Fiqih
Fiqih
َ ْصابه هَهَلَ َج هئواَا َ َلَفَدْ فَدََ َو َجا ََءَالْقَ ْوهَمَفَأَ َح هاطواَِبِ ِ َْمَفَقَالهواَلَ ه ْكََالْ َعهْدهََ َوالْ ِميث ه
ََاقَا َْن َ ْ اصَ َو َأ َفَلَ َّماَانَْتَ َى َعَ ِ م 10
ِ ِ
َْ ِ اصَ َأ َّماَ َأنَََفَ َ َلَ َأ ْن ِز هَلَ ِ َفَ ِذ َّم َِةَ ََك ِفرََاللَّهه ََّمَ َأخ
ََ َّْبَ َعنَّاَن َ ِبي
َك َنَ َزلْ ه ْتََالَ ْي َناَ َأ َْنَ ََلَن َ ْق هت ََلَ ِم ْن ه ْكََ َر هجلََفَقَا ََلَعَ ِ م
ِ
َََبَ َو َزيْ مَدَ َو َر هج مَلَأخ هََرَفَأَع َْط ْو هَْهَالْ َعهْد َّتَقَتَلهواَعَ ِاِصاَ ِ َفَ َس ْب َع َِةَن َ َف َرَ ِِبلنَّ ْب َِلَ َوب َ ِق ََيَ هخبَ ْي م َ َّ وهَ َح َْفَقَاتَله ه
َ َ َاقَفَلَ َّماَ َأع َْط ْو هَْهَالْ َعهْدَََ َوالْ ِميث
ََاقَنَ َزلهواَالَْيْ ِ ْم َ َ َوالْ ِميث
ِ
Ketika ‘Ashim bin Tsabit dan para sahabatnya merasakan kehadiran
orang-orang itu, para sahabat langsung berlindung dibalik bukit, orang-
orang itu datang dan langsung mengepung, mereka berkata, ‘Turunlah
kalian, kalian dapat membuat perjanjian dan kesepakatan, supaya kami
tidak membunuh seorangpun dari kalian, ‘Ashim bin Tsabit menimpali,
‘Demi Allah, aku tidak akan berada dalam lindungan orang kafir, ya Allah
beritahukanlah kabar kami kepada Nabi-Mu SAW, ‘ Lalu mereka
menyerang para sahabat hingga berhasil membunuh ‘Ashim bersama 11
tujuh pemanah lainnya, tinggal tersisa Khubaib, Zaid dan seorang sahabat
lagi. Lalu mereka membuat perjanjian dan kesepakatan dengan mereka
jika bersedia untuk turun dan menyerahkan diri.
ََثَ َّ ِاَّليَ َم َعهه َماَ َه َذاَ َأ َّو هل َوه َِبِ َاَفَقَا ََلَ َّالر هج هَل َالث َّا ِل ه َْفَلَ َّماَ ْاس تَ ْم َكنهواَ ِمْنْ ه َْمَ َحليوا َ َأ ْوَتَ ََرَ ِق ِس ِ ِْي َْمَفَ َرب َ هط ه
ََبَ َو َزيْد َ َ َالْغَدْ َِرَفَأَبَََ َأ َْنَي َ ْص َحَبَ ه َْمَفَ َج َّر هروهَهَ َوعَالَ هجوهَهَع
َ ّلَ َأ َْنَي َ ْص َحَبَ ه َْمَفَ ََّْلَي َ ْف َع َْلَفَقَ َتلهوهَهَ َوان َْطلَ هقواَ ِ هِب َب ْي
هوُهاَ ِب َمكَّ ََة
َ ّتَ َِبع هَ َّ َح
Tatkala pasukan tersebut telah menyandera tiga utusan Nabi, mereka
memudar tali anak panah mereka untuk mengikat sandra mereka dengan
tali itu, maka laki-laki yang ketiga berkata, ‘Ini adalah pengkhinatan
pertama, demi Allah aku tidak akan menjadi teman kalian’. Lalu mereka
menyeretnya, namun ia tetap berontak, akhirnya mereka membunuhnya 12
dan mereka pergi dengan membawa Khubaib dan Zaid hingga mereka
menjualnya di Makkah.
