Anda di halaman 1dari 25
CA BINA C) MEDIKA KOMITE MUTU RSIA BINA MEDIKA BINTARO KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya penyusunan Buku Saku Patient Safety ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Tujuan dari buku ini adalah meningkatkan pemahaman dan kesadaran karyawan RSIA Bina Medika terhadap pentingnya budaya keselamatan pasien. Pemahaman dan implementasi budaya keselamatan pasien yang baik akan meningkatkan mutu pelayanan serta keselamatan pasien di RSIA Bina Medika. Komite mutu RSIA Bina Medika berharap semoga dengan hadirnya buku saku ini, penerapan patient safety dapat dipraktikan dengan mudah oleh seluruh karyawan RSIA Bina Medika. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku saku ini masih terdapat berbagai kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan adanya masukan dari unit-unit demi perbaikan yang berkelanjutan. Tangerang Selatan, Juli 2023 Komite Mutu 01 BAB I Sasaran Keselamatan Pasien 6 Sasaran Keselamatan Pasien 1. Ketepatan identifikasi pasien 2. Peningkatan komunikasi yang efektif SAFETY 3.Peningkatan keamanan obat yang perlu FIRST! diwaspadai 4.Kepastian tepat-lokasi, tepat-prosedur, tepat- pasien operasi 5.Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan Kesehatan 6. Pengurangan risiko pasien jatuh Merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi: assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan 02 1 Ketepatan Identifikasi " Pasien Pasien diidentifikasi menggunakan minimal 2 jenis identitas pada Maksud sasaran ini melakukan dua kali pengecekan, yaitu: « Untuk identifikasi pasien saat: 1.Pendaftaran pasien 2.Melakukan terapi (c/o: pemberian obat/ darah/ produk darah, melakukan sebagai individu yang akan menerima pelayanan atau pengobatan; « Untuk kesesuaian pelayanan atau pengobatan terhadap individu tersebut terapi radiasi) 3.Melakukan tindakan (misalnya memasang jalur intravena, Kebijakan/ prosedur hemodialisa, dll.) memerlukan sedikitnya dua cara untuk mengidentifikasi seorang pasien nama pasien dan tanggal lahir. Nomor kamar pasien atau 4.Sebelum tindakan diagnostik apa pun (pemeriksaan lab, pemeriksaan radiologi, dll.) 5. Menyajikan makanan pasien. lokasi tidak bisa digunakan untuk identifikasi pasien. Identifikasi Pasien Meminta pasien untuk menyebutkan secara aktif, NAMA LENGKAP dan TANGGAL LAHIR yang dicocokkan dengan Gelang pasien. OD fee ssisem) Snonse arses, 930 UMMA Zea? JANGAN menyebutkan nama, tanggal lahir pasiendan kemudian baru meanyakan untuk konfirmasi dari pasien dengan respon Ya/Tidak. 03 Identifikasi pada pasien tidak tidak kompeten Kategori Pasien tidak kompeten adalah: 1. Bayi 2. Gangguan kesadaran (koma, delirium, dll.) 3.Gangguan Kejiwaan 4.Retardasi Mental 5. Hambatan berbicara (disartria) 6.Hambatan Bahasa 7. Anak <5 tahun 8.Geriatri > 80 tahun dengan gangguan kognitif 9.Tuna rungu 10.Tuna wicara 11. Dalam kondisi tersedasi 12. Meninggal dunia. Gelang Pasien -Informasi yang tertera di Gelang Pasien terdiri dari: » Nama Lengkap Pasien » Tanggal Lahir + Nomor Rekam Medis + Nama DPJP Warna gelang identitas yang berlaku di RSIA Bina Medika: « BIRU e PINK = Pasien Laki-laki = Pasien Wanita Warna STIKER GELANG PASIEN yang berlaku di RSIA Bina Medika: »* MERAH = Pasien