Anda di halaman 1dari 4

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Pertama kali, marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah Swt yang telah
menganugerahkan nikmat iman dan Islam serta kesehatan sehingga kita dapat menghadiri
sidang Jumat yang penuh berkah ini.

Baca Juga: Khutbah Jumat Singkat dan Edisi Khusus Awal Bulan Safar 2 September
2022, Tema: Cara Mendapatkan Ridho Allah

Shalawat serta salam semoga tercurah ke pangkuan junjungan kita Nabi besar Muhammad
Saw, beserta keluarga, para sahabat, dan orang-orang beriman hingga akhir zaman.

Mengawali khutbah Jumat kali ini, khatib mengingatkan kita semua, khususnya diri khatib
sendiri, agar senantiasa meningkatkan takwa kepada Allah Swt dengan sebenar-benar
takwa. Yaitu, menjalankan seluruh perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Takwa
adalah “jalan terang” menuju ke hadirat-Nya, sehingga kita akan menemukan nilai-nilai
kebajikan dan kemuliaan sejati, baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Sidang Jumat yang dimuliakan Allah

Manusia adalah makhluk unik dan istimewa. Berbeda dengan makhluk-makhluk lainnya,
manusia dianugerahi unsur-unsur immaterial yang lengkap, yaitu: ruh, akal, hati, dan nafs
(syahwat dan ghadlab) yang terbentuk dalam satu kesatuan yang disebut jiwa (soul). Dari
komponen immaterial ini, manusia hakikatnya adalah sebagai makhluk spiritual. Masing-
masing unsur tersebut memiliki fungsi yang berbeda.

Ruh memiliki sifat yang suci, cenderung kepada kesejatian (hakikat) dan lebih dekat dengan
Allah. Akal berfungsi untuk berfikir, mengingat, menghitung, dan berlogika. Hati berfungsi
untuk meyakini (beriman), mencintai, membenci, empati, dan hal-hal yang berhubungan
dengan rasa. Sedangkan nafsu merupakan energi jiwa yang berpotensi pada kesenangan
dan kemarahan (nafs al-ammarah).

Bagi yang mampu mengendalikan “jiwa tirani” (al-nafs al-ammarah) dengan selalu
mendekatkan diri kepada Allah, maka ia akan menjadi pribadi yang utuh. Sebaliknya, jika
seseorang dikendalikan oleh jiwa tirani dengan memenuhi kesenangan-kesenangan dasar
(pleasure principle), maka ia akan menjadi pribadi yang pincang. Sebagai makhluk spiritual,
manusia seharusnya mampu membersihkan hatinya dengan melakukan latihan-latihan
kebaikan untuk melawan kecenderungan nafsu rendah yang menyukai dosa dan
kemaksiatan.

Sidang Jumat yang dirahmati Allah

Di dalam jiwa manusia, sesungguhnya ada unsur energi negatif yang dapat menghancurkan
diri, lingkungan, dan peradaban, yaitu “penyakit hati” atau “amradlul qulub” yang
menimbulkan sifat sangat buruk. Imam Al-Ghazali dalam kitab Bidayat Al Hidayah
menuturkan bahwa ada tiga sifat hati yang sangat berbahaya, dimana sifat hati tersebut
selalu muncul dari zaman ke zaman.

Tiga sifat hati tersebut akan membawa kepada kebinasaan diri dan penyebab dari sifat-sifat
tercela lainnya, yaitu: hasad (iri hati), riya (pamer), dan ujub (angkuh, sombong atau
berbangga diri).

Dari ketiga penyakit hati tersebut yang memiliki dampak paling dahsyat adalah “hasad” atau
dengki. Hasad adalah klaster problem jiwa yang memiliki dampak luar biasa bagi kehidupan
diri, lingkungan, masyarakat, bahkan peradaban itu sendiri. Betapa banyak perkelahian,
percekcokan, dan peperangan fisik dengan saling membunuh dan meniadakan, diakibatkan
oleh munculnya sikap dengki.
Menurut Asy-Sya’rawi, penyakit jiwa bernama “hasad” benar-benar nyata. Al-Qur’an sendiri
dengan jelas menyebut sifat ini. Dalam Alquran disebutkan tentang sikap sebagian ahli kitab
terhadap Rasulullah Saw.