ثَبَه ََهوَقَتَ َلََالْ َحا ِر َثَ َي َ ْوََمَبَدْ رََفَ َم َك ََ فَ ْاش َ ََتىَ هخ َب ْيباَب َ هنو َالْ َحا ِر ِثََ ْب َِنَعَا ِم َِرَ ْب ِنََن َْوفَلََ َو ََك ََنَ هخ َب ْي مَ
ثَ ِليَ ْس َت ِح ََّدَِبِ َاَفَأَعَ َارتْ هَهَ اتَالْ َحا ِر َِ ضَب َ َن َِ ّتَا َذاَ َأ ْ َْج هعواَقَ ْت َهَلَ ْاس َت َع ََارَ هموسََ ِم ْنََب َ ْع ِ َ ِع ْندَ هَْهَ َأ ِسرياَ َح َّ َ
ِ
فَْتَفَ ْزعَةََ َع َر َ َ ّلَفَ ِخ ِذَِهَفَلَ َّماَ َر َأيْ هت هَهَفَ ِزع هَ ّتَ َأَتَ هَهَفَ َوضَ َع هَهَعَ َ َ بَ ِ َلَفَدَ َر ََجَالَ ْي َِهَ َح َّ َ
تَ َع َْنَ َص ِ َ تَفَغَ َفلْ هَ
قَالَ َْ
ِ
َتَتَ هقو هَلَ اّللَ َو ََكن َْاكَا َْنَ َشا ََءَ َّ هَ َذاكَََ ِم ِنََ َو ِ َفَي َ ِدَِهَالْ هم َ َ
وسَفَقَا ََلَ َأ َ َْتشَ ْ َيََ َأ َْنَ َأ ْق هت َهَلَ َماَ هك ْن هَ
تَ ِ َِلفْ َع ََلَ َذ َِ
َ َ ِ َ ْ ِ ه ََ َ ْه ه ِ ِ ْ ِ ِ ِ
بَ َو َماَ ِب َمكَّ ََةَي َ ْو َمئِذََثَ َم َرمَةَ َوان َّهَهَ
فَع َن َ كَم َْنَقط َ بَلقدََْ َرأيْ هت هَهَيَأ َ تَأسرياَقطيَخَرياَم َْنَخ َب ْي َ َماَ َرأيْ هَ
ِ لَ هموثَقمََ ِفََالْ َح ِدي َِدَ َو َماَ ََك ََنَا ََّلَ ِر ْزقمََ َر َزقَ هَهَ َّ ه
اّللَ
ِ
Bani Harits bin ‘Amir bin Naufal lalu membeli Khubaib. -Khubaib adalah
orang yang telah membunuh Al Harits ketika perang badar- Khubaib
menjadi tawanan bagi mereka hingga mereka sepakat untuk 13
membunuhnya. Khubaib meminjam pisau kecil dari salah satu anak
perempuan Al Harits untuk bercukur, lalu ia meminjamkannya kepada
Khubaib. Wanita itu berkata, ‘Namun aku lalai dengan anak laki-laki
kecilku, anak itu datang kepadanya, lalu ia mengambilnya dan
mendudukkanya diatas pangkuannya. Ketika aku melihatnya, aku sangat
takut dengan rasa takut yang bisa ia pahami, sedangkan pisau kecil masih
ada dalam tangannya. Khubaib berkata, ‘Apakah kamu takut kalau aku
akan membunuhnya? Insya Allah aku tidak akan melakukan itu.’ Wanita
itu berkata, ‘Demi Allah aku tidak pernah melihat tawanan yang sangat
baik seperti Khubaib, aku pernah melihatnya memakan setangkai anggur
di tangannya dalam keadaan terikat dengan rantai besi, padahal di
Makkah tidak ada buah anggur, tidaklah hal itu melainkan rizqi yang Allah
’berikan kepada Khubaib.