Alergi + KUNING = Pasien Risiko Jatuh « UNGU = Pasien DNR Identifikasi Pasien Pasien tidak kompeten: meminta keluarga menyebutkan nama lengkap dan tanggal lahir pasien, apabila tanpa pendamping hal tersebut dilakukan oleh 2 petugas kemudian lakukan cross-check dengan gelang pasien/ RM Pasien. Pasien tidak dikenal: pasien akan diregistrasi sebagai: o “XL”, “X2”, “X3”,...... dan seterusnya untuk pasien laki-laki dewasa « “YL”, “Y2”, “Y3”,..... dan seterusnya untuk pasien Wanita dewasa « “An. YL”, “An. Y2”, “An, Y3”...... dan seterusnya untuk pasien anak/ bayi Pada pasien IBU MELAHIRKAN dan BAY! BARU LAHIR dipasangkan GELANG KEMBAR, satu gelang dipasangkan ke ibu dan satu gelang dipasangkan ke bayi. Identitas pada gelang kembar adalah identitas ibu dan identitas bayi, dengan barcode yang sama antara gelang ibu dan bayinya. Tempat pemasangan gelang: 1.Pergelangan tangan yang dominan 2. Pergelangan tangan yang tidak dominan, yang tidak cidera/ bengkak 3. Pergelangan kaki Pasien yang HARUS memakai gelang: 1.Pasien UGD 2.Pasien Rawat Jalan yang akan melakukan tindakan intervensi/ terapi, melakukan tindakan invasif, melakukan tindakan diagnostik radiologi dengan kontras. 3.Pasien rawat inap dan Rawat Intensif 4. Bayi baru lahir dan Ibunya Pasien yang TIDAK memakai gelang identitas: 1.Menolak untuk memakai gelang tersebut 2.Gelang menyebabkan alergi/ iritasi kulit 3.Gelang terlalu besar 4. Pasien tersebut melepaskan gelang identitasnya Contoh Gelang P: dengan Identitas dan Stiker Penanda Contoh Pemasangan Gelang Pasien untuk Ibu melahirkan. oS 2 " yang Efektif Komunikasi efektif adalah komunikasi yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas dan dipahami oleh penerima pesan akan mengurangi potensi terjadinya kesalahan serta meningkatkan keselamatan pasien. Komunikasi dapat dilakukan secara lisan, tertulis dan elektronik. Komunikasi yang paling banyak memiliki potensi terjadinya kesalahan adalah pemberian instruksi secara lisan atau melalui telepon. Metode Komunikasi Efektif Komunikasi saat menerima instruksi LISAN melalui TELEPON: Komunikasi efektif antara pemberi pelayanan dilakukan melalui prinsip terima, catat, baca, konfirmasi dan validasi + Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut, membacakan ulang untuk konfirmasi dan pemberi pasan melakukan validasi bila pesan memang sudah sesuai dengan yang disampaikan. Peningkatan Komunikasi * Pemberi pesan secara lisan memberikan pesan, penerima pesan menuliskan secara lengkap isi pesan tersebut, membacakan ulang untuk konfirmasi dan pemberi pasan melakukan validasi bila pesan memang sudah sesuai dengan yang disampaikan. Isi pesan dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima pesan bila menyangkut nama obat NORUM maka dilakukan dengan mengeja tiap huruf nama obat dengan mengunakan singkatan alfabet secara internasional. Penerima instruksi mencatat di menu “TULBAKON” yang tersedia di sistem Hospi-Care yang akan terkoneksi ke HP dokter atau menu dokter (sebagai pemberi pesan) dan dokter atau pemberi pesan dapat melakukan validasi jika pesan yang disampaikan sudah sesuai dengan yang diterima, tanggal dan jam baik pelaporan maupun validasi ter-record lewat sistem. 