Anda di halaman 1dari 67

MAKALAH

MIDWIFERY III NYERI LUKA PERINEUM

Oleh:
Kelompok 4
1. NURUL NOVITASARI (1904267)
2. NURTINA (1904266)
3. EVI OKTAVIANI (1904320)
4. PUJI ABRI ARIANI USMAN (1904268)
5. RISA LATUL QOMARI (1904270)
6. SADARIA (1904272)
7. SALSA BILA ALMAYANTI H (1904273)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2020

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang.
Segala puji bagi Allah tuhan semestas alam, karena atas berkat rahmat dan
karunianyalah sehingga kami dapat menyelesaikan tugas MIDWIFERY III yang
berjudul manajemen asuhan kebidanan post partum hari pertama dengan nyeri luka
perineum.
Dengan adanya makalah ini, di harapakan pembaca dapat memetik manfaat
dan dapat meningkatkan pengetahuan tentang case presentation.
Kami menyadari bahwa modul praktikum ini masih jauh dari kesempurnaan,
untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar lebih baik lagi.
Semoga makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya,
kami mengucapkan terima kasih.

Semarang 25 Maret 2019

Penulis

ii
KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB 1 PENDAHULUAN v

A. LATAR BELAKANG MASALAH v

B. RUMUSAN MASALAH vi

C. TUJUAN vi

D. MANFAAT vii

BAB 2 TINJAUAN TEORI ..………………………………………………………1

A. PENGERTIAN MASA NIFAS …………………………………………….1


B. TUJUAN ASUHAN MASA NIFAS ……………………………………….1.
C. TAHAPAN MASA NIFAS …………………………………………………2
D. PROGRAM KEBIJAKAN TEKNIS MASA NIFAS …………………….2
E. PENGERTIAN NYERI LUKA PERINEUM ……………………………26
F. PERAWATAN LUKA PERINEUM ……………………………………..28
G. TUJUAN PERAWATAN LUKA PERINEUM ………………………….29

BAB 3 STUDI KASUS …………………………………………………..………...37

A. STANDAR 1 PENGKAJIAN DATA DASAR……………………………40


B. PERUMUSAN DIAGNOSA/MASALAH KEBIDANAN………………..41
C. PERENCANAAN………………………………………………………......42
D. IMPLEMENTASI………………………………………………………….44
E. EVALUASI………………………………………………………….............46

BAB 4 PEMBAHASAN…………………………………………………………… 52

BAB 5 PENUTUP………………………………………………………………......57

A. KESIMPULAN …………………………………………………………….57

iii
B. SARAN………………………………………………………………………58

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….60

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tujuan pembangunan kesehatan menuju indonesia sehat 2013 adalah,
meningkatkan kesadaran, kamauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui
terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh
penduduknya dengan perilaku dan dalam lingkungan sehat, memiliki
kemampuan untuk menjangkau kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal diseluruh wilayah
Indonesia.
Salah satu penyebab perdarahan post partum adalah perlukaan jalan
lahir. Perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan
yang berat berupa rupture atau episiotomy. Robekan perineum atau ruptur
terjadi pada hampir setiap persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama
kali melahirkan terjadi ketika kepala janin keluar. Luka-luka biasanya ringan
tetapi juga terjadi luka yang luas dan berbahaya (Rukiyah, 2010).
Angka kematian dan kesakitan ibu masih merupakan masalah
kesehatan yang serius di Negara berkembang. Menurut laporan Word Health
Organisation (WHO) tahun 2014 Angka Kematian Ibu (AKI) di dunia yaitu
289.000 jiwa. Dengan perbandingan antara Indonesia 190/100.000 kh,
Vietnam 49 / 100.000 kh, Thailand 26 / 100.000 kh, Brunei 27 / 100.000 kh,
dan Malaysia 29 / 100.000 kh ( WHO, 2014).
Data yang didapatkan pada dinas kesehatan kabupaten Magelang
jumlah kematian ibu tahun 2015 sebanyak 56/100.000 kelahiran hidup
dengan kematian akibat nifas masih tinggi yaitu 7 kasus dibandingkan
dengan kematian akibat kehamilan (2 kasus) dan persalinan (1 kasus) yang

v
disebabkan oleh faktor perdarahan 30%, preeklampsia 40%, infeksi 20% dan
penyakit lainnya 10% (Dinkes kabupaten magelang 2015).
Data yag diperoleh dari BPM R pada bulan April 2017 di kabupaten
Magelang bulan Januari – Maret 2017 jumlah persalinan 94 orang, dengan
ibu nifas normal 57 orang (60,63% ), ruptur perineum sebanyak 34 orang
(36,17%), hipertensi 2 orang (2,12%) dan perdarahan postpartum 1 orang
(1,06%).
Dengan tingginya presentase angka kematian ibu pada masa nifas
ditetapkan adanya program dan kebijakan teknis untuk mencegah,
mendeteksi dan menangani masalah – masalah yang dikarenakan perdarahan,
infeksi pada luka bekas episiotomy atau ruptur yang ditandai dengan nyeri
pada luka perineum (http://viyatamuqoyaroh.blogspot.co.id/2014/03/askeb-
nyeri-jahitan-perineum).
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan data dalam latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahan yaitu “Bagaimanakah asuhan post natal pada kasus nyeri luka
perineum sesuai wewenang dan tanggung jawab bidan.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman yang nyata dalam melaksanakan asuhan kebidanan
pada ibu nifas dengan nyeri luka perineum dengan menggunakan standar
asuhan kebidanan.
2. Tujuan Khusus
a. Penulis mampu :
1) Melaksanakan pengkajian pada ibu nifas Ny.F dengan nyeri luka
perineum baik data subjektif maupun data objektif
2) Mengidentifikasi perumusan diagnosa atau masalah kebidanan pada
ibu nifas Ny.F dengan nyeri luka perineum

vi
3) Merencanakan tindakan yang akan dilakukan sesuai dengan
pengkajian pada ibu Nifas Ny. F dengan nyeri luka perineum
4) Melaksanakan perencanaan asuhan kebidanan yang telah dibuat
pada ibu nifas Ny.F dengan nyeri luka perineum
5) Melakukan evaluasi tindakan secara teliti dan cermat pada ibu nifas
Ny.F dengan nyeri luka perineum
6) Melakukan pendokumentasian pada Ny. F dengan nyeri luka
perineum.
D. Manfaat
1. Bagi Institusi
a. Bagi BPM
Untuk lebih meningkatkan mutu pelayanan asuhan kebidanan terlebih
pada ibu nifas dengan nyeri luka perineum
b. Bagi pendidikan
Sebagai bahan referensi dan sumber bacaan mengenai asuhan
kebidanan tentang ibu nifas dengan nyeri luka perineum
2. Bagi klien dan masyarakat
Sebagai bahan pengetahuan sehingga mampu mengaplikasikan ilmu
pengetahuan untuk mendeteksi komplikasi yang terjadi dalam kesehatan
tiap individu.
3. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan wawasan serta dapat mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang didapat di bangku kuliah tentang nifas dan nyeri luka
perineum dengan pengalaman yang nyata di lapangan dalam memberikan
asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan luka perineum.

vii
BAB II
KAJIAN TEORI

A. Teori Medis
1. Nifas
a. Pengertian
1. Masa nifas (pueperium) adalah adalah masa setelah plasenta lahir
dan berakhir ketika alat-alat kandunga kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu
(Siti Saleha,2009)
2. Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah
masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas
dari rahim, sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengaan pulihnya
kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan, yang
mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suhaerni, dkk, 2009)
3. Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah
plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali
seperti keadaan seperti keadaan semula (sebelum hamil) yang
berlangsung kurang lebih 6 minggu; dimana pada periode post
partum ini merupakan masa penyesuaian ibu terhadap peran baru
(Anik maryunani, 2015).
b. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Lockhart dan lyndon saputra (2014)
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah
secara dini, mengobati atau merujuk bila terjai komplikasi baik
pada ibu maupun bayinya

1
3. Memberikan pendidikan kesehatan pada ibu yang berkaitan dengan
perawatan kesehatan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian
imunisasi pada bayi, dan perawatan bayi sehat
4. Memberikan pelayanan KB
5. Memberikan kesehatan emosional pada ibu
c. Tahapan Masa Nifas
Menurut Siti saleha (2009), tahapan yang terjadi pada masa nifas
adalah sebagai berikut :
1. Periode immediiate post partum
Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada
amasa ini sering terdapat banyak masalah, misalnya perdarahan
karena atonia uteri. Oleh karena itu, bidan dngan teratur harus
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lokia,
tekanan darah, dan suhu
2. Period early postpartum (24 jam -1 minggu)
Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan
normal, tidak ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak
demam, ibu cukup mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu
dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late postpartum (1minggu-5 minggu)
Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan
pemeriksaan sehari-hari sertaa konseling KB.
d. Program Kebijakan Teknis Masa Nifas
Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali. Kunjungan
ini bertujuan untuk menilai status ib dan bayi baru lahir juga untuk
mencegah, mendeteksi, serta menangani masalah-masalah yang
terjadi.