14
فَالَْيْ ِ َْمَفَقَا ََلَلَ ْو ََلَ َأ ْنََتَ َر ْواَ َأ َّنََ لَ َر ْك َعتَ ْيََِ هََّثَان َ َ
َْص َ َ فَخ ََر هجواَ ِب َِهَ ِم َْنَالْ َح َرَِمَ ِل َي ْق هتلهوهَهَفَقَا ََلَ َدع ِ َ
هونَ ُأ َص ِ َ
ِ
يَ ِع ْندَََالْقَ ْت َِلَه َهوََ هََّثَقَا َلََاللَّهه ََّمَ َأ ْح ِصهِ َْمَ تَلَ ِزدْتهََفَ ََك ََنَ َأ َّو ََلَ َم َْنَ َس ََّنَ َّالر ْك َع َت ْ َِ َماَ ِ َبَ َج َزمَعَ ِم َْنَالْ َم ْو َِ
اتَ ْال َ ِلََ َوا َْنَلَ ِ َفَ َذ َِ َص ِعيَ َو َذ ِ ََ ّلَ َأ ِيََ ِشقََ ََك ََنَ ِ َّ َِ
ّللَ َم ْ َ يَ ُأ ْقتَ هَلَ هم ْس ِلماَعَ َ َ عَدَ داَ هََّثَقَا َلََ َماَ ُأ َِب ِ َلَ ِح ََ
ه َ لَ ِ عهق ه ْ ِ فَقَ َ ه بع ه م ِ
ْشَا َ َلَعَ ِ َ
اصَ َتَق َري َ ثَ تَلََ َو َ َ ث َْ ّلَ َأ ْو َصالََِ ِشلْوََ هم َم َّزَِعَ ََّثَقا ََمَا ْي َهَ َب َةَ ْب هَنَال َحا ِر َ يَشَ َأَْيه َبا ِركََْعَ َ َ
َ َِ ِ
اّللَعَلَ ْي َِهَ
ثَ َّ هَ اصَقَ َت ََلَ َع ِظمياَ ِم َْنَع َهظ َماِئِ ِ َْمَي َ ْوََمََب َدْ رََف َب َع َ َِش َءَ ِم َْنَ َج َس ِدَِهَي َ ْع ِرفهون َهَهَ َو ََك ََنَعَ ِ مَ ِل هي ْؤت َْواَب َ ْ
َشءَّلَ َ ْ الظ ََِّّلَ ِم َْنَادلَّ ْب َِرَفَ َح َم ْت هَهَ ِم َْنَ هر هس ِلهِ َْمَفَ ََّْلَي َ ْق ِد هرواَ ِمنْ ههََعَ َ َ
ِمثْ ََلَ ي
Lalu mereka membawa Khubaib keluar dari Haram untuk membunuhnya.
Khubaib berkata, ‘Berikanlah kesempatan kepadaku untuk mengerjakan
(shalat) dua raka’at!’ Setelah itu Khubaib kembali kepada mereka dan
berkata, ‘Sekiranya aku tidak khawatir kalian menganggapku takut dari
kematian, niscaya aku akan menambah bilangan raka’atku.’ Dan dialah 15
orang yang pertama kali melakukan shalat dua raka’at sebelum
menghadapi kematian, kemudian ia berkata, ‘Ya Allah hitunglah jumlah
mereka, ‘ kemudian dia melanjutkan, ‘Aku tak peduli bila terbunuh sebagai
seorang muslim, di bagian manapun hanya untuk Allah kematianku, yang
demikian bagi Sang Ilah, jika Dia berkehendak akan memberkahi semua
persendian jasad yang terpisah.’ Lalu berdirilah ‘Uqbah bin Al Harits dan
membunuhnya. Orang-orang Quraisy kemudian mengutus utusan kepada
‘Ashim untuk mendapatkan sebagian jasadnya sebagai bukti, sebab ia
telah membunuh sebagian besar dari para pembesar mereka pada perang
badar, ternyata Allah mengutus semacam gulungan debu yang
menggulung utusan mereka hingga mereka tidak berhasil mengambil
sedikitpun dari jasad Khubaib.’”
Ath-Thabary menambahkan sebuah riwayat dari Abi Kuraib, ia berkata :
16
“Telah menceritakan kepada kami Ja‘far b in Aun dari Ibrahim bin Ismail
ia berkata, telah menceritakan kepadaku Ja‘far bin Amir bin Umaiyyah
dari bapaknya dari kakeknya, bahwa Rasulullah SAW mengutusnya
sendirian sebagai mata-mata kepada kaum Quraisy. Ia berkata,
‘Kemudian aku datang ke sebuah kayu tempat Khubaib dieksekusi, dengan
sangat hati-hati. Lalu aku naik kepadanya kemudian aku lepaskan
ikatakannya dan Khubaib pun lenyap seolah-olah ditelan oleh bumi.
Sampai hari ini tidak diketahui tulang-tulang Khubaib itu’”.
Ibnu Ishaq berkata,
“Adapun Zaid bin Datsinah, dia dibeli oleh Shafwan bin Umaiyah. Ketika
mereka membawanya keluar dari al-Haram untuk dibunuh, Abu Shafwan
bertanya kepadaku, ‘Aku bersumpah padamu hai Zaid. Apakah kamu suka
seandainya Muhammad sekarang ini kami hukum sebagai penggantimu 17
dan kami kami kembalikan kepada keluargamu?’ Jawab Zaid dengan
tegas :
‘Demi Allah, aku tidak rela jika Muhammad sekarang ini terkena duri
sedikitpun sedangkan aku duduk bersama keluargaku.’ Mendengar
jawaban ini Abu Shufyan berkomentar , ‘Aku tidak pernah melihat seorang
pun yang lebih dicintai oleh sahabatnya seperti kecintaan sahabat
Muhammad terhadap Muhammad.’”