06 Pelaporan Nilai Kritis Komunikasi saat melaporkan NILAI KRITIS Laboratorium/ Radiologi: + Petugas lab/ radiologi membacakan hasil lab/ radiologi yang bersifat kritis kepada penerima pesan (perawat, atau dokter pemberi pelayanan). Nilai kritis tersebut sebelumnya di tulis di form pelaporan nilai kritis, lakukan baca ulang (read back) jenis dan hasil pemeriksaan yang dilaporkan. Penerima instruksi/informasi saat terima laporan bertanggung jawab untuk membuka form pelaporan nilai kritis dan melakukan validasi dengan menanda tangani form pelaporan nilai kritis tersebut, membacakan kembali hasil catatan dari informasi yang diterima, dan menginformasikan apakah yang telah ditulis dan dibaca ulang itu sudah tepat untuk selanjutnya dilakukan tindak lanjut pelaporan kepada DPJP. Untuk proses pelaporan nilai kritis ke DPJP sesuai dengan tata laksana pelaporan komunikasi efektif lisan, telepon dan pesan singkat antar PPA. Edukasi Pasien & Keluarga Komunikasi saat memberikan EDUKASI kepada PASIEN dan KELUARGA Tata laksana komunikasi efektif saat memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga: « Pastikan materi edukasi sudah tersedia + Petugas penerima pasien melakukan pengkajian awal pasien, pengkajian tersebut meliputi ; 1.Kemampuan membaca, tingkat pendidikan 2. Bahasa yang digunakan 3. Hambatan emosional dan motivasi 4. Keterbatasan fisik dan kognitif 5.Kesedian pasien untuk menerima informasi 6. Nilai-nilai dan pilihan pasien 07 « Hasil pengkajian tersebut dijadikan dasar oleh staf klinis dalam merencanakan dan melaksanakan pemberian informasi dan edukasi kepada pasien dan keluarga. Keluarga didorong untuk bertanya/ berdiskusi agar dapat berpartisipasi dalam proses asuhan. » Rumah Sakit menyediakan penerjemah sesuai dengan kebutuhan pasien dan keluarga « Jika pada tahap pengkajian pasien ditemukan hambatan fisik (tuna rungu dan tuna wicara), maka komunikasi yang efektif adalah memberikan informasi tertulis (Scan QR Code — Edukasi Pasien) kepada pasien dan keluarga pasien. « Lakukan verifikasi untuk memastikan bahwa pasien dan keluarga menerima dan memahami edukasi yang diberikan « Petugas mengisi form KIE serta meminta tanda tangan pasien dan keluarga pasien sebagai bukti bahwa sudah diberikan edukasi dan informasi yang benar. » Form edukasi yang sudah ditandatangani dalam EMR dilakukan update by sistem hospicare. Komunikasi Efektif Saat SERAH TERIMA Jenis serah terima di RSIA Bina Medika mencakup: 1.Serah terima Antar PPA -->Form CPPT --> Form Transfer/ Serah Terima Antar Unit 2.Serah terima Antar Unit 3.Serah terima Antar Shift --> Form Serah Terima Antar Shift 4.Serah terima dari ruang perawatan ke Unit Diagnostik --> Form Serah Terima Antar Unit 5.Serah terima Antar RS/ Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya --> Rujuk 08 Peningkatan , Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai Obat yang harus diwaspadai adalah obat-obatan yang memiliki persentase kesalahan dan/atau kejadian sentinel yang tinggi, begitu juga obat-obatan dengan risiko tinggi untuk penyalahgunaan atau luaran yang tidak diharapkan. Peresepan Obat High Alert « Penulisan resep dan pemesanan hanya dapat dilakukan oleh petugas yang berwenang dan kompeten (dokter dan dokter gigi yang memiliki STR dan SIP masih berlaku) Peresepan obat