2
Tabel 2.1 Kunjngan Masa Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


1 6-8 jam setelah persalinan 1. Mencegah terjadinya
perdarahan pada masa
nifas
2. Mendeteksi dan
merawat penyebab lain
perdarahan dan
member rujukan bila
perdarahan berlanjut
3. Memberikan konseling
kepada ibu atau salah
satu anggota keluarga
mengenai bagaimana
mencegah perdarahan
masa nifas karena
atonia uteri
4. Pemberian ASI pada
masa awal menjadi ibu
5. Mengajarkan cara
mempererat hubungan
antara ibu dan bayi
baru lahir
6. Jika bidan menolong
persalinan, maka bidan
harus menjaga ibu dan
bayi untuk 2 jam
pertama setelah

3
kelahiran atau sampai
keadaan ibu dan bayi
dalam keadaan stabil.
2 6 hari setelah persalinan 1. Memastikan involusio
uteri berjalan normal,
uterus berkontraksi,
fundus dibawah
umbilicus tidak ada
perdarahan abnormal,
dan tidak berbau
2. Menilai adanya tanda-
tanda demam, infeksi,
atau kelainan pasca
melahirkan
3. Memastikan ibu
mendapat cukup
makanan, cairan dan
istirahat
4. Memastikan ibu
menyusui dengan baik
dan tidak ada tanda-
tanda penyulit
5. Memberikan
konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada
bayi, cara merawat tali
pusat, dan bagaimana
menjaga bayi agar

4
tetap hangat.
3 2 minggu setelah Sama seperti diatas (6 hari
melahirkan setelah persalinan)
4 6 minggu setelah 1. Menanyakan pada ibu
melahirkan tentang penyulit-
penyulit yang dialami
atau bayinya
2. Memberikan konseling
untuk KB secara dini.

e. Perubahan Fisiologis pada Masa Nifas


Perubahan fisiologis pada masa nifas meliputi :
1. Perubahan system reproduksi
Selama masa nifas, alat-alat interna maupun eksterna berangsur-
angsur kembali seperti keadaan sebelum hamil. Perubahan
keseluruhan alat genitalia ini disebut involusio. Menurut Saleha
(2009), pada masa ini terjadi juga perubahan penting lainnya,
perubahan perubahan yang terjadi antara lain sebagai berikut :
a) Uterus
Uterus akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan uterus ini dalam keseluruhan disebut
involusio. Involusio disebaban oleh :
1) Pengurangan estrogen plasenta. Pengurangan etrogen
menghilangkan stimulus ke hipertrofi dan hiperplasia
uterus
2) Iskemia miometrium. Miometrium terus berkontraksi dan
berinteaksi setelah kelahiran, mengkontriksi pembuluh

5
darah dan mencapai haemostasis pada sisi plasenta .
iskemia menyebabkn atropi pada serat – serat otot.
3) Otolisis miometrium. selama kehamilan estrogen
meningkatkan sel miometrium dan kandungan protein
(aktin dan miosin), penurunan estrogen setelah melahirkan
menstimulasi enzim proteolitik dan makrofag untuk
menurunkan dan mencerna (proses aotulsis) kelebihan
protein dan sitoplasma intra sel, mengakibatkan
pengurangan ukuran sel secara menyeluruh. Jaringan ikat
dan lemak biasanya ditelan,di hancurkan dan dicerna oleh
jaringan makrofag (Anik maryunani, 2011).

Table 1.1.Tinggi Fundus Uteri dan Berat Uterus menurut masa


invlusio.

Involusio TFU Berat Uterus

Bayi lahir 1.000 gram


Setinggi pusat, 2 jari Saleha:
2009 dibawah pusat
1 minggu Pertengahan pusat 750 gram
simfisis
2 minggu Tidak teraba diatas 500 gram
simfisis
6 minggu Normal 50 gram
8 minggu Normal tapi sebelum 30 gram
hamil

b) Lochea

6
Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan
vagina selama masa nivas. Lochea mempunyai bau amis (anyir)
meskipun tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda setiap
pada wanita. Lochea biasanya berlangsung kurang lebih elama 2
minggu setelah bersalin, namun penelitian terbaru
mengindikasikan bahwa lochea menetap hingga 4 minggu dan
dapat berhenti atau berlanjut hingga 56 hari setelah bersalin.
Lochea juga mengalami perubahan karena proses involusi.
Akibat involusi uteri, lapisan luar desidua yang mengelilingi
situs plasenta akan menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan
keluar bersama dengan sisa cairan. Percampuran antara darah dan
desidua inilah yang dinamakan lokia. Lokia adalah ekskresi cairan
rahim selama masa nifas dan mempunyai reaksi basa/alkalis yang
membuat organisme berkembang lebih cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal.
Lokia mempunyai bau yang amis (anyir) meskipun tidak
terlalu menyengat dan volumenya berbeda – beda pada setiap
wanita. Lokia mengalami perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokia dapat di bagi menjadi lokia rubra, sanguilenta,
serosa dan alba. Perbedaan masing - masing lokia dapat dilihat
sebagai berikut:
1) Lochea rubra (Cruenta), muncul pada hari 1- 2 pasca
persalinan, berwarna merah mengandung darah dan sisa– sisa
selaput ketuban, jaringan dari decidua verniks caseosa, lanugo
dan mekoneum.
2) Lochea sanguinolenta, muncul pada hari 3 – 7 pasca
persalinan, berwarna merah kuning dan berisi darah lendir.

7
3) Lochea serosa, muncul pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan,
berwarna kecoklatan mengandung lebih banyak serum, juga
terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.
4) Lochea Alba, muncul sejak 2 – 6 minggu pasca persalinan,
berwarna putih kekuningan mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
5) Lochea Purulenta, terjadi inveksi, keluar cairan seperti nanah
dan berbau busuk.
6) Lochiostatis, lochea yang tidak lancar keluarnya.
Umumnya jumlah lochea lebih sedikit bila wanita postpartum
dalam posisi berbaring daripada berdiri. Hal ini terjadi akibat
pembuangan bersatu di vagina bagian atas saat wanita dalam
posisi berbaring dan kemudian akan mengalir keluar saat
berdiri. Total jumlah rata – rata pengeluaran lokia sekitar 240
hingga 270 ml (Rukiyah, dkk, 2011).
c) Perubahan pada serviks
1. Involusio serviks dan segmen bawah uterus pasca persalinan
berbeda dan tidak kembali seperti pada keadaan sebelum
hamil.\
2. Serviks dan segmen bawah rahim tampak edema, tipis dan
terbuka untuk beberapa hari sesudah melahirkan portio terasa
lunak, tampak kemerahan dan bisa terjadi laserasi
1) Hal ini merupakan kondisi optimum untuk terjadinya
infeks setelah 18 jam postpartum serviks memendek,
menjadi lebih tebal da lebih keras
2) Konsistensi mengeras dan bentuknya akan kembali pada
akhir minggu pertama, pemulihan sudah akan dan bentuk
ostium uteri eksterna tidak akan kembali seperti sebelum
hamil tetapi bentuknya akan sedikit melebar (fish mouth).

8
3) Segera setelah berakhirnya persalinan, serviks menjadi
sangat lembek / lunak, kendur dan terkulai.
3. Serviks mungkin memar dan edema , terutama di anterior jika
terdapat tahanan anterior saat persalinan
4. Serviks tampak mengalami kongesti, menunjukkan banyaknya
vaskularitas serviks.
1) Dalam hal ini, serviks akan terlihat padat yang
mencerminkan vaskularitasnya yang tinggi, lubang serviks
lambat laun mengecil.
2) Serviks terbuka sehingga mudah diimasukkan dua hingga
tiga jari
3) Serviks kembali ke bentuk semula pada hari pertama dan
kelunakan menjadi berkurang
4) Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti
keadaan sebelum hamil pada saa 4 minggu postpartum.
5) Dalam hal ini, pada serviks tebentuk sel-sel otot baru pada
minggu ketiga postpartum rugae kembali nampak, luka
pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi maka akan
sembuh dalam 6-7 hari (Anik maryunani, 2011).
d) Vulva, Vagina dan perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan, serta peregangan yang
sangat besar selama proses melahirkan bayi. Dalam beberapa hari
pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap dalam
keadaan kendor. Setelah 3 minggu vulva dan vagina kembali
kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam vagina secara
berangsur-angsur akan muncul kembali, sementara labia menjadi
lebih menonjol.
Segera setelah melahirka, perineum menjadi kendur karena
sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak

9
maju. Pada postnatal hari ke-5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor dari
pada keadaan sebelum melahirkan (nulipara).
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada saat
perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat terjadi
secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan indikasi
tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum dapat
mengembalikan tonus tersebut dan dapat mengencangkan vagina
hingga tingkaat tertentu. Hal ini dapat dilakukan pada akhir
puerperium dengan latihan harian (Rukiyah, dkk, 2011).
e) Perubahan system pencernaan / gastrointestinal
a. Lapar dan haus merupakan hal yang umum terjadi setelah
melahirkan
1) Dalam hal ini, perubahan gastrointestinal wanita yang
kelaparan dan mulai makan 1 atau 2 jam setelah melahirkan
2) Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap menyantap
makanannya 2 jam setelah persalinan
b. Motilitas dan tonus gastrointestinal kembali ke keadaan
sebelum hamil selama 2 minggu setelah melahirkan
1) Kembalinya fungsi dari sistem gastrointestinal dimulai
pada minggu pertama postpatum, yaitu saat konsumsi
makanan dan cairan ibu meningkat dan adanya pengrangan
gangguan rasa nyaman perineum
2) Fungsi usus besar akan kembali normal pada akhir minggu
pertama dimana nafsu makan mulai bertambah dan rasa
tidak nyaman pada perineum mulai bertambah
3) Penggunaan tenaga pada kala 1 persalinan menurunkan
tonus otot-otot abdomen, yang juga merupakan faktor
predisposisi terjadinya konstipasi pada ibu post-partum

10
4) Konstipasi umumnya terjadi pada periode postpartum awal
karena penurunan tonus otot usus, dan penurunan mobilitas
dari usus besar, kehilangan cairan dan adanya rasa tidak
nyaman pada peritoneum dan kecemasan.
5) Dalam hal ini, konstipasi mungkin menjadi masalah pada
pueperium awal karena kurangnya makanan padat selama
persalinan dan karena wanita menahan defekasi.
6) Biasanya pada ibu nifas terutama yang mengalami partus
lama dan terlantar mudah terjadi ileus paralitikus, yaitu
adanya obstruksi usus akibat tidak adanya peristaltik usus.
7) Penyebabnya adalah penekanan buah dada dalam
kehamilan dan partus lama, sehingga membatasi gerak
peristaltik usus, sera bisa juga terjadi karena pengaruh
psikis takut BAB karena ada luka jahitan perineum (Anik,
maryunani, 2015).