2. Versi Kedua
Sedangkan versi yang kedua dari sumber lain menyebutkan bahwa yang
dibantai adalah para guru agama yang dikirim oleh Rasulullah SAW kepada
suatu kaum.
Kalau menurut riwayat versi kedua ini disebutkan bahwa beberapa
utusan dari Kabilah ‘Udhal (ضل
َ ع
ُ ) dan Al-Qarah ( )القارةdatang kepada Rasulullah 18
SAW menyebutkan bahwa mereka sangat membutuhkan orang-orang yang
akan mengajarkan kepada mereka agama.
َ اإنَفيناَاإسلماَفابعثَمعناَنفرامنَأْصابكَيفقهونَويقرؤونَالقرأنَويعلمونَرشائعَالإسلم
Kami sudah masuk Islam, mohon kirimkan kepada kami rombongan dari
kalangan shahabatmu agar memberikan kami pemahaman agama,
membacakan kepada kami Al-Quran dan mengajarkan syariat Islam.
Kemudian Rasulullah SAW mengutus beberapa orang dari sahabatnya,
antara lain: Murtsid bin Abi Murtsid, Khalid bin Al-Bakir, Ashim bin Tsabit,
Khubaib bin Ady, Zaid bin Datsinah dan Abdullah bin Thariq. Rasulullah SAW
menunjukk Ashim bin Tasbit sebagai Amir mereka.
B. Pembantaian
Terlepas dari versi yang manakah yang sesungguhnya terjadi, yang jelas 19
para shahabat itu dibantai. Kalau pun menggunakan versi bahwa mereka
adalah pasukan yang sedang menyamar, tidak seharusnya mereka langsung
dibunuh begitu saja.
Apalagi dalam keadaan terkepung, pihak pembunuh mereka berpura-
pura menawarkan penangkapan biasa. Namun ternyata semuanya dibunuh,
kecuali yang berhasil melarikan diri.
Maka yang berhasil dilakukan kepada para shahabat ini jelas melanggar
adat kebiasaan orang Arab yang tidak membunuh orang seenaknya.
Bab 2 : Peristiwa Bi’ru Ma’unah
Peristiwa pembantaian 70 ahli ilmu di Bi’ru Ma’unah merupakan bentuk
pembantaian yang sangat menyakitkan hati kaum muslimin di masa itu. 20
Sebab yang dibantai itu bukan pasukan perang, mereka adalah sekelompok
guru yang bertugas dalam misi mengajar ilmu agama.
A. Latar Belakang Peristiwa
Amir bin Malik datang kepada Nabi SAW, kemudian Nabi SAW
mengajaknya masuk Islam. Amir nampaknya belum siap untuk masuk Islam,
namun juga tidak menolak kalau akan masuk Islam. Untuk itu Amir memberi
penawaran menarik yang sayang sekali kalau disia-siakan.
“Utuslah saja, aku yang akan melindungi dan menjamin mereka. Biarlah
mereka mengajak kepada agamamu.”
B. Nabi Mengutus 70 Ahli Ilmu
Akhirnya entah bagaimana pertimbangannya, kemudian Nabi SAW
memutuskan untuk mengutus sejumlah besar sahabat. Jumlah itu cukup
besar karena 70 orang. Kesemuanya merupakan shahabat pilihan yang lolos
kualifikasi. Mereka bukan sekedar shahabat yang mendapat hidayah,
kelasnya bukan sekedar muallaf, tetapi mereka merupakan para ulama yang
ahli Al-Quran. Dalam banyak kitab sirah mereka sering disebut sebagai 22
qurra’.
Pengiriman para da’i ini menurut riwayat Ibnu Ishaq dan Ibnu Katsir,
dilakukan empat bulan setelah perang Uhud. Maka berangkatlah mereka
hingga sampai di Bi‘ru Ma‘unah.
C. Pembantaian 70 Ahli Ilmu
Ketika sampai di tempat ini, diutuslah Haram bin Milham salah seorang
dari delegasi da’i tersebut untuk menyampaikan surat Nabi SAW kepada
Amir bin Thufail. Belum sampai surat itu dibacanya, Amir bin Thufail langsung
membunuh Haram bin Milhan.
Menurut riwayat Bukhari dari Anas bin Malik bahwa ketika Haram bin
Milhan ditikam dan darahnya muncrat di wajahnya, ia berteriak, “Aku telah
sukses demi Rabb Ka‘bah“.
Kemudian Amir bin Thufail menggerakkan Bani Amir untuk menyerang 23
pada da’i yang lainnya, tetapi Bani Amir menolaknya dan berkata, “Kami
tidak akan mengkhianati Abu Barra‘ (Amir bin Malik)”.