‫َاْم َي ْح ُسُدْو َن الَّن اَس َع ٰل ى َم ٓا ٰا ٰت ىُهُم ُهّٰللا ِمْن َفْض ِلٖۚه‬

Ataukah mereka dengki kepada manusia (Muhammad) karena karunia yang telah diberikan
Allah kepadanya? (QS: an-Nisa: 54)

Demikian juga Rasulullah Saw menyebut dengan jelas agar siapapun menghindari penyakit
hati ini:
‫ِايَّا ُك م َو الَح َس َد َف ِاَّن اْلَح َس َد َي ْا ُك ُل اْلَح َس َن اِت َك َم ا َت ْا ُك ُل الَّن اُر‬
‫الَح َط َب‬

Artinya: ”Jauhkanlah dirimu dari hasad karena sesungguhnya hasud itu memakan kebaikan-
kebaikan sebagaimana api memakan kayu-bakar.” (HR. Abu Dawud).

Hasad adalah kejahatan energi tersembunyi yang dapat membahayakan manusia. Allah
menyuruh kita untuk meminta perlindungan Allah darinya: “Dan dari kejahatan orang yang
dengki apabila dia dengki” (Q.S. Al-Falaq: 5)

Hasad dapat dianalogikan sebagai suatu benda yang tidak terlihat secara kasat mata. Namun
keberadaannya justru memiliki pengaruh dan dampak yang luar biasa serta bahaya yang
lebih ganas dibandingkan dengan sesuatu yang dapat terlihat mata. Meski hasad tidak
terlihat secara kasat mata, namun efek terhadap jiwa dan tatanan sosial sangat nyata.

Secara psikologi, hasad memiliki dampak, diantaranya:

1. Membentuk jiwa yang tidak mau mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh Allah (kufur
nikmat).
2. Menyiksa diri sendiri karena hatinya tak tenang yang disebabkan munculnya rasa tidak
nyaman atas kebahagiaan orang lain.
3. Munculnya ghibah, fitnah dan sebagainya yang dapat menimbulkan perpecahan dalam
keluarga dan ikatan persaudaraan sesama.
4. Munculnya kebencian dan permusuhan yang dapat menimbulkan kerusakan dalam jangka
waktu yang tak terbatas.

Imam Ahmad dan at-Tirmidzi meriwayatkan hadits dari az-Zubair bin al-Awwam ra dari Nabi
Saw, beliau bersabda:

‫ َو اَّلِذْي َن ْف ُس ُم َح َّمٍد ِبَيِدِه َال ُت ْؤ ِم ُنْو ا‬، ‫ َح اِلَقُة الِّدْي ِن َال َح اِلَقُة الَّش ْع ِر‬، ‫ َو اْلَب ْغ َض اُء ِهَي اْلَح اِلَقُة‬، ‫ َاْلَح َس ُد َو اْلَب ْغ َض اُء‬: ‫َد َّب ِإَلْي ُك ْم َد اُء اُأْلَم ِم َقْب َلُك ْم‬
‫ َأَفَال ُأَن ِّب ُئُك ْم ِبَش ْي ٍء ِإَذ ا َفَع ْلُتُمْو ُه َت َح اَب ْب ُت ْم ؟ َأْفُشوا الَّس َالَم َب ْي َن ُك ْم‬،‫َح َّت ى َت َح اُّبْو ا‬

Penyakit umat-umat sebelum kalian telah menyerang kalian yaitu dengki dan benci. Benci
adalah pemotong; pemotong agama dan bukan pemotong rambut. Demi Dzat yang jiwa
Muhammad berada di tangan-Nya, kalian tidak beriman hingga kalian saling mencintai.
Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan maka kalian saling mencintai?
Sebarkanlah salam diantara kalian. (HR. Tirmizi)

Sifat hasad (dengki), Al-Ghazali pernah berkisah tentang bahayanya kepada orang lain.
Hasad adalah sikap batin yang tidak senang terhadap kebahagiaan orang lain dan berusaha
untuk menghilangkannya dari orang tersebut. Menurutnya, hasad adalah cabang dari syukh,
yaitu sikap batin yang bakhil untuk berbuat baik.