high alert golongan narkotika diresepkan oleh dokter anestesi dengan mencantumkan No SIP é eb © 5 BENAR Obat « Pemesanan obat high alert tidak melalui telepon/lisan digunakan jika kondisi emergensi. Peresepan obat high alert dan LASA/ NORUM dituliskan oleh DPJP/ Dokter sesuai dengan kewenangannya. « Penulisan resep harus jelas dan lengkap 7 data/ dokumen Identitas Pasien : Nama, Nomor Rekam Medis, Tanggal Lahir /Umur, dan Berat Badan. Obat dengan nama yang nama- obat-rupa-ucapan-mirip / ”NORUM” (look-alike, sound- alike) harus ditulis dengan jelas dan mudah terbaca. Jika pemesanan obat tidak lengkap, tidak terbaca atau tidak jelas, maka petugas yang menerima resep / pesanan obat harus memverifikasi kepada penulis resep. Benar PASIEN Benar OBAT Benar DOSIS Benar RUTE Benar WAKTU 09 « Peresepan elektrolit konsentrat dibuat pesanan khusus dengan peracikan obat/ cairan infus dengan menggunakan formulir racikan obat/ cairan infus Dapat dengan resep dengan instruksi yang jelas dan lengkap, jika ada ketidak jelasan harus dikonfirmasi/ verifikasi kepada DPJP/ Pemesan/ pembuat resep tentang isi instruksi. Penyimpanan Obat high alert tidak disimpan diruang perawatan dan ditempel label high alert setiap kemasan obat dan dipasang line merah pada tempat penyimpanan obat. Disimpan di unit Farmasi/ depo farmasi dengan penanggung jawab apoteker/ farmasi klinik. Khusus penyimpanan obat jenis narkotik disimpan pada lemari double door dan double lock dan psikotropik di simpan pada lemari terkunci dan dipantau penggunaannya. « Penyimpanan obat high alert yang masuk kriteria obat emergensi disimpan di kit emergensi dengan diberikan label high alert untuk obat yang masuk kriteria high alert. e Elektrolit konsentrat disimpan di Unit farmasi/ depo farmasi. « Pembatasan akses, diberikan label dan list merah pada pempat penyimpanan Distribusi * Obat High Alert dilakukan double check sebelum diserahkan ° Obat high alert yang didistribusikan ke unit diberikan penandaan khusus. « Untuk obat high alert yang berupa cairan konsentrat diberikan setelah dilakukan rekonstitusi/ diencerkan. Label Obat yang Perlu Diwaspadai Lit ra a ancy ETUC] Peay 10 Kepastian Tepat-Lokasi, 4. Tepat-Prosedur, Tepat- Pasien Operasi « Jika berhalangan pada proses operasi dan diwakilkan pada operator lain, maka saat time : out harus hadir di dalam kamar Penandaan sisi operasi adalah operasi untuk memastikan tindakan yang dilakukan oleh P ketepatan sisi operasi seorang dokter operator baik P Pr 7 eh « Penandaan lokasi dilakukan diruang perawatan, klinik rawat sehari sebelum operasi sampai jalan dan klinik gigi dengan e 7 r . pada saat sebelum masuk memberikan tanda yang terlihat jelas dan tidak mudah hilang pada kamar tindakan, sebelum tindakan operasi/invasif. sisi yang akan dilakukan tindakan p / 7 7 7 « Penandaan lokasi operasi operasidengan melibatkan pasien didokumentasikan pada lembar dan atau keluarga. Pengkajian Pra Bedah « Dokter Operator berkewajiban Tit memberikan tanda pada sisi operasi sebelum pasien dibawa ke kamar operasi. Penandaan Sisi Operasi « Penandaan sisi operasi dilakukan dengan menggunakan spidol kulit permanen yang tidak hilang jika terkena air dengan menggunakan tanda panah lurus ( J ) +5 cm kearah craniocaudal