Lalu Amir bin Thufail meminta bantuan kepada kabilah-kabilah Sulaim
dari suku Ushaiyyah, Ri‘iI dan Dzakwan. Kabilah-kabilah ini menyambut
ajakan Amir bin Thufail lalu mengepung dan menyerang mereka.
Para da’i itu berusaha melakukan perlawanan tetapi tidak berdaya
sampai semuanya gugur terbunuh.
Di antara para da’i yang diutus itu terdapat dua orang sahabat yang tidak
menyaksikan tindak pengkhianatan ini. Salah seorang di antaranya ialah Amir
bin Umaiyyah Adh-Dhamri. Kedua sahabat ini tidak mengetahui berita
terjadinya pengkhianatan tersebut sehingga keduanya datang membantu
saudara-saudaranya.
Tetapi sahabatnya itu pun terbunuh bersama yang lain, sementara Amir 24
bin Umaiyyah Adh-Dhamri berhasil lolos dan kembali ke Madinah. Di tengah
perjalanan ia bertemu dengan dua orang Musyrik yang disangkanya dari Bani
Amir. Lalu kedua orang itu dibunuhnya.
D. Nabi SAW Teramat Berduka
Berita pembantaian 70 orang shahabat di Bi’ru Ma’unah terdengar
hingga ke telinga Nabi SAW. Betapa hancurnya hati Beliau SAW menerima
kabar yang begitu menyakitkan.
Pembantaian 70 ahli ilmu agama ini kasusnya jauh berbeda dengan
perang Uhud yang sebelumnya yang juga memakan korban 70 orang
syuhada. Sebab mereka dibunuh bukan karena peperangan yang sifatnya
terbuka. Mereka sekedar jadi korban saja, sama sekali tidak berada pada
posisi peperangan. Tentu saja mereka bukan prajurit perang, tidak bawa
senjata dan tentu saja tidak mempersiapkan diri untuk bertarung hidup dan 25
mati.
Keberangkatan mereka semata-mata untuk mengajar ilmu agama, bukan
mau perang. Misinya misi ilmiyah, namun mereka jadi korban kekerangan.
Ketika melakukan seleksi pun Nabi SAW tidak mempertimbangkan
kemampuan mereka dalam pertarungan dan laga. Yang dijadikan
pertimbangan semata-mata masalah keilmuannya.
Kita bisa bayangkan betapa sulitnya mendapatkan sumber daya manusia
yang mumpuni di bidang ilmu agama. Jelas jauh lebih berat prosenya dan
butuh waktu yang lebih lama ketimbang sekedar menyiapkan pasukan
perang.
Sebab latihan perang itu sekedar mempersiapkan fisik saja, sedangkan
mencetak para ulama tentu harus melewati tahapan-tahapan yang panjang.
Dan tidak semua shahabat punya potensi untuk menjadi ulama. Hanya 26
mereka yang Allah SWT beri anugerah saja yang bisa nantinya belajar lebih
dalam menjadi para ulama.
Di dalam Al-Quran, Allah SWT memang membedakan antara orang yang
berilmu dengan mereka yang tidak berilmu.
َِ ونَ ِل َي ْن ِف هرواَ ََكفَّةَََۚفَلَ ْو ََلَن َ َف ََرَ ِم َْنَ هكََِ ِف ْرقَةََ ِمْنْ ه َْمَ َطائِ َف مَةَ ِل َيتَ َفقَّههواَ ِ َفَ ِادل
َينَ َو ِل هي ْن ِذ هروا ََ َو َماَ ََك ََنَالْ هم ْؤ ِمنه 27
ََ قَ ْو َمهه َْمَا َذاَ َر َج هعواَالَْيْ ِ َْمَلَ َعلَّهه ْمََ َ َْي َذ هر
ون
ِ ِ
Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang).
Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa
orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan
untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah
kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (QS. At-
Taubah : 122)
Maka wajar dan masuk akal kalau duka lara Nabi SAW sedemikian
mendalam ketika mendengar para shahabat dengan kapasitas ulama ahli
ilmu dibunuh. Jumlahnya tidak tangg-tanggung, sampai 70 orang. Anas bin
Malik menceritakan hal itu dalam salah satu haditsnya :
ََيَ َر هجلََ ِل َحا َجةََيهقَا هَلَلَهه َْمَالْ هق َّرا هء ََ اّللَعَلَ ْي َِهَ َو َس َََّّلَ َس ْب ِع َ َّ بَ َص
َّلَ َّ ه ََ اّللَ َع ْن هَهَقَالَ َب َع
َثَالنَّ ِ ي َضََ َّ ه َ ِ َع َْنَ َأنَسََ َر
َِ َّ ان َ ِع ْندََ َب ْ َِئ َيهقَا هَل َلَهَا َب ْ هَِئ َ َم هعون َ ََة َفَقَا ََل َالْقَ ْوهَم َ َو
َاّلل َ َما َن َ هسلَ َْي َ ِرعْ مَل َ َو َذ ْك َو ه َِ َّض َلَهه َْم َ َحي
َ ِ َ ان َ ِم َْن َب َ َ فَ َع َر
َاّلل
َّلَ َّ ه َ َّ بَ َص َْاّللَعَلَ ْي َِهَ َو َس َََّّلَفَقَتَله ه
َوهَفَدَ عَاَالنَّ ِ ي َّلَ َّ ه َ َّ ونَ ِ َفَ َحا َجةََلِلنَّ ِ ِبََ َص ََ ا ََّّي ه ْكََ َأ َردْنَََان َّ َماَ َ َْن هَنَ هم ْجتَ هاز
ِ ِ
َِ لَبَدْ هَءَالْ هقنه
وت ََ ِ عَلَ ْي َِهَ َو َس َََّّلَعَلَْيْ ِ َْمَ َشهْراَ ِ َفَ َص َلَِةَالْغَدَ اَِةَ َو َذ
Dari Anas radliallahu ‘anhu, dia berkata, “Nabi SAW mengutus tujuhpuluh
orang untuk suatu keperluan, mereka disebut sebagai qurra` (para ahli al
Qur’an), mereka di hadang oleh penduduk dari bani Sulaim, Ri’i dan 32
Dzakwan dekat mata air yang disebut dengan Bi’r Ma’unah, mereka
berkata, ‘Demi Allah, bukan kalian yang kami inginkan, kami hanya ada
perlu dengan Nabi SAW.’ Mereka akhirnya membunuh para sahabat
tersebut, maka Nabi SAW mendo’akan kecelakan kepada mereka (Sulaim,
Ri’l dan Dzakwan) selama sebulan pada shalat shubuh, itu adalah awal
kali dilakukannya qunut, sebelumnya kami tida pernah melakukan do’a
qunut.”
B. Tata Cara Qunut Nazilah
Qunut Nazilah dilaksanakan pada saat i’tidal (berdiri dari ruku’) di rakaat
terakhir dalam seluruh shalat wajib. Dianjurkan untuk mengeraskan suara
dan mengangkat kedua tangan ketika membacanya tanpa mengusap wajah
apabila telah selesai membacanya. Demikian yang diterangkan oleh imam
An Nawawi rahimahullah :
33
َصَ َوالْ َم ْغ ِربََِ َوالْ ِعشَ ا َِءَ َو ي
ََالص ْب َِحَ ِ َفَ هد هب َِرَ هكََِ َص َلة َِ ْ الظهْ َِرَ َوالْ َع للا َشهْراَ همتَتَابِعاَ ِ َفَ ي َِ ََتَ َر هسو هل ََ َقَن
َ َ َنَ هسلَ َْيَع
ََّلَ ِر ْع ِل َ ِ َ حَ ِم َْنَب َ َ َللاَ ِل َم َْنَ َ َِحدَ هَهَ ِم ََنَ َّالر ْك َع َِةَ ْا َِل ِخ ْ َريَِةَيَدْ هعواَعَلَْيْ ِ َْمَع
ََّ َ َّل ََ َ َِس ََعَ ه:َا َذاَقَا ََل
ِ
.ه ََ َو َذ ْك َو
َانَ َوع َهص َّي ََةَ َويه َؤ ِم هَنَ َم َْنَ َخلْ َف ه
“Rasulullah SAW melaksanakan qunut nazilah selama sebulan secara
berturut-turut di dalam Shalat Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya’ dan Shubuh.
Setiap kali usai mengucapkan : “Sami’allahu liman hamidah” Dari raka’at
terakhir mendo’akan kejelekan atas mereka, yaitu perkampungan Ri’il,
Dzakwan dan ‘Ushayyah dari Bani Sulaim. Sedangkan orang-orang
dibelakangnya mengucapkan “Amien”. (HR. Ahmad).