Beberapa cara agar ibu dapat buang air besar kembali


teratur antara lain: pemberian diet / makanan yang
mengandung serat, pemberian cairan yang cukup,
pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan,
pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir, bila usaha di
atas tidak berhasil dapat dilakukan pemberian huknah atau
obat yang lain (Rukiyah, dkk, 2011).

c. Hemorhoid merupakan masalah yaang umum pada periode


postpartum awal karena tekanan pada dasar panggul dan
mengejan selama persalinan (Anik mayunani, 2015).
f) Perubahan system perkemihan
Trauma bila terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding

11
kandung kemih dapat mengalami hiperemesis dan edema,
seringkali disertai di daerah-daerah kecil hemoragi. Kandung
kemih yang edema, terisi penuh dan hipotonik dapat
mengakibatkan overdistensi, pengosongan yang tak sempurna dan
urine residual kecuali jika dilakukan asuhan untuk mendorong
terjadinya pengosongan kandung kemih bahkan saat tidak merasa
untuk berkemih.
Pengambilan urine dengan cara bersih atau melalui kateter
sering menunjukkan adanya trauma pada kandung kemih. Uretra
dan meatus urinarius bisa juga mengalai edema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, penongkatan kapasitas
kandung kemih setelah bayi lahir, dan efek konduksi anastesi
menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu rasa
nyeri pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahrkan,
laserasi vagina, atau episiotmi menurunkan atau mengubah refleks
berkemih. Penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa
menyebabkan distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih
yang muncul segera setelah wanita melahirkan dapat menyebabkan
perdarahan berlebih karena keadaan ini bisa menghambat uterus
berkontraksi dengan baik. Pada masa pasa partum tahap lanjut,
distensi yang berlebih ini dapat menyebabkan kandung kemih
lebih peka terhadap infeksi sehingga mengganggu proses berkemih
normal. Apabila terjadi distensi berlebih pada kandung kemih
dalam mengalami kerusakan lebih lanjut (atoni). Dengan
mengosongkan kandung kemih secara adekuat , tonus kandung
kemih biasanya akan pulih kembali dalam lima sampai tujuh hari
setelah bayi lahir (Anggraini, yeti, 2010).
g) System musculoskeletal

12
Ligamen - ligamen, fasia dan diafragmaa pelvis yang meregang
sewaktu kehamilan dan persalinan berangsur-angsur kembali
seperti sediakala. Tidak jarang ligament rotumdum mengendor,
sehingga uterus jatuh kebelakang. Fasia jaringan penunjang alat
genitalia yang mengendur dapat diatasi dengan latihan-latihan
tertentu. Mobilitas sendi berkurang dan posisi lordosis kembali
secara perlahan-lahan ( Saleha, 2009).
Sebagian besar wanita melakukan ambulasi 4-8 jam setelah
melahirkan.
a) Ambulasi dini dianjurkan untuk menghindari terjadi
komplikasi, meningkatkan involusio, dan meningkaatkan cara
pandan emosional
b) Mobilisasi dan peningkatan mobilitas artikulasio pelviks terjadi
dalam 6-8 minggu setelah melahirkan (Anik maryunani, 2015).
h) Perubahan tanda-tanda vital
a) Suhu badan
Satu hari (24 jam) postpartum suhu badan akan naik sedikit
(37,5°C-38°C) sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan,
kehilangan cairan dan kelelahan. Apabila keadaan normal suhu
badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan
naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi
bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI (Anggraini,
yeti, 2010). Jika terjadi peningkatan suhu 38°C, yang menetap
dalam 2 hari dalam 24 jam melahirkan maka perlu dipikirkan
adanya infeksi seperti: sepsis pueperalis (sinfeksi selama post-
partum), infeksi traktus urinarius (infeksi saluran urin),
endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan
payudara ( milk fever) (Maryunani, anik, 2015).
b) Nadi

13
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit.
Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan lebih cepat.
Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal dan hal
ini mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan
postpartum yang tertunda (Anggraini, yeti, 2010).
Pada masa nifas, umumnya denyut nadi labil
dibandingkan dengan suhu tubuh, bila terdapat takikardia dan
suhu tidak panas, mungkin ada perdarahan berlebihan.
Bradikardi sementara (50-70 kali per menit) sebagai
kompensasi jantung untuk menurunkan resistensi cairan,
terjadi selama 24-48 jam setelah melahirkan dan bisa berlanjut
hingga 6-8 hari (Maryunani, anik, 2015).
c) Tekanan darah
Biasanya tidak akan berubah, kemungkinan tekanan akan
rendah setelah melahirkan karena adanya perdarahan
(Anggraini,yeti, 2010). Pada beberapa kasus ditemukan
keadaan hipertensi postpartum akan menghilang dengan
sendirinya apabila tidak terdapat penyakit-penyakit lain yang
menyertai dalam ½ bulan tanpa pengobatan (maryunani, anik,
2015).
d) Penafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-
24 kali per menit. Pada ibu postpartum umumnya pernafasan
lambat atau normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan
pemulihan atau dalam kondisi istirahat. Bila pernafasan pada
masa postpartum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada
tanda-tanda syok. Keadaan pernafasan selalu berhubungan
dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak
normal, pernafasan juga akan mengikutinya kecuali apabila

14
ada gangguan khusus pada saluran nafas (Rukiyah, dkk,
2011), seperti nafas pendek, cepat atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti
kelebihan cairan, eksaserbasi asma dan embolus paru
(Maryunani, anik, 2015).
i) Perubahan sistem kardiovaskuler dan hematologi
a) Sirkulasi volume darah
Pada kehamilan menyebabkan hipervelomia dan menambah
50% dari peningkatan sirkulasi akibat volume darah karena
kehilangan darah saat melahirkan, darah keluar sekitar 400-500
cc pada persalinan normal
b) Komponen darah
Jumlah hemoglobin, hematokrit, dan eritrosit meningkat
selama 72 jam pertama setelah melahirkan, leukosit mengalami
peningkatan pada 10-12 hari pertama setelah melahirkan
sehingga resiko terjadi infeksi karena;
1) jumlah sel-sel darah putih tersebut masih bisa naik lebih
tinggi (25.000-30.000) tanpa adanya kondisi patologis jika
wanita tersebut mengalami persalinan lama.
2) jumlah hemoglobin dan hematokrit serta eritrosit akan
bervariasi pada awal-awal masa nifas sebagai akibat dari
volume darah
3) volume plasma dan volume sel darah yang berubah-ubah,
dan faktor pembeku juga mengalami peningkatan sehingga
resiko terjadi tromboemboli. Hal ini disebabkan karena
imobilisasi dan kerusakan area.
Pada ibu postpartum normal, hemoglobin, hematokrit
dan eritrosit akan kembali pada keadaan sebelum
melahirkan dalam 2 sampai 6 minggu.

15
c) Curah jantung (cardiac output)
1) Curah jantung akan meningkat selama masa hamil dan
setelah melahirkan
2) Curah jantung akan meningkat lebih tinggi lagi selama
30-60 menit karena darah yang melintasi plasenta tiba-
tiba kembali ke sirkulasi umum
3) Setelah itu cardiac output / nilai curah jantung menurun
50% setelah melahirkan dan berangsur kembali seperti
sebelum melahirkan dalam 2-3 minggu.
d) Berkeringat banyak dan berlebihan
1) Berkeringat dingin merupakan suatu mekanisme tubuh
untuk mereduksi cairan bertahan selama kehamilan
2) Pada periode postpartum awal, ibu mengalami keadaan
berkeringat banyak pada malam hari jika tidak disertai
demam bukan merupakan kelainan
e) Menggigil
1) Menggigil pada ibu post partum sering dialami,
pengeluaran keringat terutama malam hari sebagai
mekanisme tubuh untuk mereduksi cairan yang tertahan
selama kehamilan
2) Dalam hal ini, seringkali ibu mengalami menggigil segera
setelah melahirkan yang berhubungan dengan repon
persarafan atau perubahan vosomotor
3) Jika tidak diikuti dengan demam, menggigil bukan
merupakan masalah klinis, tetapi jika sebaliknya
mengindentifikasi adanya infeksi dan memerlukan evaluasi
lebih lanjut.

16
Bradikardi sementara (50-70 kali per menit) sebagai
kompensasi jantung untuk menurunkan resistensi cairan,
terjadi selama 24-48 jam setelah melahirkan dan bisa
berlanjut hingga 6-8 hari (Maryunani, anik, 2015).

j) Sistem endokrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada
sistem endokrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan
dalam proes tersebut.
a) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang..
selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin berperan
dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan kontraksi,
sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat merangsang
produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu
uterus kembali ke bentuk normal.
b) Prolaktin
Menurunnya kadar estrogen menimbulkan terangsangnya
kelenjar pituitari bagian belakang untuk mengeluarkan
prolaktin, hormon ini berperan dalam pembesaran payudara
untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui
bayinya kadar prolaktin tetap tinggi dan ada permulaan ada
rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan. Pada wanita
yang tidak menyusui bayinya tingkat sirkulasi prolaktin
menurun dalam 14-21 hari setelah persalinan, sehingga
merangsang kelenjar bawah depan otak yang mengontrol
ovarium kearah permulaan pola produksi estrogen dan
progesteron yang normal, pertumbuhan folikel, ovulasi dan
menstruasi.

17
c) Estrogen dan progesteron
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Diperkirakan
bahwa tingkat estrogen yang tinggi memperbesar hormon
antidiuretik yang meningkatkan volume darah. Disamping itu,
progesteron memengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
memengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum, vulva serta vagina (Saleha, siti, 2009).
e. Perubahan psikologis pada masa nifas
1. Adaptasi Psikologi Ibu Masa Nifas
Hal-hal yang dapat membantu ibu dalam beradaptasi pada
masa nifas adalah sebagai berikut:
a. Fungsi yang memengaruhi untuk sukses dan lancarnya
masa transisi menjadi orang tua
b. Respons dan duungan dari keluarga dan teman dekat
c. Riwayat pengalaman hamil dan melahirkan sebelumnya
d. Harapan, keinginan, dan aspirasi ibu saat hamil juga
melahirkan

Periode ini diekspresikan oleh Reva Rubin yang terjadi pada


tiga tahap berikut ini:

1) Taking in period
Terjadi pada 1-2 hari setelah persalinan, ibu masih pasif
dan sangat bergantung pada orang lain, focus perhatian
terhadap tubuhnya, ibu lebih mengingat pengalaman
melahirkan dan persalinan yang dialami, serta kebutuhan
tidur dan nafsu makan meningkat.
2) Taking hold period

18
Berlangsung 3-4 hari post partum, ibu lebih berkonsentrasi
pada kemampuaannya daalaam menerima tanggung jawab
sepenuhnya terhadap perawatan bayi. Pada masa ini iu
menjadi sangan sensitive, sehingga membtuhkan
bimbingan dn dorongan perawat untuk mengatasi kritikan
yang dialami ibu.
3) Letting go period
Dialami setelah tiba ibu dan bayi di rumah. Ibu mulai
secara penuh menerima tanggung jawab sebagai seorang
ibu dan menyaari atau merasa kebutuhan baayi sangat
bergantung pada dirinya.

Hal-hal yang harus dipengaruhi selama masa nifas adalah


sebagai berikut.