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Hasad atau dengki adalah menginginkan nikmat yang dimiliki orang lain dan menghendaki
nikmat tersebut berpindah kepada dirinya. Hasad berawal dari sikap tidak menerima nikmat
yang diberikan Allah kepadanya, karena ia melihat orang lain diberi nikmat yang dianggap
lebih besar. Hasad pun bisa timbul bila seseorang menganggap dirinya lebih berhak
mendapatkan nikmat dibanding orang lain.

Pada hakikatnya, penyakit ini mengakibatkan si penderita tidak rela atas qadha’ dan qadar
Allah, sebagaimana perkataan Ibnul Qayyim ra: “Sesungguhnya hakikat hasad adalah bagian
dari sikap menentang Allah karena ia (membuat si penderita) benci kepada nikmat Allah atas
hamba-Nya; padahal Allah menginginkan nikmat tersebut untuknya. Hasad juga membuatnya
senang dengan hilangnya nikmat tersebut dari saudaranya, padahal Allah benci jika nikmat
itu hilang dari saudaranya. Jadi, hasad itu hakikatnya menentang qadha’ dan qadar Allah”.
(Al-Fawa’id, hal. 157).

Dampak hasad sungguh luar biasa. Hadis yang diriwayatkan Abu Dawud tersebut
menyebutkan bahwa hasad bisa menghancurkan seluruh catatan amal saleh. Hasad pun bisa
menimbulkan kebencian, sehingga ia sulit berbuat kebaikan pada orang yang ia dengki. Pada
saat yang sama ia pun akan sulit menerima kebaikan yang diberikan orang itu.

Orang yang hasad akan sangat lelah. Sebab ia tidak pernah puas dengan nikmat yang telah
Allah karuniakan. Pikiran dan hatinya menjadi tumpul karena selalu memikirkan dan cemburu
atas kenikmatan orang lain. Bila hasadnya memuncak akan mendoronya untuk berbuat
apapun dengan menghilangkan kenikmatan orang lain, termasuk mencuri, memfitnah,
bahkan membunuhnya. Dampak terpaling besar adalah hancurnya tali persaudaraan dan
tumbuh suburnya kebencian.

Dikisahkan, ada seorang raja memerintah di suatu negeri. Pada suatu hari seseorang datang
ke istananya dan menasehati Raja, “Balaslah orang yang berbuat baik karena kebaikan yang
ia lakukan kepada Baginda. Tetapi jangan hiraukan orang yang berbuat dengki pada
Baginda, karena kedengkian itu sudah cukup untuk mencelakakan dirinya.” Maksud orang itu,
hendaknya kita membalas kebaikan orang yang berbuat baik pada kita, namun kita jangan
membalas orang yang berbuat dengki dengan kedengkian lagi. Cukup kita biarkan saja.

Hadir di istana itu, seorang yang pendengki. Sesaat setelah orang memberi nasehat pergi, ia
menghadap raja dan berkata, “Tadi orang itu berbicara padaku, bahwa mulut Baginda bau.
Jika Baginda tak percaya, panggillah lagi orang itu esok hari. Jika ia menutup mulutnya, itu
pertanda bahwa ia menghindari bau mulut Paduka.” Raja tersinggung dan berjanji akan
memanggil si pemberi nasehat esok hari.

Baca Juga: Bacaan Niat Sholat 5 Waktu: Maghrib, Isya, Subuh, Dzuhur, dan Ashar,
Lengkap dengan Tulisan Arab dan Artinya

Sebelum orang itu dipanggil, si pendengki menghampirinya terlebih dahulu dan


mengundangnya untuk makan bersama. Si pendengki memberi orang itu banyak bawang dan
makanan yang berbau tajam, sehingga mulut si penasehat menjadi bau. Keesokan harinya ia
dipanggil Raja dan kembali memberikan nasehat yang sama. Raja lalu berkata, “Kemarilah
engkau mendekat.” Orang yang telah memakan banyak bawang itu lalu mendekati Raja dan
menutupi mulutnya sendiri karena khawatir aroma mulutnya akan mengganggu sang Raja.

Melihat orang itu menutupi mulutnya, Raja pun berkesimpulan bahwa orang ini sedang
bermaksud untuk menghina dirinya. Sang Raja lalu menulis surat dan memberikannya pada
orang itu. “Bawalah surat ini kepada salah seorang menteriku,” ucap Raja, “Niscaya ia akan
memberimu hadiah.”