Walaupun doa di dalam qunut nazilah bukan suatu yang ditentukan
bacaannya, namun dianjurkan untuk berdoa dengan doa-doa yang ada
riwayatnya dan sesuai dengan kondisi dan suasana yang sedang terjadi, 34
sebagaimana yang pernah dilakukan oleh khalifah Umar ibnul Khattab
radhiyallahuanhu, ketika memerangi orang-orang nashrani, bahwasanya
beliau membaca qunut dengan doa yang sudah masyhur :
َ َ ك َ َو َ َْن
ََ َ ش َعَ َذاب
َك َا ََّن ََ َاللَّهه ََّم َا ََّّيكََ َن َ ْع هبدهَ َ َو َ َلَ َن َهص ِّلَ َ َون َ ْس هجدهَ َ َوالَ ْي
ََ َنَ ْر هجو َ َر ْ ََح َت.َك َن َ ْس َع َ َ َو َ َْن ِفده
ِ ِ ِ
َكَ ِِبلْ هكفَّا َِرَ هملْ ِحقم ََ َ عَ َذاب
Ya Allah! Hanya kepada Engkau kami beribadah, hanya karena Engkau
kami shalat dan sujud, hanya kepada Engkau pula kami berusaha dan
berkhidmat. Kami sangat mengharap rahmat-Mu dan kami pun takut
akan siksa-Mu, karena sesungguhnya siksa-Mu itu tidak akan pernah
berkurang atas orang-orang kafir”.
C. Kerancuan Qunut Nazilah dan Qunut Shubuh 37
Jumhur ulama umumnya menafikan kesunnahan qunut pada shalat
shubuh, seperti mazhab Hanafi, Maliki dan Hambali umumnya dan Ats-
Tsauri.1 Termasuk yang berpendapat sama adalah dari kalangan shahabat di
antaranya adalah Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud, Ibnu Umar dan Abu Ad-Darda'
radhiyallahuanhum. Sebagian dari mereka beralasan bahwa qunut shubuh
itu hanya dilakukan oleh Nabi SAW selama sebulan saja, setelah itu Nabi SAW
sudah tidak lagi mengerjakannya.
Sementara para ulama di kalangan mazhab Asy-Syafi’i memandang
1 Ibun Qudamah, Al-Mughni jilid 2 hal. 585, Al-Imam An-Nawawi, Raudhatut-Thalibin, jilid
1 hal. 254, Kasysyaf Al-Qina jilid 1 hal. 493.
bahwa dalil qunut shubuh berbeda dengan dalil qunut nazilah, meski pun
diawali dengan kasus yang sama.
Dasarnya adalah hadits shahih riwayat Al-Imam Ahmad bin Hanbal 38
berikut :
َ َّ تَ ِ َفَالْ َف ْج َِرَ َح
َ ّتَفَ َار َ َقَادلي نْ َيَا َِ َّ ََماَ َزالَ َر هسول
َاّللَي َ ْقنه ه
Rasulullah SAW tetap melakukan qunut pada shalat fajr (shubuh) hingga
beliau meninggal dunia. (HR. Ahmad).1
، وأيكلون امليسر، وهم يشربون اخلمر، «قدم رسول هللا ﷺ املدينة:وروى أمحد عن أيب هريرة قال
، فنزلت اآلية،فسألوا رسول هللا ﷺ عنهما
Namun kalau ditilik kandungan hukumnya, ayat ini sebenarnya belum lagi 47
secara tegas mengharamkan khamar, hanya mengatakan bahwa di
dalamnya ada potensi dosa yang besar, namun sekaligus juga penekanan
bahwa khamar itu punya banyak manfaat bagi manusia.
Logikanya kalau khamar itu mau diharamkan dan harus ditinggalkan
secara total, tidak perlu ada ungkapan bahwa khamar itu banyak
manfaatnya. Ternyata Al-Quran masih menyebutkan banyak manfaatnya,
karena itulah maka hanya sebagian shahabat saja yang meninggalkan minum
khamar, sedangkan sebagian besar lainnya justru masih meneruskan tradisi
minum khamar.
Maka ayat yang kedua kali turun terkait khamar ini masih dianggap
sekedar isyarat atau mukaddimah saja, bahwa nantinya khamar akan segera
diharamkan.
3. Tahap Ketiga
Ayat yang turun pada tahap ketika sebenarnya sudah mulai
48
mengharamkan khamar, namun keharamannya masih pada momen
tertentu, yaitu ketika menjelang waktu shalat. Simaklah ayat berikut ini :
“Ya Allah berilah pahala atas musibahku ini. Dan gantikanlah dengan yang
lebih baik darinya.”
Setelah iddahku selesai, Rasulullah meminta izin padaku. Saat itu aku
sedang menyamak kulit. Kucuci tanganku dan kuizinkan beliau masuk. Aku 61
pun membentangkan alas duduk dari kulit yang berisi serat. Beliau pun
duduk di atasnya dan meminangku untuk dirinya. Setelah beliau selesai
berbicara, aku berkata, “Wahai Rasulullah, siapa aku ini untuk tidak
menerimamu. Tapi aku adalah seorang wanita yang sangat pencemburu.