1) Fisik. Istirahat, makan makanan bergzi, sering menghirup


udara segar, dan lingkungan yang bersih
2) Psikologi. Stres setelah persalinan dapat segera distabilkan
dengan duungan dari keluarga yang menunjukkan rasa
simpati, mengakui, dan menghargai ibu
3) Sosial. Menemani ibu bila terlihat kesepian, ikut
menyanyangi anaknya, menanggapi dan memperlihatkan
kebahagian ibu serta menghibur ibu bila ibu terlihat sedih.
4) Psikososial.

f. Kebutuhan Dasar Masa Nifas


1. Nutrisi dan cairan

19
Menurut Dr William Sears dalam bukunya The Baby Book,
bila ibu menyantap makanan yang baik, ibu akan memiliki
lebih banyak energi dan merasa lebih baik. Ibu menyusui harus
mengkonsumsi tambahan kalori sebesar 700 kalori/hari pada 6
bulan pertama, selanjutnya 500 kalori/hari (Sujiyatni, dkk,
2010).
Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari; makan
dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup; minum setidaknya 3 liter air setiap
hari, pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gisi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin; minum kapsul
vitamin a (200.000 unit) agar bisa memberikan vitamin A
kepada bayi melalui ASI (Rukiyah dkk, 2011).
2. Ambulasi
Ambulasi dini (early ambulaton) ialah kebijaksanaan agar
secepat mungkn bidan membimbing ibu postpartum bangun
dari tempt tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin
untuk berjalan.
Sekarang tidak perlu lagi menahan ibu postpartum terlentang di
tempat tidurnya selama 7-14 hari setelah melahirkan. Ibu
postpartum sudah diperbolehkan bangun dari tempat tidur dalam
24 jam postpartum.
Keuntungan early ambulation adalah sebagai berikut :
1) Ibu merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulaton.
2) Faal usus dan kandung kemih lebih baik
3) Early ambulation memungkinkan kita mengajarkan ibu cara
merawat anaknya selama ibu masih dirumah sakit. Misalnya
memandikan, mengganti pakaian, dan memberi makan.

20
4) Lebih sesuai dengan keadaan indonesia (sosial ekonomi).
Menurut penelitian-penelitian yang saksama, early ambulation
tidak mempunyai pengaruh yang buruk, tidak menyebabkan
perdarahan yang abnormal, tidak memengaruhi penyembuhan
luka episiotomi atau luka diperut, serta tidak memperbesar
kemungkinan prolapsus atau retrotexto uteri.
Early ambulation tentu tidak dibenarkan pada ibu postpartum
dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit
paru-paru, demam, dan sebagainya (saleha, siti, 2009).
3. Eliminasi
a) Buang air kecil (B.A.K)
Ibu diminta untuk buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum.
Jika dalam 8 jam postpartum belum dapat berkemih atau
sekali berkemih belum melebihi 100 cc, maka dilakukan
kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih
penuh, tidak perlu menunggu 8 jam untuk kateterisasi.

Berikut ini sebab-sebab terjadinya kesulitan berkemih


(retensio urine) pada ibu postpartum.

1) Berkurangnya tekanan intraabdominal.


2) Otot-otot perut masih lemah
3) Edema dan uretra
4) Dinding kandung kemih kurang sensitif
b) Buang Air Besar (BAB)
Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi)
setelah hari kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga
BAB, maka perrlu diberi obat pencahar per oral atau per
rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masig belum
bisa BAB, maka dilakukan klisma (huknah).

21
4. Personal Hygiene
Pada masa postpartum, seorang ibu sangat rentan terhadap
infeksi. Oleh karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi. Kebersihan tubuh, pakaian,
tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk tetap dijaga.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk menjaga
kebersihan diri ibu postpartum adalah sebagai berikut.
1) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh, terutama perineum
2) Mengajarkan ibu bagaiman membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ibu mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan kebelakang, keemudian membersihkan daerah sekitar
anus. Nasihat ibu untuk membersihkan vulva setiap kali
selesia buang air kecil atau besar.
3) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan
ulang jika telah dicuci dengan baik dan dikeringkan
dibawah matahari dan disetrika.
4) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
5) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan
kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah tersebut
(saleha, siti, 2009).
5. Istirahat dan tidur
Hal-hal yang dilakukan pada ibu untuk memenuhi kebutuhan
istirahat dan tidur adalah sebagai berikut :
1) Anjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan

22
2) Sarankan ibu untuk kembali pada kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur.
3) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa
hal :
a. Menguragi jumlah ASI yang diproduksi
b. Memperlambat proses involusio uterus dan
memperbanyak perdarahan
c. Menyebabkan depresi dan ketidak-mampuan untuk
merawat bayi dan dirinya sendiri (Maryunani, anik,
2015).
6. Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukan satu aatau
duaa jarinya kedalam vagnna tanpa rasa nyeri. Begitu darah
merah berhenti dan ibu tidak merasakan ketidaknyaman, aman
untuk memulai meakuka hubungan suaami istri kapan saja ibu
siap.
Banyak budaya yang mempunyai tradisi menunda
hubungn suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya
setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan
tergantung pada pasanga yang bersangkutan (Rukiyah, dkk,
2011).
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus
menentukan sendiri kapan dan bagiman mereka ingin
merencanakan tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan
dapat membantu merencanakan keluarganya dengan

23
mengajarkan kepada mereka tentang cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan.
Biasanya wanita tidak akan menghassilkan telur (ovulasi)
sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama meneteki. Oleh
karena itu, metode amenorhoe laktas dapat dipakai sebelum
haid pertama kembali untuk mencegah terjadinya kehamilan
baru. Resiko cara ini ialah 2% kehamilan (Rukiyah, dkk, 2011).
8. Latihan dan Senam Nifas
a. Latihan
Setelah persalinan terjadi invousio pada hamper seluruh
organ tubuh wanita. Involusio ini sangat jelas terihat pada
alat-alat kandungan. Sebagai akibat kehamilan dinding
perut menjadi lembek dan lemas disertai adanya striae
gravidarum yang membuat keindahan tubuh akan sangat
terganggu. Oleh karena itu, mereka akan selalu berusaha
untuk memulihkan dan mengencangkan keadaan dinding
perut yang sudah tidak indah lagi. Cara untuk
mengembalikan bentuk tubuh menjadi indah dan langsing
seperti semula adalah dengan melakukan latihan dan sena
nifas. Untuk itu diberi penjelasan pada ibu tentang
beberapa hal berikut ini :
1. Diskusikan pentingnya otot-otot perut dan paggul agar
kembali normal, karena hal ini akan membuat ibu
merasa lebih kuat dan menjadikan otot perut menjadi
kuat, sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
2. Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap
hari sangat membantu:
1) Dengan tidur terlentang dan lengan disamping, tarik
otot perut selagi menarik nafas, tahan nafas dalam,

24
angkat dagu ke dada, tahan mulai hitungan 1
sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
2) Untuk memperkuat tous otot jalan lahir dan dasar
panggul, lakukanlah latihan keagel berikut ini:

Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk


setiap gerakan

(1) Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali


lebih banyak
(2) Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus
mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
b. Senam Nifas
Disebut juga sebagai senam pemulihan sesudah
melahirkan. Yang merupakan suatu prosedur latihan gerak
yang diberikan pada ibu postpartum dengan kondisi ibu
baik. Sderetan gerakan-gerakan ubuh ang dilakukan setelah
melahirkaan bayi guna memulihkan dan mempertahankan
tonus otot, khususnya yang berkaitan dengan kehamilan
dan persalinan.
Senam yang dilakukan pada saat seorang ibu menjalani
masa nifas atau masa setelah melahirkan. Latihan grak
yang dilakukan secepat mungkin setelah melahirkan supaya
otot-otot yang mengalami peregangan selama kehamilan
dan persalinan dapat kembali kepada kondis normal seperti
semula (Maryunani, anik, 2015).

9. Perawatan Payudara

25
a) Menjaga payudara agar tetap bersih dn kering, terutama
pada putting susu
b) Menggunakan bra yang menyokong payudara
c) Apabila putting susu lecet oleskan kolostrum/ASI yang
keluar pada sekitar putting susu setiapkali menyusui; tetap
menyusui dimulai dari putting susu yang tidak lecet.
d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24
jam ASI dikeluarkan dan diminumkan menggunakan
sendok
e) Untuk menghilangkan nyeri ibu minum paracetamol 1
tablet.
f) Urut payudara dari arah pangkal menuju putting susu dan
gunakan sisi tangan untuk mengurut payudara
g) Keluarkan ASI sebagian dari depan payudara sehingga
putting susu menjadi lunak.
h) Susukan bayi setiap 2-3 jam; apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI,sisanya keluarkan dengan tangan (Maryunani,
anik, 2015)
i) Berikan ASI kepada bayi sesering mungkin tanpa
menjadwalkan (anggraini, yeti, 2010).
j) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui
(Maryunani, anik, 2015).
B. LUKA PERINEUM
a. Pengertian luka perineum
Rupture adalah luka pada perineum yang di akibatkan oleh rusaknya
jaringansecara alamiah karena proses desakan pada janin atau bahu pada
saat proses persalinan. Bentuk rupture biasanya tidak teratur sehingga
jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan.

26
Rupture adlah robek dan perineum merupakan area berbentuk belah
ketupat bila di lipat dari bawah dan bias di bagi antara region urogenital
di anterior dan regiom anal di posterior oleh garis yang menghubungkan
tuberositasiskia secara horizontal.
b. Pencegahan laserasi
Laserasi spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala
dan bahu dilahirkan kejadian laserasi akan meningkat jika bayi
dilahirkan lebuh cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu
dan gunakan perasat manual yang tepat dapat mengatur kecepatan
kelahiran bayidan mencegah terjadinya laserasi. Kerjasama akan
bermanfaat saat kepala bayi pada diameter 5-6cm tengah membuka
vulva.
c. Penyebab laserasi perineum
1) Penyebab maternal laserasi perineum
 Partus presipitatusyang tidsk dikendalikan dan tidak di tolong
(sebab paling sering)
 Pasien tidak mampu berhenti mengejan
 Partus diselesaikan secara tergesa-gesa dengan dorongan fundus
yang berlebihan
 Oedema dan kerapuhan perineum
 Perluasan episiotomi
2) Factor-faktor janin
 Bayi yang besar
 Posisi kepala yang abnormal
 Kelahiran bokong
 Ekstraksi forcep yang sukar
 Distosia bahu
 Anatomi kongenital seperti hidrosefalus
d. Tingkatan-tingkatan luka perineum