Sebetulnya surat yang ditulis Raja ini bukanlah surat utuk pemberian hadiah. Raja sangat
tersinggung, karena itu ia menulis dalam surat itu, “Hai menteriku, jika engkau bertemu
dengan orang yang membawa surat ini, penggallah kepalanya. Kemudian bawalah kepala
orang ini ke hadapanku.”

Pergilah si pemberi nasehat itu dari istana. Di pintu keluar, ia bertemu dengan si pendengki.
“Apa yang dilakukan baginda kepadamu?” Pendengki ingin tahu. “Raja menjanjikanku hadiah
dari salah seorang menterinya,” ujar si pemberi nasehat seraya memperlihatkan surat dari
‫‪Raja. “Kalau begitu biar aku yang membawanya,” kata si pendengki. Akhirnya, orang yang‬‬
‫‪pendengki itulah yang celaka dan mendapat hukuman mati.‬‬

‫‪Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa hasad atau dengki memang betul-betul musuh‬‬
‫‪orang-orang beriman, dan salah satu obat yang dapat menetralisirnya adalah memperbanyak‬‬
‫‪syukur atas nikmat yang kita peroleh, sekecil apapun, untuk menjaga keseimbangan hidup.‬‬
‫‪Bukankah Allah telah menjanjikan bahwa semakin banyak kita bersyukur kepada-Nya, justru‬‬
‫‪Allah akan menambah kenikmatan hingga tak terbatas.‬‬

‫‪Baca Juga: Bacaan Niat dan Keutamaan Puasa Senin Kamis, Ini Pahala dan Manfaat‬‬
‫‪Kesehatan yang Luar Biasa di Baliknya‬‬

‫َو ِاْذ َت َاَّذ َن َر ُّب ُك ْم َلِٕىْن َشَك ْر ُت ْم َاَلِز ْيَد َّنُك ْم َو َلِٕىْن َكَفْر ُت ْم ِاَّن َع َذ اِبْي َلَش ِدْي ٌد‬

‫‪Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya‬‬
‫‪Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka‬‬
‫)‪pasti azab-Ku sangat berat.” (QS: Ibrahim: 7‬‬

‫َب اَر َك ُهللا ِلى َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَع ِظ ْي ِم ‪َ ،‬و َنَفَع ِني َو ِإَّياُك ْم ِبَم ا ِفْيِه ِمَن اآْل يَاِت َو الِّذ ْك ِر اْلَح ِكْي ِم ‪ِ .‬إَّن ُه ُه َو اْلَبُّر الَّت َّو اُب الَّر ُؤ ْو ُف الَّر ِحْي ُم‬