Aku khawatir Anda melihat pada diriku sesuatu yang menyebabkan aku
diadzab oleh Allah. Dan aku adalah wanita yang sudah berusia dan memiliki
anak-anak.”
Rasulullah menanggapi,
َجالس تا َن-رضَللاَعْنا-ََوأنَوأ يَمَسلمة.”َان َّهَهَ َ َِحي مَدَ َمجِ ي مد،اّللَ َوبَ َر ََكته هَهَعَلَ ْي ه ْكََ َأ ْه ََلَالْ َبيْ ِت
َِ َّ ََر ْ ََح هَة
ِ
“Semoga Allah merahmati dan memberkahi kalian wahai ahlul baitku.
Sesungguhnya Dia Maha Terpuji lagi Maha Mulia.”
Aku (Zainab) dan juga Ummu Salamah duduk. Kemudian ibuku, Ummu
Salamah menangis. Rasulullah melihat ke arahnya dan bertanya, “Apa yang 64
membuatmu menangis?” Ummu Salamah menjawab, “Anda
mengkhususkan mereka dan meninggalkan aku dan putriku.” Nabi bersabda,
َِ َالصا ِدق
َات َّ يََ َو ََ الصا ِد ِق َّ اتََ َو َِ َيََ َوالْقَا ِنت ََ اتََ َوالْ هم ْؤ ِم ِن
َِ َيََ َوالْ هم ْؤ ِمن
ََ ِاتََ َوالْقَا ِنت ََ ا ََّنََاَلْ هم ْس ِل ِم
َِ يََ َوالْ هم ْس ِل َم
ْ ْ ْ ِ ْ ِ
َِ الصائِ َم
َات و َ َ
ي
َّ َ َ َّ َ مِ ِ ئ ا الص و َ َ
اتِ َ ق ِ
د ص ت م ل اوَ َ
ي
َََ َ َ َ هََ َ َ ه قِ ِ
د ص ت م لاوَ َ
ات ِ ع ِ
َاش خ لاو َ َ
ي ع ِ
َاش خ لاو َ َ
اتِ ر ِ
ب ا
َ َ َّ َ َ َّ َالصوَ َ
ين ر
ِ ِ
ب ا الص و
َ َاّللَلَهه َْمَ َم ْغ ِف َرةََ َو َأ ْجراَ َع ِظميا َِ اّللََ َكثِرياَ َوا ََّّلا ِك َر
َاتَ َأعَ ََّدَ َّ ه َِ وَج َْمَ َوالْ َحا ِف َظ
ََ اتَ َوا ََّّلا ِك ِر
َ َّ َين يَفه هر َ ه ََ َوالْ َحا ِف ِظ
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan
perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam
ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan
perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu´, laki-laki 67
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang
berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya,
laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah
menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar. (QS. Al-
Ahzab : 35)
Ummu Salamah berkata, “Wahai Rasulullah, berkaitan dengan hijrah,
kami belum mendengar Allah menyebutkan sedikit pun tentang perempuan.
Kemudian Allah menurunkan firman-Nya:
ََحتب َذل؟ َاخرج َث َل َت ِكم َأحدا َمْنم ََكمة َحّت َتنحر َبهدْ ن َك َوتدعو َحالقك
ََّي َنب َللا َأ ي
َفيحلقك
“Wahai Nabi Allah kalau Anda mau, keluarlah tanpa berbicara dengan
seorang pun dari mereka. Kemudian sembelihlah hewan Anda. Panggil
tukang cukur Anda, dan cukurlah rambut Anda.”
Nabi pun keluar tanpa berbicara sepatah kata pun kepada mereka hingga
beliau melakukan apa yang dianjurkan Ummu Salamah. Beliau semebelih 70
hewannya. Memanggil tukang cukurnya dan mencukur rambutnya. Saat
melihat beliau melakukan itu, para sahabat pun berdiri dan menyembelih
hewan mereka. Sebagian mereka mencukur sebagian yang lain. Mereka
sibuk melakukan yang demikian (Ibnu Katsir: as-Sirah an-Nabawiyah, 3/334).
Para sahabat sadar bahwa keputusan beliau tak lagi berubah. Dan tidak
turun wahyu tentang hal ini. Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan,
“Anjurannya kepada nabi pada hari Hudaibiyah ini menunjukkan kecerdasan
akalnya dan benarnya pandangannya.”1.
74