dengan inisial nama dokter operator. « Penandaan sisi operasi dilakukan oleh dokter Operator di ruang perawatan sebelum dikirim ke kamar bedah sebelum tindakan operasi « Penandaan sisi/lokasi operasi (site marking) dilakukan pada semua kasus termasuk sisi lateralisasi, multipel struktur (jari - jari kaki/tangan, lesi kulit, tulang belakang) « Penandaan pada pasien dengan tindakan di klinik gigi selain pada sisi yang akan di operasi penandaan juga dilakukan pada pada gambar foto panoramic gigi. yaitu pada gigi mana akan dilakukan tindakan 11 Pengurangan Risiko B,, infeksi Terkait Pelayanan Kesehatan Prosedur Standar Membersihkan Tangan (Handwash) Menurut WHO * Basahi tangan dengan air mengalir. « Tuangkan 3-5 cc sabun cair untuk menyabuni seluruh permukaan tangan. « Ratakan dengan kedua telapak tangan hingga merata. « Gosok punggung dan sela- sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan lakukan kembali sebaliknya. « Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari. Kaitkan kedua jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci. Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan kembali sebaliknya. Gosok dengan memutar ujung jari-jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dan lakukan kembali sebaliknya. Bilas kedua tangan dengan air mengalir. Keringkan dengan handuk /tissue towel sekali pakai sampai benar-benar kering. Gunakan tissue towel tersebut untuk menutup keran. Kegiatan mencuci tangan dengan air mengalir dilakukan selama 40-60 detik. 5 Momen Cuci Tangan a 1.Sebelum kontak dengan pasien e 2.Sebelum melakukan tindakan aseptik 3.Setelah kontak dengan cairan tubuh pasien 4.Setelah kontak dengan pasien 5.Setelah kontak dengan lingkungan pasien 12 Prosedur Mencuci Tangan dengan Antiseptik Berbasis Alkohol (Handrub) Menurut WHO « Tuangkan 3-5 cc cairan antiseptic berbasis alkohol ke dalam tangan « Gosok kedua telapak tangan hingga merata « Gosok punggung dan sela- sela jari tangan kiri dengan tangan kanan dan lakukan kembali sebaliknya * Gosok kedua telapak tangan dan sela-sela jari Kaitkan kedua jari-jari sisi dalam dari kedua tangan saling mengunci « Gosok ibu jari kiri berputar dalam genggaman tangan kanan dan lakukan kembali sebaliknya « Gosok memutar ujung jari- jari tangan kanan ditelapak tangan kiri dan sebaliknya + Keringkan tangan tanpa menggunakan tissue towel + Kegiatan ini dilakukan dalam waktu 20-30 detik Untuk mengurangi penumpukan emolient pada tangan setelah pemakaian handrub yang berulang sebanyak 5-10 kali, tetap diperlukan mencuci tangan di bawah air mengalir 13 oD RSIABINAMEDIKA LANGKAH (3 CUCI TANGAN World Health Organization ‘ocot todas Ilapek ingen, (Gouok ponggung & eta-seta Jar rt sll atom dort kev oxo ba ob epee dla Gesatan dengan meme wang ‘angan sling mengaecl ‘engguman amgan kanan Jura! tanga kneanditelapah Taxon sebetanys argon tr ean sebsinaye. 5 SAAT MENCUCI TANGAN 1. Sebelum kontak dengan pasien 2. Sebelum tindakan aseptis 3. Setelah terkena cairan tubuh pasien 4, Setelah kontak dengan pasien 5. Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien INFORMAS! 