27
1. Tingkat 1 yaitu robekan hanya terjadi pada selaput vagina dengan atau
tanpa mengenai kulit perineum
2. Tingkat 2 yaitu robekan yang terjadi lebih dalam selain mengenai
selaput lendingvagina juga mengenai muskulus perinci transversalis,
tapi tidsk mengenai sfingter ani
3. Tingkat 3 yaitu robekan yang terjadi mengenai seluruh perineum
sampai mengenai otot-otot sfingter ani
4. Tingkat 4 yaitu mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum,
otot perineum, otot sfingter ani, sampai dinding depan rectum.
PERAWATAN LUKA PERINEUM
1. Pengertian
Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,
psikologis, social dan spiritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat
(Aziz, 2004).
Perineum adalah daerah antara kedua belah paha yang dibatasi oleh
vulva dan anus (Danis, 2000). Post partum adalah selang waktu antara
kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetic seperti pada
waktu sebelum hamil (Mochtar, 2002). Jadi Perawatan perineum adalah
pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antara paha yang
dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran
plasenta sampai dengan kembalinya organ genetic seperti pada waktu
sebelum hamil (Rukiyah, dkk, 2011).
Rasa nyeri dapat diatasi dengan pemberian analgetik untuk mencegah
terjadinya infeksi harus diberikan obat antibiotik. Klien dianjurkan untuk
melakukan perawatan luka perineum seperti yang dilakukan di rumah
sakit, yakni: kompres luka perineum dengan menggunakan betadine dan
menjaga kebersihan luka agat tetap kering.
2. Tujuan Perawatan Luka Perineum

28
Perawatan luka perineum pada tiap penderita masa nifas dilakukan
perawatan vulva dengan tujuan :
1) Untuk mencegah terjadinya infeksi didaerah vulva, perineum maupun
dalam uterus. Untuk mencegah uterus seperti diuraikan diatas, bahwa
pada saat persalinan vulva merupakan pintu gerbang masuknya
kuman–kuman bila daerah vulva dan perineum tidak bersih, mudah
terjadi infeksi pada jahitan perineum, saluran vagina dan uterus
sendiri.
2) Untuk penyembuhan luka perineum (jahitan perineum)
Agar jahitan perineum cepat sembuh , khusus diadakan perawatan
vulva yang intensif, sebab dengan merawat luka juga dapat
memperhatikan perawatan perineum itu, bila timbul kelainan akibat
jahitan atau lainnya maka cepat diadakan pengobatan hingga dengan
demikian penyembuhan cepat terjadi.

3) Untuk kebersihan perineum dan vulva


Kemungkinan terjadinya infeksi karena kurang bersihnya daerah
perineum, disamping itu kebersihan vulva dan perineum akan member
perasaan nyaman pada penderita dan akan mencegah timbulnya iritasi.

Perawatan vulva dilakukan

1. Pada waktu pagi dan sore, sebelum mandi, sesudah buang air kecil
dan buang air besar
2. Dilakukan tiap 4 jam terutama pada penderita dengan jahitan
perineum tingkat III.

Persedian untuk perawatan vulva :

a. Handscoon 1 pasang
b. Kapas lisol atau kapas sublimat pada tempatnya

29
c. Alas bokong
d. Larutan lisol ½% dalam botol
e. Pot untuk menampung air kemih dan larutan lisol yang disiramkan
pada vulva yang merupakan larutan cebok
f. Duk atau cawat bersih
g. Pinset
h. Nierbeken untuk tempat cawat dan kapas yang kotor

Cara kerja vulva hygiene :

a. Pintu dan jendela ditutup, alat-alat didekatkan pada penderita


b. Penderita diberitahu
c. Penolong mencuci tangan, alas bokong dipasang, sikap penderita
dorsal rekumben
d. Gurita penderita dibuka, pot dipasang, cawat diangkat, perhatikan
keadaan lochia banyaknya, warnanya, baunya, lalu letakkan
dibengkok dengan dilipat, penderitan diminta untuk buang air
kecil.
e. Penolong mencuci tangan kemudian memakai handscoon dan ibu
dan jari telunjuk tangan kiri dengan kapas sublimat, digunakan
untuk vulva
f. Keadaan urine penderita dalam post partum diperhatikan warna
dan baunya, kemudian tangan kanan menyimari vestibulum
dengan larutan lisol.
g. Tangan kanan memegang pinset mengambil kapas lisol, atau
kapas sublimat untuk membersihkan.
h. cara membersihkan vuva mulai dari labia mayora kiri, labia
mayora kanan, vestibulum, kemudian perineum, 1 kapas lisol
hanya digunakan satu kali dari atas ke bawah.

30
i. Keadaan perineum diperhatikan bagaimana jahitannya apakah
lepas atau longgar, ada oedema atau iritasi dan sebagainya.
j. Jahitan dibersihkan dengan bethadin, bila benang jahitannya
sudah waktunya diangkat, diangkat dengan pinset dan gunting
tajam yang runcing, obat-obatan yang diberikan menurut rumah
sakit.

Selain itu perawatan luka perineum dapat dilakukan pada waktu :

b. Saat mandi
Pada saat mandi, ibu post partum pasti melepas pemballut, setelah
terbuka maka da kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan
yang tertampung pada pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk
itu diperlukan pembersihan perineum.
c. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air keci, pada saat buang air kecil kemungkinan besar
terjadi kontaminasi air eni pada rectum akibatnya dapat memicu
pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan pembersihan
perineum.
d. Setelah buang air kecil
Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa – sisa kotoran
disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus
ke perineum yang letaknya berseblahan maka diperlukan proses
pembersihan anus dan prienum secara keseluruhan.

Persiapan perawatan perineum

a) Ibu Post Partum


Perawatan perineum sebaiknya dilakukan di kamar mandi dengan posisi
ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan posisi kaki terbuka.
b) Alat dan bahan

31
Alat yang digunakan adalah botol, boskom dan gayung atau shower air
hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air
hangat, pembalut nifas baru dan antiseptic.
Penatalaksanaan
1) Mencuci tangan sebelum membersihkan daerah perineum
2) Mengisi botol plastic yang dimilki dengan air hangat
3) Buang pembalut yang telah penuh dengan gerakkan ke bawah
mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut ke dalam kantung
plastic
4) Berkemih dan BAB ke toilet
5) Semprotkan ke seluruh perineum dengan air
6) Keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan ke
belakang
7) Pasang pembalut dari depan ke belakang, posisikan dengan baik
sehingga tidak bergeser
8) Cuci kembali tangan (Sujiyatini, dkk, 2010).

C. KONSEP DASAR STANDAR ASUHAN KEBIDANAN

1. Pengertian Asuhan Kebidanan


Asuhan kebidanan adalah suatu pendekatan yang diguanakn oleh bidan berupa
proses pendekatan pemecahan masalah yang sistematis dimulai dari
pengkajian, perumasahan diagnosa/ masalah kebidanan, perencanaan,
implementasi dan evaluasi. Dalam praktiknya bidan harus berpikir, kritis, etis,
tidak prakmatis untuk menjammin keadaan dan kepuasan klien sebagai hasil
asuhan. (Suminen 2010:1)
2. Standar Asuhan Kebidanan
Standar Asuhan Kebidanan adalah acuan dalam proses pengambilan keputusan
tindakan yang tidak dilakukan oleh Bidan sesuai dengan wewenang dan ruang
lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari

32
pengkajian, perumusan diagnosa dan atau amsalah kebidanan perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan. (Keputusan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor : 938/Menkes/SK/VIII/2007;5-7).
a. Standar 1 : Pengkajian
1) Pernyataan standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan
lengkap dari semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klain.
2) Kriteria Pengkajian :
a) Data tetap akurat dan lengkap
b) Terdiri dari data subjektif ( hasil anamneses, biodata utama, riwayat
obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang social budaya)
c) Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang.
b. Standar II : Perumusan Diagnosa dan atau masalah kebidanan
1) Pernyataan standar
2) Bidan menganalisa data yang diperoleh pada pengkajian,
menginterprestasikannya, secara akurat dan logis untuk menegakkan
diagnose dan masalah kebidanan yang tepat
3) Criteria prumusan diagnose atau masalah
a) Diagnose sesuai dengan nomenklatur kebidanan
b) Masalah sesuai dengan kondisi klain
c) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara andiri,
kolaborasi, dan rujukan
c. Standar III : Perencanaan
1) Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan
masalah yang ditegakkan.
2) Criteria perencanaan

33
a) Rencana tindakan disusun berdasarkan prioritas masalah dan
kondisi klien; tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan
secara komprehensif
b) Melibatkan klien / pasien dan atau keluarga
c) Mempertinbangkan kondisi psikologi, social budaya, klien /
keluarga
d) Memilih tindakan yang aman sesuuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan Epidience Based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaat bagi klien
e) Pertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku, sumber daya
serta fasilittas yang ada
d. Standar IV : Implementasi
1) Pernyataan standar
Bidan melaksanakan rencanan asuhan kebidanan secara komprehensif.
Efektif, dan aman berdasarkan Epidience Based kepada klien / pasien
dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative.
Dilaksakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
2) Kriteria
a) Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk bio psiko spiritual
kultural
b) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dari klien
dan atau keluarganya ( imfont consent)
c) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan Epidience Based
d) Melibatkan klien / pasien dalam setipa tindakan
e) Menjaga privasi klien / pasien
f) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
g) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
h) Menggunakan sumber daya, sarana dan fasilitas yang ada dan
sesuai

34
i) Melakukan tindakan sesuai standar
j) Menaati semua tindakan yang telah dilakukan
e. Standar V : Evaluasi
1) Pernyataan standar
Bidan melakukan evaluasi secara intim dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien
2) Kriteria Evaluasi
a) Penilaian dilakukan segara setelah selesai melaksanakan asuhan
sesuai kondisi klien
b) Hasil evluasi segera dicatat dan dikomonikasikan pada klien dan
atau keluarga
c) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
d) Hasil evaluasi ditinjaklanjuti sesuai dengan kondisi klien atau
pasien
f. Standar VI : Pencatatan Asuhan Kebidanan
a. Pernyataan Standar
Bidan melakukan pencatatan secara lengkap., akurat, singkat dan jelas
mengenai keadaan atau kejadian yang ditemukan dalam memberikan
asuhan kebidanan.
b. kriteria pencatatan asuhan kebidanan
1) pencatatan dlakuka segera setelah melaksanakan asuhan pada
formulir yang ttersedia (rekam medis / KMS/status pasien/ buku KIA)
2) ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4) O adalah data objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah hasil analisa mencatat diagnose dan maslah kebidanan

35
6) P adalah penatalaksanaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penatalaksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipasi,
tindakan segera, tindakan secara komprehensif, penyuluhan
dukungan, kolaborasi, evaluasi/ follow up dan rujukann.

