderitaan orang lain. Kedua tidak boleh membuat orang lain menderita, yang
kuat harus melindungi yang lemah bukan menindas yang lemah. Ketiga kebenaran
harus ditegakkan dan yang bathil harus dihentikan dengan cara berdakwah secara
bil hikmah (bijaksana, melihat sikon) dan hasanah ( dengan tutur kata yang lemah
lembut).
Hikmat : Bagaimanakah moderasi beragama di PPAI Darun Najah menururt
prespektif ustadz, apakah di PPAI Darun Najah sudah sesuai dengan prinsip-
prinsip moderasi beragama ?
Guru I : di ruang lingkup PPAI Darun Najah yang notabenenya satu idiologi
yang sama, jadi moderasi beragama disini khususnya bagi para santri di ajarkan
bagaimana kita berhadapan dengan orang yang berbeda pendapat dengan kita
dengan bermusyawarah, syawir, dab bahtsul masail.
Hikmat : Apa harapan panjenengan dari moderasi beragama di pesantren PPAI
Darun Najah ?
Guru I : harapannya ialah setelah para santri lulus nanti jangan sampai
terkontaminasikan dengan cabang-cabang islam yang nantinya inteloleran.

Wawancara dengan Muslih Mustofa sebagai Guru II

Hikmat : Apa pengertian dari moderasi beragama ?


Guru II : Moderasi beragama ialah berfikir secara objektif, tidak terlalu ke kanan
dan tidak terlalu ke kiri.
30

Hikmat : Apa landasan kita memegang teguh moderasi beragama ?


Guru II : landasan moderasi beragama itu terdapat pada Al-Qur’an Surat Al-
Hujurat ayat : 13 :
‫َيا أُّيَها الّناس إَّنا َخلْقَنُك م ِم ْن َذ َك ٍر َو ُأْنثَى َو َجَع ْلَنا ُك م ُش ُعْو ًبا َو َقَباِئَل ِلَتَع اَر ُفوا إَّن أْك َر َم ُك ْم ِع ْنَد ِهللا أْتَقاُك م‬
“Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia
diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh, Allah
Maha Mengetahui, Mahateliti”.

Hikmat : Sikap yang bagaimana yang dinamakan moderasi beragama ?


Guru I : Sikap yang bisa termasuk dalam kategori moderasi beragama antara lain
seseorang tidak fanatisme terhadap apapun. Karena jika kita sudah mempunyai
rasa fanatik terhadap apapun/siapapun maka tidak akan terlaksana sudah semua
dari prinsip-prinsip moderasi ini. Logikanya seperti ini : Engkau bisa bersikap
adil terhadap sosok 2 orang secara seimbang kalau engkau belum mempunyai
rasa condong kepada salah satunya.
Hikmat : Mengapa kita harus menjadi seorang yang moderat dalam islam ?
Guru I :Saya kira wajib bagi siapapun untuk bersikap moderat. Karena kita juga
harus bisa memahami situasi dan kondisi seseorang tsb, lebih bijaksana dalam
mengambil keputusan-keputusan.
Hikmat : Apa sajakah prinsip-prinsip dalam moderasi beragama ?
Guru I : Prinsip-prinsip dalam moderasi beragama itu terdapat dalam 4 hal :
Tawasuth yaitu mengambil jalan tengah tidak terlalu ke kanan (fundamentalis)
dan tidak terlalu ke kiri (liberalis), Tawazun yaitu seimbang, I’tidal yaitu lurus
dan tegas/ adil, dan Tasamuh yaitu toleransi.
Hikmat : Bagaimanakah moderasi beragama di PPAI Darun Najah menururt
prespektif ustadz, apakah di PPAI Darun Najah sudah sesuai dengan prinsip-
prinsip moderasi beragama ?
Guru I : Saya kira, dipondok pesantren PPAI Darun Najah telah melakukannya
seperti halnya yang sering Pengasuh contohkan tentang Tawasuth/Tasamuh
kepada para santri-santrinya : satu sisiterdapat santri yang ditekan dari segi
pengetahuannya tapi satu sisi anak ini tidak boleh ditekan dalam bidang olahraga.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa Pengasuh memandang para santri itu berbeda
beda/ sesuai dengan porsinya masing-masing.
Hikmat : Apa harapan panjenengan dari moderasi beragama di pesantren PPAI
Darun Najah ?
Guru I :Harapan saya yaitu dimasa yang akan datang para santri bisa menjadi
insan yang bijaksana dalam segala hal, saling mengayomi di masyarakat nanti
yang multi latarbelakang, multi budaya dll.

Anda mungkin juga menyukai