6 PENDAFTARAN CCPL EEL Y Bev snsvinamacisa com Qreindinamesina @ reavinnmediia © ine Medica channel 14 6 Pengurangan Risiko * Jatuh Untuk mencegah kejadian jatuh, maka pasien RSIA Bina Medika dilakukan: « Pengkajian risiko jatuh, « Penandaan pada pasien yang berisiko tinggi jatuh. « Dilakukan tindakan pencegahan jatuh pada semua pasien. PENGKAJIAN AWAL Pengkajian awal dilakukan saat pasien baru masuk baik ke rawat inap, Unit Gawat darurat maupun rawat jalan. Pengkajian awal didokumentasikan dalam rekam medis pasien di form pengkajian awal medis dan keperawatan baik rawat inap, Rawat jalan maupun UGD Skala Pengkajian Risiko Jatuh RSIA Bina Medika No UNIT 1 UGD (anak & dewasa) 2 Rawat Jalan (anak & dewasa) 3. Rawat Inap (anak) 4 Rawat Inap (dewasa) Pengkajian ulang dan intervensi risiko jatuh didokumentasikan dalam rekam medis pasien di form pengkajian ulang dan intervensi risiko jatuh. PENGKAJIAN ULANG Risiko Jatuh dilakukan pada saat: 1.Menerima pasien pindahan dari unit lain. 2.Setiap perubahan kondisi pasien (termasuk perubahan keadaan umum dan kesadaran pasien, post operasi/sedasi/ anestesi). 3.Setelah terjadinya pasien jatuh. 4.Setiap pergantian shift. 5. Untuk pasien rawat jalan di poli klinik, tumbuh kembang, Rehab Medik dan radiologi setiap kunjungan berikutnya dengan kondisi dan diagnosa yang sama. SKALA RISIKO JATUH Get Up and Go Get Up and Go Humpty Dumpty Morse Fall Scale (MES) 15 SKALA GET UP AND GO NO PENILAIAN YA TIDAK Cara berjalan pasien (salah satu atau lebih) 2 1. Tidak seimbang/ sempoyongan/ limbung 2.Jalan dengan menggunakan alat bantu (kruk, tripo, kursi roda, dipapah) Menopang saat akan duduk: tampak memegang pinggiran kursi atau meja/ benda lain sebagai penopang saat akan duduk Keterangan: * Tidak Berisiko : Tidak ditemukan (a & b) * Risiko Rendah : Ditemukan salah satu dari (a / b) * Risiko Tinggi: Ditemukan (a & b) MORSE FALL SCALE (MFS) No PENGKAJIAN SKALA —NILAI 1 Riwayat jatuh: Apakah pasien pernah jatuh dalam 3 bulan TIDAK 0 terakhir? YA 25 2 Diagnosa sekunder: Apakah pasien memilikilebih dari 1 TIDAK 0 penyakit YA 25 Alat bantu jalan: + Bed rest/ dibantu perawat 0 3 + Kruk/ tongkat/ walker 15 + Berpegangan pada benda-benda di sekitar (kursi, lemari, 30 meja) TIDAK 0 4 Terapi Intravena: Apakah saat ini pasien terpasang infus? ta Lt Gaya berjalan/ cara berpindah: : + Normal 0 * Lemah (tidak bertenaga) 10 + Gangguan/ tidak normal (pincang/ diseret) 20 Status Mental 6 + Pasien menyadari kondisi dirinya 0 + Pasien mengalami keterbatasan daya ingat 45 TOTALNILAL Keterangan: Tidak berisiko (0-24) : Perawatan dasar Risiko rendah (2550) _: Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh standar Risiko tinggi (> 50) : Pelaksanaan intervensi pencegahan jatuh risiko tinggi 16 PARAMETER Usia Jenis Kelamin Diagnosis Faktor lingkungan Pembedahan/ sedasi/ anestesi Penggunaan medikamentosa Keterangan: SKALA HUMPTY DUMPTY KRITERIA. <3 tahun 3-7 tahun 7-13 tahun > 13 tahun Laki-laki Perempuan Diagnosis neurologis Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dsb.) Gangguan prilaku, psikiatri Diagnosis lainnya Riwayat jatuh/ bayi diletakkan di tempat tidur dewasa Pasien menggunakan alat bantu/ bayi diletakkan di tempat tidur dewasa Pasien diletakkan di tempat tidur Area di luar rumah sakit Dalam 24 jam Dalam 48 jam > 48 jam atau tidak menjalani pembedahan/ sedasi/ anestesi Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin, antidepresan, pencahar, diuretik, narkose Penggunaan salah satu obat diatas Penggunaan medikasi lainnya/ tidak ada medikasi Jumlah Skor Humpty Dumpty Skor asesmen risiko: (skor minimum 7, skor maksimum 23) + Skor 7-11: Risiko Rendah * Skor>11 : Risiko Tinggi NILAL HNws SKOR 17 awe Insiden Keselamatan Pasien Insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian yang TIDAK DISENGAJA dan kondisi yang MENGAKIBATKAN atau BERPOTENSI mengakibatkan cidera yang dapat dicegah pada pasien. Jenis Insiden « Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) adalah insiden keselamatan pasien yang menyebabkan cidera pada pasien « Kejadian Tidak Cidera (KTC) adalah insiden keselamatan pasien yang sudah terpapar pada pasien namun tidak menyebabkan cedera. « Kejadian Nyaris Cidera (KNC) adalah insiden keselamatan pasien yang belum terpapar « Kondisi Potensial Cidera Signifikan (KPCS) adalah suatu kondisi (selain dari proses penyakit atau kondisi pasien itu sendiri) yang berpotensi menyebabkan kejadian sentinel. Kejadian Sentinel adalah suatu kejadian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit pasien atau penyakit yang mendasarinya yang terjadi pada pasien. Kejadian sentinel harus dilaporkan pada hal-hal berikut ini: 1.Kematian 2.Cedera permanen 3.Cedera berat yang bersifat sementara/ reversible. pada pasien. 18 Kejadian juga dapat digolongkan sebagai kejadian sentinel jika terjadi salah satu dari berikut ini: « Bunuh diri oleh pasien yang sedang dirawat, ditatalaksana, menerima pelayanan di unit yang selalu memiliki staf sepanjang hari atau dalam waktu 72 jam setelah pemulangan pasien, termasuk dari Unit Gawat Darurat (UGD) RS; « Kematian bayi cukup bulan yang tidak diantisipasi; « Bayi dipulangkan kepada orang tua yang salah; « Penculikan pasien yang sedang menerima perawatan, tata laksana, dan pelayanan; « Kaburnya pasien (atau pulang tanpa izin) dari unit perawatan yang selalu dijaga oleh staf sepanjang hari (termasuk UGD), yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau cedera sementara derajat berat bagi pasien tersebut; « Reaksi transfusi hemolitik yang melibatkan pemberian darah atau produk darah dengan inkompatibilitas golongan darah mayor (ABO, Rh, Kelompok darah lainnya); « Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan pasien yang sedang menerima perawatan, tatalaksana, dan layanan Ketika berada dalam lingkungan rumah sakit; « Pemerkosaan, kekerasan (yang menyebabkan kematian, cedera permanen, atau cedera sementara derajat berat) atau pembunuhan anggota staf, praktisi mandiri berizin, pengunjung, atau vendor Ketika berada dalam lingkungan RS; « Tindakan invasive, termasuk operasi yang dilakukan pada pasien yang salah, pada sisi yang salah, atau menggunakan prosedur yang salah (secara tidak sengaja); « Tertinggalnya benda asing dalam tubuh pasien secara tidak sengaja setelah suatu tindakan invasive, termasuk operasil ¢ Hiperbilirubinemia neonatal berat (bilirubin > 30 mg/dL); 19 Fluoroskopi berkepanjangan dengan dosis kumulatif > 1.500 rad pada satu medan tunggal atau pemberian radioterapi ke area tubuh yang salah atau pemberian radioterapi > 25% melebihi dosis radioterapi yang direncakanan; Kebakaran, lidah api, atau asap, uap