Tabel 2.2 Penulisan Catatan Perkembangan (SOAP)

Puskesmas /RS/RB NO. RM :


……………………... Nama pasien :

CATATAN PERKEMBANGAN Nama bidan :

Tanggal dan Catatan Perkembangan Nama dan Paraf


jam (SOAP)

S:

O:

A:

P:

Sumber : Kepmenkes RI No 938/Menkes/SK/VII/2007

BAB III

36
STUDI KASUS

MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN PADA NY”S” POST PARTUM HARI


PERTAMA DENGAN NYERI LUKA PERINEUM DI BPM PADA TANGGAL
17 APRIL 2017

Pada bab ini Bidan mengambil keputusan tindakan sesuai dengan wewenang dan
ruang lingkup praktiknya berdasarkan ilmu dan kiat kebidanan. Mulai dari
pengkajian, perumusan diagnosa dan atau masalah kebidanan perencanaan,
implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan. (Keputusan Mentri
Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 938/Menkes/SK/VIII/2007;5-7) tentang
Standar Asuhan Kebidanan.

NO. Register :
Tanggal Partus : 17 April 2017, jam 15.06 WIB
Tanggal Pengkajian : 17 April 2017, jam 18.00 WIB

STANDAR 1 : PENGKAJIAN
1. Data Sujektif
A. Identitas istri/suami
Nama : Ny ˝S˝ /Tn ˝N˝
Umur : 30 Tahun / 38 Tahun
Nikah/lamanya : 1 x /± 1 Tahun
Suku : Jawa / Jawa
Agama : Islam / Islam
Pendidikan : SMA / SMA
Pekerjaan : IRT / swasta
Alamat : Kajoran, Magelang
B. Data Biologis
1. Keluhan utama, ibu mengatakan nyeri pada luka jahitan

37
2 Riwayat keluhan utama:
a. Nyeri dirasakan setelah melahirkan pada tanggal 17 April 2016 jam
15.06 WIB
b. Ibu mengatakan ada jahitan pada perineum catgut luar dalam
c. Ibu mengatakan lebih nyeri dirasakan jika ia melakukan aktivitas
sehingga ibu kurang bergerak
d. Sifat keluhan hilang timbul
e. Usaha klien untuk mengatasinya ialah dengan berbaring
f. Keluhan lain yang menyertai perut bagian bawah.
C. Riwayat Obstetric
a. Riwayat haid
1. Menarche : 14 Tahun
2. Siklus Haid : 28-30 hari
3. Lamanya : 5-7 hari
4. Dismenorhoe. : Tidak ada
b. Riwayat Kehamilan
1. G1P0A0
2. HPHT tanggal 14-07-2016, HTP tanggal 22-04-2017
3. ANC sebanyak 4x di BPM
4. Ibu mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2x.
C. Riwayat kesehatan
a. Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit, diabetes, jantung,
hipertensi dan penyakit menular lainnya
b. Ibu tidak ada riwayat penyakit keturunan, dan tidak ada riwayat alergi
terhadap makanan dan obat-obatan tertentu
c. Ibu tidak pernah dioperasi
d. Ibu tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak pernah
merokok.
e. Ibu tidak ada riwayat penyakit tumor dan kanker

38
D. Riwayat Ekonomi, Sosial, Psikologi, dan Spiritual
1. Ibu dan keluarga sangat senang dengan kehamilannya yang sekarang.
2. Ibu berharap dapat melahirkan dengan normal dan di tolong oleh bidan
atau dokter.
3. Pengambilan keputusan dalam keluarga adalah suami.
4. Ibu bekerja mengurus rumah tangga sendiri.
5. Hubungan ibu dengan keluarga baik.
6. Ibu selalu berdoa untuk keselamatannya dan janinnya.
7. Ibu rajin menjalankan sholat 5 waktu.
2. Data Objektif
A. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan umum baik
2. Kesadaran composmentis
3. Tanda-tanda vital:
TD : 110/70MmHg
N : 84x/Menit
P : 22x/menit
S : 36,7ºC
4. Kepala dan Rambut
kulit kepala tampak bersih, tidak ada benjolan, nyeri tekan dan rambut
tampak bersih
5. Wajah
ekspresi wajah tampak meringis saat ada nyeri, tidak pucat dan tidak
nampak cloasma serta tidak ada oedema
6. Telinga
tidak ada secret
7. Mata
simetris kiri dan kanan,sclera tampak putih dan konjungtiva mera muda

39
8. Hidung
simetris kiri dan kanan,tidak ada polip dan peradangan
9. Gigi dan mulut
tampak bersih dan caries, bibir tidak pecah-pecah
10. Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, limfe dan pelebaran vena jugularis
11. Payudara
simetris kiri dan kanan, tampak hiperpigmentasi pada areola mammae,
putting menonjol, tidak ada bendungan ASI, payudara tidak tegang dan
pada saat ditekan keluar colostrum
12. Abdomen
tampak striae alba dan linea nigra, tidak ada luka bekas operasi, TFU 1 jari
bawah pusat kontraksi uterus baik, teraba bundar dan keras
13. Vulva dan perineum
terdapat pegeluaran lochia rubra, tidak berbau, tampak ada luka jahitan,
perineum masih basah, tidak ada tanda-tanda infeksi dan nampak bersih.
14. Ekstermitas bawah
simetris kiri dan kanan,tidak ada varices,tidak ada oedema,refleks pattela
(+)
B. Data Psikologis
1. Ibu sangat bersyukur dan bahagia atas kelahiran bayinya
2. Suami dan keluarga lain juga turut bahagia atas kelahiran bayinya
3. Ibu berencana memberi ASI kepada bayinya karena lebih praktis dan
ekonomis.

40
STANDAR II. PERUMUSAN DIAGNOSA / MASALAH KEBIDANAN
Diagnosa :

1. Post partum hari 1


2. Nyeri daerah perineum
Kriteria :
1. Tidak terjadi infeksi
2. Ibu mampu beradaptasi dengan nyeri
3. Ibu mampu melakukan perawatan pada luka jahitan perineum
4. TTV ibu dalam batas normal
Sistole : 90 – 120 mmHg
Diastole : 60 – 90 mmHg
1. Post partum hari 1 (2 jam postpartum)
DS :
1. Ibu melahirkan tanggal 17 April 2017, jam 15.06 WIB
2. Ibu sangat lelah
DO :
1. TFU 1 jrbpst
2. Tampak pengeluaran lochia rubra
3. Tampak jahitan luka perineum masih basah
Analisa dan interprestasi data

Setelah plasenta lahir uterus teraba bundar dan keras karena adanya
reaksi dan kontraksi otot-ototnya sehingga dapat menyebabkan
involusio uterus yang menyebabkan TFU turun 1 cm setiap hari,
Adanya pelepasan plasenta dan selaput dari dinding rahim terjadi pada
stratum spongisium bagian atas dan spongisium nekrosiskan keluar
berupa lochia, dimana pada hari pertama berwarna merah yang disebut
lochia rubra.

41
2. Nyeri luka perineum
DS :
1. Ibu mendapat jahitan pada daerah perineum
2. Nyeri di daerah perineum jika bergerak atau berjalan
3. Ada riwayat ruptur perineum
DO : :
1. Ekpresi wajah ibu nampak meringis saat ada nyeri
2. Tampak luka jahitan perineum masih basah
Analisa dan interprestasi data

Perlukaan pada perineum menimbulkan nyeri perineum karena


terputusnya jaringan pada luka perineum sehingga implus nyeri yang
dibawa oleh serabut saraf yang berdiameter kecil menyebabkan gale
control discrinocard membuka dan inplus diteruskan ke korteks
sehingga timbulnya nyeri yang dirasakan ibu.

STANDAR III : PERENCANAAN

Intervensi

Tanggal 17 April 2017

1. Beritahu ibu hasil pemeriksaan


Rasional: agar ibu dapat mengetahui kondisinya,sehingga ibu merasa
tenang dan dapat mengurangi kecemasan yang terjadi
2. Jelaskan penyebab nyeri
Rasional: agar ibu dapat mengetahui penyebab timbulnya nyeri sehingga ibu
dapat berdaptasi dengan nyeri yang dirasakan
3. Jelaskan tanda-tanda bahaya selama masa nifas

42
Rasional: dengan memberikan penjelasan kepada ibu tentang tanda-tanda
bahaya selama masa nifas ibu segera mencari pertolongan kepada tenaga
kesehatan jika ibu mengalami satu dari tanda bahaya tersebut.
4. Ajarkan pada ibu cara merawat luka jahitan perineum
Rasioal: merawat dan menjaga kebersihan luka jahitan perineum merupakan
hal yang harus dilaksanakan untuk mencegah terjadinya infeksi dan
mempercepat proses penyembuhan luka
5. Jelaskan HE tentang:
a. Personal hygiene
Rasional: agar member rasa nyaman dan mencegah terjadinya infeksi
b. Gizi seimbang
Rasional: makanan tinggi karbohidrat, protein dan vitamin dapat
mempercepat produksi ASI dan mempercepat penyembuhan luka jahitan
perineum
c. Hubungan seksual
Rasional: agar ibu dapat mengetahui secara dini tentang waktu yang
tepat untuk melakukan hubungan seksual bagi ibu nifas
d. Istirahat
Rasional : yang cukup istrahat yang cukup akan membantu
mengembalikan energi yang telah terpakai saat persalinan serta
mempercepat proses involusio uteri
e. Perawatan Payudara
Rasional : Perawatan payudara memperlancar sirkulasi pada payudara
sehingga dapat merangsang produksi ASI dan menecgah terjadinya
bendungan ASI.
6. Penatalaksanaan pemberian obat,amoxillin,asam mefenamat,SF secara
teratur
Rasioanal: Amoxillin sebagai antibiotic (mencegahinfeksi) asam Mefenamat
(mengurangi rasa nyeri) dan SF sebagai penambah darah.