‫‪Khutbah Kedua‬‬

‫الحمد ِهلل َع لَى ِإْح َس اِنِه َو الُّشْك ُر َلُه َع لَى َت ْو ِفْيِقِه َو ِاْم ِتَن اِنِه‪َ .‬و َأْش َه ُد َأْن َال ِاَلَه ِإَّال ُهللا َو ُهللا َو ْح َد ُه َال َش ِر ْي َك َلُه َو َأْش َه ُد أَّن َس ِّيَد َن ا ُم َح َّم ًد ا َع ْبُد ُه‬
‫‪َ:‬و َر ُسْو ُلُه الَّد اِع ى إلَى ِر ْض َو اِنِه‪ .‬اللُهَّم َص ِّل َع َلى َسِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد ِو َع َلى َاِلِه َو َأْص َح اِبِه َو َس ِّلْم َت ْس ِلْيًما ِك ثْيًر ا‪َ .‬أَّما َب ْع ُد‬
‫َفيَا َاُّيَه ا الَّن اُس ِاَّتُقوا َهللا ِفْي َم ا َأَمَر َو اْن َت ُهْو ا َع َّما َن َه ى َو اْع َلُمْو ا َأَّن َهللا َأَمَر ُك ْم ِبَأْم ٍر َب َد َأ ِفْيِه ِبَن ْف ِس ِه َو َث ـَّن ى ِبَم آل ِئَك ِتِه ِبُقْد ِس ِه َو َقاَل َت عَاَلى ِإَّن َهللا‬
‫َو َمآلِئَكَت ُه ُي َص ُّلْو َن َع لَى الَّن ِبى يآ َاُّيَه ا اَّلِذْي َن آَم ُن ْو ا َص ُّلْو ا َع َلْيِه َو َس ِّلُمْو ا َت ْس ِلْيًما‬
‫اللُهَّم َص ِّل َع َلى َسِّيِد َن ا ُم َح َّمٍد َو َع َلى آِل َس ِّيِدنَا ُم َح َّمٍد َو َع َلى َاْن ِبيآِئَك َو ُرُس ِلَك َو َمآلِئَك ِة ْالُم َقَّر ِبْي َن َو اْر َض الّلُهَّم َع ِن ْالُخَلَفاِء الَّر اِش ِدْي َن َأِبى َب ْك ٍر‬
‫َو ُع َم ر َو ُع ْث َم ان َو َع ِلّى َو َع ْن َب ِقَّيِة الَّصَح اَبِة َو الَّت اِبِعْي َن َو َت اِبِعي الَّت اِبِعْي َن َلُهْم ِبِاْح َس اٍن ِاَلى َي ْو ِم الِّدْي ِن َو اْر َض َع َّن ا َمَع ُهْم ِبَر ْح َمِتَك َي ا َأْر َح َم‬
‫الَّر اِحِمْي َن‬
‫َاللُهَّم اْغ ِفْر ِلْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو ْالُمْؤ ِم َن اِت َو ْالُمْس ِلِمْي َن َو ْالُمْس ِلَماِت َاَالْح يآُء ِم ْن ُهْم َو ْاَالْم َو اِت اللُهَّم َأِع َّز ْاِإلْس َالَم َو ْالُمْس ِلِمْي َن َو َأِذَّل الِّش ْر َك َو ْالُم ْش ِر ِكْي َن‬
‫َو اْن ُصْر ِع َب اَد َك ْالُم َو ِّح ِدين َو اْن ُصْر َم ْن َن َص َر الِّدْي َن َو اْخ ُذ ْل َم ْن َخ َذ َل ْالُمْس ِلِمْي َن َو َد ِّمْر َأْع َد اَء الِّدْي ِن َو َاْع ِل َك ِلَم اِتَك ِإَلى َي ْو ِم الِّدْي ِن ‪ .‬اللُهَّم اْد َفْع‬
‫َع َّن ا ْالَب َالَء َو ْالَو َب اَء َو الَّز َالِز َل َو ْالِمَح َن َو ُسْو َء ْالِفْت َن ِة َو ْالِمَح َن َم ا َظ َهَر ِم ْن َه ا َو َم ا َب َط َن َع ْن َب َلِد َن ا ِاْن ُد وِنْيِس َّيا خآَّص ًة َو َس اِئِر ْالُب ْلَد اِن ْالُمْس ِلِمْي َن‬
‫‪.‬عآَّم ًة َي ا َر َّب ْالَع اَلِمْي َن‬
‫َر َّب َن ا آِتنَا ِفْي الُّد ْن َي ا َح َس َن ًة َو ِفْي ْاآلِخَر ِة َح َس َن ًة َو ِقَن ا َع َذ اَب الَّن اِر ‪َ .‬ر َّب َن ا َظ َلْم َن ا َاْنُفَس َن ا َو إْن َلْم َتْغ ِفْر َلَن ا َو َت ْر َح ْم َن ا َلَن ُك ْو َن َّن ِمَن ْالَخ اِس ِر ْي َن‬
‫ِع َب اَد ِهللا ! ِإَّن َهللا َي ْأُمُر ِبْالَع ْد ِل َو ْاِإلْح َس اِن َو ِإْيتآِء ِذي ْالُقْر بَى َو َي ْن َه ى َع ِن ْالَفْح شآِء َو ْالُم ْن َك ِر َو ْالَب ْغ ي َيِع ُظ ُك ْم َلَع َّلُك ْم َت َذ َّك ُرْو َن َو اْذ ُك ُروا َهللا ْالَع ِظ ْي َم‬
‫َي ْذ ُك ْر ُك ْم َو اْشُك ُرْو ُه َع لَى ِنَعِمِه َي ِز ْد ُك ْم َو َلِذ ْك ُر ِهللا َأْك َب ر‬

Anda mungkin juga menyukai