panas, atau pijaran yang tidak diantisipasi selama satu episode perawatan pasien; Semua kematian ibu intrapartum (terkait dengan proses persalinan); atau Morbiditas ibu derajat berat (terutama tidak berhubungan dengan perjalanan alamiah penyakit pasien atau kondisi lain yang mendasari) terjadi pada pasien dan menyebabkan cedera permanen atau cedera sementara derajat berat. Tatalaksana Pelaporan IKP Petugas yang menemukan insiden pertama kali melaporkan insiden yang ditemukan ke atasan langsung unit tempat kejadian Petugas membuat laporan insiden di "Formulir Laporan Insiden”, dan menyerahkan hasil laporan ke atasan langsung tempat ditemukannya insiden dalam 1x 24 jam. Setiap petugas yang terkait dengan insiden menuliskan kronologis kejadian dalam "Formulir Kronologis Insiden” Atasan langsung kemudian melakukan penelusuran kronologis insiden/ ketidaksesuaian yang terjadi. Atasan langsung melakukan grading terhadap insiden yang terjadi, bila hasil grading BIRU atau HIJAU dilakukan tatalaksana sesuai standar, bila hasil grading ©) atau MERAH, atasan unit kerja berkoodinasi dengan komite mutu untuk dilakukan RCA (Root Cause Analysis) Atasan langsung unit kerja tempat ditemukannya insiden menyerahkan laporan insiden ke Komite Mutu dalam 2 x 24 sejak insiden/ketidaksesuaian terjadi. 20 Alur Pelaporan Insiden Keselamatan Pasien = = Bren) ‘Langsung = Contoh Form Laporan Insiden Keselamatan Pasien 3 g FORMUUR LAPORAN INSIDEN ee RSIABINA MEDIKA (INTERNAL) Un eC eeea Abate sui auc aa tees |LAPORAN INSIDEN KPC, KNC, KTC, KTD DAN KEIADIAN SENTINEL tenis inden”; ©) Kejedien Potensiol Cedere (KPC) 1 Kejadian Nyarts Ciera / KNC (Near Miss) Kejaaign Tidak Cisera / KTC( No Marm) 1 Kejecion Tidak Dewerapkan / KTD (Adverse Evert) (Okejacin Seminal (Sentinel Event) ‘5. Orang pertama yang melaporkan insiden* kanawen:c Ooker cPerewat co Petugas Lainya = Pasien okKeluargs / Pendamping Pasien 22 Investigasi Sederhana Penilaian matriks risiko adalah suatu metode analisis kualitatif, dilakukan untuk menentukan derajat risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya. Dilakukan untuk menetukan seberapa besar risiko suatu insiden berdasarkan dampak dan probabilitasnya. « Dampak (Consequences): Penilaian dampak dapat diartikan sebagai seberapa berat akibat yang dialami pasien mulai tidak ada cidera sampai meninggal. Probabilitas / Frekuensi / /Likelihood: Penilaian tingkat probabilitas dapat diartikan sebagai seberapa seringnya insiden tersebut. Penilaian Dampak Klinis Tingkat Deskripsi Dampak Risiko a Cidera sedang mis. Luka robek Berkurangnya fungsi motorik/sensorik/ psikologis atau intelektual (reversibel), tidak berhubungan dengan penyakit. Setiap kasus yang memperpanjang Moderat perawatan 23 Penilaian Probabilitas Tingkat Risiko Dampak Ee Mungkin/ Possible (1 - 2 tahun/ kali) Matriks Grading Risiko Tak Signifikan | Minor Moderat | Mayor | Katatrospik 1 3 5 Probabilitas ‘Sangat sering terjadi (Tiap minggu/bulan) J ieee Dc un Ekstrim 5 Sering terjadi (bbrp kali/ tahun) ITE Ted ec) ec 4 Mungkin terjadi (1- <2 tahun/ kali) CUTE) WT Ekstrim Ekstrim 3 Jarang terjadi (>2-<5 tahun/ kali) Or recy 2 Sangat jarang terjadi (> 5 tahun/ kali) Te cy 1 SKOR RISIKO = DAMPAK X PROBABILITAS 24

Anda mungkin juga menyukai