43
7. Ambulasi dini sesuai keadaan
Rasioanal: dapat memperlancar sirkulasi darah dan mencegah terjadinya
subinvolusio.
STANDAR IV : IMPLEMENTASI

Tanggal 17 April 2017

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa dirinya dalam keadaan
normal dan sehat
2. Menjelaskan pada ibu bahwa penyebab nyeri adalah hal yang biasa dan normal
karena terputusnya jaringan pada daerah perineum
3. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas;
a. Perdarahan pervaginaan banyak dan mengumpal
b. Lochia berbau
c. Payudara berubah menjadi merah,panas,berbau dan teras nyeri
d. Kaki terasa sakit,merah dan bengkak
e. Demam
f. Rasa sakit waktu BAK
g. Rasa sangat sedih,tidak mau mengasuh anaknya sendiri
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
i. Sakit kepala yang berlebihan/terus-menerus
j. Nyeri epigastitik
4. Memberikan KIE tentang merawat luka jahitan,
a. Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan kebelakang
b. Washlap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan washlap yang
sudah ada busa tersebut keseluruh lokasi luka jahitan
c. Bilas dengan air hangat dan ulangi sampai yakin bahwa luka benar-benar
bersih
d. Setelah luka bersih boleh berendam di air hangat atau bisa juga bilas dengan
air hangat

44
e. Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman serta pakaian dalam yang
bersih dari bahan katun
f. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh,semakin bersih luka
jahitan maka semakin cepat sembuh dan kering
g. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat
sembuh seperti; ikan,daging,telur,tempe,tahu dan jangan pantang makanan
kecuali jika ada riwayat alergi
h. Luka tidak perlu dikompres obat antiseptic cair tanpa seizing dokter atau
bidan.
5. Menjelaskan HE pada bu tentang :
a. Personal hygiene, misalnya kebersihan seluruh anggota tubuh, dan menjaga
kebersihan alat-alat reproduksi
b. Gizi seimbang, terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan ibu untuk
mempelancar serta memperkaya ASI seperti protein (ikan, telur, tempe, tahu,
udang dan daging), karbohidrat (nasi umbi - umbian,dan roti), vitamin
(sayuran hijau, buah - buahan) dan air putih.
c. Hubungan seksual, aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas
harus memenuhi syarat secara fisik aman jika darah merah berhenti dan ibu
tidak merasa nyeri, juga belum siap untuk beraktivitas dengan baik
d. Istirahat ; istirahat yang cukup,dapat mencegah kelelahan yang berlebihan
dengan kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
e. Perawatan Payudara ; yakni mengelap payudara,terutama dengan air hangat
dan mengeringkannya sebelum dan sesudah menyusui untuk mencegah
infeksi silang antara ibu dan bayi,tetap
6. Menatalaksanakan pemberian obat, amoxillin 3x1, asam mefenama t3x1, SF 1x1
secara teratur

45
7. Menganjurkan ibu melakukan ambulasi dini sesuai keadaan,dengan
memperbolehkan ibu bangun dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat
mungkin berjalan dalama 24-48 jam postpartum.
STANDAR V : EVALUSI
Tanggal 17 April 2017

a. Post partum hari pertama berlangsung normal ditandai dengan:


1. Keadaan umum ibu baik
TD : 100/70 mmHg
N : 82x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,6 ºC
2. Kontraksi uterus teraba bulat dan keras
b. Nyeri luka perineum
1. Tidak ada tanda-tanda infeksi pada perineum
2. Nyeri berkurang terutama pada saat bergerak dan ekspresi wajah ibu sedikit
ceria.

46
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN KEBIDANAN PADA NY. S HARI
PERTAMA TANGGAL 17 APRIL 2017

(SOAP)

DATA SUBJEKTIF (S)

1. Ibu bersalin tanggal 17 april 2017


2. Ibu mendapatkan jahitan perineum
3. Ibu merasakan nyeri pada perineum
4. Ibu takut untuk bergerak

DATA OBJEKTIF (O)

1. KU ibu baik
2. Kadang meringis bila kesakitan
3. Tinggi fundus uteri setinggi pusat
4. Kontraksi uterus baik (teraba bundar dan keras)
5. Tampak pengeluaran lochea rubra
6. Tampak luka jahitan yang masih basah
7. Tidak ada tanda – tanda infeski
8. Pengeluaran lochia sanginolenta (merah kekuningan)
9. Tanda– tanda vital
TD : 100/70 mmHg
N : 82 x/menit
P : 20 x/menit
S : 36,6ºC

47
ASSESMENT (A)

Diagnosa :

1. Post partum hari pertama


2. Nyeri daerah perineum

PLANNING (P)

Tanggal 17 April 2017, jam 15.08 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan saat ini bahwa dirinya dalam keadaan normal
dan sehat
2. Menjelaskan pada ibu bahwa penyebab nyeri adalah hal yang biasa dan normal
karena terputusnya jaringan pada daerah perineum
3. Menjelaskan pada ibu tanda-tanda bahaya masa nifas;
a. Perdarahan pervaginaan banyak dan mengumpal
b. Lochia berbau
c. Payudara berubah menjadi merah,panas,berbau dan teras nyeri
d. Kaki terasa sakit,merah dan bengkak
e. Demam
f. Rasa sakit waktu BAK
g. Rasa sangat sedih,tidak mau mengasuh anaknya sendiri
h. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
i. Sakit kepala yang berlebihan/terus-menerus
j. Nyeri epigastitik
4. Memberikan KIE tentang merawat luka jahitan,
a. Lepas semua pembalut dan cebok dari arah depan kebelakang
b. Washlap dibasahi dan buat busa sabun lalu gosokkan perlahan washlap yang
sudah ada busa tersebut keseluruh lokasi luka jahitan

48
c. Bilas dengan air hangat dan ulangi sampai yakin bahwa luka benar-benar
bersih
d. Setelah luka bersih boleh berendam di air hangat atau bisa juga bilas dengan
air hangat
e. Kenakan pembalut baru yang bersih dan nyaman serta pakaian dalam yang
bersih dari bahan katun
f. Segera mengganti pembalut jika terasa darah penuh,semakin bersih luka
jahitan maka semakin cepat sembuh dan kering
g. Konsumsi makanan bergizi dan berprotein tinggi agar luka jahitan cepat
sembuh seperti; ikan,daging,telur,tempe,tahu dan jangan pantang makanan
kecuali jika ada riwayat alergi
h. Luka tidak perlu dikompres obat antiseptic cair tanpa seizing dokter atau
bidan.
5. Menjelaskan HE pada bu tentang;
a. Personal hygiene, misalnya kebersihan seluruh anggota tubuh, dan menjaga
kebersihan alat-alat reproduksi
b. Gizi seimbang, terdapat kebutuhan zat gizi yang diperlukan ibu untuk
mempelancar serta memperkaya ASI seperti protein (ikan, telur, tempe, tahu,
udang dan daging), karbohidrat (nasi umbi - umbian,dan roti), vitamin
(sayuran hijau, buah - buahan) dan air putih.
c. Hubungan seksual, aktivitas seksual yang dapat dilakukan oleh ibu nifas harus
memenuhi syarat secara fisik aman jika darah merah berhenti dan ibu tidak
merasa nyeri, juga belum siap untuk beraktivitas dengan baik
d. Istirahat ; istirahat yang cukup,dapat mencegah kelelahan yang berlebihan
dengan kembali pada kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan
e. Perawatan Payudara ; yakni mengelap payudara,terutama dengan air hangat
dan mengeringkannya sebelum dan sesudah menyusui untuk mencegah
infeksi silang antara ibu dan bayi,tetap

49
f. KB, ada berbagai macam alat kontrasepsi yang dapat digunakan,baik ibu
nifas,ibu menyusui atau juga untuk ibu yang ingin menunda
kehamilannya,yaitu sbb; implant,pil kb, IUD, suntik,
6. Menatalaksanakan pemberian obat, amoxillin 3x1, asam mefenamat3x1, SF 1x1
secara teratur
7. Melakukan ambulasi dini sesuai keadaan,dengan memperbolehkan ibu bangun
dari tempat tidurnya dan membimbing ibu secepat mungkin berjalan dalama 24-
48 jam postpartum.
PENDOKUMENTASIAN HASIL ASUHAN PADA KUNJUNGAN KEDUA

(SOAP)

Table : 3.3

BPM “R“ NO. RM :


Nama pasien : Ny “S“

CATATAN PERKEMBANGAN Nama bidan :

Tanggal dan Catatan Perkembangan Nama dan


jam (SOAP) Paraf

24 April 2017 S : Nyeri sudah berkurang dan terdapat pengeluaran


darah berwarna merah kekuningan
08.15 WIB
O : KU ibu baik, TFU tidak teraba, luka jahitan
perineum nampak mulai mongering, tampak
pengeluaran lochea sanginolenta, tidak ada tanda –
tanda infeksi, tanda – tanda vital : TD : 110/70
mmHg, Nadi : 80x/menit, Pernafasan : 22x/menit,

50
S : 36,5ºC

A : Postpartum hari ke-7

P:
Tanggal 24 April 2017
1. Meganjurkan ibu untuk merapatkan kakinya
bila tidur atau duduk; ibu melakukannya dan Yohana
nyeri dapat berkurang Maria Viani
2. Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga Banusu
kebersihan daerah luka perineum; ibu
mengerti dan dan bersedia mengikuti anjuran
yang diberikan
3. Meganjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara; ibu mengerti dan
bersedia melakukan anjuran yang diberikan
4. Memberikan pendidikan kesehatan tentang :
a. manfaat ASI, b. Keluarga berencana; ibu
mengerti
5. Menatalaksanakan pemberian obat; asam
mafenamat 500 gram 3x1 per oral.

51
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada BAB ini penulis akan membahas tentang kesenjangan dan penerapan antara
teori yang didapat dengan pelaksanaan asuhan kebidanan Ny.”S“ dengan nyeri luka
perineum di BPM. R Kabupaten Magelang tanggal 17 April 2017.

Pembahasan ini disusun dengan pendekatan standar asuhan kebidanan


menurut Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia Nomor:
938/Menkes/SK/VIII/2007;5-7 yaitu : Pengkajian, perumusan diagnosa dan atau
masalah kebidanan perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan
kebidanan

Untuk memudahkan pembahasan maka penulis akan menguraikan sebagai berikut :

STANDAR I: PENGKAJIAN

Pada tahap pengkajian Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan
dan lengkap dari semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klain, yang terdiri dari data subjektif ( hasil
anamneses, biodata utama, riwayat obstetric, riwayat kesehatan dan latar belakang
social budaya), Data objektif (hasil pemeriksaan fisik, psikologis dan pemeriksaan
penunjang).

Masa nifas dalam kajian teori disebut juga masa postpartum atau puerperium
adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,
sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang
berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan.

52
Data yang diperoleh dari Ny “ S “ yaitu persalinannya merupakan persalinan
yang pertama, berat badan lahir 3400 gram, dan nyeri luka perineum mengenai kulit,
membrane mukosa dan otot – otot superficialis pelvis.

Dengan melihat data yang diperoleh, maka tidak terdapat perbedaan kajian
dengan kasus nyata pada Ny “S” dengan nyeri luka perineum.

Pada pengkajian ini, penulis tidak menemukan hambatan yang berarti karena
adanya sikap kooperatif dari Ny “ S “ yang dapat menerima kehadiran penulis saat
pengumpulan data sampai tindakan yang diberikan, ibu menunjukkan sikap terbuka
dan mau menerima anjuran serta saran – saran yang diberikan bidan.

STANDAR II : PERUMUSAN DIAGNOSA ATAU MASALAH KEBIDANAN

Pada studi kasus dikatakan bahwa nyeri luka perineum yang terjadi akibat
perlukaan/irisan yang menyebabkan terputusnya jaringan pada luka perineum
sehingga implus nyeri yang dibawa oleh serabut saraf yang berdiameter kecil
menyebabkan gale control discrinocard membuka dan inplus diteruskan ke korteks
sehingga timbulnya nyeri yang dirasakan ibu

Sedangkan berdasarkan data yang diambil dari Ny.” S ” dirumuskan bahwa


nyeri luka jalan lahir dengan irisan pada perineum (episiotomi mediolateral) sehingga
ditegakkan diagnosa masa nifas hari 1, nyeri pada luka perineum dan potensial
terjadinya infeksi.

Dengan demikian penerapan kajian teori dengan data yang diambil dari Ny “
S “ secara garis besar tampak ada persamaan dalam diangnosa kebidanan yang
ditegakkan sehingga memudahkan memberikan tindakan selanjutnya.

53
STANDAR III: PERENCANAAN

Perencanaan adalah kasus penyusunan suatu rencana atau tindakan berdasarkan


prioritas masalah dan kondisi klien; tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan
secara komprehensif.

Asuhan kebidanan adalah merupakan suatu penerapan fungsi dan kegiatan yang
menjadi tanggung jawab dalam memberikan pelayanan kebidanan kepada pasien
yang mempunyai kebutuhan atau masalah dalam bidang kesehatan ibu pada masa
hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta keluarga berencana.

Luka adalah robeknya atau pecahnya suatu bagian tubuh, seperti robekan pada
perineum yang terjadi pada proses lahirnya kepala janin atau bahu pada saat
persalinan.

Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau
waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai 6 minggu
berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain sebagainya
berkaitan saat melahirkan (Suhaerni, dkk, 2009).

Pada pernyataan Standar Asuhan Kebidanan Bidan merencanakan asuhan


kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah yang ditegakkan. suatu rencana
tindakan yang komprehensif tidak hanya termasuk indikasi apa yang timbul
berdasarkan kondisi klien serta hubungannya dengan masalah yang dialami klien
akan tetapi meliputi: tindakan segera, tindakan antisipasi, dan asuhan secara
komprehensif yang melibatkan klien / pasien dan atau keluarga, mempertimbangkan
kondisi psikologi, sosial budaya, klien / keluarga, memilih tindakan yang aman sesuai
kondisi dan kebutuhan klien berdasarkan Epidience Based dan memastikan bahwa
asuhan yang diberikan bermanfaat bagi klien, pertimbangkan kebijakan dan peraturan
yang berlaku, dan sumber daya serta fasilitas yang ada.

54
Pada studi kasus perencanaan tindakan pada ibu masa nifas dengan nyeri luka
perineum adalah, jelaskan penyebab nyeri, tanda bahaya masa nifas, perawatan luka
perineum, personal hygiene, gizi, hubungan seksual, istirahat, perawatan payudara,
mobilisasi dini dan pemberian analgetik, observasi TTV dan lochea kaji tingkat nyeri,
lakukan perawatan payudara, manfaat ASI, dan keluarga berencana.

Pada Ny “ S “ masa nifas denga nyeri luka perineum penulis merencanakan


asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa / masalah aktual dan potensial sebagai
berikut :

Berdasarkan studi kasus Ny “ S “ di lahan praktek dilakukan tindakan


menjelaskan penyebab nyeri, menjelaskan tanda bahaya masa nifas, memberikan KIE
tentang merawat luka jahitan, menjelaskan HE pada bu tentang; Personal hygiene,
Gizi seimbang, Hubungan seksual, Istirahat, Perawatan Payudara, menatalaksanakan
pemberian obat, menganjurkan ibu melakukan ambulasi dini, mengobservasi TTV
dan pengeluaran lochea, mengkaji tingkat nyeri, menganjurkan untuk menjaga
kebersihan luka perineum, melakukan perawatan payudara, memberikan HE tentang
manfaat ASI , dan keluarga berencana

STANDAR IV: IMPLEMENTASI

Sesuai pernyataan Standar Asuhan Kebidanan bahwa Bidan melaksanakan rencanan


asuhan kebidanan secara komprehensif. Efektif, dan aman berdasarkan Epidience
Based kepada klien / pasien dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative. Dilaksakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.

Pada studi kasus Ny “S” dengan nyeri luka perineum semua tindakan telah
direncanakan dan sudah dilaksanakan seluruhnya dengan baik tanpa hambatan karena
kerjasama dan penerimaan yang baik dari klien serta dukungan dari keluarga dan
petugas kesehatan yang ada di BPM .R. Kabupaten Magelang.

55
STANDAR V: EVALUASI

Pada pernyataan Standar Asuhan Kebidanan Bidan melakukan evaluasi secara intim
dan berkesinambungan untuk melihat keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan,
sesuai dengan perubahan perkembangan kondisi klien.

Pada studi kasus evaluasi yang perlu dilakukan adalah pemantauan keadaan ibu
meliputi :

1. Tanda – tanda vital yang terdiri dari: Tekanan darah, Nadi, pernafasan, Suhu,.
Dengan hasil : TD: 110/70 mmHg, Nadi: 80x/menit, Pernafasan: 22x/menit,
Suhu: 36,5ºC.
2. Tinggi fundus uteri : turun 1 cm/hari
3. Pengeluaran lokia : normal, lokia sanginolenta (merah kekuningan)
4. Tanda – tanda infeksi tidak ditemukan seperti merah, bengkak, nanah, nyeri
dan panas
5. Ibu dapat beradaptasi dengan nyeri yang dirasakan
6. Jahitan luka perineum di kompres dengan bethadine

Berdasarkan data yang diambil dari Ny “ S “ maka nifas dengan nyeri luka
perineum tidak ditemukan hal – hal yang menyimpang. Oleh karena itu bila
dibandingkan dengan kajian dan studi kasus Ny “ S “ secara garis besar tidak
ditemukan kesenjangan.

56
BAB V

PENUTUP

Pada BAB ini penulis akan mengemukakan beberapa kesimpulan dan saran untuk
memberikan gambaran dan informasi studi kasus asuhan kebidanan pada Ny “ S “
dengan nyeri luka perineum di BPM R. Kabupaten Magelang.

A. Kesimpulan
1. Masa nifas disebut juga masa postpartum atau puerperium adalah masa
atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim,
sampai 6 minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-
organ yang berkaitan dengan kandungan, yang mengalami perubahan
seperti perlukaan dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan.
2. Tujuan masa nifas adalah Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik
maupun psikologi
3. Luka adalah robeknya atau pecahnya suatu bagian tubuh, seperti robekan
pada perineum yang terjadi pada proses lahirnya kepala janin atau bahu
pada saat persalinan.
4. Tujuan perawatan luka perineum untuk mencegah terjadinya infeksi pada
organ – organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya
mikroorganisme melalui vulva yang terbuka atau akibat
perkembangbiakan bakteri pada peralatan penamung lochea (pembalut)
serta kontaminasi rectum.
5. Masa Nifas pada Ny “ S “ ditegakkan diagnosa / masalah kebidanan, Masa
nifas hari 1, dan nyeri luka perineum
6. Perawatan robekan perineum dapat dilakukan dengan dengan cara
membersihkan perineum menggunakan larutan antiseptic, tiap kali setelah
buang air kecil dan buang air besar, penghangatan kering menggunakan

57
cahaya lampu, kompres dengan kantong es, rendam duduk, mandi
berendam dan pemberian anastetik topical.
7. Luka perineum apabila tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan
perdarahan, infeksi, jaringan parut, gangguan dalam hubungan seksual,
dan dapat menyebabkan fistel
8. Selama ibu masa nifas dapat mengalami masa labil, sehingga aspek
psikologi perlu mendapat perhatian khusus / serius sehingga dibutuhkan
dukungan yang terus – menerus agar pulih dari ketergantungan fisik dan
psikologi selama masa nifas
9. Hasil evaluasi setelah dilakukan penanganan pada Ny “ S “ tekanan darah
110/70 mmHg, nadi : 80x/menit, pernafasan : 22x/menit, suhu : 36,5ºC,
tinggi fundus uteri tidak teraba lagi, pengeluaran lokia sanginolenta, luka
jahitan perineum nampak kering, dan nyeri yang dirasakan ibu mulai
berkurang, sehingga ibu sudah bisa kembali ke aktivitas rumah.
10. Pendokumentasian hasil asuhan kebidanan adalah berupa dokumen yang
sangat penting bagi bidan yang merupakan salah satu pertanggung
jawaban atas setiap penanganan yang dilakukan terhadap klien.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka dapat mengemukakan saran - saran
sebagai berikut :
1. Menganjurkan ibu agar mengkonsumsi makanan yang bergizi karena
makanan yang bergizi akan memenuhi kebutuhan energi juga untuk
mempercepat proses penyembuhan dan pengembalian alat reproduksi ke
keadaan seperti sebelum hamil serta memperbanyak produksi air susu ibu
(ASI).
2. Perlunya keterlibatan suami / keluarga dalam perawatan untuk
meningkatkan hubungan yang lebih erat dengan pasien dan bayinya.

58
3. Perlunya vulva higyene dan perawatan luka perineum agar mempercepat
penyembuhan luka dan menghambat atau membunuh kuman penyebab
infeksi.
4. Perlunya memperhatikan prosedur aseptik yang dapat menghambat
masuknya kuman patogen dan apatogen penyebab infeksi.

59
DAFTAR PUSTAKA
Ambarwati, Eny retna. 2009, Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjagkarta; Mitra
Cendika offset http;//www.waspada.cp.id/index.php?option com_content&view
article&id 58076:penurunan-akikb-secara komprehensif.

Manuaba, Ida Bagus Gde, 2010. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan
Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta; EGC.

Maryunani, Ani. 2009. Asuhan Pada Ibu Dalam Masa Nifas (Postpartum),
Jakarta; TIM.
Maryunani, Ani. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan, Jakarta ;
TIM.
Nanny, Vivian Lia Dewi., & Tri Sunarsih.2011 Asuhan Kebidanan Pada Ibu
Nifas. Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, Soekidjo, 2005., Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta:


Rineka Cipta

Prawirohardjo, Sarwono.2008 Ilmu Kebebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka.

Rohani et. All.2011. Asuhan Pada Masa Persalinan, Jakarta : Salemba


Medika.

Rukiyah, Aiyeyeh.,& Lia Yulianti. 2010. Asuhan Kebidanan Patologi,


Jakarta: Trans Info Media

60

Anda mungkin juga menyukai